Anda di halaman 1dari 23

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bunga Tahi Ayam (Tagetes erecta L)

Berdasarkan taksonomi tanaman, daun bunga tahi ayam termasuk dalam:


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Tagetes
Spesies : Tagetes erecta L

Morfologi dari daun bunga tahi ayam yaitu:


a.Akar
Akar dari Tagetes erecta merupakan akar tunggang. Akar jenis ini umum
ditemukan pada tumbuhan biji belah (dicotyledonae). Jika diamati, akarnya berwarna
putih kekuningan. Jika ditinjau dari anatominya, pada akar tagetes erecta biasa
ditemukan rambut akar. Fungsinya adalah untuk membantu tanaman mengambil air
dan mineral dari tanah. Rambut akar ini merupakan bagian dari epidermis akar
(Anonim II, 2007).
b. Batang
Batangnya tumbuh tegak dan bercabang-cabang. Warnanya adalah putih
kehijauan jika pucuknya masih muda dan hijau jika sudah dewasa. Tinggi tanaman ini
berkisar 30 cm hingga 120 cm. Pada sekujur batangnya, tumbuh daun majemuk yang
berujung runcing dan tepinya bergerigi. Lapisan terluarnya merupakan epidermis

Universitas Sumatera Utara


batang. Bagian batang yang disebut korteks, disusun oleh parenkim korteks (Anonim
II, 2007).

c.Daun
Daun tunggal, menyirip menyerupai daun majemuk. Bentuknya memanjang
hingga lanset menyempit, dengan bintik kelenjar bulat dekat tepinya, warnanya hijau
d.Bunga
Bunganya merupakan bunga majemuk. Bunga ini berbentuk cawan dengan
tangkai yang panjang. Memiliki organ-organ bunga yang lengkap, berupa putik dan
benang sari pada tengah bunga, warnanya kuning atau orange.
Bunga tahi ayam sering disebut sebagai kenikir, randa kencana dan ades
(Indonesia), tahi kotok (Sunda), amarello (Filipina), African Marigold, Astec
Marigold, American Marigold, Big Marigold (Inggris). Tagetes erecta L termasuk
kedalam keluarga Compositae (Asteraceae) dan mempunyai 59 species. Tanaman ini
merupakan salah satu herba hias yang biasa digunakan sebagai tanaman pagar dan
pembatas. Secara komersial sebagai bunga potong, karena mempunyai bentuk bunga
yang unik dan warnanya yang mencolok (Anonim I, 2010)

Gambar.2.1.Bunga Tahi Ayam (Tagetes erecta L)

2.1.1 Manfaat Bunga Tahi Ayam

Masyarakat Indonesia menggunakan bunga tagetes untuk mengobati infeksi saluran


pernafasan, anti radang, mengencerkan dahak, mengatasi batuk dan obat untuk luka.
Masyarakat Filipina menggunakan bunga Tagetes dalam pengobatan anemia,
menstruasi yang tidak lancar, rematik dan sakit pada tulang. Banyak Negara yang
masyarakatnya menggunakan bunga Tagetes untuk penyakit mata dan sedatif. Di

Universitas Sumatera Utara


bidang pertanian, bunga Tagetes efektif dalam pencegahan nematoda pengganggu
tanaman sehingga digunakan sebagai tanaman tumpang sari, penangkal serangga,
herbisida dan anti jamur. Minyak atsiri dari bunga tagetes efektif menghambat
pertumbuhan bakteri, antijamur pada saprolegnia, ferax serta sebagai larvasida pada
culex quinquefasciatus, dan Aedes aegypti (Anonim I, 2010)

Mungkin karena baunya yang tidak seharum bunga mawar, cempaka dan lain-
lain, bunga tahi ayam tidak begitu diminati orang. Walaupun demikian faktor bau
tersebut tidak menyebabkan masyarakat menjauhkannya sebagai tanaman hias, karena
sebenarnya bunga tahi ayam mempunyai khasiat yang tinggi dari segi pengobatan
herba dan tradisional. Menurut, Ketua Pusat Sumber Genetik Tumbuhan Bio sains
UPM, Serdang Selangor, Dr.Moh.Said Saad, tanaman ini mujarab untuk mengobati
luka-luka pada anggota tubuh. Pada dasarnya tumbuhan ini mempunyai khasiat yang
baik sebagai pengobatan herba karena tumbuhan ini mempunyai sifat antiseptik. Sifat
antiseptik tumbuhan tagetes erecta L ini, terdapat pada lendir yang keluar dari
daunnya yang segar. Berdasarkan pengakuan beberapa pengamal pengobatan
tradisional, daun bunga tahi ayam ini juga dapat untuk mengobati pembengkakan atau
pun terseliuh pada anggota tubuh tertentu. Cara pemakaiannya dengan meremas
beberapa helai daunnya dan diletakkan di tempat yang bengkak. Kemudian dibalutlah
dengan sehelai kain dan dibiarkan hingga rasa bengkak hilang (Anonim III, 2009).

Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah bunganya. Bunga bisa
dikeringkan untuk penyimpanan. Namun , daun dan minyaknya juga berkhasiat untuk
obat. Larutan bunga bisa digunakan untuk membunuh belatung pada tanaman.
Caranya, giling bunga (3g) sampai halus, lalu tambahkan satu liter air. Saring dan siap
digunakan untuk menyemprot tanaman.

Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian, Kandungan pyrethrin dan minyak


menguapnya secara in vitro berkhasiat bakterisidal dan Fungsidal.

Universitas Sumatera Utara


Contoh Pemakaian :
- Batuk rejan (pertusis)
Rebus daun bunga tahi ayam yang kering (15 g) dan gula enau (secukupnya)
dengan dua gelas air sampai airnya tersisa satu gelas. Setelah dingin, saring
dan minum airnya sehari dua kali, masing-masing setengah gelas.
- Sakit gigi
Rebus daun bunga tahi ayam kering (15 g) dengan dua gelas air sampai tersisa
satu gelas. Setelah dingin, saring dan minum airnya sehari dua kali. Masing-
masing setengah gelas
- Sakit mata
Cuci daun bunga tahi ayam segar, lalu rebus. Setelah dingin, saring dan
gunakan untuk mencuci mata yang sakit dengan gelas mata (Widyaningrum,
2006)

2.2. Minyak Atsiri

Minyak yang terdapat dalam alam terbagi menjadi 3 golongan yaitu minyak mineral
(mineral oil), minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan (edible fat) dan minyak
atsiri (essential oil). Dalam tanaman, minyak atsiri mempunyai 3 fungsi, yaitu: 1)
membantu proses penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga atau hewan,
2) mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan dan 3) sebagai cadangan
makanan dalam tanaman. Minyak atsiri dalam industri digunakan untuk pembuatan
kosmetik, parfum, antiseptik, obat-obatan, “flavoring agent” dalam bahan pangan atau
minuman dan sebagai pencampur rokok kretek (Ketaren, 1985).

Ditinjau dari sumber alami minyak atsiri, substansi mudah menguap ini dapat
dijadikan sebagai ciri khas dari suatu jenis tumbuhan karena setiap tumbuhan
menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang berbeda. Dengan kata lain, setiap
jenis tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang spesifik. Memang ada
beberapa jenis minyak atsiri yang memiliki aroma yang mirip, tetapi tidak persis
sama, dan sangat bergantung pada komponen kimia penyusun minyak tersebut
(Agusta, 2000).

Universitas Sumatera Utara


Minyak atsiri dihasilkan di dalam tubuh tanaman dan kemudian disimpan
dalam berbagai organ. Penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri dibuat dalam
kelenjar minyak atsiri. Kelenjar minyak atsiri ada yang terdapat di dalam tanaman
(disebut “kelenjar internal”) dan diluar tanaman (disebut”kelenjar eksternal”)
(Koensoemardiyah, 2010).

2.2.1 Isolasi Minyak Atsiri dengan Destilasi

Destilasi dapat didefenisikan sebagai cara penguapan dari suatu zat dengan perantara
uap air dan proses pengembunan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi
merupakan metode yang paling berfungsi untuk memisahkan dua zat yang berbeda,
tetapi tergantung beberapa faktor, termasuk juga perbedaan tekanan uap air (berkaitan
dengan perbedaan titik didihnya) dari komponen-komponen tersebut. Destilasi
melepaskan uap air pada sebuah zat yang tercampur yang kaya dengan komponen
yang mudah menguap daripada zat tersebut ( Pasto, 1992).

Beberapa jenis bahan tanaman sumber minyak atsiri perlu dirajang terlebih
dahulu sebelum disuling. Hal ini untuk memudahkan proses penguapan minyak yang
terdapat di dalamnya karena perajangan ini menyebabkan kelenjar minyak dapat
terbuka selebar mungkin. Tujuan lainnya yaitu agar rendemen minyak menjadi lebih
tinggi dan waktu penyulingan lebih singkat (Lutony, 1994).

Minyak atsiri, minyak mudah menguap, atau minyak terbang merupakan


campuran dari senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi
maupun titik didih yang beragam. Penyulingan dapat didefenisikan sebagai proses
pemisahan komponen-komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau
lebih berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut.
Proses penyulingan sangat penting diketahui oleh para penghasil minyak atsiri.
Penyulingan suatu campuran yang berwujud cairan yang tidak saling bercampur,
hingga membentuk dua fase atau dua lapisan. Keadaan ini terjadi pada pemisahan
minyak atsiri dengan uap air. Penyulingan dengan uap air sering disebut
hidrodestilasi. Pengertian umum ini memberikan gambaran bahwa penyulingan dapat

Universitas Sumatera Utara


dilakukan dengan cara mendidihkan bahan tanaman atau minyak atsiri dengan air.
Pada proses ini akan dihasilkan uap air yang dibutuhkan oleh alat penyuling.
Dalam pengertian industri minyak atsiri dibedakan tiga tipe destilasi, yaitu:
1.Penyulingan Air
Bila cara ini digunakan maka bahan yang akan disuling berhubungan langsung
dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan mengapung diatas air
atau terendam seluruhnya (Sastrohamidjojo, 2004). Minyak atsiri dari beberapa jenis
bahan seperti bubuk buah badan dan bunga mawar cocok diproduksi dengan cara ini
sebab seluruh bagian bahan harus tercelup dan dapat bergerak bebas dalam air
mendidih (Lutony, 2002).
2.Penyulingan uap dan air
Dalam metode penyulingan ini, digunakan alat serupa dandang yang
didalamnya mempunyai penyangga berupa lempengan yang berlubang-lubang seperti
halnya dandang untuk menanak nasi. Di atas lubang-lubang ini ditempatkan bahan
tanaman yang akan disuling. Bila dandang tersebut dipanaskan maka air akan
mendidih dan uap air akan keluar lewat lubang-lubang itu kemudian keluar lewat
pendingin, setelah melewati bahan bahan yang akan disuling (Koensoemardiyah,
2010).
3.Penyulingan uap
Penyulingan uap disebut juga penyulingan tak langsung. Didalam proses
penyulingan dengan uap ini, uap dialirkan melaui pipa uap berlingkar yang berpori
dan berada di bawah bahan tanaman yang akan disuling. Kemudian uap akan bergerak
menuju ke bagian atas melalui bahan yang disimpan di atas saringan (Lutony, 2002).
Sistem penyulingan ini baik digunakan untuk mengekstraksi minyak dari biji-bijian,
akar dan kayu-kayuan yang umumnya mengandung komponen minyak yang bertitik
didih tinggi dan tidak baik dilakukan terhadap bahan yang mengandung minyak atsiri
yang mudah rusak oleh pemanasan dan air (Ketaren, 1985).

2.2.2 Komposisi Kimia Minyak Atsiri

Pada umumnya variasi komposisi minyak atsiri disebabkan oleh perbedaan jenis
tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode
ekstraksi yang dipergunakan dan cara penyimpanan minyak.

Universitas Sumatera Utara


Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia
yang terbentuk dari unsur Carbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O) serta beberapa
persenyawaan kimia yang mengandung unsur Nitrogen (N) dan belerang (S). Pada
umumnya komponen kimia dalam minyak atsiri dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Golongan Hidrokarbon
Persenyawaan yang termasuk golongan hidrokarbon terbentuk dari unsur
Hidrogen (H) dan Carbon (C). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam alam
dan minyak atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen (2 unit isopren),
sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen (4 unit isopren) dan politerpen, serta
parafin, olefin dan hidrokarbon aromatik.
2. Oxygenated hydrocarbon
Komposisi kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur Carbon
(C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam
golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, oksida, ester dan
eter. Ikatan atom carbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari
ikatan jenuh dan ikatan tidak jenuh umumnya tersusun dari terpen. Komponen
lainnya terdiri dari persenyawaan fenol, asam organik yang terikat dalam
bentuk ester misalnya lakton, kumarin dan turunan furan misalnya quinones.

Pada umunya sebagian besar minyak atsiri terdiri dari campuran persenyawaan
golongan hidrokarbon dan Oxygenated hidrocarbon. Disamping itu minyak atsiri
mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil yang merupakan komponen tidak
dapat menguap (Ketaren, 1985).

2.2.3 Biosintesis minyak atsiri

Berdasarkan proses biosintesisnya atau pembentukan komponen minyak atsiri di


dalam tumbuhan, minyak atsiri dapat dibedakan menjadi dua golongan. Golongan
pertama adalah turunan terpena yang terbentuk dari asam asetat melalui jalur
biosintesis asam mevalonat. Golongan kedua adalah senyawa aromatik yang terbentuk
dari biosintesis asam sikimat melalui jalur fenil propanoid (Agusta, 2000). Mekanisme
dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid yaitu asam asetat yang telah diaktifkan
oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat.

Universitas Sumatera Utara


Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis
aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam
mevalonat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan
dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP
oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepala ke ekor
dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasai
isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan
elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan
elektron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil
pirofosfat (GPP) yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen.

Sintesa terpenoid sangat sederhana sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi
organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi
selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP, dan GGPP untuk menghasilkan senyawa-
senyawa terpenoid satu per satu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder
pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya adalah hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi,
dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral
dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi, dehidrasi, dekarbosilasi, dan sebagainya

Universitas Sumatera Utara


Berikut adalah Gambar Reaksi Biosintesa Terpenoid

O
O O O O

CH3 C SCoA
CH3 C SCoA + CH3 C SCoA CH3 C CH2 C SCoA

Asetil koenzim A Asetoasetil koenzim A

OH O OPP
OH O O-
H
CH3 C CH2 C SCoA CH3 C CH2 C OH CH3 C CH2 C

CH2 CH2 OH O
CH2 C SCoA CH2 CH2 OH

Asam mevalonat - OPP


O
- CO2

CH3 C CH CH2 OPP CH3 C CH CH2 OPP

CH3 CH2 H

Dimetilalil pirofosfat (DMAPP) Isopentenil pirofosfat (IPP)

OPP

H
OPP IPP
DMAPP

Monoterpen
OPP

Geranil pirofosfat

OPP
H

OPP Seskuiterpen
Farnesil pirofosfat 2X

OPP Triterpen
H

Diterpen
OPP
2X
Geranil-geranil pirofosfat
Tetraterpen

Gambar 2.2 Biosintesis Terpenoid

Universitas Sumatera Utara


Untuk menjelaskan hal diatas dapat diambil beberapa contoh monoterpen. Dari segi
biogenetik, perubahan geraniol, nerol dan linalool dari yang satu menjadi yang lain
berlangsung sebagai akibat reaksi isomerisasi. Ketiga alkohol ini, yang berasal dari
hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjalani reaksi-reaksi sekunder berikut,
misalnya dehidrasi menghasilkan mirsena, oksidasi menjadi sitral dan oksidasi reduksi
menghasilkan sitronelal.
Berikut ini adalah contoh perubahan senyawa monoterpen

CH2OH

- H2 O
Geraniol
(trans) Mirsen

OH

H , O

CHO

Linalool Sitronelal
O

CH2OH

CHO

Nerol
(cis)
Sitral

Gambar 2.3 Perubahan senyawa monoterpen

(Achmad, S. 1986)

Senyawa-senyawa seskuiterpen diturunkan dari cis-farnesil pirofosfat dan


trans-farnesil pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lainnya. Kedua
isomer farnesil pirofosfat ini dihasilkan in vivo melalui mekanisme yang sama seperti
isomerisasi antara geraniol dan nerol. Perubahan farnesil pirofosfat menjadi
seskuiterpen terlihat pada contoh sebagai berikut

Universitas Sumatera Utara


OH

Farnesol

CH2

- H+

OPP
Trans-Farnesil pirofosfat

Humulen

H2C

- H+
OPP

cis-Farnesil pirofosfat
Bisabolen

Gambar 2.4 Reaksi biogenetik beberapa seskuiterpena

2.3 Analisa Komponen Kimia Minyak atsiri dengan GC – MS


2.3.1 Kromatografi Gas

Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan


distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam dan
fase bergerak (Yazid, 2005). Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas
dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara
fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah
menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya (Khopkar, 2003).

Dalam teknik kromatografi, semua pemisahan tergantung pada gerakan relatif


dari masing-masing komponen di antara kedua fase tesebut. Senyawa atau komponen

Universitas Sumatera Utara


yang tertahan (terhambat) lebih lemah oleh fase diam akan bergerak lebih cepat
daripada komponen yang tertahan lebih kuat. Perbedaan gerakan antara komponen
yang satu dengan yang lainnya disebabkan oleh perbedaan dalam adsorbsi, partisi,
kelarutan atau penguapan diantara kedua fase. Jika perbedaan-perbedaaan ini cukup
besar, maka akan terjadi pemisahan secara sempurna (Yazid, 2005).

Sekarang ini sistem GC-MS sebagian digunakan sebagai peran utama untuk
analisa makanan dan aroma, petroleum, petrokimia dan zat-zat kimia di laboratorium.
Kromatografi gas merupakan kunci dari suatu teknik anlitik dalam pemisahan
komponen mudah menguap, yaitu dengan mengkombinasikan secara cepat analisa
sehingga pemecahan yang tinggi mengurangi pengoperasian. Keuntungan dari
kromatografi gas adalah hasil kuantitatif yang bagus dan harganya lebih murah.
Sedangkan kerugiannya tidak dapat memberikan indentitas atau struktur untuk setiap
puncak yang dihasilkan dan pada saat proses karakteristik yang didefenisikan sistem
tidak bagus (Mcnair, 2009).

2.3.1.1 Gas Pembawa

Gas pembawa yang paling sering dipakai adalah helium (He), argon (Ar),
nitrogen (N2), hidrogen (H2), dan karbondioksida (CO2). Keuntungannya adalah
karena semua gas ini tidak reaktif dan dapat dibeli dalam keadaan murni dan kering
yang dikemas dalam tangki tekanan tinggi. Pemilihan gas pembawa tergantung pada
detektor yang dipakai. Gas pembawa harus memenuhi sejumlah persyaratan, antara
lain harus inert (tidak bereaksi dengan sampel, pelarut sampel, material dalam kolom),
murni, dan mudah diperoleh (Agusta, 2000).

2.3.1.2 Sistem Injeksi

Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara cepat dan efesien.
Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu :

a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan
diuapkan dalam injektor yang panas dan 100% masuk menju kolom.
b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan
diuapkan dalam injektor yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.

Universitas Sumatera Utara


c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua
sampel diuapkan dalam injektor yang panas dan dibawa ke dalam kolom
karena katup pemecah ditutup; dan
d. Injeksi langsung ke kolom (on colum injection), yang mana ujung semprit
dimasukkan langsung ke dalam kolom.
Teknik injeksi langsung ke dalam kolom digunakan untuk senyawa-senyawa
yang mudah menguap, karena kalau penyuntikkannya melalui lubang suntik,
dikhawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi
(Rohman, 2009)

2.3.1.3 Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya


terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada
kromatografi gas (Rohman, 2009). Keberhasilan suatu proses pemisahan terutama
ditentukan oleh pemilihan kolom. Kolom dapat terbuat dari tembaga, baja tahan karet,
aluminium, atau gelas. Kolom dapat berbentuk lurus, melengkung, atau gulungan
spiral sehingga lebih menghemat ruang (Agusta, 2000).

2.3.1.4 Fase Diam

Fase diam disapukan pada permukaan dalam medium, seperti tanah diatome
dalam kolom atau dilapiskan pada dinding kapiler. Berdasarkan bentuk fisiknya, fase
diam yang umum digunakan pada kolom adalah fase diam padat dan fase diam cair.
Berdasarkan sifatnya fase diam dibedakan berdasarkan kepolarannya, yaitu nonpolar,
sedikit polar, setengah polar (semi polar), dan sangat polar. Berdasarkan sifat minyak
atsiri yang non polar sampai sedikit polar, untuk keperluan analisis sebaiknya
digunakan kolom dalam fase diam yang bersifat sedikit polar. Jika dalam analisis
minyak atsiri digunakan kolom yang lebih polar, sejumlah puncak yang dihasilkan
menjadi lebar (lebih tajam) dan sebagai puncak tersebut juga membentuk ekor. Begitu
juga dengan garis dasarnya tidak rata dan terlihat bergelombang. Bahkan
kemungkinan besar komponen yang bersifat nonpolar tidak akan terdeteksi sama
sekali (Agusta, 2000).

Universitas Sumatera Utara


2.3.1.5 Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor utama yang menentukan hasil analisis
kromatografi gas dan spektrometri massa. Umumnya yang sangat menentukan adalah
pengaturan suhu injektor dan kolom. Kondisi analisis yang cocok sangat bergantung
pada komponen minyak atsiri yang akan dianalisis (Agusta, 2000).

2.3.1.6 Detektor

Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat


keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan.
Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah
sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik.
Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam dan fase
gerak (Rohman, 2009).

2.3.2. Spektrometri Massa

Pemboman molekul oleh sebuah arus elektron pada energi mendekati 70 elektron volt
dapat menghasilkan banyak perubahan pada struktur molekul. Salah satu proses yang
terjadi yang disebabkan oleh pemboman dengan elektron adalah keluarnya sebuah
elektron dari molekul sehingga terbentuklah kation radikal [M.]+. Ion berenergi tinggi
ini serta hasil fragmentasinya merupakan dasar bagi cara analisis spektrometri massa
(Pine, 1988).

Sampel dimasukkan, diuapkan dan diumpankan dalam suatu aliran yang


berkesinambungan ke dalam kamar pengionan. Di dalam kamar ini, sampel melewati
suatu aliran elektron berenergi tinggi, yang menyebabkan ionisasi beberapa molekul
sampel menjadi ion-ion molekul. Setelah terbentuk sebuah ion molekul dapat
mengalami fragmentasi dan penataan ulang. Proses ini berjalan sangat cepat (10-10-10-
16
detik). Partikel yang berumur panjang yang dapat dideteksi oleh pengumpul ion dan
hanya produk-produk fragmentasinya menunjukkan peak. Setelah radikal-radikal ion
dan partikel-partikel lain itu terbentuk, mereka diumpankan melewati dua elektroda,
lempeng pemercepat ion, yang mempercepat partikel bermuatan positif. Dari lempeng

Universitas Sumatera Utara


pemercepat, partikel bermuatan positif menuju ke tabung analisator, di mana partikel-
partikel ini dibelokkan oleh medan magnet sehingga lintasannya melengkung.

Jari-jari lintasan melengkung bergantung pada kecepatan partikel, yang pada


gilirannya bergantung pada kuat medan magnet; voltase pemercepat dan m/e partikel.
Pada kuat medan dan viltase yang sama, partikel dengan m/e tinggi akan memiliki
jari-jari yang lebih besar, sedangkan yang m/e nya rendah akan mempunyai jari-jari
yang lebih kecil (lihat gambar berikut)

Gambar 2.5 Diagram sebuah spektrometer massa

Arus uap dari pembocor molekul masuk ke dalam kamar pengion ditembak
pada kedudukan tegak lurus oleh seberkas elektron yang dipancarkan dari filamen
panas. Satu dari proses yang disebabkan oleh tabrakan tersebut adalah ionisasi dari
molekul yang berupa uap dengan kehilangan satu elektron dan terbentuk ion molekul
bermuatan positif (a). Karena molekul senyawa organik mempunyai elektron
berjumlah genap maka proses pelepasan satu elektron menghasilkan ion radikal yang
mengandung satu elektron tidak berpasangan.

-e +e
M M M M
( a) (b)

Proses lain, molekul yang berupa uap tersebut menangkap sebuah elektron
membentuk ion radikal bermuatan negatif (b) dengan kemungkinan terjadi jauh lebih
kecil daripada ion radikal bermuatan positif (Sudjadi, 1985).

Universitas Sumatera Utara


Pada sistem GC-MS ini, yang berfungsi sebagai detektor adalah spektrometer massa
itu sendiri yang terdiri dari sistem analisis dan sistem ionisasi, dimana Electron
Impact ionization (EI) adalah metode ionisasi yang umum digunakan (Agusta, 2000).
Spektrometer massa pada umumnya digunakan untuk :
1. Menentukan massa suatu molekul
2. Menentukan rumus molekul dengan menggunakan Spektrum Massa Beresolusi
Tinggi (High Resolution Mass Spectra)
3. Mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola frakmentasinya
Ketika uap suatu senyawa dilewatkan dalam ruang ionisasi spektrometer massa, maka
zat ini dibombardir atau ditembak dengan elektron. Elektron ini mempunyai energi
yang cukup untuk melemparkan elektron dalam senyawa sehingga akan memberikan
ion positif, ion ini disebut dengan ion molekul (M+). Ion molekul cendrung tidak
stabil dan terpecah menjadi frakmen-frakmen yang lebih kecil. Frakmen-frakmen ini
yang akan menghasilkan diagram batang (Dachriyanus, 2004).

Spektrometer mampu menganalisis cuplikan yang jumlahnya sangat kecil dan


menghasilkan data yang berguna mengenai struktur dan indentitas senyawa organik.
Jika efluen dari kromatofrafi gas diarahkan ke spektrometer massa, maka informasi
mengenai struktur untuk masing-masing puncak pada kromatogram dapat diperoleh.
Karena laju aliran yang rendah dan ukuran cuplikan yang kecil, cara ini paling mudah
diterapkan pada kolom kromatografi gas kapiler. Cuplikan disuntikkan ke dalam
kromatografi gas dan terkromatografi sehingga semua komponenya terpisah.
Spektrum massa diukur secara otomatis pada selang waktu tertentu atau pada
maksimum atau tengah-tengah puncak ketika keluar dari kolom. Kemudian data
disimpan di dalam komputer, dan daripadanya dapat diperoleh hasil kromatogram
disertai integrasi semua puncak. Disamping itu, kita dapat memperoleh spektrum
massa masing-masing komponen. Spektrum ini dapat dipakai pada indentifikasi
senyawa yang pernah diketahui dan sebagai sumber informasi struktur dan bobot
molekul senyawa baru (Gritter, 1991).

Dalam spektrometer massa, reaksi pertama suatu molekul adalah ionisasi awal-
abstraksi (pengambilan) sebuah elektron. Hilangnya sebuah elektron menghasilkan
ion molekul. Dari peak untuk radikal ion ini, yang biasanya adalah peak yang paling

Universitas Sumatera Utara


kanan dalam spektrum, bobot molekul senyawa itu dapat ditentukan. (Ingat, ini adalah
bobot molekul untuk sebuah molekul yang mengandung isotop-isotop tunggal dan
bukanlah suatu bobot molekul rata-rata). Timbul pertanyaan, „elektron mana yang
terlepas dari molekul?.” Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan tepat. Diduga
bahwa elektron dalam orbital berenergi- tertinggi (elektron yang paling longgar)
adalah elektron yang pertama-tama akan lepas. Jika sebuah molekul mempunyai
elektron-elektron n (menyendiri), maka salah satunya akan dilepaskan. Jika tidak
terdapat elektron n, maka akan dilepaskan sebuah elektron pi. Jika tidak terdapat
elektron n maupun pi, maka ion molekul akan terbentuk dengan lepasnya sebuah
elektron sigma (Fessenden, 1986).

Peningkatan penggunaan GC-MS banyak digunakan yang dihubungkan


dengan komputer dimana dapat merekam dan menyimpan data dari sebuah analisis
akan berkembang pada pemisah yang lebih efesien. Karena komputer dapat diprogram
untuk mencari spektra library yang langka, membuat indentifikasi dan menunjukkan
analisis dari campuran gas tersebut (Willett, 1987).

2.4. Spektroskopi Inframerah

Instrumen yang digunakan untuk mengukur resapan radiasi inframerah pada


pelbagai panjang gelombang absorpsi masing-masing gugus fungsi disebut
Spektroskopi inframerah. Suatu spektrum inframerah ialah suatu grafik dari panjang
gelombang atau frekuensi, yang secara berkesinambungan berubah sepanjang suatu
daerah sempit dari spektrum elektromagnetik, versus transmisi-persen (%T) atau
absorbansi (A) (Fessenden, 1986). Spektroskopi inframerah digunakan untuk
penentuan struktur, khususnya senyawa organik dan juga analisis kuantitatif.
Spektrum inframerah memberikan puncak-puncak maksimal yang jelas sebaik puncak
minimumnya (Khopkar, 2003). Identifikasi pita absorpsi khas yang disebabkan oleh
berbagai gugus fungsi merupakan dasar penafsiran spektrum inframerah (Creswell,
2005).

Pancaran inframerah pada umumnya mengacu pada bagian spektrum


elektromagnet yang terletak di antara daerah tampak dan daerah gelombang mikro.
Pancaran inframerah yang kerapatannya kurang daripada 100 cm -1 diserap oleh sebuah

Universitas Sumatera Utara


molekul organik dan diubah menjadi energi putaran molekul. Penyerapan ini tercatu
dan dengan demikian spektrum rotasi molekul terdiri dari garis-garis yang tersendiri
(Silverstein, 1981).

Spektrum inframerah dapat diperoleh dari gas, cairan atau padatan. Spektrum
gas atau cairan yang mudah menguap dapat diperoleh dengan memuaikan cuplikan
kedalam suatu sel yang telah dikosongkan. Teknik fase uap ini terbatas karena secara
nisibi sejumlah besar senyawa tidak mempunyai tekanan uap cukup tinggi agar
menghasilkan spektrum yang dapat dimanfaatkan (Silverstein, 1981).

2.5.Bakteri

Kelompok mikroorganisme yang paling penting dan beraneka ragam, yang


berhubungan dengan makanan dan manusia adalah bakteri. Adanya bakteri dalam
bahan pangan dapat mengakibatkan pembusukan yang tidak diinginkan atau
menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan (Buckle, 2007). Bakteri
merupakan organisme yang sangat kecil (berukuran mikroskopi). Bakteri rata-rata
berukuran lebar 0,5-1 mikron dan panjang hingga 10 mikron (1mikron = 10-3 mm). Itu
berarti pula bahwa jasad renik ini tipis sekali sehingga tembus cahaya. Akibatnya pada
mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk melihat bagian-bagiannya. Untuk
melihat bakteri dengan jelas, tubuhnya perlu diisi dengan zat warna, pewarnaan ini
disebut pengecatan bakteri.

Cat yang umum dipakai adalah cat Gram. Diantara bermacam-macam bakteri
yang dicat, ada yang dapat menahan zat warna ungu dalam tubuhnya meskipun telah
didekolorisasi dengan alkohol atau aseton. Dengan demikian tubuh bakteri itu tetap
berwarna ungu meskipun disertai dengan pengecatan oleh zat warna kontras, warna
ungu itu tetap dipertahankan. Bakteri yang memberi reaksi semacam ini dinamakan
bakteri Gram positif. Sebaliknya , bakteri yang tidak dapat menahan zat warna setelah
didekolorisasi dengan alkohol akan kembali menjadi tidak berwarna dan bila
diberikan pengecatan dengan zat warna kontras, akan berwarna sesuai dengan zat
warna kontras. Bakteri yang memperlihatkan reaksi semacam ini dinamakan bakteri
Gram negatif (Irianto, 2006).

Universitas Sumatera Utara


Beberapa bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif yang penting dan
diketahui dapat menyebabkan kerusakan pangan dan keracunan pangan.

2.5.1 Bakteri Gram Positif


2.5.1.1 Basillus

Berbentuk batang dan membentuk spora. Sering menimbulkan permasalahan


pada industri pengalengan karena sporanya sangat tahan terhadap panas. Basillus
antracis menyebabkan penyakit anthrax pada manusia dan hewan, B.subtilis
(B.mesentericus) menyebabkan suatu tipe kerusakan yang disebut dengan ropiness
pada roti, dan B.cereus dapat menyebabkan keracunan pangan (Gaman, 1992).

2.5.1.2 Streptococcus mutan

Spesies Streptococcus berbentuk bulat yang dapat dijumpai secara tunggal,


berpasangan atau berbentuk rantai. Bakteri ini termasuk bakteri gram positif. (Tortora,
2001). Bakteri ini berperan nyata dalam produksi susu dan sayur-sayuran (Buckle,
2007). Pengamatan bahwa kerusakan gigi salah satunya disebabkan oleh
Streptococcus mutan. Glukan melekat erat pada permukaan gigi dan pada bakteri,
yang membawa streptococcus berhubungan sangat erat dengan email gigi (Volk dan
Wheeler, 1984)

2.5.2 Bakteri Gram Negatif


2.5.2.1 Salmonella sp

Salmonella merupakan salah satu genus dari Enetrobacteriaceae, berbentuk


batang gram negatif, anaerob fakultatif dan aerogenik. Bakteri dari genus Salmonella
merupakan bakeri penyebab infeksi. Jika tertelan dan masuk ke dalam tubuh akan
menimbulkan gejala yang disebut salmonellosis. Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu
antara 5 - 47oC, dengan suhu optimum 35 - 37oC. Beberapa sel tetap dapat hidup
selama penyimpanan beku. Di samping itu,salmonella dapat tumbuh pada pH 4,1 - 9,0
dengan pH optimum 6,5 - 7,5. Nilai pH minimum bervariasi bergantung kepada
serotipe, suhu inkubasi, komposisi media dan jumlah sel. Pada pH di bawah 4,0 dan di
atas 9,0 salmonella akan mati secara perlahan.

Universitas Sumatera Utara


Salmonella mungkin terdapat pada makanan dalam jumlah tinggi, tetapi tidak
selalu menimbulkan perubahan dalam hal warna, bau, maupun rasa dari makanan
tersebut. Makanan-makanan yang sering terkontaminasi oleh salmonella yaitu telur
dari hasil olahannya,ikan dan hasil olahannya, daging ayam, daging sapi, serta susu
dan hasil olahannya seperti es krim dan keju (Supardi, 1999).

2.5.2.2 Escherchia coli

Escherchia berbatang pendek. Habitat utamanya adalah usus manusia dan


hewan. Escherchia coli dipakai sebagai organisme indikator, karena jika terdapat
dalam jumlah yang banyak menunjukkan bahwa pangan atau air telah mengalami
pencemaran (Gaman, 1992).
Perbedaan bakteri gram positif dan gram negatif
Gram Positif Gram Negatif
1.Mengandung Mg ribonukleat 1.Tidak mengandung Mg
ribonukleat
2.Sangat sensitif terhadap zat warna 2.Kurang sensitif terhadap zat
trifenilmetan warna trifenilmetan
3.Sensitif terhadap penisilin 3.Sensitif terhadap streptomysin
4.Tahan basa,tidak larut dalam KOH 1% 4.Sensitif terhadap basa, larut
dalam KOH 1%
5.Kisaran isoelektrik pH 2,5-4 5.Kisaran isoelektrik pH 4,5-5,5
6.Biasanya berbentuk Coccus atau batang 6.Biasanya berbentuk batang non
pembentuk spora kecuali Lactobacillus & spora kecuali Neisseria
Cyanobacterium
7.Dapat bersifat tahan asam 7.Tidak tahan asam
(Novel, S. 2010)

2.6. Antioksidan
2.6.1 Pengertian Antioksidan

Universitas Sumatera Utara


Di dalam tubuh kita terdapat senyawa yang disebut antioksidan yaitu senyawa
yang dapat menetralkan radikal bebas, seperti: enzim SOD (Superoksida Dismutase),
gluthatione, dan katalase. Antioksidan juga dapat diperoleh dari asupan makanan yang
banyak mengandung vitamin C, vitamin E dan betakaroten serta senyawa fenolik.
Bahan pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan alami, seperti rempah-rempah,
coklat, biji-bijian, buah-buahan, sayur-sayuran seperti buah tomat, pepaya, jeruk dan
sebagainya (Prakash, 2001).

Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah


berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih maka tubuh membutuhkan
antioksidan eksogen. Adanya kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang
belum diketahui dari antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi
alternatif yang sangat dibutuhkan (Sunarni, 2005).

Senyawa antioksidan memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh


terhadap pengaruh buruk yang disebabkan radikal bebas. Radikal bebas diketahui
dapat menginduksi penyakit kanker, arteriosklerosis dan penuaan, disebabkan oleh
kerusakan jaringan karena oksidasi (Kikuzaki dan Nakatani, 1993).

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif
karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya.
Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan bereaksi dengan
molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini akan
berlangsung terus menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan akan menimbulkan
berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit
degeneratif lainnya. Persyaratan (sesuai peraturan/undang – undang) : Antioksidan
sebagai bahan tambahan pangan batas maksimum penggunaannya telah diatur oleh
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 772/Menkes/Per/IX/88, antioksidan yang
diizinkan penggunannya antara lain asam askorbat, asam eritrobat, askorbil palmitat,
askorbil stearat, butil hidroksilanisol (BHA), butil hidrokinin tersier, butil
hidroksitoluen, dilauril tiodipropionat, propil gallat, timah (II) klorida, alpha tokoferol,
tokoferol, campuran pekat (Wisnu Cahyadi, 2008).

Universitas Sumatera Utara


2.6.2 Fungsi Zat Antioksidan

Berkaitan dengan fungsinya, senyawa antioksidan di klasifikasikan dalam tiga tipe


antioksidan, yaitu:
1. Primary Antioxidants (Antioksidan Utama / Antioksidan Primer)
Termasuk di sini:
- SOD (Superoxide Dismutase)
- GPx (Glutathion Peroxidase)
- Metalbinding protein seperti Ferritin atau Ceruloplasmin.
Antioksidan primer ini bekerja untuk mencegah terbentuknya senyawa radikal
bebas baru. Ia mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang
dampak negatifnya, sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi. Contoh Antioksidan
ini adalah enzim SOD yang berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel-sel dalam
tubuh serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas.
2. Secondary Antioxidants (Antioksidan Kedua/ Antioksidan Sekunder)
Antioksidan ini berfungsi menangkap senyawa serta mencegah terjadinya reaksi
berantai. Contoh: antioksidan sekunder : vitamin E, vitamin C, betakaroten, asam urat,
bilirubin dan albumin.
3. Tertiary antioxidants (Antioksidan Ketiga / Antioksidan Tersier)
Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang disebabkan
radikal bebas. Contoh enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin
sulfoksidan reduktase. Adanya enzim-enzim perbaikan DNA ini berguna untuk
mencegah penyakit misalnya kanker (Kosasih, 2004)

Pengujian antiradikal bebas senyawa-senyawa bahan alam atau hasil sintesis


secara UV-Tampak dapat dilakukan secara kimia menggunakan DPPH (difenilpikril
hidrazil). DPPH berfungsi sebagai senyawa radikal bebas stabil yang ditetapkan
secara spektrofotometri melalui persen peredaman absorbansi. Peredaman warna ungu
merah pada panjang gelombang (λ) 517 nm dikaitkan dengan kemampuan minyak
atsiri sebagai antiradikal bebas. Kereaktifan dari golongan senyawa-senyawa yang
berfungsi sebagai antiradikal bebas ditentukan adanya gugus fungsi –OH (hidroksil)
bebas dan ikatan rangkap karbon-karbon, seperti flavon, flavanon, skualen, tokoferol,
β-karoten, Vitamin C dan lain-lain (Rahmawati, 2004).

Universitas Sumatera Utara


Beberapa nilai IC50 untuk senyawa antioksidan (mcg/mL)
Asam askorbat : 1,96 +/- 0,013
Alpa-tokoferol : 7,3 +/- 0,308
Sayur-sayuran : 4,7
Gamma oryzanol : 50 +/-0,408
Pohon pinus OPC : 4,0 – 13,5
Quercetin : 2,457 +/-0,192
Asam Ferulat (FRAC) : 31,3 +/-0,327
Hesperidin : >500 (Ronald, 2004)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai