Anda di halaman 1dari 5

Sudah Saatnya Indonesia Melarang Penggunaan Plastik

Non-Organik
Kresno Aji Email: kresno.aji@gmail.com
Rabu, 06 Juni 2018

Saat ini plastik banyak digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari peralatan ma-
kanan dan pembungkus plastik sampai dengan penggunaan plastik untuk keperluan industri.
Namun sayangnya, disamping rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah
pada tempatnya diikuti pula dengan belum tersedianya mesin pendaur ulang sampah plastik
non-organik di setiap TPA (Tempat Penampungan Akhir) di Indonesia.

Plastik non-organik merupakan produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik, yang di-
bentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain
untuk meningkatkan kemampuan teknis atau ekonomi. Plastik memiliki sifat yang luwes /
elastis, sehingga dapat dibentuk menjadi film atau serat sintetis. Selain itu, bisa didesain
dengan variasi yang sangat banyak dalam properti yang tahan panas, keras, dan lain-lain
sifat sesuai kebutuhan. Bila digabungkan dengan kemampuan adaptasinya, hasil olahan dari
minyak bumi ini bisa dibentuk dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan manusia.
Mulai dari plastik untuk gula pasir, sedotan, kemasan air minum sampai dengan plastik
untuk keperluan industri, seperti dashboard, panel pintu. Bahkan digunakan juga untuk
keperluan militer, seperti rompi tahan peluru dan campuran logam senjata api dan lain-lain.

Maraknya penggunaan sampah plastik dalam kehidupan masyarakat kita sudah sangat
massive, bahkan sudah sampai pada tingkat yang membahayakan. Berdasarkan data dari
Profesor Jenna Jambeck, ahli teknik lingkungan dari University of Georgia, AS, Indonesia
menjadi negara yang menempati peringkat kedua di dunia dalam hal pembuangan sampah

1
plastik ke laut setelah Tiongkok.

Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat sampah plastik non-organik, mulai dari
penimbunan sampah di sungai, danau sampai dengan lautan yang tercemar, mengakibatkan
banjir. Bahkan di Thailand, seekor paus tewas karena menelan 80 kantung plastik. Di se-
luruh dunia, setiap tahun ada 8 juta ton plastik yang mencemari lautan. Pada tahun 2050,
diperkirakan jumlah plastik yang dibuang ke laut lebih banyak dari ikannya sendiri.

Akibat dari pencemaran plastik di laut, adalah matinya lebih ratusan ribu penyu laut,
paus, mamalia laut lainnya dan lebih dari 1 juta burung laut setiap tahun karena polusi
laut dan menelan atau terjerat sampah di laut. Dikarenakan banyak hewan laut yang tidak
bisa membedakan antara makanan dan sampah plastik. Sehingga sistem pencernaan mereka
terblokir dan menyebabkan kematian.

Sampah plastik membutuhkan waktu sekitar 450 sampai dengan 600 tahun untuk bisa
terurai. Pada produk plastik olahan, misalnya pada kebanyakan popok bayi mengandung
polietilena atau termoplastik, bahan yang digunakan untuk membuat kantong plastik. Ta-
hukah Anda, bahwa popok kotor yang dibuang akan terus berada di tanah selama 450 tahun
karena sulit terurai? Sedangkan senar pancing membutuhkan waktu lebih lama lagi, yakni
sekitar 600 tahun untuk bisa terurai.

1 Bagaimana mengantisipasi penggunaan plastik non-


organik?
Seperti disebut di atas, Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik terbesar kedua
di dunia setelah RRT. Karena besarnya sampah plastik, sehingga mengotori sungai-sungai
di Indonesia dan menjadi tersumbat oleh sampah plastik. Empat sungai di Indonesia, yang
menduduki sungai terkotor di dunia, antara lain: sungai Brantas, Bengawan Solo, Serayu
dan Progo.

Ajakan membuang sampah, terutama sampah plastik pun sampai sekarang sepertinya
kurang berarti dibandingkan dengan jumlah sampah yang dibuang di sembarang tempat.
Perlunya sautu tindakan yang menyeluruh dan terintegrasi, dengan melarang penggunaan

2
plastik non-organik untuk rumah tangga. Pelarangan ini perlu diimbangi dengan aturan
penggunaan plastik organik untuk kebutuhan rumah tangga dan bilamana memungkinkan,
sampai pada penggunaan industri menengah.

Penggunaan plastik non-organik untuk kebutuhan industri besar saya rasa belum me-
mungkinkan, di samping produksi plastik organik masih terbatas dan relatif mahal, kualitas
pengolahan plastik organik masih dalam taraf penelitian lebih lanjut untuk bisa digunakan
secara masal.

Selain itu, pemerintah bisa menggunakan berbagai teknologi terkini untuk pengolah-
an sampah plastik, bahkan beberapa di antaranya merupakan hasil penemuan dan inovasi
putera-puteri bangsa Indonesia sendiri yang sudah terbukti keunggulannya di luar negeri.
Penemuan mereka ada pada pembahasan berikut ini.

1.1 Pengolahan limbah plastik untuk produk bangunan


Botol-botol plastik bekas yang selama ini diperjual-belikan oleh para pemulung ternyata di
tangan para mahasiswa D3 Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang (Polinema) bisa didaur
ulang menjadi berbagai produk bangunan, seperti: keramik, batako, batu berongga, pilar,
ataupun partisi bangunan.

Pemerintah bisa menggunakan tenaga dan pikiran para civitas perguruan tinggi ini untuk
membuat alat-alat pendaur ulang sampah-sampah plastik dalam negeri dengan harga yang
lebih murah, namun tidak murahan. Dengan anggaran yang jauh lebih sedikit bilamana
dibandingkan dengan alat pengolahan sampah plastik produk luar negeri, alat-alat pengolah
sampah domestik ini bisa didistribusikan secara luas di seluruh Indonesia dan memberikan
lapangan pekerjaan baru dan mengurangi angka pengangguran.

1.2 Pengolahan limbah plastik untuk campuran aspal


Pada tahun 2008, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mela-
lui Badan Penelitian dan Pengembangan PUPR telah melakukan penelitian pada kantong
plastik (plastik kresek) sebagai campuran aspal. Hasilnya adalah jalan yang diaspal dengan
campuran kantong plastik ternyata lebih tahan terhadap deformasi dan retak lelah diban-
dingkan dengan campuran beraspal panas biasa.

Limbah plastik dari kantong belanja bisa menambah kerekatan jalan. Ketika dihampar
menjadi aspal panas dan diukur suhunya yaitu 150-180 derajat celcius, plastik tersebut tidak
terdegradasi dan masih jauh dari ambang batas aman degradasi sampah, yaitu pada suhu
250-280 derajat Celcius, dimana plastik mengeluarkan racun.

Dengan penggunaan aspal campuran ini, tentunya pemerintah bisa menjual aspal cam-
puran secara tidak langsung kepada masyarakat dengan harga yang jauh lebih murah, namun
dengan kekuatan di atas aspal curah biasa. Dengan demikian, bisa memberikan lapangan
pekerjaan kepada masyarakat yang membutuhkan.

1.3 Sosialisasi penggunaan plastik organik pada masyarakat


Sebuah perusahaan di Bali baru-baru ini mengembangkan bioplastik kompos yang terbuat
dari sari jagung. Produk yang dihasilkan berupa: gelas, sedotan dan peralatan makan sekali

3
pakai yang bisa didekomposisi. Walaupun terlihat seperti produk plastik biasa, namun plas-
tik ramah lingkungan ini tidak mudah sobek dan dapat diproses di mesin pengolah plastik
konvensional. Sedangkan sampah yang dibuang dapat terurai dengan cepat menjadi kompos
dan tidak meninggalkan residu yang beracun. Namun untuk hasil pendauran yang optimal,
maka produk plastik ini sebaiknya didekomposisi di fasilitas kompos komersial.

Pendiri perusahaaan ramah lingkungan tersebut, Kevin Kumala menjelaskan bahwa ide
pembuatan produk bioplastik bermula dari kegemarannya menyelam, dimana seringkali ter-
lihat sampah plastik di area penyelaman.

Saalah satu produk populer dari Kevin Kumala adalah tas kantung plastik yang terbuat
dari singkong, tas ini bahkan bisa langsung diminum. Caranya, dengan mencelupkan tas
tersebut ke dalam segelas air panas. Tas akan larut dalam air dan bisa langsung diminum,
sehingga memberi harapan kehidupan kepada hewan laut. Mereka tidak akan lagi tersedak
atau tertelan sesuatu yang bisa membahayakan kehidupan mereka.

2 Penutup
Plastik merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indo-
nesia saat ini. Kita sering kali menggunakan plastik sekali pakai dalam berbagai kegiatan
sehari-hari, seperti kantong plastik, sedotan, botol, dan lain sebagainya.

Campur tangan pemerintah dalam bentuk aturan yang melarang penggunaan plastik
non-organik dan menyisihkan anggaran untuk penelitian serta subsidi dalam penjualan plas-
tik organik sangat diperlukan di sini, sehingga masyararakat terketuk hati nuraninya untuk
mau menggunakan plastik organik dalam kehidupan mereka.

Pemerintah harus melakukan pendekatan multi level pada setiap elemen di pemerintah-
an, kepada setiap level di masyarakat pengusaha dan sosialisasi penggunaan plastik organik
untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Berikan insentif kepada pengusaha UMKM
untuk membuat pengolahan plastik organik dalam berbagai macam komoditi.

Pencemaran yang diakibatkan oleh penggunaan plastik rumah tangga non-organik sudah
sampai pada tahap lampu merah. Semua pihak seharusnya sadar bahwa bahaya pencemaran
plastik rumah tangga sudah di depan mata, sisihkan waktu dan pikiran kita sesaat untuk
mencari solusi pengolahan sampah plastik non-organik yang marak di mana-mana. Gunak-
an hasil penelitian generasi muda kita untuk menanggulangi pencemaran yang diakibatkan
sampah plastik non-organik.

Bangsa dan negara ini sudah dititipkan kepada kita oleh para founding father untuk
digunakan demi kesejahteraan seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia. Akankah kita me-
wariskan sampah plastik kepada anak cucu kita dan mendapat gelar perusak alam ataukah
kita mulai merubah keadaan dari sekarang untuk mau membenahi bangsa dan negara, di-
mulai dari mengganti penggunaan plastik non-organik dengan plastik organik yang ramah
lingkungan? Hanya waktu yang bisa menjawab.

4
Pustaka
[1] Wikipedia.org, "Plastik"

[2] Media Indonesia, Minggu, 09 Apr 2017, "Indonesia Negara Terbesar Kedua Pembuangan
Sampah Plastik"

[3] BBC Indonesia, 3 Juni 2018, "Telan 80 kantong plastik, seekor paus mati di perairan
Thailand".

[4] Deutsche Welle Indonesia, "Malaysia Akan Larang Pemakaian Kantong Plastik Selama
Setahun"

[5] Deutsche Welle Indonesia, "Uni Eropa Akan Larang Alat Makan Sekali Pakai Dari
Plastik"

[6] republika.co.id, Kamis 22 Februari 2018, "Campuran Limbah Plastik Ternyata Buat
Aspal Lebih Kuat"

[7] theconversation.com, September 5, 2017, "Bagaimana Indonesia bisa melawan pence-


maran plastik?"

[8] surabaya.tribunnews.com, Senin, 9 Juni 2014, "Sulap Sampah Plastik Menjadi Bahan
Bangunan"

[9] Sumber gambar: Deutsche Welle, BBC Indonesia

Powered by:

LATEX

Anda mungkin juga menyukai