Indikator 1 2 3 4 5
Keseimbangan
Koordinasi
Performa posisi tubuh
Pergerakan sendi dan otot
berjalan
Bergerak dengan mudah
Pasien akan:
memperlihatkan penggunaan alat bantu secara benar
dengan pengawasan
meminta bantuan untuk aktivitas mobilitas jika perlu
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri
dengan alat bantu menyangga berat badan
berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yang
benar
berpindah dari dank e kursi atau dari kursi
menggunakan kursi roda secara efektif
Intervensi NIC Promosi mekanika tubuh; memfasilitasi penggunaan postur
dan pergerakan dalam aktivitas sehari-hari untuk mencegah
keletihan dan ketegangan atau cedera musculoskeletal
Promosi latihan fisik; latihan kekuatan; memfasilitasi latihan
otot resistif secara rutin untuk mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan otot
Terapi latihan fisik: mobilitas sendi; menggunakan gerakan
tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau
mengembalikan fleksibilitas sendi
Terapi latihan fisik: pengendalian otot; menggunakan
aktifitas spesifik atau protocol latihan yang sesuai untuk
meningkatkan atau mengembalikan gerakan tubuh yang
terkendali
Terapi aktivitas fisik: ambulasi; meningkatkan dan
membantu dalam berjalan untuk mempertahankan fungsi
tubuh otonom
Terapi latihan fisik: keseimbangan; untuk meningkatkan dan
mempertahankan keseimbangan postur tubuh
Pengaturan posisi; mengatur penempatan pasien atau bagian
tubuh pasien secara hati-hati untuk meningkatkan
kesejahteraan fisiologis dan psikologis
Pengaturan posisi; mengatur penempatan pasien atau bagian
tubuh pasien secara hati-hati dikursi roda untuk
meningkatkan kesejahteraan fisiologis dan psikologis
9. Bantuan perawatan diri: berpindah; memnabtu individu
untuk mengubah posisi tubuhnya
Aktivitas keperawatan Pengkajian merupakan proses yang kontinu untuk menentukan
tingkat performa hambatan mobilitas pasien.
TIPE NYERI
TIPE
KETERANGAN
NYERI
10 Tipe nyeri sangat berat.
7-9 Tipe nyeri berat.
4-6 Tipe nyeri sedang.
1-3 Tipe nyeri ringan.
(Sumber: Sadurandari Fundamental Of Nursing, Sudiharto, AsuhanKeperawatan pada
Pasien
Nyeri, 1996 ; 23).
SKALA KETERANGAN
KEKUATAN
KETERANGAN
OTOT
Otot sama sekali tidak mampu bergerak, tampak berkontraksi,
0
bilalengan/ tungaki dilepaskan, akan jatuh 100% pasif.
1 Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada tahanan sewaktu
jatuh.
Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya gravitasi
2
(saja), tapi dengan sentuhan akan jatuh.
Mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi tidak mampu
3
melawan tekan/ dorongan dari pemeriksa.
4 Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain.
5 Kekuatan utuh.
SKALA KEKUATAN OTOT UNTUK MENGETAHUI TINGKAT KELEMAHAN
KEKUATAN
KETERANGAN
OTOT
0 (tidak ada) : tidak ada kontraktilitas
1 (sedikit) : ada sedikit kontraktilitas tanpa adanya gerakan sendi.
2 (buruk) : rentang gerak komplit dengan batasan gravitas.
3 (sedang) : rentang gerak komplit terhadap gravitas
4 (baik) : rentang gerak komplit terhadap gravitas dengan beberapa
resistensi
5 (normal) : rentang gerak komplit terhadap gravita dengan beberapa
resistensi penuh
RIWAYAT NYERI
Secara umum pengkajian riwayat nyeri meliputi beberapa aspek, yaitu :
1. Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien menunjukkan area
nyerinya. Pengkajian ini bisa dilakukan dengan bantuan gambar tubuh. Klien bisa
menandai bagian tubuh yang mengalami nyeri. Ini sangat bermanfaat, terutama
untuk klien yang memiliki lebih dari satu sumber nyeri.
2. Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan terpercaya untuk
menetukan intensitas nyeri pasien. Skala nyeri yang paling sering digunakan adalah
rentang 0-5 atau 0-10. Angka 0 menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka
tertinggi menandakan nyeri yang hebat.
3. Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti “dipukul-pukul” atau “ditusuk-tusuk”.
Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan pasien untuk menggambarkan
nyerinya sebab informasi yang akurat dapat berpengaruh besar pada diagnosis dan
etiologi nyeri serta pilihan tindakan yang diambil.
4. Pola
Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri.
Perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung,
apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir muncul.
5. Gejala yang menyertai
Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing, dan diare. Gejala itu bisa disebabkan oleh
awitan nyeri atau oleh nyeri itu sendiri.
6. Factor presipitasi
Terkadang aktifitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri, seperti aktifitas yang
berta dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu factor lingkungan, stressor fisik, dan
emosional juga dapat memicu nyeri.
7. Pengaruh pada aktifitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktifitas harian klien akan
membantu perawat memahami perspektif klien tentang nyeri. Beberapa aspek
kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah tidur, nafsu makan, konsentrasi,
pekerjaan, hubungan interpersonal, hubungan pernikahan, aktifitas di rumah,
aktifitas di waktu senggang, serta status emosional.
8. Sumber koping
Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam menghadapi nyeri.
Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya atau
pengaruh agama atau budaya.
9. Respons afektif
Respons afektif klien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada situasi, derajat dan
durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri, dan banyak factor lain. Perawat perlu
mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal pada
diri pasien.