com
ln e a = a ln e = a (8.2)
Kita lihat sekarang fungsi logaritma natural. Fungsi logaritma natural dari x dituliskan
sebagai
y = ln x (8.3)
Fungsi ini didefinisikan melalui integral (mengenai integrasi akan kita pelajari pada Bab-12),
yaitu
x1
ln x = ∫1 t dt (8.4)
Berikut ini kita akan melihat definisi tersebut secara grafis di mana integral dengan
batas tertentu seperti (8.4) berarti luas bidang antara fungsi 1/t dan sumbu-x yang dibatasi
oleh t = 1 dan t = x . Perhatikan Gb.8.1. Nilai fungsi y = ln x adalah luas bidang yang dibatasi
oleh kurva (1/t) dan sumbu-t, dalam rentang antara t = 1 dan t = x.
6
y
5
4
1/t ln x
3
2
1
0 t
0 1 2 x 3 4
2
y 1,5 y = ln x
1
0,5
0
0 1 2 e 3 x 4
-0,5
-1
-1,5
-2
Gb.8.2. Kurva y = ln x.
Sifat-Sifat. Sifat-sifat logaritma natural mirip dengan logaritma biasa. Jika x dan a
adalah positif dan n adalah bilangan rasional, maka:
ln ax = ln a + ln x
x
ln = ln x − ln a;
a
ln x n = n ln x (8.5)
ln e = 1
ln e x = x
ln x bernilai negatif untuk x < 1
y 1
0,8 e− x
0,6 e−2x
0,4
0,2
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 x 4
Gabungan Fungsi Eksponensial. Gabungan fungsi eksponensial yang banyak dijumpai dalam
rekayasa adalah eksponensial ganda yaitu penjumlahan dua fungsi eksponensial. Kedua
fungsi mempunyai amplitudo sama tetapi berlawanan tanda; konstanta waktu dari
keduanya juga berbeda. Persamaan fungsi gabungan ini adalah
( )
y = A e −t / τ1 − e −t / τ 2 u (t ) (8.12)
Bentuk kurva dari fungsi ini terlihat pada Gb.8.4.
Fungsi ini dapat digunakan untuk memodelkan surja. Gelombang surja (surge) merupakan
jenis pulsa yang awalnya naik dengan cepat sampai suatu nilai maksimum tertentu
kemudian menurun dengan agak lebih lambat. Surja tegangan yang dibangkitkan untuk
keperluan laboratorium berbentuk “mulus” namun kejadian alamiah yang sering
dimodelkan dengan surja tidaklah mulus, misalnya arus terpaan petir.
A5 y1 = Ae − t / τ1
4
y 2 = Ae − t / τ 2
3 (
y = A e − t / τ1 − e − t / τ 2 )
2
00
0 1 2 3 4 t/τ 5
ev + e−v e v − e −v (8.13)
cosh v = ; sinh v =
2 2
Persamaan (8.13) ini merupakan definisi dari cosinus hiperbolik dan sinus hiperbolik. Definisi
ini mengingatkan kita pada fungsi trigonometri biasa cosinus dan sinus. Pada fungsi
trigonometri biasa, jika x = cosθ dan y = sinθ maka fungsi sinus dan cosinus ini memenuhi
persamaan “lingkaran satuan” (berjari-jari 1), yaitu
x 2 + y 2 = 1 = sin 2 θ + cos 2 θ .
Pada fungsi hiperbolik, jika x = cosh v dan y = sinh v, maka fungsi-fungsi ini memenuhi
persamaan “hiperbola satuan”:
x2 − y2 = 1
Hal ini dapat kita uji dengan mensubstitusikan cosh v untuk x dan sinh v untuk y dan kita
akan mendapatkan bahwa persamaan “hiperbola satuan” akan terpenuhi. Kita coba:
e 2 v + 2 + e −2 v e 2 v − 2 + e −2 v 4
x 2 − y 2 = cosh 2 v − sinh 2 v = − = =1
4 4 4
Bentuk kurva fungsi hiperbolik satuan terlihat pada Gb. 8.5. dengan
ev + e−v e v − e −v
x = cosh v = ; y = sinh v =
2 2
4 v=∞
y 3
2 v=0 P[x,y]
1
0 x
-1 0 1 2 3 4
-2
-3
-4
Gb.8.5. Kurva fungsi hiperbolik satuan.
ev + e−v e v − e −v
x = cosh v = ; y = sinh v =
2 2
maka titik P[x,y] akan berada di bagian positif kurva tersebut. Karena ev selalu bernilai positif
dan e−v = 1/ev juga selalu positif untuk semua nilai nyata dari v, maka titik P[x,y] selalu
berada di bagian positif (sebelah kanan sumbu-y) kurva hiperbolik.
Mirip dengan fungsi trigonometri, fungsi hiperbolik yang lain didefinisikan sebagai
1 2 1 2 (8.15)
sech v = = ; csch v = =
cosh v e + e − v
v sinh v e − e − v
v
4 4
y y
3 y = cosh x
3
2
1 x 1
e y = sinh x 2
2 0
-2 -1 0 1 2 x 1
-1
1
-2
− e− x y = sech x
2 0
-3 -2 - 0 1 x 2
(a) -4 b) -1
4
y
4
3
y = cosh x y y = coth x
3 2
2 1
1 0
y = tanh x
1 x y = sinh x x
e 0 -2 -1 0 1 2
2 -1
-2 -1 0 1 2 x
-1
-2
-2 y = coth x
-3
-3
c) d) -4
-4
4
y y = cschx
3
y = sinh x
2
0
-2 -1 0 1 x 2
-1
-2
-3
y = cschx
-4
e)
Gb.8.6. Kurva-kurva fungsi hiperbolik.