Anda di halaman 1dari 2

Kajen-Sebagai lembaga pendidikan yang berbasis pesantren salaf, Perguruan Islam Mathali’ul

Falah Kajen Margoyoso Pati terus mengupayakan langkah guna mempertahankan tradisi
kepesantrenan. Salah satu yang dipertahankan dan menjadi tradisi tahunan adalah
diselenggarakannya prosesi musalsal bagi siswa-siswa mutakhorijin—sebutan bagi siswa kelas
3 Aliyah. Prosesi musalsal dipimpin langsung oleh Direktur PIM KH MA Sahal Mahfudz di
kediaman beliau di komplek Pesantren Maslakul Huda Kajen (Rabu, 06 Juni 2012).
Kegiatan ini merupakan prosesi pemberian ijazah beberapa hadits yang jalur periwayatan
hadits itu, baik rowi dan sanadnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Hadits-hadits
tersebut bukan hanya sama berupa ucapan dan lafadznya saja, melainkan mencakup sifat-sifat
serta perilaku nabi ketika menyampaikannya. Dalam bahasa sederhananya, penyampaian
hadits-hadits tersebut mencakup hal-hal khusus. Misalkan ketika menyampaikan sebuah hadits
nabi melakukan gerakan berupa memegang jenggotnya, maka periwayat juga melakukan hal
yang sama. Begitu pula saat nabi menyampaikan sebuah hadits dengan menangis, periwayat
pun harus menangis ketika meriwayatkan hadits tersebut. Periwayatan sanad hadits—
sebagaimana dijelaskan KH MA Sahal Mahfudz—merupakan keistimewaan umat Nabi
Muhammad.
Ada sembilan hadits yang diijazahkan oleh Mbah Sahal—sapaan akrab KH MA Sahal
Mahfudz—kepada para siswa. Hadits-hadits yang terangkum dalam kitab Lum’at al-Himmah
ila al-Musalsalat al-Muhimmah ialah musalsal bi al-awaliyah, musalsal bi a’udzubillahi mina
as-syaithan ar-rajim, musalsal bi qira’ah surat al-fatihah, musalsal bi qira’ah ayat al-
kursi, musalsal bi al-mahabbah,musalsal bi al-ru’ya, musalsal bi al-mushafahah, musalsal bi
al-musyabakah, dan musalsal bi khatmi al-majlis bi ad-du’a. Kitab kecil tersebut disusun oleh
Mbah Sahal atas berbagai pertimbangan. Dari banyaknya hadits musalsal yang beliau miliki,
kesembilan hadits inilah yang dianggap paling penting di antara hadits-hadits musalsal lainnya.
Dalam pidato berbahasa Arabnya, Mbah Sahal menjelaskan bahwa beliau mendapatkan
ijazah musalsal tersebut dari seorang syekh Makkah bernama Syekh Yasin al-Fadany al-
Makky. Syekh yang konon memiliki 500 guru inilah yang mengijazahkan sanad seluruh kitab
yang pernah dibacanya kepada beliau. Di lain kesempatan, Mbah Sahal berpesan agar para
siswa selalu melakukan setiap hal dengan ilmu.
“Sebab jika ilmu tidak diamalkan, besok di hari kiamat ilmu itu akan menuntut,”
tegasnya.

Terharu
Siswa kelas 3 Aliyah yang berjumlah 125 mengikuti prosesi acara mulai pembukaan hingga
penutup dengan khidmat. Mereka dipandu Mbah Sahal membaca kitab musalsal bersamaan
dan menirukan apa yang Mbah Sahal contohkan. Seperti saat membaca musalsal bi
a’udzubillahi min as-syaithan ar-rajim, Mbah Sahal mengingatkan agar para siswa terlebih
dahuli membaca lafadz ‘a’udzubillahi as-sami’il ‘alim’, kemudian Mbah Sahal membenarkan
bacaan mereka dengan bacaan ta’awudz ’’a’udzubillahi min as-syaithan ar-rajim’’. Barulah
para siswa membaca ta’awudz dengan benar. Tak sedikit siswa menitikkan air mata karena
terharu.
“Jadi ingat segala kesalahan yang pernah dilakukan selama sekolah,” aku M Nur Faizin,
siswa kelas 3 Aly A. Ia mencontohkan beberapa kenakalan-kenakalan yang dilakukannya
semisal kurang memperhatikan pelajaran, menyakiti perasaan guru dan teman, hingga
tindakan-tindakan tidak benar lainnya.
“Semoga itu (kesalahan) tidak menyebabkan tertutupnya pintu ridla dari sang guru yang
membuat ilmu kita tidak bermanfaat,” harap siswa yang bersekolah di PIM sejak tingkat
Diniyah Ula itu.
Namun beberapa siswa terlihat sumringah setelah prosesi yang ditutup dengan foto
bersama direktur itu berakhir.
“Ya senang bisa merasakan musalsal dengan direktur. Harapannya mampu menjadi insan
yang shalih dan akrom,” ucap M Sholeh, siswa asal Jambi. (es-o. doknewss).

Anda mungkin juga menyukai