CPR Open Chest
CPR Open Chest
TRAUMA DADA
Oleh: Nurma Afiani, S.Kep., Ners
LATAR BELAKANG
Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardio Pulmonary Resuscitation
(CPR) merupakan tindakan dasar untuk membantu kelangsungan hidup pasien.
Pada dasarnya, teknik RJP yang dikeluarkan oleh American Heart Association
(AHA) ditujukan untuk pasien non trauma terutama pasien yang tidak sadar akibat
cardiac arrest.
Namun tidak menutup kemungkinan, pasien trauma juga memerlukan
tindakan RJP tersebut, termasuk pasien dengan trauma dada. Padahal dalam
teknik RJP, dilakukan penekanan pada sternum untuk memompa jantung dari luar.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada pasien dengan
trauma dada?
TINJAUAN KONSEP
a. C (Circulation)
Mengkaji nadi/ tanda sirkulasi: Ada tidaknya denyut jantung
korban/pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri karotis di
daerah leher korban/ pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari
telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher
sehingga teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian
sisi kanan atau kiri kira-kira 1–2 cm raba dengan lembut selama
5–10 detik. Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali
memeriksa pernapasan korban dengan melakukan manuver
tengadah kepala topang dagu untuk menilai pernapasan korban/
pasien. Jika tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika
bernapas pertahankan jalan napas.
b. A (Airway)
Tindakan ini bertujuan mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas
oleh benda asing. Buka jalan nafas dengan head tilt-chin lift/ jaw
thrust. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau
sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau
jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain (fingers sweep),
sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan
menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka
dengan teknik Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan
dengan jari telunjuk pada mulut korban.
Setelah nafas dan nadi korban ada, bila tidak ada kontraindikasi untuk
mencegah kemungkinan jalan nafas tersumbat oleh lidah, lender, atau
muntah berikan posisi recovery pada korban dengan langkah sebagai
berikut (Suharsono, T., & Ningsih, D. K., 2008):
a. Letakkan tangan korban yang dekat dengan anda dalam posisi lengan
lurus dan telapak tangan menghadap keatas kearah paha korban
b. Letakkan lengan yang jauh dari anda menyilang diatas dada korban
dan letakkan punggung tangannya menyentuh pipinya
c. Dengan menggunakan tangan anda yang lain, tekuk lutut korban yang
jauh dari anda sampai membentuk sudut 90˚
d. Gulingkan korban kearah penolong
e. Lanjutkan untuk memonitor denyut nadi korban, ‘tanda sirkulasi’, dan
pernafasan tiap 2 menit hingga bantuan datang.
Trauma Dada
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax,
baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul (Pusponegoro, A.D., 1995).
Trauma thorax juga dapat diartikan sebagai luka atau cedera yang mengenai
rongga thorax atau dada yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax
atau dada ataupun isi dari cavum thorax (rongga dada) yang disebabkan oleh
benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan sakit pada dada
(Handaya, 2011).
Trauma dada diklasifikasikan menjadi dua yakni: trauma tumpul dan
trauma tembus/ penetrasi. Trauma pada dada sering mengancam jiwa dan
mengakibatkan satu atau lebih mekanisme patologi berikut (Smeltzer and Bare,
2004):
1. Hipoksemia akibat gangguan jalan nafas, cedera pada parenkim paru, iga,
dan otot pernafasan, kolaps paru, dan pneumothoraks.
2. Hipovolemia akibat kehilangan cairan massif dari pembuluh darah besar,
rupture jantung, atau hemothoraks.
3. Gagal jantung akibat tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan
intrathoraks yang meningkat.
PEMBAHASAN
Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardio Pulmonary Resuscitation
(CPR) merupakan tindakan dasar untuk membantu kelangsungan hidup pasien.
Pada dasarnya, teknik RJP yang dikeluarkan oleh American Heart Association
(AHA) ditujukan untuk pasien non trauma terutama pasien yang tidak sadar akibat
cardiac arrest.
Namun tidak menutup kemungkinan, pasien trauma dengan cardiac arrest
juga memerlukan tindakan RJP tersebut, termasuk pasien dengan trauma dada.
Padahal dalam teknik RJP, dilakukan penekanan/ kompresi pada sternum untuk
memompa jantung dari luar.
Pada tahun 2003, The National Association of EMS Physicians
(NAEMSP) mempublikasikan pedoman untuk tidak melakukan resusitasi pada
pasien trauma yang:
1. Pasien dengan trauma tumpul yang ditemukan dalam kondisi apneu, tidak
ada nadi dan tidak ada irama ECG (flat)
2. Pasien dengan luka tembus/ tusuk yang ditemukan dalam kondisi apneu
dan tidak ada nadi
3. Korban dengan leher yang terpenggal atau hemicorporectomy
AHA. (2006). 2005 AHA Guidelines For CPR and ECG. Critical Care Nurse, 26,
8-13.
AHA. (2010). Highlights of The 2010 American Hearth Assosiation Guidlines for
CPR and ECC. AHA, 1-28.
Cadogan, M. P. (2010). CPR Decision Making and Older Adults. Clinical
Concepts.
Fialka, Sebok, Kemetzhofer, Kwasny, Sterz, & Vecsei. (2004). Open-chest
cardiopulmonary resuscitation after cardiac arrest in cases of blunt chest or
abdominal trauma: a consecutive series of 38 cases. Journal of Trauma,
57(4):809-14.
Handaya, Yuda. (2011). Trauma Thorax. Diakses dari
http://dokteryudabedah.com/trauma-torax/. 7 Januari 2012.
Liza. (2008). Resusitasi Jantung dan Paru. Diakses dari
http://www.scribd.com/doc/6240591/Resusitasi-Jantung-DanParu
Pusponegoro, A.D. (1995). Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Shaharudin, N. A. (2010). AHA Guidlines For CPR and ECC. Bandung.
Document Number).
Smeltzer and Bare. (2004). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 1.
Edisi 8. Jakarta: EGC.
Suharsono, T., & Ningsih, D. K. (2008). Penatalaksanaan Henti Jantung Di Luar
Rumah Sakit Sesuai dengan Algoritma AHA 2005. Malang: UMM Press.