Anda di halaman 1dari 50

DITERBITKAN OLEH:

Deutsche Gesellschaft für Internationale


Zusammenarbeit (GIZ) GmbH
GIZ - Sustainable Urban Transport
Improvement Project (SUTIP) Glosarium
Sebagai upaya mewujudkan sistem transportasi perkotaan yang efektif dan
d/a : Gedung Graha Mandiri, Lt.17 Bus Kecil : Bus dengan kapasitas
efisien, angkutan massal seharusnya menjadi tulang punggung dalam struktur REPUBLIK INDONESIA
Jl. Imam Bonjol No. 61 antara 9-16 orang
Jakarta Pusat 10310 mobilitas warga perkotaan. Sayangnya, belum semua kota di Indonesia Bus Sedang : Disebut juga bus 3/4 dengan
kapasitas 17-35 orang
P : +62-21 3192 3375/390 8290 siap menjalankan sistem ini. Buku ini mengidentifikasi persoalan dasar TOOLKIT UNTUK MOBILITAS PERKOTAAN DI INDONESIA Ngetem : Istilah untuk angkutan atau

LANGKAH JITU PEMBENAHAN


F : +62-21 3193 4745 angkutan perkotaan yang ada saat ini dan langkah-langkah praktis untuk kendaraan umum yang sedang
Email: sutip@giz.de berhenti menunggu penumpang
meningkatkan layanannya. Pada akhirnya, diharapkan akan memudahkan
ANGKUTAN PERKOTAAN
Angkutan massal : Angkutan umum dengan daya
TOOLKIT UNTUK MOBILITAS tampung besar

L A N G K A H J I T U P E M B E N A H A N A N G K U TA N P E R K O TA A N
PERKOTAAN DI INDONESIA pemerintah daerah, pelaku usaha dan masyarakat untuk bersama-sama
Trunk Line : Jalur utama angkutan umum
LANGKAH JITU PEMBENAHAN menyiapkan sebuah sistem angkutan massal yang profesional dan sesuai Demand : Permintaan perjalanan
ANGKUTAN PERKOTAAN SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
dengan kebutuhan yang ada. BUMN : Badan Usaha Milik Negara
Ketua Tim Pengarah: BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
Bambang Prihartono Didukung oleh:
BBM : Bahan Bakar Minyak
LLAJ : Lalu Lintas Angkutan Jalan
Penanggung Jawab: RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka
Daniel Herrmann Menengah Daerah
Organda : Asosiasi Pengusaha
Editor: Angkutan Darat
• Syafrita Ayu Hermawan CSR : Corporate Social Responsibility
• Dhany Utami Ningtyas ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Atas
PARK
AND Prameks : Prambanan Ekspres
Tim Pengarah: RIDE NMT : Non-Motorized Transport
BAPPENAS
HALTE TANAH AB Transportasi tidak bermotor
• Petrus Sumarsono ANG KRD : Kereta Rel Diesel
• Dail Umamil Asri NPWP : Nomor Pokok Wajib Pajak
• Ikhwan Hakim Sekda : Sekretaris Daerah
• Bastian LF : Load Factor
• Adi Perdana Sekda : Sekretaris Daerah
• Ahmad Zainudin BMC : Bus Management Company
• Wayan Deddy Wedha Setyanto P 19 Tatrawil : Tataran Transportasi Wilayah
TANAH ABANG- BLOK M Tatralok : Tataran Transportasi Lokal
Penulis: RIJLLAJ : Rencana Induk Jaringan Lalu
GIZ SUTIP Lintas dan Angkutan Jalan
• Achmad Izzul Waro
• Anugrah Ilahi
• Septina Setyaningrum
• Titis Efrindu Bawono
• Tedy Murtejo
N KOTA
ANGKUTA
• Muhammad Nanang Prayudyanto
• Achmad Faris Saffan Sunarya

Perancang Grafis:
Fredy Susanto

5 BW
Pertama kali diterbitkan dalam Bahasa Indonesia B 391
oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional bekerja sama dengan SUTIP

96 Halaman, 17.6cm x 25cm


Edisi pertama, tahun cetak 2015
Dicetak di Jakarta, Indonesia, Maret 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
TOOLKIT UNTUK MOBILITAS PERKOTAAN DI INDONESIa

Langkah Jitu Pembenahan


Angkutan Perkotaan

PARK
AND
RIDE

HALTE TANAH AB
ANG

P 19
TANAH ABANG- BLOK M

N KOTA
ANGKUTA

5 BW
B 391
Prakata Menengah Nasional 2015-2019, berupaya untuk memperbaiki kualitas
pelayanan transportasi perkotaan dengan prioritas “pembangunan

K
transportasi massal perkotaan” dan fokus pada infrastruktur
TOOLKIT TRANSPORTASI PERKOTAAN
angkutan massal berbasis jalan, angkutan massal berbasis rel,
dan pemeliharaan kualitas jaringan jalan perkotaan. Sasaran yang
ita menyadari bahwa proses urbanisasi akan dicapai pada akhir tahun 2019 di antaranya peningkatan
dan kebutuhan lapangan kerja yang tinggi modal share minimal 32%, jumlah kota yang menerapkan BRT
telah mempercepat pertumbuhan penduduk meningkat 70% menjadi 29 kota, kapasitas angkut angkutan umum
di perkotaan. Dengan laju pertumbuhan meningkat 80%, peningkatan kecepatan lalu-lintas minimal 20
penduduk perkotaan yang mencapai 4,4% km/jam, berkembangnya aplikasi teknologi manajemen lalu-lintas
per tahun, pada tahun 2025 diperkirakan perkotaan, dan perbaikan moda alternatif non-jalan pada kota-kota
terdapat sekitar 60% penduduk Indonesia atau yang berpotensi serta perbaikan pemanfaatan energi berbasis
sekitar 170 juta orang akan tinggal di wilayah gas khususnya untuk angkutan umum di perkotaan, perbaikan
perkotaan. Oleh karena itu diperlukan sebuah keselamatan lalu-lintas di perkotaan dan pengurangan dampak
strategi untuk mengendalikan urbanisasi, lingkungan khususnya emisi udara perkotaan. Pemerintah merasa
antara lain dengan menghindari konsentrasi penduduk yang perlu untuk merangkul pihak-pihak lain seperti swasta, BUMN
terjadi hanya di beberapa kota metropolitan dan kota besar, dan negara-negara donor termasuk GIZ-SUTIP untuk membantu
serta memperkuat pelayanan kota-kota kecil dan sedang melalui perbaikan sistem tarnsportasi perkotaan serta menjelaskan kepada
peningkatan kualitas infrastruktur. pemerintah daerah dan masyarakat.
Di wilayah perkotaan dengan jumlah penduduk lebih dari 500 Buku yang tersaji ini merupakan kelanjutan dari Buku Sustainable
ribu jiwa, kebutuhan infrastruktur dalam hal peningkatan peran Urban Transport (Bappenas, 2014), merupakan kerja sama Bappenas,
angkutan massal wajib dikelola, dioptimalkan, dan diselaraskan Kementerian Perhubungan, dan GIZ SUTIP, dengan harapan agar
dengan infrastruktur moda angkutan lainnya. Akan tetapi, upaya pemerintah daerah dapat menindaklanjuti aspek yang lebih teknis
tersebut tidak cukup untuk mencapai tingkat kualitas pelayanan berdasarkan arahan dari pemerintah pusat. Buku petunjuk ini
yang memadai. Secara bersamaan jumlah kendaraan pribadi juga fokus pada bahasan mengenai empat hal: (1) manajemen parkir
harus ditekan semaksimal mungkin. Sementara itu, untuk wilayah di perkotaan; (2) Perbaikan Angkutan Umum Perkotaan (Angkot
perkotaan dengan jumlah penduduk kurang dari 500 ribu, kebutuhan Reform), (3)Pengembangan Transportasi Tidak Bermotor (NMT);
infrastruktur yang harus dilakukan adalah dengan mempertahankan dan (4) Implementasi PEP untuk RAD GRK (Rencana Aksi Daerah
pelayanan melalui low cost traffic management dengan meningkatkan tentang Gas Rumah Kaca).
dan menyelaraskan peran berbagai moda angkutan umum, tetapi Dalam kesempatan ini, saya menyampaikan penghargaan saya
tetap menjaga kualitas aksesibilitas penduduk. kepada tim yang telah bekerja keras dalam menyelesaikan buku ini.
Dalam perspektif ekonomi makro, ketersediaan jasa pelayanan Saya harap buku ini dapat membantu kita semua untuk memahami
infrastruktur transportasi perkotaan dapat memengaruhi marginal langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mewujudkan visi
productivity of private capital, dan dalam perspektif ekonomi mikro, perkotaan di Indonesia, yaitu mencapai transportasi perkotaan
hal ini akan berpengaruh terhadap penurunan biaya produksi. yang berkelanjutan.
Selain itu, kontribusi infrastruktur transportasi perkotaan terhadap
peningkatan kualitas hidup ditunjukkan dengan terjadinya
peningkatan kesejahteraan, produktivitas dan akses terhadap Jakarta, Maret 2015
lapangan kerja, serta stabilitas ekonomi makro. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/
Pemerintah Indonesia yang telah mengesahkan Peraturan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
1
8
Latar Belakang,
Permasalahan,
dan Tujuan

1.1 LATAR BELAKANG


8
3
35 3.1
Penataan Angkutan
Perkotaan di
Indonesia

strategi pengembangan
angkutan umum perkotaan
35 4
52
Mekanisme
Pembiayaan

4.1PenYEDIAAN Anggaran
52
(Financing Public Transport)

35 3.1.1 Konsolidasi
36 3.1.2 Restrukturisasi Trayek
55 4.2 PEMBIAYAAN Prasarana
Pendukung
37 3.1.3 Penerapan Konsep TDM
12 1.2 IDENTIFIKASI, PERMASALAHAN
DAN TANTANGAN
57 4.3 Alternatif Sistem Kontrak

2
40 3.2 Penataan Angkot di
Indonesia
57 4.3.1 Kontrak kerjasama

40 3.2.1 Tipologi Angkutan Umum di Perkotaan

58
42 3.2.2 Penataan Angkutan Perkotaan 4.4 Sistem Tiket dan Tarif

Daftar Isi Pengembangan Kebijakan


Angkutan Umum
16 46 3.3 Transformasi MenUJU
58 4.4.1 Pengembangan Sistem Pembayaran
dan Integrasi Tiket
Angkutan Massal 60 4.4.2 Penerapan Tarif
46 3.3.1 Prinsip Penentuan Sarana dan Prasarana
48 3.3.2 Teknis Penentuan Halte dan Lajur Bus

16 2.1
Pentingnya Komitmen
Politis
49 3.3.3 Pengawasan
62 4.5 Pengembangan Sistem
Subsidi
16 2.1.1 Kemauan Politis dan Komitmen Aksi 62 4.5.1 Prinsip Pemberian Subsidi
17 2.1.2

Komitmen Politis dan Dampaknya terhadap
Perencanaan Keuangan
50 3.4 Aspek Sosial 63 4.5.2 Peruntukan Subsidi
64 4.5.3 Menentukan Besaran Subsidi
18 2.1.3 Penerapan Konsep TDM 50 3.4.1 Pelecehan Seksual di Angkutan Perkotaan

5
19 2.1.4 Kemauan Politis dan Komitmen Aksi
di Berbagai Tingkatan
21 2.1.5 Sinkronisasi Antara Pemangku Kepentingan

22
2.2 REGULASI
Pembentukan
Manajemen Angkot 66

S
yang Efektif dan Efisien

U
B
22 2.2.1 Standar Pelayanan Minimum (SPM)
25 2.2.2 Manajemen Operasional (Badan Hukum)

66 5.1 Perizinan Angkutan Umum

26 2.3 Sarana Angkutan


67 5.1.1 Izin Usaha Angkutan
69 5.1.2 Izin Trayek/Koridor
26 2.3.1 Ragam Jasa Angkutan
TIBA: M 09 : TANAH
ABANG-MERUYA 28 2.3.2 Paratransit: Angkutan Alternatif

70 5.2 Prinsip Good Corporate


Governance (GCG)

28 2.4 praSarana Angkutan


74
TIAN

5.3 Tata Cara Pembentukan


HEN
BER
PEM KOT ILIR LAMA

ANG
N

MERUYA
-
KEBAYORA
-
ABANG
ABANG
Trayek
TANAH
TANAH
M11
M09A

28 2.4.1 Kebijakan Pengembangan Transportasi/


ABANG
TINGGI

TANAH N SLIPI
JEMBATAN
TUBUN
M11 KS.
BUNDERAJERUK
ILIR
PALMERAH
KEBUN
MERUYAABANG
AN

TANAH
PETAMBUR
M09 SLIPI LAMA
N
BELONG
PALMERAH
RAWA
KEBAYORA

Anda

Posisi

ISTRIK
ANGLING L
Angkutan Jalan Badan Hukum
28 2.4.2 Terminal 74 5.3.1 Perseroan Terbatas (PT)
32 2.4.3 Tempat Pemberhentian Angkot dan Bus 75 5.3.2 Koperasi
8 9

1
Latar Belakang, Permasalahan, dan Tujuan

Mobil itu ibarat kolesterol.


Kita membutuhkannya untuk mengalirkan darah di dalam tubuh,
tetapi kita harus mengontrolnya. Jika kita gagal mengontrolnya,
kolesterol akan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah dan
kita akan mati karena serangan jantung.
(PM Singapura Goh Cok Tong)

P
1.1 engaturan angkutan jalan di wilayah perkotaan memiliki
peran strategis dalam mendukung pembangunan ekonomi Mengenal Buy the Service pada sistem BRT
Latar Belakang Buy the Service adalah sistem yang dapat diberlakukan untuk mengoperasikan
serta mewujudkan konektivitas dan integrasi nasional. bus dengan spesifkasi pelayanan, baik ditinjau dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Hal tersebut merupakan bagian dari upaya memajukan Pemerintah akan membayar operator berdasarkan tarif atas pelayanan yang mereka
kesejahteraan umum dan keadilan sosial sebagaimana diamanatkan laksanakan, sesuai jumlah kilometer yang mereka tempuh (Heru Sutomo, 2007).
konstitusi dan dijabarkan oleh Undang-Undang (UU) No. 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ). Sejalan dengan
itu, dibutuhkan sebuah rangkaian sistem, sarana dan prasarana
angkutan jalan yang efektif dan efisien yang dapat menjawab
kebutuhan mobilitas masyarakat perkotaan.
Rangkaian sistem tersebut dapat diwujudkan melalui reformasi
sistem angkutan jalan di wilayah perkotaan dengan mengembangkan
sebuah reformasi layanan yang mengacu kepada konsep Bus Rapid
Transit (BRT) dengan menggunakan format buy the service. Sistem
buy the service atau beli layanan mampu menghilangkan budaya
buruk akibat sistem setoran yang ada di pelayanan angkutan jalan
konvensional selama ini. Ditunjang dengan mekanisme bisnis yang
transparan, sistem ini diyakini akan membuat pengusaha angkutan
berkompetisi secara sehat dengan mendahulukan sisi keamanan,
keselamatan dan kenyamanan penumpang. Pemerintah pusat dapat
mendorong pemerintah daerah dan pihak swasta untuk menerapkan
sistem ini di wilayahnya masing-masing.
Sistem angkutan umum yang efektif dan efisien pada muaranya
akan menunjang tata kota yang lebih baik, dimana warga kota
mempunyai akses yang merata untuk melakukan mobilitasnya

Foto oleh: Anugrah Ilahi (keduanya)


10 11
b ab 1 L ata r B e l a k a ng , Pe r masalahan, dan Tujuan

tanpa harus tersiksa oleh kemacetan dan polusi udara. Jaminan Ketersediaan Angkutan Massal Berbasis Jalan (BRT)
Sistem BRT telah berkembang baik di sejumlah kota Pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis jalan di
mancanegara, seperti Bogota dan Guangzhou. Di Indonesia kawasan perkotaan sebagaimana disebutkan dalam pasal 158 UU No. 22
dikenal pula angkutan massal berbasis jalan atau disebut juga tahun 2009 tentang LLAJ. Angkutan tersebut harus didukung oleh:
Sistem Transit atau Busway. Akan tetapi, sejauh ini keberadaannya
masih terbatas baik dari sisi kualitas dan kuantitas.
Hingga akhir tahun 2014, dari 34 pemerintahan provinsi dan
505 pemerintahan kota/kabupaten yang ada, baru tersedia 18
unit layanan angkutan massal berbasis jalan. Dari ke-18 layanan
tersebut, baru Trans Jakarta yang memiliki lajur khusus bus, itu
pun hanya untuk sebagian rute saja. Pengoperasian sebagian
besar layanan angkutan massal tersebut juga masih belum sesuai
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditentukan pemerintah. • Mobil bus • Lajur khusus • Trayek angkutan • Angkutan
Kendalanya antara lain adalah minimnya infrastruktur dan tingginya berkapasitas umum lain yang pengumpan

biaya operasional untuk mendukung sistem buy the service ini. angkutan massal tidak berimpitan
dengan trayek
Kondisi ini menjadi beban subsidi yang memberatkan anggaran angkutan massal
pemerintah daerah untuk menjamin keberlangsungan operasional
konsep BRT ini.
Hingga saat ini, pelayanan angkutan jalan perkotaan di
Permasalahan Penyediaan Sistem Angkutan Jalan: Meninjau Kasus Bogor
seluruh kawasan perkotaan masih didominasi oleh layanan
angkutan jalan konvensional. Jenis layanan angkutan ini diisi
Penyediaan sistem angkutan jalan yang baik di kawasan perkotaan adalah
oleh armada yang beraneka ukuran, mulai dari bus kecil hingga dambaan para pengguna jasa angkutan umum. Akan tetapi, masih sering
bus besar. Jalur operasinya pun terkadang masih tumpang tindih. dijumpai sejumlah masalah dalam penerapan penyediaan angkutan berbasis
Pengelolaan dilakukan secara individual dan orientasi pelayanan jalan ini. Poin di bawah ini, merujuk kasus di Kota Bogor, dapat menjadi
acuan informasi untuk segera memulai menerapkan penyediaan angkutan
masih menggunakan paradigma kejar setoran, belum sampai
umum berbasis jalan:
kepada upaya memberikan rasa nyaman dan aman kepada para • Volume lalu lintas semakin padat sehingga
penumpang. menimbulkan kemacetan dan meningkatkan
Persoalan tersebut harus segera diatasi dengan melakukan waktu perjalanan.
• Kebiasaan ngetem sopir angkot untuk
upaya yang sistematis dan terstruktur untuk meningkatkan sistem menunggu penumpang.
angkutan umum atau angkutan kota (angkot) dari konvensional • Terjadi penurunan jumlah penumpang, yang
menuju modern. Pengelolaan angkot yang selama ini berbasis beralih moda ke kendaraan pribadi khususnya
individual dialihkan menjadi badan hukum profesional dengan sepeda motor. Kondisi ini menyebabkan load
factor atau keterisian penumpang menurun
tata kelola yang baik. Peningkatan kualitas manajemen angkutan drastis dan bisnis angkutan umum semakin
umum diharapkan secara perlahan tetapi pasti akan dapat mendekati titik nadir.
membangkitkan minat masyarakat untuk kembali menggunakan • Terjadi ketidakseimbangan antara
ketersediaan armada angkot dan jumlah
angkutan umum hingga akhirnya kemacetan dan pencemaran
permintaan penumpang.
udara di kawasan perkotaan pun akan berkurang secara signifikan. • Adanya persaingan yang sangat ketat dan
Merespon kondisi tersebut, disusun toolkit ini dengan harapan tidak sehat di antara para pengemudi untuk
dapat memberikan sumbangsih langkah jitu yang tersaji dalam lima mencari penumpang.

bab yang praktis digunakan sebagai panduan penyelenggaraan


angkutan umum yang efektif dan efisien pada wilayah perkotaan.
Foto: Anugrah Ilahi: (mobil bus, lajur khusus), Achmad Fuadi (angkutan penumpang), Raden Mirza (angkot Bogor).
12 13
b ab 1 L ata r B e l a k a ng , Pe r masalahan, dan Tujuan

P
1.2 ermasalahan angkutan umum yang pelik dapat diidentifikasi Tren Peningkatan Waktu Tempuh
Identifikasi, dalam beberapa kelompok masalah sebagaimana di Atau Penurunan Kecepatan Rata-rata Perjalanan di Wilayah
Perkotaan di Jakarta membuktikan penurunan kualitas
PERMASALAHAN bawah ini:
perjalanan, berdasarkan penelitian atas waktu tempuh
dan Tantangan perjalanan di Jakarta pada ruas Pasar Minggu- Manggarai
1. Tidak tersedianya perencanaan yang menyeluruh, meliputi dan Cilandak-Monas (Jakarta) pada pagi hari.
sarana, prasarana, pembiayaan, dan pengembangan SDM
di bidang transportasi. Tabel Perbandingan Waktu Tempuh Perjalanan di Jakarta 1985-2011
2. Jumlah ketersediaan BRT di Indonesia masih sangat terbatas. Cilandak - Monas Pasar Minggu - Manggarai
3. Terdapat angkot melayani hampir seluruh kota di Indonesia,
Mengapa Perlu tetapi minim pembinaan.
(9,4 km/jam) 100

2011
Reformasi Angkot? (6,1km/jam) 95
Reformasi angkot perlu Pada tataran praktis, banyak dijumpai kendala dalam
dilakukan untuk menjawab (19,2 km/jam)

2000
49
melakukan implementasi kebijakan perundang-undangan di

tahun
sejumlah masalah angkutan (16,1 km/jam) 36
bidang penataan angkot. Identifikasi atas kendala tersebut adalah:
umum di perkotaan.
(24,7 km/jam) 38

1985
M 09
• Kondisi umum yang berlaku saat ini, yang memungkinkan (26,3 km/jam) 22

kepemilikan dan pengoperasian angkot oleh individu,


menyebabkan pengelolaan angkot seringkali tidak dilakukan 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
secara profesional. Pola ini mengakibatkan pelayanan tidak Waktu tempuh rata-rata (dalam menit)
maksimal karena para pemilik armada umumnya tidak memiliki
Sumber: ARSDS (1985), SITRAMP Phase 1 Travel Speed Survey (2000), JUTPI Travel Speed Survey (2011).
BK 3915 WO
SDM yang memadai untuk mengelola bisnis angkutannya
secara profesional. Hal ini merupakan tantangan mendasar bagi

T
pemerintah dan pemerintah daerah dalam mengembangkan
sistem angkutan perkotaan yang baik. oolkit ini disiapkan sebagai acuan dalam melakukan 1.3 Ruang
langkah perbaikan sistem angkutan perkotaan, termasuk Lingkup dan
• Terdapat permasalahan trayek angkutan kota dan pembentukan konsolidasi angkutan perkotaan. Dengan demikian, para Struktur
sistem transit yang tidak terintegrasi. Pada kasus tertentu hal ini pengusaha dan awak angkutan akan memiliki dasar Toolkit
sering menimbulkan kesalahpahaman bahkan ketegangan karena pemahaman yang cukup untuk diarahkan dala upaya meningkatkan
beberapa operator beranggapan bahwa rencana pemerintah metode kerjasama menuju ke sistem transit yang sesungguhnya.
untuk menyediakan sistem transit/BRT justru akan merugikan Secara lebih spesifik, toolkit ini difokuskan sebagai panduan
mereka mengingat potensi penumpang di suatu trayek atau bagi proses peningkatan kapasitas layanan sistem angkutan
koridor tertentu terganggu. Hal ini pun dipandang sebagai perkotaan non massal, sekaligus juga perbaikan sistem manajerial
bentuk kompetisi yang lalu menimbulkan resistensi besar di angkutan perkotaan tersebut agar lebih terstruktur yang akan
kalangan pelaku usaha angkutan kota yang sudah ada. mendukung program pembangunan kota yang berkelanjutan.
Pada akhirnya, akan dicapai kualitas layanan angkutan umum yang
• Timbul ketidakefisienan biaya operasional kendaraan (BOK) lebih baik dan andal sehingga mampu memulihkan kepercayaan
karena usia armada angkutan perkotaan yang sudah tua. Hal ini masyarakat terhadap angkutan perkotaan.
juga berdampak negatif terhadap kualitas udara perkotaan akibat Toolkit ini dirancang dengan tujuan memberikan langkah-
emisi yang ditimbulkan oleh kendaraan berusia tua tersebut. langkah jitu yang akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi
angkutan umum di perkotaan. Hal ini diawali dengan menyediakan
deskripsi untuk mengembangkan kebijakan transportasi umum,
14 15
b ab 1 L ata r B e l a k a ng , Pe r masalahan, dan Tujuan

dan berlanjut dengan penjelasan lebih rinci tentang upaya mengatur


angkutan umum perkotaan di Indonesia berdasarkan praktik
terbaiknya saat ini. Pada bab keempat akan dijelaskan beberapa
pertimbangan pembiayaan, dan bab terakhir menyajikan langkah-
langkah untuk mengaplikasikan manajemen angkot yang efektif
dan efisien.
Toolkit ini bertujuan memberikan gambaran lengkap tentang
penerapan transportasi reformasi, terutama difokuskan pada
kondisi khas Indonesia, pembaca juga didorong untuk meninjau
dokumen lain untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. GIZ
SUTP telah menerbitkan serangkaian dokumen kebijakan yang
dapat melengkapi informasi ini1, terutama “Training Document-Bus
Regulation and Planning & Bus Sector Reform”.
Daftar Dokumen Kebijakan secara lengkap dapat diunduh melalui tautan berikut:
http://www.sutp.org/en/resources/publications-by-topic/public-transport-44.html

Mengenal Istilah dalam Konsep Angkutan Umum

Kendaraan
bermotor umum
adalah setiap kendaraan yang
Badan hukum digunakan untuk angkutan
Angkutan adalah badan usaha barang dan/atau orang
pengelola angkutan umum dengan dipungut bayaran.
adalah kendaraan
yang memiliki legalitas.
yang digunakan untuk
melakukan perjalanan.

Sistem transit
adalah bentuk modifikasi
Trayek atau koridor Bus Rapid Transit (BRT) BRT yang tidak dilengkapi
adalah rute perjalanan suatu adalah sistem angkutan umum dengan lajur khusus bus yang
jenis angkutan umum. massal yang menggunakan mobil terproteksi, biasa disebut juga
bus dengan lajur khusus yang dengan Semi BRT.
terproteksi sehingga memungkinkan
peningkatan kapasitas angkut yang
bersifat massal, atau bisa juga disebut
sebagai konsep Think Rail Use Bus.

Angkot Standar Pelayanan


adalah istilah untuk angkutan
perkotaan, meskipun bisa juga untuk Minimal (SPM)
kategori bus sedang dan bus besar, adalah bakuan mutu pelayanan yang
umumnya angkot dikategorikan harus dicapai oleh operator dalam Menciptakan layanan angkutan umum yang menjamin
sebagai bus kecil. Di sejumlah kota, memberikan jasa pelayanan kepada Standar Pelayanan Minimal bagi masyarakat.
angkot memiliki nama julukan khas pengguna jasa. — Foto oleh Anugrah Ilahi
yang masing-masing.
16 17

2
b ab 2 P E N G E M B A N G AN KE B I JAKAN ANG KUTAN UMUM

Pengembangan Kebijakan Angkutan Umum Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan. Sebagai
pembina teknis pada sektor transportasi darat, Ditjen Hubdar dapat
mengalokasikan dana yang digunakan untuk mengembangkan
infrastruktur dan pembelian bus sebagai bantuan bagi pemerintah
daerah. Anggaran juga dapat dialokasikan untuk membantu
pengembangan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan

K
Jalan, atau yang sering disebut sebagai Tatralok (Tataran Transportasi
2.1 omitmen politis merupakan katalisator, dan bahkan Lokal) untuk tingkat Kabupaten/Kota, dan Tatrawil (Tataran
Pentingnya tak jarang menjadi kunci utama bagi perubahan sistem Transportasi Wilayah) untuk tingkat Provinsi.
Komitmen transportasi perkotaan, khususnya di bidang angkutan
Politis umum. Pada prinsipnya hal tersebut dapat diwujudkan 2.1.2 Komitmen Politis dan Dampaknya terhadap Perencanaan
sepanjang ada kemauan, maka di situ ada jalan. Keuangan
Anggaran belanja pemerintah semestinya menyesuaikan dengan
2.1.1 Kemauan Politis dan Komitmen Aksi kebutuhan dan tujuan pembangunan yang ditetapkan pada
Ada dua kelompok pemangku kepentingan di tingkat pemerintah tingkat nasional dan lokal. Persaingan antar sektor pembangunan,
daerah; yaitu kelompok eksekutif, yang meliputi gubernur, walikota berbagai lembaga maupun kelompok kepentingan dalam alokasi
atau bupati, berikut jajarannya; dan kelompok legislatif, yang anggaran publik biasanya terjadi karena kebutuhan akan anggaran
meliputi unsur pimpinan dan anggota DPRD. Kedua kelompok umumnya lebih tinggi daripada anggaran yang tersedia.
pemangku kepentingan ini hendaknya melihat masalah transportasi Kasus yang umumnya terjadi, dan biasanya muncul pada
sebagai kebutuhan dasar masyarakat perkotaan guna memastikan negara berkembang seperti Indonesia adalah kesenjangan antara
konsep transportasi perkotaan yang baik dimasukkan ke dalam harapan dari banyak kelompok masyarakat pada pembangunan
program dan anggaran pemerintah. dan banyaknya tuntutan kepentingan. Hal ini ini berdampak
pada perbaikan infrastruktur dan pelayanan publik yang tidak
Kemauan politis dan komitmen aksi dapat dibangun dan dijaga seimbang. Akan tetapi, terdapat beberapa daerah dan wilayah
melalui beberapa upaya, antara lain: metropolitan di Indonesia yang tumbuh dan berkembang secara
1. Mendapatkan pemahaman langsung atas masalah yang mandiri. Pada umumnya pembangunan infrastruktur di Indonesia
ada. Misalnya, dengan mengunjungi suatu daerah yang 70-80% berasal dari APBN, sedangkan APBD berkontribusi sekitar
telah menerapkan dan mengembangkan sistem transportasi 20-30%. Pada beberapa proyek tertentu, porsi persentase sharing
secara baik, atau melakukan studi banding ke luar negeri. tersebut di atas bisa jadi bervariasi. Selain itu dimungkinkan pula
2. Mengadakan diskusi publik. kontribusi swasta dalam pembangunan infrastruktur dengan nilai
3. Mendapatkan dukungan publik sekaligus mengakomodasi sharing yang juga bervariasi.
aspirasi mereka. Pendekatan model anggaran publik di atas menekankan
kondisi pengembangan angkutan umum sulit terjadi tanpa alokasi
Peraturan yang ada seharusnya mengarahkan pemerintah anggaran yang memadai. Alokasi anggaran tersebut semestinya
dalam berperan mereka sebagai regulator untuk mengembangkan dibedakan dengan anggaran untuk pembangunan infrastruktur
rencana dan mengelola sistem transportasi umum yang selamat, yang diperlukan (misalnya jalan untuk pengembangan jalur
nyaman, dan mudah diakses. bus dan transformasi desain wilayah perkotaan) dan anggaran
Selain hal-hal tersebut di atas, kemauan politis dan komitmen untuk mendukung operasi angkutan umum (misalnya dukungan
aksi juga dapat dikembangkan melalui mekanisme politik anggaran. keuangan untuk operasional bus).
Salah satu contoh dampak kemauan politis anggaran adalah Karena kebutuhan anggaran yang diperlukan umumnya cukup
kebijakan alokasi dana sebagaimana dilakukan oleh Direktorat besar, maka diperlukan kemauan politis tingkat nasional yang cukup
18 b ab 2 P E N G E M B A N G AN KE B I JAKAN ANG KUTAN UMUM
19

kuat guna menetapkan alokasi anggaran pembangunan sarana misi yang akan dilaksanakan jika berhasil memenangkan pemilu-
dan prasarana transportasi umum. Hal ini diperlukan terutama kada. Perencanaan tata kota seharusnya menjadi bagian dari
agar kualitas angkutan umum yang dicita-citakan tidak terhambat visi dan misi tersebut, termasuk juga skema transportasi yang
secara substansial karena persoalan kekurangan anggaran yang akan meningkatkan mobilitas dan kegiatan ekonomi perkotaan.
pada akhirnya akan menghasilkan infrastruktur yang buruk. Sejumlah ide transportasi perkotaan yang diajukan oleh calon
State-of-the-art transportasi umum -khususnya yang berkaitan sepatutnya bersifat aplikatif/layak implementasi.
dengan sistem angkutan massal seperti jaringan BRT atau LRT-
memerlukan infrastruktur khusus berdasarkan parameter desain
yang secara internal telah terbukti efektif. Sedangkan untuk
mendapatkan dukungan anggaran dari pemerintah, perlu dibangun Visi Misi dan Ide Kebijakan Kota
inisiatif dan aksi lobi terus menerus dari kepemimpinan tingkat
lokal menuju tingkat nasional. Di samping itu seringkali pemerintah
daerah harus menyediakan anggaran sebagai kontribusi daerah.
Hal ini menunjukkan komitmen dan keseriusan Pemda dalam
menjalankan proyek-proyek skala besar.
Setelah infrastruktur transportasi umum terbangun, harapan
berikutnya adalah agar operasi angkutan umum bisa berkelanjutan,
cukup dengan pendapatan yang diterima dari hasil operasional,
tidak lagi diperlukan kontribusi dana publik (subsidi) secara
signifikan. Sayangnya, lisensi kendaraan pribadi baik untuk Kotamadya Bogor: Walikota Kotamadya Bandung: Walikota Kotamadya Palembang:
Bogor Bima Arya Sugiarto, Bandung Ridwan Kamil, Walikota Palembang periode
sepeda motor dan mobil juga murah. Akibatnya, penumpang memiliki visi penataan moda dan giat berupaya menciptakan 2003-2013, Eddy Santana Putra,
akan dengan mudah memilih transportasi bermotor individu sistem transportasi penghubung angkutan perkotaan yang memiliki visi agar pemerintah
dengan alasan keamanan, kenyamanan hingga biaya akan lebih (feeder busway) bagi warga Kota nyaman dan mendorong kota terus berkomitmen
Bogor yang sesuai dengan kondisi masyarakat menggunakan mewujudkan transportasi
murah dibandingkan dengan harga tiket angkutan umum yang
struktur jalan di kota tersebut. angkutan umum dan sepeda. massal yang ramah lingkungan.
cenderung lebih tinggi atau terus meningkat.
Oleh karena itu, tanpa kompensasi (subsidi) untuk biaya
operasional, maka operator bus swasta sulit mengembangkan
orientasi layanan berkualitas yang tinggi secara berkelanjutan.
Penyajian layanan berkualitas rendah ini akan selalu menimbulkan
lingkaran setan dengan asumsi bahwa penurunan kualitas 2.1.4 Kemauan Politis dan Komitmen Aksi di Berbagai Tingkatan
pelayanan akan menghasilkan penurunan penumpang dan Setiap kepala daerah memiliki kemauan politis dan komitmen aksi
memperburuk keberadaan angkutan umum di kota-kota Indonesia. yang berbeda dalam meningkatkan kinerja pelayanan transportasi
Dengan demikian, perlu dipertimbangkan oleh pengambil di wilayah mereka. Ada hubungan langsung yang sangat erat
keputusan baik di tingkat nasional maupun lokal untuk mendukung antara pemahaman dan cara pandang seorang kepala dearah
keuangan operasi angkutan umum secara konstan dengan terhadap sistem transportasi perkotaan dengan komitmen politis
dukungan dari dana publik di Indonesia, selama biaya energi mereka dalam upaya mengembangkan sistem angkutan perkotaan
tidak meningkat secara substansial. yang baik. Hal terpenting bagi para perencana transportasi
adalah mengetahui seberapa kuat kemauan politis pimpinan
2.1.3 Visi dan Misi Para Pengambil Keputusan daerahnya dan bagaimana menyikapinya, sehingga perencana
Para bakal calon kepala daerah yang ingin maju dalam pemilu transportasi tersebut dapat menyampaikan rekomendasi yang
kepala daerah (pemilu-kada) umumnya memaparkan visi dan mudah diaplikasikan.
20 b ab 2 P E N G E M B A N G AN KE B I JAKAN ANG KUTAN UMUM
21

Kadar Pemahaman Kepala Daerah Terhadap Suatu Beberapa Cara Menumbuhkembangkan Komitmen Politis
Masalah yang Memengaruhi Level Komitmen Politis dan
Komitmen Aksi
INDIKATOR METODE

4 Knowledge Memberikan
Aksi (action)

3
(Pengetahuan) motivasi politis
INDIKATOR PEMAHAMAN KEPALA DAERAH Studi banding ke
ATAS DAMPAK KEMAUAN POLITIS kota yang sudah
Sikap
2 (attitude)
Kepala daerah
menuangkan kebijakan
Awareness
(Kesadaran)
maju

Kesadaran
(awareness) sustainable transport

1
Pengetahuan Kepala daerah sudah
dalam perencanaan,
dan implementasi Attitude (Sikap) Mendorong dengan
(knowledge) mulai mengemukakan lapangan. insentif asistensi Mendorong
Partisipasi
sikap politis dan teknis dengan insentif
pada forum
Kepala daerah rencana aksi pada pendanaan Mencari
internasional
memiliki kesadaran rapat dinas, serta nasional/ peluang
Indikator atau nasional
dan keinginan menyebarkan sikap Action (Aksi) internasional apresiasi
Kepala daerah memiliki untuk menerapkan tersebut melalui media nasional/
pengetahuan dan sustainable transport, massa, atau berbagai internasional
memahami pentingnya namun belum rapat dinas.
sustainable transport mengetahui caranya.
atau transportasi
berkelanjutan.
2.1.5 Sinkronisasi Antara Pemangku Kepentingan
Memastikan kemauan politik dari para pemangku kepentingan
Komitmen Politis dan Realisasi Kebijakan: Studi Kasus BRT Trans Jakarta yang berbeda agar sejalan adalah hal sangat penting untuk
disinkronkan dalam mempercepat pembangunan dan reformasi

S
ebuah contoh tepat tentang bagaimana mengilhaminya untuk menyetujui dan mengadopsi
politik diubah menjadi aksi oleh kepala daerah konsep BRT di Jakarta. Pada tahun 2003, Pemerintah
transportasi umum, terutama di daerah perkotaan. Tanpa
dapat dilihat dalam pelaksanaan sistem BRT Provinsi Jakarta menerbitkan Peraturan Daerah No. sinkronisasi, kesalahpahaman kebijakan antara politisi dan staf
TransJakarta. Awalnya, pemerintah provinsi DKI 12/2003 tentang Transportasi, yang menjadi dasar teknis mungkin terjadi dan berdampak negatif pada tataran
Jakarta tidak yakin bahwa sistem angkutan jalan bagi penyusunan Pola Transportasi Makro Jakarta. pelaksanaan. Perbedaan pemahaman dapat lebih menonjol jika
dengan jalur khusus bus, akan memecahkan masalah Rencana ini meliputi pengembangan sistem BRT dan
lalu lintas kota metropolitan ini. Akhirnya pada beberapa kebijakan pendukungnya. Pada tanggal pemangku kepentingan utama memiliki latar belakang politik
tahun 2002 Gubernur Sutiyoso diundang 15 Januari 2004, konsep yang diberi nama yang berbeda, seperti di internal pemerintah daerah itu sendiri
Walikota Kolombia untuk melihat TransJakarta Busway itu diresmikan untuk maupun antara pemerintah daerah dengan pemerintah provinsi
penerapan sistem BRT di sana. Bogota Koridor 1: Blok M-Kota. TransJakarta
atau nasional.
adalah kota yang telah berhasil saat ini melayani sekitar 400.000
menerapkan sistem BRT dalam masa penumpang setiap hari. Di pemerintah daerah, pejabat seperti walikota, gubernur dan
jabatan Enrique Penalosa; Walikota Dengan kata lain, kemauan politik sekretaris daerah, biasanya memiliki tingkat tertinggi otoritas untuk
Bogota periode 1998-2001. Penalosa kepala daerah dan komitmen membuat keputusan atas berbagai proyek, termasuk yang berkaitan
menolak keras gagasan untuk aksi menjadi kunci dalam upaya
membangun jalan tol dalam kota, menerapkan program perubahan.
dengan reformasi transportasi perkotaan. Ini berarti bahwa
dan memutuskan untuk memilih dan Hal ini juga menunjukkan bahwa untuk staf teknis harus memiliki keberanian untuk mengekspresikan
mengembangkan sistem BRT dengan nama memantapkan komitmen adalah sangat pendapat dan memberikan rekomendasi kepada para pemimpin
Trans Milenio. Keputusan ini terbukti berdampak penting bagi perencana untuk memberikan saran politik senior selama proses pengambilan keputusan.
besar pada pemecahan masalah lalu lintas di Bogota. dan masukan kepada Kepala Daerah dan pimpinan
Kunjungan Sutiyoso ke Bogota ini kemudian di SKPD yang bersangkutan.

Foto oleh: Deddy Wedha Setyanto


22 b ab 2 P E N G E M B A N G AN KE B I JAKAN ANG KUTAN UMUM
23

Matriks Tipe Manajemen Angkutan Umum pada Perkotaan di Indonesia Bermotor Umum Dalam Trayek, yang diubah dalam Peraturan
Menteri Perhubungan No. 29/2015. Standarpelayanan minimal
tersebutmencakup sejumlah aspek, seperti keselamatan,
Instansi Komponen Umum Penyelengggaraan Angkutan Umum
keamanan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, dan
keteraturan. Di tingkat lokal, SPM kemudian diaturmelalui
Kepala Peraturan Kepala Daerah.
Daerah Salah satu kendala utama dalam pelaksanaan SPM adalah
Pengembangan masalah keuangan. Sangat disayangkan bahwa keuntungan
manajemen
DPRD signifikan yang didapat oleh operator angkutan umum
Penyusunan bus
anggaran
tidak tercermin dalam kualitas layanan yang diberikan.
Bappeda Perencanaan Konsolidasi Ketidakseimbangan ini menunjukkan bahwa ada masalah
sistem Pengembangan operator
dalam sistem transportasi publik yang perlu dibenahi melalui
Dishub/ SPM
revisi kebijakan yang akan mendukung layanan yang baik dalam
DLLAJ Pengembangan upaya memenuhi target SPM. Pendekatan ini diharapkan akan
infrastruktur mengembangkan operasi angkutan umum yang lebih baik
PU (Jalan) dan prioritas
bus dalam dan efisien.
Polisi Lalu berlalu-lintas
Lintas

Isu Layanan Angkutan Umum

R
Sejumlah isu terkait SPM dapat dilihat pada infografis di bawah ini
2.2 Regulasi egulasi atau ketentuan hukum menjadi landasan hukum
bagi semua kegiatan pemerintahan. Kebijakan yang
dihasilkan dari penelitian dan studi akan lebih kuat dan
efektif jika didukung oleh peraturan dan undang-undang
yang disetujui oleh semua tingkatan - eksekutif (kepala daerah
dan pemerintah daerah), legislatif, dan pelaksana operasional.
Kebijakan yang baik tidak bisa efektif tanpa regulasi yang kuat
dan tepat. Salah satu contoh adalah kasus di Bogor. Kebijakan Keamanan
untuk mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan Keselama
ta a n
n Kenyaman Keterjangkauan Kesetara
an Keteratura
n
umum dikembangkan dan diterapkan oleh DPRD. Padahal,
sebagai lembaga legislatif, DPRD tidak memiliki kewenangan
mengeluarkan kebijakan eksekutif. Dengan demikian, kebijakan
tersebut dikeluarkan secara tidak pada tempatnya dan tentu
saja menjadi tidak efektif untuk dilaksanakan dan ditegakkan. Keamanan Keselamatan Kapasitas Aksesibilitas Pelayanan prioritas Jadwal
pengguna di atas berkendara angkutan, dan (jarak halte, bagi penumpang kedatangan dan
angkutan umum yang terkait fasilitas penunjang, lokasi halte), tarif penyandang cacat, keberangkatan,
2.2.1 Standar Pelayanan Minimum (SPM) belum difasilitasi dengan fasilitas seperti halte dan angkutan umum. usia lanjut, anak-anak informasi,
Pemerintah harus melakukan sejumlah upaya untuk menjamin dengan layak, keselamatan, jalur pejalan kaki. serta ibu hamil dan dan kinerja
layanan transportasi umum yang berkualitas baik untuk masyarakat. sehingga masih pengemudi, dan menyusui. operasional.
sering terjadi sarana pendukung
Salah satu bentuk upaya untuk mencapai hal tersebut adalah tindak kriminal keselamatan.
Peraturan Menteri Perhubungan No. 98/2013 tentang Standar seperti pencurian
Pelayanan Minimal (SPM) Angkutan Orang dengan Kendaraan dan pelecehan
seksual.
24 b ab 2 P E N G E M B A N G AN KE B I JAKAN ANG KUTAN UMUM
25

Penerapan pelayanan sesuai dengan indikator SPM harus besar yang harus diselesaikan melalui kerja sama antara pemerintah
didukung oleh infrastruktur yang tepat. Misalnya, pelayanan dan operator angkutan umum.
angkutan umum massal dan kendaraan pengumpan harus
dilaksanakan sejalan dengan penyiapan infrastruktur, seperti 2.2.2 Manajemen Operasional (Badan Hukum)
jalur khusus bus dan fasilitas transfer. Ini akan memastikan waktu Kewajiban untuk menyediakan layanan angkutan umum
perjalanan, titik transfer dan kekerapan kedatangan bus. disebutkan dalam UU No. 22/2009, Pasal 139, Pasal 4, yang
Masalah lain SPM adalah pergeseran tren sistem pembayaran berbunyi: „Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh
dari manual ke elektronik. Pergeseran ini memerlukan investasi BUMN, BUMD, dan/atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan
keuangan serius yang merupakan tantangan besar yang harus peraturan perundang-undangan“. Tersedianya ketentuan tentang
diselesaikan melalui kerja sama antara pemerintah dan operator penyelenggara angkutan berbadan hukum akan menjadikan
angkutan umum. operator dapat bergerak lebih efektif dan efisien, ditunjang
Memberikan layanan sesuai dengan SPM indikator harus dengan beberapa insentif dari pemerintah. Masalah ini akan
didukung oleh infrastruktur yang tepat. Misalnya, transportasi dibahas lebih lanjut dalam Bab 5.
dan pengumpan pelayanan publik massal harus dilaksanakan
Gambar di atas dan
sejalan dengan infrastruktur yang diperlukan, seperti jalur bus
di bawah merupakan
dan fasilitas transfer. Ini akan memastikan kali lebih cepat wisata, contoh penerapan di
transfer halus, dan kedatangan lebih sering. Singapura. Lembaga
Masalah MSS lain adalah bahwa tren bergeser sistem pembayaran penyelenggara angkutan
berbadan hukum
dari manual ke elektronik. Pergeseran ini memerlukan investasi akan menjadikan para
keuangan yang serius dan dengan demikian, merupakan tantangan operator angkutan
perkotaan dapat
bergerak lebih efektif dan
efisien dalam menjamin
Proses Implementasi SPM di Kota Solo
mutu pelayanan seperti
waktu kedatangan
bus , dan kenyamanan
penumpang di dalam
Standar bus —Foto oleh Fredy
Pelayanan Proses Drafting Susanto
Minimal Finalisasi
dan Workshop
dituangkan dalam
Surat Keputusan

UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu Ekstraksi 33 indikator SPM Persetujuan Walikota
lintas dan angkutan, pasal 141 menjadi tujuh indikator Pengukuhan SK
prioritas yang sesuai dengan Penandatanganan Perjanjian
PP No. 65 Tahun 2005 tentang kontrak ditambah isu pelayanan Kerjasama antara regulator dan
pedoman Penyusunan dan tiket elektronik. operator.
Penerapan SDM, pasal 3.

Peraturan Menteri Perhubungan


Republik Indonesia PM No. 98
Tahun 2013 tentang SPM Angkutan
Orang dengan Kendaraan
Bermotor Umum dalam Trayek.
26 b ab 2 P E N G E M B A N G AN KE B I JAKAN ANG KUTAN UMUM
27

B
2.3 erdasarkan Peraturan Pemerintah No. 79/2013 tentang
Sarana Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, hal yang
Angkutan dimaksud dengan sarana jalan adalah serangkaian
simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubung
untuk penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan. Kegiatan
transportasi umum di ruang ini terdiri dari beberapa jenis angkutan
umum. Dua di antaranya adalah bus kecil dan bus sedang; dua
jenis layanan inilah yang menjadi subyek dari toolkit ini.

Mikrolet, salah satu angkot yang dikenal di Jakarta.— Foto oleh: Fredy Susanto

2.3.1 Ragam Jasa Angkutan 2.3.2 Paratransit: Tabel Kelas Angkutan Umum Kota di Asia Tenggara
Bus kecil (angkot) beroperasi di banyak kota di seluruh Indonesia. Angkutan Alternatif
Di beberapa kota, moda angkutan ini memiliki nama lokal khusus Selain jenis angkutan kota jenis Kapasitas Kota-Kota Jenis Kendaraan
Kelas
bus baik besar, sedang atau kecil, Penumpang
- misalnya, di kota-kota di luar Jawa, seperti Samarinda, Lampung
terdapat pula kendaraan jenis
dan Bengkulu, angkot dikenal sebagai taksi. Berikut adalah beberapa angkutan yang tumbuh sebagai I 24 - 59 • Jakarta, Trans Jakarta,
kata lain untuk bus kecil: alternatif atau dikenal sebagai Penumpang • Bangkok, Patas AC, Stage
paratransit. Termasuk dalam • Manila, Buses, Double
Medan: kategori paratransit adalah becak • Surabaya, Decker, SMRT,
sudako Surabaya: dan bajaj (Indonesia), Tuk Tuk • Singapura, Trans Metro
bemo (Thailand), Mikrobus, Minibus, • Bandung, Bandung, Rapid
SAMARINDA: Jeepney (Filipina). Angkutan jenis • Kuala Lumpur KL
taksi ini beroperasi dengan sistem
monopoli oleh individu (Cervero, II 12 – 24 • Jakarta Metro Mini
1990). Penumpang • Manila Jeepney
BENGKULU: Paratransit adalah layanan • Bangkok Minibus, Silor
taksi angkutan penumpang perkotaan • Kuala Lumpur Minibus
yang beroperasi di jalan-jalan
umum pada lalu lintas yang III 6 - 12 • Jakarta Angkot, Kolt,
tercampur (mix traffic). Angkutan Penumpang • Surabaya Bemo, Elf,
ini biasanya dimiliki oleh operator • Medan Mikrolet
swasta atau publik dan tersedia • Bandung
dalam kelompok tertentu atau
Makassar: masyarakat umum, sesuai dengan IV 2-6 • Jakarta Bajaj
pete-pete keinginan penumpang terkait Penumpang • Bangkok Tuk Tuk, Samlor
PADANG: rute dan penjadwalannya (Vuchic, • Manila Motor Tricycle
angkot 1981).
Sementara itu, istilah untuk angkutan kota jenis bus sedang • Medan Becak Motor
Belakangan ini berkembang
pun bermacam-macam, seperti beberapa contoh berikut ini:
pula beberapa jenis layanan V 1–3 • Jakarta Ojeg Motor
• Jakarta: Kopata, Kopaja
angkutan yang memanfaatkan Penumpang • Medan Becak
Bandung: • Yogyakarta: Kopata, Kobutri.
teknologi mutakhir (smart phone). • Manila Calesa, Tricycle
kobutri • Bandung: Kobutri
Malang: Layanan angkutan berbasis IT • Singapura, Trishaw
angkota tersebut ada yang menggunakan Kuala Lampur
kendaraan roda dua maupun
Jakarta: —Foto oleh: Angkot Samarinda: Normalita Fauziah, Angkot Medan: Achmad Fuadi, kendaraan roda empat.
angkot atau mikrolet Angkot Jakarta dan Bengkulu: Anugrah ilahi, Padang : Raisya Farah Monica Diolah dari sumber: Cervero (1990) diperbaharui dan GIZ SUTIP (2014)
28 b ab 2 P E N G E M B A N G AN KE B I JAKAN ANG KUTAN UMUM
29

T
2.4 Prasarana erlepas dari koridor sistem transportasi, ada komponen Terminal
Terminal
Laladon
Angkutan yang sangat relevan lainnya. Ini dijelaskan di bawah ini. Bubulak

2.4.1 Kebijakan Pengembangan Transportasi/Angkutan Jalan


UU No. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
membagi tugas dan wewenang untuk mengelola lalu lintas dan
angkutan jalan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi,
dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota memiliki peran sangat penting dalam
Efektivitas Terminal
pelaksanaan pengembangan transportasi perkotaan. Relevansi Sebuah terminal hendaknya dibuat dengan memperhitungkan efektivitas fungsi dalam perencanaan.
visi, misi, dan persepsi transportasi terhadap pembangunan Dengan demikian, dalam eksekusi pembangunannya, harus diperhatikan berbagai sisi kebutuhan
daerah membentuk dasar yang menjadi landasan pengembangan perjalanan, termasuk juga aspek keberlanjutan dan kenyamanan pengguna jasa prasarana terminal
tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Siswanto, dkk, 2010), 90% responden menyatakan
konsep transportasi di setiap wilayah.
bahwa keberadaan terminal Laladon dan Terminal Bubulak yang jaraknya berdekatan membuat sulit
Banyak ahli transportasi percaya bahwa kemauan politis dan supir mobil penumpang umum, dan 73.3% keberadaan terminal tidak mengurangi permasalahan lalu
komitmen aksi kepala daerah adalah unsur paling penting dalam lintas/kemacetan yang selama ini terjadi. Sehingga efisiensi dan efektifitas pembangunan menjadi
mengembangkan sistem transportasi perkotaan. Komitmen ini kurang optimal.

berperan dalam mewujudkan sistem transportasi yang sesuai


dengan kebutuhan masyarakat yang dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Contoh Kasus: angkutan (Siswanto, dkk, 2010). Hal ini
Terminal Bubulak dan Laladon mengindikasikan bahwa terjadi over supply di
Lokasi Terminal Bubulak, Bogor, yang diarahkan Terminal Bubulak, dengan jumlah angkutan yang
2.4.2 Terminal di pinggiran kota, dengan daerah pengawasan berlebih dan penumpang yang kurang, sehingga
Hal yang tak kalah penting dalam infrastruktur angkutan perkotaan Jalan KH. Abdullah Bin Nuh, menurut presepsi menyebabkan tidak efisien dalam memberikan
pelayanan angkutan. Kondisi yang sama terjadi
adalah adalah prasarana terminal. Terminal adalah pangkalan responden, diperoleh bahwa 96,7% menganggap
lokasi sulit memperoleh penumpang, dan juga dengan Terminal Laladon yang dianggap
kendaraan bermotor atau angkutan umum yang digunakan kurang melayani kebutuhan angkutan umum
90% responden berpendapat waktu tunggu
sebagai simpul transportasi untuk mengatur kedatangan dan penumpang tidak layak. Persepsi penumpang dan lokasinya tidak sesuai dengan persetujuan
keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau terminal Bubulak menyatakan bahwa 86,75% Gubernur, terlebih dengan keberadaan ke dua
responden berangapan mudah memperoleh terminal ini yang saling berdekatan.
barang, serta perpindahan moda angkutan. Hal tersebut tercantum
dalam Peraturan Pemerintan No. 74/2014 tentang Angkutan Jalan..
Lebih lanjut, simpul terminal penumpang terdiri atas tiga
kategori, sesuai dengan regulasi sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Menteri No. 132/2015:

Simpul terminal Simpul Terminal Simpul Terminal


penumpang tipe A: penumpang tipe B: penumpang tipe C:
berfungsi melayani kendaraan umum berfungsi melayani kendaraan berfungsi melayani kendaraan
untuk angkutan antar kota antar provinsi umum untuk angkutan antar kota umum untuk angkutan
dan/atau angkutan lintas batas negara, dalam provinsi, angkutan kota pedesaan. Lokasi Terminal Laladon (kiri) di Kab. Bogor dan Bubulak (kanan) di Kota Bogor yang hanya berjarak 1.4
angkutan antar kota dalam provinsi, dan/atau angkutan pedesaan. km, menjadi contoh pentingnya komunikasi antar stakeholder dalam merencanakan pembangunan
angkutan kota dan angkutan pedesaan. infrastruktur transportasi yang efektif dan efisien.— Foto oleh Mirza Aldi
30 b ab 2 P E N G E M B A N G AN KE B I JAKAN ANG KUTAN UMUM
31

Keberadaan terminal penumpang juga dapat ditinjau dari sistem


kota, dengan melihat lokasi terminal. Berdasarkan lokasi ini, terdapat
dua model terminal, yaitu model nearside terminating dan model
central terminating (Dephub, 1998). Model nearside terminating adalah Terminal bus terpadu di DKI Jakarta: Terminal Terpadu
Pulo Gebang, Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Perda No. 5 Tahun 2014,
pengembangan sejumlah terminal di pinggiran kota, sedangkan — Foto oleh: Fredy Susanto menyebutkan bahwa terminal dapat dibangun terpadu dengan
pergerakan di dalam kota dilayani oleh angkutan kota yang berasal pusat kegiatan ekonomi, kegiatan pemerintahan dan/atau kegiatan
dan berakhir di terminal-terminal yang ada. Sedangkan model lainnya dengan mengacu pada konsep pembangunan berorientasi
pada simpul angkutan umum massal (Transit Oriented Development).
central terminating adalah terminal yang berlokasi di tengah kota,
dan biasanya merupakan terminal terpadu.
Secara administratif, regulasi terbaru tentang pengelolaan terminal
angkutan penumpang diatur oleh UU No. 2/2014 tentang Pemerintahan
Daerah, yang membagi wilayah administratif pengelolaan terminal
dalam tiga tipe. Tipe pertama adalah simpul terminal penumpang
tipe A yang dikelola oleh Pemerintah Pusat, selanjutnya simpul
terminal penumpang tipe B dikelola oleh Pemerintah Provinsi dan
simpul terminal penumpang tipe C dikelola oleh Pemerintah Kota
atau Kabupaten.
Meskipun regulasi disusun guna mengatur keberadaan terminal
dengan baik namun tetap saja banyak terminal yang tidak berfungsi
sesuai harapan dan perencanaannya ataupun belum mampu memenuhi
kebutuhan mobilitas masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang
memiliki persepsi bahwa terminal identik dengan calo, kondisi tidak
aman, kotor dan bau.
Pembangunan sarana terminal harus dapat menjadikan simpul
transportasi tersebut berfungsi secara optimal. Berikut adalah hal-hal
yang harus diperhatikan dalam perencanaan pembangunan terminal,
agar terminal dapat berfungsi optimal:

Kesesuaian dengan rencana pembangunan jalan dan jaringan trayek.


1. Kesesuaian dengan rencana pengembangan pusat kegiatan.
2. Permintaan angkutan.
3. Kelayakan teknis dan ekonomi. Kelak, pengelolaan terminal dapat pula dialihkan ke pihak
4. Rancang bangun terminal. ketiga (swasta profesional) sebagai operator prasarana, sehingga
5. Analisis mengenai dampak lalu lintas. diharapkan pelayanan kepada operator sarana (pengusaha
6. Analisis mengenai dampak lingkungan. angkutan) dan juga masyarakat pengguna jasa bisa menjadi
7. Keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan. lebih baik. Analogi ini mengadopsi konsep angkutan udara,
8. Kelestarian lingkungan hidup. yang menempatkan pemerintah sebagai regulator sekaligus
9. Aksesibilitas pengguna jasa angkutan jalan termasuk bagi pengawas sistem pelayanan. Adapun pengelolaan bandar udara
penyandang disabilitas, ibu hamil, ibu menyusui, anak balita dan diserahkan kepada PT Angkasa Pura sebagai operator prasarana,
kaum lanjut usia. yang melayani operator sarana (maskapai) dan masyarakat
10. Kemudahan dan kenyamanan konektivitas pengguna angkutan jalan. pengguna jasa angkutan udara.
32 b ab 2 P E N G E M B A N G AN KE B I JAKAN ANG KUTAN UMUM
33

Trayek
M11 TANAH ABANG - MERUYA ILIR
M09A TANAH ABANG - KEBAYORAN LAMA

PEMBERHENTIAN PEMBERHENTIAN TANAH ABANG

2.4.3 Tempat Pemberhentian Angkot dan Bus


TANAH ABANG
Ilustrasi Desain
PEMBERHENTIAN
ANGKOT

Kesalahan yang selama ini terjadi pada pola operasi angkutan Pole Angkutan
Trayek Trayek
M11 TANAH ABANG - MERUYA ILIR
M09A TANAH ABANG - KEBAYORAN LAMA
M11 TANAH ABANG - MERUYA ILIR
M09A TANAH ABANG - KEBAYORAN LAMA

PEMBERHENTIAN
TANAH ABANG

perkotaan adalah penumpang angkutan perkotaan dapat berhenti Perkotaan


di mana saja sesuka hati. Hal ini lalu menumbuhkan budaya
M11 TANAH ABANG
JEMBATAN TINGGI
KS. TUBUN
BUNDERAN SLIPI
PALMERAH

ngetem pada kebanyakan supir angkutan umum, yakni berdiam


KEBUN JERUK
M11 TANAH ABANG M11 TANAH ABANG M11 TANAH ABANG
JEMBATAN TINGGI JEMBATAN TINGGI JEMBATAN TINGGI MERUYA ILIR
KS. TUBUN KS. TUBUN KS. TUBUN
BUNDERAN SLIPI BUNDERAN SLIPI BUNDERAN SLIPI
PALMERAH PALMERAH PALMERAH M09 TANAH ABANG
KEBUN JERUK KEBUN JERUK KEBUN JERUK
MERUYA ILIR MERUYA ILIR MERUYA ILIR PETAMBURAN
M09 TANAH ABANG M09 TANAH ABANG M09 TANAH ABANG SLIPI

di jalan untuk menunggu penumpang datang. Dampak buruk


PETAMBURAN PETAMBURAN PETAMBURAN
SLIPI
PALMERAH
SLIPI
PALMERAH
SLIPI
PALMERAH
PALMERAH
RAWA BELONG
KEBAYORAN LAMA
RAWA BELONG
KEBAYORAN LAMA
RAWA BELONG
KEBAYORAN LAMA
RAWA BELONG
KEBAYORAN LAMA

yang langsung timbul akibat kebiasaan ini adalah menurunnya


Posisi Anda Posisi Anda Posisi Anda

Posisi Anda

kapasitas jalan pada ruas yang digunakan ngetem, sehingga


menimbulkan kemacetan.
Oleh karena itu, harus dilakukan upaya untuk memastikan
angkutan perkotaan berhenti secara aman dan layak di sepanjang
rutenya. Selain untuk alasan keselamatan penumpang, hal ini
juga dapat memberikan kesan positif para penumpang terhadap
angkutan umum tersebut. Untuk itu harus disediakan fasilitas
pemberhentian yang layak untuk menghilangkan kebiasaan 25mm
ngetem ini. Fasilitas ini akan mendorong penumpang untuk hanya Ilustrasi Teknis Detail Baut pengaman

naik dan turun di tempat yang telah ditentukan. Di samping Konstruksi Pole sambungan tiang

25mm
itu, harus juga disediakan akses yang layak menuju ke tempat Angkutan Perkotaan
pemberhentian, yang akan membangkitkan dan meningkatkan
semangat masyarakat untuk berjalan kaki. Secara umum, fasilitas Detail sambungan

ini akan mendorong masyarakat memanfaatkannya, sekaligus 450mm


Pastikan ujung
juga membantu menghilangkan kebiasaan buruk masyarakat tiang tidak runcing, bisa
juga ditutup karet. Panel berukuran A3
serta mengubahnya menjadi kebiasaan baik dengan bersikap
lebih tertib dan teratur.
Lokasi pemberhentian angkutan perkotaan dapat dimakna

minimal 2.100 mm
Posisi jika ingin
lebih luas lagi, sebagai area utama yang mempertemukan sarana menempatkan dua
panel A3.

1.300mm dari permukaan tanah


R 225mm

Kebiasaan supir ngetem

600mm
Reflektor

350mm
PEMBERHENTIAN
di sembarang tempat TANAH ABANG
berukuran 100mm
menyebabkan tidak Trayek
M11 TANAH ABANG - MERUYA ILIR
M09A TANAH ABANG - KEBAYORAN LAMA

berfungsinya tempat Baut 10

25mm
pemberhentian bus 13mm Jari-jari 15mm
450mm

600mm
sehingga menyebabkan
kemacetan seperti yang M11 TANAH ABANG
JEMBATAN TINGGI
KS. TUBUN
BUNDERAN SLIPI
Detail panel atap
Peletakan tiang
PALMERAH
KEBUN JERUK
MERUYA ILIR

terjadi di Pulo Gadung,


M09 TANAH ABANG
PETAMBURAN
SLIPI

di muka tanah
PALMERAH
RAWA BELONG
KEBAYORAN LAMA

Jakarta. Posisi Anda Permukaan tanah


—Foto oleh: Fredy Susanto
Perkerasan untuk
Tepi trotoar
memperkuat fondasi
tiang.

Bentuk landasan
yang tidak mudah
berputar.

Elevasi 750mm

Sumber: Translink Transit Authority, 2012


34 b ab 2 P E N G E M B A N G AN KE B I JAKAN ANG KUTAN UMUM
35

3
angkutan umum dengan pejalan kaki yang akan berpindah ke Penataan Angkutan Perkotaan di Indonesia
angkutan umum. Sejalan dengan makna tersebut, perencanaan
fasilitas pemberhentian angkutan perkotaan harus didesain paralel
dengan perencanaan fasilitas akses pejalan kaki, untuk menjamin
tersedianya kemudahan akses menuju lokasi.

An advanced city is not a place where the poor move about in


cars, rather it’s where even the rich use public transportation.
(Enrique Penalosa, Walikota Bogota, Colombia)1
Beberapa unsur yang harus
dipenuhi dalam mendesain
pemberhentian, antara lain:

S
U
S

B
• Memiliki visibilitas tinggi; pencahayaan
yang cukup dan terlihat jelas dari sekitar istem transportasi perkotaan berkelanjutan akan 3.1 Strategi
lokasi (jauh dari dedaunan lebat dan menempatkan keberadaan angkutan umum massal Pengembangan
benda-benda lain yang menghalangi Angkutan Umum
cepat sebagai tulang punggung. Moda transportasi
pandangan langsung). Pada malam
hari digunakan lampu jalan yang dapat utama ini kemudian akan diselaraskan dengan angkutan Perkotaan
membantu mempertahankan visibilitas. umum reguler, sepeda dan pejalan kaki sebagai sarana angkutan
pengumpan (feeder service) atau sebagai pemadu moda pada
• Lokasi angkutan dan penumpang
konsep first mile and last mile management. Sinergi tersebut akan
menunggu jelas terlihat satu sama lain.
berperan sebagai sebuah layanan transportasi yang menerus
• Dekat dengan pusat-pusat kegiatan (seamless connectivity). Sistem tersebut dimaksudkan untuk mampu
(misalnya pusat perbelanjaan, stasiun, menjaga keseimbangan manfaat ekonomi dan ekologi, sehingga
perkantoran, universitas, rumah sakit,
sekolah) sehingga meminimalkan
dalam penataan dan pengembangannya, transportasi perkotaan
perjalanan saat melakukan perpindahan memperhitungkan aspek sosial, selain juga mengedepankan
antar layanan. kepuasan pelanggan.
• Lokasi pemberhentian yang terintegrasi
dengan trotoar, memiliki aksesibilitas 3.1.1 Konsolidasi
yang baik dan tidak memakan lahan Para pakar dan pengamat seringkali merujuk pada kondisi
trotoar sehingga memudahkan pelayanan transportasi di kota-kota negara tetangga, antara
dan memberikan kenyamanan bagi
lain Singapura, dalam upaya membenahi sistem transportasi
penumpang untuk naik dan turun dari
angkutan umum. NT
IA
N
perkotaan. Kota tersebut pernah mengalami kondisi kualitas
pelayanan transportasi di bawah standar yang dioperasikan oleh
HE
ER
MB OT
PE GK ILIR LAMA

AN MERU
YA N
YORA
-
G KEBA
-
G
ABAN
ek H ABAN
H
Tray TANA
TANA
M11
M09A

G I

• Tidak berada pada posisi yang dapat


ABAN
TINGG
H
N SLIPI
ATAN
TANA
JEMB
TUBU
M11 KS. ERAN
ERAH

operator individual. Bahkan pernah menjadi chaos pada saat terjadi


BUND JERUK
N ILIR
PALM YA G
KEBU N
MERUH ABAN
BURA
TANA
PETAM NG
M09 SLIPI ERAH LAMA
BELON
PALM
RAWAYORA
KEBA

i Anda
Posis

menimbulkan blind spot sehingga rentan


terhadap ancaman kecelakaan, misalnya demo besar-besaran para operator pertengahan dekade 1950-an.
pada belokan/tikungan yang tajam, Kondisi tersebut berhasil diperbaiki secara bertahap melalui
puncak bukit atau selokan. Juga mutlak langkah konsolidasi yang konsisten. Singapura mengawali penataan
terdapat visibilitas yang jelas antara
pada dekade 1970-an dengan melebur para operator individu ke
operator kendaraan, bus, halte bus dan
penumpang. dalam tiga perusahaan besar yang masing-masing memegang
hak lisensi pelayanan trayek di wilayah tertentu (sistem franchise).
• Dilengkapi simbol dan marka yang Saat ini, keberadaan angkutan umum berbasis jalan di Singapura
terbaca jelas sehingga pemberhentian
mudah terlihat oleh penumpang dan https://www.ted.com/talks/enrique_penalosa_why_buses_represent_democracy_in action?language=en#t-48577
sopir angkutan.
36 b ab 3 P E N ATA A N A N G KUTAN PE R KO TAAN DI I NDO NE SIA
37

telah efektif diselenggarakan oleh dua operator besar, yaitu Pemerintah Indonesia juga telah memiliki visi konsolidasi sistem
SBS dan SMRT. Kedua operator tersebut bekerja sama dengan transportasi. Hal itu terlihat pada upaya Pemerintah Provinsi DKI
regulator, yaitu Land Transport Authority (LTA), menerapkan Jakarta mengonsolidasikan program sistem BRT Trans Jakarta,
Program Peningkatan Pelayanan Bus (Bus Services Enhancement serta Pemerintah Kota Surakarta untuk program Batik Solo Trans.
Programme) sejak 7 Maret 2012. Langkah konsolidasi yang dilakukan adalah dengan melebur
Dalam program tersebut, baik regulator maupun operator (merger) para operator bus besar pemilik trayek yang berimpitan
sepakat mengembangkan skema baru untuk mengukur kinerja rute dengan rencana pengembangan jalur BRT menjadi sebuah
pelayanan, termasuk sistem reward and punishment yang konsorsium dan masuk sebagai bagian dari operator Bus Trans
tepat bila operator berhasil atau gagal dalam memberikan Jakarta dan Batik Solo Trans.
pelayanannya kepada pelanggan. Rute trayek yang ada pun ditata Langkah konsolidasi operator angkutan yang dilakukan secara
ulang (restrukturisasi) sesuai dengan dinamika perkembangan tepat, diharapkan akan melahirkan operator baru yang lebih
pembangunan di Singapura, disertai pula dengan penambahan kuat dan profesional dalam pengelolaan angkutan umum. Akan
1.000 bus baru. tetapi, pemerintah tetap perlu berhati-hati terhadap friksi-friksi
Langkah ini merupakan aspek konsolidasi yang bermakna sosial yang seringkali muncul dalam proses perubahan kebijakan
penting. Kondisi layanan yang semula tersebar dengan para pelaku ini. Prinsip kehati-hatian ini diharapkan dapat mengatasi dan
usaha yang cenderung unregulated, ditata ulang sesuai prinsip meredam sedini mungkin semua bentuk ancaman friksi yang
manajemen profesional. Terdapat pula kontrol layanan yang mungkin timbul.
menjamin mobilitas masyarakat yang menguntungkan semua
pihak, baik para pengusaha dan awak angkutan, masyarakat 3.1.2 Restrukturisasi Trayek
pengguna jasa dan juga pemerintah. Setiap daerah layaknya memiliki rencana induk transportasi darat,
atau master plan; atau disebut sebagai Tataran Transportasi Wilayah
Daftar Konsorsium Operator Trans Jakarta (Tatrawil) untuk tingkat provinsi, dan Tataran Transportasi Lokal
No. Nama Konsorsium Anggota Konsorsium Koridor (Tatralok) untuk perencanaan di tingkat kabupaten/kota. Master
plan tersebut memuat berbagai aspek pengelolaan transportasi
1
PT Jakarta Express Trans PPD, Bianglala, Steady Safe,
1 (Blok M – Kota) yang berkelanjutan, termasuk mekanisme tata ulang trayek dan
(JET) Ratax, Pahala Kencana
lainnya, yang bermanfaat untuk meningkatkan aspek pelayanan
Mayasari Bakti, Steady Safe, 2 (Pulogadung – Harmoni);
angkutan umum.
2 PT Trans Batavia Kebijakan untuk mendukung strategi transportasi perkotaan
PPD, Metro Mini 3 (Kalideres – Pasar Baru)
yang digariskan dalam peraturan daerah merupakan penentu
PT Jakarta Trans Mayasari Bakti, PPD, 4 (Dukuh Atas – Pulogadung); kuat terhadap implementasi strategi angkutan perkotaan.
3
Metropolitan (JTM) Steady Safe 6 (Ragunan – Dukuh Atas)
Berikut rincian sejumlah langkah yang dapat diambil untuk
PT Jakarta Mega Trans Mayasari Bakti, Steady Safe, 5 (Ancol – Kp. Melayu); memastikan implementasi secara tepat:
4
(JMT) Pahala Kencana, PPD 7 (Kp. Melayu – Kp. Rambutan) 1. Melakukan studi akademis dan makalah tertulis tentang
pengembangan angkutan umum.
5 PT Trans Mayapada Mayasari Bakti, PPD 9 (Pinang Ranti – Pluit); 10 (Priok – Cililitan) 2. Dengar pendapat atas hasil studi tersebut.
3. Penyelarasan persepsi pemangku kepentingan terhadap
Daftar Konsorsium Operator Batik Solo Trans
pengembangan angkutan umum.
No. Nama Konsorsium Anggota Konsorsium Koridor 4. Evaluasi jaringan angkutan umum yang ada.
5. Pemangku kepentingan mengedepankan rekomendasi
Nusa Atmo, Surya Kencana, yang sesuai dan berdasarkan data untuk divalidasi melalui
1 PT Bengawan Solo Trans 2 Palur - Kartasura
SKA Jaya, Sumber Rahayu
analisis screen line. Hal ini dapat memberikan gambaran
38 b ab 3 P E N ATA A N A N G KUTAN PE R KO TAAN DI I NDO NE SIA
39

permintaan angkutan umum. 3.1.3 Penerapan Konsep TDM


6. Membangun konsensus antara pemangku kepentingan Instrumen pendukung berikutnya yang sangat penting dalam
sesuai hasil analisis. upaya menyelenggarakan sistem angkutan umum yang baik
7. Legalisasi konsensus, idealnya adalah berupa Peraturan adalah pembatasan permintaan perjalanan atau Travel Demand
Daerah tetapi minimal berupa Keputusan Bupati. Management (TDM) untuk moda transportasi kendaraan bermotor
pribadi. Serangkaian dokumen tentang parameter TDM yang
Konsep jaringan pengelolaan angkutan perkotaan saling mengacu pada tinjauan global telah diterbitkan oleh GIZ SUTP.
terkait satu sama lain, namun pada saat ini tidak terintegrasi Beberapa parameter tersebut sudah diterapkan pula di Indonesia.1
dengan baik. Perizinan angkot, misalnya, masih mengacu pada Regulasi penerapan TDM ini diatur dalam PP No. 32 Tahun
pedoman pengusulan trayek baru ke pemerintah. Sistem perizinan 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Manajemen Kebutuhan
trayek pun baru terbatas pada ruas per rute atau koridor. Idealnya, dan Analisas Dampak Lalu Lintas. Adapun regulasi tambahan
pemilihan dan penetapan rute ditetapkan berdasarkan tingkat tentang jalan berbayar (road pricing) diatur juga di dalam PP No.
permintaan dan ketersediaan jaringan jalan yang ada. Rencana 97 tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan
pembangunan jaringan jalan baru juga hendaknya menjadi Perpanjangan Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing. Sedangkan
pertimbangan dalam perencanaan jaringan rute angkutan pembatasan lahan parkir diuraikan lebih lanjut dalam Toolkit
perkotaan. Secara ideal, jaringan layanan harus terintegrasi Parking Management.
satu sama lain dan tidak bersifat parsial. Hal lain yang menjadi
pertimbangan adalah tidak terbukanya sistem penunjukan Beberapa Strategi TDM yang Dapat Digunakan
operator pada rute trayek tersebut. Kebijakan Strategi Teknis
Rute dengan tingkat permintaan yang tinggi, atau biasa Pergeseran waktu Pengaturan jam masuk/keluar kantor/sekolah Mengarahkan agar kegiatan terjadi secara
disebut dengan jalur gemuk, pada umumnya terletak pada jalan- tidak bersamaan.
jalan protokol suatu kota. Rute ini semestinya dilayani dengan Batasan waktu pergerakan angkutan barang Menetapkan waktu bergerak kendaraan
angkutan massal (Sistem Transit). Hal ini terkait pula dengan berat pengangkut barang.
karakteristik dan kelas jalan yang tersedia, mengingat layanan Perpindahan rute Electronic Road Pricing (ERP)
angkutan massal dengan bus besar membutuhkan badan jalan atau lokasi Jalan Berbayar Area Licensing System (ALS)
yang lebih lebar dibandingkan dengan layanan angkot dengan Menetapkan tarif parkir tinggi di pusat kota.
Rp
bus kecil. Busway (lajur khusus bus)
Jalan khusus angkutan umum/massal High Occupancy Vehicle (HOV) lane
Bicycle path
Berikut sejumlah panduan dalam merancang rute angkutan
umum baru: Pergeseran moda Pembatasan kendaraan 3in1, car sharing, car pooling
Pembatasan sepeda motor di ruas tertentu.
• Analisis data matriks asal-tujuan.
Pembatasan kendaraan sesuai plat nomor
• Kalibrasi data. Pembatasan usia kendaraan, Park & Ride
• Otomatisasi model.
Peningkatan pelayanan MRT, Monorail, Aeromovel
• Merasionalisasi rute diusulkan berdasarkan model dan angkutan umum Bus reform, Revitalisasi KRL
kondisi lapangan.
Pengembangan moda telekomunikasi Surat elektronik, faksimili, internet
• Melakukan lokakarya dengan masyarakat dan para
pemangku kepentingan sektor angkutan umum untuk Pergeseran lokasi Pergerakan diarahkan pada satu atau
tujuan beberapa lokasi berdekatan.
mengevaluasi rute yang diusulkan. Pembangunan tata guna lahan
Penyebaran sentra-sentra perjalanan
Home-schooling, home-working
Diolah dari sumber: Prayudiyanto dan Tamin (2007), diperbaharui.

Available from http://www.sutp.org/en/resources/publications-by-topic/land-use-planning-and-demand-


management.html
40 b ab 3 P E N ATA A N A N G KUTAN PE R KO TAAN DI I NDO NE SIA
41

3.2 Penataan Angkot di Indonesia seperti ini, ketersediaan jalan arteri, dengan lebar di atas delapan
Penataan angkot di Indonesia menjadi suatu keharusan untuk meter dapat diprioritaskan bagi angkutan umum dengan jumlah
merespon kebutuhan mobilitas penduduk perkotaan. Penataan penumpang besar yang melayani rute utama. Jika kemudian
dilakukan dengan memperhatikan sejumlah aspek terkait, kebutuhan perjalanan sepanjang rute ini dinilai terus meningkat,
sebagaimana diuraikan berikut ini. pemerintah daerah juga dapat membangun sistem transportasi
massal berbasis jalan (BRT) di sepanjang jalan arteri tersebut. Oleh
3.2.1 Tipologi Angkutan Umum di Perkotaan karena itu, selalu diperlukan upaya untuk mengembangkan sistem
Ditinjau dari jenis armada yang digunakan, tipologi dan hirarki transportasi didasarkan pada pola permintaan dan perjalanan
angkutan umum perkotaan (angkot) di kota-kota Indonesia terdiri penduduknya.
dari beberapa jenis: Secara ideal, selayaknya kondisi infrastruktur tersebut
diwujudkan terlebih dahulu baru kemudian menata jaringan
angkutan penunjangnya dengan menggunakan armada bus
sedang dan bus kecil. Keseluruhan jaringan pelayanan angkutan
Bus besar, melayani angkutan kota Bus sedang, melayani Bus kecil, melayani penumpang tersebut harus terintegrasi sehingga dapat memberikan kepastian
yang beroperasi di jalan arteri, penumpang di jalan hingga ke jalan lingkungan, layanan menerus (seamless connection) bagi para penggunanya.
mengangkut 24-60 penumpang, kolektor, mengangkut 12-28 mengangkut 8-24 penumpang,
Idealnya, kondisi infrastruktur harus diwujudkan terlebih
dengan kecepatan rata-rata 15- penumpang, dengan kecepatan dengan kecepatan rata-rata
22km/jam. rata-rata 12-17km/jam. 5-15km/jam. dahulu dengan menetapkan ruang jalan yang memberikan
prioritas bagi angkutan umum di atas moda transportasi bermotor
Di sejumlah kota besar dan kota metropolitan di Pulau Jawa lainnya (dan kendaraan tidak bermotor diberikan prioritas di atas
dan Sumatera, karakteristik angkutan di kawasan perkotaannya semua moda). Jika tidak tersedia kapasitas jalan yang cukup,
dilengkapi pula dengan jaringan angkutan umum berbasis rel. mungkin perlu dikembangkan infrastruktur jalan skala besar
Beberapa angkutan rel yang melayani mobilitas masyarakat di untuk dapat memberikan prioritas bagi angkutan umum, yang
wilayah perkotaan antara lain: kemudian didukung oleh jaringan jalan di sekitarnya. Di jaringan
• Kereta Commuter (Commuter Line/CL) Jabodetabek. sekunder ini bus sedang dan bus kecil digunakan untuk melayani
• Prambanan Ekspress (Prameks) di wilayah Surakarta- penumpang, dan harus terintegrasi dengan sistem angkutan
Yogyakarta-Purworejo. massal (BRT) untuk memastikan konektivitas yang terintegrasi
• KRD di Surabaya dan sekitarnya
• KRD di kawasan Bandung Raya.
Gambar Tipologi Angkutan Jalan di Perkotaan, Kapasitas Penumpang
dan Kecepatan Rata-rata yang Direncanakan
Terdapat setidaknya tiga pertimbangan utama dalam
menentukan karakteristik layanan angkutan perkotaan yang
sesuai dengan kebutuhan, yakni besaran jumlah penduduk atau
ukuran populasi, pola perjalanan mereka (asal dan tujuan, jumlah
perjalanan, moda yang digunakan) dan kondisi infrastruktur kota.
Jika sebuah distrik bisnis dalam kota memiliki permintaan angkutan
umum yang sangat tinggi, maka sebaiknya dikembangkan kereta Objek Pembahasan
Kapasitas Penumpang (Orang)
api komuter yang melayani pekerja yang tinggal di pinggiran
tetapi bekerja di pusat kota. 8-12 12-24 12-28 24-60
Sedangkan pada kawasan perkotaan dengan tingkat Kecepatan Rata-rata (Km/jam)
permintaan perjalanan yang tidak terlalu tinggi, sistem angkutan
5-10 5-15 12-17 15-22
jalan dapat menjadi pilihan utama. Untuk kawasan perkotaan

Foto oleh: Anugrah Ilahi. Tipologi transportasi jalan di perkotaan dengan perencanaan penumpang dan kapasitas kecepatan.
42 b ab 3 P E N ATA A N A N G KUTAN PE R KO TAAN DI I NDO NE SIA
43

(seamless connectivity). Bogor


Di sisi lain, penataan angkot juga harus dilakukan secara paralel Bogor kerap dijuluki sebagai Kota Sejuta Angkot, merujuk pada
hingga suatu saat ketika kondisi angkutan sudah menjadi lebih begitu banyaknya angkot beroperasi di kota ini, yang saling
baik dan permintaan perjalanan (demand) meningkat, reformasi berimpit rute dan menimbulkan kemacetan. Pemerintah Kota
angkutan bisa dilanjutkan dengan menghadirkan layanan Sistem Bogor lalu melakukan upaya penataan angkot dengan menerapkan
Transit di kota tersebut. beberapa konsep di bawah ini:
Akan tetapi, reformasi angkot juga harus dilakukan bersamaan • Berdasarkan Keputusan DPRD Kota Bogor Nomor 551.2-
dengan pembangunan infrastruktur skala besar. Hal ini akan 30 Tahun 2010, ditetapkan pola shifting, sebagai berikut:
berdampak pada meningkatnya permintaan angkot, dan pada • Angkot dengan keterisian penumpang di bawah 50%
gilirannya akan memungkinkan reformasi menyebar ke seluruh masuk kelompok shift AB, yaitu sehari beroperasi dan
sistem transit. sehari libur.
• Angkot dengan tingkat keterisian penumpang di atas
3.2.2 Penataan Angkutan Perkotaan 50% masuk kelompok shift ABC yaitu dua hari beroperasi
dan sehari libur.
Saat ini hampir dipastikan terdapat sistem angkot yang beroperasi di setiap kota
• Program ini diterapkan pada 13 trayek (2.277 kendaraan)
di Indonesia. Untuk menciptakan sistem angkutan umum perkotaan yang efektif,
dari 23 trayek (3.412 kendaraan) yang ada, dan berhasil
kelak sistem angkot ini perlu ditata ulang.
mengurangi jumlah kendaraan yang beroperasi sebanyak
Permasalahan angkot sangat rumit, dan cenderung menjadi tipikal 793 atau 3,21%.
permasalahan angkutan perkotaan di Indonesia. Untuk mengatasi • Pengalihan angkot kepada trayek pengembangan baru
hal itu, sejumlah kota telah melakukan langkah penataan angkot. (re-routing). Angkot yang telah beroperasi pada tujuh
Kondisi angkot di
Pada tabel berikut dapat dilihat garis besar pelaksanaan koridor utama menjadi prioritas re-routing. Bogor yang keterisian
program penataan angkot di beberapa kota: • Penghapusan izin bagi kendaraan angkot yang tidak penumpangnya rendah.
melakukan uji kir dan perpanjangan ijin trayek, dan — Foto oleh: Mirza Aldi
Contoh Perbaikan Sistem Angkutan Umum di Beberapa Kota menjadikan kendaraan tersebut berplat hitam.
Kota Kondisi Eksisting Restrukturisasi Regulasi Khas Lokal

Bogor Layanan transportasi di Perubahan Perda Provinsi Jawa Sistem Shifting.


Kota Bogor, tediri dari 3.400 kepemilikan angkot Barat 03/2011.
unit minibus dalam 23 dari kepemilikan Melakukan perbaikan
trayek, dan 4.600 angkutan pribadi ke badan Perda Kota Bogor rute angkutan
kota (angkot, elf, dan L300) hukum, dan penataan 03/2013. (re-routing).
dari Kabupaten Bogor dan trayek.
antar kota dalam provinsi. Peremajaan Kendaraan.

Penghapusan kendaraan.

Solo Keterisian penumpang Konsolidasi Pemangku Konsolidasi angkot,


angkutan umum sangat antar pengusaha kepentingan angkot armada diganti,
rendah. angkutan dan yang bergabung scrapping.
bergabung menjadi dalam koperasi.
konsorsium BST.

Palembang Pelayanan angkutan umum Pembatasan Perwali Pembatasan usia angkot.


cukup rendah, banyak peremajaan untuk
armada berumur yang tidak armada yang
laik dan membahayakan berumur lebih dari 10
penumpang. tahun.
44 b ab 3 P E N ATA A N A N G KUTAN PE R KO TAAN DI I NDO NE SIA
45

Akan tetapi, patut diwaspadai pula kemungkinan kebijakan Jenis Usia Kendaraan di Atas Usia 10 Tahun yang Terdaftar di Dishub DKI Jakarta
shifting ini tidak bisa berjalan secara terus-menerus karena Kend usia >10 thn Harga/unit* Total
Jumlah
tidak semua pengusaha dan awak angkutan umum setuju No. Jenis Kendaraan
Kend. Jumlah % (dalam Rp juta) (dalam Rp juta)
dengan prinsip berbagi kesempatan ini. Selain itu, terdapat pula
perbedaan cara pandang di antara para pejabat politis di Kota 1 Bus Besar 2.881 2.288 79% 1.000 2.288.000
Bogor. Hal lain adalah landasan hukum yang digunakan dirasa
2 Bus Sedang 4.944 4.890 99% 500 2.445.000
kurang tepat, diterbitkan oleh pihak legislatif (DPRD), padahal
semestinya penerbitan sebuah keputusan politis yang akan 3 Bus Kecil 14.192 8.748 62% 150 1.312.000
dilaksanakan di lapangan, sepenuhnya merupakan wewenang
pihak eksekutif (walikota dan jajarannya). 4 Taksi 24.724 19.622 64% 200 3.165.000

5 Bus AKAP 3.840 2.867 75% 1.000 2.867.000


Jakarta
Salah satu hal yang menjadi perhatian penataan angkot di 6 Bus AJAP 94 - 0% 1.000 -
Jakarta adalah masalah peremajaan angkutan. Lebih dari 65%
armada kendaraan yang beroperasi saat ini sudah berumur lebih 7 Bus Pariwisata 4.416 3.019 68% 1.250 3.773.750
dari 10 tahun yang mengundang masalah kelaikan beroperasi,
8 Bus Sewa 644 9 1% 1.000 9.000
kemacetan, dan juga isu emisi yang mencemari udara.
Peraturan Daerah (Perda) Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 9 Bajaj 13.864 10.131 73% 50 506.550
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI
Jakarta 2030 jo Perda No. 5 Tahun 2014 tentang Transportasi, 10 Kancil 160 159 99% 50 7.950
menyebutkan bahwa untuk mengatasi persoalan kemacetan dan
11 Truk Besar 26.090 15.068 58% 800 12.054.400
tingginya pencemaran udara akibat pembakaran bahan bakar
kendaraan bermotor, Pemprov DKI Jakarta harus mengubah pola 12 Truk Sedang 2.067 529 26% 300 158.700
pergerakan penumpang di wilayah DKI Jakarta hingga mencapai
60% dari keseluruhan perjalanan yang ada. Dengan demikian, 13 Truk Kecil 613 377 62% 100 37.700
laju rata-rata perjalanan di Jakarta akan bisa mencapai sekurang-
Jumlah 98.529 63.913 65% -  29.384.650
kurangnya 35 km/jam. Oleh sebab itu, diperlukan ketersediaan
layanan angkutan umum yang benar-benar aman, nyaman dan Sumber: Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan Dewan Transportasi Kota Jakarta, 2014
berorientasi keselamatan yang akan mampu meningkatkan * Estimasi harga per unit

animo masyarakat berkendaraan umum dalam mendukung


mobilitas sehari-hari dan meninggalkan kendaraan pribadinya.
Lebih lanjut, pada pasal 51 Perda No. 5 Tahun 2014 tentang
Transportasi, disebutkan bahwa untuk menjamin ketersediaan
layanan angkutan umum yang memenuhi aspek laik jalan dan Peremajaan kendaraan ini akan membutuhkan biaya sejumlah Rp
ramah lingkungan, ditetapkan masa pakai kendaraan bermotor 29,38 triliun. Angka tersebut menunjukkan kebutuhan pendanaan
umum, yaitu 10 tahun untuk bus besar, sedang, kecil maupun yang sangat besar dalam upaya peremajaaan angkutan perkotaan
angkutan barang, serta tujuh tahun untuk taksi. Dengan demikian, dan menjadi devisa negara yang harus dibelanjakan baik untuk
merujuk pada data Dinas Perhubungan DKI (2014), 65% kendaraan pembelian kendaraan dari dalam negeri maupun luar negeri.
tersebut di atas sudah harus segera diremajakan. Hal ini menjadi tantangan yang harus dicari jalan keluarnya agar
Tabel di bawah ini menunjukkan sebanyak 63.913 atau lebih para pengusaha angkutan umum segera mengganti kendaraan
50% kendaraan berusia lebih dari 10 tahun. tua dengan kendaraan yang baru.
46 b ab 3 P E N ATA A N A N G KUTAN PE R KO TAAN DI I NDO NE SIA
47

P
3.3 emerintah wajib menyediakan angkutan massal berbasis 3.3.1 Prinsip Penentuan Sarana dan Prasarana
Transformasi jalan di kawasan perkotaan, sebagaimana tertuang dalam Penerapan infrastruktur angkutan umum di Indonesia seringkali
Menjadi UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ, pasal 158. Oleh dihadapkan pada terbatasnya ketersediaan lahan di jalan.
Angkutan karena itu, langkah berikut setelah melakukan penataan Menyediakan ruang umum bagi bus transit yang layak dan
Massal dan pembenahan angkot sebagai angkutan umum perkotaan cukup memerlukan pemahaman sebagai berikut:
berbasis individu, adalah menggagas ide untuk beralih ke sistem
angkutan umum berbasis jalan. Sistem ini akan lebih efektif
dan efisien karena angkutan umum konvensional dinilai tidak
cocok lagi pada kawasan perkotaan dengan tingkat kepadatan
penduduk yang terus meningkat tajam.
Beberapa prasyarat wajib diperhatikan oleh pemerintah daerah
sebelum memutuskan mengubah layanan angkutan umum reguler
menjadi angkutan massal berbasis jalan. Rencana tersebut juga
harus dituangkan dalam Tatralok atau Rencana Induk Jaringan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (RIJLLAJ), antara lain:
1. Kondisi infrastruktur jalan memiliki kapasitas yang cukup
dengan prioritas untuk angkutan umum (yaitu setidaknya
satu jalur khusus untuk angkutan umum). Sebuah studi
komprehensif harus dilakukan untuk menilai apakah
Dimensi Bus Harus Sesuai
perlu untuk meningkatkan kapasitas jalan untuk moda Kebutuhan (Demand)
lainnya, tetapi umumnya preferensi angkutan umum Move people, not cars. Oleh
akan menyediakan kapasitas yang cukup dalam kondisi karena itu, sebesar apapun
infrastruktur yang ada. dimensi bus yang diperlukan,
bus tetap menjadi prioritas
2. Tersedianya permintaan layanan (demand) yang cukup, di jalan. Aktivitas kendaraan
sekitar 8.000 pphpd (penumpang perjam perarah). pribadi yang berdimensi
3. Kesiapan regulator dalam hal penyediaan payung hukum lebih kecil dapat disesuaikan
dengan beberapa rekayasa
yang tepat, baik untuk aspek kelembagaan maupun
lalu-lintas di jalan raya.
persiapan operasional.
4. Kesiapan operator dalam hal persiapan armada dan
manajemen sumber daya operasional yang mencukupi.

Untuk mencapai kondisi ideal, sistem angkutan massal berbasis


Akses Halte Prioritas dalam Lalu-lintas
jalan hendaknya mengacu kepada konsep BRT. Selain itu juga
Setiap pengguna bus, biasanya Agar dapat bersaing dan menarik minat
dapat merujuk pada buku BRT Planning Guide (ITDP dan GTZ-SUTP, adalah pejalan kaki, oleh karena penumpang, waktu tempuh dan kecepatan
2007)2 yang memuat panduan teknis lebih detail. itu lokasi akses halte perlu bus haruslah lebih singkat dan tinggi dari
Pada faktanya, tidak banyak kota-kota di Indonesia yang bisa memadai. Umumnya, jarak ideal pada kendaraan pribadi. Apabila kondisi
antar halte bagi orang Indonesia memungkinkan, sangat dianjurkan untuk
menerapkan konsep BRT secara utuh sehingga konsep tersebut adalah 500m. memberikan lajur khusus bus yang steril dari
harus diterapkan dengan sejumlah modifikasi. Materi dalam buku kendaraan lain.
ini menjelaskan tentang modifikasi atau penyesuaian penerapan
dengan kondisi perkotaan di Indonesia.

2 Tersedia di http://www.sutp.org/en/resources/publications-by-topic/brt-planning-guide.html
48 b ab 3 P E N ATA A N A N G KUTAN PE R KO TAAN DI I NDO NE SIA
49

3.3.2 Teknis Penentuan Halte dan Lajur Bus 3.3.3 Pengawasan


Kementerian Perhubungan, telah mengatur beberapa petunjuk Setelah sejumlah upaya di atas, langkah berikut adalah
teknis pembangunan halte, dan rambu pemberhentian bus. Oleh melakukan pengawasan atau kontrol. Beberapa pengawasan
karena itu, penyediaan halte mengacu pada Panduan Perencanaan yang dilakukan mencakup:
Halte dan Lajur tersebut. Sejumlah prinsip yang sebaiknya dipenuhi
dalam penyediaan halte, adalah: 1. Pengawasan terhadap SPM
Pengawasan ini dilakukan untuk memastikan SPM terlaksana.
Berdasarkan PM No. 98 Tahun 2013 tentang SPM angkutan orang
dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek, bakuan mutu
SPM mencakup enam aspek yang meliputi keamanan, keselamatan,
kenyamanan, keteraturan, kesetaraan dan keterjangkauan. Selain
peraturan menteri tersebut terdapat pula beberapa peraturan
gubernur dan peraturan walikota masing masing provinsi dan kota.

Halte sebaiknya ditempatkan Sekalipun sudah dilakukan upaya untuk memenuhi kriteria SPM
pada pusat bangkitan utama,
tersebut di atas, masih banyak kendala yang dihadapi, antara lain:

S
dengan jarak antar halte 500-
• Sistem setoran

U
1.000m, merujuk pada SPM

B
Angkutan Massal PM 10/2012. • Organisasi individu
Berada pada sistem
transit dengan pola • Kontrol penerapan SPM itu sendiri.
pembayaran tiket on-bus.
yang transparan dan 2. Pengawasan terhadap Tarif
akuntabel.
Langkah berikut adalah melakukan pengawasan terhadap tarif
dengan menjadikan isu regulasi tarif sebagai kewenangan
pemerintah. Penetapan tarif berhubungan dengan profit operator
yang seharusnya memberikan dampak positif pada pelayanan
Daerah sekitar angkutan umum. Sayangnya, sejauh ini keuntungan yang besar
halte harus bebas tersebut tidak diimbangi dengan penyediaan pelayanan yang baik
hambatan samping.
Harus tetap selaras oleh para operator. Hal tersebut mengindikasikan ada sesuatu yang
dengan akses pejalan salah dalam sistem penyediaan angkutan umum sehingga perlu
kaki dan kaum Terdapat rambu yang dilakukan perbaikan kebijakan untuk mendapatkan suatu sistem
disabilitas. lengkap, penerangan,
operasional bus yang efisien dan lebih baik. Pelayanan angkutan
serta memiliki informasi
peta kota, trayek dan rute umum yang tidak memenuhi syarat berkaitan erat dengan pola
kendaraan umum. kecenderungan masyarakat yang lebih memilih menggunakan
kendaraan pribadi daripada angkutan umum.

3. Upaya Lain Pengawasan


Sejumlah upaya lain yang dapat dilakukan pemerintah daerah
N
IA
NT
HE
ER
MB OT
PE GK ILIR LAMA

AN MERU
YA N
YORA
-
G KEBA
-
G
ABAN
ek H ABAN
H
Tray TANA
TANA
M11
M09A

dalam melakukan pengawasan pelayanan angkutan umum


G I

ABAN
TINGG
H
N SLIPI
ATAN
TANA
JEMB
TUBU
M11 KS. ERAN
ERAH
BUND JERUK
N ILIR
PALM YA G
KEBU N
MERUH ABAN
BURA
TANA
PETAM NG
M09 SLIPI ERAH LAMA
BELON
PALM
RAWAYORA
KEBA

i Anda
Posis

adalah dengan:
1. Menyediakan pusat pengaduan masyarakat; sebagai sarana
bagi masyarakat untuk memberikan kritik dan saran pelayanan
terhadap masyarakat.
50 b ab 3 P E N ATA A N A N G KUTAN PE R KO TAAN DI I NDO NE SIA
51

2. Aktivitas berbagai komunitas lokal di kota-kota, yang memiliki hingga September 2011, dan tiga di antaranya terjadi di angkutan
perhatian terhadap pelayanan angkutan umum. Beberapa di perkotaan. Pada tahun 2011 terdapat 2.937 kasus kekerasan
antara komunitas yang sudah terbentuk adalah Suara Transjakarta, seksual yang terjadi di ruang publik. Terhitung sejak tahun 1998
Busway Mania, KRL Mania, Aspeka (Asosiasi Penumpang KA), terdapat sebanyak 22.284 kasus pelecehan seksual yang terjadi
Koalisi Pejalan Kaki (KPK). di tempat umum.
3. Pengaktifan Forum Lalu Lintas, sebagaimana diatur dalam Modus kekerasan seksual yang terjadi di angkutan umum,
PP No. 37 tahun 2011 tentang Forum LLAJ. Forum tersebut biasanya pelaku seksual mencari kesempatan di dalam angkutan
beranggotakan perwakilan instansi pemangku kepentingan, umum ketika korban lengah, dan kondisi angkutan umum penuh
perguruan tinggi dan juga masyarakat. sehingga tidak ada jarak antara pelaku dan korban. Pelcehan
4. Di Provinsi DKI Jakarta, terdapat Dewan Transportasi Kota seksual juga tidak hanya dilakukan secara fisik namun juga verbal
Jakarta (DTKJ) yang bertugas memberikan rekomendasi kepada seperti merayu dan berkata-kata kotor.
Gubernur terkait kebijakan transportasi secara umum, termasuk Merespon isu tersebut di atas, pemerintah telah melakukan
tentang pembinaan dan penyelenggaraan angkutan perkotaan. upaya dengan membuat kebijakan prioritas bagi perempuan
Selain dari instansi pemangku kepentingan, seperti Dinas dengan menyiapkan gerbong khusus, atau kursi khusus. Hal
Perhubungan dan Kepolisian Lalu Lintas, keanggotaan DTKJ ini sudah diterapkan antara lain pada Trans Jakarta, dan kereta
juga secara spesifik menyebutkan unsur pakar transportasi, komuter. Akan tetapi, hal ini dirasa masih kurang efektif karena
unsur perguruan tinggi, unsur pengusaha angkutan, unsur kebijakan tersebut baru sebatas menciptakan tameng agar dapat
awak angkutan, unsur LSM (lembaga swadaya masyarakat) menanggulangi kekerasan seksual. Setidaknya dibutuhkan upaya
yang bergerak di bidang transportasi dan unsur masyarakat lain untuk menghentikan pelaku kekerasan seksual dengan
pengguna jasa transportasi. Dengan demikian, kebijakan yang memberikan efek jera.
diambil oleh kepala daerah sudah mengakomodasi suara dari
setiap elemen masyarakat yang berkepentingan terhadap
penyelenggaraan angkutan umum. Beberapa implementasi pencegahan pelecehan seksual di

S
antaranya adalah:
3.4 Aspek Sosial ejumlah hal yang menjadi isu aspek sosial pada kendaraan
umum adalah masalah keamanan dan pelecehan seksual. 1. Memberikan pendidikan melalui pemuka
Masalah keamanan yang berhubungan dengan isu agama, sekolah, dan penyuluhan dari
sosial adalah bahaya copet, penodong, pengemis yang organisasi masyarakat.
memaksa atau ancaman verbal, dll. Sedangkan aspek sosial yang 2. Gerakan kolektif masyarakat dalam
berhubungan dengan pelecehan seksual adalah perlakuan tidak memerangi pelecehan seksual di
senonoh yang umumnya dialami kaum perempuan pada saat angkutan umum.
berada di kendaraan umum, meskipun tidak tertutup kemungkinan 3. Mempertimbangkan kehadiran tenaga
pelecehan seksual ini juga menimpa kaum lelaki. Isu aspek sosial keamanan perempuan pada fasilitas
adalah salah satu hal yang sangat luas, dianjurkan untuk meninjau angkutan perkotaan yang dapat
dokumen lain seperti gender dan modul Transportasi Perkotaan merespon kasus dan keluhan pelecehan
oleh GIZ SUTP dan aspek sosial dokumen teknis dari SUTP3. seksual secara lebih spesifik. Hal ini Penumpang kerap menjadi
sekaligus untuk merespon keprihatinan karena korban pelaku obyek kejahatan di
angkutan umum, diperlukan
3.4.1 Pelecehan Seksual di Angkutan Perkotaan pelecehan seksual selama ini justru banyak terintimidasi ketika sistem yang dapat
Berdasarkan data yang dirilis oleh Komnas Perempuan (2013) melaporkan kejadian yang dialaminya kepada petugas. Mereka menjamin keselamatan.
terdapat sebanyak 279.630 kasus kekerasan terhadap perempuan. cenderung disalahkan, sehingga jarang korban yang bersedia —Foto oleh Efrindu Titis

Sebanyak 40 kasus perkosaan terjadi pada pada periode januari melaporkan kejadiaan ini.

3 Tersedia di http://www.sutp.org/en/resources/publications-by-topic/social-issues-in-transport.html
52 53

4
b ab 4 P E M B I AYA A N

Mekanisme Pembiayaan Gambaran Beberapa Peluang Pembiayaan


Pembiayaan yang sehat di kota-kota dapat memberikan stimulus positif bagi meningkatnya pelayanan
angkutan umum di perkotaan yang berkelanjutan, operasional dan perawatan berkualitas tinggi bagi
angkutan umum dan Non-Motorized Transport

P
Bisnis operasi
enataan dan pengembangan angkot berhubungan yang jelas dan Kerjasama
erat dengan isu pembiayaan, baik untuk pembangunan menguntungkan Pemerintah
BUMN/BUMD
dan pengadaan sarana dan prasarana, maupun untuk Swasta

penetapan tarif. Pemerintah provinsi maupun kota atau


daerah dituntut cermat sekaligus kreatif dalam merespon isu ini
agar program penataan angkot dapat berlangsung.
Dukungan Insentif dan
dari Disinsentif
4.1 Terdapat beberapa peluang pendanaan infrastruktur kota, Pemerintah
Penyediaan yaitu APBN, APBD, BUMN, BUMD, dan pihak swasta. Di samping Pusat
Anggaran itu, terbuka pula kemungkinan potensi pendanaan kreatif
(Financing dengan melibatkan banyak pihak baik kalangan pemerintah di
Public berbagai level, hingga pihak swasta. Indonesia memiliki beberapa
Transport) model pendanaan gotong royong yang dapat diaplikasikan
pada model penataan angkot. Pola pembiayaan lokal tersebut BAGAIMANA UPAYANYA?
antara lain Ngayah di Bali dan Sambatan di Jawa. Format Ngayah
adalah bekerja untuk kepentingan bersama (masyarakat) secara
suka rela tanpa dibayar (lebih cenderung altruism), sedangkan
Sambatan (Jawa) adalah bekerja bersama tanpa dibayar, dengan
sistem seperti arisan (ada unsur Pendanaan dengan
fairness, yaitu reciprocity). Keduanya Anggaran pemerintah pusat model insentif diberikan
khusus untuk angkutan kepada daerah atau
merupakan contoh implementasi
umum. perusahaan yang mencapai
dari public goods game, serta sangat target pemenuhan SPM
efektif untuk mengatasi masalah transportasi nasional.
kelangkaan kapital, yaitu dengan
cara mentransformasi keberlimpahan
faktor non-kapital, menjadi kapital.

Surat Hutang Obligasi


Perusahaan, Pinjaman Kerjasama swasta dengan
Langsung, cadangan dan jaminan pemerintah.
arus kas perusahaan.
Pendanaan angkutan kota di Jerman
memanfaatkan anggaran dari National
Funding Share antara 60-90%.
— Foto oleh: Qi Yahya

Beberapa operator angkutan


bekerjasama membentuk
sebuah perusahaan.
54 b ab 4 P E M B I AYA A N
55

S
etiap kota dapat melakukan pembiayaan atas pembangunan 4.2
infrastruktur di masing-masing kota dengan memanfaatkan PEMBIAYAAN
Model Mekanisme dana APBD di kota atau daerahnya sendiri. Selain itu, Prasarana
Pembiayaan di Sejumlah Negara
Pola pembiayaan dari beberapa sumber tersebut
terbuka juga peluang pembiayaan lain yaitu APBN, APBD Pendukung
menjadi model di sejumlah Negara. Berikut Provinsi, dan pendanaan dari pihak swasta. Berikut beberapa
beberapa contoh jenis pembiayaan tersebut: contoh proyek sektor transportasi dengan model pembiayaan
dari berbagai sumber:

Minimum Tabel Alternatif Pembiayaan di Jakarta dan Kota Sistem Transit


private
Maximum national funding share participation Minimum local governments participation

BRAZIL 95% Tidak ada 5% Jenis


Kota Koridor Pendanaan
jumlah Angkutan
minimum
APBD APBD
APBN Swasta
Provinsi Kota
COLOMBIA 40-70% 10% 30%
BRT Jakarta 1-12 √ √ √

1-3 √ √ √
Bogor
4 √ √
PERANCIS 20-25% Tidak ada Tidak ada jumlah minimum
jumlah Yogyakarta 1-6 √ √
minimum Sistem Transit
1 dan 8 √ √ √
Solo
2-7 √
JERMAN 60-90% Tidak ada Tidak ada jumlah minimum
jumlah Palembang 1-8 √ √ √
minimum

INDIA 15-90% Tidak ada Tidak ada jumlah minimum


jumlah
minimum

MEXICO Lebih dari 50% 34%. Meski tidak berlaku umum, ditetapkan
minimum kontribusi pada studi
perencanaan sebesar 50%.

INGGRIS Tidak ada maksimum dana Tidak ada Tidak ada jumlah minimum
APBN, meski pemerintah daerah jumlah
disarankan untuk me ngupayakan minimum
pembiayaan sendiri.

AMERIKA 80%, namun untuk sejumlah proyek Tidak ada 20% untuk pembangunan infrastruktur
SERIKAT transportasi skala besar, pendanaan jumlah jalan, namun secara prinsip 50% untuk
APBN mencakup 50% saja. minimum pembangunan proyek transportasi utama.
Salah satu sistem transit di Kota Bogor yang pembiayaannya menggunakan APBD kota. —Foto oleh: Mirza Aldi

(Sumber: Financing Sustainable Urban Transport GIZ-EMBARQ, 2012)


56 b ab 4 P E M B I AYA A N
57

S
Selain itu, pembiayaan pembangunan di kota-kota dapat 4.3.1 Kontrak kerjasama 4.3
dilakukan dalam beberapa metode pembiayaan, antara lain alah satu skema pembiayaan adalah melalui sistem kontrak Alternatif
dengan penerapan pembiayaan yang dibantu oleh pihak ketiga, dalam bentuk Kontrak Kerjasama (KKS). Skema ini berupa Sistem
baik dari kerjasama dengan pihak swasta nasional atau grant/ dokumen kerjasama antara perusahaan angkutan umum Kontrak
loan dari pemeritah asing. Beberapa komponen pendukung dengan operator bus, yang berisi tentang penyediaan
sistem transportasi perkotaan dapat diterapkan dengan model operator angkutan umum. Sesuai dengan rencana pengoperasian
pembiayaan seperti pada ilustrasi berikut: dan standar prosedur penyediaan angkutan umum, dalam KKS
perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:

Penerapan ATCS untuk


menunjang sistem
1. Volume pekerjaan; yaitu jumlah total kilometer produksi
transportasi perkotaan di atas seluruh angkutan perkotaan selama masa kontrak.
Bali.— Foto oleh: Anugrah Ilahi 2. Jangka waktu kontrak; ditetapkan selama tujuh tahun
terhitung sejak tanggal kontrak, dan apabila pada saat
kontrak berakhir, volume pekerjaan belum tercapai, maka
kontrak ini dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling
lama dua tahun atau hingga volume pekerjaan tercapai
(mana yang lebih dahulu).
3. Rupiah per kilometer (Rp/km); yaitu biaya atas jasa
operator angkutan perkotaan per satu kilo meter tempuh
berdasarkan hasil lelang.
4. Pendapatan operator bus; yaitu pendapatan bulanan yang
Tabel Potensi Pendanaan Komponen Pendukung Sarana Transportasi berasal dari pembayaran atas jasa operator angkutan
perkotaan yang dihitung berdasarkan kilometer tempuh
dikalikan rupiah per kilometer (Rp/km). Kilometer tempuh
APBN APBD LOAN/ GRANT SWASTA
bulanan ditetapkan setelah melalui proses verifikasi antara
perusahaan dan operator angkutan perkotaan.
5. Mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak.
6. Operator angkutan perkotaan wajib mengoperasikan
bus dalam kondisi laik jalan dan telah memenuhi seluruh
JA U
LU S
B

persyaratan dan kewajiban berdasarkan peraturan


BUS TRAYEK JALUR KHUSUS perundang-undangan yang berlaku.
Pengadaan kendaraan Jaringan utama dan Khusus untuk
feeder lajur BRT
7. Denda dan sanksi dikenakan kepada operator angkutan
perkotaan apabila lalai mematuhi kewajiban dan tanggung
jawab, juga dalam menerapkan standar prosedur operasi,
dan/atau standar pelayanan minimum, seperti yang
ER
ON
IC
P
RO
AD
PR
ICIN
G tercantum dalam kontrak. Sanksi diberikan berupa
pengurangan kilometer tempuh.
TR
EC
EL

8. Memuat klausul-klausul umum yang ada dalam suatu


PARK & RIDE
NMT ROAD PRICING Parkr kendaraan pribadi kontrak seperti pengakhiran kontrak, kerahasiaan,
Pedestrian dan lajur
ITS/ATCS Pembatasan sebelum berganti ke
sepeda
Prioritas BRT lalu lintas berbayar angkutan massal penyelesaian perselisihan, pajak dan asuransi, force majeur,
serta ketentuan lain.
58 b ab 4 P E M B I AYA A N
59
Menghitung Operational Cost atau Biaya Operasional Kendaraan

Kerjasama Angkutan pada Batik Solo Trans


Kota Solo telah melakukan penataan angkot dan melahirkan
sistem angkutan perkotaan dalam konsep sistem transit
dengan nama Batik Solo Trans (BST). Penerapan konsep
kerjasama angkutan di BST adalah dengan melibatkan Rencana Rute
operator di Solo dalam format kontrak franchising, dan Data panjang rute
menempatkan risiko biaya sebagai tanggungan penuh
operator yang harus mematuhi SPM dan tarif ditentukan oleh
pemerintah. Kriteria kerjasama mencakup hal berikut:
• Jika operator tidak memenuhi SPM yang disepakati,
maka dihentikan kerja samanya. Asumsi
• Tidak ada lagi sistem kejar setoran yang ditargetkan • Nilai residu 20% per kendaraan.
pemilik bus kepada awak bus; sebagai gantinya • Untuk luar DKI penggunaan BBM 3 km/liter.
pemerintah menerapkan sistem penggajian. • Daya tempuh ban tergantung koefisien gesek jalan.
• Risiko kebocoran pendapatan yang telah diperhitungkan • Dan lain-lain bisa dilihat di SKD 687.
harus terbagi dengan tujuan saling kontrol supaya
proyek BST berjalan sesuai rencana. Foto oleh: Anugrah Ilahi

Formula Sederhana BOK per unit/Km

T
4.4 arif merupakan harga yang harus ditanggung oleh n Biaya unit
Sistem Tiket dan
Tarif
pengguna angkutan umum. Penentuan nilai harga secara
proporsional sangat penting untuk menunjang operasional =∑ k=0
Km tempuh harian
angkutan perkotaan, agar operator dapat memperoleh
keuntungan, dan angkutan umum menarik minat penggunanya.
Penetapan tarif yang proporsional adalah merupakan langkah
awal yang signifikan untuk meningkatkan jumlah pengguna
angkutan perkotaan.
Biaya Langsung Biaya Tak Langsung
Sedangkan sistem tiket merupakan cara pembayaran tarif
• Penyusutan kendaraan • Biaya pegawai non awak bus
yang dilakukan pengguna jasa kepada operator angkutan. Pada • Bunga modal • Biaya pengelolaan (overhead
umumnya, sistem tiket di angkutan perkotaan di Indonesia masih • Gaji awak kendaraan kantor, seragam, dll)
berbasis manual. Kelak penggunaan e-ticketing system akan • Bahan bakar minyak
• Ban
semakin diperluas untuk mengedepankan prinsip transparansi • Servis kecil dan besar
Implementasi tiket dan akuntabilitas. E-ticketing system ini bahkan sudah menjadi • Oli
bus sebagai smart sebuah keharusan untuk Sistem Transit yang baik dan mengacu • Asuransi
card, yang dapat • Retribusi terminal
kepada SPM yang tepat.
digunakan juga dalam
pembayaran tol, kereta,
dan minimarket. 4.4.1 Pengembangan Sistem Pembayaran
—Foto oleh: Anugrah Ilahi dan Integrasi Tiket
Biaya Operasional Kendaraan merupakan komponen yang
melekat pada sisi operasional berdasarkan satuan per kilometer. Analisis Perkiraan Keuntungan dan Kerugian
Kementerian Perhubungan telah menjabarkan secara detail
mengenai metode perhitungan BOK dalam Surat Keputusan Dirjen
Pehubungan Darat No. 687 Tahun 2002 mengenai “Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum di Wilayah Perkotaan Diperoleh Harga Komersial
dalam Trayek Tetap dan Teratur”.
60 b ab 4 P E M B I AYA A N
61

4.4.2 Penerapan Tarif Selanjutnya, teknis implementasi tarif akan berkaitan dengan
Pada umumnya, penentuan tarif angkutan dibagi berdasarkan konsep tarif dan sistem kontrak yang digunakan antara pemerintah
kelas layanannya. Untuk kelas ekonomi ataupun angkutan umum dengan pemberi layanan angkutan perkotaan.
bersubsidi, tarif diajukan oleh operator angkutan dan kemudian
diputuskan oleh kepala daerah (gubernur, bupati atau walikota) Konsep Tarif yang Dapat Dilakukan melalui Berbagai Macam Metode Implementasi.
sesuai dengan tingkat kewenangannya. Sedangkan untuk tarif
kelas non-ekonomi ditentukan oleh mekanisme pasar.
Konsep Tarif Teknis implementasi Keterangan

Tarif pasar Distance based fare Tarif berbasis jarak


(dapat berubah
menyesuaikan Tarif jam puncak Tarif menjadi mahal pada saat jam sibuk.
keadaan)
Tarif jam tidak puncak Tarif angkutan lebih murah pada saat jam tidak sibuk.

Franchising Tarif paket mingguan/bulanan Tarif tiket berlangganan


Jika tarif < cost = risiko operator
Tarif pasar, Distance based fare Tarif berbasis jarak
Jika tarif > cost = keuntungan operator
user subsidy
Jika tarif = cost = keuntungan operator
(menggunakan Tarif jam puncak Tarif menjadi mahal pada saat jam sibuk.
Tarif tiket khusus)
PASAR Tarif jam tidak puncak Tarif angkutan lebih murah pada saat jam tidak sibuk.

Tarif khusus pelajar Tarif khusus lebih murah bagi pelajar.

Tarif Tarif masyarakat miskin Tarif khusus lebih murah bagi masyarakat miskin.
batas Atas
NETT COST Tarif khusus lansia Tarif khusus lebih murah bagi warga senior.
CONTRACT
gross COST Tarif Pasar,
user subsidy,
Jika tarif < cost = risiko operator Tarif batas atas Penerapan tarif flat Penetapan tarif sama
Jika tarif > cost = keuntungan operator
CONTRACT tarif gratis Jika tarif = cost = keuntungan operator Tarif dikurangi PSO PSO: Public Service Obligation, subsidi yang dialokasikan
Jika tarif < cost = subsidi oleh pemerintah.
Jika tarif > cost = subsidi silang
Jika tarif = cost = tak ada subsidi
Tarif gratis Tarif promosi wisata Tarif khusus tempat wisata baru atau pada saat promosi
tertentu, misalnya:
1. Tiket Transjakarta digratiskan pada saat ulang tahun
Kota Jakarta.
2. Tiket feeder untuk Trans Sarbagita di Kota Denpasar

Total biaya Pokok Rumus di samping menunjukkan


Tarif Pokok = perhitungan tarif yang ditetapkan
Load factor (%) x kapasitas kendaraan
dalam SK Dirjen Perhubungan
Darat No. 687 Tahun 2002.
Tarif BEP = Tarif pokok x Jarak Rata-rata

Tarif - Tarif BEP + (10% x Tarif BEP)

Jatah keuntungan operator


62 b ab 4 P E M B I AYA A N
63

S
4.5 ebagai bentuk pelibatan negara dalam pelayanan publik di Subsidi yang baik selalu mengedepankan prinsip untuk
Pengembangan bidang jasa transportasi, pemerintah perlu memperhatikan melindungi hak kaum marginal, dan sekaligus dapat mendorong
Sistem Subsidi daya beli masyarakat terhadap tarif angkutan yang perkembangan bisnis angkutan umum.
disediakan oleh operator. Oleh sebab itu, pemerintah telah
mengembangkan sebuah konsep bantuan keuangan terhadap Grafik Prinsip Pemberian Subsidi. Kasus Trans Jogja
komoditas ini melalui mekanisme subsidi. Atau dengan kata lain,
subsidi berarti bantuan pemerintah untuk menanggung sebagian Pada kondisi informasi sempurna,
tingkat optimalitas pembiayaan
dari harga jual suatu komoditas. Subsidi ini diperuntukkan bagi
akan diketahui. Optimalisasi
kalangan bawah agar mereka bisa melakukan mobilitas demi pembiayaan terjadi di titik E* ketika
kebutuhan hidup sehari-hari. total biaya angkutan perkotaan
Di sektor transportasi perkotaan, jasa angkutan yang mendapat bersinggungan dengan cakupan
dan kualitas layanan. Jika untuk
subsidi dari pemerintah umumnya adalah tarif angkutan kelas mendapatkan tingkat cakupan
ekonomi. Sedangkan tarif angkutan untuk kelas non-ekonomi tidak dan kualitas layanan ternyata biaya
mendapat subsidi dan sepenuhnya tergantung pada mekanisme operator tidak mencukupi, maka
subsidi dapat disalurkan untuk
pasar. Ke depannya, subsidi untuk harga jual komoditas cenderung
menanggung sebagian biaya.
dihapuskan, sedangkan kelompok masyarakat yang berhak
mendapat subsidi tetap akan menikmati tarif spesial melalui
mekanisme subsidi langsung ke pengguna (end-user).
Kadangkala, subsidi itu seperti obat, bisa menyembuhkan penyakit namun
juga beracun. Jika dikonsumsi dalam taraf yang tidak wajar, akan memberikan
4.5.1 Prinsip Pemberian Subsidi
efek negatif akibat kelebihan dosis.
Pada dasarnya, sistem angkutan umum yang terstandardisasi
dengan baik akan lebih optimal jika dijalankan secara komersial 4.5.2 Peruntukan Subsidi
atau tanpa subsidi. Akan tetapi dalam fase transisi, subsidi masih Dalam praktiknya, jenis peruntukkan subsidi pengembangan
diperlukan sebagai modal awal start-up bussiness. angkutan perkotaan dapat dikategorikan dalam tiga hal:
Terdapat beberapa bentuk subsidi misalnya, subsidi infrastruktur,
subsidi pengguna, dan subsidi operasional. Di antara ketiga
bentuk tersebut, sangat disarankan untuk menghindari subsidi
operasional dengan pertimbangan:
• Menghilangkan insentif dan dorongan untuk mengoptimalkan
bisnis.
• Menyebabkan ketergantungan sehingga cenderung 1. Subsidi Infrastruktur 2. Subsidi Pengguna 3.Subsidi Operasional
membebani anggaran belanja daerah. Infrastruktur yang dibutuhkan Pada umumnya, subsidi Biasanya berwujud pembayaran
Pada situasi yang membuat pemberian subsidi tidak lagi dapat dalam penyelenggaraan jenis ini diberikan dalam BOK, bahan bakar, atau suku
angkutan jalan perkotaan wujud potongan harga tiket, cadang, dari pemerintah
dihindari, maka hal itu harus dilaksanakan sebagai kebijakan umumnya disediakan oleh kepada golongan masyarakat langsung kepada operator.
politis, dan terikat beberapa syarat untuk dipatuhi, yaitu: pemerintah sebagai bagian dari berpenghasilan rendah (MBR), Dalam konteks penugasan
1. Informasi harus sempurna kepada seluruh operator. public service di sektor jalan. dan pelajar. Misalnya, pelajar pemerintah ke badan usaha
Dengan infrastruktur yang hanya perlu membayar tiket Rp semestinya dimungkinkan
2. Tidak boleh terjadi monopsony (hanya ada penerima subsidi
memadai, diharapkan layanan 2.000,- untuk sekali perjalanan adanya PSO (Public Service
tunggal/operator tunggal). angkutan juga dapat berjalan sedangkan harga tiket Obligation) sebagai salah satu
3. Dibangun iklim kompetisi yang dikendalikan oleh standar dengan lancar. Salah satunya komersial adalah Rp 3.000,- . bentuk subsidi operasonal.
pelayanan. penyertaan modal pemerintah Subsidi semacam ini cukup
(PMP)dari pemerintah ke BUMN baik dikembangkan untuk
4. Tersedia insentif untuk mengurangi ketergantungan subsidi.
atau dari pemerintah daerah ke menghindari operator yang
BUMD. terlalu mengandalkan subsidi
sebagai pendapatannya.
64 b ab 4 P E M B I AYA A N
65

Contoh subsidi infrastruktur berikut fungsinya dalam Pemberian subsidi harus memperhatikan komponen di bawah ini:
mendukung pengembangan angkutan perkotaan: 1. Besar subsidi angkutan penumpang umum di jalan
diberikan pada suatu trayek tertentu berdasarkan:
• Selisih biaya pengoperasian angkutan umum yang
dikeluarkan oleh penyedia jasa angkutan umum dengan
pendapatan operasional apabila pendapatan diambil
langsung oleh penyedia jasa.
• Biaya pengoperasian angkutan umum yang dikeluarkan
oleh penyedia jasa angkutan penumpang umum apabila
pendapatan diambil oleh pihak lain yang ditunjuk oleh
CAPEX/ Depo angkot Halte dan Fasilitas pemberi subsidi.
Armada Angkot terminal Pejalan kaki 2. Perhitungan biaya pengoperasian angkutan umum,
TUJUAN: TUJUAN: TUJUAN:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan biaya
TUJUAN: Memberikan Menjamin ketersediaan Meningkatkan akses pokok angkutan ditambahkan dengan keuntungan
Mengurangi biaya kenyamanan akses bagi masyarakat pengguna angkot ke maksimal 10%.
investasi operator. pemberhentian dan menggunakan halte.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai penghitungan
aktivitas menurunkan angkutan umum.
penumpang. pembiayaan besarnya subsidi.

4.5.3 Menentukan Besaran Subsidi Terminal adalah salah


Subsidi diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan satu infrastruktur
yang pembangunan
pelayanan jasa angkutan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib
dan pengelolaannya
dan teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan beragam membutuhkan subsidi
moda transportasi, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, demi meningkatkan
dan juga mampu menunjang pemerataan. Hal tersebut tersurat pelayanan.
—Foto oleh: Mirza Aldi
pada pasal 2 KM No. 60 Tahun 2007 tentang Pemberian Subsidi
Angkutan Penumpang Umum di Jalan. Subsidi dimaksudkan
untuk tercapainya pertumbuhan nasional khususnya di daerah
terisolir yang belum berkembang serta memberikan kemudahan
pelayanan angkutan orang yang merupakan kebutuhan pokok
masyarakat di kawasan perkotaan dan pedesaan dengan biaya
yang terjangkau masyarakat.
Subsidi dapat juga sebagai kompensasi terhadap peningkatan
manfaat sosial ekonomi. Sebagai contoh, pemerintah memberikan
subsidi pelayanan dan ongkos angkutan umum, yang berdampak
pada peningkatan jumlah pengguna angkutan umum yang
secara langsung memberikan manfaat terhadap meningkatnya
kesehatan lingkungan, dan mengurangi proporsi biaya transportasi
bulanan masyarakat.
66 67

5 Pembentukan Manajemen Angkot


yang Efektif dan Efisien
Adapun bentuk badan hukum yang sesuai adalah :

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perseroan Terbatas (PT) Koperasi

S
Badan hukum milik pemerintah berupa BUMN dan BUMD
istem angkutan jalan di wilayah perkotaan saat ini masih sudah memiliki banyak panduan. Oeh karena itu, materi pada
didominasi oleh layanan berbasis kepemilikan individu atau toolkit ini akan khusus membahas pengembangan badan hukum
keluarga, yang praktis tidak disertai dengan sistem manajerial untuk kepengusahaan angkutan dalam trayek yang berbentuk
yang profesional. Pada konsep penataan angkutan umum perseroan (PT) dan koperasi.
modern, di samping tersedianya sarana dan prasarana angkutan,
dibutuhkan juga sistem manajemen yang andal. Tanpa dukungan 5.1.1 Izin Usaha Angkutan
manajemen operator angkutan yang profesional, pelayanan yang Badan hukum yang ingin melakukan bisnis di sektor angkutan
baik kepada pengguna jasa mustahil terwujud. jalan perkotaan dapat mengajukan izin usaha angkutan kepada
pejabat yang berwenang. Pengajuan izin usaha jenis angkutan
Pada pelaksanaannya, pengelolaan angkutan umum yang Antar Kota dalam Provinsi (AKDP) ditujukan kepada gubernur
profesional bertumpu pada banyak hal mencakup antara lain selaku pejabat berwenang. Sedangkan pengajuan izin usaha
masalah regulasi perizinan dan konsep pengelolaan. jenis angkutan dalam satu wilayah administrasi pemerintah kota/
kabupaten, dialamatkan kepada walikota atau bupati.
5.1 Selain mengacu pada UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ Persyaratan untuk memperoleh rekomendasi izin usaha
Perizinan dan PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan, terdapat angkutan umum untuk jasa penumpang dikeluarkan oleh Dishub
Angkutan beberapa acuan lain berupa regulasi tingkat menteri dan daerah setempat. Isi persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
Umum yang mengatur lebih rinci tentang perizinan angkutan umum • Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) lembaga.
perkotaan. Regulasi di tingkat kementerian antara lain Keputusan • Memiliki akte pendirian serta pengesahan badan hukum bagi
Menteri No. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan pemohon berbentuk PT, dan akte pendirian koperasi bagi
Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum. Sedangkan regulasi pemohon yang berbentuk Badan Hukum Koperasi.
tingkat daerah dikeluarkan oleh masing-masing daerah sesuai • Memiliki surat keterangan domisili perusahaan.
dengan kebutuhan. • Memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU).
Adapun hal yang dimaksud sebagai perizinan angkutan • Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai
umum adalah: sejumlah minimal kendaraan bermotor.
• Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas

1 2
penyimpanan kendaraan.
Izin usaha angkutan. Izin trayek atau izin operasi. • Permohonan izin usaha angkutan sebagaimana dimaksud,
diajukan kepada pejabat yang berwenang.
• Pemberian atau penolakan izin usaha angkutan, diberikan
Penyelenggaraan angkutan orang dan atau barang dengan oleh pejabat pemberi izin selambat-lambatnya dalam jangka
kendaraan umum wajib memiliki izin usaha angkutan. Pemohon waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima
izin penyelenggaraan angkutan orang dan barang harus berupa secara lengkap.
perusahaan angkutan umum yang berbentuk badan hukum • Penolakan atas permohonan izin usaha angkutan disampaikan
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. secara tertulis dengan disertai alasan penolakan.
68 b ab 5 P E M B E N T U K A N ANG KO T YANG E FE KTI F DAN E F ISIEN
69

Pengajuan Izin Usaha Angkot di Kota Bogor Bilamana sebuah badan hukum telah mendapat izin usaha
angkutan hendaknya melakukan beberapa hal sebagaimana berikut:
• Memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam Izin Usaha
Mengajukan Angkutan.
permohonan • Melakukan kegiatan usaha angkutan selambat lambatnya dalam
Badan Hukum Mendapatkan penerbitan izin usaha waktu enam bulan, sejak diterbitkannya Izin Usaha Angkutan.
mengajukan rekomendasi angkutan kepada • Melaporkan kegiatan usaha setiap tahun kepada pejabat pemberi
izin usaha Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Izin Usaha Angkutan.
(Provinsi/Kabupaten • Melaporkan apabila terjadi perubahan kepemilikan perusahaan
/Kota) ataupun domisili perusahaan.

5.1.2 Izin Trayek/Koridor


Setelah mendapat izin usaha, setiap badan hukum yang akan
Mengurus Dokumen melakukan usaha pelayanan angkutan di suatu trayek/koridor juga
Persyaratan yang harus dilengkapi dalam mengurus dokumen Surat harus mendapat izin trayek atau operasi. Izin trayek ini merupakan
Keterangan Domisili Perusahaan, NPWP/PKP, SIUP, TDP dan HO/SITU, adalah: dasar hukum bagi operasionalisasi angkutan kota.
Sejumlah persyaratan administratif harus disiapkan oleh
√ Kartu Tanda Penduduk (KTP) √ Foto kantor tampak pemegang izin usaha untuk mendapatkan izin trayek, sebagaimana
Direktur Utama Perseroan / depan, tampak dalam untuk rincian berikut:
Ketua Koperasi. mempermudah pengenalan • Membuat laporan realisasi angkutan dari pengusaha yang siap
lokasi pada waktu dilakukan
melayani trayek dimaksud.
√ Kartu Keluarga (KK) Direktur survey lokasi sebelum
Utama Perseroan/Ketua penerbitan lembar Perusahaan • Memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) Kepegawaian.
Koperasi. Kena Pajak (PKP) atau Surat izin • Memiliki SOP Perawatan Kendaraan.
Usaha Perdagangan (SIUP). • Menandatangani surat pernyataan kesanggupan untuk memenuhi
√ NPWP perorangan Direksi/
Pengurus (kalau tidak ada, √ Fotokopi Akta Pendirian
seluruh kewajiban sebagai pemegang izin trayek termasuk SPM
minimal Direktur Utama/Ketua Perusahaan dan Akta yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
Koperasi). Perubahan yang telah • Memiliki paling sedikit 20 unit armada kendaraan bermotor
disahkan oleh Kementerian
yang memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan dengan umur
√ Fotokopi perjanjian Hukum dan HAM RI.
sewa gedung berikut surat kendaraan yang ditetapkan oleh pemberi izin.
keterangan domisili dari √ Fotokopi Izin Mendirikan • Menguasai fasilitas penyimpanan/depo kendaraan bermotor
Pengelola Gedung (apabila Bangunan (IMB). yang dibuktikan dengan gambar lokasi dan bangunan serta
kantornya berstatus sewa).
surat keterangan mengenai pemilikan atau penguasaan.
√ Fotokopi Surat Pernyataan
√ Fotokopi sertifikat tanah Kesanggupan Pengelolaan • Memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu
dan fotokopi Pajak Bumi dan Lingkungan Hidup (SPPL). menyediakan fasilitas pemeliharaan kendaraan bermotor sehingga
Bangunan (PBB) tahun terakhir dapat merawat kendaraannya untuk tetap dalam kondisi laik jalan.
berikut bukti Surat Tanda √ Surat Persetujuan warga
Terima Setoran (STTS). terdekat secara mayoritas atau
• Surat keterangan kondisi usaha, seperti permodalan dan sumber
yang berbatasan langsung daya manusia.
√ Pas foto Direktur Utama dengan lokasi usaha, dilampiri • Surat keterangan komitmen usaha, seperti jenis pelayanan yang
Perseroan/Ketua Koperasi KTP yang masih berlaku dan
akan dilaksanakan dan standar pelayanan yang diterapkan.
berukuran 3X4 sebanyak dua diketahui oleh RT, RW, Lurah
lembar. dan Camat setempat. • Membuat atau memiliki sistem manajemen keselamatan.
70 b ab 5 P E M B E N T U K A N ANG KO T YANG E FE KTI F DAN E F ISIEN
71

Sedangkan persyaratan teknis yang harus dipenuhi sebelum 1. Kebutuhan Per Koridor/Demand Side
dikeluarkannya izin trayek untuk sebuah badan hukum/usaha Pada setiap trayek atau koridor angkutan umum, idealnya hanya
angkutan perkotaan antara lain: terdapat satu sampai tiga perusahaan operator yang beroperasi.
• Pada trayek yang diajukan, masih terdapat peluang Hal ini terkait dengan efektivitas kontrol dan efisiensi pelayanan
penambahan jumlah kendaraan sebagaimana hasil yang dilakukan untuk menghindari monopoli usaha sekaligus
penetapan kebutuhan kendaraan. juga menghindari kompetisi yang tidak sehat akibat over supply.
• Prioritas pemberian izin trayek diberikan bagi perusahaan
angkutan yang mampu memberikan pelayanan angkutan
yang terbaik. Penentuan perusahaan angkutan yang terbaik
dilakukan melalui sistem lelang atau seleksi. Izin Trayek dan Jumlah Armada
Berikut ini adalah simulasi untuk melihat peluang izin trayek dan
jumlah armada yang harus disediakan. Pemerintah kota A tengah Panjang rute koridor:
Apabila pengajuan izin trayek tersebut disetujui oleh pejabat merencanakan untuk membuka izin trayek atau koridor baru 6km
berwenang, maka izin trayek akan diberikan, berupa: dengan kondisi sebagai berikut:
• Surat Keputusan Izin Trayek
• Surat Keputusan Pelaksanaan Izin Trayek
• Lampiran Surat Keputusan Izin Trayek berupa daftar kendaraan
• Kartu Pengawasan Kendaraan
• Surat pernyataan kesanggupan untuk menaati seluruh
kewajiban sebagai pemegang izin trayek, yang
Jenis angkutan: Kecepatan rata-rata: Headway Waktu tempuh:
ditandatangani pemohon dan diketahui pejabat pemberi izin. Bus kecil atau sedang direncanakan:
12km/jam 30 menit/rit, atau 60

G
5 menit menit/PP
5.2 ood Corporate Governance atau Tata Kelola Perusahaan yang
Prinsip Good Baik merupakan prinsip-prinsip yang mengarahkan dan
Corporate mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan
Governance antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam
(GCG) memberikan pertanggung-jawabannya kepada stakeholders.
Prinsip-prinsip tersebut dijadikan sebagai perangkat standar
yang bertujuan untuk memperbaiki citra, efisiensi, efektivitas Waktu istirahat: Waktu siklus (total): Manajemen Kebutuhan armada:
dan tanggung-jawab sosial perusahaan. Perangkat tersebut 10 menit di tiap 80 menit operasional: 18 unit armada,
dapat menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen melalui pangkalan/terminal 90% siap operasi, 10% dengan komposisi 16
ujung cadangan operasional dan dua
supervisi, monitoring dan mekanisme pengendalian keputusan
cadangan (untuk masa
dan kinerja perusahaan. perawatan kendaraan)

Adapun di sektor bisnis angkutan, terdapat ketentuan jumlah


unit armada yang harus dimiliki oleh setiap badan hukum yang
Simulasi tersebut di atas menunjukkan bahwa kebutuhan minimal
melakukan usaha/bisnis angkutan jalan di wilayah perkotaan
armada untuk tiap perusahaan angkutan bisa jadi bersifat fleksibel.
(pada poin 5 persyaratan pengajuan izin trayek). Di samping itu,
Jika memang kondisi permintaan (demand) masih rendah dan
terdapat beberapa pertimbangan dalam melakukan penyesuaian
kebutuhan armada di sebuah trayek atau koridor tidak mecapai
(technical adjustment), yakni:
angka minimal, maka pengadaan armada tidak harus 20 unit
untuk setiap badan hukum pengaju izin trayek.
72 b ab 5 P E M B E N T U K A N ANG KO T YANG E FE KTI F DAN E F ISIEN
73

2. Aspek regulasi baik. Salah satu instrumen yang dikembangkan pemerintah adalah
Undang-undang Koperasi menyebutkan bahwa setiap koperasi primer mendorong penghapusan usaha angkutan penumpang perkotaan
beranggotakan minimal 20 orang. Ketentuan undang-undang ini yang berbasis kepemilikan dan pengelolaan individual. Sebagai
tentu berlaku bagi koperasi yang bergerak di sektor usaha angkutan solusinya, para pemilik angkutan diharapkan bergabung dalam
jalan di wilayah perkotaan. Sedangkan koperasi sekunder merupakan sebuah manajemen yang lebih profesional dalam mengelola bisnis
gabungan dari sedikitnya tiga koperasi primer. semacam ini. Penggabungan operasional layanan diharapkan akan
Badan hukum berbentuk koperasi, yang menetapkan anggotanya dapat mendorong terbentuknya entitas baru pengusaha angkutan
memiliki satu suara yang sama, bisa jadi akan sangat cocok untuk sektor yang lebih sehat sehingga mampu menyelenggarakan jasa
usaha angkutan dengan satu rute izin trayek. Berbeda dengan PT, angkutan yang baik dan akan dapat meningkatkan kenyamanan
yang suara pemilik saham umumnya ditentukan oleh besar kecilnya dan kepuasan pelanggan.
saham yang dimiliki dalam perseroan tersebut. Dengan menggunakan
badan hukum koperasi, pelaku UMKM di bidang bisnis angkutan Korelasi antara Jumlah Armada dan Biaya Produksi Jasa Transportasi
perkotaan tetap memiliki akses terhadap kepemilikan armada, hanya
saja mereka harus melepaskan aspek operasionalnya pada sebuah
manajemen angkutan yang profesional. Marginal Cost

Biaya produksi
Average Cost
3. Kebutuhan Efisiensi Operasional Efisiensi produksi layanan jasa
Kondisi pelayanan angkutan umum perkotaan saat ini berada dalam transportasi meningkat seiring
Optimum
dengan bertambahnya jumlah
keadaan stagnan dan bahkan cenderung menurun. Banyak faktor
armada hingga pada suatu titik
yang menjadi penyebabnya, termasuk di antaranya adalah lemahnya tertentu, sehingga tercipta rata-
kapasitas dan konsistensi terhadap aspek perawatan kendaraan. rata biaya produksi jasa layanan
Kelemahan tersebut terlihat nyata terutama pada moda angkutan transportasi yang optimum.
0 Jumlah armada
umum konvensional seperti angkot (bus kecil) dan Kopata (bus
sedang). Kedua jenis angkutan umum tersebut seringkali dikelola Bisnis angkutan umum perkotaan, layaknya bisnis pada
secara perorangan, dengan pemilik armada bertanggung jawab umumnya, tentu saja harus memiliki tatanan manajemen yang baik.
langsung terhadap kondisi kendaraan dalam operasi sehari-harinya. Struktur organisasinya juga harus berbentuk badan usaha angkutan
Keprihatinan muncul karena tidak semua pemilik kendaraan yang terdiri dari pemilik usaha sebagai pemegang saham, tenaga
mengerti, memahami dan mempunyai cukup waktu untuk melakukan ahli, dan karyawan yang menjalankan roda perusahaan secara
perawatan kendaraannya yang dioperasikan sebagai angkutan manajerial dan operasional. Sayangnya, hal ini belum terlaksana
umum tersebut. Akibatnya, secara kasat mata, kondisi armada yang dengan baik mengingat masih banyak usaha dijalankan secara
beroperasi seringkali tidak laik jalan dan bahkan membahayakan konvensional, sehingga sangat sedikit perusahaan angkutan yang
keselamatan penumpang dan pengguna jalan raya lainnya. menerapkan konsep bisnis yang baik tersebut.
Hal demikian terjadi pula pada aspek prasarana perawatan. Badan usaha yang sehat berbanding lurus dengan kepemilikan
Idealnya, setiap pengusaha angkutan memiliki depo untuk idle armada yang memadai. Pada Bab IV disebutkan dalam rincian
time (istirahat kendaraan) baik di malam hari maupun pada saat perhitungan BOK, bahwa jumlah armada sedikit akan berdampak
lain ketika demand sedang sepi. Sayangnya, hanya pengusaha atau pada mahalnya biaya produksi per unit. Hal ini terkait dengan
badan hukum bermodal besar yang mampu menyediakan lahan beberapa komponen biaya langsung dan tak langsung (overhead)
yang dapat dijadikan depo. yang cukup besar. Sebaliknya, jika sebuah badan usaha memiliki
Pemerintah daerah sebagai regulator proses penyelenggaraan sedikitnya 20 unit armada, sesuai dengan teori economies of
angkutan umum hendaknya terus mendorong pemilik armada scale, maka biaya produksi rata-rata per unit armada akan
melakukan proses penyelenggaran layanan angkutan dengan semakin mengecil.
74 b ab 5 P E M B E N T U K A N ANG KO T YANG E FE KTI F DAN E F ISIEN
75

P
5.3 ara pelaku usaha jasa transportasi perkotaan, perlu pemesanan untuk menghindari pemakaian nama tersebut
Tata Cara memahami dengan baik tata cara pembentukan badan oleh pihak lain.
Pembentukan hukum angkutan umum. 3. Pemakaian nama perseroan diatur dalam PP No. 43 Tahun
Badan Hukum 2011 tentang Tata Cara Pemakaian Nama Perseroan Terbatas.
5.3.1 Perseroan Terbatas (PT) 4. Kedudukan Perseroan harus berada di wilayah Republik
Untuk membentuk perseroan, perlu ditentukan besarnya modal Indonesia dengan menyebutkan nama kota tempat perseroan
dasar, modal ditempatkan dan modal disetor yang berkaitan melakukan kegiatan usaha sebagai kantor pusat.
dengan jenis atau kelas Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang
diinginkan. Penentuan kelas SIUP bukan berdasarkan besarnya Persoalan lainnya yang harus mendapat perhatian dalam
modal dasar, melainkan besarnya modal disetor ke kas perseroan. proses pembuatan sebuah perseroan adalah jangka waktu
Persyaratan utama dalam mendirikan perseroan adalah berdirinya perseroan. Para pendiri perseroan dapat memilih untuk
menetapkan kerangka anggaran dasar perseroan sebagai acuan menetapkan jangka waktu berdirinya perseroan (untuk jangka
untuk penerbitan Akta Autentik sebagai Akta Pendirian oleh notaris. waktu tertentu) atau tidak perlu ditentukan jangka waktunya,
Ketentuan dalam penetapan pendiri perseroan antara lain: atau berdirinya perseroan berlaku seumur hidup.
• Jumlah pendiri perseroan minimal dua orang.
• Pendiri harus WNI, kecuali untuk perseroan dengan kategori 5.3.2 Koperasi
Penanaman Modal Asing (PMA). Jika sekelompok orang ingin bergabung dan mendirikan sebuah
• Para pendiri pada saat perseroan didirikan, yaitu saat koperasi angkutan jalan, maka yang bersangkutan hendaknya
pembuatan Akta Pendirian, harus menjadi pemegang memahami pengertian, nilai dan prinsip-prinsip koperasi, selain
saham perseroan. juga memahami panduan teknis dalam buku ini.
• Para pendiri juga dapat diangkat sebagai salah satu Hal utama yang harus dipahami adalah syarat pembentukan
pengurus baik sebagai Direktur atau Komisaris. Jika koperasi harus, sebagai berikut:
anggota Direksi atau Komisaris lebih dari satu orang 1. Koperasi Primer
maka salah satu dapat diangkat menjadi Direktur Utama • Dibentuk dan didirikan oleh sekurang-kurangnya 20 orang yang
atau Komisaris Utama. mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama.
• Perseroan dalam konteks kepengusahaan angkutan umum • Pendiri Koperasi Primer sebagaimana dimaksud dalam poin
agar mencantumkan jenis kegiatan usaha utamanya yakni pertama adalah WNI, cakap secara hukum dan mampu
Bidang Angkutan Umum. melakukan perbuatan hukum.
2. Koperasi Sekunder
Dalam menetapkan nama dan tempat kedudukan perseroan, • Dibentuk dan didirikan oleh sekurang-kurangnya tiga badan
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: hukum koperasi.
1. Mengingat pemakaian nama perseroan tidak boleh sama atau • Pendiri Koperasi Sekunder adalah Pengurus Koperasi Primer
mirip sekali dengan nama perseroan yang sudah terdaftar yang diberi kuasa oleh masing masing Koperasi Primer untuk
sebelumnya, maka perlu disiapkan dua atau tiga alternatif menghadiri rapat pembentukan Koperasi Sekunder.
nama. Hendaknya diusahakan agar nama perseroan yang 3. Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi harus layak
akan didaftarkan mencerminkan kegiatan usahanya. secara ekonomi, dikelola secara efisien dan mampu memberikan
2. Sebelum akta dibuat, notaris akan melakukan pengecekan manfaat ekonomi yang nyata bagi anggota.
terlebih dahulu melalui jasa teknologi informasi Sistem 4. Modal harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha
Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum) secara elektronik yang akan dilaksanakan oleh koperasi.
untuk mengetahui apakah nama calon perseroan tersebut bisa 5. Memiliki tenaga terampil dan mampu mengelola koperasi.
gunakan atau tidak. Jika bisa, sebaiknya langsung dilakukan Para pendiri wajib melakukan beberapa hal berikut:
76 b ab 5 P E M B E N T U K A N ANG KO T YANG E FE KTI F DAN E F ISIEN
77

• Sebelum melaksanakan rapat pembentukan koperasi Akta Pendirian Koperasi.


terlebih dahulu dilaksanakan penyuluhan tentang koperasi 1. Untuk Koperasi Primer dan Sekunder yang anggotanya
yang dilaksanakan oleh Pejabat Pemerintah dari Instansi tersebar pada lebih dari satu provinsi, permintaan pengesahan
yang membidangi koperasi. disampaikan kepada Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi
• Mengadakan rapat persiapan pembentukan koperasi yang dan UKM, Kementerian Koperasi dan UKM.
akan membahas semua hal yang berkaitan dengan rencana 2. Untuk Koperasi Primer yang anggotanya meliputi satu provinsi,
pembentukan koperasi meliputi antara lain penyusunan permintaan pengesahan disampaikan kepada instansi yang
Rancangan Anggaran Dasar/Materi Muatan Anggaran menangani urusan koperasi di provinsi setempat.
Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan hal hal lain yang 3. Untuk Koperasi Primer yang anggotanya meliputi satu
diperlukan untuk pembentukan Koperasi. kabupaten/kota, permintaan pengesahan disampaikan
• Rapat Pembentukan Koperasi Primer dihadiri oleh sekurang kepada Kepala Dinas/instansi yang menangani urusan
kurangnya 20 orang sedangkan Rapat Pembentukan koperasi setempat.
Koperasi Sekunder dihadiri oleh sekurang kurangnya
tiga koperasi yang diwakili oleh orang yang diberi kuasa Adapun persyaratan administrasi permintaan pengesahan
berdasarkan keputusan rapat anggota koperasi yang akta pendirian koperasi adalah:
bersangkutan. • Dua salinan akta pendirian koperasi bermaterai cukup.
• Rapat pembentukan dihadiri oleh pejabat yang membidangi • Data akta pendirian koperasi yang dibuat dan ditandatangani
koperasi sesuai tingkatannya; skala nasional, provinsi, atau oleh notaris.
kabupaten/kota. • Surat bukti tersedianya modal yang sekurang kurangnya
• Pada rapat ini dibahas antara lain mengenai pokok sama dengan jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib
pokok materi, muatan anggaran dasar dan susunan nama yang harus dilunasi oleh para pendiri.
pengurus serta pengawas yang pertama. • Rencana kegiatan usaha koperasi minimal tiga tahun ke depan
• Anggaran Dasar memuat sekurang kurangnya daftar dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja koperasi.
nama pendiri, nama dan tempat kedudukan, jenis • Dokumen lain yang diperlukan atau yang sesuai dengan
koperasi, maksud dan tujuan, bidang usaha, ketentuan peraturan perundang-undangan.
mengenai keanggotaan, pengelola, pedoman, jangka
waktu berdirinya, pembagian sisa hasil usaha, pembubaran Selanjutnya, pejabat yang berwenang wajib melakukan
dan ketentuan mengenai sanksi. penelitian atau verifikasi terhadap materi anggaran dasar yang
• Pelaksanaan rapat anggota pembentukan koperasi wajib akan disahkan, selain juga melakukan pengecekan terhadap
dituangkan dalam notulen rapat pembentukan koperasi. koperasi yang akan didirikan terutama yang berkaitan dengan
• Para pendiri koperasi atau kuasanya mempersiapkan akta domisili/alamat, kepengurusan, usaha yang dijalankan dan
pendiri koperasi melalui bantuan notaris pembuat akta keanggotaannya. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan pada
koperasi. Dalam penyusunan pembuatan akta koperasi para waktu penyusunan akta pendirian koperasi. Apabila dari hasil
pendiri atau kuasanya dan notaris pembuat akta koperasi penelitian dan pengecekan, koperasi tersebut dimilai layak untuk
dapat berkonsultasi dengan pejabat yang berwenang disahkan, maka pejabat mengesahkan akta pendirian koperasi
mengesahkan akta pendirian koperasi. tersebut. Pengesahan akta pendirian koperasi ditetapkan dalam
• Para pendiri koperasi atau kuasanya mengajukan jangka waktu selambat lambatnya 20 hari sejak diterimanya
permintaan pengesahan akta pendirian koperasi secara permintaan pengesahan secara lengkap. Koperasi diberikan
tertulis kepada pejabat yang berwenang mengesahkan status Badan Hukum setelah mendapat pengesahan oleh pejabat
yang berwenang.
78 b ab 5 P E M B E N T U K A N ANG KO T YANG E FE KTI F DAN E F ISIEN
79

Mekanisme Tahapan Proses Pendirian


Kepengusahaan Angkutan Umum
Berbentuk Badan Hukum Perseroan Terbatas (PT) Dan Tata Cara Pengajuan Perizinan TAHAP 6 Pengajuan permohonan
Surat Keterangan Domisili
Perseroan ditujukan kepada Kepala Kantor Kelurahan
TAHAP 9 Pendaftaran Undang
Undang Gangguan
(Hinder Ordonatie) atau Surat Izin Tempat Usaha
setempat sesuai dengan alamat kantor Perseroan (SITU) sebagai persyaratan Surat Izin Usaha

Tahap 1 Tahap 3
Persiapan berupa Proses pendaftaran dan berada, sebagai bukti keterangan atau keberadaan Perdagangan (SIUP) atau untuk izin kegiatan
konsultasi, pengisian persetujuan pemakaian alamat perseroan. Proses tahap ini memakakn waktu usaha yang dipersyaratkan adanya UUG/SITU
formulir pendirian PT dan surat kuasa. Konsultasi nama perseroan tersebut dilakukan melalui kantor dua hari kerja setelah permohonan diajukan. berdasarkan Undang-undang Gangguan.
diperlukan untuk mengetahui ruang lingkup notaris yang ditunjuk. Proses ini dilakukan untuk Persyaratan lain yang dibutuhkan:
pendirian PT, biaya dan cara pembayaran, mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan Hak • Fotokopi bukti kepemilikan hak atas tanah
prosedur dan persyaratan yang dibutuhkan Asasi Manusia Republik Indonesia sesuai Undang- (sertifikat).
untuk pendaftaran dan perizinan serta berbagai undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan • Jika status kantor sewa maka dilampirkan fotokopi
aspek terkait dengan kegiatan usaha yang akan Terbatas dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun kontrak/sewa tempat usaha atau bukti kepemilikan
dilaksanakan Perseroan. Persiapan dilakukan
oleh para pendiri Peseroan dengan cara mengisi
2011 Tentang Tata Cara Pemakaian Nama Perseroan
Terbatas. Proses tahap ini adalah lima hari kerja
tempat usaha.
• Surat keterangan dari pemilik gedung apabila
berdomisili di gedung perkantoran.
TAHAP 10 Permohonan
Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP) kepada Badan Pelayanan
formulir dan surat kuasa pendirian. Waktu setelah permohonan diajukan.
proses tahapan ini tergantung kepada para • Fotokopi Surat Tanda terima Setoran (STTS) bukti Perizinan Terpadu (BPPT) sesuai dengan
pendiri Perseroan. pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun keberadaan domisili perseroan. Waktu proses
terakhir. tahapan ini adalah 10 hari kerja setelah
permohonan diajukan. 

Tahap 2 Pemeriksaan formulir, surat


kuasa dan pengecekan
nama Perseroan yang diajukan melalui jasa teknologi
Tahap 4 Pembuatan notulen
Anggaran Dasar PT
dilakukan oleh NOTARIS berdasarkan informasi
TAHAP 7 Permohonan pengesahan
Perseroan dilakukan oleh
notaris kepada Menteri Hukum dan HAM Republik
TAHAP 11 Permohonan Tanda
Daftar Perusahaan
(TDP) diajukan kepada Badan Pelayanan Perizinan
informasi Sistem Administrasi Badan Hukum yang diberikan oleh para pendiri perseroan pada Indonesia untuk mendapatkan pengesahan Anggaran Terpadu (BPPT) Kota/Kabupaten/Provinsi sesuai
(Sisminbakum) secara elektronik, Pemeriksaan formulir formulir pendirian perseroan dan surat kuasa. Dasar Perseroan Terbatas (Akta Pendirian) sebagai dengan keberadaan domisili perseroan. Bagi
dan surat kuasa untuk memastikan kebenaran data Waktu proses tahapan ini adalah satu hari kerja Badan Hukum Perseroan Terbatas sesuai Undang- perusahaan yang telah terdaftar  akan diberikan
yang disampaikan. Pengecekan dilakukan untuk setelah permohonan diajukan Persyaratan yang undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan sertifikat Tanda Daftar Perusahaan  sebagai bukti
mengetahui apakah nama PT yang dipilih sudah dibutuhkan sama dengan tahap 2. Terbatas. Waktu proses tahapan ini adalah 25 hari kerja bahwa perusahaan/badan usaha telah melakukan
didaftarkan atas nama perusahaan lain atau belum, setelah permohonan diajukan. Persyaratan lain yang Wajib Daftar Perusahaan sesuai dengan Peraturan
jika belum nama tersebut bisa langsung didaftarkan dibutuhkan adalah lampiran bukti setor bank senilai Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
oleh notaris, namun jika nama PT yang diajukan sudah modal disetor sesuai Akta Pendirian. 37/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan
didaftarkan oleh perusahaan lain maka para pendiri Pendaftaran Perusahaan. Waktu Proses Tahapan ini
harus mengganti nama perseroan yang diajukan adalah 14 hari kerja setelah permohonan diajukan.
dengan nama yang lain.

Persyaratan administrasi:
• Melampirkan asli formulir dan surat kuasa pendirian. Tahap 5 Pembuatan Akta Pendirian
oleh notaris, dilakukan
setelah penetapan nama perseroan disetujui Menteri

TAHAP 8 TAHAP 12
• Melampirkan fotokopi KTP para pendiri dan pengurus.
Hukum dan HAM. Akta Pendirian Perseroan dibuat Permohonan pendaftaran Setelah perseroan
• Melampirkan fotokopi Kartu Keluarga (KK) pimpinan
dan ditandatangani oleh notaris yang berwenang, Nomor Pokok Wajib Pajak mendapatkan
perseroan (Direktur Utama/Direktur).
dan dibuat dalam Bahasa Indonesia sesuai ketentuan (NPWP) disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM RI, maka 
• Waktu proses adalah satu hari kerja setelah formulir
UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Peseroan. Waktu Pajak sesuai dengan keberadaan domisili perusahaan. akan diumumkan dalam Berita Negara. Perseroan yang
dan surat kuasa diterima.
proses tahapan ini satu hari kerja setelah permohonan Waktu proses tahapan ini adalah dua hari kerja setelah telah diumumkan dalam Berita Negara telah sempurna
diajukan. Persyaratannya antara lain melampirkan foto permohonan diajukan. Demikian juga waktu proses statusnya sebagai Badan Hukum. Waktu Proses Tahapan
kopi KTP pendiri PT dan fotokopi KTP pengurus, jika Surat Keterangan Terdaftar (SKT) Wajib Pajak, dua hari ini adalah 90 hari kerja.
bukan Pendiri Perseroan. kerja setelah permohonan diajukan.
80 b ab 5 P E M B E N T U K A N ANG KO T YANG E FE KTI F DAN E F ISIEN
81

MEKANISME TAHAPAN PROSES PENDIRIAN


KEPENGUSAHAAN ANGKUTAN UMUM BERBADAN HUKUM
KOPERASI DAN TATA CARA PERIZINAN

TAHAP 1 Penyuluhan persiapan


pembentukan
koperasi; sekelompok orang berkumpul
TAHAP 4 Pengajuan
permintaan
pengesahan akta pendirian koperasi; para
TAHAP 7 Proses pendirian
kepengusahaan
angkutan umum jenis koperasi dinyatakan selesai
TAHAP 10 Pendaftaran Undang-
undang Gangguan
(Hinder Ordonatie) atau Surat Izin Tempat Usaha
minimal 20 yang mempunyai kegiatan dan pendiri/kuasanya mengajukan permintaan dan pejabat instansi yang membidangi koperasi (SITU), diperlukan untuk proses Surat Izin Usaha
kepentingan ekonomi yang sama, dalam hal ini pengesahan secara tertulis, kepada pejabat menyerahkan dokumen badan hukum. Perdagangan (SIUP) atau untuk Izin Kegiatan Usaha
kepengusahaan angkutan, dan wajib memahami Instasi yang membidangi koperasi dengan yang dipersyaratkan adanya UUG/SITU berdasarkan
pengertian, nilai dan prinsip-prinsip koperasi. melampirkan: Undang-undang Gangguan.
• Dua salinan akta pendiri koperasi bermaterai
cukup.

TAHAP 8
• Data akta pendirian koperasi yang dibuat dan Setelah menerima
ditandatangani oleh notaris. penyerahan dokumen
• Surat bukti tersedianya modal yang sekurang badan hukum, pengurus koperasi mengajukan
kurangnya sama dengan jumlah simpanan permohonan surat keterangan domisili kepada
pokok dan simpanan wajib yang harus dilunasi
TAHAP 2 Rapat persiapan/ Kepala Kantor Kelurahan setempat sesuai dengan
oleh para pendiri. alamat kantor perusahaan berada, sebagai bukti
pembentukan koperasi
• Rencana Kegiatan Usaha koperasi minimal keterangan atau keberadaan alamat koperasi.
didahului penyuluhan oleh pejabat dari instansi
yang membidangi koperasi kepada para pendiri,
dengan ketentuan sebagai berikut:
tiga tahun ke depan dan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja koperasi.
• Dokumen lain yang diperlukan atau yang sesuai
Waktu proses tahapan ini adalah dua hari kerja
setelah permohonan diajukan. TAHAP 11 Permohonan Surat Izin
Usaha Perdagangan
(SIUP) disampaikan kepada Badan Pelayanan
• Rapat dipimpin oleh seorang atau beberapa
dengan peraturan perundang-undangan. Persyaratan lain yang dibutuhkan: Perizinan Terpadu (BPPT) Kota/Kabupaten/Provinsi
dari pendiri atau kuasa pendiri dihadiri
• Fotokopi bukti kepemilikan Hak Atas Tanah sesuai dengan keberadaan domisili koperasi. Waktu
oleh pejabat yang membidangi koperasi
(sertifikat). proses tahapan ini adalah 10 hari kerja setelah
sesuai tingkatnya (nasional, provinsi atau
• Jika status kantor sewa maka dilampirkan permohonan diajukan. 
kabupaten/kota).
• Materi pokok dalam pembahasan fotokopi kontrak/sewa tempat usaha atau
bukti kepemilikan tempat usaha.

TAHAP 5
pembentukan koperasi antara lain nama
Terhadap materi • Surat keterangan dari pemilik gedung
koperasi, keanggotaan, usaha yang dijalankan,
Anggaran Dasar apabila bedomisili di gedung perkantoran.
permodalan, pengurus/pengawas yang
yang akan disahkan dan data administrasinya, • Fotokopi Surat Tanda terima Setoran (STTS)
pertama, pengelolaan usaha dan penyusunan
dilakukan penelitian/verifikasi oleh pejabat dari bukti pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan
anggaran dasar/anggaran rumah tangga.
instansi yang membidangi koperasi. (PBB) tahun terakhir.

TAHAP 12 Permohonan Tanda


Daftar Perusahaan
(TDP) diajukan kepada Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu (BPPT) Kota/Kabupaten/Provinsi sesuai

TAHAP 3 TAHAP 6 TAHAP 9


Menghadap notaris Permohonan dengan keberadaan domisili koperasi. Bagi Koperasi
Penelitian
pembuat akta koperasi, pendaftaran Nomor yang telah terdaftar  akan diberikan sertifikat
lapangan oleh
membuat alat bukti tertulis dan otentik sebagai Pokok Wajib Pajak (NPWP) disampaikan kepada Tanda Daftar Perusahaan sebagai bukti bahwa
pejabat dari instansi yang membidang
bukti telah dilakukannya suatu perbuatan hukum Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan keberadaan koperasi/badan usaha telah melakukan Wajib
koperasi dilaksanakan berkaitan dengan
tertentu dalam proses pendirian, dan akta- domisili koperasi. Waktu proses tahapan ini adalah Daftar Perusahaan sesuai dengan Peraturan Menteri
domisili, kepengurusan, usaha, keanggotaan,
akta lain yang terikat dengan koperasi untuk dua hari kerja setelah permohonan diajukan. Perdagangan Republik Indonesia No. 37/M-DAG/
pengesahan akta pendirian koperasi selambat
diajukan pengesahannya kepada pejabat yang Adapun waktu proses Surat Keterangan Terdaftar PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran
lambatnya 20 hari terhitung sejak diterimanya
berwenang. (SKT) Wajib Pajak adalah dua hari kerja setelah Perusahaan. Waktu proses tahapan ini adalah 14 hari
permintaan pengesahan secara lengkap.
permohonan diajukan. kerja setelah permohonan diajukan.
82 83

Contoh Form K 2
Lampiran Penyusunan Bisnis Plan Koperasi ..............

I. JANGKA PENDEK

Contoh Form K 1 No.


JENIS KEGIATAN TAHUN BULAN

FORMULIR PENDIRIAN PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT)


1.
................. 2014 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12
Nama PT:
1. .......................................................
2. ....................................................... 2.
3. ....................................................... ................. 2015 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
II. Pemegang saham/Pengurus:
Nama: Jabatan: Saham (%)
1. ........................................ .................................... ............................ II. Jangka Menengah
2. ........................................ .................................... ............................
3. dst
Modal: JENIS KEGIATAN TAHUN BULAN
1. Modal dasar : Rp ...............................
2. Modal disetor : Rp ...............................
IV. Jenis Usaha 1. ................. 2014 10, 11
............................................................................................................
V. Alamat/Domisili:
............................................................................................................ 2. ................. 2014 1, 2
No. Telp &/ Fax:
............................................................................................................
III. Jangka Panjang
Persyaratan:
• Fotokopi KTP pemegang saham & pengurus perusahaan (min 2 orang)
• Fotokopi KK (kartu keluarga) & copy NPWP pribadi penanggung jawab
JENIS KEGIATAN TAHUN BULAN
perusahaan
• Pas foto direktur/penanggung jawab perusahaan (3X4 = 2 lbr berwarna)
• Fotokopi SPPT PBB + bukti pembayaran (tahun terakhir), apabila tempat
milik sendiri, atau surat perjanjian sewa/kontrak bila tempat usaha sewa/ 1. ................. 2015 7, 8
kontrak (bila sewa/kontrak di gedung melampirkan surat keterangan
domisili dari pengelola gedung),
2. ................. 2015 9, 10

Pelaksanaan usaha oleh Pengurus melalui Koperasi bertujuan untuk meningkatkan


kesejahteraan anggota. Demikian kegiatan usaha koperasi ini kami buat untuk
dilaksanakan sebagaimana mestinya.

................................
Ketua, Sekretaris,
----------------------------- -----------------------------
84 LAMPI R A N
85

Contoh Form K 3 Contoh Form K 4


Contoh Surat Kuasa Penandatanganan Anggaran Dasar
Pendirian Koperasi ........................
DAFTAR SUSUNAN PENGURUS DAN PENGAWAS

Kami yang bertanda tangan di bawah ini : KOPERASI .................

Periode Tahun ........ s/d ........


Nama :
Alamat :
Jabatan : Ketua PENGAWAS

Nama : Ketua : ....................................


Alamat : Anggota : ....................................
Jabatan : Wakil Ketua
Anggota : ....................................
Nama :
Alamat :
Jabatan : Sekretaris PENGURUS
Nama :
Ketua : ....................................
Alamat :
Jabatan : Sekretaris II Wakil Ketua : ....................................

Nama : Sekretaris : ....................................


Alamat : Sekretaris II : ....................................
Jabatan : Bendahara
Bendahara : ....................................

Atas kuasa rapat pendirian Koperasi.........., diselenggarakan pada tanggal..... bulan.......


..........................................
Tahun ......... yang selanjutnya ditunjuk oleh peserta rapat pendirian koperasi dan sekaligus Ketua, Sekretaris,
untuk pertama kalinya sebagai pengurus koperasi dan menyatakan mendirikan koperasi serta
mendatangani Anggaran Dasar Koperasi. ................................. .................................

...................................
Yang Menerima kuasa,
Pengurus Koperasi Kuasa Rapat
Pemimpin Rapat Pendirian Koperasi

.........................
Nama

1. .......................

2. .......................

3. .......................

4. .......................
86 LAMPI R A N
87

Contoh Form K 5 Contoh Form K 6

Contoh Surat Pernyataan Kesediaan Memberitahukan/Melapor


Contoh Surat Pernyataan bahwa Koperasi Bersedia untuk Diperiksa dan Dinilai Kesehatannya oleh
jika Pindah Alamat
Pejabat yang Berwenang
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
NIK :
Nama : Alamat :
NIK : Jabatan : Ketua

Alamat :
Dengan ini menyatakan:
Jabatan : Ketua Koperasi.............

Bertindak untuk dan atas nama Koperasi......... yang diangkat berdasarkan keputusan Rapat Anggota Bahwa jika tempat kedudukan/alamat kantor Koperasi........ pindah, kami
Koperasi......... pada hari......... tanggal......... bulan......... Tahun......... akan memberitahukan/melapor kepada Pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan dapat
Dengan ini menyatakan: dipertanggungjawabkan.
Bahwa Koperasi ......... bersedia untuk diperiksa dan dinilai kesehataannya oleh pejabat yang berwenang ..........................................
Ketua Koperasi,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggung jawabkan.
.................................
..........................................
Ketua Koperasi,
K6

.................................
88 LAMPI R A N
89

Contoh Form K 7 Contoh Form K 8

Contoh Surat Pernyataan Tidak Mempunyai Hubungan Saudara Ataupun Kerabat Dengan Semua
Contoh Surat Pernyataan Keberadaan Alamat Kantor Koperasi Pengawas atau Pengurus

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nama :
Tempat/ Tgl Lahir : Alamat :
Jabatan : Jabatan : Ketua Pengawas
Pekerjaan : Nama :
Alamat : Alamat :
Jabatan : Anggota Pengawas
Dengan ini menyatakan sesungguhnya:
Nama :
Bahwa benar Kantor Koperasi.......... yang terletak di Jalan.......... adalah milik sendiri/
Alamat :
Sewa dari dari........... dengan Sertifikat Hak Milik atas nama...........
Jabatan : Anggota Pengawas
Bahwa benar kantor tersebut akan digunakan untuk segala aktivitas Koperasi........... Nama :
Demikian surat pernyataan ini dirbuat dengan sebenarnya, untuk dapat Alamat :
dipergunakaan sebagaimana mestinya. Jabatan : Ketua
Nama :
Alamat :
Yang membuat pernyataan Jabatan : Wakil Ketua
Ketua Koperasi, Nama :
Alamat :
Jabatan : Sekretaris
Nama :
........... Alamat :
Jabatan : Sekretaris II
Nama :
Alamat :
Jabatan : Bendahara

Dengan ini menyatakan bahwa kami tidak mempunyai hubungan saudara ataupun kerabat dengan
semua Pengawas atau Pengurus Koperasi............
Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dengan benar dan mempunyai akibat hukum yang pasti.

...............
Kami yang memberikan pernyataan:
1.
2.
3. Dst....
90 LAMPI R A N
91

Contoh Form K 9 11. Susunan Pengawas


Contoh Berita Acara Rapat Pendirian Koperasi
a. Nama :
Rapat Pendirian Koperasi .................. Alamat :
Nomor: .......... Pekerjaan :
NIK :
Jabatan di Koperasi : Ketua
Pada hari.......... tanggal.......... bulan.......... tahun.......... pukul .......... bertempat di ........... telah diadakan Rapat
Pendirian Koperasi...........
b. Nama :
Dengan peserta rapat berjumlah 21 (dua puluh satu) orang yang sepakat membentuk Koperasi dan Alamat :
menjadi Pengawas Pengurus dan Anggota Koperasi (Daftar Hadir: Nama, Alamat, Pekerjaan dan Tanda Pekerjaan :
Tangan Terlampir), kemudian peserta rapat menunjuk (Tuan/Nyonya).......... sebagai pemimpinan rapat NIK :
Jabatan di Koperasi : Anggota
dan selanjutnya memimpin rapat pendirian koperasi sesuai Bab IV (Pasal 7 ayat(1) dan Pasal, UU No. 17
Tahun 2012 yang membahas: c. Nama :
Alamat :
Pekerjaan :
1. Nama Koperasi : Koperasi
NIK :
2. Tempat Kedudukan : .......... Jabatan di Koperasi : Anggota
3. Jenis Koperasi : Koperasi ..........
4. Usaha Koperasi di Bidang : a. ..........
12. Susunan Pengurus
5. Jangka Waktu Berdirinya Koperasi : Tidak Terbatas
a. Nama :
6. Kebutuhan Modal Usaha : Rp. .......... Alamat :
Pekerjaan :
7. Modal Sendiri NIK :
Jabatan di Koperasi : Ketua
a. Setoran : Rp. ........... /orang
b. Nama :
b. Sertifikat Modal Koperasi : Minimal ..........lembar per orang dengan nilai Rp. ........../ Alamat :
per lembar Pekerjaan :
NIK :
Jabatan di Koperasi : Wakil Ketua
8. Modal Luar

c. Nama :
a. Hibah : Rp. ..........
Alamat :
Pekerjaan :
b. Modal Penyertaan : Rp. ..........
NIK :
Modal Penyertaan : - % dari total asset
Jabatan di Koperasi : Sekretaris

9. Jumlah Total Modal Awal : Rp. ..........


d. Nama :
Alamat :
10. Pengurus dan Pengawas Pekerjaan :
NIK :
a. Syarat Menjadi Pengurus : Minimal sudah menjadi anggota ...... tahun Jabatan di Koperasi : Sekretaris II
b. Periode Masa Jabatan : Sebanyak-banyaknya.......... periode
c. Pengurus Berjumlah : Lima tahun e. Nama :
d. Pengawas Berjumlah Lima orang Alamat :
: Tiga orang, masa jabatan lima tahun Pekerjaan :
NIK :
Jabatan di Koperasi : Bendahara
92 LAMPI R A N
93

Contoh Form K 10
13 Pembagian Selisih Hasil Usaha (SHU)
NERACA AWAL
a. 40% Untuk dana cadangan Koperasi Jasa ..................
b. 10% untuk anggota Per Bulan Januari Tahun .....
c. 15% untuk anggota
d. 15% untuk pengurus
AKTIVA JUMLAH NO PASIVA JUMLAH
e. 10% untuk pengawas
f. 2.5% untuk karyawan koperasi
I. Aktiva Lancar III. Kewajiban Lancar
g. 5% untuk dana pendidikan perkoperasian kepada anggota 1. Kas Rp. ...... 1. Model Penyertaan Rp. ......
h. 2.5% untuk dana sosial dan pembangunan 2. Bank Rp. ...... 2. Simpanan Lain-lain Rp. ......
Bahwa Acara Rapat pendirian ini telah diketahui oleh peserta yang hadir, dan pimpinan rapat 3. Piutang Rp. ...... Jumlah Rp. ......
menyatakan seluruh hasil pembahasan dalam agenda rapat pendirian koperasi ini secara bulat,
musyawarah dan mufakat disetujui peserta rapat.
II. Aktiva Tetap VI. Kekayaan Bersih
4. Inventaris Rp. ...... 3. Setoran Pokok Rp. ......
5. Peralatan Rp. ...... 4. SMK (Sertifikat Modal Koperasi) Min Rp. ......
................. Kantor 5. SMK (Sertifikat Modal Koperasi) Rp. ......,-
Yang Menerima Kuasa, Pemimpin Rapat Tambahan Rp. ......
Pengurus Koperasi Pendiri Anggran Dasar Koperasi Rp. ...... 6. Hibah Rp. ......
NAMA TTD ..................... Jumlah Jumlah

1. .............. 1. ..............

..........................
2. .............. 2. ..............
Pengurus Koperasi ........

Ketua Bendahara Sekretaris

............ ............ ............


94 LAMPI R A N
95

Contoh Form K 11 Contoh Form K 13


BIODATA PRIBADI
KEGIATAN USAHA YANG DILAKSANAKAN KOPERASI .............

Berdasarkan Rapat Pendirian Koperasi yang dilaksanakan pada tanggal...... bulan ........ Nama :
tahun ........ di mana telah disepakati dan disetujui peserta rapat bahwa kegiatan usaha Jenis Kelamin :
Koperasi yang dilaksanakan oleh pengurus antara lain: Tempat/Tanggal Lahir :
Bidang .............
Kewarganegaraan :
Bidang .............
Bidang ............. dst Status :
Tinggi/Berat :
Pelaksanaan usaha oleh pengurus melalui koperasi bertujuan untuk meningkatkan Agama :
kesejahteraan anggota.
Hobi :
Demikian kegiatan usaha ini kami buat untuk dilaksanakan sebagaimana
mestinya. Alamat /No Tlp :

Ketua Sekretaris
................ ................ Pendidikan Formal
Dst

Pendidikan Non Formal


1. Dst
Contoh Form K 12

Seminar/Workshop
DAFTAR HADIR
Dst
RAPAT PENDIRIAN KOPERASI

Pengalaman Lainnya
Tanggal ........................
Dst.

NO NAMA Alamat Pekerjaan Tanda Tangan


Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat dipergunakan
1.
1 2. sebagaimana mestinya.
3.
2 4.
5.
6.
3

4 Berkas
Permohonan
20.
5

dst

20
96 LAMPI R A N
97

Contoh Form K 14 Contoh Form K 15

NOTULEN RAPAT PENDIRIAN KOPERASI............. Surat Bukti Kepemilikian Modal Koperasi.............

Hari/Tanggal : Nomor : ...............................


Pukul : Sudah Terima Dari : Koperasi ................
Tempat : Banyaknya Uang : ...............................................
Pemimpin Rapat : Untuk Pembayaran : Setoran Pokok, Sertifikat Modal Koperasi Modal
Isi Rapat : Penyertaan dan Hibah
Jumlah Peserta : Rapat Pendirian Koperasi dihadiri oleh 21 orang
peserta yang berdomisili sesuai KTP Kota Bogor, dengan pimpinan rapat yang dipilih oleh peserta rapat.
JUMLAH
Pimpinan rapat menyampaikan agenda acara rapat antara lain:
Pemohon
Pembukaan oleh pemimpin rapat menyambung pertemuan-pertemuan sebelumnya mengenai
kesepakatan pendirian koperasi.
Sambutan pengantar calon Ketua koperasi
Bimbingan dan penyuluhan oleh.................. dari Kantor Koperasi Kota Bogor.
Penutup.
Peserta rapat masing-masing menyampaikan :
................... dst
Pimpinan Rapat menyampaikan kesimpulan akhir adalah sebagai berikut:
Koperasi telah terbentuk dan disepakati dengan nama...... (Koperasi Pengusaha Angkutan) dan logonya.
Jumlah pengurus dan pengawas ganjil dengan masa bakti kepengurusan lima tahun.
Pengurus dan anggota segera membuat program kerja, rencana anggaran tahunan, dan anggran
rumah tangga.

Oleh karena tidak ada lagi yang dibahas maka peserta rapat sepakat untuk menutup rapat Pendirian
Koperasi pada pukul ...... WIB.
Dari segala sesuatu yang tersebut terdahulu, maka dibuatlah notulen rapat ini untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Wakil Peserta Rapat Pimpinan Rapat

................. .................
98

Daftar Pustaka

Cervero, R, (1990), Paratransit in Southeast Asia: Peraturan Menteri Perhubungan Republik


A Market Response to Poor Roads?, Review of Urban Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk
and Regional Development Studies University of Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar
California, Berkeley. Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah
Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
Darmaningtyas; Saksono, B, Waro, AI; (2012),
Manajemen Trans Jakarta Busway, Koperasi Trans Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43
Jakarta, Jakarta. Tahun 1993 tentang Prasaraan dan LaluLintas
Jalan.
Falatehan, AF; Oktaria, A; Siswanto, AD; (2010),
Peranan Terminal Bubulak Dan Terminal Laladon Prayudyanto, MN dan Ofyar ZT, 2007.
Sebagai Terminal di Perbatasan Kota dan Kabupaten Perbandingan Penerapan Travel Demand
Bogor, Sumber : Warta Penelitian Perhubungan. Management di Singapura dan London. Jurnal
Transportasi, Forum Studi Transportasi antar
Gauthier, A; Mika, K; (2007), Gender and Urban Perguruan Tinggi (FSTPT) Vol.7 No.1 Hal 2332.
Transport: Smart and Affordable, Deutsche Bandung.
Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ)
GmbH, Jerman. Translink Transit Authority, (2012), Public Transport
Infrastructure Manual, Queensland Government,
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Brisbane.
No. SK 687/Aj.206/Drjd/2002 Tentang Pedoman
Teknis Penyelenggraan Angkutan Penumpang Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun
Umum di wilayah Perkotaan dalam Trayek Tetap 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
dan Teratur.

Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun


1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan.

Keputusan Walikota Palembang No. 1465 Tahun


2008 tentang Penghentian Peremajaan atau
Penggantian Kendaraan Bus Kota dan Angkutan
Kota.

Nakamura, F; Yabe T, (2005), Study on the


Relationship Between Capacity, Cost and Operation
Alternatives of Bus Rapid Transit, Journal of the
Eastern Asia Society for Transportation Studies
Yokohama National University, Jepang.

Nugrahini, Y, (2012), Analisis Kinerja Pelaksanaan


Kewajiban Pelayanan Publik Bidang Angkutan
Kereta Api Penumpang Kelas Ekonomi, Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota.

Anda mungkin juga menyukai