GIZ SUTIP Toolkit Angkot Reform PDF
GIZ SUTIP Toolkit Angkot Reform PDF
L A N G K A H J I T U P E M B E N A H A N A N G K U TA N P E R K O TA A N
PERKOTAAN DI INDONESIA pemerintah daerah, pelaku usaha dan masyarakat untuk bersama-sama
Trunk Line : Jalur utama angkutan umum
LANGKAH JITU PEMBENAHAN menyiapkan sebuah sistem angkutan massal yang profesional dan sesuai Demand : Permintaan perjalanan
ANGKUTAN PERKOTAAN SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
dengan kebutuhan yang ada. BUMN : Badan Usaha Milik Negara
Ketua Tim Pengarah: BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
Bambang Prihartono Didukung oleh:
BBM : Bahan Bakar Minyak
LLAJ : Lalu Lintas Angkutan Jalan
Penanggung Jawab: RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka
Daniel Herrmann Menengah Daerah
Organda : Asosiasi Pengusaha
Editor: Angkutan Darat
• Syafrita Ayu Hermawan CSR : Corporate Social Responsibility
• Dhany Utami Ningtyas ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Atas
PARK
AND Prameks : Prambanan Ekspres
Tim Pengarah: RIDE NMT : Non-Motorized Transport
BAPPENAS
HALTE TANAH AB Transportasi tidak bermotor
• Petrus Sumarsono ANG KRD : Kereta Rel Diesel
• Dail Umamil Asri NPWP : Nomor Pokok Wajib Pajak
• Ikhwan Hakim Sekda : Sekretaris Daerah
• Bastian LF : Load Factor
• Adi Perdana Sekda : Sekretaris Daerah
• Ahmad Zainudin BMC : Bus Management Company
• Wayan Deddy Wedha Setyanto P 19 Tatrawil : Tataran Transportasi Wilayah
TANAH ABANG- BLOK M Tatralok : Tataran Transportasi Lokal
Penulis: RIJLLAJ : Rencana Induk Jaringan Lalu
GIZ SUTIP Lintas dan Angkutan Jalan
• Achmad Izzul Waro
• Anugrah Ilahi
• Septina Setyaningrum
• Titis Efrindu Bawono
• Tedy Murtejo
N KOTA
ANGKUTA
• Muhammad Nanang Prayudyanto
• Achmad Faris Saffan Sunarya
Perancang Grafis:
Fredy Susanto
5 BW
Pertama kali diterbitkan dalam Bahasa Indonesia B 391
oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional bekerja sama dengan SUTIP
PARK
AND
RIDE
HALTE TANAH AB
ANG
P 19
TANAH ABANG- BLOK M
N KOTA
ANGKUTA
5 BW
B 391
Prakata Menengah Nasional 2015-2019, berupaya untuk memperbaiki kualitas
pelayanan transportasi perkotaan dengan prioritas “pembangunan
K
transportasi massal perkotaan” dan fokus pada infrastruktur
TOOLKIT TRANSPORTASI PERKOTAAN
angkutan massal berbasis jalan, angkutan massal berbasis rel,
dan pemeliharaan kualitas jaringan jalan perkotaan. Sasaran yang
ita menyadari bahwa proses urbanisasi akan dicapai pada akhir tahun 2019 di antaranya peningkatan
dan kebutuhan lapangan kerja yang tinggi modal share minimal 32%, jumlah kota yang menerapkan BRT
telah mempercepat pertumbuhan penduduk meningkat 70% menjadi 29 kota, kapasitas angkut angkutan umum
di perkotaan. Dengan laju pertumbuhan meningkat 80%, peningkatan kecepatan lalu-lintas minimal 20
penduduk perkotaan yang mencapai 4,4% km/jam, berkembangnya aplikasi teknologi manajemen lalu-lintas
per tahun, pada tahun 2025 diperkirakan perkotaan, dan perbaikan moda alternatif non-jalan pada kota-kota
terdapat sekitar 60% penduduk Indonesia atau yang berpotensi serta perbaikan pemanfaatan energi berbasis
sekitar 170 juta orang akan tinggal di wilayah gas khususnya untuk angkutan umum di perkotaan, perbaikan
perkotaan. Oleh karena itu diperlukan sebuah keselamatan lalu-lintas di perkotaan dan pengurangan dampak
strategi untuk mengendalikan urbanisasi, lingkungan khususnya emisi udara perkotaan. Pemerintah merasa
antara lain dengan menghindari konsentrasi penduduk yang perlu untuk merangkul pihak-pihak lain seperti swasta, BUMN
terjadi hanya di beberapa kota metropolitan dan kota besar, dan negara-negara donor termasuk GIZ-SUTIP untuk membantu
serta memperkuat pelayanan kota-kota kecil dan sedang melalui perbaikan sistem tarnsportasi perkotaan serta menjelaskan kepada
peningkatan kualitas infrastruktur. pemerintah daerah dan masyarakat.
Di wilayah perkotaan dengan jumlah penduduk lebih dari 500 Buku yang tersaji ini merupakan kelanjutan dari Buku Sustainable
ribu jiwa, kebutuhan infrastruktur dalam hal peningkatan peran Urban Transport (Bappenas, 2014), merupakan kerja sama Bappenas,
angkutan massal wajib dikelola, dioptimalkan, dan diselaraskan Kementerian Perhubungan, dan GIZ SUTIP, dengan harapan agar
dengan infrastruktur moda angkutan lainnya. Akan tetapi, upaya pemerintah daerah dapat menindaklanjuti aspek yang lebih teknis
tersebut tidak cukup untuk mencapai tingkat kualitas pelayanan berdasarkan arahan dari pemerintah pusat. Buku petunjuk ini
yang memadai. Secara bersamaan jumlah kendaraan pribadi juga fokus pada bahasan mengenai empat hal: (1) manajemen parkir
harus ditekan semaksimal mungkin. Sementara itu, untuk wilayah di perkotaan; (2) Perbaikan Angkutan Umum Perkotaan (Angkot
perkotaan dengan jumlah penduduk kurang dari 500 ribu, kebutuhan Reform), (3)Pengembangan Transportasi Tidak Bermotor (NMT);
infrastruktur yang harus dilakukan adalah dengan mempertahankan dan (4) Implementasi PEP untuk RAD GRK (Rencana Aksi Daerah
pelayanan melalui low cost traffic management dengan meningkatkan tentang Gas Rumah Kaca).
dan menyelaraskan peran berbagai moda angkutan umum, tetapi Dalam kesempatan ini, saya menyampaikan penghargaan saya
tetap menjaga kualitas aksesibilitas penduduk. kepada tim yang telah bekerja keras dalam menyelesaikan buku ini.
Dalam perspektif ekonomi makro, ketersediaan jasa pelayanan Saya harap buku ini dapat membantu kita semua untuk memahami
infrastruktur transportasi perkotaan dapat memengaruhi marginal langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mewujudkan visi
productivity of private capital, dan dalam perspektif ekonomi mikro, perkotaan di Indonesia, yaitu mencapai transportasi perkotaan
hal ini akan berpengaruh terhadap penurunan biaya produksi. yang berkelanjutan.
Selain itu, kontribusi infrastruktur transportasi perkotaan terhadap
peningkatan kualitas hidup ditunjukkan dengan terjadinya
peningkatan kesejahteraan, produktivitas dan akses terhadap Jakarta, Maret 2015
lapangan kerja, serta stabilitas ekonomi makro. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/
Pemerintah Indonesia yang telah mengesahkan Peraturan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
1
8
Latar Belakang,
Permasalahan,
dan Tujuan
strategi pengembangan
angkutan umum perkotaan
35 4
52
Mekanisme
Pembiayaan
4.1PenYEDIAAN Anggaran
52
(Financing Public Transport)
35 3.1.1 Konsolidasi
36 3.1.2 Restrukturisasi Trayek
55 4.2 PEMBIAYAAN Prasarana
Pendukung
37 3.1.3 Penerapan Konsep TDM
12 1.2 IDENTIFIKASI, PERMASALAHAN
DAN TANTANGAN
57 4.3 Alternatif Sistem Kontrak
2
40 3.2 Penataan Angkot di
Indonesia
57 4.3.1 Kontrak kerjasama
58
42 3.2.2 Penataan Angkutan Perkotaan 4.4 Sistem Tiket dan Tarif
16 2.1
Pentingnya Komitmen
Politis
49 3.3.3 Pengawasan
62 4.5 Pengembangan Sistem
Subsidi
16 2.1.1 Kemauan Politis dan Komitmen Aksi 62 4.5.1 Prinsip Pemberian Subsidi
17 2.1.2
Komitmen Politis dan Dampaknya terhadap
Perencanaan Keuangan
50 3.4 Aspek Sosial 63 4.5.2 Peruntukan Subsidi
64 4.5.3 Menentukan Besaran Subsidi
18 2.1.3 Penerapan Konsep TDM 50 3.4.1 Pelecehan Seksual di Angkutan Perkotaan
5
19 2.1.4 Kemauan Politis dan Komitmen Aksi
di Berbagai Tingkatan
21 2.1.5 Sinkronisasi Antara Pemangku Kepentingan
22
2.2 REGULASI
Pembentukan
Manajemen Angkot 66
S
yang Efektif dan Efisien
U
B
22 2.2.1 Standar Pelayanan Minimum (SPM)
25 2.2.2 Manajemen Operasional (Badan Hukum)
ANG
N
MERUYA
-
KEBAYORA
-
ABANG
ABANG
Trayek
TANAH
TANAH
M11
M09A
TANAH N SLIPI
JEMBATAN
TUBUN
M11 KS.
BUNDERAJERUK
ILIR
PALMERAH
KEBUN
MERUYAABANG
AN
TANAH
PETAMBUR
M09 SLIPI LAMA
N
BELONG
PALMERAH
RAWA
KEBAYORA
Anda
Posisi
ISTRIK
ANGLING L
Angkutan Jalan Badan Hukum
28 2.4.2 Terminal 74 5.3.1 Perseroan Terbatas (PT)
32 2.4.3 Tempat Pemberhentian Angkot dan Bus 75 5.3.2 Koperasi
8 9
1
Latar Belakang, Permasalahan, dan Tujuan
P
1.1 engaturan angkutan jalan di wilayah perkotaan memiliki
peran strategis dalam mendukung pembangunan ekonomi Mengenal Buy the Service pada sistem BRT
Latar Belakang Buy the Service adalah sistem yang dapat diberlakukan untuk mengoperasikan
serta mewujudkan konektivitas dan integrasi nasional. bus dengan spesifkasi pelayanan, baik ditinjau dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Hal tersebut merupakan bagian dari upaya memajukan Pemerintah akan membayar operator berdasarkan tarif atas pelayanan yang mereka
kesejahteraan umum dan keadilan sosial sebagaimana diamanatkan laksanakan, sesuai jumlah kilometer yang mereka tempuh (Heru Sutomo, 2007).
konstitusi dan dijabarkan oleh Undang-Undang (UU) No. 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ). Sejalan dengan
itu, dibutuhkan sebuah rangkaian sistem, sarana dan prasarana
angkutan jalan yang efektif dan efisien yang dapat menjawab
kebutuhan mobilitas masyarakat perkotaan.
Rangkaian sistem tersebut dapat diwujudkan melalui reformasi
sistem angkutan jalan di wilayah perkotaan dengan mengembangkan
sebuah reformasi layanan yang mengacu kepada konsep Bus Rapid
Transit (BRT) dengan menggunakan format buy the service. Sistem
buy the service atau beli layanan mampu menghilangkan budaya
buruk akibat sistem setoran yang ada di pelayanan angkutan jalan
konvensional selama ini. Ditunjang dengan mekanisme bisnis yang
transparan, sistem ini diyakini akan membuat pengusaha angkutan
berkompetisi secara sehat dengan mendahulukan sisi keamanan,
keselamatan dan kenyamanan penumpang. Pemerintah pusat dapat
mendorong pemerintah daerah dan pihak swasta untuk menerapkan
sistem ini di wilayahnya masing-masing.
Sistem angkutan umum yang efektif dan efisien pada muaranya
akan menunjang tata kota yang lebih baik, dimana warga kota
mempunyai akses yang merata untuk melakukan mobilitasnya
tanpa harus tersiksa oleh kemacetan dan polusi udara. Jaminan Ketersediaan Angkutan Massal Berbasis Jalan (BRT)
Sistem BRT telah berkembang baik di sejumlah kota Pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis jalan di
mancanegara, seperti Bogota dan Guangzhou. Di Indonesia kawasan perkotaan sebagaimana disebutkan dalam pasal 158 UU No. 22
dikenal pula angkutan massal berbasis jalan atau disebut juga tahun 2009 tentang LLAJ. Angkutan tersebut harus didukung oleh:
Sistem Transit atau Busway. Akan tetapi, sejauh ini keberadaannya
masih terbatas baik dari sisi kualitas dan kuantitas.
Hingga akhir tahun 2014, dari 34 pemerintahan provinsi dan
505 pemerintahan kota/kabupaten yang ada, baru tersedia 18
unit layanan angkutan massal berbasis jalan. Dari ke-18 layanan
tersebut, baru Trans Jakarta yang memiliki lajur khusus bus, itu
pun hanya untuk sebagian rute saja. Pengoperasian sebagian
besar layanan angkutan massal tersebut juga masih belum sesuai
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditentukan pemerintah. • Mobil bus • Lajur khusus • Trayek angkutan • Angkutan
Kendalanya antara lain adalah minimnya infrastruktur dan tingginya berkapasitas umum lain yang pengumpan
biaya operasional untuk mendukung sistem buy the service ini. angkutan massal tidak berimpitan
dengan trayek
Kondisi ini menjadi beban subsidi yang memberatkan anggaran angkutan massal
pemerintah daerah untuk menjamin keberlangsungan operasional
konsep BRT ini.
Hingga saat ini, pelayanan angkutan jalan perkotaan di
Permasalahan Penyediaan Sistem Angkutan Jalan: Meninjau Kasus Bogor
seluruh kawasan perkotaan masih didominasi oleh layanan
angkutan jalan konvensional. Jenis layanan angkutan ini diisi
Penyediaan sistem angkutan jalan yang baik di kawasan perkotaan adalah
oleh armada yang beraneka ukuran, mulai dari bus kecil hingga dambaan para pengguna jasa angkutan umum. Akan tetapi, masih sering
bus besar. Jalur operasinya pun terkadang masih tumpang tindih. dijumpai sejumlah masalah dalam penerapan penyediaan angkutan berbasis
Pengelolaan dilakukan secara individual dan orientasi pelayanan jalan ini. Poin di bawah ini, merujuk kasus di Kota Bogor, dapat menjadi
acuan informasi untuk segera memulai menerapkan penyediaan angkutan
masih menggunakan paradigma kejar setoran, belum sampai
umum berbasis jalan:
kepada upaya memberikan rasa nyaman dan aman kepada para • Volume lalu lintas semakin padat sehingga
penumpang. menimbulkan kemacetan dan meningkatkan
Persoalan tersebut harus segera diatasi dengan melakukan waktu perjalanan.
• Kebiasaan ngetem sopir angkot untuk
upaya yang sistematis dan terstruktur untuk meningkatkan sistem menunggu penumpang.
angkutan umum atau angkutan kota (angkot) dari konvensional • Terjadi penurunan jumlah penumpang, yang
menuju modern. Pengelolaan angkot yang selama ini berbasis beralih moda ke kendaraan pribadi khususnya
individual dialihkan menjadi badan hukum profesional dengan sepeda motor. Kondisi ini menyebabkan load
factor atau keterisian penumpang menurun
tata kelola yang baik. Peningkatan kualitas manajemen angkutan drastis dan bisnis angkutan umum semakin
umum diharapkan secara perlahan tetapi pasti akan dapat mendekati titik nadir.
membangkitkan minat masyarakat untuk kembali menggunakan • Terjadi ketidakseimbangan antara
ketersediaan armada angkot dan jumlah
angkutan umum hingga akhirnya kemacetan dan pencemaran
permintaan penumpang.
udara di kawasan perkotaan pun akan berkurang secara signifikan. • Adanya persaingan yang sangat ketat dan
Merespon kondisi tersebut, disusun toolkit ini dengan harapan tidak sehat di antara para pengemudi untuk
dapat memberikan sumbangsih langkah jitu yang tersaji dalam lima mencari penumpang.
P
1.2 ermasalahan angkutan umum yang pelik dapat diidentifikasi Tren Peningkatan Waktu Tempuh
Identifikasi, dalam beberapa kelompok masalah sebagaimana di Atau Penurunan Kecepatan Rata-rata Perjalanan di Wilayah
Perkotaan di Jakarta membuktikan penurunan kualitas
PERMASALAHAN bawah ini:
perjalanan, berdasarkan penelitian atas waktu tempuh
dan Tantangan perjalanan di Jakarta pada ruas Pasar Minggu- Manggarai
1. Tidak tersedianya perencanaan yang menyeluruh, meliputi dan Cilandak-Monas (Jakarta) pada pagi hari.
sarana, prasarana, pembiayaan, dan pengembangan SDM
di bidang transportasi. Tabel Perbandingan Waktu Tempuh Perjalanan di Jakarta 1985-2011
2. Jumlah ketersediaan BRT di Indonesia masih sangat terbatas. Cilandak - Monas Pasar Minggu - Manggarai
3. Terdapat angkot melayani hampir seluruh kota di Indonesia,
Mengapa Perlu tetapi minim pembinaan.
(9,4 km/jam) 100
2011
Reformasi Angkot? (6,1km/jam) 95
Reformasi angkot perlu Pada tataran praktis, banyak dijumpai kendala dalam
dilakukan untuk menjawab (19,2 km/jam)
2000
49
melakukan implementasi kebijakan perundang-undangan di
tahun
sejumlah masalah angkutan (16,1 km/jam) 36
bidang penataan angkot. Identifikasi atas kendala tersebut adalah:
umum di perkotaan.
(24,7 km/jam) 38
1985
M 09
• Kondisi umum yang berlaku saat ini, yang memungkinkan (26,3 km/jam) 22
T
pemerintah dan pemerintah daerah dalam mengembangkan
sistem angkutan perkotaan yang baik. oolkit ini disiapkan sebagai acuan dalam melakukan 1.3 Ruang
langkah perbaikan sistem angkutan perkotaan, termasuk Lingkup dan
• Terdapat permasalahan trayek angkutan kota dan pembentukan konsolidasi angkutan perkotaan. Dengan demikian, para Struktur
sistem transit yang tidak terintegrasi. Pada kasus tertentu hal ini pengusaha dan awak angkutan akan memiliki dasar Toolkit
sering menimbulkan kesalahpahaman bahkan ketegangan karena pemahaman yang cukup untuk diarahkan dala upaya meningkatkan
beberapa operator beranggapan bahwa rencana pemerintah metode kerjasama menuju ke sistem transit yang sesungguhnya.
untuk menyediakan sistem transit/BRT justru akan merugikan Secara lebih spesifik, toolkit ini difokuskan sebagai panduan
mereka mengingat potensi penumpang di suatu trayek atau bagi proses peningkatan kapasitas layanan sistem angkutan
koridor tertentu terganggu. Hal ini pun dipandang sebagai perkotaan non massal, sekaligus juga perbaikan sistem manajerial
bentuk kompetisi yang lalu menimbulkan resistensi besar di angkutan perkotaan tersebut agar lebih terstruktur yang akan
kalangan pelaku usaha angkutan kota yang sudah ada. mendukung program pembangunan kota yang berkelanjutan.
Pada akhirnya, akan dicapai kualitas layanan angkutan umum yang
• Timbul ketidakefisienan biaya operasional kendaraan (BOK) lebih baik dan andal sehingga mampu memulihkan kepercayaan
karena usia armada angkutan perkotaan yang sudah tua. Hal ini masyarakat terhadap angkutan perkotaan.
juga berdampak negatif terhadap kualitas udara perkotaan akibat Toolkit ini dirancang dengan tujuan memberikan langkah-
emisi yang ditimbulkan oleh kendaraan berusia tua tersebut. langkah jitu yang akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi
angkutan umum di perkotaan. Hal ini diawali dengan menyediakan
deskripsi untuk mengembangkan kebijakan transportasi umum,
14 15
b ab 1 L ata r B e l a k a ng , Pe r masalahan, dan Tujuan
Kendaraan
bermotor umum
adalah setiap kendaraan yang
Badan hukum digunakan untuk angkutan
Angkutan adalah badan usaha barang dan/atau orang
pengelola angkutan umum dengan dipungut bayaran.
adalah kendaraan
yang memiliki legalitas.
yang digunakan untuk
melakukan perjalanan.
Sistem transit
adalah bentuk modifikasi
Trayek atau koridor Bus Rapid Transit (BRT) BRT yang tidak dilengkapi
adalah rute perjalanan suatu adalah sistem angkutan umum dengan lajur khusus bus yang
jenis angkutan umum. massal yang menggunakan mobil terproteksi, biasa disebut juga
bus dengan lajur khusus yang dengan Semi BRT.
terproteksi sehingga memungkinkan
peningkatan kapasitas angkut yang
bersifat massal, atau bisa juga disebut
sebagai konsep Think Rail Use Bus.
2
b ab 2 P E N G E M B A N G AN KE B I JAKAN ANG KUTAN UMUM
Pengembangan Kebijakan Angkutan Umum Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan. Sebagai
pembina teknis pada sektor transportasi darat, Ditjen Hubdar dapat
mengalokasikan dana yang digunakan untuk mengembangkan
infrastruktur dan pembelian bus sebagai bantuan bagi pemerintah
daerah. Anggaran juga dapat dialokasikan untuk membantu
pengembangan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan
K
Jalan, atau yang sering disebut sebagai Tatralok (Tataran Transportasi
2.1 omitmen politis merupakan katalisator, dan bahkan Lokal) untuk tingkat Kabupaten/Kota, dan Tatrawil (Tataran
Pentingnya tak jarang menjadi kunci utama bagi perubahan sistem Transportasi Wilayah) untuk tingkat Provinsi.
Komitmen transportasi perkotaan, khususnya di bidang angkutan
Politis umum. Pada prinsipnya hal tersebut dapat diwujudkan 2.1.2 Komitmen Politis dan Dampaknya terhadap Perencanaan
sepanjang ada kemauan, maka di situ ada jalan. Keuangan
Anggaran belanja pemerintah semestinya menyesuaikan dengan
2.1.1 Kemauan Politis dan Komitmen Aksi kebutuhan dan tujuan pembangunan yang ditetapkan pada
Ada dua kelompok pemangku kepentingan di tingkat pemerintah tingkat nasional dan lokal. Persaingan antar sektor pembangunan,
daerah; yaitu kelompok eksekutif, yang meliputi gubernur, walikota berbagai lembaga maupun kelompok kepentingan dalam alokasi
atau bupati, berikut jajarannya; dan kelompok legislatif, yang anggaran publik biasanya terjadi karena kebutuhan akan anggaran
meliputi unsur pimpinan dan anggota DPRD. Kedua kelompok umumnya lebih tinggi daripada anggaran yang tersedia.
pemangku kepentingan ini hendaknya melihat masalah transportasi Kasus yang umumnya terjadi, dan biasanya muncul pada
sebagai kebutuhan dasar masyarakat perkotaan guna memastikan negara berkembang seperti Indonesia adalah kesenjangan antara
konsep transportasi perkotaan yang baik dimasukkan ke dalam harapan dari banyak kelompok masyarakat pada pembangunan
program dan anggaran pemerintah. dan banyaknya tuntutan kepentingan. Hal ini ini berdampak
pada perbaikan infrastruktur dan pelayanan publik yang tidak
Kemauan politis dan komitmen aksi dapat dibangun dan dijaga seimbang. Akan tetapi, terdapat beberapa daerah dan wilayah
melalui beberapa upaya, antara lain: metropolitan di Indonesia yang tumbuh dan berkembang secara
1. Mendapatkan pemahaman langsung atas masalah yang mandiri. Pada umumnya pembangunan infrastruktur di Indonesia
ada. Misalnya, dengan mengunjungi suatu daerah yang 70-80% berasal dari APBN, sedangkan APBD berkontribusi sekitar
telah menerapkan dan mengembangkan sistem transportasi 20-30%. Pada beberapa proyek tertentu, porsi persentase sharing
secara baik, atau melakukan studi banding ke luar negeri. tersebut di atas bisa jadi bervariasi. Selain itu dimungkinkan pula
2. Mengadakan diskusi publik. kontribusi swasta dalam pembangunan infrastruktur dengan nilai
3. Mendapatkan dukungan publik sekaligus mengakomodasi sharing yang juga bervariasi.
aspirasi mereka. Pendekatan model anggaran publik di atas menekankan
kondisi pengembangan angkutan umum sulit terjadi tanpa alokasi
Peraturan yang ada seharusnya mengarahkan pemerintah anggaran yang memadai. Alokasi anggaran tersebut semestinya
dalam berperan mereka sebagai regulator untuk mengembangkan dibedakan dengan anggaran untuk pembangunan infrastruktur
rencana dan mengelola sistem transportasi umum yang selamat, yang diperlukan (misalnya jalan untuk pengembangan jalur
nyaman, dan mudah diakses. bus dan transformasi desain wilayah perkotaan) dan anggaran
Selain hal-hal tersebut di atas, kemauan politis dan komitmen untuk mendukung operasi angkutan umum (misalnya dukungan
aksi juga dapat dikembangkan melalui mekanisme politik anggaran. keuangan untuk operasional bus).
Salah satu contoh dampak kemauan politis anggaran adalah Karena kebutuhan anggaran yang diperlukan umumnya cukup
kebijakan alokasi dana sebagaimana dilakukan oleh Direktorat besar, maka diperlukan kemauan politis tingkat nasional yang cukup
18 b ab 2 P E N G E M B A N G AN KE B I JAKAN ANG KUTAN UMUM
19
kuat guna menetapkan alokasi anggaran pembangunan sarana misi yang akan dilaksanakan jika berhasil memenangkan pemilu-
dan prasarana transportasi umum. Hal ini diperlukan terutama kada. Perencanaan tata kota seharusnya menjadi bagian dari
agar kualitas angkutan umum yang dicita-citakan tidak terhambat visi dan misi tersebut, termasuk juga skema transportasi yang
secara substansial karena persoalan kekurangan anggaran yang akan meningkatkan mobilitas dan kegiatan ekonomi perkotaan.
pada akhirnya akan menghasilkan infrastruktur yang buruk. Sejumlah ide transportasi perkotaan yang diajukan oleh calon
State-of-the-art transportasi umum -khususnya yang berkaitan sepatutnya bersifat aplikatif/layak implementasi.
dengan sistem angkutan massal seperti jaringan BRT atau LRT-
memerlukan infrastruktur khusus berdasarkan parameter desain
yang secara internal telah terbukti efektif. Sedangkan untuk
mendapatkan dukungan anggaran dari pemerintah, perlu dibangun Visi Misi dan Ide Kebijakan Kota
inisiatif dan aksi lobi terus menerus dari kepemimpinan tingkat
lokal menuju tingkat nasional. Di samping itu seringkali pemerintah
daerah harus menyediakan anggaran sebagai kontribusi daerah.
Hal ini menunjukkan komitmen dan keseriusan Pemda dalam
menjalankan proyek-proyek skala besar.
Setelah infrastruktur transportasi umum terbangun, harapan
berikutnya adalah agar operasi angkutan umum bisa berkelanjutan,
cukup dengan pendapatan yang diterima dari hasil operasional,
tidak lagi diperlukan kontribusi dana publik (subsidi) secara
signifikan. Sayangnya, lisensi kendaraan pribadi baik untuk Kotamadya Bogor: Walikota Kotamadya Bandung: Walikota Kotamadya Palembang:
Bogor Bima Arya Sugiarto, Bandung Ridwan Kamil, Walikota Palembang periode
sepeda motor dan mobil juga murah. Akibatnya, penumpang memiliki visi penataan moda dan giat berupaya menciptakan 2003-2013, Eddy Santana Putra,
akan dengan mudah memilih transportasi bermotor individu sistem transportasi penghubung angkutan perkotaan yang memiliki visi agar pemerintah
dengan alasan keamanan, kenyamanan hingga biaya akan lebih (feeder busway) bagi warga Kota nyaman dan mendorong kota terus berkomitmen
Bogor yang sesuai dengan kondisi masyarakat menggunakan mewujudkan transportasi
murah dibandingkan dengan harga tiket angkutan umum yang
struktur jalan di kota tersebut. angkutan umum dan sepeda. massal yang ramah lingkungan.
cenderung lebih tinggi atau terus meningkat.
Oleh karena itu, tanpa kompensasi (subsidi) untuk biaya
operasional, maka operator bus swasta sulit mengembangkan
orientasi layanan berkualitas yang tinggi secara berkelanjutan.
Penyajian layanan berkualitas rendah ini akan selalu menimbulkan
lingkaran setan dengan asumsi bahwa penurunan kualitas 2.1.4 Kemauan Politis dan Komitmen Aksi di Berbagai Tingkatan
pelayanan akan menghasilkan penurunan penumpang dan Setiap kepala daerah memiliki kemauan politis dan komitmen aksi
memperburuk keberadaan angkutan umum di kota-kota Indonesia. yang berbeda dalam meningkatkan kinerja pelayanan transportasi
Dengan demikian, perlu dipertimbangkan oleh pengambil di wilayah mereka. Ada hubungan langsung yang sangat erat
keputusan baik di tingkat nasional maupun lokal untuk mendukung antara pemahaman dan cara pandang seorang kepala dearah
keuangan operasi angkutan umum secara konstan dengan terhadap sistem transportasi perkotaan dengan komitmen politis
dukungan dari dana publik di Indonesia, selama biaya energi mereka dalam upaya mengembangkan sistem angkutan perkotaan
tidak meningkat secara substansial. yang baik. Hal terpenting bagi para perencana transportasi
adalah mengetahui seberapa kuat kemauan politis pimpinan
2.1.3 Visi dan Misi Para Pengambil Keputusan daerahnya dan bagaimana menyikapinya, sehingga perencana
Para bakal calon kepala daerah yang ingin maju dalam pemilu transportasi tersebut dapat menyampaikan rekomendasi yang
kepala daerah (pemilu-kada) umumnya memaparkan visi dan mudah diaplikasikan.
20 b ab 2 P E N G E M B A N G AN KE B I JAKAN ANG KUTAN UMUM
21
Kadar Pemahaman Kepala Daerah Terhadap Suatu Beberapa Cara Menumbuhkembangkan Komitmen Politis
Masalah yang Memengaruhi Level Komitmen Politis dan
Komitmen Aksi
INDIKATOR METODE
4 Knowledge Memberikan
Aksi (action)
3
(Pengetahuan) motivasi politis
INDIKATOR PEMAHAMAN KEPALA DAERAH Studi banding ke
ATAS DAMPAK KEMAUAN POLITIS kota yang sudah
Sikap
2 (attitude)
Kepala daerah
menuangkan kebijakan
Awareness
(Kesadaran)
maju
Kesadaran
(awareness) sustainable transport
1
Pengetahuan Kepala daerah sudah
dalam perencanaan,
dan implementasi Attitude (Sikap) Mendorong dengan
(knowledge) mulai mengemukakan lapangan. insentif asistensi Mendorong
Partisipasi
sikap politis dan teknis dengan insentif
pada forum
Kepala daerah rencana aksi pada pendanaan Mencari
internasional
memiliki kesadaran rapat dinas, serta nasional/ peluang
Indikator atau nasional
dan keinginan menyebarkan sikap Action (Aksi) internasional apresiasi
Kepala daerah memiliki untuk menerapkan tersebut melalui media nasional/
pengetahuan dan sustainable transport, massa, atau berbagai internasional
memahami pentingnya namun belum rapat dinas.
sustainable transport mengetahui caranya.
atau transportasi
berkelanjutan.
2.1.5 Sinkronisasi Antara Pemangku Kepentingan
Memastikan kemauan politik dari para pemangku kepentingan
Komitmen Politis dan Realisasi Kebijakan: Studi Kasus BRT Trans Jakarta yang berbeda agar sejalan adalah hal sangat penting untuk
disinkronkan dalam mempercepat pembangunan dan reformasi
S
ebuah contoh tepat tentang bagaimana mengilhaminya untuk menyetujui dan mengadopsi
politik diubah menjadi aksi oleh kepala daerah konsep BRT di Jakarta. Pada tahun 2003, Pemerintah
transportasi umum, terutama di daerah perkotaan. Tanpa
dapat dilihat dalam pelaksanaan sistem BRT Provinsi Jakarta menerbitkan Peraturan Daerah No. sinkronisasi, kesalahpahaman kebijakan antara politisi dan staf
TransJakarta. Awalnya, pemerintah provinsi DKI 12/2003 tentang Transportasi, yang menjadi dasar teknis mungkin terjadi dan berdampak negatif pada tataran
Jakarta tidak yakin bahwa sistem angkutan jalan bagi penyusunan Pola Transportasi Makro Jakarta. pelaksanaan. Perbedaan pemahaman dapat lebih menonjol jika
dengan jalur khusus bus, akan memecahkan masalah Rencana ini meliputi pengembangan sistem BRT dan
lalu lintas kota metropolitan ini. Akhirnya pada beberapa kebijakan pendukungnya. Pada tanggal pemangku kepentingan utama memiliki latar belakang politik
tahun 2002 Gubernur Sutiyoso diundang 15 Januari 2004, konsep yang diberi nama yang berbeda, seperti di internal pemerintah daerah itu sendiri
Walikota Kolombia untuk melihat TransJakarta Busway itu diresmikan untuk maupun antara pemerintah daerah dengan pemerintah provinsi
penerapan sistem BRT di sana. Bogota Koridor 1: Blok M-Kota. TransJakarta
atau nasional.
adalah kota yang telah berhasil saat ini melayani sekitar 400.000
menerapkan sistem BRT dalam masa penumpang setiap hari. Di pemerintah daerah, pejabat seperti walikota, gubernur dan
jabatan Enrique Penalosa; Walikota Dengan kata lain, kemauan politik sekretaris daerah, biasanya memiliki tingkat tertinggi otoritas untuk
Bogota periode 1998-2001. Penalosa kepala daerah dan komitmen membuat keputusan atas berbagai proyek, termasuk yang berkaitan
menolak keras gagasan untuk aksi menjadi kunci dalam upaya
membangun jalan tol dalam kota, menerapkan program perubahan.
dengan reformasi transportasi perkotaan. Ini berarti bahwa
dan memutuskan untuk memilih dan Hal ini juga menunjukkan bahwa untuk staf teknis harus memiliki keberanian untuk mengekspresikan
mengembangkan sistem BRT dengan nama memantapkan komitmen adalah sangat pendapat dan memberikan rekomendasi kepada para pemimpin
Trans Milenio. Keputusan ini terbukti berdampak penting bagi perencana untuk memberikan saran politik senior selama proses pengambilan keputusan.
besar pada pemecahan masalah lalu lintas di Bogota. dan masukan kepada Kepala Daerah dan pimpinan
Kunjungan Sutiyoso ke Bogota ini kemudian di SKPD yang bersangkutan.
Matriks Tipe Manajemen Angkutan Umum pada Perkotaan di Indonesia Bermotor Umum Dalam Trayek, yang diubah dalam Peraturan
Menteri Perhubungan No. 29/2015. Standarpelayanan minimal
tersebutmencakup sejumlah aspek, seperti keselamatan,
Instansi Komponen Umum Penyelengggaraan Angkutan Umum
keamanan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, dan
keteraturan. Di tingkat lokal, SPM kemudian diaturmelalui
Kepala Peraturan Kepala Daerah.
Daerah Salah satu kendala utama dalam pelaksanaan SPM adalah
Pengembangan masalah keuangan. Sangat disayangkan bahwa keuntungan
manajemen
DPRD signifikan yang didapat oleh operator angkutan umum
Penyusunan bus
anggaran
tidak tercermin dalam kualitas layanan yang diberikan.
Bappeda Perencanaan Konsolidasi Ketidakseimbangan ini menunjukkan bahwa ada masalah
sistem Pengembangan operator
dalam sistem transportasi publik yang perlu dibenahi melalui
Dishub/ SPM
revisi kebijakan yang akan mendukung layanan yang baik dalam
DLLAJ Pengembangan upaya memenuhi target SPM. Pendekatan ini diharapkan akan
infrastruktur mengembangkan operasi angkutan umum yang lebih baik
PU (Jalan) dan prioritas
bus dalam dan efisien.
Polisi Lalu berlalu-lintas
Lintas
R
Sejumlah isu terkait SPM dapat dilihat pada infografis di bawah ini
2.2 Regulasi egulasi atau ketentuan hukum menjadi landasan hukum
bagi semua kegiatan pemerintahan. Kebijakan yang
dihasilkan dari penelitian dan studi akan lebih kuat dan
efektif jika didukung oleh peraturan dan undang-undang
yang disetujui oleh semua tingkatan - eksekutif (kepala daerah
dan pemerintah daerah), legislatif, dan pelaksana operasional.
Kebijakan yang baik tidak bisa efektif tanpa regulasi yang kuat
dan tepat. Salah satu contoh adalah kasus di Bogor. Kebijakan Keamanan
untuk mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan Keselama
ta a n
n Kenyaman Keterjangkauan Kesetara
an Keteratura
n
umum dikembangkan dan diterapkan oleh DPRD. Padahal,
sebagai lembaga legislatif, DPRD tidak memiliki kewenangan
mengeluarkan kebijakan eksekutif. Dengan demikian, kebijakan
tersebut dikeluarkan secara tidak pada tempatnya dan tentu
saja menjadi tidak efektif untuk dilaksanakan dan ditegakkan. Keamanan Keselamatan Kapasitas Aksesibilitas Pelayanan prioritas Jadwal
pengguna di atas berkendara angkutan, dan (jarak halte, bagi penumpang kedatangan dan
angkutan umum yang terkait fasilitas penunjang, lokasi halte), tarif penyandang cacat, keberangkatan,
2.2.1 Standar Pelayanan Minimum (SPM) belum difasilitasi dengan fasilitas seperti halte dan angkutan umum. usia lanjut, anak-anak informasi,
Pemerintah harus melakukan sejumlah upaya untuk menjamin dengan layak, keselamatan, jalur pejalan kaki. serta ibu hamil dan dan kinerja
layanan transportasi umum yang berkualitas baik untuk masyarakat. sehingga masih pengemudi, dan menyusui. operasional.
sering terjadi sarana pendukung
Salah satu bentuk upaya untuk mencapai hal tersebut adalah tindak kriminal keselamatan.
Peraturan Menteri Perhubungan No. 98/2013 tentang Standar seperti pencurian
Pelayanan Minimal (SPM) Angkutan Orang dengan Kendaraan dan pelecehan
seksual.
24 b ab 2 P E N G E M B A N G AN KE B I JAKAN ANG KUTAN UMUM
25
Penerapan pelayanan sesuai dengan indikator SPM harus besar yang harus diselesaikan melalui kerja sama antara pemerintah
didukung oleh infrastruktur yang tepat. Misalnya, pelayanan dan operator angkutan umum.
angkutan umum massal dan kendaraan pengumpan harus
dilaksanakan sejalan dengan penyiapan infrastruktur, seperti 2.2.2 Manajemen Operasional (Badan Hukum)
jalur khusus bus dan fasilitas transfer. Ini akan memastikan waktu Kewajiban untuk menyediakan layanan angkutan umum
perjalanan, titik transfer dan kekerapan kedatangan bus. disebutkan dalam UU No. 22/2009, Pasal 139, Pasal 4, yang
Masalah lain SPM adalah pergeseran tren sistem pembayaran berbunyi: „Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh
dari manual ke elektronik. Pergeseran ini memerlukan investasi BUMN, BUMD, dan/atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan
keuangan serius yang merupakan tantangan besar yang harus peraturan perundang-undangan“. Tersedianya ketentuan tentang
diselesaikan melalui kerja sama antara pemerintah dan operator penyelenggara angkutan berbadan hukum akan menjadikan
angkutan umum. operator dapat bergerak lebih efektif dan efisien, ditunjang
Memberikan layanan sesuai dengan SPM indikator harus dengan beberapa insentif dari pemerintah. Masalah ini akan
didukung oleh infrastruktur yang tepat. Misalnya, transportasi dibahas lebih lanjut dalam Bab 5.
dan pengumpan pelayanan publik massal harus dilaksanakan
Gambar di atas dan
sejalan dengan infrastruktur yang diperlukan, seperti jalur bus
di bawah merupakan
dan fasilitas transfer. Ini akan memastikan kali lebih cepat wisata, contoh penerapan di
transfer halus, dan kedatangan lebih sering. Singapura. Lembaga
Masalah MSS lain adalah bahwa tren bergeser sistem pembayaran penyelenggara angkutan
berbadan hukum
dari manual ke elektronik. Pergeseran ini memerlukan investasi akan menjadikan para
keuangan yang serius dan dengan demikian, merupakan tantangan operator angkutan
perkotaan dapat
bergerak lebih efektif dan
efisien dalam menjamin
Proses Implementasi SPM di Kota Solo
mutu pelayanan seperti
waktu kedatangan
bus , dan kenyamanan
penumpang di dalam
Standar bus —Foto oleh Fredy
Pelayanan Proses Drafting Susanto
Minimal Finalisasi
dan Workshop
dituangkan dalam
Surat Keputusan
UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu Ekstraksi 33 indikator SPM Persetujuan Walikota
lintas dan angkutan, pasal 141 menjadi tujuh indikator Pengukuhan SK
prioritas yang sesuai dengan Penandatanganan Perjanjian
PP No. 65 Tahun 2005 tentang kontrak ditambah isu pelayanan Kerjasama antara regulator dan
pedoman Penyusunan dan tiket elektronik. operator.
Penerapan SDM, pasal 3.
B
2.3 erdasarkan Peraturan Pemerintah No. 79/2013 tentang
Sarana Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, hal yang
Angkutan dimaksud dengan sarana jalan adalah serangkaian
simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubung
untuk penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan. Kegiatan
transportasi umum di ruang ini terdiri dari beberapa jenis angkutan
umum. Dua di antaranya adalah bus kecil dan bus sedang; dua
jenis layanan inilah yang menjadi subyek dari toolkit ini.
Mikrolet, salah satu angkot yang dikenal di Jakarta.— Foto oleh: Fredy Susanto
2.3.1 Ragam Jasa Angkutan 2.3.2 Paratransit: Tabel Kelas Angkutan Umum Kota di Asia Tenggara
Bus kecil (angkot) beroperasi di banyak kota di seluruh Indonesia. Angkutan Alternatif
Di beberapa kota, moda angkutan ini memiliki nama lokal khusus Selain jenis angkutan kota jenis Kapasitas Kota-Kota Jenis Kendaraan
Kelas
bus baik besar, sedang atau kecil, Penumpang
- misalnya, di kota-kota di luar Jawa, seperti Samarinda, Lampung
terdapat pula kendaraan jenis
dan Bengkulu, angkot dikenal sebagai taksi. Berikut adalah beberapa angkutan yang tumbuh sebagai I 24 - 59 • Jakarta, Trans Jakarta,
kata lain untuk bus kecil: alternatif atau dikenal sebagai Penumpang • Bangkok, Patas AC, Stage
paratransit. Termasuk dalam • Manila, Buses, Double
Medan: kategori paratransit adalah becak • Surabaya, Decker, SMRT,
sudako Surabaya: dan bajaj (Indonesia), Tuk Tuk • Singapura, Trans Metro
bemo (Thailand), Mikrobus, Minibus, • Bandung, Bandung, Rapid
SAMARINDA: Jeepney (Filipina). Angkutan jenis • Kuala Lumpur KL
taksi ini beroperasi dengan sistem
monopoli oleh individu (Cervero, II 12 – 24 • Jakarta Metro Mini
1990). Penumpang • Manila Jeepney
BENGKULU: Paratransit adalah layanan • Bangkok Minibus, Silor
taksi angkutan penumpang perkotaan • Kuala Lumpur Minibus
yang beroperasi di jalan-jalan
umum pada lalu lintas yang III 6 - 12 • Jakarta Angkot, Kolt,
tercampur (mix traffic). Angkutan Penumpang • Surabaya Bemo, Elf,
ini biasanya dimiliki oleh operator • Medan Mikrolet
swasta atau publik dan tersedia • Bandung
dalam kelompok tertentu atau
Makassar: masyarakat umum, sesuai dengan IV 2-6 • Jakarta Bajaj
pete-pete keinginan penumpang terkait Penumpang • Bangkok Tuk Tuk, Samlor
PADANG: rute dan penjadwalannya (Vuchic, • Manila Motor Tricycle
angkot 1981).
Sementara itu, istilah untuk angkutan kota jenis bus sedang • Medan Becak Motor
Belakangan ini berkembang
pun bermacam-macam, seperti beberapa contoh berikut ini:
pula beberapa jenis layanan V 1–3 • Jakarta Ojeg Motor
• Jakarta: Kopata, Kopaja
angkutan yang memanfaatkan Penumpang • Medan Becak
Bandung: • Yogyakarta: Kopata, Kobutri.
teknologi mutakhir (smart phone). • Manila Calesa, Tricycle
kobutri • Bandung: Kobutri
Malang: Layanan angkutan berbasis IT • Singapura, Trishaw
angkota tersebut ada yang menggunakan Kuala Lampur
kendaraan roda dua maupun
Jakarta: —Foto oleh: Angkot Samarinda: Normalita Fauziah, Angkot Medan: Achmad Fuadi, kendaraan roda empat.
angkot atau mikrolet Angkot Jakarta dan Bengkulu: Anugrah ilahi, Padang : Raisya Farah Monica Diolah dari sumber: Cervero (1990) diperbaharui dan GIZ SUTIP (2014)
28 b ab 2 P E N G E M B A N G AN KE B I JAKAN ANG KUTAN UMUM
29
T
2.4 Prasarana erlepas dari koridor sistem transportasi, ada komponen Terminal
Terminal
Laladon
Angkutan yang sangat relevan lainnya. Ini dijelaskan di bawah ini. Bubulak
Trayek
M11 TANAH ABANG - MERUYA ILIR
M09A TANAH ABANG - KEBAYORAN LAMA
Kesalahan yang selama ini terjadi pada pola operasi angkutan Pole Angkutan
Trayek Trayek
M11 TANAH ABANG - MERUYA ILIR
M09A TANAH ABANG - KEBAYORAN LAMA
M11 TANAH ABANG - MERUYA ILIR
M09A TANAH ABANG - KEBAYORAN LAMA
PEMBERHENTIAN
TANAH ABANG
Posisi Anda
naik dan turun di tempat yang telah ditentukan. Di samping Konstruksi Pole sambungan tiang
25mm
itu, harus juga disediakan akses yang layak menuju ke tempat Angkutan Perkotaan
pemberhentian, yang akan membangkitkan dan meningkatkan
semangat masyarakat untuk berjalan kaki. Secara umum, fasilitas Detail sambungan
minimal 2.100 mm
Posisi jika ingin
lebih luas lagi, sebagai area utama yang mempertemukan sarana menempatkan dua
panel A3.
600mm
Reflektor
350mm
PEMBERHENTIAN
di sembarang tempat TANAH ABANG
berukuran 100mm
menyebabkan tidak Trayek
M11 TANAH ABANG - MERUYA ILIR
M09A TANAH ABANG - KEBAYORAN LAMA
25mm
pemberhentian bus 13mm Jari-jari 15mm
450mm
600mm
sehingga menyebabkan
kemacetan seperti yang M11 TANAH ABANG
JEMBATAN TINGGI
KS. TUBUN
BUNDERAN SLIPI
Detail panel atap
Peletakan tiang
PALMERAH
KEBUN JERUK
MERUYA ILIR
di muka tanah
PALMERAH
RAWA BELONG
KEBAYORAN LAMA
Bentuk landasan
yang tidak mudah
berputar.
Elevasi 750mm
3
angkutan umum dengan pejalan kaki yang akan berpindah ke Penataan Angkutan Perkotaan di Indonesia
angkutan umum. Sejalan dengan makna tersebut, perencanaan
fasilitas pemberhentian angkutan perkotaan harus didesain paralel
dengan perencanaan fasilitas akses pejalan kaki, untuk menjamin
tersedianya kemudahan akses menuju lokasi.
S
U
S
B
• Memiliki visibilitas tinggi; pencahayaan
yang cukup dan terlihat jelas dari sekitar istem transportasi perkotaan berkelanjutan akan 3.1 Strategi
lokasi (jauh dari dedaunan lebat dan menempatkan keberadaan angkutan umum massal Pengembangan
benda-benda lain yang menghalangi Angkutan Umum
cepat sebagai tulang punggung. Moda transportasi
pandangan langsung). Pada malam
hari digunakan lampu jalan yang dapat utama ini kemudian akan diselaraskan dengan angkutan Perkotaan
membantu mempertahankan visibilitas. umum reguler, sepeda dan pejalan kaki sebagai sarana angkutan
pengumpan (feeder service) atau sebagai pemadu moda pada
• Lokasi angkutan dan penumpang
konsep first mile and last mile management. Sinergi tersebut akan
menunggu jelas terlihat satu sama lain.
berperan sebagai sebuah layanan transportasi yang menerus
• Dekat dengan pusat-pusat kegiatan (seamless connectivity). Sistem tersebut dimaksudkan untuk mampu
(misalnya pusat perbelanjaan, stasiun, menjaga keseimbangan manfaat ekonomi dan ekologi, sehingga
perkantoran, universitas, rumah sakit,
sekolah) sehingga meminimalkan
dalam penataan dan pengembangannya, transportasi perkotaan
perjalanan saat melakukan perpindahan memperhitungkan aspek sosial, selain juga mengedepankan
antar layanan. kepuasan pelanggan.
• Lokasi pemberhentian yang terintegrasi
dengan trotoar, memiliki aksesibilitas 3.1.1 Konsolidasi
yang baik dan tidak memakan lahan Para pakar dan pengamat seringkali merujuk pada kondisi
trotoar sehingga memudahkan pelayanan transportasi di kota-kota negara tetangga, antara
dan memberikan kenyamanan bagi
lain Singapura, dalam upaya membenahi sistem transportasi
penumpang untuk naik dan turun dari
angkutan umum. NT
IA
N
perkotaan. Kota tersebut pernah mengalami kondisi kualitas
pelayanan transportasi di bawah standar yang dioperasikan oleh
HE
ER
MB OT
PE GK ILIR LAMA
AN MERU
YA N
YORA
-
G KEBA
-
G
ABAN
ek H ABAN
H
Tray TANA
TANA
M11
M09A
G I
i Anda
Posis
telah efektif diselenggarakan oleh dua operator besar, yaitu Pemerintah Indonesia juga telah memiliki visi konsolidasi sistem
SBS dan SMRT. Kedua operator tersebut bekerja sama dengan transportasi. Hal itu terlihat pada upaya Pemerintah Provinsi DKI
regulator, yaitu Land Transport Authority (LTA), menerapkan Jakarta mengonsolidasikan program sistem BRT Trans Jakarta,
Program Peningkatan Pelayanan Bus (Bus Services Enhancement serta Pemerintah Kota Surakarta untuk program Batik Solo Trans.
Programme) sejak 7 Maret 2012. Langkah konsolidasi yang dilakukan adalah dengan melebur
Dalam program tersebut, baik regulator maupun operator (merger) para operator bus besar pemilik trayek yang berimpitan
sepakat mengembangkan skema baru untuk mengukur kinerja rute dengan rencana pengembangan jalur BRT menjadi sebuah
pelayanan, termasuk sistem reward and punishment yang konsorsium dan masuk sebagai bagian dari operator Bus Trans
tepat bila operator berhasil atau gagal dalam memberikan Jakarta dan Batik Solo Trans.
pelayanannya kepada pelanggan. Rute trayek yang ada pun ditata Langkah konsolidasi operator angkutan yang dilakukan secara
ulang (restrukturisasi) sesuai dengan dinamika perkembangan tepat, diharapkan akan melahirkan operator baru yang lebih
pembangunan di Singapura, disertai pula dengan penambahan kuat dan profesional dalam pengelolaan angkutan umum. Akan
1.000 bus baru. tetapi, pemerintah tetap perlu berhati-hati terhadap friksi-friksi
Langkah ini merupakan aspek konsolidasi yang bermakna sosial yang seringkali muncul dalam proses perubahan kebijakan
penting. Kondisi layanan yang semula tersebar dengan para pelaku ini. Prinsip kehati-hatian ini diharapkan dapat mengatasi dan
usaha yang cenderung unregulated, ditata ulang sesuai prinsip meredam sedini mungkin semua bentuk ancaman friksi yang
manajemen profesional. Terdapat pula kontrol layanan yang mungkin timbul.
menjamin mobilitas masyarakat yang menguntungkan semua
pihak, baik para pengusaha dan awak angkutan, masyarakat 3.1.2 Restrukturisasi Trayek
pengguna jasa dan juga pemerintah. Setiap daerah layaknya memiliki rencana induk transportasi darat,
atau master plan; atau disebut sebagai Tataran Transportasi Wilayah
Daftar Konsorsium Operator Trans Jakarta (Tatrawil) untuk tingkat provinsi, dan Tataran Transportasi Lokal
No. Nama Konsorsium Anggota Konsorsium Koridor (Tatralok) untuk perencanaan di tingkat kabupaten/kota. Master
plan tersebut memuat berbagai aspek pengelolaan transportasi
1
PT Jakarta Express Trans PPD, Bianglala, Steady Safe,
1 (Blok M – Kota) yang berkelanjutan, termasuk mekanisme tata ulang trayek dan
(JET) Ratax, Pahala Kencana
lainnya, yang bermanfaat untuk meningkatkan aspek pelayanan
Mayasari Bakti, Steady Safe, 2 (Pulogadung – Harmoni);
angkutan umum.
2 PT Trans Batavia Kebijakan untuk mendukung strategi transportasi perkotaan
PPD, Metro Mini 3 (Kalideres – Pasar Baru)
yang digariskan dalam peraturan daerah merupakan penentu
PT Jakarta Trans Mayasari Bakti, PPD, 4 (Dukuh Atas – Pulogadung); kuat terhadap implementasi strategi angkutan perkotaan.
3
Metropolitan (JTM) Steady Safe 6 (Ragunan – Dukuh Atas)
Berikut rincian sejumlah langkah yang dapat diambil untuk
PT Jakarta Mega Trans Mayasari Bakti, Steady Safe, 5 (Ancol – Kp. Melayu); memastikan implementasi secara tepat:
4
(JMT) Pahala Kencana, PPD 7 (Kp. Melayu – Kp. Rambutan) 1. Melakukan studi akademis dan makalah tertulis tentang
pengembangan angkutan umum.
5 PT Trans Mayapada Mayasari Bakti, PPD 9 (Pinang Ranti – Pluit); 10 (Priok – Cililitan) 2. Dengar pendapat atas hasil studi tersebut.
3. Penyelarasan persepsi pemangku kepentingan terhadap
Daftar Konsorsium Operator Batik Solo Trans
pengembangan angkutan umum.
No. Nama Konsorsium Anggota Konsorsium Koridor 4. Evaluasi jaringan angkutan umum yang ada.
5. Pemangku kepentingan mengedepankan rekomendasi
Nusa Atmo, Surya Kencana, yang sesuai dan berdasarkan data untuk divalidasi melalui
1 PT Bengawan Solo Trans 2 Palur - Kartasura
SKA Jaya, Sumber Rahayu
analisis screen line. Hal ini dapat memberikan gambaran
38 b ab 3 P E N ATA A N A N G KUTAN PE R KO TAAN DI I NDO NE SIA
39
3.2 Penataan Angkot di Indonesia seperti ini, ketersediaan jalan arteri, dengan lebar di atas delapan
Penataan angkot di Indonesia menjadi suatu keharusan untuk meter dapat diprioritaskan bagi angkutan umum dengan jumlah
merespon kebutuhan mobilitas penduduk perkotaan. Penataan penumpang besar yang melayani rute utama. Jika kemudian
dilakukan dengan memperhatikan sejumlah aspek terkait, kebutuhan perjalanan sepanjang rute ini dinilai terus meningkat,
sebagaimana diuraikan berikut ini. pemerintah daerah juga dapat membangun sistem transportasi
massal berbasis jalan (BRT) di sepanjang jalan arteri tersebut. Oleh
3.2.1 Tipologi Angkutan Umum di Perkotaan karena itu, selalu diperlukan upaya untuk mengembangkan sistem
Ditinjau dari jenis armada yang digunakan, tipologi dan hirarki transportasi didasarkan pada pola permintaan dan perjalanan
angkutan umum perkotaan (angkot) di kota-kota Indonesia terdiri penduduknya.
dari beberapa jenis: Secara ideal, selayaknya kondisi infrastruktur tersebut
diwujudkan terlebih dahulu baru kemudian menata jaringan
angkutan penunjangnya dengan menggunakan armada bus
sedang dan bus kecil. Keseluruhan jaringan pelayanan angkutan
Bus besar, melayani angkutan kota Bus sedang, melayani Bus kecil, melayani penumpang tersebut harus terintegrasi sehingga dapat memberikan kepastian
yang beroperasi di jalan arteri, penumpang di jalan hingga ke jalan lingkungan, layanan menerus (seamless connection) bagi para penggunanya.
mengangkut 24-60 penumpang, kolektor, mengangkut 12-28 mengangkut 8-24 penumpang,
Idealnya, kondisi infrastruktur harus diwujudkan terlebih
dengan kecepatan rata-rata 15- penumpang, dengan kecepatan dengan kecepatan rata-rata
22km/jam. rata-rata 12-17km/jam. 5-15km/jam. dahulu dengan menetapkan ruang jalan yang memberikan
prioritas bagi angkutan umum di atas moda transportasi bermotor
Di sejumlah kota besar dan kota metropolitan di Pulau Jawa lainnya (dan kendaraan tidak bermotor diberikan prioritas di atas
dan Sumatera, karakteristik angkutan di kawasan perkotaannya semua moda). Jika tidak tersedia kapasitas jalan yang cukup,
dilengkapi pula dengan jaringan angkutan umum berbasis rel. mungkin perlu dikembangkan infrastruktur jalan skala besar
Beberapa angkutan rel yang melayani mobilitas masyarakat di untuk dapat memberikan prioritas bagi angkutan umum, yang
wilayah perkotaan antara lain: kemudian didukung oleh jaringan jalan di sekitarnya. Di jaringan
• Kereta Commuter (Commuter Line/CL) Jabodetabek. sekunder ini bus sedang dan bus kecil digunakan untuk melayani
• Prambanan Ekspress (Prameks) di wilayah Surakarta- penumpang, dan harus terintegrasi dengan sistem angkutan
Yogyakarta-Purworejo. massal (BRT) untuk memastikan konektivitas yang terintegrasi
• KRD di Surabaya dan sekitarnya
• KRD di kawasan Bandung Raya.
Gambar Tipologi Angkutan Jalan di Perkotaan, Kapasitas Penumpang
dan Kecepatan Rata-rata yang Direncanakan
Terdapat setidaknya tiga pertimbangan utama dalam
menentukan karakteristik layanan angkutan perkotaan yang
sesuai dengan kebutuhan, yakni besaran jumlah penduduk atau
ukuran populasi, pola perjalanan mereka (asal dan tujuan, jumlah
perjalanan, moda yang digunakan) dan kondisi infrastruktur kota.
Jika sebuah distrik bisnis dalam kota memiliki permintaan angkutan
umum yang sangat tinggi, maka sebaiknya dikembangkan kereta Objek Pembahasan
Kapasitas Penumpang (Orang)
api komuter yang melayani pekerja yang tinggal di pinggiran
tetapi bekerja di pusat kota. 8-12 12-24 12-28 24-60
Sedangkan pada kawasan perkotaan dengan tingkat Kecepatan Rata-rata (Km/jam)
permintaan perjalanan yang tidak terlalu tinggi, sistem angkutan
5-10 5-15 12-17 15-22
jalan dapat menjadi pilihan utama. Untuk kawasan perkotaan
Foto oleh: Anugrah Ilahi. Tipologi transportasi jalan di perkotaan dengan perencanaan penumpang dan kapasitas kecepatan.
42 b ab 3 P E N ATA A N A N G KUTAN PE R KO TAAN DI I NDO NE SIA
43
Penghapusan kendaraan.
Akan tetapi, patut diwaspadai pula kemungkinan kebijakan Jenis Usia Kendaraan di Atas Usia 10 Tahun yang Terdaftar di Dishub DKI Jakarta
shifting ini tidak bisa berjalan secara terus-menerus karena Kend usia >10 thn Harga/unit* Total
Jumlah
tidak semua pengusaha dan awak angkutan umum setuju No. Jenis Kendaraan
Kend. Jumlah % (dalam Rp juta) (dalam Rp juta)
dengan prinsip berbagi kesempatan ini. Selain itu, terdapat pula
perbedaan cara pandang di antara para pejabat politis di Kota 1 Bus Besar 2.881 2.288 79% 1.000 2.288.000
Bogor. Hal lain adalah landasan hukum yang digunakan dirasa
2 Bus Sedang 4.944 4.890 99% 500 2.445.000
kurang tepat, diterbitkan oleh pihak legislatif (DPRD), padahal
semestinya penerbitan sebuah keputusan politis yang akan 3 Bus Kecil 14.192 8.748 62% 150 1.312.000
dilaksanakan di lapangan, sepenuhnya merupakan wewenang
pihak eksekutif (walikota dan jajarannya). 4 Taksi 24.724 19.622 64% 200 3.165.000
P
3.3 emerintah wajib menyediakan angkutan massal berbasis 3.3.1 Prinsip Penentuan Sarana dan Prasarana
Transformasi jalan di kawasan perkotaan, sebagaimana tertuang dalam Penerapan infrastruktur angkutan umum di Indonesia seringkali
Menjadi UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ, pasal 158. Oleh dihadapkan pada terbatasnya ketersediaan lahan di jalan.
Angkutan karena itu, langkah berikut setelah melakukan penataan Menyediakan ruang umum bagi bus transit yang layak dan
Massal dan pembenahan angkot sebagai angkutan umum perkotaan cukup memerlukan pemahaman sebagai berikut:
berbasis individu, adalah menggagas ide untuk beralih ke sistem
angkutan umum berbasis jalan. Sistem ini akan lebih efektif
dan efisien karena angkutan umum konvensional dinilai tidak
cocok lagi pada kawasan perkotaan dengan tingkat kepadatan
penduduk yang terus meningkat tajam.
Beberapa prasyarat wajib diperhatikan oleh pemerintah daerah
sebelum memutuskan mengubah layanan angkutan umum reguler
menjadi angkutan massal berbasis jalan. Rencana tersebut juga
harus dituangkan dalam Tatralok atau Rencana Induk Jaringan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (RIJLLAJ), antara lain:
1. Kondisi infrastruktur jalan memiliki kapasitas yang cukup
dengan prioritas untuk angkutan umum (yaitu setidaknya
satu jalur khusus untuk angkutan umum). Sebuah studi
komprehensif harus dilakukan untuk menilai apakah
Dimensi Bus Harus Sesuai
perlu untuk meningkatkan kapasitas jalan untuk moda Kebutuhan (Demand)
lainnya, tetapi umumnya preferensi angkutan umum Move people, not cars. Oleh
akan menyediakan kapasitas yang cukup dalam kondisi karena itu, sebesar apapun
infrastruktur yang ada. dimensi bus yang diperlukan,
bus tetap menjadi prioritas
2. Tersedianya permintaan layanan (demand) yang cukup, di jalan. Aktivitas kendaraan
sekitar 8.000 pphpd (penumpang perjam perarah). pribadi yang berdimensi
3. Kesiapan regulator dalam hal penyediaan payung hukum lebih kecil dapat disesuaikan
dengan beberapa rekayasa
yang tepat, baik untuk aspek kelembagaan maupun
lalu-lintas di jalan raya.
persiapan operasional.
4. Kesiapan operator dalam hal persiapan armada dan
manajemen sumber daya operasional yang mencukupi.
2 Tersedia di http://www.sutp.org/en/resources/publications-by-topic/brt-planning-guide.html
48 b ab 3 P E N ATA A N A N G KUTAN PE R KO TAAN DI I NDO NE SIA
49
Halte sebaiknya ditempatkan Sekalipun sudah dilakukan upaya untuk memenuhi kriteria SPM
pada pusat bangkitan utama,
tersebut di atas, masih banyak kendala yang dihadapi, antara lain:
S
dengan jarak antar halte 500-
• Sistem setoran
U
1.000m, merujuk pada SPM
B
Angkutan Massal PM 10/2012. • Organisasi individu
Berada pada sistem
transit dengan pola • Kontrol penerapan SPM itu sendiri.
pembayaran tiket on-bus.
yang transparan dan 2. Pengawasan terhadap Tarif
akuntabel.
Langkah berikut adalah melakukan pengawasan terhadap tarif
dengan menjadikan isu regulasi tarif sebagai kewenangan
pemerintah. Penetapan tarif berhubungan dengan profit operator
yang seharusnya memberikan dampak positif pada pelayanan
Daerah sekitar angkutan umum. Sayangnya, sejauh ini keuntungan yang besar
halte harus bebas tersebut tidak diimbangi dengan penyediaan pelayanan yang baik
hambatan samping.
Harus tetap selaras oleh para operator. Hal tersebut mengindikasikan ada sesuatu yang
dengan akses pejalan salah dalam sistem penyediaan angkutan umum sehingga perlu
kaki dan kaum Terdapat rambu yang dilakukan perbaikan kebijakan untuk mendapatkan suatu sistem
disabilitas. lengkap, penerangan,
operasional bus yang efisien dan lebih baik. Pelayanan angkutan
serta memiliki informasi
peta kota, trayek dan rute umum yang tidak memenuhi syarat berkaitan erat dengan pola
kendaraan umum. kecenderungan masyarakat yang lebih memilih menggunakan
kendaraan pribadi daripada angkutan umum.
AN MERU
YA N
YORA
-
G KEBA
-
G
ABAN
ek H ABAN
H
Tray TANA
TANA
M11
M09A
ABAN
TINGG
H
N SLIPI
ATAN
TANA
JEMB
TUBU
M11 KS. ERAN
ERAH
BUND JERUK
N ILIR
PALM YA G
KEBU N
MERUH ABAN
BURA
TANA
PETAM NG
M09 SLIPI ERAH LAMA
BELON
PALM
RAWAYORA
KEBA
i Anda
Posis
adalah dengan:
1. Menyediakan pusat pengaduan masyarakat; sebagai sarana
bagi masyarakat untuk memberikan kritik dan saran pelayanan
terhadap masyarakat.
50 b ab 3 P E N ATA A N A N G KUTAN PE R KO TAAN DI I NDO NE SIA
51
2. Aktivitas berbagai komunitas lokal di kota-kota, yang memiliki hingga September 2011, dan tiga di antaranya terjadi di angkutan
perhatian terhadap pelayanan angkutan umum. Beberapa di perkotaan. Pada tahun 2011 terdapat 2.937 kasus kekerasan
antara komunitas yang sudah terbentuk adalah Suara Transjakarta, seksual yang terjadi di ruang publik. Terhitung sejak tahun 1998
Busway Mania, KRL Mania, Aspeka (Asosiasi Penumpang KA), terdapat sebanyak 22.284 kasus pelecehan seksual yang terjadi
Koalisi Pejalan Kaki (KPK). di tempat umum.
3. Pengaktifan Forum Lalu Lintas, sebagaimana diatur dalam Modus kekerasan seksual yang terjadi di angkutan umum,
PP No. 37 tahun 2011 tentang Forum LLAJ. Forum tersebut biasanya pelaku seksual mencari kesempatan di dalam angkutan
beranggotakan perwakilan instansi pemangku kepentingan, umum ketika korban lengah, dan kondisi angkutan umum penuh
perguruan tinggi dan juga masyarakat. sehingga tidak ada jarak antara pelaku dan korban. Pelcehan
4. Di Provinsi DKI Jakarta, terdapat Dewan Transportasi Kota seksual juga tidak hanya dilakukan secara fisik namun juga verbal
Jakarta (DTKJ) yang bertugas memberikan rekomendasi kepada seperti merayu dan berkata-kata kotor.
Gubernur terkait kebijakan transportasi secara umum, termasuk Merespon isu tersebut di atas, pemerintah telah melakukan
tentang pembinaan dan penyelenggaraan angkutan perkotaan. upaya dengan membuat kebijakan prioritas bagi perempuan
Selain dari instansi pemangku kepentingan, seperti Dinas dengan menyiapkan gerbong khusus, atau kursi khusus. Hal
Perhubungan dan Kepolisian Lalu Lintas, keanggotaan DTKJ ini sudah diterapkan antara lain pada Trans Jakarta, dan kereta
juga secara spesifik menyebutkan unsur pakar transportasi, komuter. Akan tetapi, hal ini dirasa masih kurang efektif karena
unsur perguruan tinggi, unsur pengusaha angkutan, unsur kebijakan tersebut baru sebatas menciptakan tameng agar dapat
awak angkutan, unsur LSM (lembaga swadaya masyarakat) menanggulangi kekerasan seksual. Setidaknya dibutuhkan upaya
yang bergerak di bidang transportasi dan unsur masyarakat lain untuk menghentikan pelaku kekerasan seksual dengan
pengguna jasa transportasi. Dengan demikian, kebijakan yang memberikan efek jera.
diambil oleh kepala daerah sudah mengakomodasi suara dari
setiap elemen masyarakat yang berkepentingan terhadap
penyelenggaraan angkutan umum. Beberapa implementasi pencegahan pelecehan seksual di
S
antaranya adalah:
3.4 Aspek Sosial ejumlah hal yang menjadi isu aspek sosial pada kendaraan
umum adalah masalah keamanan dan pelecehan seksual. 1. Memberikan pendidikan melalui pemuka
Masalah keamanan yang berhubungan dengan isu agama, sekolah, dan penyuluhan dari
sosial adalah bahaya copet, penodong, pengemis yang organisasi masyarakat.
memaksa atau ancaman verbal, dll. Sedangkan aspek sosial yang 2. Gerakan kolektif masyarakat dalam
berhubungan dengan pelecehan seksual adalah perlakuan tidak memerangi pelecehan seksual di
senonoh yang umumnya dialami kaum perempuan pada saat angkutan umum.
berada di kendaraan umum, meskipun tidak tertutup kemungkinan 3. Mempertimbangkan kehadiran tenaga
pelecehan seksual ini juga menimpa kaum lelaki. Isu aspek sosial keamanan perempuan pada fasilitas
adalah salah satu hal yang sangat luas, dianjurkan untuk meninjau angkutan perkotaan yang dapat
dokumen lain seperti gender dan modul Transportasi Perkotaan merespon kasus dan keluhan pelecehan
oleh GIZ SUTP dan aspek sosial dokumen teknis dari SUTP3. seksual secara lebih spesifik. Hal ini Penumpang kerap menjadi
sekaligus untuk merespon keprihatinan karena korban pelaku obyek kejahatan di
angkutan umum, diperlukan
3.4.1 Pelecehan Seksual di Angkutan Perkotaan pelecehan seksual selama ini justru banyak terintimidasi ketika sistem yang dapat
Berdasarkan data yang dirilis oleh Komnas Perempuan (2013) melaporkan kejadian yang dialaminya kepada petugas. Mereka menjamin keselamatan.
terdapat sebanyak 279.630 kasus kekerasan terhadap perempuan. cenderung disalahkan, sehingga jarang korban yang bersedia —Foto oleh Efrindu Titis
Sebanyak 40 kasus perkosaan terjadi pada pada periode januari melaporkan kejadiaan ini.
3 Tersedia di http://www.sutp.org/en/resources/publications-by-topic/social-issues-in-transport.html
52 53
4
b ab 4 P E M B I AYA A N
P
Bisnis operasi
enataan dan pengembangan angkot berhubungan yang jelas dan Kerjasama
erat dengan isu pembiayaan, baik untuk pembangunan menguntungkan Pemerintah
BUMN/BUMD
dan pengadaan sarana dan prasarana, maupun untuk Swasta
S
etiap kota dapat melakukan pembiayaan atas pembangunan 4.2
infrastruktur di masing-masing kota dengan memanfaatkan PEMBIAYAAN
Model Mekanisme dana APBD di kota atau daerahnya sendiri. Selain itu, Prasarana
Pembiayaan di Sejumlah Negara
Pola pembiayaan dari beberapa sumber tersebut
terbuka juga peluang pembiayaan lain yaitu APBN, APBD Pendukung
menjadi model di sejumlah Negara. Berikut Provinsi, dan pendanaan dari pihak swasta. Berikut beberapa
beberapa contoh jenis pembiayaan tersebut: contoh proyek sektor transportasi dengan model pembiayaan
dari berbagai sumber:
1-3 √ √ √
Bogor
4 √ √
PERANCIS 20-25% Tidak ada Tidak ada jumlah minimum
jumlah Yogyakarta 1-6 √ √
minimum Sistem Transit
1 dan 8 √ √ √
Solo
2-7 √
JERMAN 60-90% Tidak ada Tidak ada jumlah minimum
jumlah Palembang 1-8 √ √ √
minimum
MEXICO Lebih dari 50% 34%. Meski tidak berlaku umum, ditetapkan
minimum kontribusi pada studi
perencanaan sebesar 50%.
INGGRIS Tidak ada maksimum dana Tidak ada Tidak ada jumlah minimum
APBN, meski pemerintah daerah jumlah
disarankan untuk me ngupayakan minimum
pembiayaan sendiri.
AMERIKA 80%, namun untuk sejumlah proyek Tidak ada 20% untuk pembangunan infrastruktur
SERIKAT transportasi skala besar, pendanaan jumlah jalan, namun secara prinsip 50% untuk
APBN mencakup 50% saja. minimum pembangunan proyek transportasi utama.
Salah satu sistem transit di Kota Bogor yang pembiayaannya menggunakan APBD kota. —Foto oleh: Mirza Aldi
S
Selain itu, pembiayaan pembangunan di kota-kota dapat 4.3.1 Kontrak kerjasama 4.3
dilakukan dalam beberapa metode pembiayaan, antara lain alah satu skema pembiayaan adalah melalui sistem kontrak Alternatif
dengan penerapan pembiayaan yang dibantu oleh pihak ketiga, dalam bentuk Kontrak Kerjasama (KKS). Skema ini berupa Sistem
baik dari kerjasama dengan pihak swasta nasional atau grant/ dokumen kerjasama antara perusahaan angkutan umum Kontrak
loan dari pemeritah asing. Beberapa komponen pendukung dengan operator bus, yang berisi tentang penyediaan
sistem transportasi perkotaan dapat diterapkan dengan model operator angkutan umum. Sesuai dengan rencana pengoperasian
pembiayaan seperti pada ilustrasi berikut: dan standar prosedur penyediaan angkutan umum, dalam KKS
perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
T
4.4 arif merupakan harga yang harus ditanggung oleh n Biaya unit
Sistem Tiket dan
Tarif
pengguna angkutan umum. Penentuan nilai harga secara
proporsional sangat penting untuk menunjang operasional =∑ k=0
Km tempuh harian
angkutan perkotaan, agar operator dapat memperoleh
keuntungan, dan angkutan umum menarik minat penggunanya.
Penetapan tarif yang proporsional adalah merupakan langkah
awal yang signifikan untuk meningkatkan jumlah pengguna
angkutan perkotaan.
Biaya Langsung Biaya Tak Langsung
Sedangkan sistem tiket merupakan cara pembayaran tarif
• Penyusutan kendaraan • Biaya pegawai non awak bus
yang dilakukan pengguna jasa kepada operator angkutan. Pada • Bunga modal • Biaya pengelolaan (overhead
umumnya, sistem tiket di angkutan perkotaan di Indonesia masih • Gaji awak kendaraan kantor, seragam, dll)
berbasis manual. Kelak penggunaan e-ticketing system akan • Bahan bakar minyak
• Ban
semakin diperluas untuk mengedepankan prinsip transparansi • Servis kecil dan besar
Implementasi tiket dan akuntabilitas. E-ticketing system ini bahkan sudah menjadi • Oli
bus sebagai smart sebuah keharusan untuk Sistem Transit yang baik dan mengacu • Asuransi
card, yang dapat • Retribusi terminal
kepada SPM yang tepat.
digunakan juga dalam
pembayaran tol, kereta,
dan minimarket. 4.4.1 Pengembangan Sistem Pembayaran
—Foto oleh: Anugrah Ilahi dan Integrasi Tiket
Biaya Operasional Kendaraan merupakan komponen yang
melekat pada sisi operasional berdasarkan satuan per kilometer. Analisis Perkiraan Keuntungan dan Kerugian
Kementerian Perhubungan telah menjabarkan secara detail
mengenai metode perhitungan BOK dalam Surat Keputusan Dirjen
Pehubungan Darat No. 687 Tahun 2002 mengenai “Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum di Wilayah Perkotaan Diperoleh Harga Komersial
dalam Trayek Tetap dan Teratur”.
60 b ab 4 P E M B I AYA A N
61
4.4.2 Penerapan Tarif Selanjutnya, teknis implementasi tarif akan berkaitan dengan
Pada umumnya, penentuan tarif angkutan dibagi berdasarkan konsep tarif dan sistem kontrak yang digunakan antara pemerintah
kelas layanannya. Untuk kelas ekonomi ataupun angkutan umum dengan pemberi layanan angkutan perkotaan.
bersubsidi, tarif diajukan oleh operator angkutan dan kemudian
diputuskan oleh kepala daerah (gubernur, bupati atau walikota) Konsep Tarif yang Dapat Dilakukan melalui Berbagai Macam Metode Implementasi.
sesuai dengan tingkat kewenangannya. Sedangkan untuk tarif
kelas non-ekonomi ditentukan oleh mekanisme pasar.
Konsep Tarif Teknis implementasi Keterangan
Tarif Tarif masyarakat miskin Tarif khusus lebih murah bagi masyarakat miskin.
batas Atas
NETT COST Tarif khusus lansia Tarif khusus lebih murah bagi warga senior.
CONTRACT
gross COST Tarif Pasar,
user subsidy,
Jika tarif < cost = risiko operator Tarif batas atas Penerapan tarif flat Penetapan tarif sama
Jika tarif > cost = keuntungan operator
CONTRACT tarif gratis Jika tarif = cost = keuntungan operator Tarif dikurangi PSO PSO: Public Service Obligation, subsidi yang dialokasikan
Jika tarif < cost = subsidi oleh pemerintah.
Jika tarif > cost = subsidi silang
Jika tarif = cost = tak ada subsidi
Tarif gratis Tarif promosi wisata Tarif khusus tempat wisata baru atau pada saat promosi
tertentu, misalnya:
1. Tiket Transjakarta digratiskan pada saat ulang tahun
Kota Jakarta.
2. Tiket feeder untuk Trans Sarbagita di Kota Denpasar
S
4.5 ebagai bentuk pelibatan negara dalam pelayanan publik di Subsidi yang baik selalu mengedepankan prinsip untuk
Pengembangan bidang jasa transportasi, pemerintah perlu memperhatikan melindungi hak kaum marginal, dan sekaligus dapat mendorong
Sistem Subsidi daya beli masyarakat terhadap tarif angkutan yang perkembangan bisnis angkutan umum.
disediakan oleh operator. Oleh sebab itu, pemerintah telah
mengembangkan sebuah konsep bantuan keuangan terhadap Grafik Prinsip Pemberian Subsidi. Kasus Trans Jogja
komoditas ini melalui mekanisme subsidi. Atau dengan kata lain,
subsidi berarti bantuan pemerintah untuk menanggung sebagian Pada kondisi informasi sempurna,
tingkat optimalitas pembiayaan
dari harga jual suatu komoditas. Subsidi ini diperuntukkan bagi
akan diketahui. Optimalisasi
kalangan bawah agar mereka bisa melakukan mobilitas demi pembiayaan terjadi di titik E* ketika
kebutuhan hidup sehari-hari. total biaya angkutan perkotaan
Di sektor transportasi perkotaan, jasa angkutan yang mendapat bersinggungan dengan cakupan
dan kualitas layanan. Jika untuk
subsidi dari pemerintah umumnya adalah tarif angkutan kelas mendapatkan tingkat cakupan
ekonomi. Sedangkan tarif angkutan untuk kelas non-ekonomi tidak dan kualitas layanan ternyata biaya
mendapat subsidi dan sepenuhnya tergantung pada mekanisme operator tidak mencukupi, maka
subsidi dapat disalurkan untuk
pasar. Ke depannya, subsidi untuk harga jual komoditas cenderung
menanggung sebagian biaya.
dihapuskan, sedangkan kelompok masyarakat yang berhak
mendapat subsidi tetap akan menikmati tarif spesial melalui
mekanisme subsidi langsung ke pengguna (end-user).
Kadangkala, subsidi itu seperti obat, bisa menyembuhkan penyakit namun
juga beracun. Jika dikonsumsi dalam taraf yang tidak wajar, akan memberikan
4.5.1 Prinsip Pemberian Subsidi
efek negatif akibat kelebihan dosis.
Pada dasarnya, sistem angkutan umum yang terstandardisasi
dengan baik akan lebih optimal jika dijalankan secara komersial 4.5.2 Peruntukan Subsidi
atau tanpa subsidi. Akan tetapi dalam fase transisi, subsidi masih Dalam praktiknya, jenis peruntukkan subsidi pengembangan
diperlukan sebagai modal awal start-up bussiness. angkutan perkotaan dapat dikategorikan dalam tiga hal:
Terdapat beberapa bentuk subsidi misalnya, subsidi infrastruktur,
subsidi pengguna, dan subsidi operasional. Di antara ketiga
bentuk tersebut, sangat disarankan untuk menghindari subsidi
operasional dengan pertimbangan:
• Menghilangkan insentif dan dorongan untuk mengoptimalkan
bisnis.
• Menyebabkan ketergantungan sehingga cenderung 1. Subsidi Infrastruktur 2. Subsidi Pengguna 3.Subsidi Operasional
membebani anggaran belanja daerah. Infrastruktur yang dibutuhkan Pada umumnya, subsidi Biasanya berwujud pembayaran
Pada situasi yang membuat pemberian subsidi tidak lagi dapat dalam penyelenggaraan jenis ini diberikan dalam BOK, bahan bakar, atau suku
angkutan jalan perkotaan wujud potongan harga tiket, cadang, dari pemerintah
dihindari, maka hal itu harus dilaksanakan sebagai kebijakan umumnya disediakan oleh kepada golongan masyarakat langsung kepada operator.
politis, dan terikat beberapa syarat untuk dipatuhi, yaitu: pemerintah sebagai bagian dari berpenghasilan rendah (MBR), Dalam konteks penugasan
1. Informasi harus sempurna kepada seluruh operator. public service di sektor jalan. dan pelajar. Misalnya, pelajar pemerintah ke badan usaha
Dengan infrastruktur yang hanya perlu membayar tiket Rp semestinya dimungkinkan
2. Tidak boleh terjadi monopsony (hanya ada penerima subsidi
memadai, diharapkan layanan 2.000,- untuk sekali perjalanan adanya PSO (Public Service
tunggal/operator tunggal). angkutan juga dapat berjalan sedangkan harga tiket Obligation) sebagai salah satu
3. Dibangun iklim kompetisi yang dikendalikan oleh standar dengan lancar. Salah satunya komersial adalah Rp 3.000,- . bentuk subsidi operasonal.
pelayanan. penyertaan modal pemerintah Subsidi semacam ini cukup
(PMP)dari pemerintah ke BUMN baik dikembangkan untuk
4. Tersedia insentif untuk mengurangi ketergantungan subsidi.
atau dari pemerintah daerah ke menghindari operator yang
BUMD. terlalu mengandalkan subsidi
sebagai pendapatannya.
64 b ab 4 P E M B I AYA A N
65
Contoh subsidi infrastruktur berikut fungsinya dalam Pemberian subsidi harus memperhatikan komponen di bawah ini:
mendukung pengembangan angkutan perkotaan: 1. Besar subsidi angkutan penumpang umum di jalan
diberikan pada suatu trayek tertentu berdasarkan:
• Selisih biaya pengoperasian angkutan umum yang
dikeluarkan oleh penyedia jasa angkutan umum dengan
pendapatan operasional apabila pendapatan diambil
langsung oleh penyedia jasa.
• Biaya pengoperasian angkutan umum yang dikeluarkan
oleh penyedia jasa angkutan penumpang umum apabila
pendapatan diambil oleh pihak lain yang ditunjuk oleh
CAPEX/ Depo angkot Halte dan Fasilitas pemberi subsidi.
Armada Angkot terminal Pejalan kaki 2. Perhitungan biaya pengoperasian angkutan umum,
TUJUAN: TUJUAN: TUJUAN:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan biaya
TUJUAN: Memberikan Menjamin ketersediaan Meningkatkan akses pokok angkutan ditambahkan dengan keuntungan
Mengurangi biaya kenyamanan akses bagi masyarakat pengguna angkot ke maksimal 10%.
investasi operator. pemberhentian dan menggunakan halte.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai penghitungan
aktivitas menurunkan angkutan umum.
penumpang. pembiayaan besarnya subsidi.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perseroan Terbatas (PT) Koperasi
S
Badan hukum milik pemerintah berupa BUMN dan BUMD
istem angkutan jalan di wilayah perkotaan saat ini masih sudah memiliki banyak panduan. Oeh karena itu, materi pada
didominasi oleh layanan berbasis kepemilikan individu atau toolkit ini akan khusus membahas pengembangan badan hukum
keluarga, yang praktis tidak disertai dengan sistem manajerial untuk kepengusahaan angkutan dalam trayek yang berbentuk
yang profesional. Pada konsep penataan angkutan umum perseroan (PT) dan koperasi.
modern, di samping tersedianya sarana dan prasarana angkutan,
dibutuhkan juga sistem manajemen yang andal. Tanpa dukungan 5.1.1 Izin Usaha Angkutan
manajemen operator angkutan yang profesional, pelayanan yang Badan hukum yang ingin melakukan bisnis di sektor angkutan
baik kepada pengguna jasa mustahil terwujud. jalan perkotaan dapat mengajukan izin usaha angkutan kepada
pejabat yang berwenang. Pengajuan izin usaha jenis angkutan
Pada pelaksanaannya, pengelolaan angkutan umum yang Antar Kota dalam Provinsi (AKDP) ditujukan kepada gubernur
profesional bertumpu pada banyak hal mencakup antara lain selaku pejabat berwenang. Sedangkan pengajuan izin usaha
masalah regulasi perizinan dan konsep pengelolaan. jenis angkutan dalam satu wilayah administrasi pemerintah kota/
kabupaten, dialamatkan kepada walikota atau bupati.
5.1 Selain mengacu pada UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ Persyaratan untuk memperoleh rekomendasi izin usaha
Perizinan dan PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan, terdapat angkutan umum untuk jasa penumpang dikeluarkan oleh Dishub
Angkutan beberapa acuan lain berupa regulasi tingkat menteri dan daerah setempat. Isi persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
Umum yang mengatur lebih rinci tentang perizinan angkutan umum • Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) lembaga.
perkotaan. Regulasi di tingkat kementerian antara lain Keputusan • Memiliki akte pendirian serta pengesahan badan hukum bagi
Menteri No. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan pemohon berbentuk PT, dan akte pendirian koperasi bagi
Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum. Sedangkan regulasi pemohon yang berbentuk Badan Hukum Koperasi.
tingkat daerah dikeluarkan oleh masing-masing daerah sesuai • Memiliki surat keterangan domisili perusahaan.
dengan kebutuhan. • Memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU).
Adapun hal yang dimaksud sebagai perizinan angkutan • Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai
umum adalah: sejumlah minimal kendaraan bermotor.
• Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas
1 2
penyimpanan kendaraan.
Izin usaha angkutan. Izin trayek atau izin operasi. • Permohonan izin usaha angkutan sebagaimana dimaksud,
diajukan kepada pejabat yang berwenang.
• Pemberian atau penolakan izin usaha angkutan, diberikan
Penyelenggaraan angkutan orang dan atau barang dengan oleh pejabat pemberi izin selambat-lambatnya dalam jangka
kendaraan umum wajib memiliki izin usaha angkutan. Pemohon waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima
izin penyelenggaraan angkutan orang dan barang harus berupa secara lengkap.
perusahaan angkutan umum yang berbentuk badan hukum • Penolakan atas permohonan izin usaha angkutan disampaikan
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. secara tertulis dengan disertai alasan penolakan.
68 b ab 5 P E M B E N T U K A N ANG KO T YANG E FE KTI F DAN E F ISIEN
69
Pengajuan Izin Usaha Angkot di Kota Bogor Bilamana sebuah badan hukum telah mendapat izin usaha
angkutan hendaknya melakukan beberapa hal sebagaimana berikut:
• Memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam Izin Usaha
Mengajukan Angkutan.
permohonan • Melakukan kegiatan usaha angkutan selambat lambatnya dalam
Badan Hukum Mendapatkan penerbitan izin usaha waktu enam bulan, sejak diterbitkannya Izin Usaha Angkutan.
mengajukan rekomendasi angkutan kepada • Melaporkan kegiatan usaha setiap tahun kepada pejabat pemberi
izin usaha Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Izin Usaha Angkutan.
(Provinsi/Kabupaten • Melaporkan apabila terjadi perubahan kepemilikan perusahaan
/Kota) ataupun domisili perusahaan.
Sedangkan persyaratan teknis yang harus dipenuhi sebelum 1. Kebutuhan Per Koridor/Demand Side
dikeluarkannya izin trayek untuk sebuah badan hukum/usaha Pada setiap trayek atau koridor angkutan umum, idealnya hanya
angkutan perkotaan antara lain: terdapat satu sampai tiga perusahaan operator yang beroperasi.
• Pada trayek yang diajukan, masih terdapat peluang Hal ini terkait dengan efektivitas kontrol dan efisiensi pelayanan
penambahan jumlah kendaraan sebagaimana hasil yang dilakukan untuk menghindari monopoli usaha sekaligus
penetapan kebutuhan kendaraan. juga menghindari kompetisi yang tidak sehat akibat over supply.
• Prioritas pemberian izin trayek diberikan bagi perusahaan
angkutan yang mampu memberikan pelayanan angkutan
yang terbaik. Penentuan perusahaan angkutan yang terbaik
dilakukan melalui sistem lelang atau seleksi. Izin Trayek dan Jumlah Armada
Berikut ini adalah simulasi untuk melihat peluang izin trayek dan
jumlah armada yang harus disediakan. Pemerintah kota A tengah Panjang rute koridor:
Apabila pengajuan izin trayek tersebut disetujui oleh pejabat merencanakan untuk membuka izin trayek atau koridor baru 6km
berwenang, maka izin trayek akan diberikan, berupa: dengan kondisi sebagai berikut:
• Surat Keputusan Izin Trayek
• Surat Keputusan Pelaksanaan Izin Trayek
• Lampiran Surat Keputusan Izin Trayek berupa daftar kendaraan
• Kartu Pengawasan Kendaraan
• Surat pernyataan kesanggupan untuk menaati seluruh
kewajiban sebagai pemegang izin trayek, yang
Jenis angkutan: Kecepatan rata-rata: Headway Waktu tempuh:
ditandatangani pemohon dan diketahui pejabat pemberi izin. Bus kecil atau sedang direncanakan:
12km/jam 30 menit/rit, atau 60
G
5 menit menit/PP
5.2 ood Corporate Governance atau Tata Kelola Perusahaan yang
Prinsip Good Baik merupakan prinsip-prinsip yang mengarahkan dan
Corporate mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan
Governance antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam
(GCG) memberikan pertanggung-jawabannya kepada stakeholders.
Prinsip-prinsip tersebut dijadikan sebagai perangkat standar
yang bertujuan untuk memperbaiki citra, efisiensi, efektivitas Waktu istirahat: Waktu siklus (total): Manajemen Kebutuhan armada:
dan tanggung-jawab sosial perusahaan. Perangkat tersebut 10 menit di tiap 80 menit operasional: 18 unit armada,
dapat menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen melalui pangkalan/terminal 90% siap operasi, 10% dengan komposisi 16
ujung cadangan operasional dan dua
supervisi, monitoring dan mekanisme pengendalian keputusan
cadangan (untuk masa
dan kinerja perusahaan. perawatan kendaraan)
2. Aspek regulasi baik. Salah satu instrumen yang dikembangkan pemerintah adalah
Undang-undang Koperasi menyebutkan bahwa setiap koperasi primer mendorong penghapusan usaha angkutan penumpang perkotaan
beranggotakan minimal 20 orang. Ketentuan undang-undang ini yang berbasis kepemilikan dan pengelolaan individual. Sebagai
tentu berlaku bagi koperasi yang bergerak di sektor usaha angkutan solusinya, para pemilik angkutan diharapkan bergabung dalam
jalan di wilayah perkotaan. Sedangkan koperasi sekunder merupakan sebuah manajemen yang lebih profesional dalam mengelola bisnis
gabungan dari sedikitnya tiga koperasi primer. semacam ini. Penggabungan operasional layanan diharapkan akan
Badan hukum berbentuk koperasi, yang menetapkan anggotanya dapat mendorong terbentuknya entitas baru pengusaha angkutan
memiliki satu suara yang sama, bisa jadi akan sangat cocok untuk sektor yang lebih sehat sehingga mampu menyelenggarakan jasa
usaha angkutan dengan satu rute izin trayek. Berbeda dengan PT, angkutan yang baik dan akan dapat meningkatkan kenyamanan
yang suara pemilik saham umumnya ditentukan oleh besar kecilnya dan kepuasan pelanggan.
saham yang dimiliki dalam perseroan tersebut. Dengan menggunakan
badan hukum koperasi, pelaku UMKM di bidang bisnis angkutan Korelasi antara Jumlah Armada dan Biaya Produksi Jasa Transportasi
perkotaan tetap memiliki akses terhadap kepemilikan armada, hanya
saja mereka harus melepaskan aspek operasionalnya pada sebuah
manajemen angkutan yang profesional. Marginal Cost
Biaya produksi
Average Cost
3. Kebutuhan Efisiensi Operasional Efisiensi produksi layanan jasa
Kondisi pelayanan angkutan umum perkotaan saat ini berada dalam transportasi meningkat seiring
Optimum
dengan bertambahnya jumlah
keadaan stagnan dan bahkan cenderung menurun. Banyak faktor
armada hingga pada suatu titik
yang menjadi penyebabnya, termasuk di antaranya adalah lemahnya tertentu, sehingga tercipta rata-
kapasitas dan konsistensi terhadap aspek perawatan kendaraan. rata biaya produksi jasa layanan
Kelemahan tersebut terlihat nyata terutama pada moda angkutan transportasi yang optimum.
0 Jumlah armada
umum konvensional seperti angkot (bus kecil) dan Kopata (bus
sedang). Kedua jenis angkutan umum tersebut seringkali dikelola Bisnis angkutan umum perkotaan, layaknya bisnis pada
secara perorangan, dengan pemilik armada bertanggung jawab umumnya, tentu saja harus memiliki tatanan manajemen yang baik.
langsung terhadap kondisi kendaraan dalam operasi sehari-harinya. Struktur organisasinya juga harus berbentuk badan usaha angkutan
Keprihatinan muncul karena tidak semua pemilik kendaraan yang terdiri dari pemilik usaha sebagai pemegang saham, tenaga
mengerti, memahami dan mempunyai cukup waktu untuk melakukan ahli, dan karyawan yang menjalankan roda perusahaan secara
perawatan kendaraannya yang dioperasikan sebagai angkutan manajerial dan operasional. Sayangnya, hal ini belum terlaksana
umum tersebut. Akibatnya, secara kasat mata, kondisi armada yang dengan baik mengingat masih banyak usaha dijalankan secara
beroperasi seringkali tidak laik jalan dan bahkan membahayakan konvensional, sehingga sangat sedikit perusahaan angkutan yang
keselamatan penumpang dan pengguna jalan raya lainnya. menerapkan konsep bisnis yang baik tersebut.
Hal demikian terjadi pula pada aspek prasarana perawatan. Badan usaha yang sehat berbanding lurus dengan kepemilikan
Idealnya, setiap pengusaha angkutan memiliki depo untuk idle armada yang memadai. Pada Bab IV disebutkan dalam rincian
time (istirahat kendaraan) baik di malam hari maupun pada saat perhitungan BOK, bahwa jumlah armada sedikit akan berdampak
lain ketika demand sedang sepi. Sayangnya, hanya pengusaha atau pada mahalnya biaya produksi per unit. Hal ini terkait dengan
badan hukum bermodal besar yang mampu menyediakan lahan beberapa komponen biaya langsung dan tak langsung (overhead)
yang dapat dijadikan depo. yang cukup besar. Sebaliknya, jika sebuah badan usaha memiliki
Pemerintah daerah sebagai regulator proses penyelenggaraan sedikitnya 20 unit armada, sesuai dengan teori economies of
angkutan umum hendaknya terus mendorong pemilik armada scale, maka biaya produksi rata-rata per unit armada akan
melakukan proses penyelenggaran layanan angkutan dengan semakin mengecil.
74 b ab 5 P E M B E N T U K A N ANG KO T YANG E FE KTI F DAN E F ISIEN
75
P
5.3 ara pelaku usaha jasa transportasi perkotaan, perlu pemesanan untuk menghindari pemakaian nama tersebut
Tata Cara memahami dengan baik tata cara pembentukan badan oleh pihak lain.
Pembentukan hukum angkutan umum. 3. Pemakaian nama perseroan diatur dalam PP No. 43 Tahun
Badan Hukum 2011 tentang Tata Cara Pemakaian Nama Perseroan Terbatas.
5.3.1 Perseroan Terbatas (PT) 4. Kedudukan Perseroan harus berada di wilayah Republik
Untuk membentuk perseroan, perlu ditentukan besarnya modal Indonesia dengan menyebutkan nama kota tempat perseroan
dasar, modal ditempatkan dan modal disetor yang berkaitan melakukan kegiatan usaha sebagai kantor pusat.
dengan jenis atau kelas Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang
diinginkan. Penentuan kelas SIUP bukan berdasarkan besarnya Persoalan lainnya yang harus mendapat perhatian dalam
modal dasar, melainkan besarnya modal disetor ke kas perseroan. proses pembuatan sebuah perseroan adalah jangka waktu
Persyaratan utama dalam mendirikan perseroan adalah berdirinya perseroan. Para pendiri perseroan dapat memilih untuk
menetapkan kerangka anggaran dasar perseroan sebagai acuan menetapkan jangka waktu berdirinya perseroan (untuk jangka
untuk penerbitan Akta Autentik sebagai Akta Pendirian oleh notaris. waktu tertentu) atau tidak perlu ditentukan jangka waktunya,
Ketentuan dalam penetapan pendiri perseroan antara lain: atau berdirinya perseroan berlaku seumur hidup.
• Jumlah pendiri perseroan minimal dua orang.
• Pendiri harus WNI, kecuali untuk perseroan dengan kategori 5.3.2 Koperasi
Penanaman Modal Asing (PMA). Jika sekelompok orang ingin bergabung dan mendirikan sebuah
• Para pendiri pada saat perseroan didirikan, yaitu saat koperasi angkutan jalan, maka yang bersangkutan hendaknya
pembuatan Akta Pendirian, harus menjadi pemegang memahami pengertian, nilai dan prinsip-prinsip koperasi, selain
saham perseroan. juga memahami panduan teknis dalam buku ini.
• Para pendiri juga dapat diangkat sebagai salah satu Hal utama yang harus dipahami adalah syarat pembentukan
pengurus baik sebagai Direktur atau Komisaris. Jika koperasi harus, sebagai berikut:
anggota Direksi atau Komisaris lebih dari satu orang 1. Koperasi Primer
maka salah satu dapat diangkat menjadi Direktur Utama • Dibentuk dan didirikan oleh sekurang-kurangnya 20 orang yang
atau Komisaris Utama. mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama.
• Perseroan dalam konteks kepengusahaan angkutan umum • Pendiri Koperasi Primer sebagaimana dimaksud dalam poin
agar mencantumkan jenis kegiatan usaha utamanya yakni pertama adalah WNI, cakap secara hukum dan mampu
Bidang Angkutan Umum. melakukan perbuatan hukum.
2. Koperasi Sekunder
Dalam menetapkan nama dan tempat kedudukan perseroan, • Dibentuk dan didirikan oleh sekurang-kurangnya tiga badan
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: hukum koperasi.
1. Mengingat pemakaian nama perseroan tidak boleh sama atau • Pendiri Koperasi Sekunder adalah Pengurus Koperasi Primer
mirip sekali dengan nama perseroan yang sudah terdaftar yang diberi kuasa oleh masing masing Koperasi Primer untuk
sebelumnya, maka perlu disiapkan dua atau tiga alternatif menghadiri rapat pembentukan Koperasi Sekunder.
nama. Hendaknya diusahakan agar nama perseroan yang 3. Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi harus layak
akan didaftarkan mencerminkan kegiatan usahanya. secara ekonomi, dikelola secara efisien dan mampu memberikan
2. Sebelum akta dibuat, notaris akan melakukan pengecekan manfaat ekonomi yang nyata bagi anggota.
terlebih dahulu melalui jasa teknologi informasi Sistem 4. Modal harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha
Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum) secara elektronik yang akan dilaksanakan oleh koperasi.
untuk mengetahui apakah nama calon perseroan tersebut bisa 5. Memiliki tenaga terampil dan mampu mengelola koperasi.
gunakan atau tidak. Jika bisa, sebaiknya langsung dilakukan Para pendiri wajib melakukan beberapa hal berikut:
76 b ab 5 P E M B E N T U K A N ANG KO T YANG E FE KTI F DAN E F ISIEN
77
Tahap 1 Tahap 3
Persiapan berupa Proses pendaftaran dan berada, sebagai bukti keterangan atau keberadaan Perdagangan (SIUP) atau untuk izin kegiatan
konsultasi, pengisian persetujuan pemakaian alamat perseroan. Proses tahap ini memakakn waktu usaha yang dipersyaratkan adanya UUG/SITU
formulir pendirian PT dan surat kuasa. Konsultasi nama perseroan tersebut dilakukan melalui kantor dua hari kerja setelah permohonan diajukan. berdasarkan Undang-undang Gangguan.
diperlukan untuk mengetahui ruang lingkup notaris yang ditunjuk. Proses ini dilakukan untuk Persyaratan lain yang dibutuhkan:
pendirian PT, biaya dan cara pembayaran, mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan Hak • Fotokopi bukti kepemilikan hak atas tanah
prosedur dan persyaratan yang dibutuhkan Asasi Manusia Republik Indonesia sesuai Undang- (sertifikat).
untuk pendaftaran dan perizinan serta berbagai undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan • Jika status kantor sewa maka dilampirkan fotokopi
aspek terkait dengan kegiatan usaha yang akan Terbatas dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun kontrak/sewa tempat usaha atau bukti kepemilikan
dilaksanakan Perseroan. Persiapan dilakukan
oleh para pendiri Peseroan dengan cara mengisi
2011 Tentang Tata Cara Pemakaian Nama Perseroan
Terbatas. Proses tahap ini adalah lima hari kerja
tempat usaha.
• Surat keterangan dari pemilik gedung apabila
berdomisili di gedung perkantoran.
TAHAP 10 Permohonan
Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP) kepada Badan Pelayanan
formulir dan surat kuasa pendirian. Waktu setelah permohonan diajukan.
proses tahapan ini tergantung kepada para • Fotokopi Surat Tanda terima Setoran (STTS) bukti Perizinan Terpadu (BPPT) sesuai dengan
pendiri Perseroan. pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun keberadaan domisili perseroan. Waktu proses
terakhir. tahapan ini adalah 10 hari kerja setelah
permohonan diajukan.
Persyaratan administrasi:
• Melampirkan asli formulir dan surat kuasa pendirian. Tahap 5 Pembuatan Akta Pendirian
oleh notaris, dilakukan
setelah penetapan nama perseroan disetujui Menteri
TAHAP 8 TAHAP 12
• Melampirkan fotokopi KTP para pendiri dan pengurus.
Hukum dan HAM. Akta Pendirian Perseroan dibuat Permohonan pendaftaran Setelah perseroan
• Melampirkan fotokopi Kartu Keluarga (KK) pimpinan
dan ditandatangani oleh notaris yang berwenang, Nomor Pokok Wajib Pajak mendapatkan
perseroan (Direktur Utama/Direktur).
dan dibuat dalam Bahasa Indonesia sesuai ketentuan (NPWP) disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM RI, maka
• Waktu proses adalah satu hari kerja setelah formulir
UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Peseroan. Waktu Pajak sesuai dengan keberadaan domisili perusahaan. akan diumumkan dalam Berita Negara. Perseroan yang
dan surat kuasa diterima.
proses tahapan ini satu hari kerja setelah permohonan Waktu proses tahapan ini adalah dua hari kerja setelah telah diumumkan dalam Berita Negara telah sempurna
diajukan. Persyaratannya antara lain melampirkan foto permohonan diajukan. Demikian juga waktu proses statusnya sebagai Badan Hukum. Waktu Proses Tahapan
kopi KTP pendiri PT dan fotokopi KTP pengurus, jika Surat Keterangan Terdaftar (SKT) Wajib Pajak, dua hari ini adalah 90 hari kerja.
bukan Pendiri Perseroan. kerja setelah permohonan diajukan.
80 b ab 5 P E M B E N T U K A N ANG KO T YANG E FE KTI F DAN E F ISIEN
81
TAHAP 8
• Data akta pendirian koperasi yang dibuat dan Setelah menerima
ditandatangani oleh notaris. penyerahan dokumen
• Surat bukti tersedianya modal yang sekurang badan hukum, pengurus koperasi mengajukan
kurangnya sama dengan jumlah simpanan permohonan surat keterangan domisili kepada
pokok dan simpanan wajib yang harus dilunasi
TAHAP 2 Rapat persiapan/ Kepala Kantor Kelurahan setempat sesuai dengan
oleh para pendiri. alamat kantor perusahaan berada, sebagai bukti
pembentukan koperasi
• Rencana Kegiatan Usaha koperasi minimal keterangan atau keberadaan alamat koperasi.
didahului penyuluhan oleh pejabat dari instansi
yang membidangi koperasi kepada para pendiri,
dengan ketentuan sebagai berikut:
tiga tahun ke depan dan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja koperasi.
• Dokumen lain yang diperlukan atau yang sesuai
Waktu proses tahapan ini adalah dua hari kerja
setelah permohonan diajukan. TAHAP 11 Permohonan Surat Izin
Usaha Perdagangan
(SIUP) disampaikan kepada Badan Pelayanan
• Rapat dipimpin oleh seorang atau beberapa
dengan peraturan perundang-undangan. Persyaratan lain yang dibutuhkan: Perizinan Terpadu (BPPT) Kota/Kabupaten/Provinsi
dari pendiri atau kuasa pendiri dihadiri
• Fotokopi bukti kepemilikan Hak Atas Tanah sesuai dengan keberadaan domisili koperasi. Waktu
oleh pejabat yang membidangi koperasi
(sertifikat). proses tahapan ini adalah 10 hari kerja setelah
sesuai tingkatnya (nasional, provinsi atau
• Jika status kantor sewa maka dilampirkan permohonan diajukan.
kabupaten/kota).
• Materi pokok dalam pembahasan fotokopi kontrak/sewa tempat usaha atau
bukti kepemilikan tempat usaha.
TAHAP 5
pembentukan koperasi antara lain nama
Terhadap materi • Surat keterangan dari pemilik gedung
koperasi, keanggotaan, usaha yang dijalankan,
Anggaran Dasar apabila bedomisili di gedung perkantoran.
permodalan, pengurus/pengawas yang
yang akan disahkan dan data administrasinya, • Fotokopi Surat Tanda terima Setoran (STTS)
pertama, pengelolaan usaha dan penyusunan
dilakukan penelitian/verifikasi oleh pejabat dari bukti pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan
anggaran dasar/anggaran rumah tangga.
instansi yang membidangi koperasi. (PBB) tahun terakhir.
Contoh Form K 2
Lampiran Penyusunan Bisnis Plan Koperasi ..............
I. JANGKA PENDEK
................................
Ketua, Sekretaris,
----------------------------- -----------------------------
84 LAMPI R A N
85
...................................
Yang Menerima kuasa,
Pengurus Koperasi Kuasa Rapat
Pemimpin Rapat Pendirian Koperasi
.........................
Nama
1. .......................
2. .......................
3. .......................
4. .......................
86 LAMPI R A N
87
Alamat :
Dengan ini menyatakan:
Jabatan : Ketua Koperasi.............
Bertindak untuk dan atas nama Koperasi......... yang diangkat berdasarkan keputusan Rapat Anggota Bahwa jika tempat kedudukan/alamat kantor Koperasi........ pindah, kami
Koperasi......... pada hari......... tanggal......... bulan......... Tahun......... akan memberitahukan/melapor kepada Pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan dapat
Dengan ini menyatakan: dipertanggungjawabkan.
Bahwa Koperasi ......... bersedia untuk diperiksa dan dinilai kesehataannya oleh pejabat yang berwenang ..........................................
Ketua Koperasi,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggung jawabkan.
.................................
..........................................
Ketua Koperasi,
K6
.................................
88 LAMPI R A N
89
Contoh Surat Pernyataan Tidak Mempunyai Hubungan Saudara Ataupun Kerabat Dengan Semua
Contoh Surat Pernyataan Keberadaan Alamat Kantor Koperasi Pengawas atau Pengurus
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nama :
Tempat/ Tgl Lahir : Alamat :
Jabatan : Jabatan : Ketua Pengawas
Pekerjaan : Nama :
Alamat : Alamat :
Jabatan : Anggota Pengawas
Dengan ini menyatakan sesungguhnya:
Nama :
Bahwa benar Kantor Koperasi.......... yang terletak di Jalan.......... adalah milik sendiri/
Alamat :
Sewa dari dari........... dengan Sertifikat Hak Milik atas nama...........
Jabatan : Anggota Pengawas
Bahwa benar kantor tersebut akan digunakan untuk segala aktivitas Koperasi........... Nama :
Demikian surat pernyataan ini dirbuat dengan sebenarnya, untuk dapat Alamat :
dipergunakaan sebagaimana mestinya. Jabatan : Ketua
Nama :
Alamat :
Yang membuat pernyataan Jabatan : Wakil Ketua
Ketua Koperasi, Nama :
Alamat :
Jabatan : Sekretaris
Nama :
........... Alamat :
Jabatan : Sekretaris II
Nama :
Alamat :
Jabatan : Bendahara
Dengan ini menyatakan bahwa kami tidak mempunyai hubungan saudara ataupun kerabat dengan
semua Pengawas atau Pengurus Koperasi............
Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dengan benar dan mempunyai akibat hukum yang pasti.
...............
Kami yang memberikan pernyataan:
1.
2.
3. Dst....
90 LAMPI R A N
91
c. Nama :
a. Hibah : Rp. ..........
Alamat :
Pekerjaan :
b. Modal Penyertaan : Rp. ..........
NIK :
Modal Penyertaan : - % dari total asset
Jabatan di Koperasi : Sekretaris
Contoh Form K 10
13 Pembagian Selisih Hasil Usaha (SHU)
NERACA AWAL
a. 40% Untuk dana cadangan Koperasi Jasa ..................
b. 10% untuk anggota Per Bulan Januari Tahun .....
c. 15% untuk anggota
d. 15% untuk pengurus
AKTIVA JUMLAH NO PASIVA JUMLAH
e. 10% untuk pengawas
f. 2.5% untuk karyawan koperasi
I. Aktiva Lancar III. Kewajiban Lancar
g. 5% untuk dana pendidikan perkoperasian kepada anggota 1. Kas Rp. ...... 1. Model Penyertaan Rp. ......
h. 2.5% untuk dana sosial dan pembangunan 2. Bank Rp. ...... 2. Simpanan Lain-lain Rp. ......
Bahwa Acara Rapat pendirian ini telah diketahui oleh peserta yang hadir, dan pimpinan rapat 3. Piutang Rp. ...... Jumlah Rp. ......
menyatakan seluruh hasil pembahasan dalam agenda rapat pendirian koperasi ini secara bulat,
musyawarah dan mufakat disetujui peserta rapat.
II. Aktiva Tetap VI. Kekayaan Bersih
4. Inventaris Rp. ...... 3. Setoran Pokok Rp. ......
5. Peralatan Rp. ...... 4. SMK (Sertifikat Modal Koperasi) Min Rp. ......
................. Kantor 5. SMK (Sertifikat Modal Koperasi) Rp. ......,-
Yang Menerima Kuasa, Pemimpin Rapat Tambahan Rp. ......
Pengurus Koperasi Pendiri Anggran Dasar Koperasi Rp. ...... 6. Hibah Rp. ......
NAMA TTD ..................... Jumlah Jumlah
1. .............. 1. ..............
..........................
2. .............. 2. ..............
Pengurus Koperasi ........
Berdasarkan Rapat Pendirian Koperasi yang dilaksanakan pada tanggal...... bulan ........ Nama :
tahun ........ di mana telah disepakati dan disetujui peserta rapat bahwa kegiatan usaha Jenis Kelamin :
Koperasi yang dilaksanakan oleh pengurus antara lain: Tempat/Tanggal Lahir :
Bidang .............
Kewarganegaraan :
Bidang .............
Bidang ............. dst Status :
Tinggi/Berat :
Pelaksanaan usaha oleh pengurus melalui koperasi bertujuan untuk meningkatkan Agama :
kesejahteraan anggota.
Hobi :
Demikian kegiatan usaha ini kami buat untuk dilaksanakan sebagaimana
mestinya. Alamat /No Tlp :
Ketua Sekretaris
................ ................ Pendidikan Formal
Dst
Seminar/Workshop
DAFTAR HADIR
Dst
RAPAT PENDIRIAN KOPERASI
Pengalaman Lainnya
Tanggal ........................
Dst.
4 Berkas
Permohonan
20.
5
dst
20
96 LAMPI R A N
97
Oleh karena tidak ada lagi yang dibahas maka peserta rapat sepakat untuk menutup rapat Pendirian
Koperasi pada pukul ...... WIB.
Dari segala sesuatu yang tersebut terdahulu, maka dibuatlah notulen rapat ini untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
................. .................
98
Daftar Pustaka