Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salad sate negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam. Kehadiran lembaga serta produk berbasis syariah di negara ini kian marak

dan berkembang pesat, baik itu lembaga bank maupun bukan bank, peranan

lembaga berbasis syariah ini dianggap penting khususnya bagi kemajuan

perekonomian negara.

Pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan bukan bank yang

memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan ciri yang khusus, yaitu secara

hukum gadai. Sesuai dengan hukum gadai bahwa calon peminjam mempunyai

kewajiban untuk menyerahkan barang bergerak miliknya sebagai agunan kepada

perusahaan Pegadaian, disertai dengan pemberian hak kepada Pegadaian untuk

melakukan penjualan secara lelang. Lelang dimaksudkan sebagai penjualan

barang agunan oleh perusahaan pegadaian apabila setelah batas waktu perjanjian

kredit berakhir, nasabah tidak dapat melunasi pinjaman atau menebus barang

tersebut, atau tidak memperpanjang kredit (Martono, 2010: 171).

Pegadaian merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat untuk

mendapatkan pinjaman, baik itu skala kecil maupun skala besar, dengan

pelayanan mudah, cepat dan aman. Adapun nasabah pegadaian terdiri dari

masyarakat golongan ekonomi lemah yang kurang mendapat pelayanan dari

lembaga keuangan atau perbankan, sehingga masyarakat menengah ke bawah

memerlukan pinjaman secara mudah dan cepat. Kecepatan, mudah dan aman

1
memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat khususnya masyarakat ekonomi

menengah ke bawah, kemudahan dan kesederhanaan dalam prosedur memperoleh

pembiayaan merupakan modal dasar dalam mendekati pangsa pasar pegadaian.

Di kota Palembang, lembaga keuangan tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan ekonomi masyarakat, transaksi permintaan pembiayaan pada lembaga

keuangan bukan bank turut berkontribusi dalam pembangunan ekonomi. Serta

semakin meningkatnya kegiatan perekonomian dengan beragam kebutuhan

masyarakat yang tidak terbatas tanpa di dukung dengan pendapatan yang

seimbang. Kemudian banyak masyarakat yang mencari pinjaman atau pembiayaan

pada lembaga perbankan ,rentenir, serta lembaga konvensional lainnya namun

kenyataannya masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah, merasa

prosedur yang di berikan oleh pihak yang terkait terlalu sulit dan berbelit-belit.

Rata-rata masyarakat yang memerlukan dana pinjaman yang sifatnya mendesak

tidak ingin prosedur yang diberikan menyulitkan mereka, sehingga beralih pada

produk penyaluran pinjaman Pegadiaan yang berlandaskan syariah yaitu

pembiayaan dengan sistem syariah (Rahn).

Rahn atau pegadaian syariah merupakan lembaga keuangan yang

menganut sistem gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip dan nilai

keislaman. Sedangkan pegadaian umum atau konvensional merupakan lembaga

keuangan yang menjaminkan barang agar memperoleh uang, dan ditebus kembali

sampai jangka waktu yang ditentukan. Perbedaan pegadaian syariah dan umum

juga terlihat dari akad, sumber dana, dasar pengenaan tarif, sumber hukum dan

lain-lain

2
Fenomena atau kejadian yang sering didengar oleh masyarakat kota

Palembang, ketika menjelang bulan suci Ramadhan dan Lebaran permintaan

pembiayaan ke Pegadaian meningkat disebabkan masyarakat yang memiliki usaha

membutuhkan modal tambahan serta adanya kebutuhan untuk keperluan rumah

tangga. Khususnya bagi masyarakat yang tergolong ekonomi menengah ke bawah

atau miskin, yang membutuhkan pinjaman dengan waktu cepat dan tidak

menyulitkan mereka. Berdasarkan data BPS yang menjelaskan garis kemiskinan

di kota Palembang dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Garis Kemiskinan dan Penduduk miskin

di Kota Palembang 2011-2017

Garis Penduduk Miskin


Tahun
Kemiskinan Jumlah (ribu) Persentase
2011 344939 21001 14,13
2012 366689 20649 13,59
2013 392560 20599 13,36
2014 405037 20231 12,93
2015 431242 20312 12,85
2016 456225 19195 12,04
2017 480735 18441 11,40
Sumber: BPS Kota Palembang Dalam Angka 2018

Berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa garis kemiskinan di kota

Palembang meningkat setiap tahunnya, berbanding terbalik pada jumlah

penduduk miskin dan persentase penduduk miskin yang setiap tahunnya menurun

walaupun tidak terlalu drastis. Garis kemiskinan dikota Palembang yang setiap

tahunnya meningkat merupakan indikasi adanya kebutuhan dana bagi masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi ketidakpastian seperti ini

menyebabkan pengguna pegadaian pada umumnya berasal dari kalangan

masyarakat ekonomi menengah kebawah, sehingga apabila mereka memerlukan

3
dana yang sifatnya mendesak pada umumnya akan mengambil kredit di lembaga

keuangan yang memiliki prosedur peminjaman uang yang mudah dan cepat.

Khusus kota Palembang pada tahun 2017 setiap bulannya permintaan rahn

meningkat, hanya saja dibeberapa bulan sedikit ada penurunan, turunnya jumlah

nasabah dan pembiayaan yang telah diberikan tidak terlalu jauh signifikan dan

drastis, terlihat pada tabel 1.2 daftar saldo list gadai syariah (rahn) kanwil

Simpang Patal Palembang.

Tabel 1.2 Daftar Saldo List Gadai Syariah (Rahn)

Jumlah jumlah kredit yang


Bulan
nasabah disalurkan (Rp)
Januari 366 2.013.320.000
Febuari 334 1.856.940.000
Maret 300 1.701.720.000
April 283 622.850.000
Mei 374 2.018.240.000
Juni 268 1.539.330.000
Juli 402 1.920.400.000
Agustus 447 2.513.260.000
September 366 1.770.020.000
Oktober 363 1.692.700.000
November 405 2.088.100.000
Desember 406 10.070.000
Sumber:Pegadaian Simpang Patal Palembang 2017

Pendapatan masyarakat yang digunakan untuk mengembalikan uang

pinjaman atau pembiayaan yang dberikan, harus jelas dari mana sumber

penghasilan tersebut berasal. Pendapatan secara umum merupakan penghasilan

yang diterima baik berupa gaji atau upah dari hasil usaha. Tingkat pendapatan

merupakan faktor penting dalam penerimaan jumlah pembiayaan atau pinjaman

yang diminta, karena dari pendapatan tersebut dapat diketahui kemampuan

4
seseorang dalam mengembalikan pembiayaan atau pinjaman yang telah diberikan.

Kota Palembang dapat dikatakan sebagai wilayah yang berpotensi, untuk

Pegadaian Syariah karena kota Palembang merupakan pusat kegiatan ekonomi

untuk wilayah Sumatra Selatan, selain itu jumlah penduduk kota Palembang

setiap tahunnya meningkat berdasarkan data BPS terakhir tahun 2016 berjumlah

1602071 jiwa, yang berpotensi juga akan banyaknya keperluan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi. Sehingga hal yang baik dan tepat apabila lembaga

bukan perbankan seperti Pegadaian Syariah berdiri di setiap kecamatan kota

Palembang.

Selain itu, tingkat pendidikan juga mempengaruhi kemampuan masyarakat

dalam mempertimbangkan dan mengambil keputusan untuk menentukan jumlah

kredit yang diambil untuk menambah biaya hidup. Dengan pengetahuan yang

dimiliki, masyarakat mempunyai keinginan untuk melakukan seberapa besar

gadai yang dibutuhkan. Pendidikan berhubungan dengan pengembangan

pengetahuan, keahlian serta keterampilan dari setiap individu dan pendidikan bisa

dikatakan sebagai modal manusia.Tingkat pendidikan yang akan memudahkan

masyarakat dalam menyerap informasi dan mengimplementasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

Tidak terlepas dari pendidikan saja, akan tetapi jumlah tanggungan

keluargapun dapat mempengaruhi masyarakat. Berdasarkan tabel 1.3

perkembangan jumlah rumah tangga di kota Palembang meningkat setiap tahun.

Ini memperlihatkan bahwa seiring dengan bertambahnya jumlah rumah tangga

yang ada di kota Palembang maka jumlah tanggungan setiap kepala keluargapun

5
meningkat. Dengan semakin banyak jumlah tanggungan dalam satu keluarga

maka semakin banyak biaya serta keperluan yang dikeluarkan oleh masyarakat,

dan sebaliknya jika semakin sedikit jumlah tanggungan dalam keluarga maka

biaya serta keperluan yang dibutuhkan akan semakin sedikit.

Tabel 1.3

Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Rata-Rata Banyaknya

Anggota Rumah Tangga Dirinci Menurut Kecamatan di Kota Palembang,

2017

Jumlah Rata-Rata
Banyaknya
Kecamatan Rumah
Penduduk Anggota
Tangga
Rumah Tangga
Ilir barat II 71267 17817 4.00
Gandus 64020 16005 4.00
Seberang Ulu I 91619 22905 4.00
Kertapati 89597 22698 3.95
Jakabaring 90791 22399 4.05
Seberang Ulu II 104209 26052 4.00
Plaju 88265 22066 4.00
Ilir Barat I 137863 34466 4.00
Bukit Kecil 48874 12218 4.00
Ilir Timur I 77102 19275 4.00
Kemuning 91419 22855 4.00
Ilir Timur II 93352 23204 4.02
Kalidoni 111030 21044 5.28
Ilir Timur III 83640 27758 3.01
Sako 91754 22938 4.00
Sematang Borang 35821 8955 4.00
Sukarami 155590 38898 4.00
Alang-Alang 96886 24222 4.00
Lebar
Jumlah 1623099 405775 4.00
Sumber: BPS Kota Palembang Dalam Angka 2018

6
Berdasarakan uraian serta melihat kondisi di atas, maka perlu dikaji lebih lanjut

mengenai seberapa besar pengaruh tingkat pendapatan nasabah, tingkat

pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi permintaan pinjaman

di Pegadaian syariah kota Palembang.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh tingkat pendapatan nasabah, tingkat pendidikan dan jumlah

tanggungan keluarga terhadap permintaan pinjaman di Pegadaian Syariah kota

Palembang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendapatan nasabah, tingkat pendidikan dan

jumlah tanggungan keluarga terhadap permintaan pinjaman atau pembiayaan di

Pegadaian Syariah kota Palembang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapakan dapat dijadikan bahan bacaan dan bahan kajian untuk

menambah wawasan dan ilmu yang berkaitan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan pinjaman di Pegadaian Syariah kota Palembang.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan media untuk melatih,

mengembangkan, serta membantu pihak terkait terutama bagi Pegadaian Syariah

dikota Palembang.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Pegadiaan

Secara umum pengertian gadai adalah kegiatan menjaminkanarang-barang

berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang, dimana barang

yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

dengan lembaga gadai. Menurut kita undang-undang perdata pasar 1150,

disebutkan:

“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas

suatu ‘barang bergerak’, yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berutang

atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada

orang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara

didahulukan daripada orang yang berpiutang lainnya, dengan pengecualian

biaya untuk melelang barang tersebut, dan biaya yang telah dikeluarkan untuk

menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus

didahulukan”

Menurut YSri Suilo dan Totok, gadai adalah suatu hak yang diperoleh oleh

seorang yang memiliki piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak

tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang memiliki

hutang atau oleh orang lain atas nama orang yang memiliki hutang. Seorang yang

berutang tersebut memberikan kekuasaanya kepada orang yang berpiutang untuk

8
menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi

kewajibannya pada saat pinjamannya jatuh tempo (Rais, 2008: 125-126).

Lembaga non perbankan seperti pegadaian syariah mempunyai kelebihan

atau keistimewaan, kelebihanna antara lain : Kelebihan dalam gadai syariah yaitu

: (1) proses cepat, nasabah dapat memperoleh pinjaman yang diperlukan dalam

waktu yang relatif cepat, proses administrasi, dan penaksiran hanya 15 menit.

Marhun bih dapat diterima rahin kurang dari 1 jam ; (2) caranya mudah, cukup

dengan membawa marhun yang akan digadaikan dengan bukti kepemilikan, serta

melampirkan bukti identitas. Tak perlu membuka rekening atau cara lain yang

merepotkan; (3) jaminan keamanan atas barang, pegadaian syariah akan

memberikan jaminan keamanan atas barang yang diserahkan dengan standar

keamanan yang telah teruji dan diasuransikan ; (4) pinjaman yang optimum,

memberikan marhun bih hingga 90% dari nilai taksiran barang. Dengan demikian,

rahin tidak dirugikan oleh rasio antara taksiran marhun dan marhun bih. Berarti

setiap barang memiliki nilai ekonomis yang wajar ; (5) jangka waktu pinjaman,

rahin atau nasabah boleh memanfaatkan pinjaman sampai jangka 4 bulan ; (6)

sumber pendanaan, sumber pendanaan pegadaian syariah berasal dari 100% dari

bank Muamalat Indonesia, sehingga terjamin kemurnian syariahnya (Rais, 2008:

152-153).

2.1.1.1 Pengertian Gadai (Rahn)

Menurut etimologi ar-rahn berarti Atsubuutu wa Dawamu artinya tetap

dan kekal, atau al-Habsu wa Luzumu artinya pengekangan dan keharusan dan juga

bisa berarti jaminan. Adapun secara terminologi ar-rahn adalah menjadikan

9
barang berharga menurut pandangan syara’ sebagai jaminan utang. Hukum

meminta jaminan (ar-rahn) adalah mubah berdasarkan petunjuk Allah dalam al-

quran (Q.S Al-Baqarah:283) dan penjelasan dari hadis nabi (Ghazaly et

al,2010:272-273).

Gadai syariah (rahn) adalah menahan salah satu harta milik nasabah atau

rahin sebagai barang jaminan atau marhun atas hutang atau pinjaman atau

marhun bih yang diterimanya. Marhun tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan

demikian, pihak yang menahan atau menerima gadai atau murtahin memperoleh

jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dapat

disimpulkan bahwa rahn itu merupakan suatu akad utang piutang dengan

menjadikan barang yang memiliki nilai sebagai jaminan marhun’bih, sehingga

rahin boleh mengambil marhun’bih (Rais, 2008: 38-39).

2.1.1.2 Rukun dan Syarat Gadai

Menurut jumhur ulama rukun ar-rahn itu ada empat, yaitu: (1) orang yang

berakad (ar-rahin dan al-murtahin), (2) sighat (lafadz ijab dan qabul), (3) utang

(al-marhun bih), (4) harta yang dijadikan jaminan (al-marhun) (Ghazaly et al,

2010: 266-267).

Adapun syarat-syarat ar-rahn sebagai berikut: (1) syarat yang terkait

dengan orang berakad (ar-rahin dn al-murtahin) adalah cakap bertindak hukum.

Kecakapan betindak hukum, menurut jumhur ulama adalah orang yang telah

baligh dan berakal. (2) syarat yang terkait dengan sighat, ulama hanafiyah

berpendapat dalam akad itu ar-rahn tidak boleh dikaitkan oleh syarat tertentu.(3)

syarat yang terkait dengan utang (al-marhun bih): (a) merupakan hak yang wajib

10
dikembalikan kepada yang memberi utang, (b) utang itu boleh dilunasi dengan

jaminan, dan (c) utang itu jelas dan tertentu. (4) syarat yang terkait dengan barang

yang dijadikan jaminan (al-marhun), menurut ulama fiqh syarat-syaratnya sebgai

berikut; (a) barang jaminan itu boleh dijual dan nilainya seimbang dengan utang,

(b) berharga dan boleh dimanfaatkan, (c) jelas dan tertentu, (d) milik sah orang

yang berhutang, (e) tidak terkait dengan hak orang lain, (f) merupakan harta utuh

dan (g) boleh diserahkan baik materinya maupun manfaatnya (Ghazaly et al,

2010: 267-268).

Di samping syarat-syarat diatas para ulama fiqh sepakat mengatakan,

bahwa ar-rahn itu baru dianggap sempurna apabila barang yang di rahn kan itu

secara hukum telah berada ditangan pemberi utang, dan uang yang dibutuhkan

telah diterima peminjam uang. Apabila jaminan itu berupa benda tidak bergerak

seperti rumah dan tanah, maka tidak harus rumah dan tanah itu yang diberikan,

tetapi cukup surat jaminan tanah atau surat tanah itu yang diberikan kepada orang

yang memberikan piutang. Syarat yang terakhir demi kesempurnaan ar-rahn

adalah bahwa barang jaminan itu dikuasai secara hukum oleh pemberi piutang.

Syarat ini menjadi penting karena Allah dalam Q.S al-baqarah: 283 menyatakan

barang jaminan itu dipegang atau dikuasai secara hukum oleh pemberi piutang

(Ghazaly et al, 2010: 268).

11
2.1.1.3 Perbedaan Gadai Syariah dan Umum

Pegadaian umum atau konvensional dan pegadaian syariah memiliki

beberapa perbedaan serta persamaan. Selain dari dasar hukum,pengertian serta

produk. Perbedaan dan persamanan yang akan diuraikan sebagai berikut :

Persamaannya: (1) hak gadai berlaku atas pinjaman uang; (2) adanya agunan

(barang jaminan) sebagai jaminan uatang; (3) tidak boleh mengambil manfaat

barang yang digadaikan; (4) biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh

pemberi gadai; (5) apabila batas waktu pinjaman uang telah habis, barang yang

digadaikan boleh dijual atau dilelang. Sedangkan perbedaan antara gadai dengan

rahn adalah sebagai berikut: (1) rahn dalam hukum islam dilakukan secara

sukarela atas dasar tolong menolong tanpa mencari keuntungan, sedangkan gadai

menurut hukum perdata, disamping berprinsip tolong menolong juga menarik

keuntungan dengan cara menarik bunga atau sewa modal yang ditetapkan; (2)

dalam hukum perdata, hak gadai hanya berlaku pada benda yang bergerak,

sedangkan dalam hukum islam, rahn berlaku pada seluruh harta, baik harta yang

bergerak maupun yang tidak bergerak; (3) dalam rahn, menurut hukum islam

tidak ada istilah bunga uang; (4) gadai menurut hukum perdata, dilaksanakan

melalui suatu lembaga, yang di Indonesia disebut Perum Pegadaian, sedangkan

rahn menurut hukum islam dapat dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga

(Rais, 2008: 46-47).

2.1.1.4 Barang Jaminan (Marhun)

Jenis barang jaminan (marhun) pada paraktik Pegadaian Syariah adalah

barang bergerak dan barang tidak bergerak. barang jaminan tersebut bisa emas,

12
mobil, motor dan barang-barang elektronik serta barang rumah tangga. Dengan

syarat barang tersebut bernilai ekonomis, jelas, berwujud saat dilakukan akad,

merupakan barang yang utuh. Milik sah orang yang berhutang tidak dengan hak

orang lain dapat diserahkan langsung pada saat akad berlangsung, boleh dijual dan

nilainya seimbang dengan hutangnya (Rais, 2008: 162-163).

2.1.1.5 Produk Dan Jasa Pegadaian Syariah

Dalam perkembangan saat ini, bentuk perolehan pendapatan Pegadaian

syariah dapat berupa transaksi yang berasal dari biaya administrasi (qardhul

hasan), jasa penyimpanan (ijarah), jasa taksiran, galeri, dan bagi hasil atau profit

loss sharing (PLS) dari skim rahn, mudharabah, ba’i muqayyadah, maupun

musyarakah. Produk dan jasa yang dapat ditawarkan oleh gadai syariah kepada

masyarakat, yaitu antara lain: (1) pemberian pinjaman/pembiayaan atas dasar

hukum gadai syariah; pemberian pinjaman atas dasar penyerahan barang bergerak

oleh rahin. Konsekuensinya bahwa jumlah pinjaman yang diberikan kepada

masing peminjam sangat dipengaruhi oleh nilai barang bergerak dan tidak

bergerak yang akan digadaikan. (2) penaksiran nilai barang; Pegadaian syariah

dapat memberikan jasa penaksiran atas nilai suatu barang. Jasa ini dapat diberikan

gadai syariah karena perusahaan ini mempunyai peralatan penaksiran. Barang

yang akan ditaksir pada dasarnya, meliputi semua barang bergerak dan tidak

bergerak yang dapat digadaikan. Jasa taksiran diberikan kepada mereka yang

ingin mengetaui kualitas, terutama perhiasan, seperti: emas, perak, dan berlian. (3)

penitipan barang (Ijarah) gadai syariah dapat menyelenggarakan jasa penitipan

barang (ijarah), karena perusahaan ini mempunyai tempat penyimpanan barang

13
bergerak, yang cukup memadai. Gudang dan tempat penyimpanan barang

bergerak lain milik gadai syariah, terutama digunakan menyimpan barang yang

digadaikan. Jasa titipan atau pemyimpanan, sebagai fasilitas pelayanan barang

berharga dan lain-lain agar lebih aman, seperti: barang atau surat berharga yang

dititipkan di Pegadaian syariah. Fasilitas ini diberikan kepada pemilik barang

yang akan bepergian jauh dalam waktu relative lama. (4) Gold Counter; jasa ini

menyediakan fasilitas tempat penjualan emas eksekutif yang terjamin sekali

kualitas dan keasliannya. Gold Counter ini semacam toko dengan emas galeri 24,

setiap perhiasan masyarakat yang dibeli di toko perhiasan milik Pegadaian akan

dilampiri sertifikat jaminan, untuk merubah image dengan mencoba menangkap

pelanggan kelas menengah ke atas (Rais, 2008: 66-67).

2.1.1.6 Sejarah Pegadaian

Pegadaian merupakan lembaga perkreditan dengan sistem gadai. Lembaga

semacam ini pada awalnya berkembang di Italia, yang kemudian dipraktikkan di

wilayah-wilayah Eropa lainnya, misalnya Inggris dan Belanda. Sistem gadai

tersebut memasuki Indonesia di bawa dan dikembangkan oleh orang Belanda

(VOC). Bentuk usaha pegadaian di Indonesia berawal dari Ban van Lening pada

masa VOC, yang mempunyai tugas memberikan pinjaman uang kepada

masyarakat dengan jaminan gadai. Sejak saat, bentuk usaha pegadaian telah

mengalami beberapa kali perubahan sejalan dengan perubahan peraturan-

peraturan yang mengaturnya. Pada mulanya pegadaian di Indonesia dilaksanakan

oleh pihak swasta, kemudian oleh gubernur Hindia Belanda melalui Staatsblad

tahun 1901 No.131 tanggal 12 maret 1901 didirikan rumah gadai pemerintah

14
(Hindia Belanda) di Sukabumi, Jawa Barat. Dengan dikeluarkannya peraturan

tersebut, maka pelaksanaan gadai dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda,

sebagaimana diatur dalam Staatsblad tahun 1901 No.131 (Rais, 2008:123).

Staatsblad 1930 No.266, rumah gadai tersebut mendapat status Dinas

Pegadaian sebagai perusahaan negara, dalam arti UU perusahaan Hindia Belanda

(Lembaga Belanda 1927 No.419). Pada masa pemerintah RI, dinas pegadaian

yang merupakan kelanjutan dari pemerintah Hindia Belanda, status pegadaian

diubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pegadaian, berdasarkan UU No.19

Prp.1960 jo.PP RI No.178 tahun 1961 tanggal 3 mei 1961 tentang pendirian PN

Pegadaian. Kemudian status Badan Hukum PN Pegadaian tersebut berubah

menjadi perusahaan Jawatan (Perjan), berdasarkan PP RI No.7 tahun 1969 tanggal

11 maret 1969 tentang perubahan kedudukan PN Pegadaian menjadi Perjan

Pegadaian jo.UU No.9 tahun 1969 tanggal 1 Agustus 1969 dan penjelasannya

mengenai bentuk-bentuk usaha negara dalam Perjan, Perusahaan Umum (Perum),

dan Perusahaan Perseroan (Persero). Untuk meningkatkan efektivitas dan

produktifitasnya, bentuk Perjan Pegadaian tersebut, kemudian dialihkan menjadi

Perum Pegadaian berdasarkan PP No.10 tahun 1990 tanggal 10 april 1990.

Dengan perubahan status dari Perjan menjadi Perum, maka Pegadaian diharapkan

akan lebih mampu mengelola usahanya dengan lebih profesional, business

oriented tanpa meninggalkan ciri khusus dan misinya, yaitu penyaluran pinjaman

atas dasar hukum gadai dengan pasar sasaran adalah masyarakat golongan

ekonomi lemah dan dengan cara mudah, cepat, aman, dan hemat, sesuai dengan

motonya ‘Menyelesaikan Masalah Tanpa Masalah’(Rais, 2008: 124).

15
2.1.1.7 Hakikat Dan Fungsi Gadai Syariah

Al-qur’an surat al-baqarah ayat 283 dijelaskan bahwa gadai pada

hakikatnya merupakan salah satu bentuk dari konsep muamalah, dimana sikap

menolong dan sikap amanah sangat ditonjolkan. Begitu juga dalam hadist

Rasulullah Saw dengan orang Yahudi saat Rasulullah Saw menggadaikan baju

besinya kepada orang Yahudi tersebut (Rais, 2008: 41)

Hakikat dan fungsi Pegadaian dalam islam adalah semata-mata untuk

memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan dengan bentuk

marhun sebagai jaminan, dan bukan untuk kepentingan komersil dengan

mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa menghiraukan kemampuan

orang lain. Produk rahn disediakan untuk membantu nasabah dalam pembiayaan

kegiatan multiguna. Rahn sebagai produk pinjaman, berarti Pegadaian syariah

hanya memperoleh imbalan atas biaya administrasi, penyimpanan, pemeliharaan,

dan asuransi marhun, maka produk rahn ini biasanya hanya digunakan bagi

keperluan fungsi sosial-konsumtif, seperti kebutuhan hidup, pendidikan dan

kesehatan. Sedangkan rahn sebagai produk pembiayaan, berarti Pegadaian syariah

memperoleh bagi hasil usaha rahin yang dibiayainya (Rais, 2008: 42).

2.1.1.8 Hak Dan Kewajiban Pihak Gadai Syariah

Menurut Abdul Aziz Dahlan, bahwa pihak rahin dan murtahin,

mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Sedangkan hak dan

kewajibannya adalah sebagai berikut:

(1) hak dan kewajiban Murtahin; (a) hak pemegang gadai (a.1) pemegang gadai

berhak menjual marhun, apabila rahin pada saat jatuh tempo tidak dapat

16
memenuhi kewajibannya sebagai orang yang berhutang. Sedangkan hasil

penjualan marhun tersebut diambil sebagian untuk melunasi marhun bih dan

sisanya dikembalikan kepada rahin (Rais, 2008: 44-45).

(a.2) pemegang gadai berhak mendapatkan penggantian biaya yang telah

dikeluarkan untuk menjaga keselamatan marhun; (a.3) selama marhun bih belum

dilunasi, maka murtahin berhak untuk menahan marhun yang diserahkan oleh

pemberi gadai. (b) kewajiban pemegang gadai (b.1) pemegang gadai berkewajiban

bertanggung jawab atas hilangnya marhun, apabila hal itu atas kelalainny; (b.2)

pemegang gadai tidak dibolehkan menggunakan marhun untuk kepentingan

sendiri; (b.3) pemegang gadai berkewajiban untuk memberi tahu kepada rahin

sebelum diadakan pelelangan marhun . (2) Hak dan kewajiban pemberi gadai

syariah (a) hak pemberi gadai (a.1) pemberi gadai berhak untuk mendapatkan

kembali marhun, setelah pemberi gadai melunasi marhun bih; (a.2) pemberi gadai

berhak menuntut ganti kerugian dari kerusakan dan hilangnya marhun, apabila hal

itu disebabkan oleh kelalaian murtahin; (a.3) pemberi gadai berhak untuk

mendapatkan sisa dari penjualan marhun setelah dikurangi biaya pelunasan

marhun bih, dan biaya lainnya; (a.4) pemberi gadai berhak meminta kembali

marhun apabila murtahin telah jelas meyalahgunakan marhun. (b) kewajiban

pemberi gadai berkewajiban merelakan penjualan atas marhun miliknya, apabila

dalam jangka waktu yang telah ditentukan (Rais, 2008: 45-46).

2.1.1.9 Peranan Gadai Syariah Dalam Pembangunan

Gadai syariah pada dasarnya, sebagai bagian dari sistem keuangan yang

merupakan tatanan dalam perekonomian suatu negara yang memiliki peran,

17
terutama dalam meyediakan jasa-jasa di bidang keuangan. Karena gadai syariah

bagian dari lembaga non perbankan yang dalam usahanya tidak diperkenankan

menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan, maka

gadai syariah hanya diberikan wewenang untuk memberikan pinjaman kepada

masyarakat (nasabah). Dalam perkembangannya, gadai syariah punya peranan

yang besar dalam kehidupan masyarakat, khususnya untuk golongan menengah ke

bawah tersebut, seperti slogan yang selalu disampaikan pihak gadai syariah.

Dengan prosedur yang sederhana, mudah dan cepat, sehingga dana dapat segera

diperoleh guna dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya (Rais, 2008: 117)

Dengan adanya model akad yang ada, terutama guna yang tujuannya

bersifat produktif , seperti akad rahn, mudharabah, dan ba’i muqayyadah maupun

musyarakah, maka gadai syariah dapat digunakan untuk menggerakkan usaha

ekonomi kecil dan menengah itu untuk lebih dapat tumbuh berkembang. Sehingga

sektor riil dapat tumbuh dengan secara baik dan cepat, di mana hal ini sangat

dibutuhkan dalam pembangunan perekonomian nasional secara makro dan mikro

(Rais, 2008: 118).

2.1.1.10 Dasar Hukum

2.1.1.11 Al-quran

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara

tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan

persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antaramu. Jika tak ada dua

orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan jadi

18
saksi yang kamu ridhoi, supaya jika seorang lupa, maka seorang lagi

mengingatkannya”.

“jika kamu dalam perjalanan (dan berm’amalah tidak secara tunai), sedang kamu

tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang

dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai

sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya

(utang) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Swt.”(QS. Al-Baqarah: 282-

283).

2.1.1.12 Hadis

“Dari Aisayah r.a berkata bahwa Rasul bersabda: Rasulullah SAW pernah
membeli makanan dari seorang yahudi dengan harga yang diutang, sebagai
tanggungan atas utangnya itu Nabi menyerahkan baju besinya “ (HR. Bukhari).

Dalam hadist yang berasal dari Aisyah r.a disebutkan bahwa :

“Nabi Saw pernah membeli makanan dengan berhutang dari seorang Yahudi dan
beliau ‘menggadaikan’baju besi kepadanya” (HR.Bukhari).

Dalam hadist lain yang meriwayatkan berasal dari Ibnu Abbas r.a

dinyatakan bahwa :

“Ketika Nabi Saw wafat, baju besinya masih dalam keadaan menjadi
tanggungan utang 20 sha’(l.k. 50kg) bahan makanan yang dibelinya untuk nafkah
keluarganya” (HR. Turmudhi).

Dalam hadist yang lain, dari Anas, katanya :

“Rasulullah Saw telah merungguhkan baju besi beliau kepada seorang Yahudi di
Madinah, sewaktu beliau menghutang syair (gandum) dari orang Yahudi itu
untuk keluarga beliau” (HR.Ahmad, Bukhari, Nasa’i dan Ibnu Majah).

19
2.2 Teori Permintaan

Sadono Sukirno (2013) menyatakan bahwa permintaan seseorang atau

suatu masyarakat kepada suatu barang dan jasa ditentukan oleh banyak faktor.

Diantara faktor-faktor yang terpenting adalah seperti dibawah ini : (1) harga

barang itu sendiri, (2) harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang

tersebut, (3) pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat,

berdasarkan kepada sifat perubahan permintaan berlaku apabila pendapatan

berubah, (4) distribusi pendapatan dalam masyarakat dapat mempengaruhi corak

permintaan terhadap berbagai jenis barang, (5) cita rasa masyarakat mempunyai

pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan masyarakat untuk membeli

barang, (6) jumlah penduduk, pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya

menyebabkan pertambahan permintaan. (7) ekspektasi tentang masa depan,

perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang akan datang dapat

mempengaruhi permintaan.

Ada dua alasan utama memegang uang dalam ekonomi islam (Huda, dkk,

2008), yaitu motivasi transaksi dan berjaga-jaga. Spekulasi dalam pengertian

Keynes, tidak akan pernah ada dalam ekonomi islam, sehingga permintaan uang

untuk tujuan spekulasi menjadi nol dalam ekonomi islam. Oleh karena itu,

permintaan uang dalam ekonomi islam. Oleh karena itu, permintaan uang dalam

ekonomi islam berhubungan dengan tingkat pendapatan. Keperluan uang tunai

yang dipegang dalam jangka waktu penerimaan pendapatan dan pembayarannya.

Besarnya persediaan uang tunai akan berhubungan dengan tingkat pendapatan dan

frekuensi pengeluaran. Jika seseorang menerima pendapatan dalam bentuk uang

20
tunai dan dalam waktu bersamaan dikeluarkan juga secara tunai, maka tidak perlu

memegang uang untuk tujuan transaksi. Di sini tidak ada interval waktu untuk

menjembatinya. Dalam hubungannya dengan kebutuhan pribadi, sesungguhnya

persediaan uang tunai yang dipegang akan lebih besar dari proporsi dalam interval

antara penerimaan dan pendapatan (.Nasution dan Huda, 2009: 240).

Motivasi berjaga-jaga muncul karena individu dan perusahaan

menganggap perlu memegang uang tunai di luar apa yang diperlukan untuk

transaksi, guna memenuhi kewajiban dan berbagai kesempatan yang tidak

disangka untuk pembelian di muka. Namun bagi seorang muslim, tendensi

memegang uang tunai untuk motivasi berjaga-jaga amat terbatas, sebagaimana Al-

quran mengatakan: “kami membagikan rezeki bagi mereka dalam kehidupan di

dunia ini.” Selain itu nabi Muhammad SAW tidak pernah menyimpan sesuatu apa

pun. Jumlah uang tunai yang diperlukan dalam ekomomi islam hanya berdasarkan

motivasi untuk transaksi dan berjaga-jaga, merupakan fungsi dari tingkat

pendapatan, pada tingkat tertentu di atas yang telah ditentukan zakat atas aset

yang kurang produktif (Nasution dan Huda, 2009: 241).

2.3 Penelitian Terdahulu

Widiarti dan Siniarti (2013) meneliti tentang pengaruh pendapatan, jumlah

nasabah dan tingakat inflasi terhadap penyaluran kredit pada perum pegadaian

cabang Batam , menyimpulkan bahwa secara parsial menunjukkan variabel

pendapatan dan jumlah nasabah perum Pegadaian berpengaruh signifikan

terhadap penyaluran kredit perum Pegadaian, sedangkan tingkat inflasi kota batam

tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit perum Pegadaian cabang

21
batam. Namun secara simultan pendapatan perum pegadaian, jumlah nasabah dan

inflasi secara simultan mempengaruhi penyaluran kredit perum pegadaian,

peneliti menggunakan data sekunder dengan alat analisis regresi berganda.

Penelitian mengenai pengaruh tingkat suku bunga, pendapatan, status

pekerjaan jangka waktu kredit dan tingkat pendidikan terhadap jumlah

pengambilan kredit Pranata dan Widarno (2014) menunjukkan bahwa pengaruh

variabel tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap jumlah pengambilan

kredit. variabel pendapatan nasabah berpengaruh positif signifikan terhadap

jumlah pengambilan kredit, begitu juga variabel jangka waktu kredit berpengaruh

positif terhadap jumlah pengambilan kredit. Sedangkan variabel status pekerjaan

nasabah dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap jumlah pengambilan

kredit.

Hasil penelitian Rachmad (2013) analisis permintaan gadai di kota Dumai

menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan orang lebih tetarik untuk

mendapatkan dana dengan menggadaikan barang di perum Pegadaian kota Dumai

adalah tingat suku bunga, tingkat suku bunga yang tidak memberatkan nasabah di

nilai sebagai faktor nasabah melakukan gadai di perum Pegadaian. Prosedur

pinjama dan agunan di nilai sebagai faktor nasabah melakukan gadai. Analisis

data yang digunakan peneliti metode deskriptif.

Kajian yang dilakukan Rosa, Husni, Idwar (2017) menjelaskan bahwa

pengaruh tingkat inflasi dan pendapatan pendapatan Pegadaian terhadap

penyaluran kredit Rahn pada Pegadaian syariah di Indonesia tahun 2007-2015

secara parsial tingkat inflasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

22
penyaluran kredit rahn karena berdasarkan hasil regresi diperoleh probabilitas t-

statistik 0,134 > 0,05 dan koefisien regresi tingkat inflasi 15.372.269 dengan

asumsi ceteris paribus. Secara parsial pendapatan pegadaian berpengaruh positif

signifikan terhadap penyaluran kredit rahn berdasarkan hasil probabilitas t-

statistik 0,000 dan koefisien regresi 2,305 dengan asumsi ceteris paribus. Secara

simultan variabel tingkat inflasi, pendapatan pegadaian berpengaruh signifikan

terhadap penyaluran kredit rahn berdasarkan f-statistik 90.416 dengan nilai

probabilitas 0,000 dengan asumsi ceteris paribus.

Dewi (2016) hasil kajian mengatakan bahwa jumlah nasabah

mempengaruhi terhadap penyaluran kredit pada PT Pegadaian di cabang

Samarinda Seberang Kota Samarinda, tingkat suku bunga tidak berpengaruh

terhadap penyaluran kredit pada PT Pegadaian (persero) di cabang Samarinda

Seberang kota Samarinda secara hipotesis ditolak serta inflasi mempengaruhi

penyaluran kredit pada PT Pegadaian di cabang samarinda kota Samarinda

hipotesis ditolak.

Penelitian yang dilakukan Adiana & Karmini menyimpulkan bahwa

pengaruh pendapatan, tingkat anggota keluarga dan pendidikan terhadap

berpengaruh secara simultan terhadap pola konsumsi rumah tangga miskin di

Kecamatan Gianyar. Hal ini terbukti dari t-hitung pendapatan (2,255), t-hitung

jumlah anggota keluarga (2,168) dan t-hitung pendidikan (8,496) lebih besar dari

t-tabel (1,663) Data dianalisis menggunakan regresi berganda

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

pembiayaan kredit pada PT Bank BRI Syariah Pekanbaru Eriyanti (2009)

23
menunjukkan bahwa faktor pelayanan memiliki dua sub faktor yaitu kecepatan

proses dan pelayanan pegawai faktor selera konsumen mencakup kenyamanan

kantor dan persyaratan kredit. Faktor biaya dan faktor menjalankan syariat islam,

merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan nasabah terhadap

pembiayaan (kredit) pada PT Bank BRI syariah pekanbaru. Dari keempat faktor di

atas, yang paling dominan mempengaruhi permintaan pembiayaan (kredit) adalah

faktor menjalankan syariat islam sebanyak 23 orang responden.

Penelitian yang dilakukan oleh Hamid et al (2014) yang berjudul “Factors

Affecting the Acceptance on Ar Rahnu (Islamic Based Pawn Broking): A Case

Study of Islamic Banking In Malaysia” dengan jumlah responden sebanyak 107

orang dan dianalisis dengan menggunakan metode frekuensi dan analisis

deskriptif. Variabel yang digunakan adalah pandangan syariah, harga, pelayanan,

lokasi, sosial dan iklan. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor pandangan

syariah menjadi faktor yang paling dominan. Perbedaan dengan penelitian ini

adalah metode analisis yang digunakan, penelitian ini menggunakan analisis

faktor.

Purnomo (2009) menyimpulkan bahwa pengaruh variabel pendapatan dan

jumlah nasabah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penyaluran

kredit. Berbeda pada variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap

penyaluran kredit perum Pegadaian syariah cabang dewi sartika periode 2004-

2008 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,0061.

Perbedaan penelitian yang saya lakukan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Purnomo (2009) adalah perbedaan variabel penelitian, Purnomo

24
menggunakan variabel pendapatan perum pegadaian, jumlah nasabah dan tingkat

inflasi. Sedangkan penelitian yang saya lakukan menggunakan variabel tingkat

pendapatan nasabah, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga. Dalam

penelitian yang saya lakukan menggunakan data primer, yang diperoleh langsung

dari lapangan dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner tersebut pertanyaan,

yang berkaitan dengan variabel bebas, sedangkan dalam penelitian Purnomo, data

yang digunakan data sekunder yang dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik kota

Jakarta dan Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika. Adapun persamaan dalam

penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teknik Analisis Regresi Berganda.

2.5 Kerangka Pikir Penelitian

Tingkat Pendapatan
Nasabah

Permintaan Pembiayaan di
Tingkat Pendidikan Pegadaian syariah Kota
Pelembang

Jumlah Tanggungan
Keluarga

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat faktor-faktor

yang mempengaruhi yang mempengaruhi permintaan pembiayaan diantaranya

adalah tingkat pendapatan nasabah (P), Tingkat Pendidikan (TP), dan jumlah

tanggungan keluarga (JTK).

25
Tingkat pendapatan digunakan sebagai penilaian penting dalam penerimaan

jumlah pinjaman yang diminta, karena dari pendapatan tersebut akan terlihat

kemampuan seseorang dalam mengembalikan pinjaman, hal tersebut akan

menjadi pertimbangan pihak kreditur atau pegadaian untuk penentuan besar

kecilnya kredit yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan debitur agar proses

pengembalian kredit atau pinjaman dapat berjalan dengan lancar.

Pendidikan dikatakan modal manusia, karena memberikan banyak manfaat,

pendidikan memberikan pengetahuan dan wawasan salah satunya mengenai

lembaga jasa keuangan untuk mengatasi masalah kebutuhan, sehingga dengan

kemampuan dan potensi yang dimiliki lebih mudah dalam proses pengambilan

serta pengembalian pinjaman.

Banyaknya jumlah anggota dalam suatu keluarga atau rumah tangga

mengindikasikan banyaknya jiwa yang harus ditanggung. Semakin besar jumlah

anggota keluarga maka semakin banyak beban yang akan ditanggung termasuk

untuk memenuhi kebutuhan masing-masing anggota keluarga terutama untuk

rumah tangga dengan pendapatan rendah. Kebutuhan anggota keluarga tergantung

dari stuktur umur masing-masing anggota keluarga.

2.6 Hipotesis

Berdasarkan uraian skema kerangka pikir di atas, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara tingkat pendapatan

nasabah, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga terhadap permintaan

pembiayaan atau pinjaman di Pegadiaan syariah kota Palembang.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat ataupun nasabah pengguna

Pegadaian syariah kota Palembang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

pengaruh tingkat pendapatan nasabah, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan

keluarga terhadap permintaan pembiayaan di Pegadaian syariah kota Palembang.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari

lapangan dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner tersebut pertanyaan, yang

berkaitan dengan variabel bebas yaitu tingkat pendapatan nasabah, tingkat

pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga. Serta variabel terikat yaitu

perminaan pembiayaan di Pegadaian syariah kota Palembang. Untuk melengkapi

penelitian ini, penulis juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

berbagai sumber bacaan seperti buku-buku yang terkait, jurnal, makalah ilmiah,

berita dan litelatur serta referensi lainnya yang relevan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Untuk mendukung penelitian dalam analisis data, peneliti memerlukan sejumlah

data pendukung yang berasal dari para nasabah yang melakukan pembiayaan di

Pegadaian Syariah kota Palembang. Metode pengumpulan data yang dilakukan

disesuaikan dengan jenis data yang diambil sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara digunakan untuk tanya jawab keapada narasumber guna

27
mendapatkan informasi lebih tepat serta untuk mengetahui hal-hal dari responden

yang lebih mendalam.

2. Kuisioner

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang bersifat tertutup kepada

responden untuk dijawabnya.

3. Studi Kepustakaan

Metode informasi yang diperoleh dari mencari dan membaca buku yang

ada hubungannya dengan pembahasan, kemudian dicatat dan dipelajari untuk

dijadikan data tambahan, dalam hal ini penulis mengumpulkan informasi yang

berkaitan dengan tema dan judul yang disajikan.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Palembang yang

menggunakan Pegadaian syariah. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh masyarakat atau nasabah yang mengajukan permintaan pinjaman di

Pegadaian Syariah kantor wilayah Simpang patal kota Palembang bulan desember

tahun 2017 sebanyak 406 orang.

3.4.2 Sampel

Pengambilan sampel menggunakan teknik non probabilty sampling dengan cara

purposive sampling. Teknik non probabily sampling adalah teknik pengambilan

sampel yang tidak memberikan kesempatan atau peluang sama bagi unsur atau

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Purposive sampling adalah teknik

28
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008: 120-122).

Teknik ini digunakan karena peneliti menduga populasinya homogen. Individu

diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang tersebut

memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.

Pengambilan sampel dengan metode purposive bertujuan untuk

mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Adapun jumlah responden keseluruhan berjumlah responden dengan kreteria

sebagai berikut: (1) nasabah yang masih aktif yang tercatat sudah melakukan

perpanjangan (2) nasabah yang dijadikan penelitian adalah nasabah bulan

desember tahun 2017 yang memperpanjang sampai tahun 2018 (3) dari jumlah

jumlah nasabah keseluruhan sekitar 406 diambil 10% untuk dijadikan sampel.

Sehingga, dalam penelitian ini tidak semua nasabah pegadaian syariah

simpang patal Palembang menjadi sampel. Nasabah yang diambil dijadikan

sampel sebanyak 40 sampel.

3.5 Teknik Analisis

Pengujian dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis

regresi berganda akan digunakan untuk mengetahui hasil dari pengaruh variabel

pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga terhadap permintaan

pembiayaan di Pegadaian. hubungan antar variabel dapat diperlihatkan melalui

model regresi berganda sebagai berikut :

29
PPi = ß0i+ ß1iTPi+ ß2iJTi+ ß3iPi+ei
Keterangan :
PP = permintaan pembiayaan (Rp)
TP = tingkat pendapatan nasabah
JT = jumlah tanggungan keluarga
P = tingkat pendidikan
ß = konstanta
e = variabel gangguan

Koefisien regresi persamaan diatas dapat diketahui mengetahui

menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) yang akan

menghasilkan koefisien regresi linier yang tidak bias.

3.6 Uji Hipotesa Gauss-Markov

3.6.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah memiliki data normal atau mendekati normal

(Ghozali,2007:110)

Uji normalitas dapat juga menggunakan One Sampel Kolmogorov-

Smirnov Test (dengan program SPSS). Diantaranya adalah sampel yang akan

dipakai untuk analisis haruslah berasal dari populasi yang berdistribusi normal

dengan tingkat signifikansi a = 5 % (0,05), jika signifikansi < 0,05 maka distribusi

data dapat dikatakan tidak normal. Sebaliknya jika signifikansi > 0,05 maka

distribusi data dapat dikatakan normal.

3.6.2 Uji Autokorelasi

Deteksi autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi

linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan

30
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lain (Ghozali,2006).

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan

penggangggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering

ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada

seseorang individu atau kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada

individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya. Salah satu cara untuk

mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah uji Durbin- Watson. Uji Durbin-

Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order

autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model

regresi dan tidak ada variabel lag diantar variabel independen (Ghozali, 2006).

3.6.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk melihat apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (Ghozali,

2006: 54).

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi

ini adalah dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas dan

apabila korelasinya signifikan antar variabel bebas tersebut maka terjadi

multikolinieritas. Seperti yang dijelaskan oleh Ghozali (2006: 54) sebagai berikut:

31
(a) nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat

tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak

signifikan mempengaruhi variabel depende, (b) menganalisis matriks korelasi

variabel-variabel independen, jika antar variabel independen terjadi korelasi yang

cukup tinggi (umumnya > 0,09), maka indikasi terjadi multikolinieritas. Tidak

adanya nilai korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dan

multikolinieritas. Multikolinieritas dapat terjadi karena kombinasi dua atau lebih

variabel independen, (c) multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan

lawannya yaitu variance inflactor factor (VIF). Kedua variabel ini menunjukkan

setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang

tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah

sama dengan VIF yang tinggi. Batasan umum yang digunakan untuk mengukur

multikolinieritas adalah tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10 maka terjadi

multikolinieritas.

3.6.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lainnya. Jika varians dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas, dan jika varians berbeda

maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2006: 55).

32
Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat

ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED di

mana sumbu Y’ adalah Y diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi –Y

sesungguhnya) yang telah di studentized (Ghozali, 2006: 56).

3.7 Uji Statistik


Menurut Ghozali (2006: 57) ketepatan fungsi regresi dalam mengestimasi

nilai aktual dapat diukur dari Goodness of Fit-nya. Secara statistik dapat diukur

dari nilai statistik T, nilai statistik F dan koefisien determinasinya. Suatu

perhitungan statistik disebut sigifikan secara statistik apabila nilai uji yang

dikehendaki statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah di mana HO ditolak).

Ho yang menyatakan bahwa variabel independen tidak berpengaruh secara parsial

maupun simultan terhadap variabel dependen. Sebaliknya disebut tidak signifikan

apabila nilai uji statistiknya berada dalam di mana Ho diterima.

3.7.4 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias

terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap

33
tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah

variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independen.

Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan Adjusted R2

pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai

Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan

kedalam model (Ghozali, 2006).

3.7.1 Uji F (F-test)

Uji F ini biasa digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

secara signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika fhitung < ftabel, maka H0

diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh

terhadap variabel dependen (tidak signifikan), artinya perubahan yang terjadi pada

variabel variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel

independen, dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 0,5 %.

3.7.2 Uji t (t-test)

Uji t ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen secara sendiri-sendiri memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen. Artinya, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen

secara nyata.

3.8 Definisi Operasional dan Pengukuran

Batasan atau definisi variabel yang digunakan dalam penelitian ini secara

operasional dapat diidentifikasi sebagai berikut:

34
1. Permintaan pinjaman atau pembiayaan (Y) adalah jumlah uang

pinjaman yang akan diterima oleh nasabah dari Pegadaian berupa uang yang

diukur dalam satuan rupiah, dengan memberi jaminan berupa barang ataupun

benda sebagai pelunasannya yang ditentukan. Data diperoleh dari pengisian

kuisioner dan wawancara responden Pegadaian Syariah Simpang Patal kota

Palembang.

2. Tingkat pendapatan nasabah (TP) merupakan jumlah seluruh

penghasilan yang diterima oleh nasabah dari kerja ataupun usaha selama satu

bulan, dihitung dalam satuan rupiah. Data diperoleh dari pengisian kuisioner dan

wawancara responden Pegadaian Syariah Simpang Patal kota Palembang.

3. Tingkat pendidikan (P) merupakan pendidikan terakhir yang ditempuh

oleh nasabah. Pendidikan meliputi SD, SMP, SMA, D3, dan SI atau yang

sederajat. Pengukuran variabel tingkat pendidikan masyarakat didasarkan pada

lamannya jenjang pendidikan yang ditempuh.

4. Jumlah tanggungan keluarga (JT) merupakan besarnya jumlah

tanggungan anggota dalam keluarga yang dibebankan kepadaa responden atau

kepala keluarga. Data diperoleh dari pengisian kuisioner dan wawancara

responden Pegadaian Syariah Simpang Patal kota Palembang.

35
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Pegadaian Syariah Simpang Patal Palembang

Pegadaian syariah simpang patal kota Palembang bertempat di Jl.

R.Sukamto No 2335 Kelurahan 8 ilir, ilir timur II, 30163, Palembang, Sumatra

Selatan. Pegadaian syariah simpang patal berdiri tahun 2009, didirikannya

pegadaian ini untuk membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan

rakyat khususnya golongan menengah ke bawah dengan memberikan solusi

keuangan yang terbaik melalui penyaluran pinjaman skala mikro kecil dan

menengah atas dasar hukum gadai. Adapun visi dari pegadaian menjadi

perusahaan finansial terbaik di Indonesia dan agen inklusi keuangan, misi dari

pegadaian yaitu memberikan manfaat dan keuntungan optimal bagi seluruh

pemangku kepentingan dengan mengembangkan bisnis inti. Membangun bisnis

yang lebih beragam dengan mengembangkan bisnis baru untuk menambah

proposisi nilai ke nasabah dan pemangku kepentingan. Memberikan service

excelence dengan fokus nasabah melalui bisnis proses yang lebih sederhana dan

digital, teknologi informasi yang handal dan mutahir, prakter managemen risiko

yang kokoh, SDM yang profesional berbudaya kinerja baik.

4.1.2 Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini yaitu nasabah yang menggunakan

Pegadaian Syariah. Sampel sebanyak 40 responden, diambil secara langsung

melalui tanya jawab dengan pertanyaan yang terdapat dikuisioner, yang tersebar

36
di kota Palembang. Selanjutnya akan didistribusikan berdasarkan pendapatan,

pendidikan, jumlah tanggungan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, permintaan

pembiayaan, dan status pernikahan.

4.1.2.1 Umur

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 15-25 6 15.0 15.0 15.0

26-35 18 45.0 45.0 60.0

36-50 16 40.0 40.0 100.0

Total 40 100.0 100.0


Sumber : data primer (diolah)2018

Berdasarkan tabel di atas data lapangan menunjukkan bahwa persentase

umur tertinggi responden yaitu berada di umur 26 sampai 35 tahun, atau 45,0 %

yakni sebanyak 18 orang. Sedangkan persentase selanjutnya ditunjukkan oleh

responden yang berumur 15 sampai 25 tahun, dengan persentase 15 % atau

berjumlah 6 orang. Persentase umur responden selanjutnya berada di umur 36

sampai 50 tahun yang berjumlah 16 orang dengan persentase 40 %.

4.1.2.2 Status Pernikahan

Status pernikahan yang dimaksud merupakan nasabah yang bersatus sudah sah

menikah secara agama maupun negara, yang hidup bersama dan oleh masyarakat

sekelilingnya dianggap sebagai suami atau istri.

Berdasarkan tabel 4.2 distribusi responden berdasarkan status pernikahan,

jumlah responden yang belum menikah mencapai dengan 12,5 % yakni sebanyak

37
5 responden sedangkan jumlah responden yang sudah menikah mencapai 87,5 %

berjumlah 35 responden. Status pernikahan responden juga mempengaruhi

terhadap permintaan pembiayaan pada pegadaian syariah kota Palembang, status

pernikahan juga menentukan jumlah tanggungan nasabah yang akan di keluarkan

atau yang akan dibiayai lebih banyak dari pada responden yang belum menikah.

Distribusi responden berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada tabel 4.2 di

bawah

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Status Pernikahan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sudah menikah 35 87.5 87.5 87.5

belum menikah 5 12.5 12.5 100.0

Total 40 100.0 100.0


Sumber : data primer (diolah) 2018

4.1.3.3 Jenis Kelamin

Berdasarkan data lapangan 40 responden yang meminta pembiayaan di

Pegadaian Syariah kota Palembang, diketahui jenis kelamin perempuan lebih

banyak dibandingkan laki-laki. Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa

karakteristik responden dilihat dari jenis kelaminnya berjumlah pria sebanyak 19

orang atau 47,5 % sedangkan perempuan sebanyak 21 orang atau 52,5 %.

Hal ini menunjukkan bahwa dari semua responden yang terpilih untuk di

teliti, ternyata potensi responden wanita jauh lebih besar dibandingkan pria dalam

hal melakukan permintaan pembiayaan pegadaian syariah di kota Palembang.

38
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 19 47.5 47.5 47.5

Perempuan 21 52.5 52.5 100.0

Total 40 100.0 100.0


Sumber : data primer (diolah) 2018

4.1.3.4 Pendidikan Terakhir

Pendidikan terakhir merupakan pendidikan terakhir yang telah di tempuh

oleh responden. Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 4 10.0 10.0 10.0

SMP 8 20.0 20.0 30.0

SMA 22 55.0 55.0 85.0

D3 1 2.5 2.5 87.5

S1 5 12.5 12.5 100.0

Total 40 100.0 100.0


Sumber: data primer (diolah) 2018

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui data yang diperoleh dari 40 sampel,

rata-rata yang meminta pembiayaan di pegadaian syariah kota Palembang adalah

lulusan SD yakni sebanyak 10,0% dengan jumlah 4 orang, lulusan SMP sebesar

20,0% atau yakni 8 orang, lulusan SMA sebesar 55,0% sebanyak 22 orang. Dan

dan lulusan D3 2,5 % atau yakni berjumlah 1 orang serta lulusan S1 sebesar 12,5

39
% berjumlah 5 orang . Dari 40 responden tingkat pendidikan terakhir yang paling

banyak adalah nasabah yang berpendidikan SMA kebawah.

4.1.3.5 Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden atau nasabah mempengaruhi tingkat

pendapatannya. Hal tersebut mempengaruhi responden untuk meminta

pembiayaan ke Pegadaian Syariah. Tabel 4.5 menunjukkan persentase responden

berdasarkan jenis pekerjaan, dari 40 sampel lebih banyak responden yang

berprofesi lain-lain, profesi lain-lain yaitu nasabah yang bekerja sebagai, buruh,

SPG (Sales Promotion Girl), toko kelontong, penjaga Counter HP, penjaga toko

dan lain-lain sebesar 50,0 % yakni berjumlah 20 responden. Sedangkan yang

berprofesi sebagai PNS sebesar 5,0 % berjumlah 2 orang, wiraswasta sebesar 17,5

% yaitu berjumlah 7 orang, karyawan 27,5 % berjumlah 11 orang. Distribusi

responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Pekerjaan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Wiraswasta 7 17.5 17.5 17.5

Karyawan 11 27.5 27.5 45.0

PNS 2 5.0 5.0 50.0

lain-lain 20 50.0 50.0 100.0

Total 40 100.0 100.0


Sumber: data primer (diolah) 2018

40
4.1.3.6 Pendapatan

Pendapatan yang dimaksud merupakan besaran pendapatan atau

penghasilan yang diperoleh dari hasil bekerja ataupun usaha yang diperoleh dalam

kurung waktu satu bulan. Distribusi responden berdasarkan pendapatan dapat

dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rp1.000.000 - Rp2.000.000 10 25.0 25.0 25.0

Rp2.100.000 - Rp3.000.000 9 22.5 22.5 47.5

Rp3.100.000 - Rp4.000.000 12 30.0 30.0 77.5

Rp4.100.000 - Rp5.000.000 9 22.5 22.5 100.0

Total 40 100.0 100.0


Sumber: data primer (diolah) 2018

Pendapatan berpengaruh terhadap permintaan pembiayaan yang diajukan

oleh nasabah ke Pegadaian. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata

yang terbanyak dari kelompok responden Rp 3.100.000 – Rp 4.000.000 diperoleh

30 % yakni berjumlah 12 orang. Sedangkan pendapatan Rp 1.000.000 – 2.000.000

sebanyak 25,0 %, pendapatan responden Rp 3.100.000 sampai dengan Rp

4.000.000 sebanyak 30 %. Dan Rp 4.100.000 sampai Rp 5.000.000 sebesar 22,5

%.

41
4.1.3.7 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah orang yang masih dibebankan biaya hidupnya atau tanggung jawab

dari responden merupakan jumlah tanggungan keluarga. Tabel 4.7 menunjukkan

hasil persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga.

Tabel 4.7

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah Tanggungan Frequency Persentase


No
Keluarga %
1 0-2 15 37,5
2 3-5 25 62,5
Jumlah 40 100.0
Sumber: Data Primer (diolah) 2018

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa rata-rata responden dengan

jumlah tanggungan keluarga paling tinggi terdapat pada 3 sampai 5 tanggungan

keluarga sebesar 62,5 % dengan jumlah sebesar 25 responden sedangkan yang

terkecil terdapat pada jumlah tanggungan 0 sampai 2 sebesar 37,5 % yakni

berjumlah 15 responden.

4.1.3.8 Permintaan Pembiayaan

Banyaknya permintaan nasabah atau responden yang mengajukan

pembiayaan pada Pegadaian Syariah di kota Palembang dapat dilihat pada tabel

4.8

42
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Permintaan Pembiayaan

Permintaan Pembiayaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rp1.000.000 - Rp3.000.000 24 60.0 60.0 60.0

Rp3.100.000 - Rp5.000.000 11 27.5 27.5 87.5

Rp5.100.000 - Rp7.000.000 2 5.0 5.1 92.5

Rp7.100.000 - Rp9.000.000 2 5.0 5.0 97.9

Rp9.100.000 - Rp10.000.000 1 2.5 2.5 100.0

Total 40 100.0
Sumber: data primer (diolah) 2018

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui besarnya permintaan pembiayaan pada

Pegadaian Syariah kota Palembang, rata-rata yang paling banyak yaitu Rp

100.000 - Rp 3.000.000 dengan 60,0 % berjumlah 24 responden, permintaan

pembiayaan Rp 3.100.000 – Rp 5.000.000 sebesar 27,5 % dan Rp 5.100.000 – Rp

7.000.000 sebesar 5,0 %, Rp 7.100.000 – 9.000.000 sebesar 5,0 % dan Rp

9.100.000 – Rp 10.000.000 sebesar 25,0 %.

4.1.4 Analisis Data

Penelitian ini berdasarkan hasil survey menggunakan kuisioner sebagai

alat pengumpulan data, Responden adalah nasabah atau masyarakat yang

menggunakan pegadaian syariah kota Palembang penelitian ini dilaksanakan pada

tahun 2018 di kota Palembang. Maka diperoleh gambaran mengenai kondisi

ekonomi dan identitas responden. Analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini meliputi analisis variabel independen yaitu tingkat pendapatan, jumlah

43
tanggungan keluarga dan pendidikan, variabel dependennya permintaan

pembiayaan.

4.1.5 Uji Hipotesa Gauss-Markov

4.1.5.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam regresi variabel

dependen dan indepeden mempunyai distribusi normal atau sebaliknya, dapat

dilakukan dengan cara uji normalitas. Model regresi yang baik yaitu memiliki

distribusi normal atau mendekati normal. Dilihat dari grafik di bawah, titik-titik

kecil mendekati garis, bisa dikatakan bahwa data dari penelitian memiliki

distribusi normal.

Gambar 4.1 Grafik Histogram

Gambar 4.2 Grafik P-Plot

44
Berdasarkan gambar grafik di atas terlihat data menyebar di sekitar area

garis dan mengikuti arah garis menuju pola distribusi normal maka data dari

penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.

4.1.5.2 Uji Autokorelasi

Deteksi autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi

linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lain (Ghozali,2006).

45
Tabel 4.10 Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Change Statistics
Std. Error
R Adjusted R of the R Square F Sig. F Durbin-
Model R Square Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson

1 .589
.347 .322 .72182 .347 13.479 3 76 .000 1.646
a

a. Predictors: (Constant), P, JT, TP

b. Dependent Variable: PP
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson

menunjukkan nilai sebesar 1,646 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien bebas

dari gangguan autokorelasi.

4.1.5.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Uji heteroskedastisitas menunjukkan penyebaran variabel independen atau

variabel bebas. Untuk melihat hasil uji heteroskedasitas dapat dilakukan dengan

mengamati grafik Scatterplot, melihat titik-titik yang menyebar diatas ataupun

dibawah.

46
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedasitas

Berdasarkan gambar 4.3 Scaterrplot Heteroskedasitas diketahui dengan

melihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk pola tertentu. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas

4.1.5.4 Uji Multikolinieritas

Dalam asumsi regresi linear klasik, antar variabel independen tidak

diijinkan untuk saling kolerasi. Adanya multikolinearitas akan menyebabkan

besarnya varian koefisien regresi yang berdampak pada lebarnya interval

kepercayaan terhadap variabel bebas yang digunakan.

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas adalah dengan cara

melihat nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Suatu model

47
regresi bebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai tolerance kurang dari 0,1

dan nilai VIF lebih dari 1,0

Tabel 4.11 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Correlations Collinearity Statistics

Model Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant)

TP .489 .485 .469 .852 1.173

JT .248 .161 .138 .951 1.051

P .012 -.169 -.145 .892 1.121

a. Dependent Variable: PP

Hasil uji multikolinearitas menunjukkan nilai tolerance dari variabel TP

(tingkat pendapatan) adalah 0,852, JT (jumlah tangggungan keluarga) 0,951 dan

Pendidikan 0,892. Nilai VIF dari variabel TP (tingkat pendapatan) adalah 1.173,

JT (jumlah tanggungan keluarga) 1.051 dan P (pendidikan) 1,405. Nilai tolerance

ketiga variabel tersebut lebih dari 1.221. Nilai VIF ketiga variabel tersebut lebih

kecil dari 10,00. Hal ini menunjukkan tidak terdapat masalah multikolinearitas.

4.1.6 Uji Statistik

4.1.6.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Dalam analisis regresi linier berganda salah satu uji hipotesis yang harus

dilakukan adalah mengukur besarnya koefisien determinasi (R2). Jika R2 yang

diperoleh mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut

dalam menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya,

48
jika R2 mendekati 0 (nol) maka semakin lemah model tersebut

dalammenerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut adalah

Tabel hasil pengukuran koefisien determinasi.

Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi R2

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .531a .282 .222 .59170

a. Predictors: (Constant), P, JT, TP

b. Dependent Variable: PP

Berdasarkan tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa besarnya R Square

adalah 0,282. Hal ini menjelaskan bahwa 28,2% variasi permintaan pembiayaan

dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen yakni tingkat

pendapatan, jumlah tanggungan keluarga dan pendidikan. Sedangkan 71,8 %

lainnya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diamati atau diobservasi pada

penelitian ini.

4.1.6.2 Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen. Kriteria untuk menguji hipotesis tersebut adalah :

 Jika nilai sig < 0,05 atau thitung > tTabel = berpengaruh

 Jika nilai sig > 0,05 atau tTabel < tTabel = tidak berpengaruh

Adapun hasil dari perhitungan F dapat dilihat pada Tabel 4.13

49
Tabel 4.13 Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.946 3 1.649 4.709 .007a

Residual 12.604 36 .350

Total 17.549 39

a. Predictors: (Constant), P, JT, TP

b. Dependent Variable: PP

Hasil uji F pada tabel 4.13 sebesar 4.709 dengan signifikansi sebesar

0,007. Karena probabilitas signifikansi tersebut lebih dari 0,05 maka model

regresi dapat dikatakan bahwa variabel tingkat pendapatan, jumlah tanggungan

keluarga dan pendidikan tidak berpengaruh secara bersama-sama terhadap

permintaan pembiayaan.

4.1.6.3 Uji T

Uji t digunakan untuk mengetahui pengujian signifikansi terhadap

pengaruh masing-masing variabel indepeden terhadap variabel dependen. Uji t

dapat dilihat dengan cara membandingkan nilai t-statistik dengan t-tabel atau

membandingkan probabilitas t-statistik dengan tingkat signifikansi.

50
Tabel hasil 4.14 Uji T

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 1.095 3.978 .275 .785

TP .900 .271 .509 3.324 .002

JT .309 .317 .141 .976 .336

P -.285 .277 -.154 -1.027 .311

a. Dependent Variable: PP

Berdasarkan tabel 4.14 di peroleh nilai t-hitung variabel TP (tingkat pendapatan)

sebesar 3,324 lebih besar dari pada nilai t-tabel pada tingkat signifikansi 5 %

sebesar 1,687 atau nilai sig 0,002 hal ini dapat diartikan tingkat pendapatan

berpengaruh dan signifikan terhadap permintaan pembiayaan

Nilai t-hitung variabel JT (jumlah tanggungan keluarga) sebesar 0,976

lebih kecil dari pada nilai t-tabel pada tingkat signifikansi 5 % sebesar 1,687 atau

nilai sig 0,336 sama halnya dengan t-statistik 0,336 < 0,05 yang berarti variabel

jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap permintaan pembiayaan.

Nilai t-hitung variabel P (pendidikan) sebesar -1,027 lebih kecil dari pada

nilai t-tabel pada tingkat signifikansi 5% sebesar 1,687 artinya pendidikan tidak

berpengaruh terhadap permintaan pembiayaan. Atau nilai sig lebih besar 0,311

lebih besar dari 0,05 yang berarti variabel pendidikan tidak berpengaruh

signifikan.

51
4.2 Pembahasan

4.2.1 Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Nasabah Terhadap Permintaan

Pembiayaan

Berdasarkan dari hasil penelitian, hasil uji t diperoleh keterangan bahwa

variabel tingkat pendapatan nasabah berpengaruh positif dan signifikan terhadap

permintaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah pendapatan nasabah atau

responden maka semakin tinggi pula jumlah permintaan pembiayaan atau

pinjaman yang akan dilakukan.

Ada dua alasan utama memegang uang dalam ekonomi islam (Huda, dkk,

2008), yaitu motivasi transaksi dan berjaga-jaga. Spekulasi dalam pengertian

Keynes, tidak akan pernah ada dalam ekonomi islam, sehingga permintaan uang

untuk tujuan spekulasi menjadi nol dalam ekonomi islam. Oleh karena itu,

permintaan uang dalam ekonomi islam. Oleh karena itu, permintaan uang dalam

ekonomi islam berhubungan dengan tingkat pendapatan. Keperluan uang tunai

yang dipegang dalam jangka waktu penerimaan pendapatan dan pembayarannya.

Besarnya persediaan uang tunai akan berhubungan dengan tingkat pendapatan dan

frekuensi pengeluaran. Jika seseorang menerima pendapatan dalam bentuk uang

tunai dan dalam waktu bersamaan dikeluarkan juga secara tunai, maka tidak perlu

memegang uang untuk tujuan transaksi. Di sini tidak ada interval waktu untuk

menjembatinya. Dalam hubungannya dengan kebutuhan pribadi, sesungguhnya

persediaan uang tunai yang dipegang akan lebih besar dari proporsi dalam interval

antara penerimaan dan pendapatan (.Nasution dan Huda, 2009: 240).

52
Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Pranata dan Widarno (2014) yang menyatakan bahwa pendapatan nasabah

berepengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan, hal ini ditunjukkan oleh

nilai B sebesar 4,502 dan signifikan sebesar 0,000 hal ini menunjukkan bahwa p-

value < 0,05, maka mampu menerima H0.

4.2.2 Hubungan Antara Pendidikan Terakhir Nasabah Terhadap

Permintaan Pembiayaan

Berdasarkan hasil uji t diperoleh keterangan bahwa variabel pendidikan

tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan pegadaian syariah dikota

Palembang. Hal ini disebabkan tingkat pendidikan bertentangan terhadap

kenyataan hidup yang dihadapai oleh responden ataupun nasabah untuk

memenuhi dan membutuhkan uang. jadi pendidikan terakhir yang dicapai oleh

nasabah merupakan hal yang mendasar untuk mempertimbangkan dalam

pengambilan pembiayaan ataupun pinjaman di pegadaian.

Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Pranata dan Widarno (2014) yang mengemukakan bahwa pendidikan tidak

berpengaruh signifikan terehadap pengaruh pengambilan jumlah kredit karena

tingkat pendidikan bukan merupakan hal yang mendasar untuk menilai kelayakan

dalam pengambilan kredit didukung dengan penelitian yang dilakukan dengan

taraf signifikansi sebesar 0,387.

53
4.3.3 Hubungan Antara Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap

Permintaan Pembiayaan

Jumlah tanggungan keluarga adalah orang yang masih diberi tanggung

jawab untuk memberikan nafkah pada anggota keluarga. Dalam rumah tangga

biasanya dikepalai oleh orang yang paling bertanggung jawab atas kebutuhan

sehari-hari dalam rumah tangga ataupun orang yang paling tua dalam sebuah

rumah tangga. Adapun anggota keluarga yang mempunyai hubungan darah atau

kekerabatan dengan anak, istri, suami, cucu, mertua ataupun famili.

Hasil program SPSS menunjukkan bahwa variabel jumlah tanggungan

keluarga berpengaruh terhadap permintaan pembiayaan. Jumlah tanggungan

keluarga berpengaruh, jumlah tanggungan keluarga rendah bukan jaminan

masyarakat tidak menggunakan Pegadaian. selain itu juga jumlah tanggungan

keluarga berarti relatif banyak atau sedikitnya tangggungan keluarga yang harus

dipenuhi sehingga cenderung lebih mendorong untuk melakukan pinjaman untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi, selain itu masyarakat yang mengajukan

pembiayaan karna sifatnya mendesak dan bersifat konsumtif.

Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga. Banyaknya anggota keluarga, maka

pola konsumsinya semakin bervariasi karena masing-masing anggota rumah

tangga belum tentu mempunyai selera yang sama. Jumlah anggota keluarga

berkaitan dengan pendapatan rumah tangga yang akhirnya akan mempengaruhi

pola konsumsi rumah tangga tersebut.

54
Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh adiana

dan Karmini (2014) yang mengemukakan bahwa jumlah tanggungan keluarga

berpengaruh terhadap pola konsumsi rumah tangga miskin di kecamatan Gianyar

Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pola konsumsi rumah tangga.

55
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan pegadaian syariah di kota

Palembang maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat pendapatan nasabah berpengaruh positif dan signifikan

terhadap permintaan pembiayaan. Dengan demikian tingkat pendapatan

cukup mempengaruhi pada permintaan pembiayaan pada Pegadaian

Syariah kota Palembang, hal tersebut sesuai dengan hipotesis.

2. Pendidikan terakhir nasabah tidak berpengaruh terhadap permintaan

pembiayaan karena pendidikan bukan hal yang mendasar untuk nasabah

meminta permintaan pembiayaan. Variabel pendidikan terakhir nasabah

tidak mempengaruhi pada permintaan pembiayaan pada Pegadaian

Syariah kota Palembang, hal tersebut sesuai dengan hipotesis.

3. Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap permintaan

pembiayaan. jumlah tanggungan keluarga ini merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga sehingga semakin

banyak jumlah tanggungan dalam sebuah keluarga akan semakin banyak

pula keperluan yang akan dibutuhkan.

56
5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, saran yang dapat

diajukan dalam penelitian adalah:

1. Pegadaian harus melakukan promosi agar masyarakat lebih mengenal

Pegadaian Syariah dan mengupayakan lembaganya menjadi lembaga

penyedia dana yang terpercaya, mudah dan cepat sehingga banyak

masyarakat menjadikan Pegadaian Syariah sebagai alternative untuk

mendapatkan pembiayaan

2. Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan mengingat masih

banyaknya faktor-faktor berpengaruh terhadap permintaan pembiayaan

pada Pegadaian Syariah yang belum diketahui. Oleh karenanya penelitian

dalam menganalisis tema yang sama dimasa yang akan datang sebaiknya

menambah variabel penelitian yang berbeda seperti jarak rumah ke

Pegadaian dan lain-lain sehingga variabel tersebut dapat mempengaruhi

permintaan pembiayaan.

57
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahmat Ghazaly, dkk.2010. Fiqh Muamalat, Jakarta,Prenda Media Group.

Abdullah,yudi, “Permintaan Kredit di Pegadiaan Palembang Meningkat”, 25


febuari 2017.
http://www.antaranews.com/berita/564918/permintaan-kredit-
dipegadaian-palembang-meningkat

Adiana, Pande Putu Erwin & Karmini, Ni Luh. Pengaruh Pendapatan, Jumlah
Anggota Keluarga dan Pendidikan Terhadap Pola Konsumsi Rumah
Tangga Miskin di Kecamatan Gianyar. Jurnal Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

Bacaan dan Terjemahan al-baqarah ayat 282-283. Diakses 1 agustus 2017.

Badan Pusat Statistik Kota Palembang. 2017. Jumlah Penduduk Kota Palembang
2010-2015. Palembang: BPS

Badan Pusat Statistik Kota Palembang. 2017. Jumlah Rumah Tangga di Kota
Palembang. Palembang: BPS

Badan Pusat Statistik Kota Palembang. 2017. PDF Publikasi Statistik Daerah
Kota Palembang 2017. Palembang: BPS

Badan Pusat Statistik Kota Palembang. 2017. PDF Publikasi kota Palembang
Dalam Angka 2017.

Dewi,Ade Septevani, 2016. Pengaruh Jumlah Nasabah, Tingkat Suku Bunga dan
Infalsi Terhadap Penyaluran Kredit Pada PT Pegadaian di Cabang
Samarinda Seberang Kota Samarinda. Journal Fakultas Ekonomi
Universitas Mulawarman.

Faizal N.Henry.2015.Ekonomi Public Edisi Kedua.Jakarta: PT.Indeks.

Gujarati dan Porter. 2009. Dasar-Dasar Ekonometrika. Salemba Empat. Jakarta.

Gujarati, D. N. 2013. Dasar-dasar Ekonometrika, Edisi Kelima. Mangunsong, R.


C., penerjemah. Jakarta: Salemba Empat.

Kementrian Agama Sumatra Selatan. Data Pemeluk Agama, 2016.

Kuncoro,Mudrajat.2003.Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi.


Jakarta:Erlangga

58
Martono. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan lain, cetakan keempat, Yogyakarta:
ekonoSia.

Nabilah,Nadiah., Selamah, Maamor., Azizah, Othman.2015. Factors of Customers


Intention To Use Ar-Rahnu at Post Office: A Case Study Kedah.
Journal ekonomi islam perbankan dan keuangan Vol-11, No 4, Octo-
Des 2015

Nopirin. Ekonomi Moneter.2014. Buku II. Edisi pertama.Penerbit BPFE:


Yogyakarta.
Nuraini , Yustiana Ratna.2008. Analisis faktor-fator yang mempengaruhi
permintaan kredit perum pegadiaan. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Purnomo,Ade.2009. Pengaruh Pendapatan Pegadaian,Jumlah Nasabah dan
Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Pada Perum Pegadaian
Syariah Cabang Dewi Sartika Periode 2004-2008. Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma.

Pranata,Gery. & Bambang Widarno.2014. Pengaruh Tingkat Suku Bunga,


Pendapatan, Status Pekerjaan, Jangka Waktu Kredit dan Tingkat
Pendidikan Terhadap Jumlah Pengambilan Kredit. Journal Akuntansi
dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 10, No. 2, Oktober 2014: 151-165.

Rachmad,Jumadevrizar.2010. Analisis Permintaan Gadai di Perum Pegadaian


Kota Dumai. Journal Ilmu Ekonomi, Universitas Riau.

Raditya, Anindika.2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya


Pengambilan Kredit oleh Masyarakat pada Perum Pegadaian Cabang
Klaten. Universitas Sebelas Maret.

Rahardja,Prathama & Manurung Mandala.2014. Pengantar Ilmu Ekonomi


(microekonomi dan makroekonomi).EdisiKetiga.

Raharjo, Sugeng.2011. Pengaruh Suku Bunga, Pendapatan Nasabah, Status


Pekerjaan Nasabah, Jangka Waktu Kredit terhadap Jumlah
Pengambilan Kredit Pada Nasabah Perusahaan Daerah Badan Kredit
Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri. Vol 19, No 17.

Rais,Sasli.2008. PEGADAIAN SYARIAH: Konsep dan Sistem Operasional,


Jakarta, UI-Press.

59
Rosa,Del Yenni,Erdasati Husni dan Idwar. 2017 . Pengaruh Tingkat Inflasi dan
Pendapatan Pegadaian Terhadap Penyaluran Kredit RAHN Pada
Pegadaian Syariah di Indonesia Tahun 2007-2015. Journal Fakultas
Ekonomi UMSB Vol III. No. 5-April 2017

Sayid Syekh, Sekilas Pengantar Ilmu Ekonomi dan Pengantar Ekonomi Islam,
hal.185

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sugiyono.2009. Metode Penelitian Bisnis (pendekatan kuantitatif, kualitatif dan

R&D)

Sukirno,Sadono. 2015. Mikro Ekonomi Teori Pengantar.Jakarta.PT Raja Grafindo


Persada

Suparmoko,Muhammad.1999. Metode Penelitian Praktis. Yogyakarta. BPFE-


Yogyakarta

Syekh,Sayid.2013. Sekilas Pengantar Ilmu Ekonomi dan Pengantar Ekonomi


Islam.Jakarta: GP Press Group

Widiarti,Titi & Sinarti.2013. Pengaruh Pendapatan,Jumlah Nasabah, dan Tingkat


Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Pada Perum Pegadaian Cabang
Batam Periode 2008-2012. Journal Manajemen Politeknik Negeri
Batam.

Wulansari,Fidia.2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Masyarakat


Terhadap Jasa Rahn Pada Pegadaian Syariah Singkawang. Journal
Fakultas Ekonomi Vol 4, No 4 (2015) Universitas Tanjungpura.

60

Anda mungkin juga menyukai