Anda di halaman 1dari 34

BAB 5

MASALAH KHUSUS

EXTENSOMETER PROYEK

5.1 URAIAN UMUM

Pada Proyek R dalam mengawasi pergerakan tanah, muka air tanah,

pergerakan d-wall dan masalah geoteknik lainnya, A sebagai kontraktor utama

memasang beberapa instrument geoteknik. Adapun instrument yang dipasang

pada proyek R adalah sebagai berikut:

1. Inclinometer

Inclinometer digunakan untuk monitoring pergerakan dari diafgrahm wall

atau d-wall agar selalu dalam keadaan aman selama proses penggalian dan

pekerjaan basement. Inclinometer dipasang pada 15 titik yang menyebar di

Proyek R. Inclinometer dibaca satu kali setiap hari selama pekerjaan penggalian

dan sampai pekerjaan basement selesai.

2. Extensometer

Extensometer digunakan untuk monitoring pergerakan tanah yang terjadi

selama penggalian, pekerjaan basement dan setelah pekerjaan struktur bawah

selesai. Extensometer dipasang pada 2 titik pada Proyek R yaitu pada setiap

opening dari penggalian. Extensometer dibaca 1 minggu sekali selama penggalian

dan konstruksi berlangsung.

118
3. Piezometer stand pipe

Piezometer stand pipe digunakan untuk monitoring muka air tanah dan

menyakinkan bahwa pekerjaan dewatering yang terpasang pada proyek R telah

bekerja sesuai rencana. Piezometer stand pipe dipasang pada 8 titik yang

menyebar didalam maupun diluar proyek R. Piezometer stand pipe dibaca setiap

hari selama pekerjaan dewatering.

4. Piezometer vibrating wire

Piezometer vibrating wire digunakan untuk monitoring muka air tanah dan

tekanan muka air tanah yang merupakan efek dari pekerjaan dewatering yang

terpasang pada proyek R. Piezometer vibrating wire dipasang pada 8 titik yang

menyebar didalam maupun diluar proyek R. Piezometer vibrating wire dibaca

setiap hari selama pekerjaan dewatering.

Semua instrument yang terpasang memiliki hubungan satu sama lain.

Contoh hubungan yang terjadi ketika pekerjaan penggalian adalah sebagai

berikut:

1. D-wall mengalami pergerakan kearah galian yang dibaca oleh inclinometer.

2. Penurunan muka air tanah di luar galian dibaca menggunakan instrumen

piezometer stand pipe dan penurunan tekanan air tanah di luar galian dibaca

menggunakan instrumen piezometer vibrating wire.

3. Kondisi muka air tanah di luar galian yang turun memungkinkan terjadinya

kenaikan muka air tanah di dalam d-wall, sehingga perlu dilakukan

monitoring pada piezometer stand pipe dan piezometer vibrating wire di

dalam d-wall.

119
4. Adanya penurunan muka air tanah di luar galian dapat menyebabkan tanah

di dalam d-wall mengalami kenaikan,

5. Besar kenaikan tanah di dalam d-wall dimonitor menggunakan

extensometer.

Semua instrument yang digunakan sangat penting selama pekerjaan

penggalian dan pekerjaan basement berlangsung. Setiap instrument yang

digunakan juga memiliki peran masing-masing yang jika tidak berfungsi dengan

baik dapat mengakibatkan akibat yang fatal. Namun pada bab 5 ini penulis akan

membahas lebih lanjut tentang extensometer, penulis memilih instrument

extensometer karena instrument ini berperan penting dalam monitoring penurunan

tanah yang sangat penting dalam proses penggalian tanah maupun pekerjaan

basement. Pekerjaan instrumet extensometer pada proyek menara asta telah diikuti

oleh penulis dari pengeboran lubang, pemasangan pipa, pembacaan alat, sampai

pengolahan data extensometer. Pekerjaan extensometer akan dibahas lebih lanjut

dalam point berikutnya.

5.2 EXTENSOMETER

Extensometer adalah alat untuk mengukur pergerakan kestabilan tanah

berupa kenaikan dan penurunan tanah di kedalaman yang bervariasi pada

pekerjaan penimbunan, tanggul, pekerjaan basement, penggalian bendungan dan

lainnya. Pengukuran kenaikan dan penurunan tanah dapat dilakukan juga dengan

metode survey yaitu pengukuran elevasi permukaan tanah setiap harinya, sehingga

kenaikan atau penuruna tanah yang terjadi dapat diketahui. Namun pengukuran

120
dengan metode survey mempunyai kekurangan karena hanya mengetahui

pergerakan secara umum tanpa mengetahui pergerakan lapisan yang bergerak.

Pada pengukuran dengan extensometer, kenaikan atau penurunan tiap lapisan

tanah dapat dimonitor.

Alat ini terdiri dari spider magnet yang diikat pada pipa dan ditanam di

dalam tanah dengan catatan spider masih dapat bergerak naik atau turun. Selain

dipasang spider, pada pipa juga dipasang datum magnet. Namun datum magnet

tersebut dipasang mati di bagian bawah pipa. Pipa akan menjadi akses magnetic

probe untuk mendeteksi kedudukan magnet spider dan datum magnet, datum

digunakan sebagai titik acuan pembacaan spider di atasnya. Pada sebuah proyek

bangunan tinggi ada beberapa alasan instrument extensometer seharusnya

digunakan yaitu:

1. Pada saat proyek yang memakai tiang pancang

Pemakaian tiang pancang pada pelaksanaanya memiliki kerugian yaitu

menimbulkan getaran dan kegaduhan, maka pada daerah yang berpenduduk padat

akan menimbulkan masalah disekitarnya. Permasalahan yang sering muncul yaitu

retaknya dinding rumah warga jika pada daerah perpenduduk padat, namun

apabila di daerah bangunan tinggi maka yang akan terjadi adalah pergerakan tanah

pondasi.

Pergerakan tanah pondasi dapat terjadi karena sebagian tanah yang

digantikan oleh tiang akan bergeser dan mempengaruhi tanah disekitarnya.

Hasilnya bangunan-bangunan yang berada di dekatnya akan bergerak sesuai

121
dengan pergerakan tanha yang terjadi, baik dalam arah mendatar maupun arah

vertikal tergantung pada kesempatan yang dimiliknya.

Pergerakan seperti ini sangat dihindari, oleh karena itu diperlukan

monitoring pada saat pemancangan tiang agar hal ini dapat dicegah. Extensometer

digunakan pada saat pelaksanaan pemancangan tiang adalah salah satu pilihan

dalam monitoring pergerakan tanah yang terjadi di sekitar daerah pemancangan,

sehingga ketika terjadi pergerakan tanah dapat langsung diketahui. Pergerakan

tanah yang diketahui lebih dini dapat mencegah akibat yang fatal, sehingga

engginering dapat lebih awal tahu dan dapat melakukan improvement pada tanah

disekitar.

2. Metode pelaksanaan basement

Metode pelaksanaan basement yang sering digunakan di Indonesia adalah

metode konvensional. Pada metode konvensional penggalian dilakukan dengan

cara menggali tanah mencapai elevasi rencana. Kemudian setelah selesai

penggalian, dilanjutkan dengan pembuatan pelat basement, kolom dan lainnya.

Metode konvensional ini tidak terlalu memberikan dampak kenaikan atau

penurunan tanah yang terjadi pada saat proses penggalian, karena pada metode ini

penggalian langsung dilakukan hingga mencapai elevasi rencana tanpa adanya

pekerjaan ditengah-tengah pengalian, sehingga kecil kemungkinan terjadinya

pergerakan tanah. Hal ini berbeda dengan metode top down yang merupakan

kebalikan dari metode konvensional.

Metode top down merupakan metode yang baru dalam pengerjaan basement

di Indonesia. Penjelasan sederhana metode top down adalah pelaksanaan struktur

122
basement dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan galian basement, urutan

pekerjaan balok dan pelat lantainya dimulai dari atas ke bawah dan selema proses

pengerjaanya struktur didukung oleh king post dan tanah existing. Metode top

down sering digunakan pada daerah pembangunan yang sempit dan berada daerah

bangunan tinggi. Hal ini dikarenakan metode top down dapat dikerjakan tanpa

menggangu bangunan sekitar.

Pelaksanaan metode ini memiliki potensi untuk terjadinya penurunan dan

kenaikan tanah. Hal ini dikarenakan penggalian dan pembuatan struktur basement

dilakukan bersamaan, sehingga tanah dapat menjadi loos. Oleh karena itu dalam

pelaksanaan metode top down ini dibutuhkan monitoring sehingga pergerakan

tanah yang terjadi dapat diketahui lebih awal. Extensometer dapat digunakan

dalam pelaksanaan metode top down ini, extensometer dapat diletakan di beberapa

titik penggalian yang dianggap memiliki pergerakan tanah yang cukup besar.

Ketika pergerakan tanah dapat diketahui lebih awal maka engineer dapat

mengambil langkah selanjutnya dalam pengerjaan yang sedang dilakukan.

5.2.1 Komponen Extensometer

Extensometer terdiri dari berbagai komponen, sehingga instrument

extensometer dapat membaca pergerakan tanah. Komponen-komponen

extensometer adalah sebagai berikut:

123
1. Read switch probe

Read switch probe merupakan gulungan yang terbuat dari nilon yang

digunakan untuk membaca kedalaman dan dibagian ujung terdapat sensor untuk

membaca kedudukan magnet pada spider magnetic dan datum. Pada saat sensor

mendeteksi magnet, alat berbunyi dan lampu indikator menyala.

Gambar 5.1 Read Switch Probe Extensometer


Sumber: Dokumentasi, 2014

2. Tubing pipe

Tubing pipe adalah sebuah pipa kosong untuk memasukan read switch

probe. Panjang 1 tubbing pipe adalah 3 meter dengan diameter 2 inci, sedangkan

untuk kedalamannya disesuaikan dengan kebutuhan.

Gambar 5.2 Tubing Pipe


Sumber: Dokumentasi, 2014

124
3. Magnetic datum

Magnetic datum diletakan pada dasar pipa. Datum tersebut merupakan

referensi untuk spider magnetic pada tube tersebut.

Gambar 5.3 Magnetic Datum


Sumber: D, 2014

4. Spider magnetic

Spider magnetic memiliki bentuk yang sama dengan datum tetapi memiliki

kaki yang terbuat dari baja. Kaki-kaki tersebut ditancapkan ke tanah. Apabila ada

peningkatan atau penurunan pada level tanah, kaki spider akan mengikuti

perubahan tersebut, sehingga dapat terbaca oleh read switch probe. 1 spider

magnetic memiliki ketinggian 40 cm.

Gambar 5.4 Spider Magnetic


Sumber: Dokumentasi, 2014

125
5.2.2 Fungsi Pemasangan Extensometer

Extensometer memiliki fungsi untuk mengukur pergerakan tanah secara

axial pada setiap lapisannya. Extensometer mengukur pergerakan tanah pada

pelaksanaanya yang dapat berupa:

1. Pergerakan tanah berupa kenaikan tanah

Kenaikan tanah pada pelaksanaanya terjadi pada saat proses penggalian. Hal

ini dapat terjadi karena pada dasarnya tanah kohesif memiliki sifat yaitu

berkurangnya kuat geser tanah apabila struktur tanahnya terganggu. Pada saat

penggalian, tanah yang berada dalam d-wall yang sebelumnya memiliki struktur

padat dan kemudian menjadi kosong sehingga struktur tanah terganggu dan kuat

geser tanah berkurang. Kemudian d-wall bergerak ke arah galian karena tanah di

dalam d-wall tidak mampu menahan tekanan dari tanah yang berada d-wall,

sehingga tanah yang berada di luar turun dan berusaha mengisi struktur tanah

dalam d-wall yang telah terganggu. Hal ini dapat menyebabkan gaya angkat yang

terjadi pada tanah didalam d-wall.

Pergerakan yang terjadi dapat menghambat jalannya pekerjaan. Namun

besar kenaikan tanah dalam d-wall tidak terlalu besar karena pada metode top

down tanah yang telah digali kemudian diganti dengan pelat basement yang dapat

menahan pergerakan dari d-wall dan tanah yang berada diluar d-wall.

Extensometer difungsikan dalam hal ini agar apabila terjadi kenaikan tanah yang

terlalu besar, besar kenaikannya dapat dideteksi lebih awal. Kenaikan tanah yang

terlalu besar selain dapat menghambat pekerjaan galian juga dapat merusak

pekerjaan basement yang dilakukan.

126
2. Pergerakan tanah berupa penurunan tanah

Penurunan tanah dapat terjadi dikarenakan dua hal yaitu beban bangunan

diatas yang melebihi daya dukung tanah dan muka air tanah yang terlalu banyak

hilang yang menyebabkan terbentuknya rongga dan menyebabkan tanah turun.

Pada saat penggalian belum terdapat beban yang begitu besar yang dapat

menyebabkan penurunan tanah, sehingga dapat disimpulkan bahwa penurunan

dapat terjadi karena pengambilan air tanah yang terlalu besar.

Pemasangan dan pembacaan extensometer dilakukan untuk mengetahui

besar penirunan tanah yang terjadi, apabila terjadi penurunan tanah terlalu besar

maka kegiatan pemompaan air yang berupa pekerjaan dewatering dihentikan

sementara. Kemudian dilakukan evaluasi oleh engineering, setelah mendapat

solusi dan kemudian diterapkan dilakukan pembacaan muka air tanah di dalam d-

wall menggunakan piezometer stand pipe apabila telah sesuai dengan rencana

maka pekerjaan dapat dilanjutkan kembali.

Extensometer juga dibaca pada saat pembuatan struktur atas, sehingga

extensometer juga membaca penurunan tanah yang diakibatkan oleh beban

struktur. Pada saat pelaksanaan pekerjaan struktur atas beban akan terus

bertambah dan terdapat beban-beban tambahan seperti lalu lintas alat berat,

bekisting, dan lainnya, yang dapat berpotensi menyebabkan penurunan tanah.

Pada saat pembuatan stuktur atas, pembacaan extensometer dilakukan dari

basement 6. Jadi tanah yang ada menanggung beban dari basement hingga

pekerjaan struktur atas yang sedang berlangsung. Pada dasarnya tanah telah

127
diperkuat oleh tiang pondasi, namun kegagalan tiang pondasi dapat terjadi oleh

karena itu extensometer digunakan untuk mencegah hal ini terjadi.

5.2.3 Penempatan Extensometer

Extensometer pada umumnya dapat diletakan dimanapun, namun untuk

mendapatkan hasil yang maksimal maka ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, yaitu:

1. Extensometer tidak menggangu pekerjaan struktur

Extensometer dipasang mulai pada saat penggalian dan pekerjaan basement.

Oleh karena itu penempatan dari extensometer diharapkan tidak terlalu

menggangu pekerjaan struktur yang sedang berlangsung. Pada proyek R dua

extensometer ditempatkan di pinggir opening hal ini dikarenakan agar tidak

menggangu pembuatan pelat basement.

2. Extensometer berada di tengah-tengah bangunan

Extensometer digunakan untuk membaca pergerakan tanah yang berada di

dalam proyek. Pembacaan pergerakan tanah maksimal bisa didapatkan apabila

extensometer diletakan di tengah-tengah bangunan atau proyek yang sedang

berjalan. Hal ini didasari oleh prinsip penggambaran diagram momen beban

merata, momen terjadi paling besar di tengah bentang. Pergerakan tanah yang

didapat adalah pergerakan tanah yang paling besar sehingga perbaikan yang

diberikan didasari oleh pergerakan tanah secara maksimal.

128
Gambar 5.5 Diagram Momen

5.2.4 Kedalaman Lubang Extensometer

Kedalaman lubang extensometer pada suatu proyek berbeda-beda.

Penentuan kedalaman extensometer pada saat awal perencanaan, ada 2 hal yang

diperhatikan untuk penentuan kedalaman extensometer, yaitu:

1. Nilai N-SPT mencapai tanah keras

Sebelum melaksanakan pembangunan konstruksi dilakukan penyelidikan

karakteristik lapisan tanah setempat untuk menentukan kondisi alamiah, sifat-sifat

tanah dan lapisan-lapisan tanah di lokasi. Salah satu penyelidikannya yaitu berupa

standard penetration test untuk menentukan nilai N SPT. Hasil tes ini memiliki

korelasi dengan kepadatan relatif (Dr) menurut Terzaghi dan peck (1948) yang

dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

129
Tabel 5.1 Hubungan N dan Dr Tanah Pasir

Nilai N Kerapatan relatif (Dr)


<4 Sangat tidak padat
4 – 10 Tidak padat
10 – 30 Kepadatan sedang
30 – 50 Padat
> 50 Sangat padat

Tabel 5.2 Hubungan Nilai N, Konsistensi dan Kuat Tekan-Bebas (Qu) untuk

Tanah Lempung Jenuh

Nilai N Konsistensi Kuat tekan bebas (qu)


(kN/m2)
<2 Sangat lunak < 25
2–4 Lunak 25 – 50
4–8 Sedang 50 – 100
8 – 15 Kaku 100 – 200
15 – 30 Sangat kaku 200 – 400
> 30 Keras > 400

Dari tabel diatas dapat dilhat bahwa tanah keras untuk tanah pasir N SPT

>50 dan untuk tanah lempung N SPT > 30. Kedalaman extensometer dibuat

melibihi dari tanah keras sehingga datum yang dijadikan sebagai acuan

pembacaan spider tidak mengalami pergerakan pengaruh dari penurunan tanah.

Pada proyek R terdapat dua extensometer denagn kedalaman yang sama.

Extensometer 1 terdapat pada opening 1 bagian tower dan extensometer 2 terdapat

pada opening 2 bagian annex. perencanaan kedalaman extensometer dapat

ditentukan dari hasil borehole yang telah dilakukan. Pada peta borehole yang

dilampirkan dapat dilihat bahwa extensometer 1 berdekatan dengan borehole 2

dan extensometer 2 berdekatan dengan borehole 7.

130
Tabel 5.3 Nilai N-SPT Borehole 7

Elevasi (mRL) Relatif Density N-SPT

+9,500
medium stiff 6
+9,500 sampai +0,90

+0,90 sampai -3,40 medium stiff 4

-3,40 sampai -9,90 stiff 11

hard 47

-9,90 sampai -11,40 hard 35

-11,400 sampai -22,900 hard 40

medium stiff 21

hard 37

-22,900 sampai -25,400 very dense 50

-25,400 sampai -34,40 hard 32

very stiff 58

-34,40 sampai -42,900 very dense 66

-42,900 sampai -44,400 hard


58
-44,400 sampai -45,440 very dense

-45,440 sampai -50,850 hard to very stiff 32

Sumber: PT. Tethagra Adyatama, 2014

131
Tabel 5.4 Nilai N-SPT Borehole 2

Elevasi (mRL) Relatif Density N-SPT


+9,368 hard -
+9,368 sampai -2,132 Stiff 10
very soft 11
medium stiff 5
-2,132 sampai -5,132 Stiff 26
-5,132 sampai -8,632 very stiff to hard 60
-8,632 sampai -13,132 very dense 50
-13,132 sampai -15,132 Hard 47
-15,132 sampai -17,632 Dense 36
-17,632 sampai -34,132 very stiff to hard 28
-34,132 sampai -40,132 very dense 60
-40,132 sampai -70,582 Hard 41
Sumber: PT. Tethagra Adyatama, 2014

Pada tabel borehole diatas dapat dilihat kedalaman tanah keras bagian annex

dan tower. Kedalaman extensometer 1 dan 2 mencapai 78 meter.

2. Nilai qc tanah mencapai tanah keras

Tanah keras dapat dilihat dari nilai qc yang dihasilkan uji sondir. Uji sondir

sering digunakan dalam memperoleh nilai variasi kepadatan tanah pasir yang

tidak padat. Pada tanah pasir yang padat, tanah-tanah berkerikil dan tanah berbatu,

penggunaan alat sondir menjadi tidak efektif karena mengalami kesulitan untuk

menembus tanah. Nilai tahanan konus (qc) yang diperoleh dari pengujian dapat

dikorelasikan secara langsung dengan kapasitas dukung tanah. Standar tanah keras

untuk pasir dan lempung berbeda.

132
EXTENSOMETER

SE-01 SE-02
+3.590 +3.590

Grouting Grouting
(Bentonite-Cement) (Bentonite-Cement)

Inclinometer pipe 2" Inclinometer pipe 2"

-13.317 SP04 = 17 m -13.317 SP04 = 17 m

-25.212 SP03 = 29 m -25.212 SP03 = 29 m

-37.032 SP02 = 41 m -37.032 SP02 = 41 m

-55.060 SP01 = 59 m -55.060 SP01 = 59 m

-74.106 DATUM = 78 m -74.106 DATUM = 78 m

-75.106 -75.106

Gambar 5.6 Elevasi extensometer Proyek R


Sumber: D, 2014

Elevasi extensometer pada Proyek R mencapai -70,106, elevasi ini telah

memenuhi ketentuan yaitu kedalaman extensometer melebihi dari tanah keras

yang ada.

133
5.2.5 Penentuan Penempatan Spider Magnetic

Gambar 5.7 Sketch of Spider Magnetic


Sumber: PT. T, 2014

Penempatan kedalaman spider magnetic ditentukan pada saat awal

perencanaan, ada dua cara dalam penentuan penempatan spider magnetic, yaitu:

1. Penempatan spider magnetic yang konstan atau tetap

Penempatan spider magnetic dapat dilakukan dengan konstan atau tetap

sesuai dengan keingingan. Hal ini dapat dilakukan tanpa mengetahui terlebih

dahulu lapisan tanah. Contoh penempatan spider magnetic setiap kedalaman 10

meter, sehingga pergerakan tanah dapat dibaca setiap 10 meter. Namun cara ini

kurang efisien karena penempatan spider magnetic yang terlalu banyak dapat

memperbanyak pengeluaran biaya, sedangkan apabila penempatan spider

magnetic terlalu sedikit karena kedalaman yang terlalu jauh maka tidak dapat

membaca pergerakan tanah secara maksimal.

134
2. Penempatan spider magnetic berdasarkan lapisan tanah

Penempatan spider magnetic dapat dilakukan dengan melihat lapisan tanah

pada setempat. Hal ini dilakukan karena sifat setiap lapisan tanah berbeda,

sehingga pergerakan yang terjadi setiap lapisan tanah juga berbeda. Pada proyek

R cara ini dipakai dalam penentuan kedalaman spider magnetic. Penempatan

spider magnetic diletakan dibawah elevasi bottom basement, hal ini dikarenakan

agar spider magnetic tetap dapat digunakan setelah pekerjaan penggaian selesai

dan tanah dibawah elevasi bottom basement lebih rentan mengalami penurunan

tanah.

spider magnetic pada proyek R diguanakan 4 spider magnetic untuk 4

lapisan tanah dengan kedalaman berbeda. Dari tabel borehole dapat dilihat bahwa

4 jenis lapisan tanah yang dimiliki bagian tower dan annex berbeda.

Tabel 5.5 Jenis Tanah Berdasarkan Borehole 2

Elevasi (mRL) Type of Soil


+9,368 concrete
+9,368 sampai -2,132 silty clay
-2,132 sampai -5,132 clayey silt
-5,132 sampai -8,632 sandy silt
-8,632 sampai -13,132 sand
-13,132 sampai -15,132 clayey silt
-15,132 sampai -17,632 silty sand
-17,632 sampai -34,132 silty clay
-34,132 sampai -40,132 sand
-40,132 sampai -70,582 silty clay
Sumber: PT. T, 2014

135
Tabel 5.6 Jenis Tanah Berdasarkan Borehole 7

Elevasi (mRL) Type of Soil


+9,500 concrete
+9,500 sampai +9,300 sand
+9,300 sampai +8,300 silty clay
+8,300 sampai +7,800 andesite
+7,800 sampai +0,90 silty clay
+0,90 sampai -3,40 clayey silt
-3,40 sampai -9,90 clayey silt
-9,90 sampai -11,40 sandy silt
-11,400 sampai -22,900 silty clay
-22,900 sampai -25,400 sand
-25,400 sampai -34,40 silty clay
-34,40 sampai -42,900 silty sand
-42,900 sampai -44,400 silty clay
-44,400 sampai -45,440 silty sand
-45,440 sampai -50,850 silty clay
Sumber: PT. T, 2014

5.2.6 Pemasangan Extensometer

1. Bor lubang sampai dengan kedalaman yang diinginkan.

Gambar 5.8 Pengeboran Sistem Cuci


Sumber: Mekanika Tanah, 2014

136
Pengeboran dilakukan dengan sistem cuci (wash boring), pengeboran ini

dilakukan dengan cara silinder selubung baja (casing) dengan panjang kira-kira 2

sampai 3 meter yang dimasukan ke dalam tanah. Tanah di dalam selubung

kemudian dikeluarkan dengan shopping bit yang dipasang di ujung batang bor.

Kemudian air dipaksa untuk melewati batang bor, dan air tersebut mengalir

dengan kecepatan tinggi melewati lubang diantara batang bor. Air ini bersama

dengan partikel-partikel tanah hasil pengeboran, kemudian mengalir keluar ke

permukaan tanah melewati antara selubung dengan batang bor dan tumpah di atas

puncak selubung lewat sebuah sambungan T. Air pencuci ini dikumpulkan

kembali dalam suatu bak. selubung baja (casing) dapat disambung-sambung

dengan selubung lainnya bila lubang bor bertambah dalam. Selubung tambahan

tidak diperlukan bila lubang bor dapat tetap terbuka tanpa bantuan selubung

karena tanah dinding lubang tidak akan masuk ke dalam lubang.

Gambar 5.9 Pengeboran Lubang Extensometer


Sumber: Dokumentasi, 2014

137
2. Sebelum memasukan pipa kedalam lubang, pastikan dasar lubang bersih

dari tanah dengan cara penyemprotan menggunakan pipa galian.

Gambar 5.10 Pemasangan Pipa Extensometer


Sumber: Dokumentasi, 2014

3. Untuk menghindari kerusakan pada kaki spider magnetic pada saat

dimasukan ke lubang, kunci kakinya dengan rantai dan gunakan tali untuk

menahan rantai tersebut. Pastikan tali tersebut panjangnya dari permukaan

sampai dengan dasar agar dapat ditarik kembali ke atas.

Gambar 5.11 Rangkaian Spider Magnetic Pada Tubing Pipe


Sumber: Dokumentasi, 2014

138
4. Setelah memasukan pipa dan spider magnetic ke dalam lubang , isi lubang

dengan semen atau bentonite sampai terisi penuh.

Gambar 5.12 Grouting Lubang Extensometer


Sumber: D, 2014

5. Setelah penDoran selesai, tarik tali untuk melepaskan kaki spider magnetic.

6. Dengan melakuan penarikan tali, akan membuat kaki spider magnetic

tertempel ke dalam tanah.

Gambar 5.13 Sketch Pelaksanaan Pembuatan Lubang Extensometer


Sumber: PT. T, 2014

139
5.2.7 Monitoring Extensometer

Pembacaan pada extensometer harus dilakukan dengan cara yang sama dan

menggunakan read switch probe yang sama agar mendapatkan pembacaan yang

maksimal. Pada saat pembacaan kabel probe diharuskan memiliki tumpuan atau

batas yang sama, sehingga kedalaman yang dibaca dapat maksimal.

Gambar 5.14 Pembacaan Extensometer


Sumber: PT. T, 2014

Cara pembacaan extensometer adalah sebagai berikut:

1. Nyalakan read switch probe.

2. Masukan kabel probe ke dalam pipa.

3. Baca kabel probe dari datum sampai mencapai spider magnetic paling

atas.

4. Apabila sensor melewati spider magnetic atau datum, reed switch probe

akan berbunyi dan lampu indikator menyala.

140
5. Pembacaan dialakukan setiap 2 kali setiap melewati datum atau spider

magnetic, pertama ketika read probe switch memasuki sebuah spider

magnetic dan kedua ketika keluar dari spider magnetic tersebut.

Gambar 5.15 Pembacaan Extensometer Proyek R


Sumber: PT. T, 2014

141
5.2.8 Pengolahan Data Extensometer

Tabel 5.7 Data Pembacaan Extensometer Annex (m)

Tanggal 25-Nop 02-Nop 09-Des


D-A 70,8800 70,8800 70,8800
D-B 70,8050 70,8050 70,8050
S1-A 52,1770 52,1750 52,1750
S1-B 52,0940 52,0920 52,0920
S2-A 34,1550 34,1530 34,1530
S2-B 34,0750 34,0720 34,0730
S3-A 22,3250 22,3230 22,3230
S3-B 22,2450 22,2400 22,2400
S4-A 10,4070 10,4010 10,3960
S4-B 10,3420 10,3380 10,3380
Sumber: PT. T, 2014

Data yang telah didapatkan adalah data pembacaan extensometer pada

bagian annex. pembacaan telah dilakukan sebanyak 3 kali pembacaan. Pembacaan

pertama untuk extensometer disebut initial. Initial digunakan sebagai acuan dalam

perhitungan untuk perubahan yang terjadi. Initial dianggap adalah titik 0 dari

spider magnetic dan datum. Pembacaan extensometer selanjutnya merupakan

pengukuran untuk pergerakan tanah.

Langkah pengolahan data extensometer adalah sebagai berikut:

1. Menghitung letak spider magnetic yang telah dikurang dengan nilai datum.

Hal ini dilakukan karena pada dasarnya datum merupakan acuan dari letak

spider magnetic. Perhitungan dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

142
a. Perhitungan untuk S-A

Nilai S-A didapat dari pembacaan pertama spider magnetic. Ketika read

probe switch melewati sebuah spider magnetic maka akan berbunyi, nilai

yang dibaca adalah nilai kedalaman pada saat read probe switch berbunyi

untuk yang pertama kali.

Contoh perhitungan:

S1-A = Datum – Data S1A

= 70880 – 52177

= 18703 mm

Datum yang digunakan adalah D-A

Tabel 5.8 Hasil Perhitungan Kedalaman Spider Magnetic A (mm)

Tanggal 25-Nop 02-Des 09-Des


S1-A 18703 18705 18705
S2-A 36725 36727 36727
S3-A 48555 48557 48557
S3-A 60473 60479 60484

b. Perhitungan untuk S-B

Nilai S-B didapat dari pembacaan kedua spider magnetic. Ketika read

probe switch melewati sebuah spider magnetic maka akan berbunyi, nilai

yang dibaca adalah nilai kedalaman pada saat read probe switch berhenti

berbunyi.

143
Contoh perhitungan:

S1-B = Datum – Data S1B

= 70805 – 52094

= 18711 mm

Datum yang digunakan adalah D-B

Tabel 5.9 Hasil Perhitungan Kedalaman Spider Magnetic B (mm)

Tanggal 25-Nop 02-Nop 09-Des


S1-B 18711 18713 18713
S2-B 36730 36733 36732
S3-B 48560 48565 48565
S4-B 60463 60467 60467

c. Perhitungan untuk nilai Average

Pada perhitungan average, nilai spider magnetic didapatkan dari rata-rata

S-A dan S-B, sedangkan datum didapatkan dari D-A dan D-B.

Contoh perhitungan:

(S1 - A)  (S1 - B)
Average S1 =
2

52177  52094
=
2

= 52136 mm

S1 = Datum - S1 average

= 70843 – 52136

= 18707 mm

Datum yang digunakan adalah Datum dari perhitungan average

144
Tabel 5.10 Hasil Perhitungan Nilai Average Extensometer Annex (mm)

Tanggal 25-Nop 02-Nop 09-Des


DATUM 70843 70843 70843
S1 52136 52134 52134
S2 34115 34113 34113
S3 22285 22282 22282
S4 16326 16321 16318

Tabel 5.11 Hasil Perhitungan Kedalaman Spider Magnetic Average (mm)

Tanggal 25-Nop 02-Des 09-Des


S1 18707 18709 18709
S2 36728 36730 36730
S3 48558 48561 48561
S4 54517 54522 54525

2. Menghitung pergerakan tanah yang terjadi. Pergerakan tanah dihitung dari

nilai pada hari pembacaan dikurang nilai initial untuk setiap spider

magnetic.

a. Perhitungan untuk S-A

Perhitungan nilai pergerakan tanah S-A didapat dari pergerakan yang

terjadi pada sebuah spider magnetic pada pembacaan pertama.

Contoh perhitungan:

S1-A = Initial – Hasil perhitungan kedalaman S1A

= 18703 – 18705

= -2 mm (tanda minus berarti tanah naik)

Initial adalah pembacaan pertama yang dilakukan pada extensometer.

145
Tabel 5.12 Hasil Perhitungan Pergerakan Tanah Spider Magnetic A (mm)

Tanggal 25-Nop 02-Des 09-Des


S1-A 0 -2 -2
S2-A 0 -2 -2
S3-A 0 -2 -2
S4-A 0 -6 -11

b. Perhitungan untuk S-B

Perhitungan nilai pergerakan tanah S-B didapat dari pergerakan yang

terjadi pada sebuah spider magnetic pada pembacaan kedua.

Contoh perhitungan:

S1-B = Initial – Hasil perhitungan kedalaman S2B

= 36725 – 36727

= -2 mm (tanda minus berarti tanah naik)

Initial adalah pembacaan pertama yang dilakukan pada extensometer.

Tabel 5.13 Hasil Perhitungan Pergerakan Tanah Spider Magnetic B (mm)

Tanggal 25-Nop 02-Des 09-Des


S1-B 0 -2 -2
S2-B 0 -3 -2
S3-B 0 -5 -5
S4-B 0 -4 -4

c. Perhitungan untuk Average

Perhitungan nilai pergerakan tanah average didapat dari pergerakan yang

terjadi pada perhitungan nilai spider magnetic rata-rata.

146
Contoh perhitungan:

S1 = Initial – Hasil perhitungan kedalaman S2

= 18707 – 18709

= -2 mm (tanda minus berarti tanah naik)

Initial adalah pembacaan pertama yang dilakukan pada extensometer.

Tabel 5.14 Hasil Perhitungan Pergerakan Tanah nilai Average (mm)

Tanggal 25-Nop 02-Des 09-Des


S1 0 -2 -2
S2 0 -3 -2
S3 0 -4 -4
S4 0 -6 -8

3. Membuat grafik dari perhitungan data pergerakan tanah yang terjadi,

sehingga kita lebih mudah dalam melihat pergerakan tanah yang terjadi.

Grafik dibuat menjadi 4 bagian sesuai dengan jumlah spider magnetic yang

dipakai.

a. Grafik S1 dibuat dari hasil perhitungan pergerakan tanah S1-A, S1-B,

dan S1 average.

b. Grafik S2 dibuat dari hasil perhitungan pergerakan tanah S2-A, S2-B,

dan S2 average.

c. Grafik S3 dibuat dari hasil perhitungan pergerakan tanah S3-A, S3-B,

dan S3 average.

d. Grafik S4 dibuat dari hasil perhitungan pergerakan tanah S4-A, S4-B,

dan S4 average.

147
Grafik 5.1 Pergerakan Tanah Spider Magnetic 1

S1
0

-1
CHANGE (MM)

-1
AVERAGE
-2
S1-A
-2 S1-B

-3
22-Nov 27-Nov 02-Dec 07-Dec 12-Dec

TANGGAL

Grafik 5.2 Pergerakan Tanah Spider Magnetic 2

S2
0
-1
CHANGE (MM)

-1
-2
-2 AVERAGE

-3 S2-A

-3 S2-B

-4
22-Nov 27-Nov 02-Dec 07-Dec 12-Dec

TANGGAL

148
Grafik 5.3 Pergerakan Tanah Spider Magnetic 3

S3
0

-1
CHANGE (MM)

-2

-3 AVERAGE
-4 S3-A
-5 S3-B

-6
22-Nov 27-Nov 02-Dec 07-Dec 12-Dec

TANGGAL

Grafik 5.4 Pergerakan Tanah Spider Magnetic 4

S4
0

-2
CHANGE (MM)

-4

-6 AVERAGE
-8 S4-A
-10 S4-B

-12
22-Nov 27-Nov 02-Dec 07-Dec 12-Dec

TANGGAL

149
Pada grafik terlihat bahwa kenaikan tanah yang terjadi paling maksimal

yaitu pada S4. S4 merupakan spider magnetic 4 yang terletak pada elevasi

mendekati basement 6. Spider magnetic 4 bagian annex terletak pada lapisan

tanah silty clay yang memiliki sifat hard dengan N-SPT 40. Kenaikan tanah yang

terbaca untuk sementara masih dalam keadaan aman yaitu 8 mm. Pada Proyek R

memiliki warning level yaitu apabila heaving > 40 mm pada saat pekerjaan galian

dan struktur basement. Apabila pergerakan tanah mencapai warning level, maka

engginering akan memberhentikan pekerjaan proyek sementara. Kemudian

mencari penyebab kenaikan tanah dan menemukan solusi sehingga kenaikan

tanah dapat dikurangi dengan cara perbaikan tanah atau yang lainnya.

150
151

Anda mungkin juga menyukai