Anda di halaman 1dari 3

Apa Itu Berita Hoax?

Hoax didefinisikan sebagai pemberitaan palsu. Berita hoax berarti berita palsu—berita
yang tak dapat dibuktikan kebenarannya. Kadang, berita hoax sangat mudah untuk dikenali.
Namun seringkali sulit untuk membedakan berita hoax dan kenyataan. Kasus Ratna contohnya.
Bahkan tokoh nasional pun mendukung kebenaran kasus ini.

Berita Hoax di Indonesia

Isu hoax di Indonesia sudah ada sejak internet mulai terjangkau masyarakat. Direktur
Informasi dan Komunikasi Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Purwanto, menyebut
konten-konten media sosial di Indonesia ternyata didominasi informasi bohong atau hoaks. Hal
ini yang menyebabkan masyarakat mudah terpengaruh dengan berita-berita tersebut. Dari
penelitian BIN, informasi hoaks sudah mencakup 60 persen dari konten media sosial di
Indonesia. Menurut Kemkominfo, ada sekitar 800.000 situs penyebar hoax malang melintang
di sosial media. Riset yang dilakukan oleh Masyarakat Telekomunikasi Indonesia menyatakan
bahwa media sosial menjadi saluran utama sebagai penyebar hoax, persentasenya sekitar
92,4%.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh DailySocial, warganet paling sering menerima
informasi dari Facebook (77,76%), Whatsapp (72,93%), Instagram (60,24%), LINE (30,97%),
Twitter (21,70%), dan Telegram (10,09%). Di antara platform untuk menerima informasi
tersebut, setidaknya ada tiga platform media sosial yang paling banyak digunakan untuk
menyebarkan hoax, yaitu Facebook sebesar 82,25%, WhatsApp 56,55%, dan Instagram
sebesar 29,48%. Jenis hoax yang paling sering diterima masyarakat adalah hoax mengenai
sosial politik.

Mengapa Hoax Mudah Tersebar?

DailySocial menyatakan masih banyak orang Indonesia yang tidak dapat mencerna
informasi dengan sepenuhnya dan benar, tetapi memiliki keinginan kuat untuk segera
membagikannya dengan orang lain. Sayangnya, beberapa informasi dapat membawa banyak
interpretasi dan sudut pandang. Dari seluruh responden yang terlibat, riset ini mencatat
sebanyak 44,19% responden mengaku tidak yakin mereka punya kepiawaian dalam
mendeteksi berita hoax. Sementara responden lainnya, sebesar 51,03%, memilih untuk berdiam
diri (dan tidak percaya) ketika menemui konten hoax. Riset ini juga mencatat ada 73%
responden yang membaca seluruh informasi secara utuh. Namun, hanya sekitar 55% di
antaranya yang selaku melakukan verifikasi (fact check) atas keakuratan informasi yang
mereka baca.
Guru besar Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran, Bandung, Deddy Mulyana,
menyebut ada faktor utama yang menyebabkan informasi palsu (hoax) mudah tersebarnya di
Indonesia. Faktor itu yakni karakter asli masyarakat Indonesia yang dinilai tidak terbiasa
berbeda pendapat atau berdemokrasi secara sehat. Selain itu, studi dari World’s Most Literate
Nation menyatakan minat baca masyarakat Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara.
Rendahnya angka litersasi di Indonesia juga tentunya menjadi faktor mudahnya penyebaran
berita hoax.

Upaya Mencegah Penyebaran Berita Hoax

Inisiator Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (MAFINDO) dan Ketua Masyarakat


Indonesia Anti hoax Septiaji Eko Nugroho memberikan tips agar masyarakat tidak terjebak
dengan berita hoaks. Hal itu disampaikannya dalam acara 'Literasi Cerdas Bermedia Sosial'
yang digagas Mudamudigital di Kota Bandar Lampung, (3/11).

1. Hati-hati dengan judul provokatif

Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan
langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi,
hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang
pembuat hoaks.

2. Cermati alamat situs

Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL
situs dimaksud. Berita yang berasal dari situs media yang sudah terverifikasi Dewan Pers akan
lebih mudah diminta pertanggungjawabannya. Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia
terdapat sekitar 43 ribu situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah
tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat
setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti
diwaspadai.

3. Periksa fakta

Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah ari institusi resmi seperti
KPK atau Polri? Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber,
pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh. Hal lain yang perlu diamati adalah
perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang
terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis
berita, sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.

4. Cek keaslian foto

Di era teknologi digital saat ini, bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi,
melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga
mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan
memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom
pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang
terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.

Penutup

Kasus berita hoax Ratna Sarumpaet menunjukkan kepada kita bahwa tokoh-tokoh
nasional bisa dengan mudahnya termakan dusta, apalagi masyarakat. Kita seharusnya dapat
menjadikan kasus hoax Ratna Sarumpaet sebagai pelajaran untuk menjadi masyarakat yang
lebih kritis lagi.

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/02/08/21160841/kenapa.hoax.mudah.tersebar.di.i
ndonesia.

https://dailysocial.id/post/laporan-dailysocial-distribusi-hoax-di-media-sosial-2018

https://kumparan.com/@kumparantech/riset-44-persen-orang-indonesia-belum-bisa-
mendeteksi-berita-hoax-1534904577213906127

https://www.republika.co.id/berita/trendtek/internet/17/11/20/oyzw1p368-cara-cerdas-
mencegah-penyebaran-hoaks-di-medsos

https://nasional.kompas.com/read/2018/03/15/06475551/bin-60-persen-konten-media-sosial-
adalah-informasi-hoaks.

Anda mungkin juga menyukai