PENDAHULUAN
Latar Belakang
semua umur terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat
yang dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ
sel-selkulit. Salah satu dampak kurang vitamin A adalah kelainan pada mata yang
umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan - 4 tahun yang menjadi penyebab utama
KVA pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi
Protein (KEP) atau Gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi yang sangat kurang,
termasuk zat gizi mikro seperti vitamin A. anak yang menderita KVA mudah
sekali terserang infeksi lain karena faya tahan anak tersebut menurun. Namun
masalah KVA dapat juga terjadi pada keluarga dengan penghasilan cukup. Hal ini
terjadi karena kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi yang baik. Gangguan
penyerapan usus juga dapat menyebabkan KVA walaupun ini sangat jarang
dimana keluarga tidak mampu memberikan makan yang cukup (Priscilia, 2012).
2
berdasarkan kriteria WHO secara klinis KVA di Indonesia sudah tidak menjadi
masalah kesehatan masyarakat (< 0,5%). Namun pada survey yang sama
menunjukkan bahwa 50% balita masih menderita KVA SubKlinis (serum retinol <
tahun 1997, dimana terjadi peningkatan kasus gizi buruk di berbagai daerah
kesehatan. Oleh karena itu, penting sekali untuk mendeteksi secara dini dan
menangani kasus xeroftalmia ini dengan cepat dan tepat agar tidak terjadi
BAB II
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
IDENTITAS
Nama : An. R
Usia : 2,5 tahun
Ayah : Tn A, 40 th
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh tani
ibu : Ny B, 35 th
Pendidikan : SD
pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
KELUHAN UTAMA
Pasien datang dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan adanya bintik putih di
kedua matanya. Hal ini disadari ibunya sejak 1 bulan yang lalu. Sebelumnya bila
Lahir spontan di dukun bayi, berat badan dan panjang badan lahir tidak diketahui.
Pasien adalah anak pertama. Tidak ada keluhan ketika ibu hamil dan ibu tidak pernah
Riwayat tengkurap usia 5 bulan, duduk usia 1 tahun, berdiri usia 1,5 tahun dan
berjalan usia 2 tahun. Mendapatkan ASI namun tidak eksklusif. Kurang suka makan
maupun minum susu. Lauk biasanya nasi dengan kecap dan kerupuk. Pasien belum
mendapatkan imunisasi.
RIWAYAT TERAPI
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
KEPALA/LEHER
Kepala : (mata di status lokalis), rambut mudah dicabut, warna coklat, kusut.
Leher : tidak ada kelainan
5
THORAKS
Cor : ictus cordis mid clavicular line sinistra, HR 100 x/menit reguler, bising (-)
Pulmo : simetris, vesikuler, ronkhi/wheezing (-)
ABDOMEN
Orthoforia
Pergerakan
tenang P Tenang
Bercak Bitot + CB Bercak Bitot +
6
Jernih C Jernih
Dalam COA Dalam
Bulat, sentral, reflek cahaya + I/P Bulat, sentral, refleks cahaya +
Jernih L Jernih
Jernih V Jernih
Papil bulat, batas tegas, CDR 0,3 F Papil bulat, batas tegas, CDR 0,3
DIAGNOSA BANDING
PTERYGIUM
DIAGNOSA KERJA
XEROPHTHALMIA GRADE X IB
PENATALAKSANAAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
mata) yang berarti kekeringan pada mata akibat mata gagal memproduksi air mata
7
atau yang dikenal dengan dry eye yang mengakibatkan konjungtiva dan kornea
B. Etiologi
dalam tubuh.
C. Faktor Risiko
Faktor resiko terjadinya xeroftalmia dapat dipengaruhi oleh tiga faktor berikut
vitamin A.
c. Jumlah anak dalam keluarga jika semakin banyak anak semakin kurang
2 tahun.
c. Anak yang tidak mendapat MP-ASI yang cukup baik kualitas maupun
kuantitas
d. Anak kurang gizi atau dibawah garis merah (BGM) dalam KMS.
e. Anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, Tuberkulosis
kecacingan.
f. Frekuensi kunjungan ke posyandu, puskesmas atau pelayanan kesehatan
organ-organ seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata dan organ lain, akan
tetapi gambaran yang karakteristik langsung terlihat pada mata. Kelainan kulit
umumnya terlihat pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian
belakang, kulit tampak kering dan bersisik seperti sisik ikan. Kelainan ini selain
disebabkan karena KVA dapat juga disebabkan karena kekurangan asam lemak
essensial, kurang vitamin golongan B atau Kurang Energi Protein (KEP) tingkat
Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA
yang telah berlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bila anak
menderita penyakit campak, diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya. Tanda-
tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO/USAID
4. X2 : xerosis kornea
kornea.
6. X3B : keratomalasia atau ulserasi sama atau lebih dari 1/3 permukaan
kornea
8. XF : fundus xeroftalmia.
pengobatan yang baik. Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang
harus segera diobatikarena dalam beberapa hari bias berubah menjadi X3. X3A
dan X3B bila diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yang
bahkan dapat menyebabkan kebutaan total bila lesi (kelainan) pada kornea cukup
luas sehingga menutupi seluruh kornea (optic zone cornea) (Kurihayashi dkk,
2015).
F. Penegakan Diagnosis
11
tanda-tanda khas KVA, namun hasil pemeriksaan lain menunjukkan bahwa anak
tersebut risiko tinggi untuk menderita KVA. Pemeriksaan laboratorium lain dapat
dilakukan untuk mengetahui penyakit lain yang dapat memperparah seperti pada
demam.
2) Keluhan Tambahan: Tanyakan keluhan lain pada mata tersebut dan
pengobatannya.
c. Kontak dengan pelayanan kesehatan
Tanyakan apakah anak ditimbang secara teratur mendapatkan
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala
seperti gizi buruk, penyakit infeksi, dan kelainan fungsi hati. Pemeriksaan
kulit kering atau bersisik. Pemeriksaan mata digunakan untuk melihat tanda
opthalmoscope (XF)
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pada penelitian serum retinol binding protein (RBP) mudah untuk
dilakukan, karena RBP adalah protein dan dapat dideteksi oleh tes
imunologi. RBP juga senyawa yang lebih stabil dari retinol sehubungan
dengan cahaya dan suhu. Namun, tingkat keakuratan RBP kurang akurat,
karena dipengaruhi oleh konsentrasi proein serum dan karena jenis RBP
G. Patofisiologi
kalori protein (KKP). Makanan yang rendah dalam vitamin A biasanya juga
14
rendah dalam protein, lemak dan hubungannya antar hal-hal ini merupakan
pro A dilepaskan dari protein dalam lambung. ester retinil ini kemudian
dihidrolisis untuk retinol dalam usus kecil, karena retinol lebih efisien diserap.
ester retinil. Ester retinil dari retinoid dan asal karotenoid diangkut melalui
misel dalam drainase limfatik dari usus ke dalam darah dan kemudian ke hati
disimpan di hati, dimana ia terikat pada RBP selular. Vitamin A yang tersisa
perjalanan melalui aliran darah, yang melekat pada retinol binding protein
RBP, tanpa RBP, vitamin A tidak dapat diangkut ke jaringan target (Ansstas,
2014).
proses-proses metabolisme. Secara umum fungsi tersebut dapat dibagi dua (1)
mekanisme Rods yang ada di retina yang sensitif terhadap cahaya dengan
intensitas yang rendah, sedang Cones untuk cahaya dengan intensitas yang
tinggi dan untuk menangkap cahaya berwarna. Pigmen yang sensitif terhadap
cahaya dari Rods disebut sebagai Rhodopsin, yang merupakan kombinasi dari
Retinal dan protein opsin. Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel
kerucut (sel konus) dan sel batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen
lembayung dan sel batang berisi pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan
terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel
batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi
kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana
terang yaitu untuk membedakan warna, makin ke tengah maka jumlah sel
batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel konus
Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu
suatu senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar
(disebut juga adaptasi rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk
melihat. Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang
merupakan gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus,
yaitu sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga
16
macam sel konus tersebut mata dapat menangkap spektrum warna. Kerusakan
salah satu sel konus akan menyebabkan buta warna (Ansstas, 2014).
tidak langsung ialah pada epitel kornea dan konjungtiva. Pada keadaan
defisiensi, epitel menjadi kering dan terjadi keratinisasi seperti tampak pada
H. Penatalaksanaan
1. Terapi vitamin A
17
2012).
a. Pemberian Obat Mata
Obat tetes/ salep mata antibiotik tanpa kortikosteroid
3-5 hari hingga peradangan dan iritasi mereda. Gunakan kasa yang
telah dicelupkan kedalam larutan Nacl 0,26 dan gantilah kasa setiap
(Nurvalinda, 2012).
b. Terapi Gizi
1) Energi
Pada kasus gizi buruk, diberikan bertahap mengikuti fase
2008).
3) Lemak
Lemak diberikan cukup agar penyerapan vitamin A optimal.
XIA & XIB : Tampak perbaikan dalam 2-3 hari, dan gejala-gejala
d. Rujukan
X3B, XS.
19
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, diagnosa pasien dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan oftalmologi. Pasien mengeluhkan ada bintik putih di mata, hal
ini bisa di sebabkan karena pterigium atau penumbuhan jaringan ke mata atau
conjungtiva dengan bercak putih atau bitot pada mata yang mengindikasikan
karena kekurangan vitamin A, bisa di lihat dari riwayat pola makan yang kurang
suka makan, minum susu dan kebiasaan makan dengan lauk kecap dan kerupuk
rambut yang mudah di cabut, warna coklat dan kusut. Dari anamnesa dan
beriakan selama 14 hari, di harapkan nanti akan terjadi berbaikan dari xirosis
untuk memperbaiki dari stabilisasi gizi dan pembentukan Retinol Binding Protein
dan Rodopsin.
20
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
A, Tanda dan gejala klinis yang dialami adalah adanya xerosis konjungtiva, xerosis
kornea, ulserasi kornea, jaringan parut kornea, serta fundus xeroftalmia. Sedangkan
Terapi untuk xeroftalmia adalah dengan pemberian vitamin A, obat tetes mata
DAFTAR PUSTAKA
12 Maret 2016).
Depkes Kesehatan RI. 2007. Deteksi dan Tatalaksana Kasus Xeroftalmia: Pedoman
Ilyas, Sidarta. 2011. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Kurihayashi, A.Y., Augusto, R.A., Escaldelai, F.M.D. and Martini, L.A., 2015.
Oetama, S, Djaeni, A. 2008. Vitamin dalam Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi.
http://www.who.int/nutrition/publications/vad_consequences.pdf (diakses