5 HASIL PENELITIAN
2m
15 m 3m
3m
5m
5m
Sumber: Data lapang, 2011
Gambar 3 Gambar desain unit penangkapan ikan bagan perahu di PPN
Karangantu
Bagan perahu yang beroperasi di PPN Karangantu merupakan bagan
perahu dengan satu perahu dan posisi jaring angkatnya berada di kiri atau kanan
perahu. Perahu yang digunakan untuk bagan perahu rata-rata berukuran 23 GT.
Perahu tersebut memiliki ukuran panjang x lebar x dalam: 15m x 3m x 2m. Agar
dapat berpindah-pindah, perahu ini menggunakan mesin inboard 33 PK. Mesin
yang biasa digunakan adalah mesin Yanmar dan terkadang ada yang
menggunakaan mesin bekas truk seperti menggunakan mesin Mitsubishi PS 100.
31
2) Evaluasi faktor internal (IFE) dan faktor eksternal (EFE) bagan perahu
pada aspek teknis
Faktor-faktor internal dan eksternal didapatkan dari analisis keragaan
terhadap aspek teknis. Berdasarkan hasil analisis keragaan terhadap aspek teknis
bagan perahu, maka didapatkan enam faktor internal berupa kekuatan dan
kelemahan bagan perahu di PPN Karangantu. Kekuatan yang dimiliki terdiri dari:
(1) nelayan bagan perahu yang rajin dalam hal pengoperasian alat tangkap; (2)
pengalaman nelayan bagan perahu dalam hal kegiatan melaut; (3) kepemilikan
pribadi atas unit penangkapan bagan perahu. Sementara faktor internal berupa
kelemahan unit penangkapan bagan perahu, yaitu: (1) rendahnya tingkat teknologi
yang digunakan; (2) kesulitan modal untuk mengembangkan usaha; (3) kurangnya
pengetahuan mengenai peraturan terkait kegiatan penangkapan ikan. Dari enam
faktor internal unit penangkapan bagan perahu dalam hal aspek teknis kemudian
dibuat matriks IFE untuk peyusunan strategi optimasi pada aspek teknis dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Matriks IFE strategi optimasi unit penangkapan bagan perahu pada aspek
teknis
Rata-rata
Faktor Strategi Internal
Bobot Rating Skor
Kekuatan
1 Nelayan bagan perahu yang rajin dalam hal 0,1778 2,33 0,4148
pengoperasian alat tangkap
2 Pengalaman nelayan bagan perahu dalam hal kegiatan 0,1611 2,33 0,3759
melaut
3 Kepemilikan pribadi atas unit penangkapan bagan perahu 0,1667 2,33 0,3889
Kelemahan
1 Rendahnya tingkat teknologi yang digunakan 0,1833 2,67 0,4889
2 Kesulitan modal untuk mengembangkan usaha 0,1778 2,67 0,4741
3 kurangnya pengetahuan mengenai peraturan terkait 0,1333 3,33 0,4444
Kegiatan penangkapan ikan
JUMLAH 1,0000 2,5870
Karangantu pada dapat mengatasi permasalahan yang ada terkait aspek teknis.
Hal ini dapat dilihat dari nilai total skor sebesar 2,5870.
Selanjutnya, didapatkan empat faktor eksternal berupa peluang dan
ancaman yang dimiliki nelayan bagan perahu. Peluang yang dimiliki oleh nelayan
bagan perahu terhadap aspek teknis terdiri dari: (1) target peningkatan produksi
PPN Karangantu; (2) program minapolitan oleh pemerintah. Sementara ancaman
yang dimiliki terdiri dari: (1) persaingan yang tinggi; (2) gangguan nelayan luar
daerah. Dari enam faktor eksternal unit penangkapan bagan perahu dalam hal
aspek teknis kemudian dibuat matriks EFE untuk peyusunan strategi optimasi
pada aspek teknis dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Matriks EFE strategi optimasi unit penangkapan bagan perahu pada
aspek teknis
Rata-rata
Faktor Strategi Eksternal
Bobot Rating Skor
Peluang
1 target peningkatan produksi PPN Karangantu 0,2222 2,67 0,5926
2 program minapolitan oleh pemerintah 0,2361 2,67 0,6296
Ancaman
1 persaingan yang tinggi 0,2639 1,67 0,4398
2 gangguan nelayan luar daerah 0,2778 1,67 0,4630
JUMLAH 1,0000 2,1250
7000
6040
6000
5000
4000
3000
2000 1188
1000
0
Perbandingan hasil tangkapan
3) Evaluasi faktor internal (IFE) dan faktor eksternal (EFE) bagan perahu
pada aspek biologi
Faktor-faktor internal dan eksternal didapatkan dari analisis keragaan
terhadap aspek biologi. Berdasarkan hasil analisis keragaan terhadap aspek
biologi bagan perahu, maka didapatkan faktor internal berupa kekuatan dan
kelemahan bagan perahu di PPN Karangantu serta faktor eksternal berupa peluang
dan ancaman. Faktor internal berupa kekuatan pada aspek biologi pada unit
penangkapan bagan perahu adalah kearifan nelayan bagan yang perahu
melepaskan hasil tangkapan yang tidak layak jual. Sementara itu faktor internal
berupa kelemahan terdiri dari: (1) tingkat keragaman yang tinggi dengan tingkat
selektivitas bagan perahu yang rendah; (2) jumlah hasil tangkapan yang fluktuatif;
(3) tingginya persentase hasil tangkapan sampingan dibandingkan hasil tangkapan
utama. Berdasarkan tiga faktor internal tersebut selanjutnya di evaluasi dengan
matriks IFE seperti yang ditampilkan pada Tabel 12.
38
Tabel 12 Matriks IFE strategi optimasi unit penangkapan bagan perahu pada
aspek biologi
Rata-rata
Faktor Strategi Internal
Bobot Rating Skor
Kekuatan
1 Kearifan nelayan bagan perahu yang melepaskan hasil 0,2639 3,00 0,7917
tangkapan yang tidak layak jual
Kelemahan
1 Tingkat keragaman tinggi dan selektivitas yang rendah 0,2083 2,33 0,4861
2 Jumlah hasil tangkapan yang fluktuatif 0,3333 1,33 0,4444
3 Tingginya persentase hasil tangkapan sampingan 0,1944 2,67 0,5185
JUMLAH 1,0000 2,2407
Tabel 13 Matriks EFE strategi optimasi unit penangkapan bagan perahu pada
aspek biologi
Rata-rata
Faktor Strategi Eksternal
Bobot Rating Skor
Peluang
1 masih cukup tingginya potensi perikanan di Provinsi 0,3333 3,33 1,1111
Banten
Ancaman
1 kondisi overfishing pada pesisir Teluk Banten 0,6667 1,00 0,6667
JUMLAH 1,0000 1,7778
15000000
10000000
5000000
0
Puncak Paceklik
-5000000
5000000
TR TC Keuntungan
2) Evaluasi faktor internal (IFE) dan faktor eksternal (EFE) bagan perahu
pada aspek ekonomi
Faktor-faktor internal dan eksternal didapatkan dari analisis keragaan
ekonomi bagan perahu. Berdasarkan hasil analisis keragaan terhadap aspek
ekonomi bagan perahu, maka didapatkan faktor internal berupa kekuatan dan
kelemahan bagan perahu di PPN Karangantu serta faktor eksternal berupa peluang
dan ancaman. Faktor internal berupa kekuatan pada aspek ekonomi pada unit
penangkapan bagan perahu adalah: (1) kemudahan untuk menjual hasil
tangkapan; (2) kemudahan mendapatkan pinjaman untuk biaya melaut.
Semenntara itu faktor internal berupa kelemahan terdiri dari: (1) nilai pendapatan
yang tidak menentu; (2) hanya sebagai price taker terhadap harga jual ikan.
Berdasarkan empat faktor internal tersebut selanjutnya di evaluasi dengan matriks
IFE seperti yang ditampilkan pada Tabel 14.
Tabel 14 Matriks IFE strategi optimasi unit penangkapan bagan perahu pada
aspek ekonomi
Rata-rata
Faktor Strategi Internal
Bobot Rating Skor
Kekuatan
1 Kemudahan untuk menjual hasil tangkapan 0,2361 3,00 0,7083
2 Kemudahan mendapatkan pinjaman untuk biaya 0,3194 3,67 1,1713
melaut
Kelemahan
1 Nilai pendapatan yang tidak menentu 0,2639 2,00 0,5278
2 Hanya sebagai price taker terhadap harga jual ikan 0,1806 2,67 0,4815
JUMLAH 1,0000 2,8889
Karangantu pada dapat mengatasi permasalahan yang ada terkait aspek ekonomi.
Hal ini dapat dilihat dari nilai total skor sebesar 2,8889.
Faktor eksternal aspek ekonomi pada bagan perahu terdiri peluang dan
ancaman. Peluang tersebut terdiri dari: (1) program minapolitan oleh pemerintah;
(2) peningkatan status pelabuhan menjadi PPN Karangantu. Sementara itu
ancaman pada aspek ekonomi bagan perahu terdiri dari: (1) terus meningkatnya
biaya kebutuhan melaut; (2) rencana kenaikan harga BBM oleh pemerintah; (3)
fasilitas pelabuhan yang kurang memadai; (4) harga ikan yang rendah dan
fluktuatif. Berdasarkan lima faktor eksternal tersebut selanjutnya di evaluasi
dengan matriks EFE seperti yang ditampilkan pada Tabel 15.
Tabel 15 Matriks EFE strategi optimasi unit penangkapan bagan perahu pada
aspek ekonomi
Rata-rata
Faktor Strategi Eksternal
Bobot Rating Skor
Peluang
1 Program minapolitan oleh pemerintah 0,1167 2,00 0,2333
2 Peningkatan status pelabuhan menjadi PPN
Karangantu 0.1167 2.00 0,2333
Ancaman
1 Terus meningkatnya biaya kebutuhan melaut 0,2167 2,00 0,4333
2 Rencana kenaikan harga BBM oleh pemerintah 0,2278 2,00 0,4556
Tabel 15 Matriks EFE strategi optimasi unit penangkapan bagan perahu pada
aspek ekonomi (Lanjutan)
Rata-rata
Faktor Strategi Eksternal
Bobot Rating Skor
Ancaman
2 Fasilitas pelabuhan yang kurang memadai 0,1667 3,00 0,5000
4 Harga ikan yang rendah dan fluktuatif 0,1556 2,67 0,4148
JUMLAH 1,0000 2,2704
memiliki tingkat penghidupan yang lebih baik serta teknologi penangkapan yang
lebih baik daripada nelayan Bugis yang telah puluhan tahun melaut di sekitar
Teluk Banten. Hal ini menyebabkan terdapat kesenjangan sosial serta persaingan
antara nelayan Bugis dengan nelayan Indramayu.
Selain itu, nelayan lokal yang terdapat di PPN Karangantu juga harus
bersaing dengan nelayan dari Lampung yang terkadang menangkap ikan hingga
ke Teluk Banten. Bagi nelayan lokal, keberadaan nelayan dari Lampung cukup
mengganggu usaha penangkapan mereka karena pada umumnya nelayan
Lampung menggunakan lampu “set” dalam jumlah banyak. Hal itu menyebabkan
pada pengoperasian bagan perahu, ikan-ikan akan lebih banyak berkumpul pada
kapal bagan nelayan Lampung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, mereka mengakui bahwa
mereka sangat mencemaskan keberadaan nelayan asing. Hal tersebut dikarenakan
mereka datang dengan teknologi yang lebih baik daripada yang dimiliki oleh
nelayan lokal. Hal itu membuat hasil tangkapan mereka semakin berkurang saat
datang nelayan asing yang beroperasi di Teluk Banten.
Hal yang menyebabkan mengapa nelayan lokal tidak dapat bersaing
dengan nelayan asing adalah modal yang dimiliki mereka tidak sebanyak nelayan
asing. Sehingga mereka tidak dapat menyamai teknologi yang digunakan oleh
nelayan asing. Oleh karena itu keberadaan nelayan asing cukup meresahkan bagi
nelayan bagan perahu lokal.
Hal yang menarik dari nelayan bagan perahu di PPN Karangantu adalah
para tengkulak yang menjerat nelayan bagan perahu adalah para istri atau mertua
dari nelayan bagan perahu tersebut. Hal ini disebabkan karena umumnya usaha
perikanan bagan perahu merupakan usaha keluarga dan mereka membeli kapal
atau melanjutkan usaha bagan perahu dari orang tua sang istri. Nelayan-nelayan
tersebut meminjam uang jika kekurangan biaya melaut kepada mertua mereka dan
harus menjualnya ke kios milik mertua mereka.
Tingkat kesejahteraan nelayan bagan perahu diukur dengan menggunakan
indikator-indikator seperti yang dituliskan pada tinjauan pustaka. Berdasarkan
hasil pengamatan tampak bahwa nelayan bagan perahu di PPN Karangantu belum
sejahtera. Pendapatan rumah tangganya jika melihat pada hasil aspek ekonomi
45
terlihat bahwa pendapatan dari melaut belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Hal itu juga diperkuat dengan terdapatnya warung di rumah nelayan bagan
perahu untuk menambah pendapatan keluarga. Begitupun dengan konsumsi
rumah tangganya, nelayan bagan perahu hanya membeli barang-barang kebutuhan
sehari-hari seperti sembako serta membeli untuk kebutuhan melaut. Nelayan
bagan perahu mulai membeli peralatan seperti perabotan rumah tangga saat
musim puncak di mana mereka mengalami keuntungan dari usaha bagan perahu
tersebut.
Keadaan tempat tinggal nelayan bagan perahu sebagai salah satu indikator
kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2003) juga cukup
memprihatinkan. Rumah mereka hanya terbuat dari kayu-kayu serta tampak tidak
terawat. Hal berbeda tampak pada rumah-rumah nelayan pendatang di mana
rumah nelayan pendatang berdinding tembok dan jauh lebih baik dari pada
nelayan lokal.
Berdasarkan tingkat pendidikan dalam keluarganya, nelayan bagan perahu
yang diwawancarai cukup memperhatikan tingkat pendidikan. Nelayan ini
memiliki tujuh orang anak dan semuanya pernah merasakan bangku sekolah
minimal sampai tingkat SLTP. Salah satu anaknya bahkan ada yang pernah
kuliah walaupun akhirnya berhenti di tengah jalan karena permasalahan biaya.
2) Evaluasi faktor internal (IFE) dan faktor eksternal (EFE) bagan perahu
pada aspek sosial
Faktor-faktor internal dan eksternal didapatkan dari analisis keragaan
sosial bagan perahu. Berdasarkan hasil analisis keragaan terhadap aspek sosial
bagan perahu, maka didapatkan faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan
bagan perahu di PPN Karangantu serta faktor eksternal berupa peluang dan
ancaman. Faktor internal berupa kekuatan pada aspek sosial pada unit
penangkapan bagan perahu adalah: (1) adanya kelompok nelayan bagan perahu;
(2) kelompok nelayan bagan perahu merupakan kelompok nelayan yang terbuka
dengan keluar masuknya informasi; (3) tingkat pendidikan keluarga (anak) cukup
terpelihara; (4) keluarga merupakan pihak pemberi pinjaman untuk biaya
kebutuhan melaut. Sementara itu faktor internal berupa kelemahan terdiri dari:
46
(1) kesenjangan sosial dengan nelayan pendatang dalam hal ini nelayan
Indramayu; (2) berdasarkan indikator kesejahteraan BPS, nelayan bagan perahu
kurang sejahtera; (3) hampir tidak adanya alternatif pilihan kerja lainnya.
Berdasarkan tujuh faktor internal tersebut selanjutnya di evaluasi dengan matriks
IFE seperti yang ditampilkan pada Tabel 16.
Tabel 16 Matriks IFE strategi optimasi unit penangkapan bagan perahu pada
aspek sosial
Rata-rata
Faktor Strategi Internal
Bobot Rating Skor
Kekuatan
1 Adanya kelompok nelayan bagan perahu 0,1310 1,67 0,2183
2 Kelompok nelayan yang terbuka dengan keluar masuknya 0,1548 2,00 0,3095
informasi
3 Tingkat pendidikan keluarga (anak) cukup terpelihara 0,1944 2,67 0,5185
4 Keluarga merupakan pihak pemberi pinjaman untuk biaya 0,1429 1,67 0,2381
kebutuhan melaut
Kelemahan
1 Kesenjangan sosial antara nelayan dengan nelayan 0,1151 3,00 0,3452
pendatang
2 Kurang sejahteranya nelayan bagan perahu 0,1230 3,00 0,3690
3 Hampir tidak adanya alternatif pilihan kerja lainnya 0,1389 3,00 0,4167
JUMLAH 1,0000 2,4153
Tabel 17 Matriks EFE strategi optimasi unit penangkapan bagan perahu pada
aspek sosial
Rata-rata
Faktor Strategi Eksternal
Bobot Rating Skor
Peluang
1 Program minapolitan oleh pemerintah 0.1667 2.33 0.3889
2 Peningkatan status pelabuhan menjadi PPN 0.1917 2.67 0.5111
Karangantu
3 Lokasi yang dekat dengan ibukota provinsi 0.2417 3.00 0.7250
Ancaman
1 Persaingan dengan pendatang 0.2250 2.00 0.4500
2 Perkembangan zaman yang semakin maju 0.1750 2.33 0.4083
JUMLAH 1.0000 2.4833
Strategi Total
No.
TAS
7 Pelatihan nelayan dan wanita nelayan untuk mengolah hasil 21,1305
tangkapan agar bernilai tambah
8 Mengoptimalkan kinerja TPI sehingga nelayan mendapatkan harga 20,7101
jual ikan yang lebih baik
9 Memberdayakan nelayan dan masyarakat lokal agar dapat 20,3587
mengurangi kesenjangan sosial antara nelayan lokal dengan nelayan
pendatang
10 Mensosialisasikan kepada nelayan bagan perahu untuk lebih selektif 20,1679
dalam sortasi hasil tangkapan untuk mengurangi tingkat overfishing
di pesisir Teluk Banten
11 Pengembangan PPN Karangantu menjadi pusat kegiatan 19,8870
perekonomian berbasis perikanan dengan mengoptimalkan masyrakat
sekitar terutama masyarakat nelayan
12 Mengadakan penelitian untuk mengembangkan alat tangkap bagan 19,6695
perahu dengan tingkat selektivitas yang lebih baik untuk menghindari
bertambah parahnya kondisi overfishing di pesisir Teluk Banten
13 Pemberdayaan masyarakat nelayan bagan perahu dengan pelatihan 19,6142
ketrampilan untuk dapat menambah pendapatan keluarga
14 Membuat sentra kuliner laut dengan memaksimalkan nelayan lokal 19,1402
sebagai pemasok ikan segar