DISUSUN OLEH :
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2018
STATEMENT OF AUTORSHIP
Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK terlampir adalah
murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa
menyebutkan sumbernya.
Materi ini belum pernah disajikan atau digunakan sebagai bahan untuk makalah atau
tugas pada mata kuliah lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami
menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
A. PENILAIAN RESIKO.
Perencanaan audit harus disusun dengan mempertimbangkan resiko yang dihadapi organisasi
yang akan diauditnya. Dalam hal ini, auditor internal harus memanfaatkan output dari hasil
penilaian resiko dalam perancangan program audit. Oleh karena itu, auditor perlu memahami
proses berikut alat yang digunakan dalam penilaian resiko tersebut.
Yang dimaksud dengan penilaian resiko adalah kegiatan identifikasi dan analisis terhadap
resiko yang relevan dalam upaya pencapaian tujuan organisasi sebagai dasar untuk
menentukan cara pengelolaan resiko tersebut. Penilaian resiko tersebut penting untuk
dilakukan sebab kondisi perekonomian, industri, regulasi, dan operasional organisasi terus
berubah, perubahan tersebut meliputi:
Lebih spesifik, dalam konteks audit keuangan, penilaian risiko berguna untuk menentukan
resiko audit. Resiko audit diartikan sebagai tingkat ketidakpastian tertentu yang dapat
diterima auditor dalam pelaksanaan auditnya, seperti ketidakpastian validitas dan reliabilitas
bukti audit dan ketidakpastian mengenai efektivitas pengendalian internal. Umumnya resiko
tersebut sulit diukur, sehingga perlu ketelitian dan kehati-hatian. Resiko audit terdiri atas
resiko inheren/ bawaan, resiko pengendalian, dan pendeteksian.
1. Resiko Inheren
Resiko inheren berkenaan dengan kemungkinan adanya kekeliruan dalam segmen audit yang
melampaui batas toleransi sebelum memper-hitungkan faktor efektivitas pengendalian
internal. Resiko inheren adalah faktor kerentanan laporan keuangan terhadap kekeliruan yang
material dengan asumsi tidak adanya pengendalian internal. Oleh karena itu bila risiko
inheren tinggi, maka auditor harus mengumpulkan bukti audit yang lebih banyak.
Faktor-faktor yang perlu ditelaah auditor dalam menetapkan risiko inheren adalah sifat
bidang usaha organisasi, integritas manajemen, motivasi manajemen, hasil audit sebelumnya,
hubungan istimewa, transaksi non rutin, dan kerentanan terhadap fraud.
2. Resiko Pengendalian
Risiko pengendalian berkenaan dengan kemungkinan adanya kekeliruan dalam segmen audit
yang melampaui batas toleransi yang tidak terdeteksi atau tidak dapat dicegah oleh
pengendalian internal. Resiko pengendalian dipengaruhi oleh faktor efektivitas pengendalian
internal, dan keandalan penetapan risiko yang direncanakan (penetapan di bawah 100%), oleh
karena itu bila resiko pengendalian ditetapkan tinggi, maka auditor harus mengumpulkan
bukti audit yang lebih banyak.
3. Resiko Pendeteksian
Konsep audit berbasis risiko menempatkan kegiatan observasi dan analisis terhadap
pengendalian sebagai starting point, kemudian mengembangkan auditnya pada bidang/ area
yang memerlukan pengujian dan evaluasi lebih lanjut. Bila pengendalian internal lemah
(artinya risiko pengendalian tinggi), maka auditor cenderung untuk memperluas ruang
lingkup auditnya, sehingga dia memperoleh kayakinan bahwa tanggungjawab auditnya dapat
dilaksanakan sesuai dengan standar profesional yang berlaku.
B. PERENCANAAN AUDIT
Sebelum melaksanakan pekerjaan audit, terlebih dahulu auditor internal harus menyusun
rencana audit secara sistematis. Rencana audit tersebut berfungsi sebagai:
f. Bahan pertimbangan bagi akuntan publik yang diberi penugasan oleh perusahaan.
Hal yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan audit adalah:
a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan industri dimana satuan
usaha tsb beroperasi didalamnya,
c. Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah informasi akuntansi,
g. kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, dan
Isi audit plan (perencanaan audit) meliputi tiga hal pokok yang terdidi dari:
Secara umum, rencana audit disusun setelah auditee ditetapkan. Yang dimaksud
dengan auditee adalah entitas organisasi, atau bagian/ unit organisasi, atau operasi dan
program termasuk proses, aktivitas dan kondisi tertentu yang diaudit.
Penyeleksian auditee dapat dilakukan dengan 3 (tiga) metode, yaitu:
a. Systematic selection
Bagian audit internal menyusun suatu jadwal audit tahunan yang berkenaan dengan audit
yang diperkirakan akan dilaksanakan. Secara tipikal jadwal tersebut dikembangkan dengan
mempertimbangkan risiko. Auditee potensial yang menunjukkan tingkat risiko yang tinggi
mendapat prioritas untuk dipilih.
b. Ad Hoc Audits
Metode ini digunakan dengan mempertimbangkan bahwa operasi tidak selalu berjalan tepat
seperti yang direncanakan. Manajemen dan dewan komisaris sering menugaskan auditor
internal untuk mengaudit bidang/ area fungsional tertentu yang dipandang bermasalah.
Dengan demikian manajemen dan dewan komisaris memilih auditee bagi auditor internal.
c. Auditee Requests
Beberapa manajer merasa bahwa mereka memerlukan input dari auditor internal untuk
mengevaluasi kelayakan dan keefektifan pengendalian internal serta pengaruhnya terhadap
operasi yang berada di bawah supervisinya. Oleh karena itu, mereka mengajukan permintaan
untuk diaudit. Tetapi dalam hal ini auditor internal tetap harus mempertimbangkan risiko dan
prioritasnya.
Rencana audit harus disusun dan didokumentasikan dengan baik dan meliputi kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
Secara umum tujuan fungsi audit internal adalah untuk membantu manajemen dalam
mencapai akuntabilitasnya dan memberikan solusi alternatif utnuk memperbaiki
pengendalian manajemen. Secara individual, tujuan audit internal dapat diklasifikasikan
berdasarkan 3 (tiga) kategori aktivitas audit.
Review ini dilakukan dengan cara mempelajari kembali laporan-laporan dan informasi dari
file audit yang telah dilakaukan sebelumnya. Review ini bermanfaat untuk mengenal sifat
operasi sebagai bahan untuk melaksanakan survai pendahuluan.
c. Menyeleksi tim audit
Kegiatan ini dilakukan dengan mepertimbangkan beban tanggung-jawab yang akan dipikul
oleh masing-masing staf auditor, dan keahlian yang diperlukan untuk mengaudit bidang-
bidang tertentu.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengkomunikasikan hal-hal yang berkenaan dengan pekerjaan
yang akan dilakukan. Mengakomodasikan akses terhadap fasilitas, catatan dan personal, serta
untuk memperoleh informasi dari auditee atau pihak lain yang terkait.
Program audit pendahuluan ini memuat informasi seperti sasaran dan tujuan, serta ruang
lingkup audit, pertanyaan-pertanyaan khusus yang harus terjawab selama audit dilaksanakan,
prosedur audit yang akan digunakan, dan bukti-bukti yang akan diuji.
Laporan audit merupakan media untuk mengkomunikasikan hasil audit kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dlam organisasi. Konsekuensinya, auditor harus mulai berfikir
mengenai bagaimana laporan akan disusun, kapan akan diberikan/ dikirimkan, dan siapa yang
akan menerima laporan tersebut. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi detail (rincian) yang
akan disajikan dalam laporan dan untuk mengembangkan beberapa parameter dasar.
Hal ini dilakukan untuk membantu memastikan bahwa prosedur kerja mendukung tujuan,
sasaran, dan ruang lingkup audit.
C. PROGRAM AUDIT
Program audit adalah rangkaian yang sistematis dari prosedur-prosedur audit untuk mencapai
tujuan audit. Dengan demikian program audit merupakan rencana langkah kerja yang harus
dilaksanakan berdasarkan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya program
audit merupakan rencana tertulis untuk mengarahkan audit, dan oleh karena itu merupakan
salah satu alat pengendalian audit. Secara singkat program audit digunakan untuk
menjawab: what is to be done, when it is to be done, how it is to be done, who will do
it, dan how long it will take
2. Pendekatan Dalam Program Audit
Penyusunan program audit harus disesuaikan dengan kondisi organisasi/ bidang/ area
fungsional yang akan diaudit. Pendekatan yang dapat digunakan dalam mengembangkan
program audit adalah:
Berdasarkan kepada sifat operasi yang akan diaudit, program audit dapat dibedakan menjadi
2 (dua) jenis, yaitu :
Program audit individual yaitu program audit yang disusun tersendiri untuk masing-masing
audit, dan tidak menggunakan bentuk standar, serta disusun setelah melaksanakan survai
pendahuluan.
Program audit proforma yaitu program audit yang dikembangkan untuk berbagai tujuan dan
disiapkan guna mengumpulkan informasi yang sama dari beberapa periode untuk melihat
kecenderungan/trend dan perubahan-perubahannya. Program audit proforma disiapkan
sebelum survai pendahuluan dilaksanakan, dan dapat direvisi bila hasil survai pendahuluan
menunjukkan adanya perubahan-perubahan dari kegiatan-kegiatan yang diaudit.
Program audit disiapkan oleh Ketua Tim Audit Internal dan disetujui oleh Kepala Bagian
Audit Internal. Program audit yang baik harus memuat informasi mengenai:
a. Tujuan audit
Tujuan audit yang dimaksud dalam program audit adalah tujuan yang bersifat khusus bukan
tujuan umum seperti yang terdapat pada batasan dan ruang lingkup audit internal. Tujuan
audit yang bersifat khusus tersebut dikaitkan dengan tujuan operasi yang akan diauditnya,
dimana tujuan audit ditetapkan untuk menentukan apakah sistem operasi yang dirancang dan
diimplementasikan dapat mencapai tujuannya atau tidak.
c. Prosedur audit.
Prosedur audit merupakan suatu teknik yang digunakan auditor untuk memperoleh bukti
audit yang akan digunakan untuk menentukan apakah tujuan operasi yang diaudit dapat
tercapai atau tidak.
d. Staf pelaksana.
Agar efektif, program audit harus terfokus kepada apa yang esensial (terpenting) dari suatu
operasi yang diaudit guna mencapai tujuannya, dan bukan terfokus kepada apa yang menarik
dari suatu operasi yang diaudit. Sebagai contoh: Pada aktivitas pembelian bahan baku, salah
satu tujuan yang ingin dicapai adalah memperoleh barang dengan harga yang benar, oleh
karena itu yang terpenting dari aktivitas pembelian untuk mencapai tujuan tersebut adalah
apakah ada mekanisme penawaran yang terbuka dan kompetitif atau tidak?, dan bila ada
apakah mekanisme tersebut dilaksanakan?. itulah yang harus menjadi fokus dalam program
audit, dan bukan kondisi yang mungkin menarik misalnya bahwa salah satu dari supliernya
memiliki hubungan keluarga dengan manajer logistik.
6. Aktifitas yang Harus Ada Dalam Penyusunan Program Audit
Beberapa aktifitas/ kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka penyusunan program audit
antara lain:
1. Review atas laporan audit, program audit, dan kertas kerja audit periode sebelumnya, serta
dokumen lain dari audit sebelumnya termasuk hal-hal yang masih memerlukan tindak lanjut
audit. Hal tersebut bermanfaat sebagai dasar untuk menentukan ruang lingkup audit yang
akan dilaksanakan.
2. Melaksanakan survey pendahuluan untuk mengetahui tujuan dan pelaksanaan dari operasi/
kegiatan, tingkat risiko (aktual dan atau potensi), serta pengendaliannya.
3. Review atas kebijakan dan prosedur dari fungsi yang diaudit guna menentukan area/ bidang
yang memungkinkan dapat diukur dan dinilai, dan menentukan apakah fungsi tersebut
berjalan/ beroperasi sesuai dengan yang diharapkan oleh manajemen.
4. Review atas literatur audit internal yang berkenaan dengan area yang diaudit. Hal tersebut
dilakukan untuk memperoleh informasi terbaru mengenai teknik pengujian yang dapat
diterapkan pada aktivitas yang diaudit.
5. Menyusun bagan arus dari operasi/ aktivitas yang diaudit untuk mengidentifikasi kelemahan
sistem, dan untuk melakukan analisis visual atas proses transaksi.
6. Review atas standar kinerja (internal atau eksternal/ industri bila ada) untuk memperoleh
tolok ukur guna menguji dan mengevaluasi efisiensi dan efektivitas operasi yang diaudit
dan menentukan apakah operasi yang dimaksud mengacu kepada standar yang telah
ditetapkan.
7. Melakukan interview dengan auditee dan menyampaikan tujuan dan ruang lingkup audit
untuk memperoleh kesepahaman (menghindari kesalahpahaman) dengan auditee.
8. Menyusun anggaran yang merinci sumber daya yang diperlukan, guna menggambarkan
estimasi mengenai jumlah staf dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan audit.
9. Melakukan interview dengan pihak-pihak tertentu yang berhubungan dengan fungsi yang
diaudit untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik mengenai operasi dan
mengidentifikasi masalah yang mungkin ada, serta untuk menjalin koordinasi dengan pihak-
pihak yang berhubungan dengan fungsi yang diaudit.
10. Membuat daftar mengenai risiko yang material yang harus dipertimbangkan untuk
memastikan bahwa bidang/ area yang paling rentan terhadap ancaman (terjadinya
kesalahan/penyimpangan) mendapat perhatian yang tepat/ khusus.
11. Untuk setiap resiko yang teridentifikasi, ditetapkan pengendaliannya dan dipastikan apakah
pengendalian yang dimaksud memadai. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah
pengendalian yang ada dapat mengurangi/ menekan risiko yang teridentifikasi tersebut atau
tidak.
12. Menentukan substansi dari masalah untuk mengidentifikasi tingkat kesulitan dalam
pelaksanaan audit.
7. Kriteria Program Audit
Program audit perlu memperhatikan kriteria tertentu agar tujuan audit yang ditetapkan dapat
tercapai. Kriteria yang dimaksud antara lain:
1. Tujuan dari suatu operasi yang diaudit harus dinyatakan secara hati-hati dan disetujui
oleh auditee, sehingga tujuan audit atas operasi yang dimaksud dapat ditetapkan dengan
tepat.
2. Program audit harus disesuaikan dengan penugasan auditnya, dan tidak bersifat
memaksakan/ mendikte.
3. Setiap langkah kerja yang diprogram harus memperlihatkan alasan yang kuat, yaitu
berdasarkan tujuan operasi yang diaudit dan pengendalian yang diuji.
4. Langkah kerja diungkapkan dalam bentuk instruksi bukan dalam bentuk pertanyaan “ya”
atau “tidak” atau dangkal serta bias.
5. Program audit harus mengindikasikan skala prioritas dari langkah kerja (upaya untuk
memperoleh bukti audit utama harus didahulukan).
6. Program Audit harus fleksibel.
7. Program audit harus fisibel untuk dilaksanakan, baik dari aspek anggaran, staf pelaksana,
maupun (rentang) waktunya.
8. Program audit hanya memuat informasi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
audit (ringkas, jelas, dan fokus).
9. Program audit harus memuat bukti persetujuan Pimpinan Bagian Auidt Internal sebelum
dilaksanakan, termasuk perubahannya.