Anda di halaman 1dari 41

MODUL 6 KB 2

DAR 2/Profesional/184/022/2018

PENDALAMAN MATERI FISIKA

MODUL 22 : KONSEP DAN FENOMENA KUANTUM

Penulis : Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd.

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

2018
-
DAFTAR ISI

A. Pendahuluan 1
B. Capaian pembelajaran 1
C. Petunjuk penggunaan 1
D. Materi pembelajaran 2
1 Efek fotolistrik 2
2 Sinar X 15
3 Efek Compton 19
4 Radiasi benda hitam 24
5 Sifat gelombang dari partikel 28
E. Rangkuman 31
F. Dafar pustaka 34
G. Tes formatif 34

- iv -
- v-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

A. DESKRIPSI MODUL KONSEP DAN FENOMENA KUANTUM

Modul ini ditujukan agar mahasiswa menguasai konsep fisika modern


(kuantum) secara umum. Isi modul meliputi konsep-konsep dalam fisika modern
seperti sifat dualisme cahaya, radiasi benda hitam, dan sifat gelombang dari
partikel. Pembahasan diawali dengan review ulang tentang konsep cahaya.
Selanjutnya dijelaskan radiasi benda hitam, yang menjadi tonggak awal fisika
modern. Efek fotolistrik yaitu munculnya lucutan elektron dari logam yang
disinari dibahas setelah radiasi benda hitam. Pada bagian ini dibahas teori baru
yang dikemukakan oleh Einstein yaitu pandangan bahwa cahaya adalah partikel
disebut foton dengan tenaga sebanding dengan frekuensinya. Konsep yang sama
juga digunakan untuk menjelaskan adanya frekuensi pancung pada pembangkitan
sinar X dan pergeseran panjang gelombang terhambur pada efek Compton.
Pembahasan berikutnya mengenai sifat gelombang dari partikel seperti yang
dikemukakan oleh de Broglie.

Materi dalam modul ini terkait dengan modul yang lain dan akan menjadi
dasar untuk mempelajari materi pada modul Teori Atom dan Fisika Inti.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Menguasai konsep-konsep teoretis fisika modern (kuantum) secara mendalam

Sub capaian pembelajaran


Setelah mempelajari modul ini diharapkan:
1. menguasai konsep, prinsip gejala fotolistrik dengan benar
2. menguasai konsep foton dengan benar
3. menguasai pembangkitan sinar X dengan benar
4. menguasai adanya pergeseran panjang gelombang sinar terhambur pada
efek Compton
5. menguasai konsep, prinsip kuantisasi pada gejala radiasi benda hitam
dengan benar
6. menguasai aspek gelombang dari partikel dengan benar

- 1-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

C. PETUNJUK PENGGUNAAN

1. Materi dalam modul ini dibagi dalam lima topik yaitu, efek fotolistrik,
sinar X, efek Compton, radiasi benda hitam dan aspek gelombang dari
pertikel.
2. Untuk dapat memahami materi pada setiap topik, mahasiswa perlu
- mempelajari bahan yang disediakan dalam “buku ajar” yang berupa
uraian materi dan contoh soal
- mendalami materi dalam video yang disediakan
- melakukan simulasi sesuai petunjuk yang disertakan
3. Mahasiswa dapat lebih mendalami dan memperkaya materi dari sumber
pustaka / acuan yang digunakan
4. Untuk mengetahui tingkat pemahaman, mahasiswa perlu mengerjakan tes
formatif di bagian akhir modul.

D. MATERI PEMBELAJARAN
1. EFEK FOTOLISTRIK
Selamat berjumpa lagi
Pada bagian ini kita akan mempelajari materi sifat dualisme cahaya yaitu
sebagai gelombang dan partikel. Untuk itu kita akan mempelajarinya satu persatu.
Pertama kita akan melihat gejala-gejala yang terkait dengan konsep cahaya
sebagai gelombang. Selanjutnya kita akan mempelajari peristiwa efek fotolistrik
yang menunjukkan bahwa cahaya berlaku sebagai partikel.

Mari kita mulai dengan sub-bab pertama.

1.1. Cahaya
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari cahaya. Cahaya matahari
menjadi sumber utama kehidupan. Cahaya matahari menyebakan siang hari menjadi
terang. Cahaya matahari juga digunakan untuk mengeringkan pakaian, hasil pertanian dan
perikanan. Selain cahaya matahari kita juga ketahui cahaya berasal dari lilin. lampu pijar,
lampu tabung (lampu TL), LED, laser dan lainnya.

- 2-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

Terkait dengan cahaya ini, kita akan mengawali dengan mereview ulang
materi yang sudah pernah kita pelajari di bagian optika. Salah satu sifat cahaya
yang sudah kita kenal adalah bahwa cahaya merambat lurus. Cahaya juga dapat
dipantulkan. Berdasarkan gejala ini Newton menyatakan bahwa cahaya adalah
partikel. Apakah pandangan ini dapat diterima? Kita perlu membahas gejala lain
terlebih dahulu.

Lintasan cahaya yang lurus teramati di suatu medium. Namun ketika cahaya
masuk ke medium yang lain, lintasannya akan berbelok tidak lagi seperti arah
semula. Saat memasuki medium yang berbeda cahaya dibiaskan. Demikian pula
ketika cahaya melewati celah sempit yang seorde dengan panjang gelombangnya,
cahaya tersebut akan mengalami difraksi. Cahaya juga dapat berinterferensi,
saling berpadu. Gejala difraksi dan interferensi ini akan menghasilkan pola gelap
terang. Apakah kita pernah membayangkan bagaimana mungkin cahaya yang
berpadu menjadikan suatu tempat gelap. Kalau kita menggunakan teori Newton
bahwa cahaya adalah partkel, maka kita akan berpandangan bahwa perpaduan
cahaya akan menyebabkan suatu tempat menjadi lebih terang. Gejala ini memang
jadi membingungkan kita. Karena gejala semacam ini, Huygen menyampaikan
pendapatnya tentang cahaya yang berbeda dari Newton. Menurut Huygen cahaya
adalah gelombang. Dengan dasar ini Huygen dapat menjelaskan bagaimana
terjadinya pola gelap terang pada peristiwa difraksi dan interferensi. Melalui
konsep ini pula kita dapat memahami bahwa cahaya juga dapat dipolarisasi.

Pandangan bahwa cahaya sebagai gelombang ini dapat diterapkan untuk


menjelaskan gejala-gejala yang teramati di muka. Sebaliknya konsep cahaya
sebagai partikel tidak sepenuhnya dapat digunakan. Karena itu pada abad ke 19,
konsep cahaya dipahami sebagai gelombang bukan partikel.

Konsep cahaya sebagai gelombang juga sesuai dengan perkembangan di


bidang elektromagnetika. Dengan menggunakan persamaannya, Maxwell
menunjukkan bahwa terdapat gelombang elektromagnetik. Gelombang ini
merambat dengan kecepatan yang tergantung mediumnya. Selanjutnya Hertz

- 3-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

dapat menunjuukan dengan eksperimen adanya gelombang elektromagnetik


tersebut.

Bila kita rangkum gejala di atas kita dapatkan hal-hal yang terkait cahaya
seperti pada tabel 1.1. di bawah.

Tabel 1.1. Gejala yang terkait dengan cahaya


Konsep cahaya
Gejala
Gelombang Partikel
Merambat lurus ya ya
Pemantulan ya ya
Pembiasan ya ya
Difraksi ya tidak
Interferensi ya tidak
Polarisasi ya tidak

Sesuai dengan tabel di atas kita dapat mengetahui bahwa konsep cahaya
sebagai gelombang cocok untuk semua gejala. Sebaliknya cahaya sebagai partikel
kurang cocok untuk menjelaskan sebagian gejala yang terkait dengan cahaya. Hal
inilah yang menyebabkan mengapa pada abad ke 19 cahaya lebih dipahami
sebagai gelombang.

1.2. Efek Fotolistrik


Di depan kita sudah membahas bahwa cahaya adalah gelombang berdasar dari
fakta-fakta pada saat itu. Namun sekarang kita akan melihat perkembangan yang
terjadi sesudahnya. Pada tahun 1887 Hertz menjumpai peristiwa yang sangat
istimewa. Saat menyinari elektroda dengan sinar ultraviolet, dia melihat adanya
lucutan listrik. Gejala ini disebut efek fotolistrik.

Untuk meneliti lebih lanjut gejala ini Philip Lenard mengembangkan


“phototube”. Dalam penelitiannya, digunakan susunan peralatan seperti pada
gambar 1.1. di bawah. Sebuah keping logam yang akan disinari dan keping
kolektor diletakkan dalam tabung yang divakum. Sumber cahaya yang digunakan

- 4-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

untuk menyinari, dapat diubah intensitas maupun warna atau frekuensinya.


Selanjutnya tabung dirangkai dengan catu daya dan amperemeter. Tegangan dan
polaritas catu daya dapat diatur. Amperemeter digunakan sebagai indikator
banyaknya elektron yang sudah terlepas dari logam dan terkumpul di keping
kolektor

4.1.

Gambar 1.1. Rangkaian alat untuk mengamati efek fotolistrik

Lenard mengadakan berbagai eksperimen. Pada saat menyinari keping


logamnya dia mengamati adanya partikel yang dilepaskan dari permukaan logam.
Dari penelitian lanjutan dapat diketahui bahwa muatan partikel tersebut adalah
negatip dan disebut sebagai fotoelektron, Apa yang istimewa dari peristiwa ini?
Marilah kita lihat satu persatu.

a. Kejadian munculnya fotoelektron sangat cepat. Begitu logam disinari, saat


itu juga teramati adanya arus pada amperemeter. Hal ini terjadi tanpa
tergantung intensitas cahaya yang digunakan. Meskipun intensitas
cahayanya kecil, bila fotoelektron muncul, munculnya tetap sesaat, tidak
ada waktu tunda.
b. Dengan susunan di muka, tegangan kolektor dapat diatur polaritas dan
nilainya. Bila keping kolektor kita buat lebih positip, maka fotoelektron

- 5-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

akan tertarik ke arah kolektor. Sebagai akibatnya akan terlihat adanya arus
pada amperemeter. Bila tegangan kolektor ini diperkecil, tarikannya
terhadap fotoelektron juga mengecil, sehingga arusnya menurun. Namun
ketika tegangan kolektor sudah bernilai nol, arusnya masih ada.
Selanjutnya bila polaritasnya dibalik, berarti kolektor menjadi lebih
negatif. Hal ini menyebabkan kolektor menolak fotoelektron, sehingga
arusnya turun. Bila kemudian tegangannya diperbesar, maka fotelektron
semakin tertolak dan tidak mencapai kolektor, sehingga arusnya menjadi
nol. Pada keadaan ini tegangannya kita sebut tegangan penghenti (VP).
Hubungan ini digambarkan pada gambar 1.2. sebagai berikut:

arus
I2 > I1

I1

VP 0 tegangan

Gambar 1.2. Hubungan antara arus dengan tegangan untuk dua nilai intensitas I1
dan I2.

Dengan memvariasi intensitas cahaya yang digunakan ternyata tegangan


penghentinya tetap, tidak berubah. Seperti terlihat pada gambar 1.2 ketika
disinari dengan intensitas I1, tegangan penghentinya VP. Jika disinari
dengan intensitas yang lebih tinggi I2, tegangan penghentinya juga tetap
VP.
c. Namun bila frekuensi cahaya diubah, ternyata tegangan penghentinya juga
berubah. Semakin tinggi frekuensi cahayanya, tegangan penghentinya juga
semakin besar, seperti pada gambar 1.3.

- 6-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

arus
fB > fM

fM

VB VM 0 tegangan

Gambar 1.3. Hubungan antara arus dengan tegangan, untuk dua frekuensi
yang berbeda fM dan fB

Untuk cahaya dengan frekuensi fM, didapatkan tegangan penghenti


sebesar VM, sedang bila digunakan cahaya dengan frekuensi yang lebih
tinggi yaitu fB akan diperoleh tegangan yang lebih besar pula yaitu VB.

d. Dengan memperhatikan gambar 1.3. di atas, selanjutnya kita dapat


membuat grafik hubungan antara tegangan penghenti terhadap frekuensi
pada satu bahan logam. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.4. Apa
yang menarik pada gambar 1.4. ini? Pertama ternyata hubungan antara
tegangan penghenti terhadap frekuensi mengikuti garis lurus (linear).
Yang kedua, efek foto listrik terjadi bila frekuensi cahayanya lebih besar
dari nilai batas ambang. Kejadian ini konsisten dan berlaku untuk logam-
logam yang lain pula.

- 7-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

Tegangan penghenti
K

frekuensi

Titik
potong ambang

Gambar 1.4. Hasil pengamatan hubungan tegangan penghenti terhadap


frekuensi yang digunakan

Untuk lebih memahami gejala ini marilah kita perhatikan video tentang gejala
efek fotolistrik berikut ini. Jalankan video 1.1 dengan mengklik ikon di bawah.

Video 1.1. Efek Fotolistrik

Anda juga dapat melakukan simulasi seperti dalam video di depan secara mandiri.
Untuk itu kerjakan tugas berikut ini dengan mengikuti urutan:

- 8-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

1. Silahkan mengunduh animasi efek fotolistrik dengan mengklik ikon di


bawah

Unduh

Simulasi

Fotolistrik
Simulasi 1. Efek Fotolistrik

2. Bila tidak bisa terunduh, anda dapat langsung mengunduhnya di


https://phet.colorado.edu/in/simulations/category/physics/quantum-
phenomena
3. Coba jalankan simulasi tersebut (pastikan pada komputer anda sudah
terinstall program JAVA)
4. Tekan tombol play untuk memulai. Apakah lampu sudah menyinari logam
sebelah kiri? Apakah tampak adanya elektron yang terlepas dari logam
sebelah kiri?
5. Atur tombol intensitas cahaya di bagian atas, agar intensitasnya menjadi
20%
6. Perhatikan layar, apakah lampu sekarang sudah menyinari logam sebelah
kiri? Apakah tampak adanya elektron yang terlepas dari logam tersebut?
Jadi apa yang menyebabkan elektron dapat lepas dari permukaan logam
sebelah kiri?
7. Untuk selanjutnya lakukan simulasi dan kerjakan tugas pada bagian
TUGAS

Tugas
Selanjutnya silahkan anda melakukan simulasi berikut pada simulasi efek
fotolistrik

1. Mengamati pengaruh intensitas terhadap arus yang terjadi


a. Perhatikan tombol pengatur panjang gelombang di bagian atas.
Atur panjang gelombang cahaya yang digunakan sebesar 400 nm.
b. Pada menu GRAFIK di sebelah kanan, klik pilihan Arus vs
Intensitas cahaya

- 9-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

c. Naikan intensitas cahaya dengan menggunakan tombol intensitas


cahaya di bagian atas
d. Amati nilai arus yang terjadi pada grafik di sebelah kanan, dan arus
pada Amperemeter
e. Bagaimana arus yang terjadi ketika intensitas cahaya dinaikkan?
f. Coba juga intensitas cahayanya diturunkan. Apa yang terjadi
dengan arusnya?
g. Apa kesimpulan anda?
Mengamati pengaruh tegangan antara elektroda terhadap arus yang
terjadi
2. Mengamati pengaruh tegangan antara elektroda terhadap arus
yang terjadi
a. Perhatikan tombol pengatur panjang gelombang di bagian atas.
Atur panjang gelombang cahaya yang digunakan sebesar 400 nm.
b. Pada menu GRAFIK di sebelah kanan, klik pilihan Arus vs
tegangan baterai
c. Naikan tegangan dengan menggunakan tombol baterai di bagian
bawah
d. Amati nilai arus yang terjadi pada grafik di sebelah kanan, dan arus
pada Amperemeter
e. Bagaimana arus yang terjadi ketika tegangan baterai dinaikkan?
f. Coba juga tegangan baterai diturunkan. Apa yang terjadi dengan
arusnya?
g. Turunkan terus tegangan baterainya, sampai bernilai nol dan
selanjutnya terlihat gambar baterainya terbalik polaritasnya.
h. Ketika polaritasnya terbalik bagaimana arah gerak elektron?
Bagaimana dengan arusnya? Catat tegangan baterai ketika arusnya
menjadi nol.
i. Jadi berapa tegangan penghenti pada panjang gelombang 400 nm?
j. Lakukan langkah a – i untuk panjang gelombang yang lain.
k. Apa kesimpulan anda?
3. Mengamati pengaruh frekuensi cahaya terhadap arus yang terjadi
a. Perhatikan tombol pengatur panjang gelombang di bagian atas.
Atur panjang gelombang cahaya yang digunakan sebesar 400 nm.
b. Pada menu GRAFIK di sebelah kanan, klik pilihan Energi elektron
vs fekuensi rcahaya
c. Naikan panjang gelombang cahaya dengan menggunakan pengatur
panjang gelombang di bagian atas. Awas ini berarti frekuensinya
diturunkan

- 10 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

d. Amati nilai tenaga elektron yang terjadi pada grafik di sebelah


kanan,
e. Bagaimana nilai tenaga elektron yang terjadi ketika frekuensinya
diturunkan?
f. Coba juga frekuensinya dinaikkan dengan cara mengecilkan
panjang gelombang. Apa yang terjadi dengan nilai tenaga elektron
nya?
g. Apa kesimpulan anda?

Bagaimana hasil simulasi anda? Apakah sudah jelas? Bila belum jelas, silahkan
dicoba lagi. Selanjutnya silahkan buat laporan hasil simulasi ini.

Mari kita lanjutkan pembahasan tentang hasil eksperimen di depan. Hasil


pengamatan di atas sulit dijelaskan, karena tidak sesuai dengan pemahaman
cahaya pada waktu itu. Seperti yang kita bahas di bagian cahaya, kita lebih
memandang cahaya sebagai gelombang. Karena itu tenaga yang dibawa cahaya
tergantung pada amplitudonya dan ini dinyatakan dengan intensitasnya.

Fotoelektron yang dilepaskan cahaya dari logam memiliki tenaga kinetik.


Ketika fotoelektron tidak mencapai kolektor karena tolakan dengan tegangan
penghenti, berarti tenaga potensial penghenti yang kita berikan sama dengan
besarnya tenaga kinetik. Hal yang tidak dipahami adalah tegangan penghenti ini
tidak tergantung pada intensitas (lihat gambar 1.2) tetapi justru tergantung pada
frekuensinya seperti pada gambar 1.3. Sesuai konsep gelombang, tenaga kinetik
fotoelektron semestinya tergantung intensitas cahayanya. Tetapi faktanya tidak
demikian.

Mari kita lanjutkan pembahasan kita di depan. Persoalan ini diselesaikan oleh
Einstein pada tahun 1905. Einstein menyatakan bahwa cahaya terkuantisasi,
terdiri dari paket yang diskrit (quanta) yang disebut foton. Tenaga setiap foton
tergantung frekuensinya mengikuti persamaan

- 11 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

E = h f = h c /        (1.1)

dengan

h: tetapan Planck = 6,626 x 10-34 J s

f: frekuensi ( Hz)

 : panjang gelombang ( m )
c : kecepatan cahaya = 3 x 108 m / s.

Menurut Einstein pelepasan elektron terjadi karena foton yang datang pada
logam akan menumbuk sebuah elektron yang terikat dalam logam. dan
memberikan seluruh tenaganya sebesar h f. Tenaga foton tersebut akan digunakan
untuk

- melepaskan elektron dari ikatan

- tenaga gerak elektron

Tenaga ikat elektron tergantung jenis bahan dan disebut sebagai fungsi kerja.
Dengan demikian jika foton dengan tenaga E datang ke logam dengan fungsi kerja
W, kita dapat memperoleh hubungan

E = W + Ek (1.2)

atau

h f = W + Ek (1.3)

dengan Ek adalah tenaga kinetik fotoelektron

- 12 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

Dari eksperimen diketahui bahwa gerak fetoelektron dapat dihentikan dengan


memberikan tegangan penghenti. Selanjutnya tenaga kinetik fotoelektron tersebut
dapat kita nyatakan dalam tegangan penghenti VP mengikuti persamaan

Ek = e VP (1.4)

dengan e: muatan elektron = 1,6 x 10-19 C.

Dari persamaan (1.3) dan (1.4) kita akan dapat memperoleh persamaan

e VP = h f - W (1.5)

Coba perhatikan persamaan (1.5). Dari persamaan ini kita dapat mengetahui
bahwa potensial penghenti tergantung pada frekuensi cahaya yang digunakan.
Selain itu dari persamaan (1.3) kita juga dapat mengetahui bahwa agar elektron
terlepas diperlukan tenaga minimal, sebesar tenaga ikat elektron atau fungsi
kerjanya sehingga berlaku

h f0 = W (1.6)

atau

f0 = W / h (1.7)

Karena h adalah tetapan, dan W adalah tenaga minimal yang diperlukan maka
berarti juga diperlukan frekuensi minimal f0 agar efek fotolistrik dapat terjadi
sesuai dengan hasil eksperimen. Menurut Einstein, satu foton berinteraksi dengan
satu elektron. Pelepasan tenaga tergantung pada tenaga foton yang datang. Bila
tenaga foton sudah melebihi batas ambang pelepasan dapat terjadi seketika
seperti yang teramati dalam eksperimen. Akumulasi tenaga tidak diperlukan.
Karena itu tidak perlu waktu tunda, apabila memang frekuensi cahaya sudah di
atas batas ambang.

- 13 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

Contoh soal 1

Sinar dengan panjang gelombang 1Å memiliki tenaga sebesar

E=h

ℎ𝑐
𝐸= 

6,626 ×10−34 𝐽 𝑠 × 2,998 108 𝑚 /𝑠


𝐸= 1 × 10−10 𝑚

𝐸 = 19,864748 × 10−16 𝐽

atau

19,864748 × 10−16 𝐽
𝐸=
𝐽
1,602 × 10−19 𝑒𝑉

𝐸 = 1,24 × 104 𝑒𝑉 = 12,4 𝑘𝑒𝑉

- 14 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

Secara umum diperoleh untuk foton dengan panjang gelombang  (dalam


angstrom), mempunyai tenaga E dalam elektron volt sebesar

1,24 ×104 𝑒𝑉 Å
𝐸= 

Contoh soal 2

Foton, dengan panjang gelombang  = 2 angstrom, berinteraksi dengan


elektron pada atom Hidrogen yang terikat dengan tenaga 14 eV.
Hitunglah tenaga kinetik elektron yang terlepas.

Tenaga foton E sebesar

1,24 ×104 𝑒𝑉 Å
𝐸= = 6200 eV

Tenaga kinetik elektron yang lepas adalah

𝐸𝐾 = 6200 𝑒𝑉 − 14 𝑒𝑉 = 6186 𝑒𝑉

2. SINAR X
Sebagai kelanjutan dari topik 1, pada bagian ini kita akan mempelajari
proses dihasilkannya sinar X dan sifatnya.
Sinar X dibangkitkan dengan perangkat seperti pada gambar 2.1. Dua buah
keping elektroda dirangkai dengan catu daya. Keping pertama dengan potensial
rendah (katoda) berlaku sebagai sumber elektron. Keping kedua dengan potensial
yang lebih tinggi (anoda) berlaku sebagai target.

- 15 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

K A

Va

Gambar 2.1. Bagan pembangkit sinar X

Pemanasan keping K akan mengakibatkan elektron pada keping terlepas dari


ikatannya. Antara keping katoda (K) dan anoda (A) diberi beda potensial yang
tinggi Va dengan polaritas seperti pada gambar. Anoda lebih tinggi potensialnya
dibanding katoda. Karena itu elektron akan ditarik dan dipercepat ke arah anoda
yang berlaku sebagai target dengan tenaga gerak sebesar

Ek1 = e Va (2.1)

Elektron yang menumbuk target akan diperlambat dan kehilangan tenaga


gerak. Setiap muatan yang diperlambat akan memancarkan gelombang
elektromagnetik yang disebut radiasi pengereman (bremsstrahlung) Dengan
demikian elektron yang menumbuk target juga akan memancarkan gelombang
elektromagnetik dengan tenaga Ex sama dengan perubahan tenaga kinetiknya
mengikuti:

Ex = Ek1 - Ek2 (2.2)

dengan Ek1: tenaga kinetik elektron sebelum tumbukan

Ek2: tenaga kinetik elektron setelah tumbukan

- 16 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

Untuk tegangan pemercepat yang berbeda, gelombang elektromagnetik yang


teramati mempunyai pola seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2.

inte
karakteristiik
nsita

Va1

Va2

Va3

Å)
min min min

Gambar 2.2. Spektrum sinar X dari berbagai tegangan pemercepat (Va1 > Va2 > Va3)

Dari gambar 2.2 tampak bahwa spektrum yang dihasilkan adalah kontinyu.
Selain itu juga teramati adanya panjang gelombang minimal ( min). Pola ini
teramati pada berbagai nilai tegangan pemercepat. Untuk tegangan yang tinggi,
panjang gelombang minimalnya lebih pendek. Pada keadaan khusus juga dijumpai
adanya puncak yang disebut sebagai sinar X karakteristik.

Teori elektromagnetika hanya memprediksi adanya radiasi yang kontinyu,


karena perubahan tenaga kinetik elektron saat menumbuk target juga kontinyu.
Namun teori ini tidak menyatakan adanya distribusi panjang gelombang
(frekuensi) dan panjang gelombang minimal (frekuensi maksimal), juga sinar X
karekteristik.

Dengan menggunakan teori kuantisasi tenaga gelombang elektromagnetik


seperti yang dikemukakan Einstein, kita dapat memahami pola hasil eksperimen
di atas. Sesuai dengan persamaan (2.2) tenaga gelombangnya sama dengan
perubahan tenaga gerak. Sedang dari persamaan (1.2) tenaga ini sebanding dengan
frekuensinya. Karena itu dari kedua persamaan ini kita mendapatkan

- 17 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

h f= Ek1 - Ek2 (2.3)

atau

h c / = Ek1 - Ek2 (2.4)

Tenaga gelombang elektromagnetik terbesar terjadi jika seluruh tenaga


geraknya dikonversi menjadi tenaga gelombang elektromagnetik. Pada keadaan
ini berlaku

h fmax = Ek1 = e Va (2.5)

atau

h c / min= Ek1 = e Va (2.6)

Dari persamaan (2.6) tampak bahwa pada konversi tenaga ini akan dijumpai
adanya panjang gelombang minimal atau frekuensi maksimal.

Keberadaan puncak sinar X karekteristik berkaitan dengan proses transisi


atom penyusun target. Pancaran gelombang elektromagnetik ini bersifat diskrit,
terjadi pada panjang gelombang yang tertentu tergantung bahan targetnya.

Contoh Soal 3

Tentukan panjang gelombang minimum dari sinar X yang dihasilkan


dengan tegangan pemercepat sebesar 10 kV.

Dari persamaan (2.6) kita peroleh hubungan

min= h c / e Va

- 18 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

6,62×10−34 𝐽𝑠×3×108 𝑚/𝑠


min=
1,6×10−19 ×104 𝐽

Panjang gelombang minimum dari sinar X adalah

 min= 12,42 nm

Dari pembahasan kita tentang sinar X ini, apakah kita dapat mengetahui
perbedaannya dengan efek fotolistrik? Mari kita lihat ulang satu per satu.

Pada efek fotolistrik sebuah foton memberikan tenaganya pada elektron yang
terikat sehingga elektron tersebut terlepas, atau kalau digambarkan sebagai
berikut:

Elektron

Elektron
foton +
terikat bebas

Sebaliknya sinar X dibangkitkan ketika elektron mengalami perlambatan. Tenaga


gerak elektron dikonversi menjadi tenaga foton, yang dapat dinyatakan sebagai
berikut

Elektron

Elektron
+ foton
Ek tinggi Ek rendah

3. EFEK COMPTON

Di bagian depan kita sudah mempelajari interaksi foton dengan elektron


yang terikat. Sekarang kita akan mempelajari gejala lain yang dikenal sebagai

- 19 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

efek Compton. Gejala ini terjadi ketika sinar X ditembakan pada target. Sinar X
yang terhambur diamati pada berbagai sudut. Hasil eksperimen hamburan sinar X
ini menunjukkan bahwa
1. Sinar terhambur meliputi dua panjang gelombang
a. panjang gelombang asli (awal): o
b. panjang gelombang lain: s
2. s selalu lebih besar dari pada o
3. s tergantung pada sudut hamburan

Adanya pergeseran panjang gelombang karena hamburan elastis oleh elektron


bebas disebut Efek Compton. Gejala seperti ini tidak dijumpai pada waktu
sebelumnya.

Untuk dapat memahami peristiwa ini, kita akan menggunakan konsep


kuantisasi cahaya seperti pada efek fotolistrik. Cahaya kita pandang sebagai
partikel, foton dengan tenaga

E = h f (3.1)

Dan dari relativitas kita dapatkan tenaga dari partikel dengan momentum p
mengikuti persamaan

E=pc (3.2)

dengan p: momentum

c: kecepatan cahaya

Dari kedua persamaan di atas akan dapat diperoleh nilai momentum foton sebesar

p = h fc (3.3)

atau

p = h  (3.4)

dengan  panjang gelombang

- 20 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

Efek Compton ini merupakan interaksi antara foton dengan elektron bebas yang
mula-mula diam. Pada peristiwa ini berlaku hukum kekekalan tenaga dan hukum
kekekalan momentum.

1. Pertama kita tinjau keadaan sebelum terjadi interaksi.

x
diam

Gambar 3.1.. Keadaan awal, foton dan elektron yang diam

Foton yang datang memiliki tenaga dan momentum sebesar

Eo = h f h c / o (3.5)

po = h /  o (3.6)

Sedang elektron yang diam memiliki tenaga diam

Ee = mo c2 (3.7)

dengan mo: massa diam elektron

- 21 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

2. Kedua setelah terjadi tumbukan, keadaannya ditunjukkan pada gambar 3.2.


x


elektron

Gambar 3.2. Hamburan foton dan elektron

Setelah hamburan foton terhambur dengan sudut hamburan sebesar 


terhadap sumbu x. Sedang elekton terpental ke arah sudut  terhadap sumbu
x.

Pada keadaan ini foton terhambur memilki tenaga dan momentum sebesar

Es = h fs h c / s (3.8)

ps = h /  s (3.9)

Sedang elektron yang terpental memiliki tenaga dan momentum

Ee = mo c2 +K (3.10)

pe = mo V (3.11)

dengan K: tenaga kinetik

V: kelajuan elektron

- 22 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum, akhirnya kita dapat


memperoleh persamaan

s - o = ( h / mo c) (1 - cos  (3.12)

atau

= ( h / mo c) (1 - cos  (3.13)

Selanjutnya persamaan (3.13) dapat dituliskan menjadi

 = c (1- cos ) (3.14)

dengan

: pergeseran panjang gelombang

c : panjang gelombang Compton = h / mo c

Anda juga dapat mengikuti penjelasan di atas melalui video 2 tentang efek
Compton. Jalankan dan perhatikan video tersebut dengan mengklik ikon di
bawah.

Video 2. Efek Compton

Dari persamaan (3.14) tampak bahwa nilai pergeseran panjang gelombang yang
terjadi tergantung dengan sudut hamburan . Hal ini sesuai dengan hasil

- 23 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

pengamatan dalam eksperimen hamburan Compton. Agar memahami pembahasan


di muka cobalah perhatikan contoh soal di bawah.

Contoh soal 4

Diketahui sinar X dengan panjang gelombang Å


berinteraksi dengan elektron bebas. Bila diketahui foton terhambur pada
sudut 30o, tentukan

a. Panjang gelombang foton terhambur


b. Momentum foton terhambur
Nilai panjang gelombang Compton adalah

 c = h / mo c

6,62×10−34 𝐽𝑠
c= 3×108 𝑚/𝑠×9,1×10−31 ×𝑘𝑔
= 0,024 Å

Pergeseran panjang gelombangnya adalah

  = c (1- cos ) = 0,024 Å (1- cos 30) =0,003 Å

Sehingga panjang gelombang terhamburnya adalah

 s = o + Å + 0,003 Å= 0,153 Å

Dan momentum foton terhambur bernilai

6,62×10−34 𝐽𝑠
𝑝𝑠 = = 43,27x 10-24 kg m/s
0,153×10−10 𝑚

4. RADIASI BENDA HITAM


Di depan kita sudah mempelajari bahwa cahaya berlaku sebagai partikel.
Tenaga cahaya terkuantisasi seperti yang dikemukakan oleh Einstein. Sekarang
kita akan mempelajari gejala kuantisasi pada pancaran radiasi benda hitam.

- 24 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

Secara eksperimen Josef Stefan pada tahun 1879 mendapatkan bahwa daya
total yang dipancarkan benda hitam tiap satuan luas pada semua frekuensi
sebanding dengan pangkat empat suhu mutlaknya. Daya setiap satuan luas dapat
dinyatakan sebagai intensitas I dan untuk benda hitam bersuhu T mengikuti

I =  T4 (4.1)

dengan  : konstanta Stefan–Boltzmann = 5,67 10-8 W m-2 K-4

Persamaan (4.1) dikenal sebagai hukum Stefan. Selain benda hitam, persamaan
(4.10) menjadi

I = e  T4 (4.2)

dengan e: emisivitas benda yang bernilai 0 < e < 1

Dari persamaan (4.2), kita dapat memperoleh daya total P yang dipancarkan oleh
benda seluas A pada suhu T adalah

P= e  A T4 (4.3)

Bagaimana dengan panjang gelombang dari radiasi yang dipancarkan benda


hitam? Setiap benda yang bersuhu tertentu akan memancarkan radiasi dengan
distribusi yang khas seperti pada gambar 4.1 di bawah.

Seperti terlihat pada gambar 4.1. intensitas radiasi bernilai maksimum pada
panjang gelombang tertentu yang disebut max. Hasil eksperimen menunjukkan
bahwa terjadi pergeseran max . Semakin tinggi suhu bendanya, max semakin
pendek. Hal ini mengikuti hukum pergeseran Wien dalam persamaan

max T = 2,898 ×10-3m K (4.4)

- 25 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

Intensitas

2400K

1200K

max1 max2 
Gambar 4.1. Distribusi radiasi benda hitam

Bagaimana bentuk distribusi radiasi dan persamaan di atas dapat dijelaskan?


Selain hukum pergeserannya Wien juga telah memberikan rumus distribusi
radiasi. Namun persamaannya hanya cocok di daerah panjang gelombang pendek
(frekuensi tinggi). Selanjutnya berdasarkan pada Termodinamika, Rayleigh dan
Jeans menghasilkan persamaan radiasi benda hitam. Akan tetapi persamaan
Rayleigh-Jeans justru tidak cocok dengan hasil eksperimen di daerah panjang
gelombang pendek (frekuensi tinggi).

Persoalan ini diselesaikan oleh Max Planck pada tahun 1900. Sebagai
dasarnya, Planck menyatakan bahwa setiap osilator memancarakan tenaga radiasi
secara diskrit. Tenaga total osilator dengan frekuensi f, terkuantisasi, tercatu
secara diskrit yaitu kelipatan dari h f mengikuti

E=nhf (4.5)

dengan n = 1, 2, 3, …

h: tetapan universal dikenal sebagai tetapan Planck

h = 6,626 ×10-34 J s

- 26 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

Selanjutnya Planck dapat menghitung cacah osilator dan tenaga rata-rata


osilatornya. Dari nilai-nilai tersebut Planck mendapatkan persamaan distribusi
radiasi benda hitam sebagai berikut

8 𝜋 ℎ 𝑐 𝑑𝜆 1
𝑢(𝜆, 𝑇) 𝑑𝜆 = ( ) (4.6)
𝜆5 𝑒 ℎ𝑐/𝜆 𝑘𝐵 𝑇 −1

Persamaan (4.6) menyatakan rapat tenaga (tenaga persatuan volume) pada


rentang antara panjang gelombang  dan +d. Persamaan ini sesuai dengan hasil
eksperimen pada gambar 4.1. Selain itu persamaan (4.6) juga dapat digunakan
untuk mendapatkan tenaga tenaga total radiasi yaitu hukum Stefan dan pergeseran
panjang gelombang yaitu hukum pergeseran Wien.

Kuantisasi tenaga yang disampaikan oleh Max Planck merupakan sebuah


terobosan baru. Berkat pandangan ini gejala radiasi benda hitam dapat dipahami.
Kuantisasi ini selanjutnya melahirkan bidang baru yaitu mekanika kuantum.

Untuk lebih memahami konsep radiasi benda hitam tersebut anda juga dapat
mengikuti penjelasan di atas melalui video 3.. Jalankan dan perhatikan video
tersebut dengan mengklik ikon di bawah.

Video 3. Radiasi benda hitam

5. SIFAT GELOMBANG DARI PARTIKEL


Pada pembahasan efek fotolistrik kita sudah memahami bahwa cahaya
berlaku sebagai partikel. Hal ini juga diperkuat dengan hasil pada efek Compton.
Pada kedua gejala tersebut cahaya tidak lagi dipandang sebagai gelombang seperti
halnya pada peristiwa difraksi dan interferensi. Apa artinya ini? Cahaya yang
semula dipahami sebagai gelombang ternyata juga bersifat sebagai partikel.

- 27 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

Pemahaman yang baru ini kemudian dapat menimbulkan pertanyaan


sebaliknya. Apakah partikel juga bisa bersifat sebagai gelombang? Jawaban atas
pertanyaan ini diberikan oleh Louis de Broglie. Pada tahun 1923 de Broglie
menyatakan postulatnya

- partikel juga bersifat sebagai gelombang

- persamaan yang menunjukan aspek partikel dari gelombang juga akan


memberikan aspek gelombang dari partikel

Pada pembahasan efek Compton, kita sudah mendapatkan persamaan (3.4)


sebagai berikut

p = h /         

Persamaan (5.1) ini menyatakan bahwa cahaya dengan panjang gelombang ,


berlaku sebagai partikel dengan momentum p.

Bagaimana dengan benda yang bergerak. Sebuah benda atau partikel dengan
massa m yang bergerak dengan kecepatan v, mempuyai momentum sebesar

p = m v        

Sesuai postulat de Broglie, berarti partikel tersebut berlaku sebagai gelombang


dengan panjang gelombang berdasar persamaan (5.1) yaitu menjadi

 = h / p        

atau

 = h / m v        

Persamaan (5.4) menyatakan bahwa benda dengan momentum m v berlaku


sebagai gelombang dengan panjang gelombang .

- 28 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

Apakah ini sekedar ganti ruas dari persamaan. Atau memang dapat
ditunjukkan secara nyata? Bagaimana hai ini bisa ditunjukkan? Mari kita coba
hitung panjang gelombang dari partikel yang sedang bergerak.

Pada tabung Thomson, kita dapat menggerakkan elektron dengan


memberikan tegangan pemercepat Va. Tenaga potensial yang menggerakan
elektron yang bermuatan e, ini sebesar

Ep = e Va        

Selanjutnya elektron yang bermassa m tersebut bergerak dengan kecepatan v akan


memiliki tenaga kinetik sebesar

1
𝐸𝑘 = 𝑚 𝑣2       
2

Dengan mengikuti hukum kekekalan tenaga, kita dapatkan persamaan

1
𝑒 𝑉𝑎 = 𝑚 𝑣2       
2

atau

1
𝑒 𝑉𝑎 = 𝑝2        
2𝑚

Dengan memasukkan persamaan (5.4) ke dalam persamaan (5.8) kita akan


mendapatkan

1 ℎ 2
𝑒 𝑉𝑎 =
2𝑚
(𝜆 )        

dan


𝜆=        
√2 𝑚 𝑒 𝑉𝑎

- 29 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

Persamaan (5.10) di atas menyatakan bahwa elektron yang dipercepat dengan


tegangan pemercepat Va akan berlaku sebagai gelombang dengan panjang
gelombang .

Contoh soal 5

Hitunglah tegangan pemercepat elektron yang diperlukan untuk


memperoleh gelombang dengan panjang gelombang sebesar 1 Å

Dari persamaan (3.9) kita dapatkan

1 ℎ 2
𝑉𝑎 =
2𝑚𝑒
(𝜆 )     

(6,626 × 10−34 𝐽 𝑠)2


𝑉𝑎 = 
2× (9,1 × 10−31 𝑘𝑔) × (1,6 × 10−19 𝐶) × (1 × 10−10 𝑚)2

 

𝑉𝑎 = 150 𝑣𝑜𝑙𝑡    

Jadi agar diperoleh gelombang dengan panjang gelombang sebesar 1 Å, elektron


kita percepat dengan tegangan 150 volt.

Contoh di atas menunjukkan bahwa elektron dapat berlaku sebagai


gelombang. Bagaimana hal ini dapat ditunjukkan? Davisson dan Gremer
melakukan eksperimen dengan menembakkan elektron pada permukaan logam
nikel. Mereka mengamati bahwa elektron setelah menumbuk nikel, dijumpai pada
posisi sudut tertentu. Analisa hasil eksperimen ini menggunakan cara seperti pada
difraksi sinar X. Dengan menghitung panjang gelombang elektron (seperti pada
contoh soal) dan sudut difraksinya, akan didapatkan jarak antar bidang pada
logam nikel. Hasil pengukuran ini ternyata sesuai dengan pengukuran dengan
metoda yang lain. Karena itu kita dapat menyimpulkan bahwa elektron yang
ditembakkan pada logam nikel tersebut berlaku seperti sinar X yaitu berupa
gelombang.

- 30 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

Berawal dari sebuah postulat de Broglie, dengan eksperimen dapat


dibuktikan bahwa sebuah partikel yang bergerak dapat berlaku sebagai
gelombang. Selanjutnya hasil ini diterapkan pada mikroskop elektron. Pada
mikroskop ini berkas elektron digunakan sebagai ganti cahaya biasa. Dengan
berkas elektron berarti kita menggunakan gelombang dengan panjang gelombang
yang jauh lebih pendek. Metoda ini ditujukan agar obyek-obyek dapat terlihat
terpisah dengan lebih jelas. Daya pisah mikroskop ditentukan oleh panjang
gelombang yang digunakan. Karena panjang gelombangnya pendek, mikroskop
elektron mampu memperlihatkan obyek yang kecil, terpisah dari obyek lain.

E. RANGKUMAN

Cahaya pada gejala harian dikenal sebagai gelombang. Konsep gelombang


dapat diterapkan untuk menjelaskan peristiwa difraksi, interferensi dan polarisasi.

Einstein menyatakan bahwa cahaya merupakan paket tenaga yang disebut


foton. Tenaga setiap foton E sebanding dengan frekuensinya f mengikuti
persamaan

E = h f

dengan h: tetapan Planck yang bernilai 6,62 x 10-34 Js

Pada efek fotolistrik tenaga foton diberikan sepenuhnya kepada elektron yang
terikat. Tenaga tersebut digunakan untuk melepaskan dari ikatan dan untuk tenaga

gerak Ek mengikuti persamaan

h fW + Ek

dengan W: fungsi kerja atau tenaga ikat elektron dalam bahan.

Sinar X dibangkitkan dari perlambatan elektron berkecepatan tinggi. Untuk

tegangan pemercepat Va, panjang gelombang minimum mengikuti persamaan

- 31 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

 min= h c / e Va

Pada efek Compton, cahaya berinteraksi dengan elektron bebas. Hasil


pengamatan dapat dijelaskan dengan memandang cahaya sebagai partikel disebut
foton yang memiliki tenaga dan momentum sebesar

 p=h/

Pada radiasi benda hitam, daya total yang dipancarkan benda seluas A
bersuhu T mengikuti hukum Stefan

P= e  A T4

Pancaran maksimum terjadi pada panjang gelombang tertentu disebut max,


mengikuti hukum pergeseran Wien:

 max T = 2,898 ×10-3m K

Pada radiasi benda hitam, Planck menyatakan bahwa tenaga total osilator E
dengan frekuensi f, terkuantisasi, tercatu secara diskrit mengikuti

E=nhf

Sifat gelombang dari partikel ditunjukkan oleh postulat de Broglie. Benda


dengan momentum sebesar p mempunyai panjang gelombang sebesar

= h / p

F. DAFTAR PUSTAKA

1. Beiser, A. 2003. Concepts of Modern Physics 6th ed. Boston: McGraw-Hill


2. Bernstein J., Fishbane P.M., Gasiorowicz S. 2000. Modern Physics. Upper
Saddle River: Prentice Hall, Inc.
3. Brhem J.J and Mullin W.J. 1989. Introduction to the Structure of Matter a
Course in Modern Physics . New York: John Wiley &Sons.

- 32 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

4. Harris R. 2007. Modern Physics 2nd ed. Addison Wesley.


5. Krane K.S. 2012. Modern physics 3rd ed, Hoboken, NJ: John Wiley &
Sons, Inc.
6. Pfeffer J.I., Nir S. 2000. Modern Phyisics: An Introduction Text. London:
Imperial College Press
7. Serway R.A., Moses C.J., Moyer C.A. 2005. Modern Physics Third
Edition. Belmont, CA: Thomson Learning, Inc.
8. Weidner R.T. and Sells R.L. 1980. Elementary Modern Physics. Boston:
Allyn and Bacon Inc.
9. Santosa, I.E. 2017. Pengantar Fisika Modern. Yogyakarta: Sanata Dharma
University Press.

G. TES FORMATIF

Pilih salah satu jawaban yang tepat

1. Pada efek fotolistrik hubungan antara tegangan penghenti Vp terhadap


frekuensi cahaya yang digunakan dapat digambarkan dengan grafik

B
A.
Vp
Vp

f
f
C. D.
Vp Vp

f f

- 33 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

E.

Vp

2. Ketika suatu logam disinari dengan sinar monokromatis dari lampu A, kita
dapat mengamati adanya elektron yang terlepas. Sedangkan bila logam
tersebut dikenai sinar monokromatis dari lampu B, tidak ada elektron yang
terlepas. Dari kejadian tersebut dapat kita ketahui bahwa
A. Daya lampu A lebih besar dari daya lampu B
B. Cacah foton dari lampu A lebih banyak dari cacah foton dari
lampu B
C. Panjang gelombang cahaya lampu A lebih pendek dari panjang
gelombang cahaya lampu B
D. Jarak lampu A ke logam lebih pendek dari jarak lampu B ke
logam
E. Frekuensi cahaya lampu A lebih kecil daripada frekuensi cahaya
lampu B
3. Pada saat keping logam disinari, terjadi pelepasan elektron. Pada peristiwa
ini berlaku
A. Cacah elektron yang dilepaskan sebanding dengan panjang
gelombang cahaya yang digunakan
B. Pelepasan elektron memerlukan waktu tunda
C. Tegangan penghenti tergantung intensitas
D. Proses lepasnya elektron berlangsung lebih cepat, jika digunakan
cahaya dengan intensitas yang lebih tinggi
E. Cacah elektron yang dilepaskan sebanding dengan intensitas
cahaya yang digunakan

- 34 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

4. Untuk dapat melepaskan elektron dari suatu logam diperlukan cahaya


dengan panjang gelombang maksimal 4500 Å. Hal ini berarti bahwa
A. Pada logam tersebut agar efek foto listrik terjadi harus digunakan
cahaya dengan panjang gelombang 3500 Å
B. Pada logam tersebut efek foto listrik terjadi jika digunakan cahaya
dengan panjang gelombang 5000 Å
C. Pada logam tersebut efek foto listrik tidak terjadi jika digunakan
cahaya dengan frekuensi 3,5 x 1015 Hz
D. Pada logam tersebut efek foto listrik tidak terjadi jika digunakan
cahaya dengan frekuensi 4,5 x 1014 Hz
E. Pada logam tersebut efek foto listrik terjadi jika digunakan cahaya
dengan frekuensi 4,5 x 1014 Hz

5. Kesamaan yang ada pada efek fotolistrik dan efek Compton


A. Tenaga cahaya yang datang digunakan seluruhnya
B. Tenaga cahaya yang datang digunakan sebagian
C. Cahaya berlaku sebagai partikel
D. Cahaya berlaku sebagai gelombang
E. Cahaya dihamburkan
6. Nilai tetapan Planck dapat ditentukan pada pengamatan spectrum sinar X
dari nilai tegangan pemercepat dan pengukuran nilai
A. Frekuensi karakteristiknya
B. Panjang gelombang minimal
C. Panjang gelombang maksimal
D. Tenaga ikat bahan target
E. Frekuensi minimal
7. Sinar hijau diarahkan pada elektron sehingga terjadi efek Compton. Selain
warna hijau yang juga akan teramati adalah
A. Tidak ada
B. Sinar X
C. Sinar biru

- 35 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 22: Konsep dan Fenomena Kuantum

D. Sinar kuning
E. Sinar ult\raviolet
8. Pada efek Compton teramati sinar terhambur pada sudut 60o. Pergeseran
panjang gelombang yang terjadi sebesar 10% dari panjang gelombang
sinar yang datang. Panjang gelombang sinar terhambur adalah

A. 0,108 Å B. 0,120 Å C. 0,132 Å

D. 0,024 Å E. 0,012 Å

9. Sebuah benda hitam suhunya naik dari 27OC menjadi 127OC. Nilai rasio
daya yang dipancarkan setelah kenaikan suhu terhadap daya mula-mula
adalah

A. 2,2 B. 3,2 C. 102

D. 104 E. 108

10. Untuk menghasilkan gelombang dari elektron dengan panjang gelombang


sebesar 1Å, diperlukan tegangan pemercepat sebesar 150 volt. Agar
diperoleh gelombang elektron dengan panjang gelombang sebesar 5 Å,
tegangan pemercepat yang digunakan adalah

A. 6 volt B. 15 volt C. 25 volt

D. 30 volt E. 750 volt

- 36 -

Anda mungkin juga menyukai