Anda di halaman 1dari 87

BASIC ELECTRIC

OBJECTIVE i

I. TEORI DASAR KELISTRIKAN 1


I.1 Teory Electron 1

l
I.2 Faktor – Faktror Kelistrikan 4

ia
I.2.1. Tegangan (Voltage) 4

Tr
I.2.2. Arus (Current) 5
I.2.3. Tahanan (Resistance) 6
I.3 Konduktor 7
I.4 Sirkuit 3 8
I.5 Kemagnetan
m 13
o !
co
e
I.5.1 Medan Magnet 13
ft.
ca t

I.6 Elektro Magnet 15


a
ns

I.7 Alat-Alat Pengukuran Listrik 17


re

I.7.1. Volt meter 17


I.7.2. Ammeter 17
.s
C
w

I.7.3 Ohm meter 18


w

I.8 Komponen-Komponen Elektronik Dan Listrik 19


w
F
PD

II. SISTEM OPERASI 22


II.1 Starting System 22
II.2 CHARGING SYSTEM 26
II.2.1 DC Charging System 26
II.2.2 AC Charging System 28
II.3 Battery 30
II.3.1 Konstruksi Battery 30
II.3.2 BATTERY RATING 32

1
II.3.3 Perawatan Battery 33
II.4 Skematik Elektrik 36
II.4.1 Wire Maintenance 36
II.5 Komponen-Komponen Yang Dikontrol Secara Elektronik 37
II.5.1 Komponen Input 39
II.5.1.1 Switch 39
II.5.1.2 Sender 40

l
II.5.1.3 Sensor 42

ia
II.5.2 Komponen Kontrol 51

Tr
II.5.3 Komponen Output 54
II.5.4 Sistem Monitoring Yang Dipakai Caterpillar 55
II.5.4.1 Electronic Monitoring System 55
II.5.4.2 Computerized Monitoring System 3 57
II.5.4.3 Caterpillar Monitoring System
m 59
o !
co
e
ft.
ca t

Lembar Kerja 61
a
ns
re
.s
C
w
w
w
F
PD

2
BASIC ELECTRIC

SASARAN

TOPIK SASARAN

l
ia
1. Teori Dasar Kelistrikan  Menerangkan teori atom

Tr
 Menjelaskan maksud dari istilah-istilah
dalam teori dasar kelistrikan
2. Sirkuit Elektrik  Menerangkan tentang hukum Ohm
3
dan penerapannya

m
o !
 Menjelaskan cirri-ciri rangkaian
co
e
seri, Parallel dan campuran
ft.
ca t

3. Kemagnetan  Menjelaskan teori kemagnetan


a
ns

 Menerangkan tentang terbentuknya


re

Elektro Magnet
.s
C

4. Komponen Elektrik  Membedakan komponen aktif dan psif


w

 Mengukur/mengetst komponen-
w
w
F

komponen tersebut
 Menentukan bagus tidaknya
PD

komponen-komponen tersebut
5. Sistem pengisian  Mengidentifikasi sistem pengisian
 Menerangkan cara kerja system
pengisian
 Mengukur/mengeset komponen-
komponen sistem starting
6. Sistem Starting  Mengidentifikasi sistem starting

3
 Menerangkan cara kerja system
starting
 Mengukur/mengetest komponen-
komponen system starting
7. Skematik Elektrik  Membaca wiring diagram
 Menjelaskan simbol-simbol elektrik
 Menelusuri jalannya arus dalam

l
ia
skematik
 Merekondisi kabel dengan benar

Tr
8. Komponen-komponen yang  Menerangkan cara kerja komponen-
dikontrol secara elektronik komponen input, kontrol dan output
9. Battery  3
Mengetes performance battery

m
Menetukan bagus tidaknya bettery
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w
w
w
F
PD

4
BASIC ELECTRIC

I. TEORI DASAR KELISTRIKAN

Kelistrikan mempunyai fungsi dan peranan yang penting dalam dunia


alat–alat berat.

l
ia
Listrik menyediakan energi untuk:
Memutar engine pada saat starting

Tr
Mengoperasikan lampu-lampu
Mengoperasikan gauge–gauge dan aksesoris
Menjaga tingkat pengisian battery 3
m
o !
co
e
Untuk mengetahui lebih jauh sistem kelistrikan tersebut, bisa dimulai
ft.
ca t

dengan mempelajari teory electron. Teory ini mencakup hampir semua


a

penjelasan–penjelasan mengenai kelistrikan.


ns
re

I.1 Teory Electron


.s
C
w

Seperti diketahui setiap elemen terbuat dari jutaan atom. Atom-


w
w

atom tersebut terdiri dari partikel–partikel electron yang mengelilingi


F

orbitnya dan partikel proton pada intinya.


PD

Ada dua gaya yang bekerja pada setiap atom, pada saat kondisi
normal dua gaya ini berada dalam keadaan keseimbangan. Proton dan
electron mempunyai gaya terhadap satu dan yang lainnya, lebih dan di
atas gaya gravitasi dan atau sentrifugal.

5
l
ia
Tr
Gb. 1.1 Struktur Atom

Gaya tersebut ditentukan oleh muatan yang terdapat pada electron


3
dan proton dimana electron bermuatan negatip sementara proton bermuatan

m
positip. Jika terdapat perbedaan muatan maka akan timbul gaya saling tarik
o !
co
e
menarik antar atom, sementara jika atom mempunyai muatan yang sama
ft.
ca t

akan saling tolak menolak. Arah dari pergerakan elektrik yang berdasarkan
a
ns

muatannya disebut polaritas. Contoh atom yang sederhana yaitu Hydrogen


re

yang mempunyai satu electron di orbitnya dan satu proton di intinya.


.s

Sementara Uranium adalah contoh element yang sangat komplek yaitu


C
w

mempunyai 92 elektron di orbitnya dan 92 proton di intinya.


w
w
F

Tembaga adalah element yang banyak digunakan dalam sistem


kelistrikan, karena tembaga adalah konduktor atau penghantar listrik yang
PD

bagus, hal ini bisa terjadi karena struktur dari atom tembaga mempunyai 29
elektron di orbitnya dan mempunyai hanya satu electron pada lingkaran orbit
terjauhnya.
Alasan itulah yang membuat tembaga menjadi konduktor yang baik,
karena hanya mempuyai satu electron di lingkaran orbit paling luarnya dan
juga paling jauh dari intinya, sehingga atom tersebut tidak mampu menahan

6
elekron lebih kuat lagi dan dengan mudah melepas electron tersebut ke atom
yang lainnya.

l
ia
Tr
3
Gb.1.2 Struktur Atom Tembaga
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns

Kesimpulan:
re

Atom yang pada orbit terjauhnya mempunyai electron kurang dari 4 disebut
KONDUKTOR, sedangkan yang mempunyai electron sama dengan 4 disebut
.s
C
w

SEMIKONDUKTOR, sedangkan yang mempunyai electron lebih dari 4 disebut


w

ISOLATOR.
w
F
PD

Dari penjelasan di atas bisa ditarik suatu definisi yaitu:

LISTRIK ADALAH MENGALIRNYA ELEKTRON – ELEKTRON DARI ATOM KE


ATOM DALAM SEBUAH KONDUKTOR DARI NEGATIVE KE POSITIVE.

7
I.2 Faktor – Faktror Kelistrikan

Ada tiga faktor dasar kelistrikan yaitu:


1. Tegangan (Voltage )
2. Arus (Current)
3. Tahanan (Resistance)

l
ia
I.2.1. Tegangan (Voltage)

Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w
w
w
F

Gb. 1.3. Aliran Elektron


PD

Disebabkan adanya gaya dari medan electrostasticnya, muatan electric


mampu menggerakkan muatan lainnya dengan cara menarik atau menolak
yang disebut dengan tenaga potensial.
Ketika suatu muatan berbeda dari yang lainnya maka akan timbul
perbedaan potensial antara muatan tersebut. Nilai dari perbedaan muatan
potensial tersebut di dalam medan electrostastic dikenal dengan nama

8
electromotif force (EMF). Satuan dari perbedaan itu adalah volt, untuk
menghormati penemunya Alessandro Volta seorang ilmuwan Italy. Karena
volt ini digunakan sebagai satuan perbedaan potensial maka sering disebut
dengan “Voltage “.

I.2.2. Arus (Current)

l
ia
Dalam pengembangannya untuk menyelidiki hukum dari gaya antara
atom yang bermuatan seorang ilmuwan yang bernama Charles Coulomb

Tr
mengadopsi sebuah satuan pengukuran yang disebut dengan “Coulomb“.
Satuan tersebut ditulis dalam notasi ilmiah yang diekspresikan sebagai satu
Coulomb = 6,28 X 10 18
3
proton atau electron. Secara sederhana kita kenal

m
jika di dalam konduktor tembaga mengalir satu Ampere, berarti ada 6,28
o !
co
e
juta–juta electron yang mengalir dalam satu detik.
ft.
ca t

Intensitas dari arus tersebut dinyatakan dalam Ampere (A).


a
ns

Ada dua cara untuk menggambarkan arus listrik yang mengalir melalui
re

konduktor. Pertama dengan menggunakan teori atom untuk menerangkan


.s

komposisi dari cara ilmuwan menentukan arus sebagai pergerakan dari


C
w

muatan positip di dalam konduktor dari polaritas positip ke polaritas negatip


w

kesimpulan ini tetap digunakan oleh beberapa standarisasi engineer atau teks
w
F

book, beberapa contoh dipakai untuk mengukur aliran cairan, gas, dan semi
PD

konduktor, cara ini disebut dengan “teori konvensional”.


Dalam menemukan teori atom tersebut untuk menerangkan komposisi
dari cara dan penentuan arus yang mengalir yang berdasarkan atas aliran
electron (muatan negatip) menuju ke proton atau muatan positip
(berlawanan arahnya dari teori konvensional) teori ini disebut dengan “teori
electron”.

9
I.2.3. Tahanan (Resistance)
George Simon Ohm menemukan bahwa pada tegangan yang tetap
jumlah arus yang mengalir melalui material tergantung dari tipe material dan
ukurannya. Dengan kata lain semua material terdapat perlawanan terhadap
aliran dari electron yang disebut dengan “resistance”. Jika perlawanan itu
kecil, material tersebut dinamakan konduktor, jika perlawanannya besar
disebut insulator.

l
ia
Satuan untuk mengukur resistan tersebut diekspresikan dalam Ohm
dan dilambangkan dengan huruf Yunani “Omega”.

Tr
Dapat juga dikatakan bahwa satu Ohm adalah gaya yang menahan tegangan
arus satu Volt yang menghasilkan satu Ampere.
3
m
Tahanan pada konduktor dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:
o !
co
e
1. Bahan atau structure atom ditentukan oleh berapa banyak electron
ft.
ca t

bebas yang terkandung di dalamnya. Makin banyak jumlah electron


a
ns

bebasnya makin kecil nilai tahanannya.


re

2. Panjang konduktornya yaitu makin panjang konduktor tersebut makin


.s

besar tahanannya.
C
w

3. Penampang atau ukuran AWG-nya makin besar penampangnya makin


w

kecil nilai tahanannya.


w
F

4. Temperature, pada beberapa material konduktor makin tinggi nilai


PD

temperaturenya makin tinggi juga nilai tahanannya.

10
l
ia
Tr
Gb. 1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tahanan

I.3 Konduktor
3
m
o !
co
Kabel di dalam sirkuit elektrik terdiri dari konduktor dan insulator. Pada
e
ft.

umumnya konduktor terbuat dari tembaga dan insolator terbuat dari plastik
ca t
a

atau karet. Konduktor ini terbagi dalam beberapa ukuran, dimana makin kecil
ns
re

diameter kabel makin besar nilai AWG (American Wire Gauge)-nya seperti
ditunjukkan tabel di bawah ini.
.s
C
w
w
w
F
PD

Tabel 1.1 AWG Tabel

11
I.4 Sirkuit
Di dalam sistem kelistrikan ada tiga macam bagian penting yaitu:
- Tegangan
- Tahanan
- Konduktor
Voltmeter adalah alat ukur untuk mengetahui tegangan potensial yang
ada. Disambungkan secara parallel. Ohmmeter adalah alat ukur untuk

l
ia
mengetahui tahanan dan disambung secara parallel. Amperemeter adalah
alat untuk mengukur arus yang mengalir dan dihubungkan secara seri.

Tr
Secara teori kita dapat menghitung hal tersebut di atas dengan
menggunakan rumusan hukum Ohm yaitu:
3
m
o !
E (Volts) = I (Ampere) X R (Tahanan)
co
e
ft.
ca t

Rumusan tersebut dengan mudah digunakan dengan memakai gambar


a
ns

berikut. Jadi untuk mencari nilai dari salah satu faktor maka harus diketahui
re

dahulu nilai dari kedua faktor yang lainnya.


.s
C
w
w
w
F
PD

Gb. 1.5 Rumusan Hukum Ohm

12
Sehingga rumusnya:

E = I X R, I=E/R atau R=E/I

Latihan Jawaban
1. Sebuah sirkuit mempunyai Sesuai dengan rumus, maka

l
ia
tegangan sebesar 12 V dan I=E/R
tahanannya 4 Ohm berapa nilai I = 12 / 4

Tr
arus yang mengalir Jadi arusnya = 3 Ampere

2. Berapa tegangan yang 3 E = I x R,


dibutuhkan untuk mengalirkan
m
maka E = 5 x 8.7
o !
co
e
arus sebanyak 5 A melalui R = Jadi tegangannya = 43.5 Volt
ft.
ca t

8.7 Ohm.
a
ns
re

3. Berapa nilai tahanan jika ada R = E / I,


.s

arus sebanyak 40 A mengalir maka R = 12 / 40


C
w

dalam sirkuit yang bertegangan Jadi nilai tahanannya = 0,3 Ohm


w

12 Volt.
w
F
PD

13
Dalam teori dasar kelistrikan, dikenal 3 kondisi sirkuit yaitu:
 Closed Circuit (sirkuit terhubung)
Sirkuit ini mempunyai ciri–ciri sebagai berikut:
 Sirkuitnya tersambung dari sumber dan kembali ke sumbernya lagi.
 Ada tahanan (load) yang mengontrol jumlah arus yang mengalir.

 Open Circuit (sirkuit terbuka)

l
ia
Sirkuit ini tidak terhubung sempurna atau ada bagian yang terbuka, baik
oleh switch atau oleh putusnya kabel.

Tr
 Short Circuit (hubungan singkat)
3
Sirkuit ini terjadi jika arus mengambil jalan pintas untuk kembali ke

m
sumbernya karena ada hubungan langsung konduktornya yang tidak
o !
co
e
melalui beban sehingga nilai arusnya menjadi tinggi sekali karena
ft.
ca t

rendahnya nilai tahanan yang menghambat arus tersebut, maka


a
ns

konduktornya terbakar.
re
.s

Jenis–jenis rangkaian dalam sistem kelistrikan ada 3 yaitu:


C
w

 Rangkaian Seri:
w
w
F
PD

Gb. 1.6 Rangkaian Seri

14
Beberapa load dihubungkan menjadi satu rangkaian, sehingga arus
hanya ada dalam satu rangkaian tersebut.
Ciri-ciri:
 Nilai tahanan totalnya sama dengan jumlah tahanannya.

R total = R1 + R2 + R3

l
 Nilai voltage drop-nya dari masing masing tahanan jika dijumlahkan

ia
akan sama dengan tegangan sumbernya.

Tr
 Nilai arus yang mengalir pada tiap–tiap tahanannya sama.

 Rangkaian Parallel:
3
Ada lebih dari satu cabang rangkaian sehingga arus bisa mengalir ke
m
o !
co
tiap–tiap cabang rangkaian. Tahanan terpasang secara berjajar.
e
ft.

Ciri–ciri:
ca t
a

 Tegangan yang ada pada tiap-tiap tahanan adalah sama.


ns
re

 Nilai arus yang mengalir pada masing –masing tahanan, jika


dijumlahkan akan sama dengan arus totalnya.
.s
C
w

 Nilai tahanan totalnya lebih kecil dari nilai tahanan terkecil pada
w

sirkuitnya.
w
F

1 1 1 1
PD

= + +
Rtotal R1 R2 R3

15
l
ia
Tr
Gb. 1.7 Rangkaian Parallel

 Rangkaian Seri dan Parallel 3


m
Gabungan antara rangkaian seri dan parallel, sehingga mempunyai ciri–
o !
co
e
ciri sama dengan kedua rangkaian di atas, hanya bedanya untuk
ft.
ca t

menyelesaikan penghitungan diselesaikan satu persatu rangkaiannya.


a
ns
re

R2 x R3
R total = R1 +
.s

R2 + R3
C
w
w
w
F
PD

Gb. 1.8 Rangkaian Seri dan Paralel

16
I.5 Kemagnetan
Kelistrikan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
kemagnetan. Efek kemagnetan diselidiki pertama kali dengan ditemukannya
struktur dari besi yang mampu menarik sepotong besi lain ( lodestone).
Penyelidikan lebih jauh tentang lodestone adalah ketika sepotong besi ditaruh
di atas permukaan air maka besi tersebut akan menunjukkan arah Utara dan
Selatan, sehingga sampai sekarang dikenal bahwa magnet mempunyai kutub

l
ia
Utara dan Selatan. Batang magnet ini sangat berguna dalam kehidupan
sehari–hari yaitu dalam pemakaian jarum kompas yang telah digunakan lebih

Tr
dari 1000 tahun silam dalam kehidupan manusia.

I.5.1 Medan Magnet 3


m
Jika menyelidiki sebatang magnet, maka akan ditemukan adanya gaya
o !
co
e
yang mengelilingi magnet tersebut. Hal ini bisa ditunjukkan dengan menaruh
ft.
ca t

bubuk besi di atas kaca dimana di bawah kaca tersebut diletakkan sebatang
a
ns

magnet, sehingga bubuk besi tersebut akan mengelilingi batang magnet


re

membentuk lingkaran gaya, seperti yang terlihat pada gambar berikut. Pola
.s

dari serpihan bubuk besi tadi adalah medan atau garis gaya magnet yang
C
w

membentuk kutub Utara dan Selatan. Kekuatan medan magnet tergantung


w
w
F

pada jarak medan magnet terhadap batang magnet, makin dekat jaraknya
maka makin kuat kemagnetannya. Makin jauh jaraknya maka makin
PD

berkurang pula kemagnetannya, hal ini disebabkan karena udara merupakan


hambatan terhadap medan magnet.
Medan magnet tersebut membentuk gaya dari kutub Utara ke Selatan
pada bagian luar batang magnet. Pada bagian dalam batang magnet, gaya
mengalir dari kutub Selatan menuju Utara, sehingga membentuk satu
lingkaran.

17
l
ia
Tr
Gb. 1.9 Medan Magnet

3
Jika diadakan percobaan pada dua batang magnet yang didekatkan,

m
akan terlihat bahwa kutub yang sama akan tolak menolak, sedangkan kutub
o !
co
e
yang berbeda akan tarik menarik.
ft.
ca t
a
ns

Prinsip dasar teori kemangnetan:


re

Kutub yang senama akan tolak menolak dan kutub yang berbeda
.s

akan tarik menarik.


C
w
w

Seperti halnya dalam ilmu kelistrikan, ada material yang baik sebagai
w
F

penghantar dan ada yang kurang baik atau lemah. Begitu juga dalam ilmu
PD

kemagnetan ada material yang baik untuk dibuat magnet, contohnya ALNICO
(Almunium , Nikel dan Cobalt), besi dan baja, sementara ada material yang
kurang baik untuk dibuat sebagai magnet yaitu kayu, gelas, kertas, tembaga
dan seng.
Sebatang besi dapat dibuat menjadi magnet dengan beragam cara.
Salah satunya dengan menggosokkan sebatang besi lain yang sudah menjadi
magnet agar atom–atomnya menjadi searah membentuk kutub Utara dan

18
Selatan. Cara lainnya dengan meletakkan sepotong besi di daerah yang
mempunyai medan magnet cukup kuat, sehingga garis gayanya membuat
atom pada batangan besi tersebut manjadi searah atau beraturan. Metode–
metode tersebut disebut INDUKSI MAGNET.

Kesimpulan:
Setiap magnet mempunyai kutub Utara dan Selatan dan medan gaya

l
ia
yang mengelilingi magnet tersebut.
Kutub yang sama tolak menolak, kutub yang tidak sama tarik menarik.

Tr
Material magnet akan bereaksi jika terletak pada medan magnet.
Sepotong besi biasa dapat dibuat menjadi magnet melalui cara induksi.
3
I.6 Elektro Magnet
m
o !
co
e
ft.
ca t

Pada percobaan dengan menggunakan kompas yang didekatkan pada


a
ns

sebuah konduktor yang dialiri listrik maka jarum kompas akan bergerak
re

menuju ke arah konduktor dari Utara ke Selatan. Dari percobaan tersebut


.s
C

dapat diambil kesimpulan bahwa jika sebuah konduktor dialiri arus listrik
w

maka di sekeliling konduktor tersebut akan membentuk medan magnet.


w
w
F

Medan magnet tersebut dapat dilihat melalui percobaan sepotong besi yang
dililit kabel dan dipasang menembus sebuah papan tipis dan di sekelilingnya
PD

ditaburi bubuk besi. Jika kabel tersebut dialiri arus listrik, maka bubuk besi
tersebut akan membentuk garis gaya magnet.

Ciri-ciri electromagnet adalah:


Medan magnet akan mengelilingi sepanjang konduktornya.
Medan magnet mempunyai arah yang sesuai dengan arah arus, yang
dapat berubah sesuai dengan perubahan arah arus tersebut.

19
Seperti halnya magnet permanen, elektro magnet juga mempunyai
kutub Utara dan Selatan.
Kekuatan medan magnet bergantung pada besar kecilnya arus yang
mengalir dan juga jumlah gulungannya.
Jika suatu gulungan dialiri arus dan di tengah gulungan tersebut diberi
sepotong besi ( core) maka potongan besi tersebut menjadi magnet. Ini yang
disebut induksi electromagnet.

l
ia
Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns

Gb. 1.10 Induksi Electromagnet


re
.s

Jika sepotong besi digerakkan memotong medan magnet, maka


C
w

apabila kedua ujung besi tersebut diukur dengan menggunakan Voltmeter,


w

Voltmeter akan menunjukkan tegangan yang kecil. Tetapi jika digerakkan


w
F

parallel atau searah dengan medan magnet, maka tidak ada tegangan yang
PD

diinduksikan. Percobaan di atas menjadi teori dasar pembangkit listrik.


Induksi tegangan tersebut tidak mempunyai polaritas yang permanen atau
polaritasnya akan berubah jika arah pergerakkan konduktor berubah.
Faktor–faktor yang mempengaruhi tegangan induksi:
 Kekuatan medan magnet
 Kecepatan konduktornya memotong medan magnet
 Jumlah lilitan atau gulungan konduktor

20
I.7 Alat-Alat Pengukuran Listrik
Untuk mengetahui dan mendiagnosa masalah–masalah di dalam
sistem kelistrikan, dibutuhkan alat–alat yang sesuai dengan tipe
pengukurannya. Alat–alat tersebut adalah Voltmeter, Ammeter dan Ohm
meter.

l
ia
I.7.1. Volt meter
Voltmeter digunakan untuk mengukur perbedaan potensial di dalam

Tr
suatu rangkaian dengan satuan volt. Dipasang secara parallel dengan sumber
yang akan diukurnya. Di dalam Voltmeter tersebut terdapat coil yang sangat
3
kecil dan sensitif, sehingga arus yang mengalir harus dibatasi. Voltmeter ini

m
juga menggunakan tahanan yang cukup tinggi dan dipasang secara seri
o !
co
e
dengan coil-nya. Skala Voltmeter ini dapat dikalibrasi untuk mendapatkan
ft.
ca t

pembacaan yang akurat.


a
ns
re

I.7.2. Ammeter
.s

Ammeter digunakan untuk mengukur jumlah arus yang mengalir di


C
w

dalam rangkaian dengan satuan Ampere. Ada dua tipe ammeter ini yaitu:
w
w
F

Shunt Ammeter
Dipasang secara seri dengan beban yang akan diukur, jangan
PD

menghubungkan secara parallel karena akan merusak alat tersebut.


Cara penggunaannya dengan memutuskan hubungan sirkuitnya dari
beban yang terpasang dan menghubungkannya dengan shunt ammeter
secara seri, sehingga terbaca arus yang mengalir ke sirkuit melalui shunt
ammeter tersebut.

21
l
ia
Tr
3
Gb. 1. 11 AVO Meter
m
o !
co
e
ft.
ca t

Tong Ammeter / Camp On


a

Metoda pengukuran dengan cara mengukur kekuatan medan magnetnya


ns
re

di sekeliling konduktor yang dialiri arus. Keuntungannya dengan memakai


alat ini adalah pengukuran arus dapat dilakukan tanpa memutuskan
.s
C
w

rangkaiannya, yaitu dengan cara menjepitkan tong ammeter ini ke


w

konduktor maka arus yang mengalir akan terbaca seakurat shunt


w
F

ammeter.
PD

I.7.3 Ohm meter


Ohmmeter digunakan untuk mengukur nilai tahanan di dalam
rangkaian. Ohmmeter tersebut mempunyai suplai arus sendiri yaitu dari
battery kering, dihubungkan secara parallel dengan beban yang akan
diukur.

22
Jangan menghubungkan Ohmmeter ini dengan beban yang mempunyai
arus/tegangan, dan selalu mematikan switch-nya jika tidak dipakai.

I.8 Komponen-Komponen Elektronik Dan Listrik


Selama ini dikenal cukup banyak komponen–komponen elektronik,
tetapi tidak akan dibahas secara keseluruhan. Secara garis besar komponen–
komponen tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

l
ia
Komponen pasif

Tr
Komponen–komponen pasif adalah komponen yang tidak mengolah arus
dan tegangan, melainkan hanya menaikkan/menurunkan arus dan
3
tegangan yang melaluinya. Contoh komponen pasif adalah resistor,
capasitor dan transformer. m
o !
co
e
ft.
ca t

Komponen aktif
a
ns

Komponen–komponen aktif adalah komponen yang mengolah arus dan


re

tegangan yang melaluinya. Contoh komponen aktif adalah diode dan


.s

trasnsistor .
C
w

 Diode
w
w
F

Cara kerja komponen: Jika anoda-nya lebih positip dibandingkan


dengan katodanya maka arus akan mengalir (conduct) dari anoda ke
PD

katoda atau forward biased, tetapi jika kebalikannya atau reverse


biased maka arus tidak bisa mengalir. Diode ini dibuat dari bahan
semikonduktor jenis P dan digabungkan dengan semikonduktor jenis
N, sehingga terbentuklah “depletion layer ”. Untuk melewati depletion
layer tersebut diperlukan tegangan perintang, yang besarnya
tergantung dari material diode-nya (jika dibuat dari Silicon tegangan
jatuhnya 600 mV, sementara Germanium 100 mV).

23
l
ia
Tr
Gb. 1.12 Diode

3
 Transistor
m
o !
co
e
Ada dua macam tipe transistor yaitu: Bipolar Transistor dan Field
ft.
ca t

Effect Transistor. Transistor yang banyak dipakai oleh komponen–


a

komponen elektronik Caterpillar adalah transistor tipe bipolar, jadi


ns
re

pembahasan dititik beratkan pada tipe bipolar tersebut.


Transistor terbuat dari tiga buah semikondukor yang dipasang
.s
C
w

bersusun. Ada dua cara penyusunan semikonduktornya secara


w

berseling. Yaitu jika semikonduktornya yang di tengah adalah jenis P,


w
F

sedang yang mengapitnya adalah semikonduktor jenis N, maka


PD

transistornya disebut tipe NPN. Tetapi jika semikonduktornya yang di


tengah jenis N, sedang yang mengapitnya semikonduktor jenis P,
maka transistor nya disebut tipe PNP.
Cara kerjanya transistor adalah:
 Tipe NPN, jika base-nya diberi arus positip yang kecil, maka
arus negatip yang besar dari collector mengalir menuju emitter.

24
Sedangkan jika arus positipnya berubah menjadi negatip maka
arusnya akan berhenti mengalir.
 Tipe PNP, jika base-nya diberi arus negatip yang kecil, maka
arus positip akan mengalir dari emitter ke collector . Untuk lebih
jelasnya lihat gambar di bawah ini.

l
ia
Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns

Gb. 1.13 Transistor


re
.s
C
w
w
w
F
PD

25
BASIC ELECTRIC

II. SISTEM OPERASI


II.1 Starting System
Sistem starting adalah sistem yang merubah energi listrik yang
tersimpan di dalam battery menjadi energi mekanikal untuk memutar dan

l
ia
menghidupkan engine.
Ada beberapa jenis starting motor yaitu:

Tr
Electric Starting motor
Hydraulic Starting motor
Pneumatic Starting motor 3
m
Pada module ini pembahasan akan dititikberatkan pada Electric
o !
co
e
Starting motor.
ft.
ca t
a
ns

Komponen–komponen standard dari sistem starting adalah:


re

Battery, yang mensuplai kebutuhan energi ke sirkuit.


.s

Switch start er, untuk mengaktifkan system.


C
w

Solenoid, berfungsi untuk menghubungkan battery dengan starting


w
w

motor sambil meng-engaged -kan pinion ke flywheel untuk


F

memutar engine.
PD

Starting motor, untuk memutar flywheel.

26
Cara kerja starting system:

l
ia
Tr
Gb. 2.1 Diagram Starting System

3
m
Ketika kunci kontak diposisikan ON, maka arus dari battery yang cukup
o !
co
e
besar stand by di terminal B pada starting motor. Dan arus yang kecil stand
ft.
ca t

by di terminal + pada starting relay. Lalu pada saat operator meneruskan


a

gerakan kunci kontaknya ke posisi start , maka arus yang kecil mengalir dari
ns
re

terminal C pada kunci kontak menuju terminal + dan pada starting relay dan
meng-energized relay-nya, sehingga arus yang tadi stand by di terminal +
.s
C
w

pada starting relay mengalir menuju terminal S pada solenoid . Yang


w

akibatnya solenoid-nya energized dan plunger-nya tertarik ke belakang


w
F

menghubungkan switch dari terminal B ke terminal M, sambil mendorong


PD

maju overrunning clutch pinion-nya ke depan sehingga engaged dengan


flywheel.
Karena switch nya terhubung maka arus besar dari battery yang tadi
stand by di terminal B pada starting motor mengalir ke armature dan
kumparan field, lalu membuat motor berputar.

27
Cara kerja starting motor

l
ia
Tr
Gb. 2.2 Elektro Magnet pada Starting Motor

3
m
Di dalam starting motor terdapat dua pasang elektro magnet yang
o !
co
e
mempunyai dua kutub Utara dan dua kutub Selatan dan biasa disebut juga
ft.
ca t

field winding. Dan juga terdapat armature yang dipasang melingkar membuat
a
ns

satu rangkaian tertutup (loop). Seperti diketahui jika suatu konduktor dialiri
re

arus maka di sekeliling konduktor tersebut terdapat medan magnet. Makin


.s

kuat arus yang mengalir makin kuat pula medan magnetnya.


C
w

Sewaktu arus yang besar dari battery mengalir ke terminal M dari


w

starting motor, arus tersebut terbagi dua yaitu ada yang ke field winding
w
F

untuk memperkuat medan magnetnya dan ada pula yang ke armature


PD

melalui brush dan commutator .

28
l
ia
Gb. 2.3 Konstruksi Starting Motor

Tr
Sekarang ada konduktor yang dialiri arus dan terdapat medan magnet

3
di sekelilingnya, terletak di antara dua kutub magnet yang kuat di sekitar field
winding. Maka garis gaya magnet dari Utara ke Selatan dari field winding,
m
o !
co
dan garis gaya konduktor yang melingkar searah jarum jam. Arus yang
e
ft.

masuknya positip akan saling memperkuat jika searah dan saling meniadakan
ca t
a

jika berlawanan. Sehingga garis gaya yang saling memperkuat akan


ns
re

mendorong konduktor ke arah yang medan magnetnya saling meniadakan


(lemah).
.s
C
w

Karena konstruksi dari armature tersusun dari banyak konduktor maka


w

berputarnya armature tersebut akan berkesinambungan dan mampu untuk


w
F

memutar engine .
PD

Kesimpulan:

Starting motor mempunyai:


1. Kutub – kutub dan gulungan field windingnya
2. Armature, brush, dan commutator
3. Shaft yang meneruskan gerakan perputaran dari armature.

29
II.2 CHARGING SYSTEM
Charging system mempunyai dua tugas utama yaitu:
 Mengisi ulang battery
 Menyediakan suplay arus untuk aksesoris elektrik
Ada dua tipe sistem charging ini yaitu DC charging, menggunakan
generator yang menghasilkan arus AC dan dirubah menjadi DC oleh
commutator dan brush. Dan satunya lagi yaitu AC charging, menggunakan

l
ia
alternator yang membangkitkan arus AC dan dirubah menjadi DC oleh
rectifier diode.

Tr
II.2.1 DC Charging System
3
Sistem ini menggunakan: armature, kutub–kutub, field winding, brush

m
dan commutator. Jadi komponen–komponennya sama dengan starting motor
o !
co
e
hanya prinsip kerjanya yang berbeda.
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w
w
w
F
PD

Gb. 2.4 Prinsip Dasar Generator DC

30
Seperti telah dipelajari pada electromagnet, jika sebuah konduktor
memotong medan magnet maka akan terjadi induksi arus. Generator ini juga
menggunakan prinsip tersebut untuk memproduksi arus.
Perubahan arah dari konduktor menyebabkan perubahan polaritas dari
arus output konduktor tersebut, sehingga pada saat engine memutar
generator tersebut, arus yang dikeluarkan oleh konduktor berbentuk AC
(alternating current ). Sedangkan alat berat membutuhkan arus DC, maka

l
ia
arus AC tersebut harus dirubah menjadi DC. Perubahan ini dilakukan oleh
commutator, yaitu pada saat konduktor memotong medan magnet di sekitar

Tr
kutub Selatan maka arus yang dikeluarkan oleh konduktor tersebut menuju
ke arah brush dan berpolaritas positip. Sementara ujung konduktor lainnya
3
yang memotong medan magnet di sekitar kutub Utara arah arusnya menjauhi

m
brush sehingga berpolaritas negatip. Apabila konduktor tersebut berputar
o !
co
e
sejauh 180 derajat, maka yang tadinya memotong medan magnet di sekitar
ft.
ca t

kutub Selatan mulai memotong medan magnet di sekitar kutub Utara. Begitu
a
ns

juga sebaliknya, maka arah arusnyapun berbeda. Tetapi karena posisi brush-
re

nya tetap maka masing–masing brush hanya menerima satu arah polaritas
.s

saja. Oleh karena itu outputnya menjadi DC.


C
w

Tiga hal yang mempengaruhi output generator adalah:


w

Kekuatan dari medan magnet


w
F

Jumlah lilitan konduktor


PD

Kecepatan berputarnya lilitan tersebut

31
II.2.2 AC Charging S ystem

l
ia
Tr
Gb. 2.5 Prinsip Dasar Generator AC

3
m
Sistem ini mempunyai komponen alternator dan regulator. Alternator
o !
co
e
ini sama dengan generator yaitu sama–sama memproduksi arus AC, tetapi
ft.
ca t

berbeda cara kerjanya yaitu, generator kutub medan magnetnya diam dan
a
ns

armaturenya berputar. Sedangkan alternator kebalikannya yaitu kutub medan


re

magnetnya berputar dan armaturenya diam. Dan juga pada alternator arus
.s

disearahkan oleh komponen dioda. Fungsi dari regulator adalah membatasi


C
w

pengisian yang berlebihan ke battery dan membatasi tegangan output dari


w

alternator.
w
F
PD

Gb. 2.6 Altenator

32
Alternator lebih baik dari generator karena alternator dapat
menghasilkan arus yang tinggi pada putaran engine rendah. Dan juga
bentuknya lebih sederhana/kecil dibandingkan dengan generator. Konstruksi
dari alternator sederhana, yaitu gulungan electromagnet yang arusnya diatur
oleh regulator ber-transistor , dan gulungan ini (field winding) diputar oleh
engine. Sementara gulungan armaturenya berpola bintang (jarak loop satu
dengan lainnya 120 derajat) dan menghasilkan arus AC tiga phasa. Dan

l
ia
setelah itu arus tersebut disearahkan oleh dioda.

Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w
w
w
F

Gb. 2.7 Rangkaian Alternator


PD

Cara kerja regulator yaitu apabila kapasitas arus di battery kurang (di
bawah 24 volt) maka transistor NPN di dalam regulator conduct, yang mana
mengijinkan arus mengalir dari field coil menuju ground sehingga medan
magnetnya menjadi kuat. Hal itu berakibat output dari alternator tinggi dan
battery mendapat suplay arus yang banyak sampai kapasitasnya mendekati
maksimum. Pada saat itu transistornya merasakan kenaikan tegangan

33
tersebut sehingga dioda Zenernya “ON ” oleh breakdown voltage . Oleh karena
itu transistor NPN nya menjadi “OFF ” dan arus dari field coil menuju ground
terputus sehingga alternator tidak menghasilkan arus pada saat itu. Dan
kapasitas battery terjaga pada posisi maksimum.

l
ia
Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns

Gb. 2.8 Charging System


re
.s

II.3 Battery
C
w

II.3.1 Konstruksi Battery


w
w

Battery adalah elektrokimiawi yang memproduksi listrik secara kimia,


F

dengan merubah energi kimiawi menjadi energi listrik.


PD

Battery terbuat dari banyak sell yang terpisah satu dengan lainnya.
Masing–masing sell terbuat dari plat negatip dan positip yang dipisahkan oleh
separator dan terisi oleh elektrolit yang mempunyai kandungan 36 persen
Sulphuric Acid dan 64 persen air distilasi/air suling.

34
l
ia
Gb. 2.8 Konstruksi Battery

Tr
Plat-plat positip dan negatip dihubungkan secara seri oleh moulded

3
strap di bagian atasnya. Masing-masing battery mempunyai sell-sell berbeda

m
tergantung dari kapasitas tegangannya. Misalnya battery 6 Volt mempunyai 3
o !
co
e
sell, battery 12 Volt mempunyai 6 sell dan mempunyai potensial tegangan 2,3
ft.
ca t

Volt.
a
ns
re
.s
C
w
w
w
F
PD

Gb. 2.9 Elektrolit Dalam Battery

Elektrolit (H 2S04) dalam battery bereaksi secara kimia dengan dengan


plat positip (Pb02) dan plat negatip (Pb) sehingga plat terminalnya
mempunyai potensial tegangan tergantung dari jumlah sell -sellnya.

35
Berat jenis elektrolit dalam keadaan battery penuh adalah 1,225 pada
suhu tropis (27 derajat Celcius) elektrolit tersebut adalah campuran dari 36
persen Acid dan 64 persen air distilasi.

II.3.2 BATTERY RATING


Untuk mengetahui kondisi suatu battery maka kitaharus menentukan
rating dari battery tersebut antara lain:

l
ia
 Ampere Hours
Adalah satuan dari kapasitas penyimpanan battery , yaitu nilai maksimal

Tr
kemampuan battery jika dibebani secara terus menerus akan habis
dengan perkalian Ampere terpakai dengan waktu penggunaanya. Seperti
3
contoh jika ada kapasitas battery 100 AH maka battery tersebut akan

m
habis dalam waktu 5 jam jika dibebani sebanyak 20 Ampere.
o !
co
e
 Cold Cranking Ampere
ft.
ca t

Kemampuan battery untuk dibebani selama 30-detik pada suhu – 17,8


a
ns

derajat Celcius sampai tegangan tiap sell nya minimum 1,2 volt. Rating
re

CCA sangat penting untuk negara-negara yang beriklim dingin dimana


.s

dalam keadaan temperature yang dingin engine sangat berat untuk


C
w

di start.
w

 Reserve Capacity
w
F

Jumlah satuan waktu dalam menit yang dibutuhkan oleh battery untuk
PD

dibebani sebanyak 25-Ampere secara terus menerus dari keadaan full


charge sampai tegangannya turun menjadi 10,5 Volt. Sebagai contoh dari
battery rating tersebut kita bisa melihat table yang diberikan Caterpillar
sesuai dengan Battery Council International.

36
Part Cold Cranking Reserve
Volts A. H.
Number Ampere Capacity

9G 4250 6 685 215 115

9G 4232 12 950 300 150

9G 4231 12 1250 425 210

l
9G 4234 12 425 105 60

ia
9G 4233 12 625 160 80

Tr
Table. 2.1 Battery Rating

II.3.3 Perawatan Battery 3


Perlakuan terhadap battery baru
m
o !
co
e
 Isi dengan cairan elektrolit hingga specific gravitynya 1,225
ft.
ca t

 Charge battery sesuai dengan ratingnya


a
ns

 Check ketinggian dan komposisi yang tepat dari elektrolit


re

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas rating battery


.s

 Jumlah plat-platnya pada tiap-tiap sellnya


C
w

 Ukuran platnya
w

 Tahanan di bagian dalam battery


w
F

 Kekuatan dan kemurnian elektrolit


PD

Prosedur perawatan
 Bersihkan battery setiap 50 jam dengan air dan baking soda
 Jaga ketinggian elektrolit
 Bersihkan lubang ventilasinya
 Bersihkan dan kencangkan terminalnya

37
Untuk mendapatkan keyakinan bahwa battery dalam kondisi baik dan
siap pakai, harus dilakukan serangkaian test antara lain:
Visual Inspection
Yaitu memeriksa kode label, ketinggian permukaan elektrolit dan
kebocorannya serta kondisi fisiknya dari perubahan bentuk dan
warnanya.
Mengukur Open Circuit Voltage

l
ia
Dengan menggunakan digital multimeter, bisa diukur nilai OCV untuk
masing-masing rating battery yaitu untuk battery 12 V harus lebih

Tr
tinggi dari 12 V, dan untuk battery 6 V harus lebih tinggi dari 6 V.
jika pembacaanya di bawah nilai tersebut maka battery tersebut
harus di charge. 3
Charge Test
m
o !
co
e
Dilakukan untuk menentukan:
ft.
ca t

 Rating charging dan waktunya


a
ns

 Menentukan nilai yang diizinkan untuk charging rate selama 15


re

menit
.s

 Memonitor nilai charging untuk 15 menit pertama.


C
w

 Selama proses pengisian, nilai tegangan maksimum yang


w

diizinkan untuk battery 12 v adalah 16 volt. Sedangkan untuk


w
F

battery 6 V adalah 8 Volt, kecuali untuk 15 menit pertama.


PD

 Setelah 15 menit, periksa minimum charging rate yang


diperbolehkan (50 % dari charging rate).
Load Test
Test ini dilakukan untuk menetukan battery tersebut laik atau tidak
untuk dilakukan proses charging pada battery tersebut. Langkah
pekerjaannya sbb:
 Beri beban 50 % dari rating CCA

38
 Setelah 15 detik dalam keadaan tetap terbebani ukur tegangan
dengan menggunakan digital multimeter.
 Jika pembacaannya minimum 9,5 Volt untuk battery 12 Volt dan
4,7 Volt untuk battery 6 Volt menandakan battery tersebut
dalam keadaan baik sehingga battery bisa dilakukan proses
charging, tetapi jika kurang menandakan battery tersebut
rusak.

l
ia
Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w

Gb. 2.10. Load Test


w
w
F

Membuang Surface Charge


PD

Tujuan dari test ini agar proses pengisiannya berjalan sempurna.


Langkah-langkahnya sebagai berikut:
 Jika terpasang di machine, crank engine selama kira-kira 5
detik. Jika tidak gunakan battery load tester untuk membebani
kira-kira 50 % dari CCA nya selama 5 detik.
 Biarkan selama 5 menit.
 Lepas semua kabel terminal dari batterynya dan ukur OCV nya,
harus sesuai spesifikasi.

39
II.4 Skematik Elektrik
Seorang serviceman yang handal dalam melakukan troubleshooting
yang benar di dalam sistem kelistrikan harus menguasai beberapa aspek
yaitu:
 Mampu dalam membaca wiring/skematik elektrik
 Mampu menggunakan diagnostik tool dengan baik

l
 Mampu mendiagnosa sistem operasi dari komponen-komponen

ia
elektrik

Tr
 Menggunakan literatur yang tepat
Oleh karena alasan itulah maka membaca wiring merupakan hal penting
dalam troubleshooting pada sistem kelistrikan. Sebelum memasuki topik
3
tersebut sebaiknya dimengerti lebih dahulu mengenai perawatan kabel.

m
o !
co
e
II.4.1 Wire Maintenance
ft.
ca t

Seperti diketahui Caterpillar banyak menggunakan sistem yang


a
ns

dikontrol secara elektronik, oleh sebab itu tidak boleh sembarangan dalam
re

mengerjakan kabel-kabelnya, karena sistem pengontrolan secara elektronik


.s
C

menggunakan arus/tegangan yang sudah diatur oleh kontrolnya. Dengan


w
w

kata lain jika menggunakan sembarang kabel maka akan berpengaruh


w
F

terhadap sistemnya sehingga pengontrolannya menjadi tidak sempurna.


Di dalam skematik elektrik terdapat berbagai informasi penting, antara
PD

lain:
Letak komponen.
Nomor AWG pada kabel.
Tipe dari konektornya yaitu: sure seal, deutch connector/VE dan MS.
Nilai tahanan dari solenoid yang dipakai.
Nilai actuate dan deactuate dari switch-switch yang terpakai.
Daftar kode-kode problem (MID, CID dan FMI nya) jika ada.

40
Dan banyak informasi lain yang bertujuan untuk memudahkan kita
dalam menelusuri arus dan tegangan. Pada skematik juga akan dijumpai
simbol-simbol elektrik yang dipakai dan kode warna kabel.

Contoh simbol-simbol elektrik, antara lain:

l
ia
Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w
w
w
F

Gb. 2.11 Simbol–Simbol Elektrik


PD

II.5 Komponen-Komponen Yang Dikontrol Secara


Elektronik
Dewasa ini banyak machine Caterpillar yang menggunakan komponen-
komponen elektronik yang dikontrol secara elektronik. Alasan penggunaan
teknologi tersebut adalah sistem tersebut memiliki banyak keunggulan
dibanding dengan sistem yang dikontrol secara mekanikal.

41
Keunggulan-keunggulan tersebut antara lain:
 Menghilangkan hubungan lingkage secara mekanikal, sehingga lebih
praktis.
 Memudahkan serviceman melakukan troubleshooting.
 Data-datanya bisa disimpan secara komputerisasi sehingga dapat
dengan mudah digunakan lagi pada waktu yang berlainan untuk
pendeteksian masalah yang ada.

l
ia
 Proses untuk merubah ke standard yang lebih tinggi (upgrade) dapat
dengan mudah yaitu dengan pemrograman secara komputerisasi.

Tr
 Dalam melakukan kalibrasi dan penyetelan bisa secara komputerisasi

Komponen Output 3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w
w

Input
w
F

Komponen Control
PD

Gb. 2.12 Sistem Pengontrolan Secara Elektronik

Adapun sistem pengontrolan secara elektronik ini menggunakan tiga


syarat utama yaitu harus ada input, kontrol dan output yang masing-masing
menjalankan fungsinya sehingga sistemnya bekerja dengan baik. Seorang
serviceman harus mengerti sistem dari masing-masing pengontrol tersebut

42
karena banyak jenis pengontrol yang dipakai oleh Caterpillar untuk masing-
masing machine.

II.5.1 Komponen Input


Komponen-komponen tersebut antara lain adalah: switch, sender , dan
sensor. Seorang serviceman harus bisa membedakan dan mengetahui cara
kerja dari masing-masing komponen input tersebut untuk memudahkan

l
ia
troubleshootingnya.

Tr
II.5.1.1 Switch
Banyak switch yang dipakai oleh sistem tersebut, tetapi semuanya
3
mempunyai persamaan pada cara kerjanya yaitu pada dua posisi “ ON”

m
dan “OFF “ atau open dan close sehingga switch ini sering disebut sebagai
o !
co
e
“two state devices“.
ft.
ca t
a
ns

Tipe-tipe switch tersebut adalah:


re

A. Uncommited Switch
.s

Switch ini memberikan informasi input kepada kontrolnya untuk


C
w

mengaktifkan lampu indicator pada panel dengan cara kerjanya close


w

ke ground pada kondisi normalnya, dan membuka hubungan ke


w
F

ground pada kondisi abnormal.


PD

Biasanya switch ini dipakai untuk memonitor tekanan, suhu, aliran dan
ketinggian dari parameter-parameter yang dibutuhkan oleh sistemnya.
Contoh switch ini adalah: oil pressure switch, water temperature
switch, coolant flow switch dan fuel level switch.

43
l
ia
Gb. 2.13 Switch

Tr
B. Programming Switch

3
Switch ini dipergunakan untuk merubah program kontrolnya, dengan

m
merubah hubungan ke ground menjadi open atau sebaliknya pada
o !
co
e
konektor-konektor yang disediakan untuk itu. Sehingga kontrol
ft.
ca t

tersebut bisa mengetahui model konfigurasi unit yang dipasangnya,


a
ns

hal ini perlu karena untuk membedakan karakteristik unit satu dengan
re

lainnya. Contoh switch ini adalah: harness code switch, unit switch dll.
.s
C
w

C. Service Switch
w

Switch ini diperlukan untuk melakukan perubahan mode operasi, atau


w
F

untuk melihat kode-kode problem yang ada serta menghapusnya jika


PD

sudah di logged-kan oleh ECM nya.


Contohnya adalah: Service connector switch yang dihubungkan ke
service tool untuk mengakses data-datanya dari kontrol tersebut.

II.5.1.2 SENDER
Sistem monitoring Caterpillar menggunakan dua tipe sender sebagai
input untuk informasinya kepada kontrol.

44
Dua tipe sender itu adalah:
A. Sender 0 sampai 240 Ohm
Sender ini mengirim perubahan output dari nilai tahanan yang
diakibatkan dari perubahan nilai parameter yang dipantaunya.
Parameter yang menggunakan sender ini adalah: fuel level sender .
Module main display menghitung nilai tahanan dari outputnya sender
tersebut dan merubahnya menjadi display informasi pada module

l
ia
gauge clusternya atau alert indicator atau kedua-duanya.

Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w

Gb. 2.14 Sender 0 sampai 240 Ohm


w
w
F

B. Sender 70 Ohm sampai 800 Ohm


PD

Sender ini juga mengirim perubahan nilai tahanan ke kontrolnya atas


dasar dari perubahan parameter yang dipantaunya, biasanya untuk
memonitor temperature . Sender ini juga disebut NTC ( negative
temperature coefisient) atau perubahan nilai maksimum dan
minimum-nya dari nilai tahanannya berbanding terbalik dengan
pembacaannya. Bentuk fisik dari sender tersebut bisa dilihat di bawah
ini:

45
l
ia
Tr
Gb. 2.15 Sender 70 Ohm sampai 800 Ohm

II.5.1.3 SENSOR 3
m
Sensor mengukur parameter secara fisik seperti kecepatan,
o !
co
e
temperature , tekanan dan posisi. Sebuah sensor elektronik merubah
ft.
ca t

parameternya secara fisik menjadi sinyal elektronik, sinyal ini proporsional


a
ns

terhadap kondisi parameternya.


re

Pada sistem elektronik Caterpillar, sensor digunakan untuk


.s

memantau sistem-sistem yang ada di machinenya dengan perubahan


C
w

yang tetap. Sinyal elektronik ini mewakili perubahan yang diukur, sinyal
w

ini dimodulasikan dalam tiga cara yaitu:


w
F

 Modulasi frekwensi mewakili parameter dari tingkat frekwensi


PD

 Modulasi PWM mewakili parameter duty cycle


 Modulasi analog mewakili parameter dari tingkat tegangannya

Di dalam bagian ini akan dijelaskan tipe-tipe dari sensor input:


frekwensi, analog, digital dan kombinasi analog ke digital

46
A. Sensor frekwensi
Sistem pengontrolan elektronik menggunakan bermacam-macam
komponen untuk mengukur kecepatan. Yang paling banyak adalah
dipakai dua tipe yaitu tipe sensor magnetic dan hall effect.

Sensor tipe magnetic

l
ia
Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns

Gb. 2.16 Sensor Tipe Magnetic


re
.s

Dalam sistem yang tidak terlalu terpengaruh terhadap kecepatan


C
w

rendah (dibawah 500 rpm) bisa menggunakan tipe ini.


w

Sensor ini memberikan informasi kecepatan di atas 600 rpm secara


w
F

akurat tetapi tidak di bawah 600 rpm, sehingga main display


PD

menggunakannya untuk tachometer engine atau ECM transmisi


menggunakannya untuk mengetahui kecepatan gear intermediate
dari output transmissi dan lain-lain keperluan.
Sensor ini termasuk sensor pasif karena tidak membutuhkan
tegangan input untuk memproses sinyalnya. Dan juga sensor
tersebut merubah gerakan mekanikal menjadi teganagn AC, karena

47
didalamnya terdapat coil, core dan magnet sehingga hampir
menyerupai generator kecil.
Cara kerjanya yaitu saat gear memotong medan magnet permanent
di dalam sensor terbangkitlah tegangan AC dalam coil dan diikuti
oleh frekwensinya. Frekwensi tersebut proporsional terhadap
kecepatan dan ECM menggunakan frekwensi tersebut untuk
membandingkan dengan data yang tersimpan dalam ECM.

l
ia
Untuk mengetahui kondisi baik dan tidaknya sensor tersebut kita bisa
mengukurnya secara statis dan dinamis, yaitu pada saat dilepas dari

Tr
harnessnya dan engine dalam keadaan mati kita bisa mengukur nilai
tahanan coilnya antara 100 sampai 500-Ohm sesuai besar kecilnya
3
sensor. Dan pada saat tersambung dengan harnes nya dengan

m
engine dalam keadaan hidup dengan menggunakan probe tester kita
o !
co
e
bisa mengukur tegangan AC nya dan frekwensinya yang timbul
ft.
ca t

antara terminal 1 dan 2.


a
ns
re

Sensor Tipe Hall Effect


.s

Pada sistem dimana kecepatan rendah sangat berpengaruh oleh


C
w

informasi ECM maka digunakanlah tipe hall effect. ECM transmission


w

dan engine menggunakannya untuk mendeteksi kecepatan tiap


w
F

posisi dan timing. Kedua sensor sama-sama mempunyai hall cell di


PD

kedua ujung kepalanya.

48
l
ia
Tr
Gb. 2.17 Speed Sensor

Cara kerjanya yaitu sewaktu gear memotong medan magnet yang


3
terdapat di hall cell terbangkitlah sinyal yang kecil, lalu sinyal
m
o !
co
tersebut dikirim ke amplifier yang terdapat di sensor itu juga dan
e
menjadi sinyal PWM yang cukup kuat dan seterusnya dikirim ke
ft.
ca t
a

kontrol untuk diproses selanjutnya. Karena sinyalnya berpulsa maka


ns
re

terdapat duty cycle dan disebut sinyal digital.


.s
C
w
w
w
F
PD

Gb. 2.18 Pressure Sensor

49
Sesuai dengan namanya maka output sensor ini yang berupa
frekwensi yang sebagai acuan dalam referensi oleh kontrolnya untuk
kecepatan sedangkan duty cycle dipakai untuk menentukan timing.
Sensor ini sangat akurat dalam mendeteksi kecepatan karena
outputnya tidak tergantung oleh kecepatan, dan dapat mendeteksi
kecepatan mulai dari 0 rpm dalam temperature yang bervariasi.
Hall effect sensor ini dapat memberikan output yang baik jika dalam

l
ia
pemasangannya tanpa ada celah di gearnya.
Untuk mendiagnosa sensor tersebut harus melakukan beberapa

Tr
tahapan yaitu:
 Ukur tegangan inputnya antara pin A dan pin B ( speed timing
3
sensor = 12,7 Volt sedangkan transmission output sensor = 8
Volt)
m
o !
co
e
 Ukur outputnya antara pin C dan pin B harus terdapat duty cycle
ft.
ca t

antara 5% sampai 95 %, dan terdapat frekwensi antara 4,5 kHz


a
ns

sampai 5,5 kHz.


re
.s

B. Sensor Digital
C
w

Sensor digital menggunakan metoda modulasi lebar pulsa sinyalnya


w

untuk memberikan sinyal elektronik yang berubah-ubah kepada


w
F

kontrolnya. Perbandingan sinyal on dan off berubah pada frekwensi


PD

yang tinggi dan dapat mengikutinya terus secara mekanis. Hasil rata-
rata dari on dan off pulsa tadi menyebabkan perubahan tegangan dan
arus yang akan diterjemahkan oleh kontrol sesuai dengan
kebutuhannya.

50
l
ia
Tr
Gb. 2.19 Rangkaian Sensor Digital

3
m
Tipe sensor ini banyak dipakai untuk memantau posisi, aliran,
o !
co
e
tekanan dan temperature . Secara fisik sensor ini lebih besar dari
ft.
ca t

sensor analog karena di dalamnya terdapat komponen-komponen


a

elektronik antara lain Oscillator yang menyediakan input frekwensi


ns
re

yang berkisar antara 5 Khz, Comparator yang membandingkan dua


sinyal yang berbeda untuk menghasilkan sinyal digital dan transistor
.s
C
w

NPN yang mengatur output dari sensor atas dasar output


w

Comparator dalam menyediakan sinyal digital dan sebuah Thermistor


w
F

yang memantau parameter dengan merubah tahanannya.


PD

Troubleshooting sinyal digital


Untuk mengetahui bagus tidaknya suatu sensor harus dilakukan
pengetesan, yang sebelumnya harus disediakan kebutuhan tool-
toolnya yaitu:
9U7330 Fluke digital multimeter, 7X1710 probe group dan sensor
harus terhubung di harnessnya.

51
l
ia
Tr
Gb. 2.20 Sensor Digital

3
m
Langkah-langkah pengetesannya sebagai berikut:
o !
co
e
ft.

Sisipkan probe ke konektor pada sensor sesuaikan dengan label


ca t
a

huruf-hurufnya.
ns
re

1. Pin A ke pin C ada tegangan suplainya = 8 atau 24 Volt


2. Pin C ke pin B terdapat tegangan DC 0,7 sampai 7,9 Volt
.s
C
w

3. Pin C ke pin B terdapat frekwensi 4,5 sampai 5,5 kHz


w

4. Pin C ke pin B terdapat duty cycle antara 5 % sampai 95 %


w
F

Jika pada saat pengukuran di luar standar yang di atas bisa


PD

dipastikan sensornya ada kerusakan. Gambar fisik sensor tersebut


adalah seperti berikut ini.

52
l
ia
Tr
Gb. 2.21 Sensor Digital

C. Sensor Analog 3
m
Sensor tipe ini sangat berbeda dengan yang digital bukan hanya
o !
co
e
bentuk fisiknya tetapi juga cara kerja dan fungsinya serta
ft.
ca t

mengerluarkan sinyal analog. Definisi dari sinyal analog adalah sinyal


a
ns

yang perubahannya secara perlahan dan terus menerus juga


re

proposional (Linear) yang dipantaunya, seperti gambar di samping ini.


.s
C
w
w
w
F
PD

Gb. 2.22 Sensor Analog

53
Output dari sensor analog hanya berupa tegangan DC, biasanya
antara 0 sampai 5 Volt. Konstruksi bagian dalamnya hanya terdapat
thermistor dan amplifier yang memperoses sunyal outputnya 0,2
sampai 4,8 Volt DC secara proporsional dengan temperature
normalnya.

l
ia
Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t

Gb. 2.23 Skematik Sensor Analog Untuk Temperatur


a
ns
re

Troubleshooting sensor analog juga sama dengan yang digital yaitu


memerlukan 9U7330 DMM dan 7X1710 probe group. Dan juga kunci
.s
C
w

kontak dalam keadaan on, karena sensornya termasuk tipe aktip.


w

Pengetesannya cukup mudah kita hanya mengukur inputnya yaitu pin


w
F

A ke pin B = 5 Volt DC, serta sinyalnya dari pin C ke pin B = 1,99


PD

sampai 4, 46 Volt DC.


Dari kedua tipe sensor tadi Caterpillar juga memberikan indikasi pada
kabel sinyal sensornya yaitu jika kabelnya putus kontrolnya akan
mengeluarkan tegangan yang disebut dengan build–up voltage. Untuk
sensor digital biasanya sekitar 8 Volt dan sensor analog untuk build–up
voltage = 6,3 Volt.

54
D. Sensor Analog ke Digital
Sensor tipe ini menggunakan bagian analognya untuyk mengukur
parameternya dan mengirimkan sinyal tersebut ke sebuah converter
dan di dalam converter sinyal tersebut dirubah menjadi digital ( PWM )
menuju ke kontrol elektronik.
Troubleshooting sensor tipe ini sama dengan sensor digital. Di bawah
ini terdapat contoh gambar sensor analog ke digital untuk sensor

l
ia
tekanan brake.

Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w

Gb. 2.24 Sensor Analog ke Digital Untuk Brake


w
w
F

II.5.2 Komponen Kontrol


PD

Di dalam komponen kontrol tersebut terdapat komponen–komponen


layaknya sebuah komputer canggih yaitu power supply elektronik, central
processing unit dan memory dari input sensor. Dan melakukan komunikasi
dengan kabel data link dua arah.
Kontrol tersebut memperoses sinyal–sinyal yang diberikan oleh
komponen–komponen inputnya yang sudah kita bahas tadi. Macam–macam

55
kontrol yang dipakai tergantung dari penggunaan serta tipe dari input dan
outputnya.

Contoh – contoh kontrol elektronik adalah:


ECM Engine atau Advance Diesel Management (ADEM)
Inputnya rata–rata sensor analog yang akan diproses untuk dipakai sebagai
referensi dalam mengaktifkan komponen–komponen outputnya yaitu

l
ia
solenoid injector, solenoid waste gate , lampu indicator serta display gauge
cluster.

Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w
w

Gb. 2.25 ECM Engine atau Advance Diesel Management (ADEM)


w
F
PD

VIMS (Vital Information Monitoring System)


Biasanya dipasang pada peralatan yang besar seperti off highway truck ,
large excavator serta large whell loader. Fungsinya untuk memantau semua
sistem dan memberikan katagori warning level serta bisa diprogram untuk
mengatur sistem lubrikasi secara otomatis. Kontrol ini mempunyai
bermacam–macam tipe dari input sensornya, mengolahnya serta
membaginya ke komponen kontrol yang lain sebagai referensi melalui kabel

56
data link atau menuju main display. Kontrol modul ini juga membutuhkan
battery Lithium sebesar 3 Volt untuk memback- up memory sewaktu
disconnect switchnya diposisikan off.

l
ia
Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns

Gb. 2.26 VIMS (Vital Information Monitoring System)


re
.s
C
w

EPTC (Electronic Programmable Transmission Control)


w

Biasanya dipakai untuk truck yang besar–besar di pertambangan. Fungsinya


w
F

untuk mengatur kecepatan transmisi secara otomatis dengan


PD

mengengaged kan clutch transmisi pada rpm engine dan kecepatan truck
yang tepat. Karenanya Ecm tersebut berkomunikasi dengan ECM engine
untuk mendapatkan data kecepatan engine. Serta dilengkapi switch –switch
untuk mengakses problem– problem dan memprogram parameter sesuai
dengan kebutuhannya.

57
l
ia
Tr
Gb. 2.27 EPTC (Electronic Programmable Transmission Control)

3
m
o !
co
e
II.5.3 Komponen Output
ft.
ca t

Sebagaian besar komponen–komponen kontrol dipakai untuk


a

memberitahukan operator tentang status unitnya, di antaranya adalah: Main


ns
re

Display Module, Display Data Link , Alert Indicator s serta action lamp/alarm.
.s
C
w
w
w
F
PD

Gb. 2.28 Main Display Module

58
Display data link berbeda dengan Cat Data link yaitu untuk CDL hanya
mempunyai dua kabel yang dipilih satu dengan lainnya untuk menghilangkan
interferensi medan magnet, sedangkan display data link mempunyai 6 kabel
sebagai kabel komunikasi dari komponen–komponen display yang berisi
micro processor sehingga harus berkomunikasi satu dengan lainnya dalam
bentuk digital.

l
ia
Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns

Gb. 2. 29 Display Data Link


re
.s

II.5.4 Sistem Monitoring Yang Dipakai Caterpillar


C
w

II.5.4.1 Electronic Monitoring System


w

EMS mulai dipakai Caterpillar pada tahun 1978 yaitu suatu sistem
w
F

yang memantau secara terus menerus dari sistem yang terdapat di


PD

machine dengan memberitahukan ke operatornya jika terjadi kondisi


yang tidak normal pada machine dengan tiga tingkatan peringatan.
Komponen–komponen input dari EMS hanya beberapa switch dan
satu sensor frekwensi. Pada kondisi normal semua switchnya harus
dihubungkan dengan ground sehingga lampu indikatornya mati
(normal), dan sensor frekwensi hours mengeluarkan frekwensi minimal
94 KHz yang diberikan oleh terminal “R” pada alternator. Di dalam

59
komponen kontrolnya EMS terdapat komponen: LED, Transistor NPN
serta tahanan yang dipasang secara parallel dengan lainnya. Cara kerja
dari EMS adalah jika switch nya terhubung dengan ground , maka arus
dari battery langsung menuju ground melalui tahanan. Hal ini
menyebabkan transistor NPN tidak bekerja sehingga lampu LED tidak
menyala dan menandakan kondisi parameter yang dipantau normal.
Tetapi jika switchnya terlepas dari ground , maka arus dari battery tidak

l
ia
langsung menuju ground tetapi menuju ke terminal base dari transistor
NPN, sehingga transistor membuat arus yang stand by di ujung LED

Tr
mengalir menuju ground dan LED-nya menjadi ON. Ini menandakan
terjadi kondisi yang tidak normal pada parameter yang dipantaunya. Di
bawah ini ada contoh panel EMS. 3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w
w
w
F
PD

Gb. 2.30 Panel EMS

60
II.5.4.2 Computerized Monitoring System
Pada sistem monitoring tipe CMS ini sudah ada pengembangan
dari input-inputnya yaitu sudah banyak dipakai sensor-sensor tipe digital
dan kontrolnya terdapat microprosesor sehingga sama dengan
komputer.
Karena berbentuk komputer, maka data-data yang diterima dari
sensor bisa disimpan dan diprogram dalam kontrolnya. Keuntungannya

l
ia
adalah data tersebut dapat dipanggil lagi pada lain waktu sehingga
memudahkan serviceman dalam troubleshootingnya. Juga dalam kontrol

Tr
tersebut terdapat kabel data link untuk dapat berkomunikasi dengan
kontrol lainnya.
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w
w
w
F
PD

Gb. 2.31 Computerized Monitoring System

CMS ini diproduksi awal dengan tipe LCD (Liquid Crystal Display )
lalu berkembang menjadi VFD ( Vacuum Fluorescent Display ). Di dalam
sistem monitoring ini masih terdapat EMS yang diwakilkan oleh lampu-
lampu alert indicator sehingga masih mempunyai warning level dan

61
bekerjanya terbagi dalam beberapa mode-mode operasinya yaitu ada 5
mode di antaranya:
Mode 0 = Normal, dipakai pada saat operasi normal
Mode 1 = Service, dipakai untuk melihat problem yang ada
Mode 2 = Status, dipakai untuk mengetahui switch yang open
Mode 3 = Tattletale, dipakai untuk melihat nilai ekstrim yang
pernah terjadi

l
ia
Mode 4 = Numerical readout , dipakai untuk merubah gauge
menjadi angka

Tr
Untuk mengakses mode-mode tersebut dipakai tool khusus
3
yaitu 4C8195 service tool. CMS ini dapat dipakai oleh berbagai tipe unit

m
yang ternasuk dalam daftar harness code nya. Setiap mengganti CMS ke
o !
co
e
unit yang lain harus dirubah pula harness code nya yang tersedia pada
ft.
ca t

harness code connector.


a
ns
re
.s
C
w
w
w
F
PD

Gb. 2.32 EMS Vs CMS

62
II.5.4.3 Caterpillar Monitoring System
Dari tipe CMS tadi Caterpillar mengembangkan lagi menjadi
Caterpillar Monitoring System . Perubahan paling mendasar dari CATMS ini
adalah tersedianya mode–mode untuk kalibrasi, sehingga bisa dipakai pada
kontrol–kontrol yang diprogram untuk kalibrasi. Dan juga modulnya terbagi
menjadi tiga bagian tidak seperti CMS yang merupakan satu kesatuan, yaitu
modul gauge cluster, tacho/odo meter graph module dan main display

l
ia
module untuk melihat informasi problem dan mode kalibrasinya.

Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w

Gb. 2.33 Skematik Caterpillar Monitoring System


w
w
F

Mode–mode yang tersedia secara umum adalah:


PD

 Mode 0 = normal untuk operasi normal


 Mode 1 = harness code untuk melihat kode harness yang terpakai
 Mode 2 = numerical readout untuk merubah gauge menjadi angka
 Mode 3 = service untuk melihat problem yang ada
 Mode 4= tattletale untuk melihat nilai eksterim yang pernah terjadi
 Mode 5 = unit untuk merubah unit pembacaan SI = Metrik, US =
Inchi

63
Dari mulai mode 6 sampai 10 berbeda antara unit satu dengan yang
lainnya tergantung dari konfigurasinya. Untuk melihat mode–mode tersebut
sama dengan tool yang dipakai pada CMS yaitu 4C8195 Service tool .

l
ia
Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t

Gb. 2.34 Caterpillar Monitoring System


a
ns
re
.s
C
w
w
w
F
PD

64
BASIC ELECTRIC

Lembar Kerja

Latihan 1

l
ia
a. Ukur tegangan sumber dari simulator ini

Tr
Volts Amp mA Com V/Ohm
Milli Volts
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C

b. Ukur arus yang mengalir pada lampu 1, dan rangkaikan seperti pada
w

gambar
w
w
F
PD

Ampere
Miliampere

65
c. Ukur arus yang mengalir pada lampu 1 dengan ditambahkan tahanan
R1/R2/R3/R4 dan R5 secara bergantian (5 X pengukuran)

Ampere
Milliampere
R1/R2/R3/
R4/R5

l
ia
Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w
w
w
F
PD

66
Latihan 2

a. Ukur tahanan dari R1 sampai R6

Ohms

Kilo Ohms

l
ia
R1 – R6

Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w
w
w
F
PD

67
Latihan 3

a. Ukur tegangan jatuh ( voltage drop) pada variable resistor dengan resistor
diset pada tahanan 100 Ohm

l
ia
Tr
3
m
o !
co
e
ft.
ca t

b. Ukur tegangan jatuh (voltage drop) pada L1 dari rangkaian di bawah ini.
a
ns
re
.s
C
w
w
w
F
PD

68
c. Ukur tegangan jatuh (voltage drop) pada R1 dari rangkaian di bawah ini

R1

l
ia
Tr
3
m
o !
co
Dari hasil latihan 3, silahkan dihitung hasil dari masing-masing voltage drop
e
ft.

pada lampu1, resistor1 dan variable resistor yang tahanannya diset 100 ohm.
ca t
a

Setelah dijumlahkan maka jumlah voltage drop dari masing-masing beban


ns
re

akan sama dengan tegangan sumbernya.


.s
C
w
w
w
F
PD

69
Latihan 4

a. Rangkaikan sirkuit seperti gambar di bawah ini dengan menggunakan


transistor tipe PNP

Lakukan perintah-perintah sebagai berikut:


Posisikan switch pada posisi open(tidak berhubungan dengan ground)

l
ia
maka
 Tidak ada arus dari E ke B

Tr
 Tidak ada arus dari E ke C
 Lampu tidak menyala
Posisikan switch pada posisi close, maka3
 Ada arus kecil mengalir dari E ke B
m
o !
co
e
 Ada arus besar mengalir dari E ke C
ft.
ca t

 Lampu akan menyala


a
ns
re
.s
C
w
w
w
F
PD

b. Rangkaikan sirkuit seperti gambar di bawah ini dengan menggunakan


transistor NPN

70
Lakukan petunjuk berikut
Posisikan switch pada posisi open (tidak berhubungan dengan ground )
maka:
 Tidak ada arus dari E ke B
 Tidak ada arus dari E ke C
 Lampu tidak menyala

l
ia
Posisikan switch pada posisi close, maka:
 Ada arus kecil mengalir dari B ke E

Tr
 Ada arus besar mengalir dari C ke E
 Lampu akan menyala
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w
w
w
F
PD

71
Latihan 5

Buat rangkaian starting system seperti gambar di bawah ini dengan


menggunakan komponen-komponen dari simulator elektrik.
Gunakan terminal relay yang normally open saja. Sebagai pengganti dari
starting motor gunakan solenoid dan motor fan (12 Volt), dan sebagai

l
ia
pengganti disconnect switch gunakan double pole switch.
Jika rangkaian yang anda buat benar, sewaktu starting key diposisikan start

Tr
solenoid akan menarik ke dalam dan fan (12 volt) akan berputar.

3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w
w
w
F
PD

72
Latihan 6

a. Buat rangkaian dari lift kick out untuk wheel loader dengan menggunakan
simulator ini. Rangkai seperti gambar di bawah ini.

Magnet Lift Kickout

l
ia
S B G

Tr
3
m
o !
co
e
Jika rangkaian anda benar, sewaktu magnet digerakkan naik turun di
ft.

samping lift kickout maka solenoid akan energize.


ca t
a

Catatan S = Solenoid, B = Battery, G = Ground.


ns
re

b. Untuk bucket positioner sama dengan rangkaian di atas hanya bedanya


.s
C
w

kerja magnetic switch-nya ada dua posisi, sedangkan lift kickout cuma
w

satu posisi.
w
F
PD

73
Latihan 7

Untuk latihan 7 ini anda diharapkan mampu menentukan kondisi baik


tidaknya komponen-komponen elektronik, sehingga harus dilakukan
pengukuran-pengukuran secara statis atau tidak ada arus yang mengalir dan
battery ditempatkan pada posisi off.

l
ia
a. Resistor

Tr
Gunakan DMM dan tempatkan saklarnya pada skala OHM. Ukur semua
resistor yang ada dan bandingkan satu dengan yang lainnya, hubungkan
secara paralel dengan resistornya.
3
m
o !
b. Dioda
co
e
Gunakan DMM dan tempatkan saklarnya pada skala dioda check.
ft.
ca t

Ukur dioda tersebut dengan menghubungkan secara paralel dengan


a
ns

DMM.
re
.s
C
w
w
w
F
PD

74
Sewaktu dihubungkan forward biased, yaitu kabel merah dari jack V/Ohm
pada DMM dihubungkan ke terminal anoda dan kabel hitam dari jack
COM pada DMM dihubungkan ke terminal katoda pada dioda. Maka akan
terbaca voltage drop sebesar 300 sampai 600 milivolt (untuk dioda yang
terbuat dari bahan semikonduktor Silikon).
Tetapi jika dihubungkan reverse biased, yaitu kebalikannya dari forward
biased maka DMM menunjukkan OL. Jika penunjukkannya seperti

l
ia
tersebut di atas maka dioda tersebut dalam keadaan baik, jika tidak maka
dioda tersebut dalam keadaan rusak.

Tr
Tipe-tipe lain dari dioda adalah: Dioda Zener dan LED

3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w

Dioda Zener Dioda LED


w
w
F

c. Transistor
PD

Dalam mengukur transistor sama dengan mengukur dioda yaitu dengan


DMM pada skala dioda check. Karena pada prinsipnya transistor
merupakan dua dioda yang digabung jadi satu.
Pertama-tama kita harus menentukan dahulu tipe transistornya, dengan
cara menentukan terminal E atau B nya karena terminal C nya sudah
diketahui yaitu pada keseluruhan badannya. Hubungkan kabel merah ke
body transistor dan kabel hitam ke salah satu kakinya, lihat display pada

75
DMM dan tandai kaki yang menunjukkan OL pada display. Terus dibalik
kabel hitam ke body transistor dan kabel merah ke salah satu kakinya,
lihat display pada DMM dan tandai kaki yang menunjukkan OL pada
display. Kaki yang menunjukkan OL terus pada saat kabel dihubungkan
secara bergantian adalah kaki E (Emitter).
Untuk menentukan tipenya kita tinggal menghubungkan kaki E dan B.
Sewaktu kabel merah dihubungkan ke kaki E dan kabel hitam ke kaki B

l
ia
dan pada display menunjukkan voltage drop, maka transistor tersebut
bertipe PNP. Tetapi jika kabel merah di hubungkan ke kaki B dan kabel

Tr
hitam ke kaki E pada display-nya menunjukkan voltage drop , maka
transistor tersebut bertipe NPN.
3
m
o !
co
e
ft.
ca t
a
ns
re
.s
C
w
w
w
F
PD

76
BASIC ELECTRIC

Pilih Benar atau Salah

1. Atom memiliki electron pada intinya dan proton pada orbitnya.


2. Elemen yang memiliki electron kurang dari empat pada outer ringnya,

l
ia
diklasifikasikan sebagai isolator.
3. Kutub yang sama tarik menarik dan kutub yang berbeda akan tolak

Tr
menolak.
4. Voltage bisa timbul tanpa arus, sedangkan arus tidak akan timbul
tanpa voltage.
3
5. Besi memperkuat medan magnet, sedangkan udara merupakan
m
o !
co
tahanan terhadap medan magnet.
e
ft.

6. Elektro magnet tidak mempunyai kutub Utara dan Selatan.


ca t
a

7. Sebuah konduktor jika temperaturnya naik maka nilai tahanannya


ns
re

akan turun.
8. Sender termasuk komponen input dalam Caterpillar Electronically
.s
C
w

Controlled.
w

9. Di dalam skematik, warna merah menandakan pada circuit tersebut


w
F

ada power battery yang aktif.


PD

10. Sensor digital merupakan sensor aktif karena membutuhkan input


tegangan.

Pilih Jawaban Yang Benar


1. Faktor dasar listrik ialah:
a. Magnetic field d. Voltage
b. Resistance e. Current

77
c. Conductor f. Voltage Drop

2. Parallel circuit mempunyai:


a. Tahanan tinggi – ampere rendah
b. Tahana tinggi – ampere tinggi
c. Tahanan rendah – ampere tinggi
d. Tahanan rendah – ampere rendah

l
ia
3. Syarat timbulnya tegangan adalah:

Tr
a. Resistance d. Magnetic field
b. Conductor e. Isolator
c. Current 3 f. Relative motion

m
o !
co
e
4. Bila sebuah alternator baru saja bekerja/berputar, maka penyebab
ft.
ca t

timbulnya voltage adalah:


a
ns

a. Voltage Regulator c. Residual magnet


re

b. ‘R’ terminal d. Voltage battery


.s
C
w

5. Faktor yang mempengaruhi tegangan pada suatu alternator


w

a. Magnetic field c. Speed


w
F

b. Resistance d. Current
PD

6. Output dari Stator Alternator adalah:


a. D.C. Voltage c. Excitation
b. Medan Magnet d. A.C. Voltage

7. Residual Magnetism adalah:


a. Kekuatan medan magnet c. Sisa kemagnetan

78
b. Pembangkit medan magnet d. Elektromagnet

8. Pada dasarnya regulator pada Alternator mengatur:


a. Voltage Battery c. Alternator speed
b. Magnetic field d. Residual Magnetism

9. Apa yang terjadi pada Alternator bila kekuatan magnetic field

l
ia
dinaikkan:
a. Resistance naik c. Output voltage naik

Tr
b. Load naik d. Voltage Battery turun

3
10. Terminal yang mana pada Transistor yang mengatur aliran arus:
a. Emitter
m
c. Collector
o !
co
e
b. Base d. Katoda
ft.
ca t
a
ns

11. Berputarnya motor pada starting motor dikarenakan adanya:


re

a. Penguatan arus listrik pada armature


.s

b. Garis gaya magnet yang saling mendorong


C
w

c. Medan magnet pada starter solenoid


w

d. Gaya sentrifugal pada solenoid


w
F
PD

12. Bila mata gergaji besi bergetar pada saat melakukan test armature
starting motor dengan menggunakan Growler maka:
a. Armature open circuit c. Armature short
circuit
b. Armature grounded d. Armature short ke battery
positip

79
13. Bila battery dihubungkan terbalik, maka starting motor akan:
a. Terbakar/rusak c. Arah putaran motor tetap
b. Arah putaran motor terbalik d. Motor tidak berputar

14. Pilihlah fungsi-fungsi di bawah ini yang bukan merupakan fungsi


battery pada engine Off/On:
a. Supply arus untuk starting motor

l
ia
b. Supply arus untuk Electrical Accessories
c. Voltage stabilizer

Tr
d. Menyimpan arus pada saat charging

15. AH suatu battery adalah: 3


m
a. Kapasitas battery menyimpan arus listrik dengan perkalian arus
o !
co
e
dan waktu
ft.
ca t

b. Kemampuan Battery mengeluarkan arus listrik dengan perkalian


a
ns

arus dan waktu


re

c. Kemampuan Battery untuk dibebani terus menerus.


.s

d. Kondisi Battery yang siap untuk dibebani.


C
w
w

16. Satuan arus dan waktu yang dipakai pada spesifikasi AH suatu Battery
w
F

adalah:
PD

a. Ampere dan menit c. Ampere dan jam


b. Ampere dan detik d. Ampere dan second

17. CCA suatu battery adalah:


a. Kemampuan Battery untuk mengeluarkan arus atau dibebani
selama 30 menit dengan kemampuan Voltage minimum 1.2 V
per cell.

80
b. Kemampuan Battery untuk mengeluarkan arus atau dibebani
maksimum selama 30 detik.
c. Kemampuan Battery untuk mengeluarkan arus atau dibebani
selama 30 detik dengan voltage minimum 1.2 V per cell
d. Kemampuan Battery untuk dibebani selama 30 menit
maksimum

l
ia
18. Reserve Capacity suatu Battery adalah:
a. Kemampuan Battery untuk dibebani sebanyak 25 ampere

Tr
secara terus-menerus selama 30 detik tanpa charging.
b. Satuan waktu dalam menit yang digunakan untuk mengukur
3
kemampuan suatu battery bila mendapat beban sebanyak 25

m
ampere secara terus menerus tanpa charging hingga voltagenya
o !
co
e
turun menjadi 10.5 V
ft.
ca t

c. Satuan beban yang diberikan ke Battery sehingga voltagenya


a
ns

turun menjadi 10.5 V selama 30 detik.


re

d. Kemampuan battery untuk dibebani selama 30 detik maksimum.


.s
C
w

19. Dalam Activation Battery CAT, Specific Gravity Electrolyte yang


w

ditentukan adalah:
w
F

a. 1.260 c. 1.235
PD

b. 1.225 d. 1.270

20. Self discharge pada Battery disebabkan oleh:


a. Kebocoran Battery
b. Oksidasi dengan udara luar
c. Penurunan pada S.G. Electrolyte
d. Short antara plat positif dan negatip

81
21. Bila standard Electrical Accessories suatu unit machine ditambah atau
diperbesar maka yang diperlukan adalah:
a. Battery yang lebih besar
b. Alternator yang lebih besar
c. Battery dan Alternator yang lebih besar
d. Engine yang lebih besar

l
ia
22. Campuran ideal pada Electrolyte adalah:

Tr
a. 64% Asam Sulfat + 36% Air
b. 46% Air + 54% Asam Sulfat
c. 36% Asam Sulfat + 64% Air 3
d. 50% Aor + 50% Asam Sulfat
m
o !
co
e
ft.
ca t

23. Brushless Alternator mempunyai konstruksi:


a
ns

a. Rotating Field Coil


re

b. Rotating Field Core


.s

c. Stationary Armature
C
w

d. Stationary Field Coil


w
w
F

24. Peralatan Safety device , merupakan alat pengaman Engine terhadap


PD

di bawah ini, kecuali:


a. Low fuel pressure c. Low Oil pressure
b. Overspeed d. High water
temperature

25. Jenis safety device yang biasa dipakai adalah:


a. Electrical c. Hydramechanical

82
b. Pneumatical d. Mechanical

26. Electronic Speed Switch berfungsi untuk:


a. Mencegah over running c. Mencegah over load
b. Mencegah under speed d. Mencegah over
speed

l
ia
27. Setting over speed R.P.M adalah:
a. High Idle R.P.M + 18% c. High Idle R.P.M +

Tr
28%
b. Full Load R.P.M + 28% d. Full Load R.P.M +
18% 3
m
o !
co
e
28. Dalam suatu rangkaian safety device “Energized to Off” semua
ft.
ca t

contactor dihubungkan secara:


a
ns

a. Series c. Parallel
re

b. Series Parallel d. Gabungan


.s
C
w

29. Oil pressure Switch dalam rangkaian Safety Device sebagai:


w

a. Pembatas tekanan oli c. Pembatas jumlah oli


w
F

engine
PD

b. Pemutus arus dari battery d. Penunjuk tekanan oli

30. Yang termasuk komponen aktif di bawah ini:


a. Transistor c. Capasitor
b. Resistor d. Transformator

83
31. Nilai tahan dalam sebuah konduktor dipengaruhi oleh hal-hal di
bawah ini, kecuali:
a. Panjang c. Temperature
b. Diameter d. Tegangan

32. Komponen input yang mengirim perubahan tahanan ke kontrolnya


adalah:

l
ia
a. Switch c. Sender
b. Variable resistor d. Solenoid

Tr
33. Magnetic pick up sewaktu dioperasikan bisa mengeluarkan sinyal AC
karena: 3
m
a. Mempunyai komponen oscillator di dalamnya
o !
co
e
b. Mempunyai permanen magnet, core dan coil di dalamnya.
ft.
ca t

c. Mendapat input tegangan dari kontrolnya


a
ns

d. Mendapat induksi magnet dari gear yang memotongnya.


re
.s

34. Electronic Monitoring System mempunyai kemampuan untuk


C
w

memonitor kondisi engine /machine secara elektronik. Selain EMS,


w

Caterpillar mempunyai system monitoring secara elektronik yang lain


w
F

yaitu:
PD

a. Vital Information Management System


b. Caterpillar Monitoring system
c. Computerized Monitoring system
d. Advance Diesel engine Management

35. Solenoid merupakan salah satu dari komponen output, bekerjanya


secara:

84
a. Electrical membuat kemagnetan pada core/plunger
b. Hydraulic mengatur pergerakan pada core/ plunger
c. Electrical mengatur arus yang masuk ke coil
d. Mechanical membuat kemagnetan pada coil

36. Sensor analog membutuhkan tegangan sebesar ……………. sebagai


inputnya.

l
ia
a. 1 – 5 VDC c. 5 + 0,2 VDC
c. 8 VDV d. 12,5 VDC

Tr
37. Sedangkan sensor digital membutuhkan tegangan sebesar ……..
sebagai inputnya. 3
a. 5 VDC
m c. 12,5 VDC
o !
co
e
b. 8 atau 24 VDC d. 5 atau 8 VDC
ft.
ca t
a
ns

38. Mode operasi yang digunakan untuk operasi normal pada Caterpillar
re

Monitoring System adalah:


.s

a. Mode 0 c. Mode 2
C
w

b. Mode 1 d. Mode 3
w
w
F

39. Sedangkan untuk mengetahui Harness Code yang terpasang, kita bisa
PD

melihat pada mode operasi:


a. Mode 0 c. Mode 2
b. Mode 1 d. Mode 3

40. Sensor digital pada saat operasinya jika diukur pada terminal
output nya mengeluarkan sinyal kecuali:
a. Tegangan AC 300 VAC – 750 VAC

85
b. Frekuensi 4 KHz – 5,5 KHz
c. PWM (5% - 5%)
d. Tegangan DC dari 1 – 8 VDC

Selesaikan soal-soal di bawah ini:

l
ia
R2 = 2 
41. Hitung

Tr
a. R total
b. I total
3
R1 = 4  R3 = 6 

m
o !
co
e
ft.
ca t

24 V
a
ns
re
.s
C
w
w

R1 = 5 
w
F
PD

42. Hitung V1
a. R total R2 = 3 
b. I pada R1
c. I pada R2
d. Voltage drop pada V1 dan V2 V2

24 V

86
R1 = 10 
43. Hitung R total

44. Hitung I total V1

R2 = 4 

l
ia
45. Hitung I pada R2
V2

Tr
46. Hitung I pada R3 R3 = 5 

47. Hitung I pada R4 3


m V3
o !
co
e
48. Hitung Voltage drop pada V1
ft.

R4 = 8 
ca t
a
ns

49. Hitung Voltage drop pada V2


re

24 V
.s

50. Hitung Voltage drop pada V3


C
w
w
w
F
PD

87

Anda mungkin juga menyukai