SKRIPSI
OLEH
NPM.14510072
HALAMAN SAMPUL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2018
i
ii
HALAMAN LOGO
ii
iii
SKRIPSI
OLEH
NPM.14510072
HALAMAN JUDUL
iii
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Ketua Jurusan,
iv
v
HALAMAN PENGESAHAN
Tim Penguji
DADANG ISKANDAR, S.T., M.T. (______________________ )Ketua
NIDN: 0207027201
v
vi
NPM : 14510072
maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar akademik sarjana
vi
vii
ABSTRAK
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan jalan membuat sisa umur
rencana perkerasan sulit untuk di prediksi sehingga rehabilitasi dan pemeliharaan
jalan jangka Panjang di suatu ruas jalan sulit untuk dilaksanakan. Tujuan dari
penelitian ini untuk menilai kondisi perkerasan dan memperkirakan sisa umur
perkerasan di ruas jalan lintas Sumatera (Wates-Gunung Sugih Baru) dengan
metode Pavement Condition Index (PCI) dan metode Bina Marga, serta
membandingkan keduanya.penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis,
yaitu dengan mendeskripsikan dan menggambarkan data sampel sesuai dengan
hasil survey. Analisis yang digunakan menggunakan data primer yang diambil
dari penilaian hasil survey PCI di lapangan. Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa titik 1 memiliki kondisi yang sangat baik, titik 2 memiliki kondisi buruk
dengan sisa umur perkerasan 5.4 tahun, titik 3 memiliki kondisi sedang dengan
sisa umur perkerasan 6.7 tahun, titik 4 memiliki kondisi gagal dengan sisa umur
perkerasan 2.8 tahun, titik 5 memiliki kondisi gagal dengan sisa umur perkerasan
1,9 tahun, dan titik 6 memiliki kondisi perkerasan gagal dengan sisa umur
perkerasan 2.6 tahun.
vii
viii
MOTTO
“Maka harapan, usaha, dan doa yang dilandasi keyakinan adalah kunci
dari segalanya”
viii
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
tercinta, terima kasih untuk doa dan dukungan yang selama ini kalian
much.
Yonar terima kasih untuk nasihat dan semangat yang tak henti-
segalanya yang selalu ada setiap aku butuh, tanpa kamu aku tidak bisa
sampai ke detik ini. Semangat untuk TA nya, aku kurangin main game
Firda) terima kasih untuk semangat dan dukungannya, aku sayang kalian
ix
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada ALLAH SWT, atas berkat dan rahmatnya, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini merupakan syarat wajib
terimakasih kepada:
Muhammadiyah Metro.
ini, penulis berharap kritik dan saran yang membangun untuk membuat skripsi ini
x
xi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
xi
xii
xii
xiii
BAB 1V PEMBAHASAN
(PCI) ...................................................................................................................... 51
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiv
xv
Raveling).......................................................................................................22
xv
xvi
4.16 Perhitungan komulatif ESAL pada tahun ke-1 untuk titik 1 ......................... 61
4.18 Hasil analisis komulatif ESAL untuk tahun-tahun berikutnya pada titik 1 .. 62
4.19 Hasil analisis komulatif ESAL untuk tahun-tahun berikutnya pada titik 2 .. 63
4.20 Hasil analisis komulatif ESAL untuk tahun-tahun berikutnya pada titik 3 .. 63
4.21 Hasil analisis komulatif ESAL untuk tahun-tahun berikutnya pada titik 4 .. 64
4.22 Hasil analisis komulatif ESAL untuk tahun-tahun berikutnya pada titik 5 .. 64
4.23 Hasil analisis komulatif ESAL untuk tahun-tahun berikutnya pada titik 6 .. 65
xvi
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xvii
xviii
4. 2 Kurva hubungan Distress Density dengan Deduct Value untuk jenis ............... 53
xviii
1
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel
lalu lintas di jalan raya harus bergerak dengan lancar dan aman sehingga
pengangkutan berjalan dengan cepat, aman, nyaman, tepat efisien, dan ekonomis.
Sebaliknya, jalan yang rusak akan menghambat kegiatan ekonomi dan bisa
satu masalah di Indonesia yang sering terjadi terutama di jalan dengan volume
beban lalu lintas, kualitas dari pekerjaan konstruksi yang tidak memenuhi standar
mutu, pemeliharaan yang buruk, genangan dan gerusan air, karakteristik tanah
dasar yang memiliki potensi pengembangan dan penyusutan yang tinggi, dan
mempunyai peran yang penting dalam pengelolaan jalan. Salah satunya digunakan
perbaikan jalan.
2
Umur rencana jalan baru sebagaimana yang disebutkan Manual Desain Perkerasan
Jalan Nomor 02/M/BM/2013 adalah 20 tahun untuk jenis perkerasan lentur dan 40
tahun untuk jenis perkerasan kaku. Walaupun demikian, umur aktual atau umur
layan suatu perkerasan jalan pada kenyataannnya tidak selalu sesuai dengan umur
layan yang ditetapkan saat perancangannya, dapat lebih lama atau lebih cepat
layan jalan menjadi tidak pasti, atau dengan kata lain sisa umur layan suatu
perkerasan jalan sulit untuk diprediksi.Sisa umur layan yang tidak jelas akan
Dalam penelitian ini penulis mengambil studi kasus pada ruas jalan Lintas
dan Pavement Condition Index (PCI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
3
membandingkan keduanya.
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian iniadalah sebagai
berikut :
1. Berapa nilai kondisi perkerasan lentur pada jenis kerusakan jalan yang terjadi
perkerasan jalan lentur dengan menggunakan metode PCI dan metode Bina
Marga?
1. Mengetahui nilai kondisi perkerasan lentur pada jenis kerusakan jalan yang
2. Mengetahui prediksi sisa umur layan pada ruas jalan lintas Sumatera (Wates-
perkerasan jalan dengan menggunakan metode PCI dan metode Bina Marga.
4
Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan tambahan bahan pustaka tentang
Pada penelitian ini dibatasi pada beberapa permasalahan, agar terarah pada
tujuan penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut antara lain sebagai berikut:
Sugih Baru) dilakukan pada STA 41+550 s/d STA 46+000sebanyak enam
titik penelitian.
4. Perhitungan beban repetisi dilakukan murni dari beban kendaraan dan tidak
LANDASAN TEORI
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006). Jalan
raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 4 klasifikasi yaitu (Bina Marga
1997).
1. Klasifikasi jalan menurut fungsinya terdiri atas 4 golongan (UU No. 22 Tahun
2009) yaitu :
a. Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan tinggi dan jumlah jalan masuk yang di
c. Jalan lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
rata-rata rendah.
6
Dalam pasal 6 dan pasal 9 peraturan pemerintah No. 34 tahun 2006 tentang
jalan dijelaskan bahwa, fungsi jalan terdapat pada sistem jaringan jalan primer dan
sistem jaringan jalan skunder yang merupakan bagian dari sitem jaringan jalan
yang merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan
jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan
hierarki.
dengan peran perkotaan yang dihubungkannya. Untuk melayani lalu lintas terus
menerus maka ruas-ruas jalan dalam sitem jaringan jalan primer tidak terputus
perkotaan yang diatur secara berjenjang sesuai dengan fungsi kawasan yang
dihubungkannya.
disebabkan oleh :
1. Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban,
2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase yang tidak berjalan
3. Material konstruksi perkerasan, yang dapat disebabkan oleh sifat material itu
sendiri atau bias disebabkan oleh sistem pengolahan bahan itu sendiri,
7
curah hujan yang umumnya tinggi sehingga dapat menjadi salah satu
5. Kondisi tanah yang tidak setabil, kemungkinan bisa disebabkan oleh sistem
pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah
faktor saja, tetapi dapat juga merupakan gabungan dari penyebab yang saling
melemahkan ikatan antara aspal dengan agregat, hal ini dapat menimbulkan
a. Retak (Cracks)
b. Distorsi (Distortion)
Patching)
Retak kulit buaya berkembang dari retak rambut yang telah mengalami
kerusakan yang parah akibat tidak segera dilakukannya perbaikan. Retak kulit
buaya dapat terjadi pada alur roda atau pada permukaan lain dari permukaaan
jalan. Tampak retakan tidak beraturan dan saling berpotongan. Lebar celah lebih
besar dari atau sama dengan 3 mm. Retak kulit buaya terlihat seperti retak yang
Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang kurang baik, pelapukan
perkerasan, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis perkerasan kurang
stabil atau lapis pondasi dalam keadaan jenuh air (air tanah baik). Retak kulit
buaya yang luas dan sudah parah dapat berkembang menjadi lubang atau amblas.
9
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Retak pinggir adalah retak memanjang jalan dengan atau tanpa cabang yang
mengarah pada bahu jalan dan terletak di dekat bahu. Retak pinggir disebabkan
oleh tidak baiknya sokongan dari arah samping, drainase yang kurang baik,
Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi penyebab
terjadinya retak pinggir ini. Di lokasi retak air dapat meresap dan dapat merusak
lapis perkerasan. Retak pinggir jika dibiarkan akan berkembang menjadi lubang-
lubang.
Low Retak sedikit sampai sedang dengan atau tanpa pacahan atau
butiran lepas.
ukuran sisi blok 0,30 m sampai dengan 3 m dan dapat membentuk sudut atau
perkerasan jalan, dapat terjadi dalam bentuk tunggal atau berderet yang sejajar
Retak melintang adalah retak tungal (tidak bersambungan satu sama lain)
Retak Selip adalah retak yang bentuknya seperti bulan sabit. Hal ini
disebabkan oleh kurang baiknya ikatan antara lapis permukaan dan lapis di
bawahnya. Kurang baiknya ikatan dapat disebabkan oleh adanya debu, minyak,
air, atau benda-benda non-adhesif lainnya atau akibat tidak diberinya tack coat
sebagai bahan pengikat diantara kedua lapisan. Retak selip dapat terjadi akibat
terlalu banyaknya pasir dalam campuran lapis permukaan atau kurang baiknya
Jalur/ bahu jalan turun adalah beda elevasi antara pinggir perkerasan dan
bahu jalan. Kerusakan ini diakibatkan oleh erosi bahu jalan atau pergerakan
bahu jalan.
Low Beda elevasi antara pinggir perkerasan dan bahu jalan 25– 50
mm (1–2 in).
Distorsi atau perubahan bentuk dapat terjadi karena lemahnya tanah dasar,
pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi pemadatan tambahan
akibat beban lalu lintas. Sebelum dilakukan perbaikan terlebih dahulu perlu
2.3.2.1Alur (Ruts)
Ruts terjadi pada lintasan roda sejajar pada as jalan. Alur dapat merupakan
penggenangan air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat
oleh lapis perkerasan yang kurang padat. Campuran aspal dengan stabilitas rendah
juga dapat menimbulkan deformasi plastis. Alur juga dapat disebabkan oleh:
kendaraan).
2. Pengaruh cuaca. Material terlepas pada musim kering dan tercampur lumpur
3. Gradasi bahan tidak memenuhi persyaratan (terlalu banyak pasir atau terlalu
banyak lempung).
16
2.3.2.2Bergelombang (Corrugation)
campuran yang disebabkan oleh terlalu tingginya kadar aspal, terlalu banyak
yang tinggi. Bergelombang dapat juga terjadi jika lalu lintas dibuka sebelum
2.3.2.3Sungkur (Shoving)
2.3.2.4Amblas (Depressions)
Amblas dapat diketahui dari adanya air yang tergenang. Air tergenang ini
Penyebab amblas adalah adanya beban kendaraan yang melebihi dari yang
Benjol adalah pergerakan atau perpindahan ke atas yang bersifat lokal dan
tidak stabil, sedangkan benjol diakibatkan oleh bererapa faktor antara lain
perpindahan ke bawah yang bersifat lokal dan kecil dari permukaan aspal.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Low Benjol dan melengkungmengakibatkan sedikit gangguan
kenyamanan kendaraan.
2.3.3.1Lubang (Pothole)
Lubang pada permukaan dapat berupa mangkuk dengan ukuran yang bervariasi,
dari kecil hingga besar. Lubang-lubang ini menampung air dan meresapkannya ke
1) Kadar aspal rendah sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
2) Agregat kotor sehingga ikatan antara aspal dan agregat tidak baik.
b. Lapis permukaan tipis sehingga ikatan aspal dan agregat mudah lepas akibat
pengaruh cuaca.
c. Sistem drainase jelek sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul
perkerasan yang apabila tidak diperbaiki dalam waktu yang lama, akan makin
dalam. Pelepasan butir dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek yang
buruk serta ditimbulkan oleh hal yang sama dengan lubang. Biasanya agregat
halus (Fine Agregat) terlepas terlebih dahulu dan akibat erosi, maka partikel-
22
partikel yang lebih besar akan ikut terlepas dan menyebabkan permukaan menjadi
kasar (rough).
luas dan permukaan menjadi licin. Pada temperatur tinggi, aspal menjadi lunak
23
dan akan terjadi jejak roda, hal ini membahayakan kendaraan. Kegemukan dapat
disebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian
terlalu banyak aspal pada pakerjaan prime coat atau tack coat.
High Kegemukan telah begitu nyata dan banyak aspal yang melekat
pada sepatu atau roda kendaraan, paling tidak dalam beberapa
minggu dalam setahun.
langsunguntuk menjaga suatu struktur agar tetap dalam kondisi mampu melayani
a. Pemeliharaan Rutin
tahun dan diadakan menyeluruh untuk satu atau beberapa seksi jalan dan
layanannya habis, atau karena kerusakan awal yang disebabkan oleh faktor-faktor
rekonstruksi.
d. Rekonstruksi
Dalam hal perkerasan lama sudah dalam kondisi yang sangat jelek, maka
diperlukan. Kegiatan rekonstruksi ini juga dimaksud untuk penanganan jalan yang
jalan berdasarkan jenis dan tingkat kerusakan jalan yang terjadi dan dapat
(Hardiyatmo, 2007).
yang ditunjau) adalah dengan menjumlahkan semua nilai kondisi perkerasan pada
tiap- tiap segmen dan membaginya dengan total jumlah segmen. Rumus yang
∑ 𝑃𝐶𝐼 (𝑆)
PCI =
𝑛
Dengan:
N = Jumlah unit
Density atau kadar kerusakan adalah persentasi luasan dari suatu jenis
kerusakan terhadap luasan suatu unit segmen yang diukur dalam meter persegi
atau meter panjang. Nilai density suatu jenis kerusakan juga dibedakan
Densitas di dapat dari luas kerusakan dibagi dengan luas perkerasan jalan
sebagai berikut :
𝐴𝑑
Kerapatan (density) (%) = x 100%
𝐴𝑠
Atau
𝐿𝑑
Kerapatan (density) (%) = x 100 %
𝐴𝑠
28
Dengan:
Ad = Luas total jenis perkerasan untuk setiap tingkat keparahan kerusakan (m2).
Deduct value adalah nilai pengurangan untuk tiap jenis kerusakan yang
diperoleh dari kurva hubungan antara density dan deduct value.Deduct value
juga dibedakan atas tingkat jenis kerusakan. Adapun untuk mencari DV adalah
Nilai q didapat dari deduct value yang nilainya lebih dari syarat. Syarat
untuk mencari nilai q adalah deduct value lebih besar dari 2 dengan menggunakan
iterasi. Nilai deduct value diurutkan dari yang besar sampai kecil. Nilai pengurang
total atau total deduct value (TDV) adalah jumlah total dari nilai-nilai pengurang
9
Mi = 1+(98) x (100 – HDVi)
Keterangan :
Jika semua nilai deduct value lebih besar dari nilai Mi maka dilakukan
pengurangan, tetapi jika lebih kecil dari nilai Mi maka tidak dilakukan
Adalah nilai total deduct value untuk tiap jenis kerusakan dan tingkat
Corrected deduct value diperoleh dari kurva hubungan antara nilai TDV
dengan nilai CDV Diurutkan dari dnilai Deduct Values dari yang terbesar tiap
4. Mengganti Nilai DV yang kebih dari 2 dengan koef. Aspal ( 2 ) & mencari
Hal ini dilakukan untuk mengetahui Individu Kerusakan yang terjadi padasuatu
segmen
30
Jika nilai CDV diketahui, maka nilai PCI untuk tiap unit dapat diketahui
dengan rumus:
Dengan :
Keterangan :
Unit sampel adalah bagian atau seksi dari suatu perkerasan yang
Untuk jalan dengan perkerasan aspal (termasuk aspal diatas perkerasan beton)
dan jalan tanpa perkerasan, unit sampel didefenisikan sebagai luasan sekitar 762 ±
305 (2500± 1000 sq.ft) (Shahin, 1994). Ukuran unit sampel sebaiknya mendekati
Menurut Shahin (1994), inspeksi dari setiap unit sampel dalam suatu bagian
penggunaan hasil survey apakah survey dilakukan pada tingkat jaringan jalan
perencanaan biaya proyek, maka suatu survey dengan jumlah unit sampel terbatas
sudah cukup. Tapi, jika tujuannya adalah untuk mengevaluasi bagian perkerasan
spesifik pada tingkat proyek, maka derajat penelitian sampel yang lebih tinggi
pengelolaan tingkat jaringan, unit sampel yang dibutuhkan dalam tingkat proyek
lebih banyak.
32
satuanwaktu tertentu.
𝑛 𝐿𝐻𝑅1
i= √
𝐿𝐻𝑅𝑛
I : Faktor Pertumbuhan
N : Tahun ke-n
Atau dapat dilihat pada tabel 2.15 untuk faktor pertumbuhan lalu lintas (i)
Metode Analisa Komponen (1987), dijelaskan bahwa umur rencana adalah jumlah
waktu dan tahun dihitung sejak jalan tersebut mulai dibuka samapai
saatdiperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu diberi lapis permukaan yang
baru. Umur rencana adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu
dilakukan, seperti pelapisan non struktural yang berfungsi sebagai lapisan aus dan
kedap air. Umur rencana untuk perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil 20
tahun dan untuk peningkatan jalan 10 tahun. Umur rencana yang lebih besar dari
20 tahun tidak lagi ekonomis karena perkembangan lalu lintas yang terlalu besar
jenis Umur
Elemen perkerasan Rencana
perkerasan
(Tahun)
Lapisan aspal dan lapisan berbutir(2). 20
Fondasi jalan
Semua perkerasan untuk daerah yang tidak
Perkerasan
dimungkinkan pelapisan ulang (overlay),
lentur 40
seperti: jalan perkotaan, underpass,
jembatan,terowongan.
Cement Treated Based (CTB)
perkerasan Lapis fondasi atas, lapis fondasi bawah, lapis
kaku beton semen, dan fondasi jalan.
Jalan tanpa
penutup Semua elemen (termasuk fondasi jalan)
minimum 10
Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan 2017
34
Lajur rencana adalah salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan yang
menampung lalulintas kendaraan niaga (truk dan bus) paling besar.Beban lalu
lintas pada lajur rencanadinyatakan dalam kumulatif beban gandar standar (ESA)
pada jalandengan dua lajur atau lebih dalam satu arah. Pada jalan yang demikian,
Koefisien distribusi kendaraan (DD) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat
Desain yang akurat memerlukan perhitungan beban lalu lintas yang akurat
pula. Studi atau survei beban gandar yang dirancang dan dilaksanakan dengan
baik merupakan dasar perhitungan ESA yang andal. Oleh sebab itu, survei beban
1.Bina Marga
Raya dengan Metode Analisa Komponen No. SNI 1732-1989-F dan Manual
(MST 10), dimaksudkan damage factor didasarkan pada muatan sumbu terberat
sebesar 10 ton, yang diijinkan bekerja pada satu sumbu roda belakang, yang
umumnya pada jenis kendaraan truk. Formula ini dapat juga digunakan untuk
36
tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu tunggal /
ganda kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh satu lintasan
4
Beban satu sumbu tunggal dalam Kg
a. Sumbu tunggal =
8160
4
Beban satu sumbu tunggal dalam Kg
b. Sumbu ganda = 0,086
8160
Konfigurasi beban sumbu pada berbagai jenis kendaraan beserta angka ekivalen
kendaraan dalam keadaan kosong (min) dan dalam keadaan bermuatan (max)
RODA TUNGGAL
BERAT KOSONG
BEBAN MUATAN
MAKSIMUM (ton)
MAKSIMUM (ton)
SUMBU & TIPE
KONFIGURASI
BERAT TOTAL
PADA UJUNG SUMBU
UE 18 KSAL
UE 18 KSAL
MAKSIMUM
RODA GANDA PADA
KOSONG
UJUNG SUMBU
(ton)
1,1
1,5 0,5 2,0 0,0001 0,0005
HP
50% 50%
1,2 34% 66%
3 6 9 0,0037 0,3006
BUS
Load (CESA) merupakan jumlah kumulatif beban sumbu lalu lintas desain pada
38
lajur desain selama umur rencana (Bina Marga, 2013). Perhitungan nilai CESA
keterangan :
LHRT = jumlah lintas harian rata – rata untuk masing-masing jenis kendaraan
Dengan :
𝑁𝑝
RL = 100 x 1 - (𝑁1.5)
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi penelitian ini dilakukan pada ruas jalan Lintas Sumatera (Wates-
Gunung Sugih Baru41+550 s/d STA 46+000. Dengan waktu selama 6 x 8 jam,
Kondisi Jalan : Diantara jalan rusak, keruskan jalan yang diteliti sepanjang 21.5m
Kondisi Jalan : Sebelum jalan rusak, kerusakan jalan yang diteliti sepanjang
13.5 m
Kondisi Jalan : Sebelum jalan rusak, kerusakan jalan yang diteliti sepanjang 16 m
Kondisi Jalan : Diantara jalan rusak, kerusakan yang diteliti sepanjang 33.5 m
41
Kondisi Jalan : Sesudah jalan rusak, kerusakan yang diteliti sepanjang 17.5 m
KEC. BUMIRATUNUBAN
WATES
Bulusari
GUNUNG SUGIH BARU
pada ruas jalan yang akan diteliti. Untuk kecepatan kendaraan akan divalidasi
menggunakan Speedgun.
untuk data dimensi masing-masing jenis kerusakan jalan yang ada di ruas
jalan lintas Sumatera (Wates-Gunung Sugih Baru. Data ini diambil dengan cara
Data skunder merupakan data yang diperoleh melalui sumber data yang
telah ada, baik dari instansi terkait (Bina Marga dan Dinas Pekerjaan Umum),
buku, laporan, jurnal, internet, pemeliharaan atau sumber lain yang relevan.
1. Survey lokasi jalan dan kondisi jalan, Yaitu untuk mengetahui jenis-jenis
kerusakan jalan dan kondisi jalan layak atau tidaknya untuk diteliti
lokasi, alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah Roadpod VT59000,
3. Tentukan titik yang akan kita teliti, kemudian tube kita bentangkan di
permukaan jalan, tube disini terbagi atas 2 bagian, yang pertama tube bagian
A dan yang kedua tube bagian B, dimana penanda tube A dan B tersebut agar
yaitu mengukur jarak antara penempatan tube bagian A dan tube bagian B,
jarak antara tube A dan B dilapangan yang kita gunakan adalah 1m.
paku agar tube tidak bergeser dan berpindah tempat ketika selang dilintasi
kendaraan
pengaturan lamanya alat akan bekerja , pengaturan titik lokasi agar terbaca di
baik dan benar secara otomatif data kecepatan kendaraan, data volume
kendaraan dan data kelas kendaraan akan terbaca dengan alat tersebut.
44
7. Tempatkan alat Roadpod VT59000 ditempat yang aman, carilah tempat yang
menggembok alat Roadpod VT59000 tersebut agar tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan.
8. Untuk perbandingan data dengan alat Roadpod VT59000 kita juga melakukan
a. Metode PCI
Mulai
Survey
LokasiPenelitian
Pelaksanaan Survey Lapangan dan Analisis
Data
Selesai
BAB IV
BAB 1V PEMBAHASAN
dan analisis kerusakan jalan yang dilakukan pada ruas jalan Lintas Sumatera
kerusakan jalan yang berbeda yaitu tingkat kerusakan yang hampir tidak ada,
tingkat kerusakan sedang dan tingkat kerusakan parah. Untuk tingkat kerusakan
1.5
0
7.0
0
1.0
B0 A 1.5
0
1.00
4.57
1.23
7.50
4.00
1.70
7.00
1.00 1.00
B A
1.5
0
1.1
0 H.8CM 1.5
H.12CM 1.4 0
1.1
0 1.7 0
0 H.10CM 1.1
0
7.0
2.0 0
1.1 0
0.9
0
H.5,8CM
1.1 0
H.6CM 0.9
0 0
1.0
B A 1.5
0
0
48
1.50
1.10
1.10
H.7CM 0.70 1.70
H.7,3CM 1.00
H.5,5CM 1.00
1.10
7.00
H.9CM 1.20
8.00
1.00
B A 1.50
Data kerusakan jalan terdiri dari 8 titik, data kerusakan jalan meliputi panjang,
lebar, dan luas kerusakan.untuk masing- masing dimensi kerusakan jalan yang
1 Alur L 30 7 210
Sumber: Analisa Hasil Perhitungan
49
kerusakan jalan menggunakan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan di bab II.
Analisis dilakukan menurut bentuk dan sifat, maupun ciri-ciri titik kerusakan dan
ini bisa bersifat kualitatif maupun kuantitatif (berupa angka) untuk mengetahui
tingkat kerusakan jalan, apakah tergolong kategori low, medium, atau high.
berdasarkan titik yang telah ditentukan sesuai dengan pengamatan visual yang
kerusakan berbeda-beda sesuai dengan jenis kurusakan itu sendiri. Misalnya untuk
jenis kerusakan tambalan dapat dicari luasannya dengan mengalikan panjang dan
lebar, sedangkan untuk jenis kerusakan lubang untuk luasannya dihitung 1 sebesar
apapun lubang itu tetap dihitung 1, karena lubang memiliki bentuk yang tidak
beraturan.
Berikut adalah data mengenai ruas jalan yang digunakan dalam perhitungan PCI
a. Sesuai dengan yang dijelaskan diatas, bahwa dalam tiap titik kerusakan
diamati ketiga faktor kerusakan jalan menurut PCI, yakni jenis kerusakan,
segmen tersebut.
52
Pada tabel diatas dapat dilihat jenis kerusakan pada titik 1 adalah tambalan,
sungkur, dan lubang dengan tingkatkerusakan sedang (medium) dan rendah (low).
Sebagai contoh pada tabel 4.9 deduct value dari jenis kerusakan rutting didapat
dengan menarik hubungan distress density yaitu sebesar 0.930 dengan tingkat
jenis kerusakan yang terjadi pada lokasi studi, yakni ruas jalan Lintas Sumatera
value (atau tidak ada) >2, maka total deduct value yangtersedia digunakan
berikut :
yangterkecil
lebih kecil dari m, maka semua individual deduct value digunakan dalam
perhitungan. Sebagai contoh, pada tabel 4.7, deduct value tertinggi adalah
9
m = 1+ (100 - HDVi)
98
9
m = 1+ (100 - 14 )
98
m = 8.90
maka q = 6.
CDVmaksimum dari hasil proses iterasi. Dari nilai PCI tersebut, maka
pada Bab II, yaitu : Baik (Good), memuaskan (Satisfactory), sedang (Fair),
buruk (Poor), sangat buruk (Very Poor), parah (Serious), dan gagal (Failed).
Sebagai contoh, nilai CDV maksimum pada tabel 4.12 diatas adalah 39,
maka nilai PCI nya adalah 61 dengan kondisi fungsional jalannya adalah
sedang (Fair). Berikut adalah rekapitulasi perhitungan nilai PCI pada ruas
Tota
No Deduct Value l q CDV
1 14 14 14 12 11 9 74 6 39
2 14 14 14 12 11 2 67 5 34
3 14 14 14 12 2 2 58 4 32
4 14 14 14 2 2 2 48 3 30
5 14 14 2 2 2 2 36 2 26
6 14 2 2 2 2 2 24 1 24
57
Titik 3
Titik 4
Titik 5
Titik 6
Dari perhitungan CDV diatas maka didapatkan nilai PCI per titik sebagai
berikut:
58
120
Nilai PCI
100
100
80 65
61
60
35 33
40
23
20
0
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 Lokasi 5 Lokasi 6
bervariasi dari kondisi terendah yaitu sangat buruk (Very Poor) dengan PCI
yaitu 23-35 sampai kondisi tertinggi yaitu Baik (Good) dengan nilai PCI
yaitu 100.
dihitung pertahun mulai dari tahun pertama sampai akhir umur layan. Untuk
59
menjadi data rencana, sedangkan titik 2-6 terdapat berbagai nilai kerusakan
akan menjadi data aktual. Jadi perhitungan pada sub BAB ini akan
menghitung sisa umur perkerasan jalan (Remaining Life) dengan kondisi baik
dilakukan pada ruas jalan Lintas Sumatera (Wates-Gunung Sugih Baru), mulai
tanggal 20 Februari 2018 sampai dengan 28 Februari 2018. Data hasil survei
volume lalu lintas harian rata-rata dapat dilihat pada tabel 4.15 dan gambar 4.4
5 Truck 3 as 7a 18 14 15 16 27 16
Trailer 4 as, Truck
172
6 Gandengan 7b 170 128 172 180 198
Truck Semi Trailer 5
141
7 as 7c 129 124 132 100 147
60
Mobil Penumpang
1.7 0.2 1.8 1.4
Bus Kecil
3.8
Bus Besar
15.4
Truck 2 as (H)
75.7
Truck 3 as
ton dengan distribusi beban sumbu depan (As 1) 34% atau 2.822 ton sumbu
tunggal roda tunggal, sumbu belakang (As 2) 66% atau 5.478 ton sumbu
2.822 5.478
= 1 ( 8.16 )4+ 1 ( 8.16 )4
= 0.014304326 + 0.203108209
= 0.217412535 SAL
ESAL dihitung pertahun dari tahun pertama sampai akhir masa layan.
tahun 2020, maka perhitungan nilai ESA dibedakan menjadi 2 periode yaitu
61
2018-2020, dan 2021-2027 dengan nilai pertumbuhan lalu lintas (i) tahun
rumus
Dengan distribusi lajur 1.0 mengacu pada tabel 2.18 dan distribusi arah 0.8
= 3023260.565
62
= 3174423.594
Perhitungan terus dilakukan sampai umur rencana yang ditentukan
Tabel 4. 18 Hasil analisis komulatif ESAL untuk tahun-tahun berikutnya pada
titik 1
Jumlah hari
Tahun Komulatif ESA DD DL dalam satu tahun Traffic Design
2018 10353.63207 0.8 1 365 3023260.565
2019 10871.31368 0.8 1 365 3174423.594
2020 11414.87936 0.8 1 365 3333144.773
2021 11646.42799 0.8 1 365 3400756.973
2022 12112.28511 0.8 1 365 3536787.251
2023 12596.77651 0.8 1 365 3678258.741
2024 13100.64757 0.8 1 365 3825389.091
2025 13624.67348 0.8 1 365 3978404.655
2026 14169.66041 0.8 1 365 4137540.841
2027 14736.44683 0.8 1 365 4303042.475
Sumber : Analisis perhitungan
63
𝑁𝑝
RL = 100 x 1 -(𝑁 1,5)
1953570.188
= 100 x 1 - ( )
4303042.475
= 54.60 %
= 67.03 %
= 28.58 %
66
= 19.17 %
= 26.18 %
80.00
70.00
REmaining life (%)
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Titik 2 Titik 3 Ttik 4 Titik 5 Titik 6
Lokasi penelitian
diperkirakan akan berakhir tahun ke-5 dari umur rencana 10 tahun. Pada titik 3
perkiraan sisa umur perkerasan adalah 6.7 tahun, 2.8 tahun untuk titik 3, untuk
titik 5 adalah titik dimana sisa umur perkerasannya paling rendah yaitu 1.9 tahun,
BAB V
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada titik 1 dengan jalan normal tanpa kerusakan didapatkan nilai PCI
sebesar 100 dengan keadaan good (baik), untuk titik 2 diantara jalan
dengan kondisi very poor (sangat buruk), untuk titik 5 diatara jalan
pada titik 6 sesudah jalan rusak didapatka nilai PCI sebesar 33 dengan
2. sisa umur perkerasan pada titik 2 diperkirakan akan berakhir tahun ke-
perkerasan adalah 6.7 tahun, 2.8 tahun untuk titik 3, untuk titik 5
adalah titik dimana sisa umur perkerasannya paling rendah yaitu 1.9
tahun, dan untuk titik 6 sisa umur perkerasannya adalah 2,6 tahun
3. korelasi antara tingkat kerusakan jalan (PCI) dan sisa umur perkerasan
(Remaining life) dapat dilihat pada titik 5, dimana nilai PCI di titik itu
adalah yang paling rendah yaitu 23, apabila nilai kerusakan yang
rendah yaitu 1.9 tahun. Hal ini dipengaruhi beban repetisi pada
kendaraan yang over load sehingga menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan jalan tersebut cepat rusak dan tidak sesuai dengan umur
rencana jalan. Jadi korelasi antara kondisi perkerasan dan sisa umur
5.2 Saran
1. Perlunya mengetahui data eksisting jalan atau data terakhir kali jalan
tersebut diperbaiki.
Sumatera.
69
DAFTAR PUSTAKA
Direktoral Jendral Bina Marga (1997), Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI),
Bina Karya, Jakarta.
Kambuaya, D.A., Suprapto, M., dan Syafi’I, 2015, Penilaian Kondisi Perkerasan
Jalan Terhadap Umur Layan, jurnal Teknik Sipil, Magister Teknik Sipil
UNS, Vol 3, No.1, hal.39-44.
Nainggolan, J., Setyawan, A., dan Budiarto, A., 2015, Evaluasi Kondisi
Perkerasan Umur Layan Jalitim Provinsi Sumatra, Jurnal Teknik Sipil,
Magister Teknik Sipil UNS, Vol 3, No. 1, hal 45-51.
Nautiyal, A., Mittal, D., dan Sharma, S., 2017, Development Of Remaining
Service Life (RSL) Of Pavament For Different Road Networks,
International Jurnal For Research Trends And Innovation, Volum 2, Issue
8, hal 95-100.
Pratama, D.A., Setyawan, A., dan Suryoto, 2017, Evaluasi Kondisi Perkerasan
Jalan Nasional Dengan Metode Pavement Condition Index (PCI) Dan
Metode Falling Weight Deflectometer (FWD), e-Jurnal Teknik Sipil.
Styawan, A., Nainggolan, J., dan Budiarto, A., 2015, Predicting The Remaining
Service Life Of Road Using Pavement Condition Index, The
5thInternational Conference Of Euro Asia Civil Engineering Forum, hal
417-423.
70
LAMPIRAN
71
Pertama di SMP Negeri 1Way Tenong lulus tahun 2011, melanjutkan Sekolah
Menengah Atas di SMAN 1 Kota Gajah lulus tahun 2014, dan pada tahun 2014
DOKUMENTASI
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :