Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MATA KULIAH TOKSIKOLOGI DAN HYGIENE

“EFEK TIMBAL (Pb) TERHADAP KESEHATAN”

Disusun oleh:

1. Ambar Ratna Puspita 105080313111003


2. Arinda Shinta S.P. 105080313111028
3. Iin Zunairah 105080313111021
4. Martin luther Meha 105080313111014
5. Citra Dewi Anggraini 105080307111003
6. Agnes Ngura 105080313111020
7. Elda Rio Septina 105080313111001
8. R.M Fahrisal Sidqi 105080301111048
9. Miftachul Arif 105080313111002

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kadang menghasilkan
dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif
maupun negatif. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah
turunnya kualitas lingkungan hidup.
Pembangunan yang pesat dibidang ekonomi disatu sisi akan
meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu dengan meningkatnya pendapatan
masyarakat, tetapi di sisi lain akan berakibat pada penurunan kesehatan akibat
adanya pencemaran yang berasal dari limbah industri dan rumah tangga. Hal ini
karena kurangnya atau tidak memadainya fasilitas atau peralatan untuk
menangani dan mengelola limbah tersebut. Salah satu pencemaran pada badan
air adalah masuknya logam berat. Peningkatan kadar logam berat di dalam
perairan akan diikuti oleh peningkatan kadar zat tersebut dalam organisme air
seperti kerang, rumput laut dan biota laut lainnya. Pemanfatan organisme ini
sebagai bahan makanan akan membahayakan kesehatan manusia. Unsur logam
berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih dari 5 gr/cm3.
Salah satu logam berat yang tergolong berbahaya jika masuk ke dalam
tubuh manusia yaitu timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang sangat
beracun, dapat dideteksi secara praktis pada seluruh benda mati di lingkungan
dan seluruh sistem biologis. Sumber utama timbal adalah makanan dan
minuman. Komponen ini beracun terhadap seluruh aspek kehidupan. Timbal
menunjukkan beracun pada sistem saraf, hemetologic, hemetotoxic dan
mempengaruhi kerja ginjal. Rekomendasi dari WHO, logam berat Pb dapat
ditoleransi dalam seminggu dengan takaran 50mg/kg berat badan untuk dewasa
dan 25 mg/kg berat badan untuk bayi dan anak-anak. Mobilitas timbal di tanah
dan tumbuhan cenderung lambat dengan kadar normalnya pada tumbuhan
berkisar 0,5-3 ppm (Widaningrum et al., 2007).
Sudah banyak kasus-kasus terjadinya cemaran logam berat pada wilayah
perairan dan bahan pangan, seperti kasus kematian missal ikan-ikan di teluk
Jakarta, distribusi logam berat Pb, Cu dan Zn pada sedimen di perairan telaga
tujuh karimun kepulauan Riau, pencemaran logam berat (Hg, Pb dan Cd) di
dalam sayuran dan air minum di Denpasar, akumulasi timbal pada juvenile ikan
mujair di kali Surabaya dan akumulasi timbal pada ikan bandeng di Tambak
Kecamatan Gresik.
Dari kasus-kasus pencemaran logam pada bahan yang tidak sedikit ini,
maka diperlukan pemahaman mengenai logam berat dan efeknya terhadap
kesehatan, terutama timbal yang banyak mencemari perairan dan bahan pangan
lain.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, adapun masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
- Apakah yang dimaksud dengan logam berat dan timbal serta bagaimana ciri-
ciri umumnya?
- Apa saja yang menjadi indikator biologis pencemaran timbal di perairan?
- Apa saja faktor yang mempengaruhi toksisitas dari timbal?
- Bagaimana tempat kerja timbal dan enzim apa yang berperan?
- Bagaimana proses absorbsi timbal dalam tubuh manusia?
- Bagaimana mekanisme biotransformasi timbal dalam tubuh manusia?
- Bagaimana dengan penimbunan timbal (deposit organ) dalam tubuh dan
bagaimana efek timbal untuk kesehatan manusia?

1.3 Tujuan
- Mengetahui mengenai logam berat, terutama timbale serta ciri-ciri umumnya
- Mengetahui tentang indikator biologis pencemaran logam berat
- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas timbal
- Mengetahui tempat kerja timbal dalam tubuh manusia dan enzim yang
berperan
- Mengetahui proses absorbsi timbal
- Mengetahui proses biotransformasi timbal
- Mengetahui tentang penimbunan timbal (deposit organ) dalam tubuh dan
mengetahui efek timbale untuk kesehatan manusia
2. PEMBAHASAN

2.1 Ciri Umum Timbal (Pb)


Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih
besar dari 5 g/cm3, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn, dan Ni. Logam berat Cd, Hg, dan
Pb dinamakan sebagai logam non esensial dan pada tingkat tertentu menjadi
logam beracun bagi makhluk hidup (Subowo dkk, 1999). Logam berat
digolongkan dalam kategori pencemar lingkungan karena menyebabkan efek
beracun pada tanaman, manusia dan makanan. Beberapa logam berat
diantaranya Arsen (As), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg) yang
merupakan racun kumulatif. Logam berat ini bersifat kuat, menumpuk dan tidak
dapat dimetabolisme dan merupakan senyawa yang tidak mudah diuraikan
dalam lingkungan. Logam ini terakumulasi dalam rantai makanan melalui
penyerapan di tingkat produsen primer kemudian melalui konsumsi di tingkat
konsumen.
Timbal adalah logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang lazim
terdapat dalam kandungan endapan sulfit yang tercampur mineral-mineral lain
terutama seng dan tembaga. Adapun ciri-ciri fisik timbal adalah sebagai berikut:
 Fase padat Massa jenis (sekitar suhu kamar) 11.34 g/cm³
 Massa jenis cair pada titik lebur 10.66 g/cm³
 Titik lebur 600.61 K (327.46 °C, 621.43 °F)
 Titik didih 2022 K (1749 °C, 3180 °F)
 Kalor peleburan 4.77 kJ/mol
 Kalor penguapan 179.5 kJ/mol
 Kapasitas kalor (25 °C) 26.650 J/(mol·K)
Penyebaran logam timbal di bumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang
terdapat diseluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002 % dari jumlah seluruh kerak
bumi. Selain dalam bentuk logam murni, timbal dapat ditemukan dalam bentuk
senyawa inorganik dan organik. Semua bentuk timbal (Pb) tersebut berpengaruh
sama terhadap toksisitas pada manusia (Darmono, 2001). Sifat-sifat khusus
logam timbal, yaitu :
a) Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan
menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat di bentuk dengan mudah
b) Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat sehingga
logam Pb dapat digunakan sebagai bahan coating
c) Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logamlogam
biasa kecuali emas dan merkuri
d) Mempunyai titik lebur yang rendah 327,50C
e) Merupakan penghantar listrik yang tidak baik.
Timbal (Plumbum) beracun baik dalam bentuk logam maupun garamnya.
Garamnya yang beracun adalah timbal karbonat (timbal putih), timbal tetraoksida
(timbal merah), timbal monoksida, timbal sulfide, timbale asetat (merupakan
penyebab keracunan yang paling sering terjadi). Ada beberapa bentuk
keracunan timbal, yaitu keracunan akut, subakut dan kronis. Nilai ambang
toksisitas timbal (total limit values atau TLV) adalah 0,2 miligram/m3. Konsentrasi
timbal yang tinggi (100-1000 mg/kg) akan mengakibatkan pengaruh toksik pada
proses fotosintesis dan pertumbuhan.
Menurut SNI (2009) bahwa batas maksimum kandungan logam berat
timbal (Pb) pada buah dan sayur serta hasil olahnya adalah 0.5 mg/kg. Peraturan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.00.06.1.52.4011 tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan
kimia dalam makanan yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 2009
juga menyatakan bahwa batas maksimum kandungan logam berat timbal (Pb)
dalam buah olahan dan sayur olahan adalah 0.5 ppm atau mg/kg.

2.2 Indikator Biologis


Secara biologis, deteksi efek pencemaran di dalam perairan dapat
dilakukan dengan menggunakan organisme laut yang diduga merupakan
pengakumulasi logam berat ataupun polutan lainnya. Makroalga mempunyai
ambang batas kemampuan dalam mengakumulasi bahan pencemaran
khususnya logam berat, jika melampaui batas tertentu, maka bahan pencemar
akan merusak sistem jaringan dalam tubuh alga yang dapat mengakibatka efek
lethal dan sub lethal. (Djuangsih, dkk., 1982 dalam Irmawan, 2010).
Untuk mengetahui tingkat pencemaran di suatu daerah dapat di gunakan
bioindikator berupa organisme tertentu yang khas, yang dapat mengakumulasi
bahan-bahan pencemar yang ada, sehingga dapat mewakili keadaan di dalam
lingkungan hidupnya. Di dalam air bioindikator yang dapat di gunakan ikan
crustacea (kepiting, udang dan hewan beruas lainnya) dan beberapa jenis biota
lainnya.
Keberadaan logam berat melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi
melalui aliran makanan dapat dideteksi dengan menggunakan ikan sebagai
bioindikator. Jenis ikan yang dipilih adalah jenis ikan yang sering dikonsumsi oleh
manusia. Salah satu bioindikator yang sering digunakan dalam monitoring
ekosistem perairan terkait kandungan logam berat di dalam tubuhnya serta
resiko bagi manusia sebagai salah satu konsumen utamanya adalah ikan mujair
(Oreochromis mossambicus) (Febryanto et al., 2010).

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Toksisitas Timbal


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap
logam berat, khususnya Pb adalah nutrisi, kehamilan dan umur. Kurang gizi akan
meningkatkan kadar Pb yang bebas dalam darah. Kadar Ca dan Fe yang tinggi
dalam makanan akan menurunkan penyerapan Pb, dan bila tubuh kekurangan
Ca dan Fe, penyerapan Pb akan meningkat. Dinyatakan pula defisiensi Fe dan
Pb akan menyebabkan gangguan ekskresi Pb dari tulang, sehingga
meningkatnya kadaar pada jaringan lunak dan juga menyebabkan
hemotoksisitas. Hal ini disebabkan Pb dapat menghambat kerja enzim yang
diperlukan untuk pembentukan hemoglobin (Dewi dan Saeni, 2010).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas keracunan setiap jenis
logam berat, antara lain: bentuk senyawa dari logam berat itu, daya kelarutannya
dalam cairan, ukuran partikel dan beberapa sifat kimia dan fisika lainnya. Dalam
beberapa kasus, logam berat biasanya menyerang jaringan syaraf atau
menghambat aktivitas enzimatik melalui reaksi biokimia. Tetapi, lebih sering
logam berat ini merusak organ-organ detoksikasi dan ekskresi, yaitu hati dan
ginjal, sehingga organ-organ ini harus selalu dimonitor untuk mengetahui derajat
keracunan terhadap logam berat (Hammond, 1979 dalam Darmono 1983).
Faktor yang mempengaruhi toksisitas bahan kimia pada manusia adalah:
a. Sifat fisik
b. Sifat kimia
c. Cara masuk kedalam tubuh
d. Faktor individu (usia, jenis kelamin, ras, status gizi, kesehatan, faktor genetic
dan kebiasaan lain. Misalnya merokok dan minum minuan keras)
2.4 Tempat Kerja
Didalam aliran darah, sebagian besar timbal diserap dalam bentuk ikatan
dengan eritrosit. Timbale dapat mengganggu enzim oksidase dan akibatnya
menghambat sistem metabolism sel, salah satu diantaranya adalah menghambat
sintesis Hb dalam sumsum tulang. Timbal menghambat enzim sulfidril untuk
mengikat delta-amnolevulinik acid (ALA) menjadi porprobilinogen, serta
protoforvirin IX menjadi Hb. Hal ini menyebabkan anemia dan adanya basofilik
stipling dari eritrosit yang merupakan cirri khas keracunan timbale. Basofilik
stipling reteni dari DNA ribosoma dalam sitoplasma eritrosit sehingga
mengganggu sintesis protein.
Timbal mengganggu sistem sintesis Hb dengan cara menghambat
konversi delta aminolevulinik acid (delta ALAD) menjadi forfobilinogen dan
menghambat korporasi dari Fe ke protoporfirin IX untuk membentuk Hb, dengan
cara menghambat enzim delta aminolevulinik acid dehidratase (delta ALAD) dan
feroketalase yang akhirnya meningkatkan ekskresi koproporfirin dalam urin dan
delta ALA serta mensintesis Hb. Kompensasi penurunan sintesis Hb karena
terhambat timbal adalah peningkatan produksi erithrofoesis. Sel darah merah
muda (retikulosit) dan sel stipel kemudian dibebaskan. Ditemukannya sel stipel
basofil (basophilic stipping) merupakan gejala dari adanya gangguan metabolik
dari pembentukan Hb. Hal ini terjadi karena adanya tanda - tanda keracunan Pb.
Sel darah merah gagal untuk menjadi dewasa dan sel tersebut menyisakan
organel yang biasanya menghilang pada proses kedewasaan sel, akhirnya
poliribosoma ireguler pada agregat RNA membentuk sel stipel (Sudarwin, 2008).

2.5 Absorbsi Timbal dalam Tubuh


Timbal masuk ke dalam tubuh terutama melalui saluran pencernaan dari
makanan dan minuman, tetapi dapat juga melalui pernafasan atau kulit dari
udara yang terdcemar timbal. Semua bahan pangan mengandung timbal dalam
konsentasi yang kecil dan dalam proses mempersiapkan makanan mungkin
timbal akan bertambah (Fardiaz, 1995). Berikut ini salah satu mekanisme intake
manusia terhadap logam berat termasuk Timbal/Timah hitam (Pb):
Penyerapan Timbal dapat melalui inhalasi debu timbal atau benda
berbahan timbal lainnya. Partikel yang mudah larut menyebabkan absorbsi di
paru berlangsung cepat dan luas. Paparan inhalasi umumnya terjadi pada
kawasan industri. Paparan pada daerah non-industri terjadi terutama melalui
pencernaan, terutama pada anak-anak yang mengabsorbsi 45-50% timbal larut
dibandingkan pada orang dewasa yang hanya sekitar 10-15%. Partikel yang
diabsorbsi secara inhalasi dengan ukuran <0,5 1>2500 mcg/m3) ditemui selama
peledakan, pengelasan dan pembakaran potongan logam yang permukaannya
dilapisi cat yang berbahan dasar timbal menyebabkan intoksikasi timbal
simptomatik dalam satu hari sampai beberapa minggu. OSHA menyatakan level
paparan yang diizinkan (PEL) untuk debu atau asap timbal inorganik adalah 50
mcg/m3 selama 8 jam. Level yang berbahaya bagi kesehatan dan mengancam
jiwa (IDHL) adalah 100 mg/m3.
Absorsbi zat– zat kimia oleh tubuh dapat melalui saluran pernapasan,
saluran pencernaan dan kulit. Keracunan zat – zat kimia melaui saluran
pernafasan (inhalasi) adalah yang terpenting dan yang saling sering terjadi
ditempat – tempat kerja, yang terjadi adalah karena absorbsi saluran pernafasan
lebih baik daripada absorsi saluran pencernaan.
a. Absorbsi Melalui Saluran Pernafasan.
Zat- zat kimia yang terhirup dan menyebabkan keracunan dapat
digolongkan menjadi kelompok gas, uap dan mist, serta zat padat. Gas –
gas, uap – uap dan mist (kabut) setelah diserap oleh paru – paru akan
masuk kedalam aliran darah dan kemudian didistribusikan ke bagian –
bagian / organ –organ tubuh lainnya. Gas – gas iritan yang mudah larut
dalam airakan menyebabkan iritasi ini dapat timbul segera setelah
inhalasi gas – gas tersebut. Sedangkan gas tidak mudah larut dalam air
akan mengadakan iritasi pada saluran pernafasan bagian bawah, dan
iritasi biasanya timbul beberapa jam setelah pemaparan (peradangan
paru yang akut dan sembab paru). Gas – gas, uap-uap dan mists yang
mudah larut dalam lemak dapat diserap melalui kapiler – kapiler
pembuluh darah yang terdapat disekitar alveoli dan selanjutnya zat – zat
tersebut dari aliran darah akan menuju ke binding sites yakni jaringan
lemak (Fat Depots) yang mempunyai afinitas khusus terhadap gas-gas,
uap-uap atau mists tersebut.
b. Absorbsi Melaui Saluran Pencernaan
Adapun proses biotransformasi dengan jalur pencernaan adalah
dipengaruhi oleh faktor dibawah ini :
 Pengosongan lambung mampu mengurangi absorbsi senyawa kimia
 Peristaltik usus yang meningkat akan menghambat absorbsi zat kimia
melalui usus
 Getah lambung dan pankreas mampu menghidrolisis dan mereduksi
zat – zat kimia berbahaya, dan [proses detoksikan menyebabkan
absorbsi zat – zat kimia kimia ke dalam darah menjadi kurang efisien
dan selektif
 Makanan dan cairan yang terdapat dalam saluran pencernaan dapat
mengencerkan toksin dan membentuk kompleks zat kimia yang
mudah larut air
c. Absorbsi Zat Kimia Melalui Kulit
Apabila terjadi kontak dengan bahan kimia yang banyak terjadi
adalah:
 Kulit (lemak dan keringat) berfungsi sebagai barier
 Zat kimia akan bereaksi dengan permukaan kulit dan menyebabkan
iritasi primer (asam dan basa kuat serts pelarut organik).
 Zat kimia akan menembus kulit dan menyebabkan sensitasi pada kulit
 Zat kimia akan menembus kulit dan kemudia masuk kedalam aliran
darah dan selanjutnya akan menimbulkan efek sistemik.
Batas toksik dan anjuran/batas aman “intake” logam berat Arsen (As),
Kadmium (Cd), Timbal/lead (Pb) dan Zink (Zn) dalam tubuh manusia adalah
sebagai berikut:

2.6 Proses Biotransformasi Logam Berat (Pb)


Logam berat masuk ke tubuh manusia melewati rantai pangan pendek
(hewan - manusia) atau lewat rantai pangan panjang (tanaman – hewan-
manusia) yang disebut pencemaran dakhil (Notohadiprawira, 1995).
Disamping melalui mulut dari makanan dan minuman, unsur logam berat
juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan kulit. Logam berat
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap senyawa – senyawa sulfida, seperti
sulfihidril (-SH) dan disulfida (-S-S) (Petruci, 1992). Gugus ini banyak terdapat
dalam enzim, sehingga dengan terkaitnya logam berat pada gugus ini, logam
berat dapat menghambat kerja enzim tertentu.
Timbal disebut juga sebagai timah hitam, banyak digunakan dalam
industri kabel, batrei, cat (sebagai warnanya), dalam penyepuhan, dalam
pestisida, dan yang paling banyak ditambahkan pada bensin. Laidler (1991)
menyatakan di dalam bensin timbal ditambahkan dalam bentuk timbal tetra etil
(TEL) dengan rumus molekul (C2H5)4-Pb atau dalam bentuk timbal tetra metil
dengan rumus molekul (CH3)4-Pb.
Keracunan timah hitam sering terjadi pada hewan ruminansia yang
merumput di daerah tercemar (Humphreys, 1980). Racun timah hitam ini
biasanya mempengaruhi sistem syaraf, ginjal dan . pembentuk darah, sehingga
hewan akan mengalami sakit perut (kolik) yang hebat, anemia, anoreksia,
kebutaan, konvulsi dan diarrhea, yang kemudian berakhir dengan kematian
(Bartic dan Piskoc, 1981). Adanya kontaminasi timbal dalam tubuh dapat
diketahui melalui pengukuran kadar timbal dalam darah, gigi, dan rambut. Selain
dari makanan, udara, dan air, timbal dalam rambut dapat berasal dari cat rambut
yang mengandung timbal asetat dan dapat berasal dari debu (Cohen dan Ros,
1991).
Proses Biotransformasi adalah proses transpormasi metabolik dimana zat
kimia dirubah menjadi zat derifat lain (Metabolit) dalam tubuh manusia. Proses ini
umumnya menyebabkan terbentuknya metabolit yang mudah larut air., dan tidak
mudah larut lemak, dan memiliki kepolaran yang tinggi sehingga mudah di
ekskresikan oleh tubuh. Biotransformasi umumnya menghasilkan metabolit yang
kurang toksik. Transformasi metabolik dapat dibagi menjadi emapat kategori
diantaranya Oksidasi, Reduksi, Hidrolisis dan Konjugasi. Fase tersebut dikenal
dengan fase pertama dari biotransformasi. Fase pertama adalah meningkatkan
polaritas senyawa toksik sehingga kelarutannya pada air akan meningkat. Selain
itu jufga adanya fase roaksi oksidatif yang bertujuan untuk menambaha
kereaktivan senyawa toksik. Tujuan pereaktivan senyawa toksik adalah dengan
mempermudah keterikatannya dengan senyawa anti oksidan yang mampu
meningkatkan ROX.
Fase kedua adalah proses konjugasi, merupakan satu – satunya reaksi
biotransformasi yang terjadi di dalam tubuh. Pada reaksi konjugasi grup – grup
polar akan di tambahkan pada hasil reaksi pada fase satu.
Oksidasi merupakan reaksi biotransformasi yang paling penting. Terdapat
dua macam reaksi oksidasi yaitu penambahan oksigen secara langsung pada
unsur – unsur carbon, sulfur, nitrogen, melalui proses Dehidrogenasi.
Kebanyakan dari reaksi – reaksi ini memerlukan enzim – enzim mikrosomal dan
juga oksidase – oksidase yang terdapat dalam sitoplasma dan mitokondria.
Peranan Reduksi dalam biotransformasi umumnya adalah kurang begitu
penting. Pewarna sintetik umumya sulit umtuk dilakukan proses metabolit yang
menjadikannya kurang toksik. Selain itu juga apabila akumulasi pada tubuh
semakin meningkat maka seberapa besar kemampuan tubuh dalam mengubah
tingkat toksisitasnya masih kurang. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi
proses biotransformasi adalah : status kesehatan, usia, gizi,.

2.7 Deposit Organ dan Efek Pb terhadap Kesehatan


Penimbunan zat-zat kimia (Chemical Storage) dalam jaringan/organ
tubuh dapat terjadi di jaringan atau organ dimana efek zat – zat kimia akan
terlihat. Pada kasus timah hitam (Pb) dalam tubuh akan ditimbun dalam tulang
tetapi manifestasi efek toksiknya akan terlihat pada jaringan – jaringan lunak
(syaraf, ginjal, dan lain- lain). Salah satu storage depot yang penting adalah
jaringan lemak (Adipose Tissue).
Pada jaringan atau organ tubuh logam Pb akan terakumulasi pada tulang.
Karena dalam bentuk ion Pb2+, logam ini mampu menggantikan keberadaan ion
Ca2+ (kalsium) yang terdapat pada jaringan tulang. Disamping itu pada wanita
hamil logam Pb dapat dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk
dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir Pb akan
dikeluarkan bersama air susu. Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh
hanya sedikit ternyata logam Pb ini sangat berbahaya. Hal itu disebabkan
senyawa-senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap berbagai macam
fungsi organ tubuh.
Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan
kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari
akan diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb
merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh.
Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh
melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui
saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam
tubuh. Tidak semua Pb yang terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal
di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi
melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui
hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh
karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.
Dampak dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi manusia, utamanya
bagi anak-anak. Di antaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif, kemampuan
belajar, memendekkan tinggi badan, penurunan fungsi pendengaran,
mempengaruhi perilaku dan intelejensia, merusak fungsi organ tubuh, seperti
ginjal, sistem syaraf, dan reproduksi, meningkatkan tekanan darah dan
mempengaruhi perkembangan otak. Dapat pula menimbulkan anemia dan bagi
wanita hamil yang terpajan timbal akan mengenai anak yang disusuinya dan
terakumulasi dalam ASI.
Paparan bahan tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan pada organ
sebagai berikut :
 Gangguan neurologi
Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh Pb dapat
berupa encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada anak-anak dapat
menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy perifer.
 Gangguan terhadap fungsi ginjal
Logam berat Pb dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal,
nephropati irreversible, sclerosis va skuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan
sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan
glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.
 Gangguan terhadap sistem reproduksi
Logam berat Pb dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi
berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin. Logam berat Pb mempunyai
efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom
 Gangguan terhadap sistem hemopoitik
Keracunan Pb dapat dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat
penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat
besi dalam serum. Anemia ringan yang terjadi disertai dengan sedikit
peningkatan kadar ALA ( Amino Levulinic Acid) urine. Pada anak – anak juga
terjadi peningkatan ALA dalam darah. Efek dominan dari keracunan Pb pada
sistem hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA dan CP (Coproporphyrine).
 Gangguan terhadap sistem syaraf
Efek pencemaran Pb terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak
dibandingkan pada orang dewasa. Paparan menahun dengan Pb dapat
menyebabkan lead encephalopathy. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa
malas, gampang tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa,
sukar konsentrasi dan menurunnya kecerdasan. Pada anak dengan kadar Pb
darah (Pb-B) sebesar 40-80 μg/100 ml dapat timbul gejala gangguan
hematologis, namun belum tampak adanya gejala lead encephalopathy. Gejala
yang timbul pada lead encephalopathy antara lain adalah rasa cangung, mudah
tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep. Apabila pada masa bayi
sudah mulai terpapar oleh Pb, maka pengaruhnya pada profil psikologis dan
penampilan pendidikannya akan tampak pada umur sekitar 5-15 tahun. Akan
timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas atau gangguan psikologis jika
terpapar Pb pada anak berusi 21 bulan sampai 18 tahun.
3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
- Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar
dari 5 g/cm3, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn, dan Ni.
- Timbal adalah logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang lazim
terdapat dalam kandungan endapan sulfit yang tercampur mineral-mineral
lain terutama seng dan tembaga.
- Untuk mengetahui tingkat pencemaran di suatu daerah dapat di gunakan
bioindikator berupa organisme tertentu yang khas.
- Faktor yang mempengaruhi toksisitas bahan kimia pada manusia adalah:
sifat fisik, sifat kimia, cara masuk kedalam tubuh dan faktor individu.
- Timbal masuk ke dalam tubuh terutama melalui saluran pencernaan dari
makanan dan minuman, pernafasan dan kulit dari udara yang tercemar
timbal.
- Proses Biotransformasi adalah proses transpormasi metabolik dimana zat
kimia dirubah menjadi zat derifat lain (Metabolit) dalam tubuh manusia.
- Paparan bahan tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan pada organ
sebagai berikut gangguan neurologi, gangguan terhadap fungsi ginjal,
gangguan terhadap sistem reproduksi, gangguan terhadap sistem
hemopoitik, gangguan terhadap sistem syaraf.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Bintal. 2002. Distribusi Logam Berat Pb, Cu Dan Zn pada Sedimen di
Perairan Telaga Tujuh Karimun Kepulauan Riau. Jurnal Natur
Indonesia 5(1): 9-16

Ardyanto, Denny. 2005. Deteksi Pencemaran Timah Hitam (Pb) Dalam Darah
Masyarakat Yang Terpajan Timbal (Plumbum). Jurnal Kesehatan
Lingkungan, Vol. 2, No.1

Bartic, M dan A. Piskoc. 1981. Veterinary Toxicology. Elseveir Publishing Coy.,


Australia.

Cohen dan Ros. 1991. Revew of Lead Toxicology Relevant to the Safety
Assesment of Lead Acetate as Hair Colouring. Fd Chem. Toxic Vol. 29
(7) pp 485-507, Pergamon Press Plc.

Sudarmaji, J. Mukono, Dan Corie I.P. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan
Dampaknya terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2,
No. 2

Suksmerri. 2008. Dampak Pencemaran Logam Timah Hitam (Pb) terhadap


Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2008 - September
2008, Ii (2)

Darmono. 1983. Beberapa Senyawa Logam Berat dan Hubungannya pada


Ternak. Wartazda Vol 1 No. 1.

Dewi, Kunti Sri Panca. Tingkat Pencemaran Logam Berat (Hg, Pb dan Cd)
didalam Sayuran, Air Minum dan Rambut di Denpasar, Gianyar dan
Tabanan. Universitas Udayana. Bali.

Fardiaz, S. 1995. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.

Febriyanto, R., Aunurohim dan Indah T.D.T. 2010. Akumulasi Timbal (Pb) pada
Juvenile Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) secara In Situ di
Kali Surabaya

Humphreys, D.J. 1980. Recent Trends in Animel Poisoining. Van Miert, Frens
Van der Kreek.

Laidler. 1991. Enviromental Chemistry, an Australian Perspective. 2nd Ed.


Longman Chesire Pty Limited. Melbourne. Australia.

Lestari dan Edward. 2004. Dampak Pencemaran Logam Berat terhadap


Kualitas Air Laut dan Sumberdaya Perikanan (Studi Kasus Kematian
Massal Ikan-Ikan di Teluk Jakarta). Makara Sains, Vol 8, No. 2

Notohadiprawira,T. 1995. Logam Berat dalam Pertanian. Jurnal Manusia dan


Lingkungan, No. 7 Thn II Des : 3 -12
Petruci. 1992. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern. Terjemahan
Suminar Achmadi, edisi ke empat, jilid 3. Erlangga. Jakarta

Sudarwin. 2008. Analisis Spasial Pencemaran Logam Berat (Pb Dan Cd)
pada Sedimen Aliran Sungai dari Tempat Pembuangan Akhir (Tpa)
Sampah Jatibarang Semarang. Universitas Diponegoro. Semarang

Tarzan Purnomo dan Muchyiddin. 2007. Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada
Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk.) di Tambak Kecamatan Gresik.
Neptunus, Vol. 14, No. 1.

Widaningrum, Miskiyah dan Suismono. 2007. Bahaya Kontaminasi Logam


Berat Dalam Sayuran dan Alternatif Pencegahan Cemarannya.
Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Vol. 3

Anda mungkin juga menyukai