Bioteknologi Bidang Farmasi Dan Kedokteran Kelompok 6
Bioteknologi Bidang Farmasi Dan Kedokteran Kelompok 6
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Bioteknologi
Yang Dibina oleh Dr.Endang Suarsini, M.Ked.
Disajikan pada hari Selasa, 13 September 2016
Oleh
Kelompok 6/Off A
S1 Pendidikan Biologi 2014
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
dengan judul “Bioteknologi di Bidang Farmasi dan Kedokteran”.
Makalah ini diselesaikan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bioteknologi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Endang Suarsini, M. Ked selaku dosen pengampu mata kuliah Bioteknologi
yang banyak membantu dan membimbing penulis,
2. kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan materi, moral dan
spiritual,
3. seluruh teman seperjuangan Pendidikan Biologi kelas A tahun 2014, yang
banyak membantu dan memberi masukan dalam penyempurnaaan makalah
penulis, dan
4. semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan laporan ini tentu masih terdapat kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu penulis berharap adanya masukan yang bersifat inovatif dan
konstruktif agar makalah ini menjadi lebih sempurna. Disamping itu penulis
berharap agar hasil tugas ini nantinya dapat berguna bagi semua pihak khususnya
kalangan pendidikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Proses Bioteknologi....................................................... 4
Gambar 2. Langkah-Langkah DNA Rekombinan pada Produksi Insulin .. 8
Gambar 3. Skema Tahapan Kegiatan Produksi Antibodi Monoklonal Dari
Imunisasi Sampai Mendapatkan Klon Hibridoma ........................................... 10
Gambar 4. Vaksinasi dari virus Herpes....................................................... 11
Gambar 5. Terapi Gen In Vivo dan Terapi Gen Ex Vivo............................ 13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bioteknologi merupakan suatu kajian yang berhubungan dengan
penggunaan organisme hidup atau produknya dalam proses industri
berskala-besar. Bioteknologi mikroorganisme adalah aspek bioteknologi
industri yang berhubungan dengan proses yang melibatkan
mikroorganisme.
Antibiotika merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme, dan dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme
lain. Perkembangan antibiotika sebagai zat untuk pengobatan penyakit
infeksi lebih banyak mempengaruhi penggunaan obat dibandingkan dengan
perkembangan antibiotik itu sendiri.
Antibiotika merupakan produk metabolisme sekunder. Meskipun
hasilnya relatif rendah dalam sebagian besar industri fermentasi, tetapi
karena aktivitas terapetiknya tinggi maka menjadi memiliki nilai ekonomik
tinggi, oleh karena itu antibiotika dibuat secara komersial melalui
fermentasi mikroba. Beberapa antibiotika dapat disintesis secara kimia,
tetapi karena kompleksitas bahan kimia antibiotika dan cenderung menjadi
mahal, maka tidak memungkinkan sintesis secara kimia dapat mampu
bersaing dengan fermentasi mikroorganisme lain yang mampu diproduksi
lebih banyak dari berbagai industri mikroorganisme (Madigan, 2008).
Dalam bioteknologi farmasi hal utama yang dihasilkan adalah suatu
produk yang dapat digunakan sebagai obat untuk meningkatkan kesehatan
makhluk hidup.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan:
1. Bagaimana ruang lingkup kajian bioteknologi Farmasi?
2. Apasajakah komponen yang terlibat dalam bioteknologi farmasi?
3. Apasajakah contoh bioteknologi farmasi dengan mekanismenya?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui ruang lingkup kajian bioteknologi farmasi
2. Mengetahui komponen yang terlibat dalam biologi farmasi
3. Mengetahui contoh bioteknologi farmasi beserta dengan
mekanismenya.
BAB II
3
4
4. Hormon Insulin
Insulin merupakan protein manusia pertama yang disintesis secara kimia.
Secara tradisional, insulin untuk pengobatan manusia diisolasi dari pancreas
sapi atau babi. Kemudian seiring perkembangan di bidang bioteknologi telah
terjadi perbaikan cara produksi insulin melalui rekayasa genetika. Melalui
DNA rekombinan, insulin diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak
pathogen. Produk hormone insulin manusia dapat dihasilkan melalui teknik
rekayasa genetika dengan teknologi plasmid. Hormone ini berfungsi mengubah
glukosa dalam darah menjadi glikogen (Sudjadi, 2008).
insulin dalam jumlah yang banyak, insulin ini diperoleh dengan mencangkokkan
gen (transplantasi gen) yang mengkode insulin ke dalam plasmid bakteri. Proses
pembuatan insulin dengan teknik DNA recombinan adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi dan mengisolasi gen penghasil insulin dari sel pankreas
manusia:
a. Mula-mula mRNA yang telah disalin dari gen penghasil insulin diekstrak
dari sel pancreas. Kemudian enzim transcriptase ditambahkan pada mRNA
bersamaan dengan nukleotida penyusun DNA.
b. Enzim ini menggunakan mRNA sebagai cetekan untuk membentuk DNA
berantai tunggal.
c. DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA.
d. Enzim DNA polymirase digunakan untuk melengkapi DNA rantai tunggal
menjadi ranati ganda, disebut DNA komplementer (c- DNA), yang
merupakan gen penghasil insulin.
2. Melepaskan salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara memotong
kromosom secara khusus menggunakan enzim retrikasi.
3. Mengekstrak plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid dari sel
bakteri dengan menngunakan enzim retrikasi lain. Sementara itu, di dalam
serangkain tabung reaksi atau cawan petri, gen penghasil insulin manusia dalam
bentuk c- DNA disiapkan untuk dipasangkan pada plasmid yang terbuka
tersebut.
4. Memasang gen penghasil insulin kedalam cincin plasmid. Mula-mula ikatan
yang terjadi masih lemah, kemudian enzim DNA ligase memperkuat ikatan ini
sehingga dihasilkan molekul DNA recombinan/plasmid recombinan yang bagus.
5. Memasukkan plasmid recombinan kedalam bakteri E.coli. Di dalam sel bakteri
ini plasmid mengadakan replikasi
6. Mengultur bakteri E.coli yang akan berkembang biak dengan cepat
menghasilkkan klon-klon bakteri yang mengandung plasmid recombinan
penghasil insulin. Melalui rekayasa genetika dapat dihasilkan E.coli yang
8
merupakan penghasil insulin dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang
singkat.
7. Sel hibrid yang terseleksi kemudian diuji (assay) untuk mengetahui kemampuan
menghasilkan Ab yang diharapkan denngan menggunakan kultur sel dan diuji
antibodi.
8. Jika hasilnya pasti, maka sel tersebut kemudian dipropagasi dengan
menggunakan kultur jaringan dalam skala besar (bioreaktor) untuk mendapatkan
sel turunan yang sama persis dengan induknya (cloning), atau disuntikkan ke
tikus (in vivo) untuk produksi MAB, atau dapat pula dibekukan untuk koleksi
(stock cell culture).
3. Produk Vaksin
Selain digunakan untuk memproduksi hormon maupun enzim, teknologi
DNA rekombinan juga digunakan untuk membuat vaksin. Pada aplikasi ini, secara
garis besar beberapa mikroorganisme digunakan untuk menghambat kemampuan
mikroorganisme patogen (penyebab penyakit). Mikrobia menjadi suatu bibit
11
penyakit dalam tubuh apabila mikrobia tersebut menghasilkan senyawa toksik bagi
tubuh manusia. Selain itu, bagian-bagian tubuh mikrobia seperti flagel dan
membran sel juga dapat menimbulkan penyakit. Hal ini karena bagian-
bagian tersebut kemungkinan terdiri dari protein asing bagi tubuh. Senyawa dan
protein asing ini disebut antigen.
Gen yang mengkode senyawa penyebab penyakit (antigen) diisolasi dari
mikrobia yang bersangkutan. Kemudian gen ini disisipkan pada plasmid mikrobia
yang sama, tetapi telah dilemahkan (tidak berbahaya). Mikrobia ini menjadi tidak
berbahaya karena telah dihilangkan bagian yang menimbulkan penyakit,
misal lapisan lendirnya. Mikrobia yang telah disisipi gen ini akan membentuk
antigen murni. Bila antigen ini disuntikkan pada manusia, sistem kekebalan
manusia akan membuat senyawa khas yang disebut antibodi.
4. Terapi Gen
Menurut Nurcahyo (2011), terapi gen adalah suatu teknik yang digunakan
untuk memperbaiki gen-gen mutan (abnormal/cacat) yang bertanggung jawab
12
terhadap terjadinya suatu penyakit. Pada awalnya, terapi gen diciptakan untuk
mengobati penyakit keturunan (genetik) yang terjadi karena mutasi pada satu gen,
seperti penyakit fibrosis sistik. Penggunaan terapi gen pada penyakit tersebut
dilakukan dengan memasukkan gen normal yang spesifik ke dalam sel yang
memiliki gen mutan. Terapi gen kemudian berkembang untuk mengobati penyakit
yang terjadi karena mutasi di banyak gen, seperti kanker. Selain memasukkan gen
normal ke dalam sel mutan, mekanisme terapi gen lain yang dapat digunakan adalah
melakukan rekombinasi homolog untuk melenyapkan gen abnormal dengan gen
normal, mencegah ekspresi gen abnormal melalui teknik peredaman gen, dan
melakukan mutasi balik selektif sehingga gen abnormal dapat berfungsi normal
kembali.
Secara garis besar ada dua macam cara yang biasa digunakan untuk
memasukkan gen baru ke dalam sel.
1. Terapi Gen Ex Vivo
Sel dari sejumlah organ atau jaringan (seperti kulit, system hemopoietik, hati )
atau jaringan tumor dapat diambil dari pasien dan kemudian dibiakkan dalam
laboratorium. Selama pembiakkan, sel itu dimasuki suatu gen tertentu untuk
terapi penyakit itu. Kemudian diikuti dengan reinfusi atau reimplementasi dari
sel tertransduksi itu ke pasien. Penggunaan sel penderita untuk diperlakukan
adalah untuk meyakinkan tidak ada respon imun yang merugikan setelah infuse
atau transplantasi. Terapi gen ex vivo saat ini banyak digunakan pada uji klinis,
kebanyakan menggunakan vector retrovirus untuk memasukkan suatu gen ke
dalam sel penerima.
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
a. Bioteknologi farmasi dan kedokteran merupakan penerapan dan
pengembangan bioteknologi dalam bidang farmasi/obat-obatan yang
menunjang perbaikan kesehatan makhluk hidup serta perawatan
medis.
b. Komponen yang terlibat dalam bioteknologi farmasi dan kedokteran
dapat berupa bagian-bagian dari organisme yang digunakan dalam
menghasilkan produk atau jasa untuk kepentingan penelitian atau
pengembangan perawatan kesehatan dan obat-obatan
c. Contoh dari bioteknologi farmasi dan kedokteran diantaranya
pembuatan insulin, antibody monoclonal, vaksin dan terapi gen.
2. Saran
Dari pembuatan makalah ini ada beberapa hal yang perlu diperbaiki
diantaranya mahasiswa harus selalu mengikuti perkembangan informasi
mengenai bioteknologi farmasi, hal ini dikarenakan ilmu bioteknologi
farmasi yang terus berkembang dan memunculkan teori atau cara baru.
15
DAFTAR RUJUKAN
Betteng, R., Pangemanan, D., & Mayulu, N. 2014. Analisis Faktor Resiko
Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Ii
Puskesmas Wawonasa. Jurnal e-Biomedik, 2(2): 400-410.
Machmud, M., Harjosudarmo, Jumanto, Manzila, Ifa, & Suryadi, Yadi. 2004.
Pengembangan Teknik Produksi dan Aplikasi Antibodi Monoklonal
Ralstonia solanacerum. Kumpulan Makalah Seminar Hasil Penelitian BB-
Biogen Tahun 2004.
Madigan, M.T., Martinko, J.M., Dunlap, P.V. and Clark, D.P. 2009. (published
February, 2008) Brock Biology of Microorganisms, 12th edition, Pearson
Benjamin-Cummings, San Francisco
16