Anda di halaman 1dari 21

BIOTEKNOLOGI BIDANG FARMASI DAN KEDOKTERAN

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Bioteknologi
Yang Dibina oleh Dr.Endang Suarsini, M.Ked.
Disajikan pada hari Selasa, 13 September 2016

Oleh
Kelompok 6/Off A
S1 Pendidikan Biologi 2014

Ahmad Kamal Sudrajat (140341600052)


Diah Nur Rochmah (140341605238)
Dinar Ajeng Nur Aziza (140341605926)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
dengan judul “Bioteknologi di Bidang Farmasi dan Kedokteran”.
Makalah ini diselesaikan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bioteknologi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Endang Suarsini, M. Ked selaku dosen pengampu mata kuliah Bioteknologi
yang banyak membantu dan membimbing penulis,
2. kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan materi, moral dan
spiritual,
3. seluruh teman seperjuangan Pendidikan Biologi kelas A tahun 2014, yang
banyak membantu dan memberi masukan dalam penyempurnaaan makalah
penulis, dan
4. semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan laporan ini tentu masih terdapat kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu penulis berharap adanya masukan yang bersifat inovatif dan
konstruktif agar makalah ini menjadi lebih sempurna. Disamping itu penulis
berharap agar hasil tugas ini nantinya dapat berguna bagi semua pihak khususnya
kalangan pendidikan.

Malang, September 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Ruang Lingkup Bioteknologi Di Bidang Farmasi Dan Kedokteran .. 3
B. Komponen Bioteknologi Di Bidang Farmasi Dan Kedokteran .......... 3
C. Contoh Beserta Mekanisme Bioteknologi Di Bidang Farmasi Dan
Kedokteran ................................................................................................ 6
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.............................................................................................. 15
B. Saran ................................................................................................... 15
DAFTAR RUJUKAN…………………………………………………………...16

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Proses Bioteknologi....................................................... 4
Gambar 2. Langkah-Langkah DNA Rekombinan pada Produksi Insulin .. 8
Gambar 3. Skema Tahapan Kegiatan Produksi Antibodi Monoklonal Dari
Imunisasi Sampai Mendapatkan Klon Hibridoma ........................................... 10
Gambar 4. Vaksinasi dari virus Herpes....................................................... 11
Gambar 5. Terapi Gen In Vivo dan Terapi Gen Ex Vivo............................ 13

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bioteknologi merupakan suatu kajian yang berhubungan dengan
penggunaan organisme hidup atau produknya dalam proses industri
berskala-besar. Bioteknologi mikroorganisme adalah aspek bioteknologi
industri yang berhubungan dengan proses yang melibatkan
mikroorganisme.
Antibiotika merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme, dan dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme
lain. Perkembangan antibiotika sebagai zat untuk pengobatan penyakit
infeksi lebih banyak mempengaruhi penggunaan obat dibandingkan dengan
perkembangan antibiotik itu sendiri.
Antibiotika merupakan produk metabolisme sekunder. Meskipun
hasilnya relatif rendah dalam sebagian besar industri fermentasi, tetapi
karena aktivitas terapetiknya tinggi maka menjadi memiliki nilai ekonomik
tinggi, oleh karena itu antibiotika dibuat secara komersial melalui
fermentasi mikroba. Beberapa antibiotika dapat disintesis secara kimia,
tetapi karena kompleksitas bahan kimia antibiotika dan cenderung menjadi
mahal, maka tidak memungkinkan sintesis secara kimia dapat mampu
bersaing dengan fermentasi mikroorganisme lain yang mampu diproduksi
lebih banyak dari berbagai industri mikroorganisme (Madigan, 2008).
Dalam bioteknologi farmasi hal utama yang dihasilkan adalah suatu
produk yang dapat digunakan sebagai obat untuk meningkatkan kesehatan
makhluk hidup.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan:
1. Bagaimana ruang lingkup kajian bioteknologi Farmasi?
2. Apasajakah komponen yang terlibat dalam bioteknologi farmasi?
3. Apasajakah contoh bioteknologi farmasi dengan mekanismenya?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui ruang lingkup kajian bioteknologi farmasi
2. Mengetahui komponen yang terlibat dalam biologi farmasi
3. Mengetahui contoh bioteknologi farmasi beserta dengan
mekanismenya.
BAB II

A. Ruang Lingkup Bioteknologi di Bidang Farmasi Dan Kedokteran


Bioteknologi farmasi merupakan penerapan dan pengembangan
bioteknologi dalam bidang farmasi/obat-obatan yang menunjang perbaikan
kesehatan makhluk hidup.
Bioteknologi farmasi saling berhubungan dengan bioteknologi kedokteran dimana
dalam bioteknologi farmasi mengkaji beberapa organisme model (mencit, tikus,
ayam, yeast, lalat buah, cacing, dan zebrafish) untuk mengidentifikasi penyakit
genetik dan kesesuaian penggunaan terapi gen dalam mengetahui keefektifan dan
keamanannya sebelum melakukan tindak lanjut klinis pada manusia.
Bioteknologi Farmasi memegang peranan penting dalam perkembangan
tindakan medis untuk pengobatan suatu penyakit. Thieman (2004) menjelaskan
bahwa umumnya teknik yang digunakan dalam bioteknologi kedokteran
menggunakan pendekatan molekular untuk mendeteksi penyakit genetik yang
berhubungan dengan ketidaknormalan kromosom dan kerusakan gen.
Pada biteknologi farmasi ini kjajian yang dibahas hanya bagaimana cara
menemukan suatu obat dengan memanfaatkan agen – agen biologi. Sebagai
contoh dari bioteknologi farmasi adalah penemuan hormon insulin dengan
menyisipkan gen insulin padan bakteri. Selain itu percobaan bagaimana cara
mematikan sel kanker melalui beberapa pendekatan dan bahan uji. Kajian
bioteknologi farmasi sangat berkembang pesat sampai saat ini. Hal ini
dikarenakan semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan kesehatan.

B. Komponen Bioteknologi di Bidang Farmasi dan Kedokteran


Di dalam bioteknologi dilakukan rekayasa organisme atau komponen
organisme untuk menghasilkan barang dan jasa yang penting dan menguntungkan
bagi kehidupan manusia.
Menurut Nurcahyo (2011:9), bioteknologi tidak lain adalah suatu proses
yang unsur-unsurnya sebagai berikut:
1. Input yaitu bahan kasar (raw material) yang akan diolah seperti; beras, anggur,
susu dsb.

3
4

2. Proses yaitu mekanisme pengolahan yang meliputi; proses penguraian atau


penyusunan oleh agen hayati.
3. Output yaitu produk baik berupa barang dan/atau jasa, seperti; alkohol, enzim,
antibiotika, hormon, pengolahan limbah.

Gambar 1 Skema Proses Bioteknologi


Sumber: (Nurcahyo, 2011:9)
Bioteknologi tidak dapat dilepaskan dari beberapa unsur yaitu agen hayati
(organisme hidup maupun substansi dari organisme hidup), rekayasa dengan
serangkaian proses tertentu, produk, dan adanya peningkatan nilai guna untuk
masyarakat baik dalam bentuk barang maupun jasa. Berkaitan dengan produk yang
akan dihasilkan dari suatu teknik tertentu dalam bioteknologi, maka dikenal istilah
bioteknologi kedokteran.
Bioteknologi kedokteran saling berhubungan dengan bioteknologi farmasi
dimana dalam bioteknologi farmasi mengkaji beberapa organisme model (mencit,
tikus, ayam, yeast, lalat buah, cacing, dan zebrafish) untuk mengidentifikasi
penyakit genetik dan kesesuaian penggunaan terapi gen dalam mengetahui
keefektifan dan keamanannya sebelum melakukan tindak lanjut klinis pada
manusia. Thieman (2004) menjelaskan bahwa dengan mengidentifikasi gen penting
dalam organisme model dapat dibuat suatu kesimpulan sementara dan prediksi
tentang kedudukan serta fungsi gen-gen tersebut pada manusia. Banyak gen yang
telah teridentifikasi pada organisme model yang menunjukkan keterkaitan dengan
gen pada manusia yang dikenal dengan istilah homolog.
Bioteknologi farmasi dan kedokteran memegang peranan penting dalam
pembuatan obat-obatan serta perkembangan tindakan medis untuk pengobatan
suatu penyakit. Komponen bioteknologi farmasi dan kedokteran dapat berupa
bagian-bagian dari organisme yang digunakan dalam menghasilkan produk atau
jasa untuk kepentingan penelitian atau pengembangan perawatan kesehatan dan
obat-obatan, misalnya:
5

1. Pembuatan antibody monoclonal


Pembuatan antibody monoclonal yang menggunakan komponen dari sel
gabungan tipe tunggal yang memiliki kekhususan tambahan yang merupakan
bagian penting dari system kekebalan tubuh. Antibodi monoklonal dibuat
dengan cara penggabungan atau fusi dua jenis sel yaitu limfosit B yang
memproduksi antibodi dengan sel kanker (sel mieloma) yang dapat hidup dan
membelah terus menerus. Hasil fusi antara sel limfosit B dengan sel kanker
secara in vitro ini disebut dengan hibridoma. Apabila sel hibridoma dibiakkan
dalam kultur sel, sel yang secara genetik mempunyai sifat identik akan
memproduksi antibodi sesuai dengan antibodi yang
diproduksi oleh sel aslinya yaitu sel limfosit B. Antibodi monoklonal
merupakan senyawa yang homogen, sangat spesifik dan dapat diperoleh dalam
jumlah yang besar sehingga sangat menguntungkan jika digunakan sebagai alat
diagnostik untuk mendeteksi bakteri patogen dan virus, serta untuk uji
kehamilan (Ahmad, 2014:152).
2. Terapi gen
Terapi gena bertujuan untuk membetulkan kelainan metabolisme karena
bawaan sejak lahir dengan cara menyisipkan gen normal ke organisme
penderita. Biasanya tahapan meliputi; seleksi dan isolasi gen → pemeliharaan
kultur→ propagasi. Sel diekstrasi (dikeluarkan) dari tubuh kemudian
ditumbuhkan dalam medium kultur selanjutnya gennya dimanipulasi
dikembalikan ke pasien (penderita) yang jaringannya diambil, komponen yang
digunakan misalnya bone marrow atau sel kulit, karena keduanya dapat
dipelihara dalam medium kultur (Nurcahyo, 2011:105).
3. Somatostatin
Diproduksi dari hasil transplantasi gen eukariosit dari hipofisis manusia ke gen
E. coli. Hormon pertumbuhan pada manusia (humangrowth hormone) ini
diberikan kepada para penderita dwarfisme hipofisis dan berfungsi untuk
meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan; somatotropin, hormon yang juga
dikloning dari bakteri E Coli, digunakan sebagai hormon pertumbuhan,
pengobatan patah tulang, luka bakar, dan pendarahan di lambung (Smith,
2009).
6

4. Hormon Insulin
Insulin merupakan protein manusia pertama yang disintesis secara kimia.
Secara tradisional, insulin untuk pengobatan manusia diisolasi dari pancreas
sapi atau babi. Kemudian seiring perkembangan di bidang bioteknologi telah
terjadi perbaikan cara produksi insulin melalui rekayasa genetika. Melalui
DNA rekombinan, insulin diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak
pathogen. Produk hormone insulin manusia dapat dihasilkan melalui teknik
rekayasa genetika dengan teknologi plasmid. Hormone ini berfungsi mengubah
glukosa dalam darah menjadi glikogen (Sudjadi, 2008).

C. Contoh Bioteknologi Farmasi dan Kedokteran serta Mekanismenya


Penerapan bioteknologi begitu luas dan telah dilakukan selama beratus-ratus
tahun mulai dari taraf sederhana sampai bioteknologi modern. Seiring
berkembangnya zaman dan pengetahuan, kini pemanfaatan bioteknologi tidak
hanya sekedar dalam bidang pangan saja, melainkan telah merambah pada bidang
farmasi dan kedokteran yang tentunya disertai dengan penggunaan teknologi lebih
canggih dan menerapkan teknik rekayasa genetika Berikut disajikan beberapa
contoh dan mekanisme penerapan bioteknologi dalam bidang farmasi dan
kedokteran.
1. Pembuatan Insulin
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel-sel beta yang
membentuk pulau sehingga disebut pulau langerhans di kelenjar pangkreas. Pada
awalnya terbentuk proinsulin yang molekulnya lebih besar daripada insulin.
Proinsulin tersimpan di pankreas hingga dibutuhkan tubuh. Ketika proinsulin keluar
ke peredaran darah, proinsulin diuraikan menjadi 2 bagian: peptida penghubung
dan hormon insulin aktif. Fungis utama hormon insulin adalah menurunkan kadar
glukosa di dalam sel. Teori yang ada mengatakan bahwa seseorang ≥45 tahun
memiliki peningkatan resiko terhadap terjadinya diabetes dan intoleransi glukosa
yang di sebabkan oleh faktor degeneratif yaitu menurunya fungsi tubuh, khususnya
kemampuan dari sel β dalam memproduksi insulin untuk memetabolisme glukosa
(Betteng et al., 2014). Oleh karena itu diperlukan suatu teknik untuk memperoleh
tambahan insulin. Adanya teknik rekayasa genetika, maka bisa didapatkan hormon
7

insulin dalam jumlah yang banyak, insulin ini diperoleh dengan mencangkokkan
gen (transplantasi gen) yang mengkode insulin ke dalam plasmid bakteri. Proses
pembuatan insulin dengan teknik DNA recombinan adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi dan mengisolasi gen penghasil insulin dari sel pankreas
manusia:
a. Mula-mula mRNA yang telah disalin dari gen penghasil insulin diekstrak
dari sel pancreas. Kemudian enzim transcriptase ditambahkan pada mRNA
bersamaan dengan nukleotida penyusun DNA.
b. Enzim ini menggunakan mRNA sebagai cetekan untuk membentuk DNA
berantai tunggal.
c. DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA.
d. Enzim DNA polymirase digunakan untuk melengkapi DNA rantai tunggal
menjadi ranati ganda, disebut DNA komplementer (c- DNA), yang
merupakan gen penghasil insulin.
2. Melepaskan salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara memotong
kromosom secara khusus menggunakan enzim retrikasi.
3. Mengekstrak plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid dari sel
bakteri dengan menngunakan enzim retrikasi lain. Sementara itu, di dalam
serangkain tabung reaksi atau cawan petri, gen penghasil insulin manusia dalam
bentuk c- DNA disiapkan untuk dipasangkan pada plasmid yang terbuka
tersebut.
4. Memasang gen penghasil insulin kedalam cincin plasmid. Mula-mula ikatan
yang terjadi masih lemah, kemudian enzim DNA ligase memperkuat ikatan ini
sehingga dihasilkan molekul DNA recombinan/plasmid recombinan yang bagus.
5. Memasukkan plasmid recombinan kedalam bakteri E.coli. Di dalam sel bakteri
ini plasmid mengadakan replikasi
6. Mengultur bakteri E.coli yang akan berkembang biak dengan cepat
menghasilkkan klon-klon bakteri yang mengandung plasmid recombinan
penghasil insulin. Melalui rekayasa genetika dapat dihasilkan E.coli yang
8

merupakan penghasil insulin dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang
singkat.

Gambar 2 Langkah-Langkah DNA Rekombinan pada Produksi Insulin


Sumber: www.alandandin.blogspot.com

2. Pembuatan Antibodi Monoklonal


Produksi molekul Antibodi merupakan tanggungjawab dari klone-klone sel
limfosit B (sel plasma) yang masing-masing spesifik terhadap antigen. Menurut
teori klonal, adanya interaksi antara antigen dengan klone limfosit B akan
merangsang sel tersebut untuk berdiferensiasi dan berproliferasi sehingga diperoleh
sel yang mempunyai ekspresi klonal untuk memproduksi antibodi. Produksi
9

antibody monoklonal merupakan gabungan penerapan teknik hibridoma dan


kloning. Dengan berkembangnya teknologi dan pengetahuan tentang molekul Ig,
maka kini dikenal teknik hibridoma untuk tujuan menghasilkan antibodi
monoklonal dalam jumlah banyak dan tidak terbatas oleh waktu dengan cara
kloning. Teknik hibridoma adalah suatu teknik dengan cara menggabungkan dua
macam sel eukariot dengan tujuan mendapatkan sel hibrid yang memiliki
kemampuan kedua sel induknya. Pada hakekatnya produksi antibodi monoklonal
tetap mengikuti prinsip teori seleksi klonal (Artama, 1990: 165). Pada dunia
kesehatan, antibodi monoklonal ini dapat digunakan untuk diagnosis kehamilan, uji
golongan darah ABO, dan uji serum (AIDS, Hepatitis). Prosedur produksi antibodi
monoclonal sebagai berikut.
1. Antigen yang telah dimurnikan disuntikkan ke hewan percobaan mencit (mice)
untuk mendapatkan sel limfosit B yang spesifik.
2. Limpa (spleen) dikeluarkan dari tikus setelah lebih dulu dimatikan dan
dikerjakaan secara aseptis.
3. Sel limfosit B sebagai penghasil Ab tersebut kemudian diisolasi dari limpa
(spleen) dipisahkan dari eritrosit dan cairan limpa dengan cara sentrifus (gradient
centrfuge).
4. Sel penghasil Ab tersebut kemudian diisolasi dan selanjutnya dikawinkan
dengan sel myeloma (sel kanker) dalam media PEG (polyethilene glycol) atau
dapat juga dengan virus Sendai.
5. Sel hibrid yang diperoleh kemudian diseleksi dalam medium HAT
(hypoxanthine aminopterin thimidin), oleh karena tidak semua sel hibrid yang
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan yakni sel limfosit B dengan sel
myeloma, akan tetapi dapat terjadi hibrid antara sel limfosit B dengan sel limfosit
B, atau sel myeloma dengan sel myeloma.
6. Sel hibrid yang terseleksi kemudian diuji untuk mengetahui kemampuan
menghasilkan Ab yang diharapkan, jika hasilnya pasti maka sel tersebut dikultur
(cloning) kemudian dipropagasi pada kultur jaringan (bioreaktor) atau
disuntikkan ke tikus (in vivo) untuk produksi MAb atau dapat pula dibekukan
untuk koleksi.
10

7. Sel hibrid yang terseleksi kemudian diuji (assay) untuk mengetahui kemampuan
menghasilkan Ab yang diharapkan denngan menggunakan kultur sel dan diuji
antibodi.
8. Jika hasilnya pasti, maka sel tersebut kemudian dipropagasi dengan
menggunakan kultur jaringan dalam skala besar (bioreaktor) untuk mendapatkan
sel turunan yang sama persis dengan induknya (cloning), atau disuntikkan ke
tikus (in vivo) untuk produksi MAB, atau dapat pula dibekukan untuk koleksi
(stock cell culture).

Gambar 3 Skema tahapan kegiatan produksi antibodi monoklonal dari imunisasi


sampai mendapatkan klon hibridoma
Sumber: (Machmud et al., 2004)

3. Produk Vaksin
Selain digunakan untuk memproduksi hormon maupun enzim, teknologi
DNA rekombinan juga digunakan untuk membuat vaksin. Pada aplikasi ini, secara
garis besar beberapa mikroorganisme digunakan untuk menghambat kemampuan
mikroorganisme patogen (penyebab penyakit). Mikrobia menjadi suatu bibit
11

penyakit dalam tubuh apabila mikrobia tersebut menghasilkan senyawa toksik bagi
tubuh manusia. Selain itu, bagian-bagian tubuh mikrobia seperti flagel dan
membran sel juga dapat menimbulkan penyakit. Hal ini karena bagian-
bagian tersebut kemungkinan terdiri dari protein asing bagi tubuh. Senyawa dan
protein asing ini disebut antigen.
Gen yang mengkode senyawa penyebab penyakit (antigen) diisolasi dari
mikrobia yang bersangkutan. Kemudian gen ini disisipkan pada plasmid mikrobia
yang sama, tetapi telah dilemahkan (tidak berbahaya). Mikrobia ini menjadi tidak
berbahaya karena telah dihilangkan bagian yang menimbulkan penyakit,
misal lapisan lendirnya. Mikrobia yang telah disisipi gen ini akan membentuk
antigen murni. Bila antigen ini disuntikkan pada manusia, sistem kekebalan
manusia akan membuat senyawa khas yang disebut antibodi.

Gambar 4 Vaksinasi dari virus Herpes


Sumber: www.berbagiilmuproduk-produkbioteknologi.com

4. Terapi Gen
Menurut Nurcahyo (2011), terapi gen adalah suatu teknik yang digunakan
untuk memperbaiki gen-gen mutan (abnormal/cacat) yang bertanggung jawab
12

terhadap terjadinya suatu penyakit. Pada awalnya, terapi gen diciptakan untuk
mengobati penyakit keturunan (genetik) yang terjadi karena mutasi pada satu gen,
seperti penyakit fibrosis sistik. Penggunaan terapi gen pada penyakit tersebut
dilakukan dengan memasukkan gen normal yang spesifik ke dalam sel yang
memiliki gen mutan. Terapi gen kemudian berkembang untuk mengobati penyakit
yang terjadi karena mutasi di banyak gen, seperti kanker. Selain memasukkan gen
normal ke dalam sel mutan, mekanisme terapi gen lain yang dapat digunakan adalah
melakukan rekombinasi homolog untuk melenyapkan gen abnormal dengan gen
normal, mencegah ekspresi gen abnormal melalui teknik peredaman gen, dan
melakukan mutasi balik selektif sehingga gen abnormal dapat berfungsi normal
kembali.
Secara garis besar ada dua macam cara yang biasa digunakan untuk
memasukkan gen baru ke dalam sel.
1. Terapi Gen Ex Vivo
Sel dari sejumlah organ atau jaringan (seperti kulit, system hemopoietik, hati )
atau jaringan tumor dapat diambil dari pasien dan kemudian dibiakkan dalam
laboratorium. Selama pembiakkan, sel itu dimasuki suatu gen tertentu untuk
terapi penyakit itu. Kemudian diikuti dengan reinfusi atau reimplementasi dari
sel tertransduksi itu ke pasien. Penggunaan sel penderita untuk diperlakukan
adalah untuk meyakinkan tidak ada respon imun yang merugikan setelah infuse
atau transplantasi. Terapi gen ex vivo saat ini banyak digunakan pada uji klinis,
kebanyakan menggunakan vector retrovirus untuk memasukkan suatu gen ke
dalam sel penerima.

2. Terapi Gen In Vivo


Organ seperti paru paru, otak, jantung tidak cocok untuk terapi gen ex vivo,
sebab pembiakan sel target dan retransplantasi tidak mungkin dilakukan. Oleh
karena itu terapi gen somatic, dilakukan dengan pemindahan gen in vivo.
Dengan kata lain dengan memberikan gen tertentu baik secara lokal maupun
sistemik. Penggunaan vector retrovirus memerlukan kondisi sel target yang
sedang membelah supaya dapat terinfeksi. Akan tetapi, banyak jaringan yang
merupakan target terapi gen, sebagian besar selnya dalam keadaan tidak
13

membelah. Akibatnya, sejumlah strategi diperlukan baik penggunaan system


vector virus maupun non-virus untuk menghantarkan gen terapetik ke sel target
yang sangat bervariasi seperti kulit, otot, usus, liver dan sel darah. Sistem
penghantar gen in vivo yang ideal adalah efisiensi tinggi masuknya gen terapetik
dalam sel target. Gen itu dapat masuk ke inti sel dengan sedikit mungkin
terdegradasi, dan gen itu tetap terekspresi walaupun ada perubahan kondisi

Gambar 5 Terapi Gen In Vivo dan Terapi Gen Ex Vivo


Sumber: (http://biologi-news.blogspot.co.id/2012/01/jenis-jenis-terapi-gen-gene-
therapy.html )
Terapi gen dapat dilakukan pada gen sel somatic maupun embrional, berikut
penjelasannya.
1. Terapi gen pada sel somatic
Terapi gena pada sel somatis (somatic gene therapy) yaitu usaha mereparasi gen
karena cacat bawaan dengan cara menyisipkan gene normal ke organisme
penderita, sebagai contoh kelainan metabolisme. Langkah-langkah terapi gena
sebagai berikut: sel sumsum tulang (bone marrow) atau sel kulit diekstrasi
(dikeluarkan) dari tubuh pasien kemudian dipelihara dalam medium kultur untuk
perbanyakan. Kemudian disisipkan gen normal ke dalam DNA sel tadi dengan
rekayasa gena ini diharapkan dapat menyebabkan perubahan genotipe sel yang
semula cacat. Transgenesis untuk mengembalikan rDNA tubuh pasien yang
menderita cacat bawaan. Terapi gene sel somatik dari sudut pandang sosial
14

masih menimbulkan masalah pro dan kontra. Masih dipertimbangkan dengan


alasan karena risiko dan keamanan.
2. Terapi Gena pada sel embrional
Terapi gena pada sel (Germ line gene therapy) yaitu usaha mereparasi gena
karena cacat bawaan, sebagai contoh kelainan metabolisme. Langkah-langkah
terapi gena sebagai berikut: misalnya sumsum tulang (bone marrow) atau sel
kulit diambil kemudian keduanya dipelihara dalam medium kultur vektor ke
dalam sel hospes dengan menggunakan metode mikroinjeksi DNA ke sel telur
terbuahi diikuti dengan implantasi sel telur termanipulasi ke induk titipan yang
telah dipersiapkan. Pada tikus dengan induksi dapat diperoleh 40 buah ova,
namun sel telur yang dapat dibuahi sekitar 20 buah. 2 pl buffer yang
mengandung klon plasmid DNA diinjeksikan ke salah satu dari pronukleus sel
telur terbuahi. Ada 2 buah pronukleus dari jantan dan betina, pronukleus jantan
lebih besar sehingga dipilih untuk diinjeksi. Pronuklei mengalami fusi
kemudian terbentuklah zygote diploid. Embryo ditumbuhkan pada medium in
vitro, sampai pembelahan sel tertentu. Kemudian diimplantasikan ke induk
titipan. Antara 3 – 10 % hewan yang berkembang mengandung kopi dari DNA
eksogen yang bersatu dengan kromosomnya
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
a. Bioteknologi farmasi dan kedokteran merupakan penerapan dan
pengembangan bioteknologi dalam bidang farmasi/obat-obatan yang
menunjang perbaikan kesehatan makhluk hidup serta perawatan
medis.
b. Komponen yang terlibat dalam bioteknologi farmasi dan kedokteran
dapat berupa bagian-bagian dari organisme yang digunakan dalam
menghasilkan produk atau jasa untuk kepentingan penelitian atau
pengembangan perawatan kesehatan dan obat-obatan
c. Contoh dari bioteknologi farmasi dan kedokteran diantaranya
pembuatan insulin, antibody monoclonal, vaksin dan terapi gen.
2. Saran
Dari pembuatan makalah ini ada beberapa hal yang perlu diperbaiki
diantaranya mahasiswa harus selalu mengikuti perkembangan informasi
mengenai bioteknologi farmasi, hal ini dikarenakan ilmu bioteknologi
farmasi yang terus berkembang dan memunculkan teori atau cara baru.

15
DAFTAR RUJUKAN

Ahmad, Ahyar. 2014. Bioteknologi Dasar. Makassar: LKPP Unhas.

Artama, W.T. (1990). Teknik Hibridoma untuk Porduksi Antibodi Monoklonal.


Makalah Kursus Immuno-bioteknologi. Yogyakarta: PAU UGM.

Betteng, R., Pangemanan, D., & Mayulu, N. 2014. Analisis Faktor Resiko
Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Ii
Puskesmas Wawonasa. Jurnal e-Biomedik, 2(2): 400-410.

Machmud, M., Harjosudarmo, Jumanto, Manzila, Ifa, & Suryadi, Yadi. 2004.
Pengembangan Teknik Produksi dan Aplikasi Antibodi Monoklonal
Ralstonia solanacerum. Kumpulan Makalah Seminar Hasil Penelitian BB-
Biogen Tahun 2004.

Madigan, M.T., Martinko, J.M., Dunlap, P.V. and Clark, D.P. 2009. (published
February, 2008) Brock Biology of Microorganisms, 12th edition, Pearson
Benjamin-Cummings, San Francisco

Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Fakultas MIPA


Universitas Negeri Yogyakarta.

Smith, J. E. 2009. Biotechnology Fifth Edition. New York: Cambridge University


Press.

Sudjadi. 2008. Bioteknologi kesehatan. Yogyakarta: Kanisius

Thieman, W.J, Palladino, M.A. 2004. Introduction to Biotechnology. San


Fransisco: Pearson Benjamin Cummings

16

Anda mungkin juga menyukai