Anda di halaman 1dari 99

LAPORAN TAHUNAN

POS KESEHATAN DESA BENGKELSARI

Oleh :

Ni Putu Aristiadewi,Amd.Keb.
NIP. 198807142017052006

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TABANAN


PUSKESMAS SELEMADEG BARAT
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu,

Puji Syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa,Tuhan Yang Maha Kuasa kami
panjatkan karena atas perkenan-Nya lah Laporan Tahunan Pos Kesehatan Desa Bengkelsari
Periode Tahun 2018 ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Laporan Tahunan Pos Kesehatan Desa Bengkelsari ini kami buat dalam rangka
menginformasikan Kinerja pelaksanaan manajemen puskesmas di lingkup Jabatan/Tugas
Pokok sebagai Penanggungjawab Pos Kesehatan Desa sekaligus Bidan Desa Bengkelsari
selama periode Tahun 2018, sebagai bentuk pertanggungjawaban Kinerja dan wujud penerapan
Akreditasi Puskesmas.

Dalam Laporan ini kami mencoba untuk memaparkan sistem manajemen puskesmas di
lingkup Pos Kesehatan Desa Bengkelsari selama Tahun 2018 meliputi Gambaran umum
wilayah kerja,Kegiatan Manajemen di lingkup Pos Kesehatan Desa
Bengkelsari,Perencanaan,Pelaksanaan dan Hasil Kegiatan,Analisis Situasi dan Tindak lanjut
permasalahan yang ada di Pos Kesehatan Desa Bengkelsari selama Periode Tahun 2018 dalam
bentuk Perencanaan periode Tahun berikutnya.

Akhirnya kami menyadari bahwa laporan Tahunan ini masih jauh dari sempurna dan
besar harapan kami mendapat masukan dan saran untuk perbaikan ke depannya dalam
kerangka perbaikan mutu dan kinerja di bidang tugas kami secara konsisten dan berkelanjutan
sesuai intisari akreditasi puskesmas.

Om Santi Santi Santi Om.

Bengkelsari,15 Desember 2018


Penanggungjawab Poskesdes/Bidan Desa Bengkelsari

Ni Putu Aristiadewi,Amd.Keb.
NIP. 198807142017052006

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

ABSTRAK..............................................................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................................1


B. Tujuan..........................................................................................................................3
C. Visi dan Misi Puskesmas...............................................................................................3

BAB II. ISI .............................................................................................................................4

A.Gambaran Umum Wilayah Kerja..................................................................................5


B. Manajemen Umum Pos Kesehatan Desa .....................................................................9
C. Manajemen Pos Kesehatan Desa Bengkelsari............................................................11
D.RPK dan Jadwal 2018 dan RUK 2019.........................................................................18
E.Hasil Kegiatan .............................................................................................................20
F. Analisis Situasi.............................................................................................................21
G.RPK 2019 dan RUK 2020 ..........................................................................................25

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................30

A. Kesimpulan.................................................................................................................31
B. Saran...........................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. RPK dan Jadwal Bulanan Periode Tahun 2018


2. IKK/Laporan Akuntabilitas Bulanan Periode Tahun 2018
3. PWS dan Grafik Radar Bulanan Periode Tahun 2018
4. PDCA RPK Bulanan Periode Tahun 2018
5. PDCA IKK Bulanan Periode Tahun 2018

ii
ABSTRAK
Latar belakang laporan ini adalah dalam rangka mengikuti Penilaian Tenaga Kesehatan
Dokter Teladan Tahun 2018 dan bertujuan memberikan informasi kinerja penulis dalam periode Tahun
2016 sampai saat ini.
Dalam rangka mencapai Visi mewujudkan Masyarakat Selemadeg Barat yang Sehat dan
Mandiri, penulis sebagai ASN telah melakukan berbagai terobosan baik dalam bidang tugas
Jabatan/Pokok dan tugas tambahan yang diembannya. Dalam periode Tahun 2016, selain menjabat
sebagai seorang Dokter Umum,penulis juga mendapatkan tugas tambahan sebagai
Penanggungjawab : Manajemen Mutu, UKP,laboratorium & Farmasi, Progran Promosi Kesehatan
dan Prolanis. Sedangkan dalam Periode Tahun 2017 s/d saat ini, penulis dipercaya menjabat sebagai
Kepala Puskesmas dan berbagai Tugas Tambahan baik di lingkup kedinasan dan Non Kedinasan.
Sebagai Tenaga Dokter Umum dan Penanggungjawab UKP,Laboratorium dan Farmasi salah
satu terobosan yang dilakukan adalah Pelayanan Pasien Asing dan Perbaikan di lingkup UKP (Upaya
Kesehatan Perorangan). Sebagai Penanggungjawab Manajemen Mutu telah berhasil membawa
Puskesmas sebagai Juara III Lomba Pelayanan Publik Tingkat Kabupaten Tabanan. Sedangkan inisiasi
pembentukan Klub Prolanis dan mengintegrasikannya dengan berbagai Program pendukung seperti
Yankestradkom,Promkes dll dilakukan selama menjadi Penanggungjawab Prolanis. Sementara
berbagai Terobosan diantaranya Pembuatan Inovasi “Promkes Mobile”, Pembentukan kader Jumantik
Junior di 20 Sekolah Dasar dan 2 Sekolan Menengah Pertama, Penggalangan Gertak PSN di 11 Desa
wilayah kerja, Pemberdayaan dan Revitalisasi Forum Desa Siaga dan Advokasi Anggaran Desa untuk
Kesehatan, Aktivasi kegiatan SMD dan MMD, Kerjasama dengan pihak ketiga (BPJS) dalam
pendanaan Kegiatan Gertak PSN, Pemberdayaan Wanita Usia Subur dalam memerangi kanker melalui
kegiatan pemeriksaan IVA dan sadari, Penggerakan Lintas Program-Lintas Sektor dalam strategi
pemberdayaan masyarakat dan promosi pembangunan berwawasan kesehatan telah dilakukan selama
menjadi Penanggungjawab Program Promosi Kesehatan.
Dalam Jabatan sebagai kepala puskesmas,penulis tetap teguh melakukan komitmen akreditasi
berupa perbaikan mutu dan kinerja berkelanjutan bersama semua staf Puskesmas (Akreditsi
Madya).Telah pula dilakukan berbagai strategi pendekatan manajemen diantaranya penerapan siklus
manajemen puskesmas di semua lini dan tingkatan sesuai amanat Permenkes 44 Tahun 2016,
Menerapkan kebijakan Koordinasi Konsultasi Bintek Monitoring (KKBM) sesuai Struktur Organisasi
Puskesmas, Melakukan kebijakan PDCA dalam evaluasi semua kegiatan puskesmas,menerapkan sistem
manajemen Rapat bertingkat mulai dari Rapat Pagi,Rapat Evaluasi Mingguan,Minggu Pengembangan
Sumberdaya Manusia (Minggu ke-2,Senin-Kamis), Rapat Bulanan meliputi Rapat Unit (Tanggal 1),
Rapat Mutu,Audit Internal dan Keselamatan pasien (Tanggal 2), Rapat Upaya (tanggal 3),Rapat Rutin
dan Lokmin Lintas Program (tanggal 4),Rapat Tinjauan Manajemen (Triwulan), Lokmin Lintas Sektor
(triwulan), Rapat Evaluasi Mid Term (Tengah Tahun),Rapat Tim Penilai Kinerja dan Tim Perencanaan
Tahunan. Disamping itu telah dilakukan interaksi dengan lingkungan dalam semua tahapan siklus
manajemen baik berupa komunikasi, sosialisasi dan publikasi informasi dan juga penjaringan
Masukan masyarakat secara berkelanjutan untuk mengetahui kebutuhan dan kepuasan masyarakat
untuk perbaikan kinerja dan mutu pelayanan puskesmas. Sistem penunjang manajemen berupa Tim
manajemen Mutu,Tim Audit Internal dan Tim Keselamatan pasien juga telah dibentuk dan menjalankan
kegiatan dengan konsisten dan berkelanjutan dalam rangka perbaikan mutu dan kinerja serta selalu
memperhatikan aspek keselamatan pasien,Pengunjung,Petugas dan lingkungan melalui penerapan
manajemen resiko di semua upaya puskesmas. Dalam melaksanakan kegiatan telah dikembangkan
beberapa kebijakan dasar yang harus diterapkan oleh semua staf diantaranya sistem PIS-PK,
Pelayanan Standar SPM Bidang Kesehatan sesuai siklus kehidupan,Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(Germas),Layanan Telemedicine,Puskesmas Ramah Anak,Puskesmas Santun Lansia dan Disabilitas.
Penerapan Kebijakan Manajemen Puskesmas di semua lini termasuk pelaksanaan siklus PDCA
telah mendorong peningkatan kinerja dan munculnya berbagai Inovasi di semua Upaya Puskesmas di
antaranya adalah SEPPAMA (Sehat Pejabat Pekerja & masyarakat) dan SI-KLEPON (Sistem
Informasi Kepegawaian & Laporan Elektronik Puskesmas Online).

Kata Kunci : Laporan Kinerja,Tugas jabatan dan tugas tambahan,Siklus manajemen dan PDCA,
Peningkatan Kinerja dan Inovasi.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peraturan Menteri Keehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat (Puskesmas) menyebutkan bahwa Jaringan Pelayanan Puskesmas meliputi
Puskesmas Pembantu (Pustu),Poskesdes (Pos Kesehatan Desa),Polindes (Pos Bersalin
Desa),Bidan Desa dan Puskesmas Keliling. Keberdaan Poskesdes selaku bagian dari
Puskesmas,seyogyangya juga melaksanakan prinsip dan siklus manajemen Puskesmas.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas mengamanatka puskesmas dan Jaringannya untuk melaksanakan siklus
manajemen yg terdiri dari Perencanaan,Penggerakan- Pelaksanaan dan Pengawasan
Pengendalian dan Penilaian..
Sehubungan dengan hal tersebut maka Poskesdes selaku bagian dari jaringan pelayanan
Puskesmas pada setiap kahir tahun wajib membuat Laporan terkait Perencanaan, Penggerakan-
Pelaksanaan dan Pengawasan Pengendalian dan Penilaian serta analisis dan Perencanaan
kegiatan tahun sebelumnya (N-1) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Tahun berikutnya (N)
dan Rencana Usulan Kegiatan Tahun N+1, yang tertuang dalam bentuk Laporan Tahunan
Poskesdes Bengkelsari Tahun 2018.

B. TUJUAN
b.1.Tujuan Umum
Tujuan Umum : untuk mengetahui dan memberikan gambaran dan informasi siklus
manajemen Puskesmas di Poskesdes Bengkel Sari dan merupakan bukti tertulis sekaligus
wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi selaku Penanggungjawab
Poskesdes dan Bidan Desa Bengkelsari.

b.2.Tujuan Khusus :
a).Mengetahui Gambaran Wilayah Kerja Poskesdes Bengkel Sari;
b).Mengetahui Manajemen Umum Poskesdes;
c).Mengetahui Manajemen Poskesdes Bengkelsari;
d).Mengetahui Rencana Pelaksanaan Kegiatan Poskesdes Bengkel Sari Tahun 2018 dan
Rencana Usulan Kegiatan Poskesdes Bengkelsari Tahun 2019;

1
e).Mengetahui Hasil Kegiatan Poskesdes Bengkelsari Tahun 2018;
f).Mengetahui Analisis Situasi Internal dan Eksternal Poskesdes Bengkelsari Tahun 2018
g).Mengetahui Rencana Pelaksanaan Kegiatan Poskesdes Bengkelsari Tahun 2019 dan
Rencana Usulan Kegiatan Poskesdes Bengkelsari Tahun 2020.

C. VISI DAN MISI


1. VISI
VISI Puskesmas Selemadeg Barat adalah “Terwujudnya kesehatan masyarakat yang
optimal dan mandiri di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat”
Visi ini mengandung makna bahwa Puskesmas Selemadeg Barat sebagai pemberi
pelayanan kesehatan tingkat pertama diharapkan dapat memberikan pelayanan
terbaik,bermutu dan berkinerja serta memperhatikan keselamatan pasien sesuai dengan
sumberdaya yang dimiliki dan memperhatikan kebutuhan masyarakat serta fungsinya
sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama di wilayah kecamatan Selemadeg barat
menuju terwujudnya derajat kesehatan masyarakat Kecamatan Selemadeg Barat yang
optimal dan mandiri dalam pembiayaan. Visi ini merupakan tindak lanjut dan
implementasi dari Visi Bupati Tabanan yaitu Tabanan SERASI (Sejahtera,Aman dan
Berprestasi) khususnya dalam mendukung mewujudkan aspek kesejahteraan yang salah
satu pondasi utamanya adalah kesehatan.

2. MISI
Dari visi tersebut diatas dijabarkan kedalam Misi sebagai berikut :
a. Meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
b. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan dengan pendekatan proaktif
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat
d. Meningkatkan kemandirian dalam pembiayaan kesehatan masyarakat.

Mewujudkan VISI dan MISI tersebut, Puskesmas Selemadeg Barat menerapkan


MOTTO yaitu “Kepuasan masyarakat adalah tujuan pelayanan kami” dan didukung
dengan Janji Layanan Puskesmas Selemadeg Barat yaitu : “ TERUS BERSEMI” yang
merupakan singkatan dari beberapa janji dasar pelayanan sebagai berikut :
TERUS = Terjangkau Untuk Semua

BER = Bersih

S = Simpatik

E = cEpat

2
M = aMan

I = berkualItas

BAB II
ISI

3
2.1.GAMBARAN UMUM WILAYAH KERJA (PUSKESMAS/POSKESDES/PUSTU)
1. Letak Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat meliputi Desa Mundeh, Desa Mundeh Kangin,
Mundeh Kauh, Desa Lumbung, Desa Lumbung Kauh, Desa Lalanglinggah, Desa Selabih,
Desa Antasari, Desa Bengkel Sari, Desa Tiying Gading dan Desa Angkah dengan jumlah
penduduk 22.483 jiwa (6.534 KK).

Gambar 2.1 Peta Batas Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Selemadeg Barat

Luas wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat adalah 99,68 km2, terdiri dari dataran
tinggi disebelah utara, dataran rendah dibagian timur dan pantai dengan komposisi luas
lahan yang hampir seimbang. Pemanfaatan tanah sebagai perkebunan, bangunan/ rumah,
sawah dan lain-lain.
Wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat meliputi keseluruhan wilayah Kecamatan
Selemadeg Barat, yang juga merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tabanan yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Jembrana.
Dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut:

4
 Utara : Wilayah kerja Puskesmas Pupuan
 Barat : Wilayah Kabupaten Jembrana
 Selatan: Samudara Indonesia
 Timur : Wilayah kerja Puskesmas Selemadeg

2. Wilayah Administrasi
Secara administrasi wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat terdiri dari 11 Desa
(sebelas) desa yang terdiri dari 73 dusun yaitu:
 Desa Lalanglinggah : terdiri dari 11 dusun
 Desa Selabih : terdiri dari 3 dusun
 Desa Lumbung : terdiri dari 8 dusun
 Desa Angkah : terdiri dari 8 dusun
 Desa Lumbung Kauh : terdiri dari 5 dusun
 Desa Mundeh : terdiri dari 8 dusun
 Desa Mundeh Kangin : terdiri dari 6 dusun
 Desa Mundeh Kauh : terdiri dari 5 dusun
 Desa Antosari : terdiri dari 7 dusun
 Desa Bengkel Sari : terdiri dari 5 dusun
 Desa Tiying Gading : terdiri dari 7 dusun
Semua wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat dapat dijangkau dengan kendaraan
roda dua dan roda empat, jarak tempuh dari desa ke Puskesmas rata-rata 30 menit, kecuali
Desa Mundeh Kangin jarak tempuh dari Puskesmas ke desa kurang lebih 1,5 jam.

3. Keadaan Penduduk
a. Jumlah dan Distribusi Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat 22.483 jiwa (6.534 KK)..
Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat
secara lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut :

5
Tabel 2.2 Nama Dusun/Lingkungan Dengan Jumlah Penduduk
NO DESA JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KK JUMLAH KET
LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 Mundeh 1.363 848 848 2.211
2 Lalanglinggah 1.954 2.017 1.027 3.971
3 Lumbung 934 944 612 1.878
4 Tiyinggading 1.158 1.150 607 2.308
5 Mundeh Kangin 1.039 1.051 531 2.090
6 Lumbung Kauh 647 639 378 1.286
7 Antosari 922 920 586 1.842
8 Mundeh Kauh 713 731 484 1.444
9 Angkah 1.058 1.068 694 2.126
10 Selabih 723 755 465 1.478
11 Bengkel Sari 676 674 302 1.350
TOTAL 11.167 11.235 6.534 22.402
Sumber : Data Kependudukan Kecamatan Selemadeg Barat tahun 2017

b. Profil Penduduk Pada Wilayah Puskesmas Selemadeg Barat


Jumlah Penduduk di Wilayah Puskesmas Selemadeg Barat tahun 2017, menurut data dari
Profil Kecamatan Selemadeg Barat sebanyak 22.483 jiwa. Sedangkan jumlah keluarga
miskin sebanyak 1.094 KK (16,74%). Jumlah Penduduk tertinggi di Desa Lalanglinggah yang
berjumlah 3.971 jiwa, sedangkan yang terendah di Desa Bengkel Sari yaitu 1.350 jiwa.
1) Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk di Wilayah Puskesmas Selemadeg Barat tahun 2017 adalah 226
jiwa/ Km , dengan jumlah penduduk per KK rata-rata 4 orang.
2

2) Sex Ratio
Sex Ratio penduduk di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat tahun 2017 bahwa
jumlah penduduk perempuan lebih banyak 11.235 jiwa (50,24%) dibandingkan dengan
jumlah penduduk Laki-laki 11.187 jiwa (49,76%).
3) Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur
Melalui data yang tersaji, dapat diketahui proporsi penduduk yang menjadi sasaran
program dan pelayanan kesehatan. Jumlah kelompok umur tertinggi pada kelompok
umur Wanita Usia Subur dengan jumlah 5.123 jiwa. Distribusi Penduduk Menurut
kelompok umur dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3. Kelompok Umur dan Jumlah Penduduk
NO KELOMPOK UMUR JUMLAH PENDUDUK
1. Bayi < 1 tahun 216
2. Anak 1-5 tahun 764
3. Anak Usia Sekolah (6-12 th) 207
4. Remaja 389
5. WUS 5.123

6
6. PUS 3.829

7. Bumil 227
8. Bufas 216
9. Lansia 3638
Sumber : Hasil Pendataan Terpadu Tahun 2017

4) Keadaan Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Baratdapat
dilihat pada tabel 2.4. adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO TINGKAT PENDIDIKAN PERSENTASE (%)


1. Tidak Tamat SD 4,8
2. SD 36,6
3. SMP 25,2
4. SMA 30,2
5. Akademi 1,6
6. Perguruan Tinggi 1,6
TOTAL 100
Sumber : Data Kecamatan Selemadeg Barat tahun 2017

Pada tabel tersebut dapat dilihat berdasarkan kelompok pendidikan paling tinggi Tingkat
Pendidikan SD sebanyak 36,6 %

5) Keadaan Ekonomi
Mata pencaharian penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat dapat
dilihat pada tabel 2.5 sebagai berikut.

Tabel 2.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

NO PEKERJAAN/MATA PENCAHARIAN PERSENTASE (%)


1. PNS 3,7
2. TNI/POLRI 0,9
3. BURUH/SWASTA 23,72
4. PEDAGANG 4,3
5. PETANI 27,1
6. NELAYAN 3,2

7
7. DLL (SOPIR, MONTIR, PENGRAJIN) 37
TOTAL 100
Sumber : Data Kecamatan Selemade Barat tahun 2017

Pada tabel tersebut dapat dilihat berdasarkan Pekerjaan tertinggi adalah bekerja sebagai
Petani sebanyak 27,1 %.

2.2.MANAJEMEN UMUM POSKESDES (PUSKESMAS/POSKESDES/PUSTU)


(diisikan Manajemen dan Kegiatan Ideal sesuai Pedoman)

2.3.MANAJEMEN POSKESDES BENGKELSARI


(yg dilaksanakan PUSKESMAS/POSKESDES/PUSTU)
Poskesdes Bengkelsari merupakan salah satu Jaringan Pelayanan Puskesmas
Selemadeg Barat yang berada di bawah koordinasi Penanggungjawab Jaringan Pelayanan
Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan (JPPJFPK) yang juga melaksanakann
siklus manajemen puskesmas dalam tingkat Poskesdes.

2.3.1. Kegiatan (Jelaskan secara detail kegiatan dalam dan luar gedung yang dilakukan
dalam setahun,baik kegiatan Manajemen dan Teknis)
Bertugas sebagai Pejabat Struktural yaitu Kepala Puskesmas Selemadeg Barat. Sesuai
dengan Peraturan Bupati Tabanan Nomor 53 Tahun 2016 tentang Kedudukan,Susunan
Organisasi,Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit Perangkat Daerah, maka uraian tugas
sebagai kepala puskesmas adalah sebagai berikut :
1). Merencanakan dan melaksanakan kegiatan Puskesmas;
2). Merumuskan sasaran kegiatan Puskesmas;
3). Membagi tugas kepada bawahan berdasarkan ketentuan yang berlaku agar tugas terbagi
habis;
4). Membina,memberi petunjuk dan memeriksa hasil kerja bawahan agar hasil kerja sesuai
dengan yang diharapkan;
5). Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pengembangan karier;
6). Menginventarisasi permasalahan serta mengupayakan alternatif pemecahannya;
7). Mengumpulkan dan mengolah data untuk pedoman kerja;
8).Melaksanakan urusan rumah tangga, kepegawaian,keuangan dan surat-menyurat
berdasarkan ketentuan yang berlaku;

8
9).Melakukan pelayanan kesehatan dan KB di wilayah puskesmas,mengevaluasi,mengawasi
dan mengendalikan pelaksanaannya berdasarkan ketentuan yang berlaku;
10).Melakukan pembinaan dan penyuluhan kesehatan dan KB di wilayah tugasnya kepada
masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
11).Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan;
12).Membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan sebagai bahan informasi dan
pertanggungjawaban kepada atasan.

Intisari implementasi atau operasionalisasi dari Tugas Pokok kepala puskesmas


tersebut di atas adalah bagaimana seorang kepala puskesmas bisa menjalankan manajemen
puskesmas dengan baik sehingga bisa membawa puskesmas menuju tujuan puskesmas
dengan mengelola berbagai sumberdaya puskesmas. Kami selaku kepala puskesmas harus
bisa menggerakkan sistem manajemen puskesmas dimulai dari melakukan analisis situasi
internal dan eksternal untuk menangkap berbagai permasalahan,kebijakan dan kebutuhan
masyarakat baik sebagai sasaran UKM dan atau UKP dan juga kebutuhan atasan termasuk
pemerintah. Dari analisis Situasi tersebut kepala puskesmas ditugaskan untuk
mengkoordinir berbagai kegiatan tindak lanjut baik berupa kegiatan rutin,kegiatan tambahan
bahkan kegiatan inovasi untuk menjawab berbagai permasalahan,kebijakan dan kebutuhan
masyarakat dalam bentuk pembuatan Rencana usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan baik yang bersifat tahunan dan Bulanan disesuaikan dengan prioritas
kegiatan dan kesediaan anggaran. Selanjutnya Kepala Puskesmas berkewajiban melakukan
pembagian tugas dan daerah binaan dalam usaha menyukseskan pelaksanaan Rencana
Tahunan dan Bulanan yang telah dibuat. Melalui berbagai mekanisme manajemen yang
bersifat rutin seperti Lokakarya Mini Bulanan Lintas Program dan Lokakarya triwulan
Lintas Sektor, dilakukan pengawasan,pengendalian dan penilaian pelaksanaan dan capaian
kegiatan program dan atau pelayanan, selain melakukan pembagian tugas melalui
koordinasi lintas program dan pembagian fungsi, peran dan kesepakata lintas sektor dalam
menghadapi berbagai permasalahan proses dan capaian program di bidang kesehatan.
Dalam rangka sosialisasi,berinteraksi dan sekaligus menjaring aspirasi,masukan dan
kebutuhan masyarakat serta kepuasan pelayanan,maka dilaksanakanlah berbagai cara
interaksi dengan lingkungan puskesmas (Masyarakat,lintas sektor,LSM dll.) diantaranya
melalui survey, kotak saran dan mekanisme manajemen lainnya dalam semua tahapan
kegiatan manajemen puskesmas. Siklus manajemen puskesmas ini dijaga agar tetap berputar
dengan misi perbaikan yang berkelanjutan dengan selalu memperhatikan peningkatan

9
mutu,kinerja dan keselamatan pasien dan sasaran program. Siklus perputaran manajemen
Puskesmas ini dijaga dengan penerapan alat ‘PDCA’ sebagai bentuk siklus manajemen kecil
puskesmas yang berputar di semua lini,mulai dari unit terbawah atau terkecil hingga unit
yang menengah seperti lingkup upaya sampai akhirnya dalam lingkup Puskesmas secara
berkesinambungan.Dalam melaksanakan tugas perputaran manajemen puskesmas ini,selain
struktur organisasi Permenkes Puskesmas,maka ada beberapa struktur organisasi fungsional
penunjang di antaranya Tim Manajemen Mutu,Tim Audit Internal,Tim Keselamatan
Pasien,Tim Penilaian Kinerja Puskesmas,Tim Perencanaan Puskesmas dan lain-lain. Dengan
bersinerginya semua lini puskesmas,diharapkan 3 fungsi Puskesmas dapat berjalan dengan
baik yaitu Puskesmas sebagai Pusat pelayanan kesehatan Strata Pertama di bidang Upaya
Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan masyarakat,Puskesmas sebagai Pusat
Pemberdayaan Masyarakat dan Puskesmas sebagai Pusat Pembangunan Berwawasan
kesehatan.
DAFTAR URAIAN TUGAS SEBAGAI KEPALA PUSKESMAS

NO. KEGIATAN KETERANGAN


I 1.1.TUGAS POKOK : KEPALA PUSKESMAS
1.2.URAIAN TUGAS POKOK :
-Menganalisis dan mempersiapkan sumber daya (6 M) Awal tahun & bulan
Puskesmas
-Mengkoordinir Pembuatan Rencana Strategis Puskesmas
-Mengkoordinir Pembuatan RUK Tahunan Puskesmas Awal Tahun
-Mengkoordinir Pembuatan RPK Tahunan Puskesmas
-Membuat Rencana Kerja Harian Petugas(RKHP) Akhir Bulan
-Memimpin Rapat Rutin,Lokmin Lintas Program,Rapat Mutu Harian
Bulanan dan Rapat Tinjauan Manajemen Mutu
-Melakukan Monev terkait persiapan,pelaksanaan dan Hasil Harian
Kegiatan Puskesmas (UKP,UKM Essensial,UKM
Pengembangan,Admen dll.)
-Melakukan Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor dalam Sesuai keperluan
pelaksanaan tugasnya,sesuai struktur organisasi dan tata kerja
yang berlaku
-Melakukan Pengawasan mandiri terhadap Proses kerja/Kegiatan Harian
kepala Puskesmas agar sesuai dengan Pedoman dan SOP yang
ada.
-Menuliskan Hasil kegiatan di Buku Kegiatan,Buku Harian
Koordinasi,Buku Konsultasi dan Monev
-Mengkoordinir Pembuatan Laporan Penilaian Kinerja
Puskesmas,Profil Puskesmas dan Laporan Tahunan Puskesmas
-Mengkoordinir Identifikasi Masalah kegiatan Puskesmas dan Harian,Bulanan
Penyebab serta Rencana Tindak Lanjut (RTL)
-Menjaring,menganalisis dan menindaklanjuti (RTL) masukan Harian

10
dari lingkungan kerja dan masyarakat
-Memasukkan semua Rencana Tindak Lanjut evaluasi kegiatan Awal Bulan
bulan sebelumnya ke dalam Rencana Pelaksanaan Kegiatan
bulan berikutnya
1.3.FUNGSI :
-PIMPINAN,MANAJER,KOORDINATOR DAN
PENANGGUNGJAWAB PUSKESMAS
1.4.TANGGUNG JAWAB :
-Menjaga Mutu dan Kinerja Kegiatan Puskesmas baik di dalam Harian
dan luar gedung Puskesmas
-Penanggungjawab Keuangan Puskesmas
-Bertanggungjawab dan memberikan laporan ke Kepala Dinas
Kesehatan
1.5.WEWENANG :
-Menentukan Kebijakan terkait kegiatan Puskesmas Harian dan sesuai
-Menunjuk Petugas untuk mengisi Struktur Organisasi beserta peraturan yang
uraian tugasnya berlaku
-Menegur dan memberikan sangsi kepada Pegawai sesuai
peraturan.
-Memberikan Penilaian Kinerja Pegawai melalui SKP dll.
-Mengatur Keuangan Puskesmas sesuai Peraturan.
-Mewakili Puskesmas dalam hubungan kerjasama dengan pihak
luar Puskesmas
II 2.1.TUGAS TAMBAHAN : PENANGGUNGJAWAB TIM Sesuai jadwal
MANAJEMEN MUTU,PENANGGUNGJAWAB TIM PENILAIAN
KINERJA PUSKESMAS,PENANGGUNGJAWAB TIM
PERENCANAAN,PENANGGUNGJAWAB PENGELOLAAN
KEUANGAN PUSKESMAS
2.2.URAIAN TUGAS TAMBAHAN,WEWENANG & Terlampir
TANGGUNGJAWAB :
III 3.1.TUGAS INTEGRASI : - Sesuai Jadwal
3.2.URAIAN TUGAS INTEGRASI,WEWENANG & Terlampir
TANGGUNGJAWAB :
IV MELAKUKAN TUGAS LAIN YANG DIPERINTAHKAN OLEH ATASAN Setiap saat
4.1.Wajib melakukan Pemberdayaan masyarakat khususnya Setiap kegiatan
terkait Konsep Pembangunan berwawasan Kesehatan berupa KIE
pada setiap Pasien yang diperiksa dan Penyuluhan/Promosi
Kesehatan pada setiap kegiatan yang dilakukan,baik kegiatan di
dalam dan di luar gedung Puskesmas.
4.2.Wajib selalu menjaga dan meningkatkan Mutu dan kinerja
dalam pelaksanaan Tugas masing-masing
4.3.Dll.

2.3.2.Sumber Daya POSKESDES


a. Ketenagaan

11
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama
Puskesmas Selemadeg Barat telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai dan
didukung oleh tenaga dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat, perawat gigi. Namum di
Puskesmas Selemadeg Barat belum memiliki tenaga analis kesehatan, Sanitarian, ahli gizi,
apoteker.
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu unsur terpenting dalam organisasi.
Jalan tidaknya suatu organisasi sangat tergantung dari keberadaan SDM. SDM Kesehatan yang
memiliki kompetensi tentu akan menunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan, program dan
pelayanan kesehatan. Jenis dan Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Selemadeg Barat pada
tahun 2017 sebanyak 81 orang. Adapun Jenis dan Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas
Selemadeg Barat pada tahun 2017 dapat dilihat pada tabell berikut.

Tabel 2.6 Data Pegawai Berdasarkan Jumlah dan Kualifikasi Pendidikan

12
No Jenis Tenaga Kesehatan JML Status Pegawai KET
PNS PTT Kontrak Sukarela
Daerah
1 Dokter Umum 4 2 2
2 Dokter Gigi 2 2
3 Perawat 30 12 18
4 Perawat Gigi 2 2
5 Bidan 30 16 11 3
6 Apoteker - -
7 Asisten Apoteker 1 1
8 Kesehatan Masyarakat - -
9 Sanitaria - -
10 Tenaga Gizi 1 1
11 Analis Kesehatan - -
12 Keterangan Fisik -
a. Fisioterafis - -
b. Terapi Okufasi - -
c. Akupuntur - -
13 Teknisi Medis -
a. Ahli Madya Radiografer - -
b. Teknik Elektromedik - -
c. Rekam Medis - -
14 Tenaga Non Medis -
a. Sopir 2 1 1
b. Security 3 3
c. CS 2 2
d. Waker 1 1
e. Admin 3 3
JUMLAH 81 37 41 3
Sumber : Data Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Selemadeg Barat tahun 2017

Sedangkan menurut kompetensi pendidikan 38,27% berpendidikan Diploma III,


1,23% berpendidikan Diploma IV, 22,22% berpendidikan Sarjana. Sementara yang
berpendidikan SLTA/SPK atau Sederajat sebanyak 38,27 % dan ada 1 orang tenaga
melanjutkan pendidikan dari Diploma III melanjukan ke pendidikan S1 Keperawatan.
Tabel 2.7 Tenaga Kesehatan Menurut Pendidikan di Puskesmas Selemadeg Barat Tahan 2017
No Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase Ket
1 Sarjana 18 22,22%
2 Diploma IV 1 1,23%
3 Diploma III 31 38,27% 1 melanjutkan S1 Keperawatan
4 SLTA/SPK/Sederajat 31 38,27%
JUMLAH 81 100
Sumber : Data Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Selemadeg Barat tahun 2017
b. Peralatan dan Sarana Kesehatan
Untuk melaksanakan kegiatan operasional pelayanan kesehatan, Puskesmas
Selemadeg Barat telah dilengkapi dengan fasilitas pelayanan dalam gedung seperti pada
tabel berikut.
Tabel 2.8 Fasilitas Pelayanan dan Ruangan Di Puskesmas Selemadeg Barat Th. 2017

13
No RUANGAN Jumlah 2017 Keterangan

1 Ruang Pendaftaran dan Informasi 1

2 Ruang Unit Gawat Darurat (UGD) 1

3 Ruang Pelayanan Pemeriksaan Umum 1

4 Ruang Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut 1

5 Ruang Pelayanan Kesehatan Ibu,KB dan IVA 1

6 Poli KB dan Pemeriksaan IVA 1

7 Ruang Pelayanan Imunisasi dan Anak (MTBS) 1

8 Ruang Promosi Kesehatan dan Yankestradkom 1

9 Ruang Persalinan 1

10 Ruang Kepala Puskesmas 1

11 Ruang Dapur 1

12 Ruang Laboratorium 1

13 Ruang Pelayanan Farmasi 1

14 Ruang Rekam Medik 1

15 Ruang Sterilisasi 1

16 Ruang Rawat Inap 10 Belum beroperasi

17 Ruang Pasca Persalinan 1

18 Ruang Rapat 1

19 Ruang Administrasi Kantor 1

20 Gudang Farmasi 1

21 Ruang Program 2

22 Gudang Umum 1

23 Ruang Telemedicine 1

24 Ruang Menyusi/ASI 1

25 Ruang Jaga Petugas 1

26 Ruang TB DOTS 1

27 Ruang Satuan Pengaman 1

Sumber : Data Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Selemadeg Barat tahun 2017

d. Sarana Penunjang

14
Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan pelayanan dan program, Puskesmas
Selemadeg Barat juga didukung dengan sarana penunjang seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.9 Sarana Penunjang di Puskesmas Selemadeg Barat Th. 2017

Kondisi
No Jenis sarana/Prasarana Jumlah Rusak Rusak Rusak Keterangan
Ringan Sedang Berat
I Sarana Kesehatan
1. Puskesmas Pembantu 7 1
2. Polindes/Poskesdes 5
3. Rumah Dinas Dokter
4. Rumah Dinas Perawat
5. Rumah Dinas Bidan
6. Puskesmas Keliling Roda 4 1
7. Ambulance 2
8. Sepeda Motor 4 1
II Sarana Penunjang
1. Komputer
2. Laptop
3. Lemari Pendingin besar/kecil
4. Frezeer
5. Telepon 1
6. TV besar/kecil 2
7. Sofa
8. Lemari kaca
9. Meja
10.Lemari es vaksin buka atas
11.Lemari es vaksin buka samping
12.Kursi roda
13.Kursi putar
14.Sterilisator listrik
15.AC
16.Rak TV
17. Alat Pemadam Kebakaran 2
18.Tempat tidur pasien
19.Tempat tidur besi
20.Incinerator -
21.EKG 1
22. Handy cam -
23. Kamera Digital -
24. Proyektor 3 1
25. Vakum Cleaner -
Sumber : Data Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Selemadeg Barat tahun 2017

6) Sumber Pembiayaan

15
Pembiayaan puskesmas bersumber dari pendapatan puskesmas yang digunakan
kembali sebagai biaya operasional. Sumber pendapatan puskesmas berasal dari jasa
pelayanan pasien Umum, JKN, APBD, Jampersal dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
Adapun pendapatan Puskesmas Selemadeg Barat dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.10a. Sumber dan Jumlah Pendapatan Puskesmas Selemadeg Barat sampai Tahun 2017
Jumlah Per Tahun
No Sumber Pendapatan
2016 2017
1 APBD Rp. 129.916.000 Rp. 86.144.513
2 JKN (BPJS) Rp. 223.459.200 Rp. 432.723.055
3 BOK Rp. 264.316.000 Rp. 530.293.000
JUMLAH Rp.617.691.200 1.049.160.568
Sumber : Laporan Keuangan Puskesmas Selemadeg Barat Th 2017

2.4.PERENCANAAN POSKESDES (PUSKESMAS/POSKESDES/PUSTU)


Untung mendukung tercapainya Visi Puskesmas Selemadeg Barat,maka selama Tahun
2018 Poskesdes Bengelsari melaksanakan kegiatan seperti tercantum dalam RPK dan jadwal
Poskesdes Tahun 2018 yang merupakan bagian dari Dokumen Rencana Pelaksanaan Kegiatan
dan Jadwal Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2018 yang disepakati dan ditetapkan pada saat
LOkakarya Mini Lintas Program Bulan januari Tahun 2018.

2.4.1. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) dan JADWAL Tahun 2018


(Lampirkan)

2.4.2. Rencana Usulan kegiatan (RUK) Tahun 2019


(Lampirkan)

2.5.HASIL KEGIATAN POSKESDES (PUSKESMAS/POSKESDES/PUSTU)


Hasil Pelaksanaan kegiatan Poskesdes seperti yang tertuang dalam RPK dan Jadwal
Poskesdes Tahun 2018 adalah sebagai berikut :

A.Capaian Indikator Kinerja Kegiatan


(Lampirkan)

B. SITUASI DERAJAT KESEHATAN


b.1. Umur Harapan Hidup
Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, keadaan sehat adalah
keadaan meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial dan bukan hanya keadaan
yang bebas penyakit, cacat dan kelemahan sehingga dapat hidup produktif secara sosial
ekonomi.

16
Derajat Kesehatan menurut HL. Blum dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan,
perilaku, dan umur harapan hidup. Umur Harapan Hidup Penduduk adalah rata-rata
kesempatan atau waktu hidup yang tersisa. Umur Harapan Hidup berbeda dengan lama
hidup, lama hidup adalah jumlah tahun maksimum penduduk untuk dapat hidup. Cara
menentukan Umur Harapan Hidup adalah dengan menunjukkan merata-ratakan semua
umur dari seluruh kematian pada waktu tertentu. Umur Harapan Hidup di Indonesia
meningkat dari 68,8 tahun di tahun 2004 menjadi 70,8 tahun di tahun 2015. Pada tahun
2035 diperkirakan meningkat lagi menjadi 72,2 tahun. Hal ini dapat terlihat dari
bertambahnya jumlah lansia yang merupakan dampak dari meningkatnya kualitas dan
standar pelayanan kesehatan di masyarakat. Pada Puskesmas Selemadeg Barat Umur
Harapan Hidup didapatkan sebesar 66.97 Tahun dari 65 kematian.

b.2. Angka Kematian (Mortality Rate)


Angka Kematian secara umum berkaitan erat dengan tingkat Angka Kesakitan dan
Status Gizi. Indikator untuk menilai keberhasilan program pembangunan kesehatan dapat
dilihat dari perkembangan Angka Kematian.
Besarnya tingkat Angka Kematian dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain :
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Jumlah kematian penduduk yang berusia di bawah satu tahun per 1000 kelahiran
hidup pada tahun tertentu disuatu daerah disebut Angka Kematian Bayi (AKB). AKB
merupakan indikator yang sangat berguna untuk mengetahui status kesehatan anak
khususnya bayi dan dapat mencerminkan tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan
lingkungan secara umum, status kesehatan penduduk secara keseluruhan serta tingkat
perkembangan sosial ekonomi masyarakat.Jumlah Kematian bayi Tahun 2017 adalah 2
orang dan Jumlah kelahiran adalah 232 orang sehingga Angka Kematian Bayi tahun 2017
adalah 8.6 per 1000 kelahiran hidup. Kalau dibandingkan dengan target Angka Kematian
Bayi (AKB) menurut MDG’s Tahun 2015 sebesar 23/1000 Kelahiran Hidup (KH),maka AKB
tersebut sudah di bawah target.

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi AKB secara umum adalah tingkat
kesakitan dan status gizi, kesehatan ibu waktu hamil dan proses penanganan persalinan.

17
Gangguan perinatal merupakan salah satu dari sekian faktor yang mempengaruhi
kondisi kesehatan ibu selama hamil yang mempengaruhi perkembangan fungsi dan
organ janin.

Grafik 2.10b Angka Kematian Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Th 2015 s/d 2017

Sumber: Program Kesehatan Ibu dan anak Puskesmas Selemadeg Barat

Data pada grafik di atas menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di
wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat tahun 2015 sampai dengan 2017 ada tiga
kematian akibat aspiksia dan BBLR, rendahnya AKB tidak terlepas dari pemerataan
pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya, dekatnya masyarakat terhadap akses layanan
kesehatan, meningkatnya pendapatan masyarakat serta perbaikan gizi yang dapat
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.

2. Angka Kematian Balita (AKABA)


AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal
sebelum mencapai usia 5 tahun dan dinyatakan per 1000 kelahiran hidup. Angka
kematian balita dihitung dengan menjumlahkan kematian bayi dengan kematian balita.
Berdasarkan pedoman MDGs disebutkan bahwa nilai normatif >140 tinggi, 71-140
tinggi, 20-40 sedang dan <20 rendah. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan
kesehatan anak-anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan
anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Angka Kematian Balita
(AKABA) di Kecamatan Selemadeg Barat dilaporkan tidak ada kematian balita selama
kurun waktu 3 tahun terakhir.

18
Secara Nasional ditetapkan AKABA sebesar 40/1000 KH. Pada tahun 2017
terdapat kematian umur 0-4 tahun sebanyak 2 orang di wilayah kerja Puskesmas
Selemadeg Barat dengan jumlah kelahiran hidup sebesar 232 orang, sehingga Angka
kematian Balita tahun 2017 di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat adalah 8.6
per-1000 KH yang berarti sudah lebih rendah dari target nasional. Rendahnya angka
kematian balita (AKABA) di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat disebabkan
karena baiknya gizi balita, rendahnya faktor risiko yang mengakibatkan kematian bagi
balita, perilaku orang tua dalam pemberian gizi anak cukup baik serta peranan dari
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Tabel 2.11 Angka Kematian Balita (AKABA) di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat
Tahun 2015, 2016 dan 2017
Indikator Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
AKABA 4.5/1000 KH 9.2/1000 KH 8.6/1000 KH
Sumber : Laporan Program Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Selemadeg Barat

3. Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka kematian ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal pada tahun
tertentu dengan penyabab kematian yang terkait gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,
melahirkan dan masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama
kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini secara langsung digunakan untuk
memonitor kematian terkait kehamilan. Angka Kematian Ibu Maternal berguna untuk
menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi, kesehatan ibu,
kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil,
waktu melahirkan dan masa nifas.Keberhasilan pembangunan sektor kesehatan
senantiasa menggunakan indikator AKB dan AKI sebagai indikator utamanya. Kematian
ibu di Kecamatan Selemadeg Barat dalam tiga tahun terakhir ditemukan sebanyak 1
orang yaitu pada tahun 2015 dengan penyebab Kelainan Jantung. Ini menunjukkan
bahwa kwalitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil di Kecamatan Selemadeg Barat
cukup baik. Disamping itu pula akses terhadap sarana pelayanan sangat mudah karena
penyebarannya bidan praktek swasta sebagai jaringan yang dimiliki oleh Puskesmas
Selemadeg Barat hampir merata di wilayah Selemadeg Barat.

19
Tabel 2.12 Angka Kematian Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2015, 2016 dan 2017
Indikator Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
AKI 452 per-100.000 KH 0 per-100.000 KH 0 per-100.000 KH

Sumber : Laporan Program Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Selemadeg Barat

b.3. Angka Kesakitan


Sepuluh penyakit yang paling banyak ditemukan pada kasus rawat jalan di
Puskesmas Selemadeg Barat pada tahun 2015 s/d 2017 Angka kesakitan baik insiden
maupun prevalen dari suatu penyakit disebut morbiditas dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:

Tabel 2.13 Sepuluh Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Selemadeg Barat

Jumlah Nama penyakit Jumlah Jumlah


No Nama penyakit Nama penyakit
2015 2016 2017

1 ISPA 1904 ISPA 2045 ISPA 2009

2 Rheumathoid Rheumathoid
Artritis 1292 Artritis 1250 Hipertesi 1709

3 Gastritis 1184 Hipertensi primer 1234 Rhematik 1377

4 Hipertensi primer 1114 Gastritis 1056 Gastritis 1031

5 Kecelakaan & Ruda Kecelakaan & Kecelakaan dan


Paksa 1003 Ruda Paksa 895 Ruda Paksa 860

6 Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak


Alergi 570 Alergi 658 Alergi 561

7 Comond Cold 380 Comond Cold 425 Common Cold 385

8 Obs. Febris 276 Obs. Febris 341 Malaise 338

9 Penyakit Pulpa & Penyakit Pulpa &


Jar. Periapikal 234 Jar. Periapikal 254 Obs Febris 304

10 Hipotensi 133 Malaise 234 Mialgia 299

Sumber: SP2TP Puskesmas Selemadeg Barat tahun 2017

20
Berdasarkan data 10 besar penyakit kasus rawat jalan di Puskesmas Selemadeg
Barat tahun 2017 penyakit yang paling banyak diderita pada semua kelompok umur masih
di dominasi oleh penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) yaitu sebanyak 2.009
kasus. Angka kesakitan baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit disebut
morbiditas. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada
kurun waktu tertentu dan berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan
masyarakat.

1) Penyakit Menular
a) TB Paru
Penyakit TB Paru merupakan penyakit re emerging masih terus ditemukan di
Provinsi Bali. Secara nasional TB Paru merupakan penyakit tropis yang sangat erat
kaitannya dengan kemiskinan. TB Paru merupakan penyakit yang masih tinggi angka
kejadiannya bahkan merupakan yang tertinggi ketiga di dunia. MDGs menetapkan
penyakit TB Paru sebagai salah satu target penyakit yang harus diturunkan selain HIV
AIDS dan Malaria. Hasil pengobatan penderita TB Paru dipakai indikator succses rate,
dimana indikator ini dapat dievaluasi setahun kemudian setelah penderita ditemukan
dan diobati. Sukses rate akan meningkat bila pasien TB Paru dapat menyelesaikan
pengobatan dengan baik tanpa atau dengan pemeriksaan dahak. Pada tahun 2017
angka sukses rate sebesar 85,71%.

Angka penemuan kasus TB Paru tahun 2017 sebesar 8,33%. Penemuan kasus
yang rendah ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat dan rendahnya
keinginan untuk memeriksakan diri apa bila mengalami batuk yang lama, yang
mengakibatkan rendahnya cakupan penemuan kasus TB dimasyarakat ini dibuktikan
dengan jumlah cakupan penemuan suspek TBC sebesar 33,33 % dari target yang
ditetapkan yaitu 120 penemuan suspek TBC.

Meskipun sukses rate kasus TB Paru di Kecamatan Selemadeg Barat dalam


kurun waktu tiga tahun terakhir telah 85,71%, namun upaya untuk menurunkan Case
Rate dan meningkatkan Success Rate terus harus dilakukan dengan cara meningkatkan
sosialisasi penanggulangan TB Paru sesuai manajemen DOTS melalui jejaring internal
maupun eksternal rumah sakit serta sektor terkait lainnya. Disamping meningkatkan

21
jangkauan pelayanan, upaya yang tidak kalah penting dan perlu dilakukan dalam
rangka penanggulangan penyakit TB Paru adalah meningkatkan kesehatan lingkungan
serta perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Kasus TB Paru sangat dipengaruhi
oleh kepadatan penduduk dan kemiskinan, karena penularan TB Paru adalah melalui
kontak langsung dengan penderita. Status gizi juga mempengaruhi kasus TB Paru
terutama angka kesembuhannya, dengan status gizi yang baik penderita TB Paru akan
lebih cepat pulih.

b) Pneumonia
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli. Penyakit ISPA yang menjadi
masalah dan masuk dalam program penanggulangan penyakit adalah pneumonia
karena merupakan salah satu penyebab kematian anak. Pneumonia adalah infeksi akut
yang menyerang jaringan paru (alveoli). Infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri, jamur,
virus atau kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi rentan yang
terserang pneumonia adalah anak umur < 2 tahun. Penemuan dan tatalaksana kasus
adalah salah satu kegiatan program penanggulangan.

Penderita pneumonia yang ditemukan dan ditangani di Puskesmas Selemadeg


Barat sebanyak 1 kasus (13%) di tahun 2017. Capaian ini jauh dari taget yaitu 18 kasus,
ini disebabkan karna banyak khasus Pnemonia yang tidak terlacak dan dilaporkan
dimasyarakat dan kebanyakan orang tua langsung membawa anaknya ke dokter
spesialis anak untuk berobat. Pneumonia pada balita lebih banyak disebabkan karena
faktor seperti kurang gizi, status imunisasi yang tidak lengkap, terlalu sering
membendung anak, kurang diberikan ASI, riwayat penyakit kronis pada orang tua bayi
atau balita, sanitasi lingkungan tempat tinggal yang kurang memenuhi syarat
kesehatan, orang tua perokok dan lain sebagainya. Upaya yang telah dilakukan untuk
menanggulangi kasus pneumonia pada bayi atau balita adalah menghilangkan faktor
penyebab itu sendiri melalui peningkatan status gizi bayi/balita, peningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS), peningkatan sanitasi lingkungan tempat tinggal serta
peningkatan status imunisasi bayi atau balita.

c) Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)

22
HIV/AIDs merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus
Human Immunodeficiency Virus yang menyerang system kekebalan tubuh
penderitanya sehingga penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga
sangat mudah terinfeksi berbagai macam penyakit yang lain. Sebelum memasuki fase
AIDS, penderita terlebih dahulu dinyatakan sebagai HIV positif. HIV positif dapat
diketahui dengan 3 cara yaitu VCT, dan zero survey. Sejak tahun 2016 telah dibuka
pemeriksaan VCT di Puskesmas Selemadeg Barat dan sejak saat itu ditemukan kasus
HIV positif melalui pemeriksaan rapid test. Pada Tahun 2017 Puskesmas Selemadeg
Barat khasus yang diobati sebanyak 2 kasus. Pelayanan kesehatan orang dengan resiko
terinfeksi HIV 69 kasus. Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi
penyebaran kasus HIV-AIDS di Selemadeg Barat adalah dengan melakukan penyuluhan
kelompok di posyandu, banjar, pertemuan lintas sektoral di kelurahan dan penyuluhan
di dalam gedung. Tujuan penyuluhan atau KIE tersebut adalah agar kelompok berisiko
tersebut mau datang ke puskesmas untuk mengecek VCT untuk memeriksakan diri
secara berkala dan melakukan perlindungan diri.

d) Infeksi Menular Seksual (IMS)


IMS merupakan jenis penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan sexual dengan
orang yang mengidap IMS. Oleh karena IMS merupakan salah satu pencetus timbulnya
kasus HIV-AIDS di masyarakat, maka Puskesmas Selemadeg Barat telah melakukan
berbagai upaya untuk mencegah dan mengurangi penularan penyakit menular seksual
(PMS), termasuk dampak sosialnya diantaranya :

 Penyuluhan/KIE kepada masyarakat umum, anak sekolah/remaja maupun


kelompok resiko tinggi

 Penemuan dan Pengobatan

 Melakukan konseling

Tahun 2017 jumlah penderita IMS (Infeksi Menular Seksual) sejumlah 11 kasus dengan
distribusi perbanjar sebagai berikut:

Grafik 2.14 Data Sasaran Penderita IMS (Infeksi Menuar Seksual)


di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

23
Sumber: Program P2M Puskesmas Selemadeg Barat

e) Diare
Diare dapat didefinisikan sebagai kejadian buang air besar berair lebih dari tiga kali
namun tidak berdarah dalam 24 jam, bila disertai dengan darah disebut disentri.
Penyakit gastroenteritis lain seperti diare berdarah dan tifus perut klinis juga termasuk
ke dalam sepuluh besar penyakit baik di Puskesmas maupun catatan rawat inap di
rumah sakit. Meskipun jumlah kasus diare cukup tinggi, namun angka kematiannya
relatif rendah.

Serangan penyakit yang bersifat akut mendorong penderitanya untuk segera mencari
pengobatan ke pelayanan kesehatan. Dalam perjalanan alamiahnya sebagian besar
penderita sembuh sempurna.

Angka kesakitan akibat diare yang dilayani di Puskesmas Selemadeg Barat dalam tiga
tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini :

Grafik 2.15 Jumlah Kasus Daire di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat

Tahun 2015 s/d 2017

24
Telah terjadi ningkatan kasus diare di tahun 2017 sebanyak 100 kasus diare. Gejala
diare yang terkesan ringan dan dapat diobati sendiri oleh penderitanya menyebabkan
penderita enggan mendatangi sarana pelayanan kesehatan. Penanggulangan diare
dititikberatkan pada penanganan penderita untuk mencegah kematian dan promosi kesehatan
tentang hiegyne sanitasi dan makanan untuk mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB). Upaya yang
dilakukan oleh jajaran kesehatan baik oleh Puskesmas maupun dinas kesehatan adalah
meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, kaporitisasi air minum dan
peningkatan sanitasi lingkungan.

f) Malaria
Angka kesakitan malaria untuk Jawa dan Bali diukur dengan Annual Parasite
Rate Incidence (API). Pada tahun 2017 tidak terdapat kasus penyakit malaria positif
dari hasil pemeriksan secara klinis terhadap 126 sampel darah di Puskesmas
Selemadeg Barat karena banyaknya pendatang atau keluarga wasyarakat di wilayah
Selemadeg Barat yang dating berkunjung dari daerah-daerah yang endemik malaria.
Penyakit malaria bukan merupakan penyakit endemis tetapi merupakan kasus-kasus
import dari penduduk yang berasal dari daerah endemis malaria atau orang Bali
khususnya yang berasal dari atau yang pernah tinggal di daerah endemis malaria
seperti NTT, Maluku dan Papua.
g) Kusta
Kusta adalah penyakit kulit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium leprae.
Bila penyakit kusta tidak ditangani maka dapat menjadi progresif menyebabkan

25
kerusakan permanen pada kulit, saraf, mata dan anggota gerak. Strategi global WHO
menetapkan indicator eliminasi kusta adalah angka penemuan penderita/ new case
detection rate (NCDR). Dengan NCDR 0,0005 per 10.000 penduduk sudah dapat
dikatagorikan sebagai daerah rendah kusta dengan mengacu pada indikator pusat
bahwa daerah dengan NCDR 0,50 per 10.000 penduduk sudah dapat dikatakan sebagai
daerah rendah kusta.
Pada Tahun 2017 ditemukan 1 kasus kusta di Banjar Puncaksari desa Mundeh
Kauh. Keberhasilan penanganan kasus kusta di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg
Barat tidak terlepas dari upaya intensif dari dinas kesehatan, Puskesmas dan jajarannya
serta adanya kemauan penderita untuk sembuh dari penyakit kusta. Kasus kusta
sampai dengan tahun 2017 di Selemadeg Barat sudah bisa ditekan menjadi < 1 per
10.000 penduduk. Indikator yang dipakai dalam menilai keberhasilan program kusta
adalah angka proporsi cacat tingkat II (cacat yang dapat dilihat oleh mata). Angka ini
dapat dipakai untuk menilai kinerja petugas, bila angka proporsi kecacatan tingkat II
tinggi berarti terjadi keterlambatan penemuan penderita akibat rendahnya kinerja
petugas dan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang tanda/gejala penyakit kusta.
Indikator lain yang dipakai menilai keberhasilan program adalah adanya
penderita anak diantara kasus baru, yang mengindikasikan bahwa masih terjadi
penularan kasus di masyarakat. Proporsi kasus anak di Selemadeg Barat sebesar 0%.
Dalam lima tahun terakhir prevalensi kusta tidak mengalami penurunan yang
signifikan, akan tetapi masih berada pada posisi eliminasi kusta.
2) Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
Untuk mencegah supaya tidak terjadi kasus penyakit ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan. Salah satunya adalah dengan imunisasi. Beberapa penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi antara lain:
a) Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke
tubuh melalui luka. Penyakit ini dapat menginfeksi bayi baru lahir apabila pemotongan
tali pusat tidak dilakukan dengan steril. Pada tahun 2015 sampai dengan 2017 di
Selemadeg Barat tidak ditemukan kejadian tetanus neonatorum.
b). Poliomyelitis dan Acute Flaccid Paralysis (AFP)/ Lumpuh Layuh Akut
Penyakit poliomyelitis merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Penyebab penyakit tersebut adalah virus polio yang menyerang system
syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Kelompok umur 0-3 tahun

26
merupakan kelompok umur yang paling sering diserang penyakit ini, dengan gejala
demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. AFP
merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot
tanpa penyebab yang jelas dan kemudian berakhir dengan kelumpuhan. Selama tiga
tahun terakhir tidak ditemukan kasus polio di wilayah kerja puskesmas Selemadeg
Barat. Hal ini menunjukkan kinerja Puskesmas Selemadeg Barat sudah baik.
b) Campak
Penyakit campak adalah penyakit akut yang mudah menular baik pada balita, anak-
anak maupun orang dewasa yang disebabkan oleh virus campak. Penularan campak
dapat terjadi melalui udara yang terkontaminasi dan secret orang yang terinfeksi. Pada
tiga tahun terakhir tidak ditemukan kejadian campak. Keberhasilan menekan kasus
campak tidak terlepas dari pelaksanaan imunisasi campak secara rutin baik di tingkat
Puskesmas dan sarana kesehatan lainnya, penyediaan sarana vaksin yang sudah
memadai, tenaga yang mencukupi serta kesadaran masyarakat untuk mendapatkan
imunisasi campak bagi bayi/balitanya.
3) Penyakit Potensial KLB/Wabah
a) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan
ditularkan oleh vector nyamuk aedes aegypty. Indonesia merupakan negara tropis
yang secara umum mempunyai risiko terjangkit penyakit DBD, karena vektor
penyebabnya yaitu nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di kawasan pemukiman
maupun tempat-tempat umum, kecuali wilayah yang terletak pada ketinggian lebih
dari 1000 meter di atas permukaan laut. Serangan penyakit DBD berimplikasi luas
terhadap kerugian material dan moral berupa biaya rumah sakit dan pengobatan
pasien, kehilangan produktivitas kerja dan yang paling fatal adalah kehilangan nyawa.
Perjalanan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) cepat dan dapat mengakibatkan
kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia. Kecamatan Selemadeg Barat
merupakan daerah endemis DBD, karena selama 3 tahun berturut – turut selalu
dilaporkan adanya kasus DBD. Namun belum ada dilaporkan kasus kematian yang di
sebabkan oleh kasus DBD tersebut.
Grafik 2.16 Kasus Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat
Th. 2015 s/d 2017

27
Sumber Data : Pemegang Program SurveilansDBD Puskesmas Selemadeg Barat

Tiga hal penting dalam upaya pemberantasan DBD adalah 1) Peningkatan


surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) diagnosis dini dan pengobatan dini, 3)
peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Upaya
pemberantasan vektor yang telah dilaksanakan melalui pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) melalui 3M plus (Menguras,menutup dan mengubur) plus menabur larvasida.
Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan PSN
adalah angka bebas jentik (ABJ). Tahun 2017 ABJ Kecamatan Selemadeg Barat adalah
sebesar 96,06 %.

Adanya kasus DBD di di Kecamatan Selemadeg Barat disebabkan oleh


lingkungan dengan tingkat sanitasi yang kurang memadai, tingkat kepadatan penduduk
serta tingkat kepadatan populasi nyamuk aedes aegypty yang tinggi, serta masih
rendahnya peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk. Berbagai
upaya telah diambil untuk menanggulangi penyakit Demam Berdarah di masyarakat,
diantaranya adalah melalui Fogging massal maupun fokus, Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) melalui program 3 M plus, penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
serta peningkatan sanitasi lingkungan, pembentukan jumantik untuk murid SD kelas 3,
4, 5 di Sekolah-sekolah dasar di wilayah Selemadeg Barat dan pemberdayaan
pembentukan jumantik di keluarga.

Kebijakan lain yang telah ditempuh dalam upaya menurunkan Angka Kejadian
DBD adalah dengan mengangkat petugas Juru Pemantau Jentik (jumantik) yang

28
ditempatkan di masing – masing banjar, dimana bertugas melaksanakan pemantauan
jentik ke rumah – rumah penduduk. Berbagai upaya yang telah dilakukan diharapkan
dapat menurunkan kasus DBD dan kejadian luar biasa yang lebih besar dapat dicegah.

b) Rabies
Rabies merupakan penyakit dengan CFR yang sangat tinggi, yang disebabkan oleh
infeksi virus rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kera
yang di dalam tubuhnya mengandung virus rabies. Pada tahun 2015 s/d 2017 di
Kecamatan Selemadeg Barat tidak ada kasus rabies .
c) Keracunan Makanan
Sampai tahun 2017 di Kecamatan Selemadeg Barat belum pernah ada kejadian
keracunan makanan.

C. SITUASI UPAYA KESEHATAN


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 bahwa Pusat
Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan tingkat
pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya yang terdiri dari Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya
Kesehatan Perorangan, yaitu :
1. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
1. Pelayanan Promosi Kesehatan termasuk UKS
2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
3. Pelayanan KIA KB yang bersifat UKM
4. Pelayanan Gizi Yang Bersifat UKM
5. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
6. Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
2. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan
1. Pelayanan Kesehatan Jiwa
2. Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat
3. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
4. Pelayanan Kesehatan Olahraga
5. Pelayanan Kesehatan Indra
6. Pelayanan Kesehatana Lansia
7. Pelayanan Kesehatan Kerja
3. Upaya Kesehatan Perorangan, Kefarmasian dan Laboratorium
1. Pelayanan Pemeriksaan Umum
2. Pelayanan Kesehatan gigi dan Mulut

29
3. Pelayanan KIA/KB yang bersifat UKP
4. Pelayanaan Kegawat Daruratan
5. Pelayanan Gizi yang bersifat UKM
6. Pelayanan Persalinan
7. Pelayanan Rawat Inap Untuk Puskesmas yang menyediakan pelayanan rawat Inap
8. Pelayanan Kefarmasian
9. Pelayanan Laboratorium
4. Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan
1. Puskesmas Pembantu
2. Puskesmas Keliling
3. Bidan Desa
4. Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan

c.1. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial (UKM Esensial) dan Keperawatan Kesehatan
Masyarakat
1. Pelayanan Promosi Kesehatan (Promkes) termasuk UKS
Setiap program kesehatan dikembangkan dengan tujuan untuk memecahkan masalah
kesehatan. Masalah kesehatan timbul bukan saja karena kuman penyakit, tetapi juga
perilaku manusia. Oleh karenaitu program penanggulangan masalah kesehatan harus pula
mencakup aspek edukatif yang menangani masalah perilaku sehat. Dengan demikian
penyuluhan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap program
kesehatan. Setiap petugas kesehatan yang berhubungan langsung dengan masyarakat
mempunyai tugas penyuluhan. Ada satu Indikator kerja yang belum tercapai yaitu jumlah
dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan.
Tabel 2.17 Pencapaian Program Promkes di Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017
CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Cakupan desa siaga aktif Mencapi
11 desa 70% 11 100%
target
2 Jumlah kebijakan publik yang 3 Mencapi
berwawasan kesehatan 11 desa kebijak 5 100% target
an
3 Prosentase kecamatan yang memiliki Mencapi
11 desa 60% 5 100%
kebijakan phbs target
4 Prosentase desa yang memanfaatkan Mencapi
11 desa 30% 7 60%
dana desa minimal 10 % untuk ukbm target
5 Jumlah dunia usaha yang Belum
memanfaatkan csr-nya untuk program _ 12% 1 8% Mencapi
kesehatan target
6 Jumlah organisasi kemasyarakatan yang Mencapi
10
memanfaatkan sumberdayanya untuk 9 10 100% target
Ormas
mendukung kesehatan

30
7 Jumlah tema pesan dalam komunikasi, Mencapi
informasi dan edukasi kepada 11 desa 10 20 100% target
masyarakat

a. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat


Dalam rangka mencapai Tabanan Sehat maka kegiatan promosi Kesehatan harus
ditingkatkan dengan cara melengkapi materi penyuluhan untuk pasien, masyarakat
dan Kader. Materi penyuluhan dengan berbagai topik kesehatan bisa berupa leaflet,
lembar balik, film, Power Point dan poster - Penyuluhan dilakukan didalam gedung
dan diluar gedung.
1) Penyuluhan Dan Konseling Didalam Gedung
Dilaksanakan di Ruang MTBS, Ruang Promkes, Pojok Laktasi, Pojok oralit dan
diruang tunggu melalui leaflet, lembar balik, DVD/VCD dan kaset.
a) Bahan penyuluhan dan alat peraga tersedia (leaflet, poster, majalah dinding,
lembar balik,DVD/VCD)
b) Petugas penyuluh adalah para medis yang pada saat tersebut terjadwal.
c) Penyuluhan dengan media poster didinding/tembok agar mudah dibaca oleh
pengunjung.

2) Penyuluhan diluar gedung


Dilaksanakan di posyandu, sekolah, pertemuan /rapat di kelurahan/kecamatan, saat
ada Mobil sehat dan puskesmas keliling. Terjadwal lengkap dengan Notulen, daftar
hadir dan RTL

3) UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat)


Salah satu contoh partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan dalam bentuk Upaya
Kesehatan Berbasis Kesehatan (UKBM) salah satunya adalah Posyandu. Posyandu di
Wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat pada tahun 2017 dilaporkan sebanyak 73
posyandu balita dan 72 posyandu lansia.
Adapun strata posyandu sebagai berikut:
a) Posyandu Balita
Puskesmas Selemadeg Barat memiliki 73 Posyandu diantaranya 27,3 % dengan
tingkatan Pratama dan 72,7 % dengan tingkatan Madya data posyandu dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.18 Data Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Th. 2017

No Desa Jumlah Posyandu Tingkatan Jumlah Kader

31
1 Lalanglinggah 11 posyandu Madya 1,Purnama 10 55 orang
2 Antosari 7 posyandu Madya 2,Purnama 5 35 orang
3 Selabih 3 posyandu Purnama 3 15 orang
4 Mundeh 8 posyandu Purnama 8 40 orang
5 Mundeh Kauh 5 posyandu Purnama 5 25 orang
6 Lumbung Kauh 5 posyandu Purnama 5 25 orang
7 Bengkel Sari 5 posyandu Purnama 5 25 orang
8 Tiyinggading 7 posyandu Purnama 7 35 orang
9 Lumbung 8 posyandu Purnama 8 45 orang
10 Angkah 8 posyandu Purnama 8 40 orang
11 Mundeh Kangin 6 posyandu Purnama 6 30 orang
JUMLAH 73 posyandu 365 orang
Sumber data : Data Capaian Desa Siaga Aktif Tahun 2017

a. Posyandu Lansia
Semua banjar di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat sudah terbentuk pada
tahun 2017 namun tidak semua posyandu lansia aktif dalam melasanakan
kegiatan.
Tabel 2.19 Data Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Th. 2017

No Desa Jumlah Posyandu


1 Lalanglinggah 10 posyandu
2 Antosari 7 posyandu
3 Selabih 3 posyandu
4 Mundeh 8 posyandu
5 Mundeh Kauh 5 posyandu
6 Lumbung Kauh 5 posyandu
7 Bengkel Sari 5 posyandu
8 Tiyinggading 7 posyandu
9 Lumbung 8 posyandu
10 Angkah 8 posyandu
11 Mundeh Kangin 6 posyandu
JUMLAH 72 posyandu
Sumber data : Data dari Pemegang Program LansiaTahun 2017

4) PHBS (Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat)


Pada tahun 2017 dilakukan pemantauan terhadap rumah tangga dengan
jumlah sasaran 210 Rumah Tangga per desa. Total jumlah sasaran 2310 Rumah tangga
dengan capaian pada triwulan I sejumlah 41,6 %, Triwulan II 87,8%, dan pada Triwulan
III 100 % rumah tangga telah ber-PHBS.

Grafik 2.20 Grafik Pemantauan PHBS Rumah Tangga Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat
Tahun 2017

32
Sumber : Data Profil PHBS Program Promkes Tahun 2017

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


Usaha Kesehatan Sekolah merupakan program strategis dengan sasaran sekitar 23% dari
seluruh penduduk yaitu anak usia sekolah (usia 5-19 tahun) yang merupakan kelompok usia
yang sangat rawan karena berada dalam periode pertumbuhan dan perkembangan. Oleh
sebab itu Pemkab Selemadeg Barat mengeluarkan kebijakan untuk memberikan pembinaan
khusus kepada anak didik. Diharapkan dalam 12 tahun mendatang akan terlihat perubahan
perilaku anak sekolah secara menyeluruh serta memberikan imbas pada keluarga dan
lingkungannya. Puskesmas Selemadeg Barat sebagai ujung tombak pelaksanaan program UKS
bidang kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat, memiliki sasaran : SD/MTs
sebanyak 20 sekolah dan SLTP sebanyak 2 sekolah. Berikut adalah data dan pencapaian
program UKS Selemadeg Barat

Tabel 2.21 Pencapaian Program Promkes di Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017
CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Cakupan penjaringan kesehatan sesuai Mencapi
standar pada siswa kelas 1 SD,kelas VII SMP 393 100% 393 100% target
dan setingkat
2 Cakupan pemeriksaan berkala siswa SD dan Belum
91,17
SMP 1495 100% 1363 mencapai
%
target
3 Cakupan sekolah dengan pembinaan dokter Belum
kecil 20 100% 6 30% mencapai
target

33
4 Cakupan sekolah dengan pembinaan KKR Mencapi
2 100% 2 100%
target

Tujuan program UKS : Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi


belajar peserta didik dengan meningkatkan PHBS serta derajat kesehatan peserta didik
dan menciptakan lingkungan yang sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya.
Kegiatan yang dilaksanakan berpedoman pada Trias UKS :
1) Pendataan murid baru ( kelas 1 )
2) Penjaringan terintegrasi dengan programPromkes, Kes mata, THT, Kesling, Gizi
3) Pemeriksaan berkala
Kegiatan lain yang terintegrasi dengan program lain :
4) Pelaksanaan BIAS
5) Penyuluhan Kesehatan (PHBS)
6) Pembinaan dokter kecil
7) Pembinaan PKPR di SD dan SMP
8) Pembinaan warung sekolah dan lingkungan sekolah
Kegiatan Yang Sudah Dilakukan :
1) Pendataan murid baru (kelas I)
Berikut adalah data dari hasil pendataan murid/siswa baru di wilayah kerja Puskesmas
Selemadeg Barat dapat dilihat pada tabel 2.22

34
Tabel 2.22 Data Murid Baru SD di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Th 2017
Kls I Kls II Kls III Kls IV Kls V Kls VI JUMLAH
J
Nama Sekolah
L P JML L P JML L P JML L P JML L P JML L P M L P TOTAL
L
SD 1 Selabih 4 9 13 8 4 12 3 1 4 3 7 10 0 0 0 2 7 9 20 28 48
SD 2 Selabih 6 3 9 6 3 9 10 12 22 7 7 14 6 7 13 6 6 12 41 38 79
SD 1 Lalanglinggah 10 8 18 12 14 26 8 6 14 14 8 22 4 9 13 6 6 12 54 51 105
SD 2 Lalanglinggah 2 6 8 3 7 10 3 8 11 5 2 7 4 0 4 5 5 10 22 28 50
SD 3 Lalanglinggah 9 12 21 9 5 14 14 9 23 9 9 18 6 5 11 11 7 18 58 47 105
SD 1 Mundeh 6 7 13 11 8 19 12 8 20 8 7 15 6 7 13 7 10 17 50 47 97
SD 2 Mundeh 9 10 19 12 8 20 3 5 8 12 8 20 4 6 10 12 9 21 52 46 98
SD 1 Mundeh Kauh 4 11 15 9 11 20 3 3 6 10 8 18 7 14 21 9 13 22 42 60 102
SD 2 Lumbung 3 0 3 2 2 4 4 1 5 6 5 11 3 2 5 5 3 8 23 13 36
SD 3 Lumbung 1 1 2 4 3 7 7 2 9 5 2 7 3 6 9 1 2 3 21 16 37
SD 1 Lumbung Kauh 6 5 11 3 6 9 5 3 8 7 7 14 6 13 19 7 7 14 34 41 75
SD 1 Bengkel Sari 0 2 2 2 1 3 0 3 3 4 5 9 4 2 6 6 1 7 16 14 30
SD 2 Bengkel Sari 1 1 2 1 3 4 0 0 0 3 4 7 2 5 7 4 0 4 11 13 24
SD 1 Angkah 7 4 11 9 3 12 3 6 9 4 5 9 7 3 10 5 6 11 35 27 62
SD 2 Angkah 2 0 2 4 7 11 3 3 6 4 2 6 5 6 11 6 5 11 24 23 47
SD 1 Tiyinggading 5 7 12 5 4 9 11 10 21 6 9 15 4 10 14 13 6 19 44 46 90
SD 2 Tiyinggading 1 2 3 3 5 8 4 2 6 5 3 8 3 1 4 0 0 0 16 13 29
SD 1 Antosari 8 10 18 9 5 14 9 5 14 8 5 13 6 7 13 10 3 13 50 35 85
SD 1 Mundeh Kangin 13 10 23 5 7 12 8 10 18 8 2 10 5 9 14 10 7 17 49 45 94
Sd 2 Mundeh Kangin 3 2 5 4 6 10 7 4 11 4 1 5 5 5 10 8 6 14 31 24 55
TOTAL 693 655 1348

Tabel 2.23 Data Murid Baru SMP di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Th 2017
Kls VII Kls VIII Kls IX JUMLAH
Nama Sekolah
L P JML L P JML L P JML L P TOTAL
SMP 1 Selemadeg Barat 77 77 154 93 81 174 95 81 176 265 239 504
SMP 2 Selemadeg Barat 11 11 22 16 16 174 17 9 26 44 36 80
TOTAL 309 275 584

35
2) Pembinaan Dokter Kecil
Untuk pembinaan dokter kecil diambil 10% jumlah murid di masing-masing sekolah.
Sekolah yang dokter kecil dan KKR nya sudah dilatih mulai dari sekolah SD, SMP yang
berada di wilayah Puskesmas Selemadeg Barat. Pembinaan KKR dilaksanakan 6 kali
yaitu di SD 1 Lalanglinggah, SD 2 Lalanglinggah, SD 1 Selabih, SD 2 Selabih, SD 1
Mundeh, SD 1 Antosari dan SMP 1 Selemadeg Timur
3) Pembinaan Sekolah
Meliputi: pembinaan kantin, pembinaan lingkungan sekolah. Untuk tahun 2017
semua sekolah sudah dibina kantin dan lingkungannya serta sudah diberi
penyuluhan.
4) Pembinaan sekolah Lomba
Antara lain: Lomba dokter kecil, Lomba Kader Kesehatan Remaja (KKR), Pembinaan
Lomba PKTP (Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna).
Dalam pelaksanaan UKS masih ada beberapa kendala yang perlu diperbaiki
diantaranya hasil screening anak-anak yang memerlukan perawatan perlu
ditindaklanjuti dengan koordinasi antara petugas kesehatan, guru dan orang tua.

2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan ( Kesling)


Upaya kesehatan lingkungan adalah upaya untuk meningkatkan kesehatan lingkungan
melalui usaha sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum,
termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan meningkatkan peran serta
masyarakat yang dapat memberi pengaruh jelek terhadap kesehatan mereka. Sehingga
tujuan program ini adalah berubahnya, terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik
dan lingkungan yang terdapat di masyarakat yang dapat memberi dampak yang kurang
baik terhadap kesehatan mereka. Capaian Target kegiatan Kesehatan Linkungan secara
garis besar telah mencapai target, ada 2 (dua indikator yang belum mencapai target ini
dikaranakan di desa ada kegiatan upacara ada yang tidak mungkin untuk melalukan
kegiatan di desa tersebut). Capaian target program dapat dilihat pada tabel 2.24
dibawah ini:

Tabel 2.24 Capaian Target Kinerja Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Selemadeg Barat Tahun

2017

36
CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Persentase sarana air minum yang dilakukan Melum
pengawasan 11 100% 10 90,91 Mencapai
target
2 Cakupan inspeksi Higiene dan sanitasi Sudah sesai
100 80% 81 81,18
makanan dan minuman Target
3 Cakupan inspeksi penyehatan tempat Sudah sesai
11 85% 9 90,91
pembuangan sampah dan limbah Target
4 Cakupan inspeksi penyehatan lingkungan Sudah sesai
2510 85% 2282 90,92
pemukiman dan jamban keluarga Target
5 Cakupan Pengawasan sanitasi TTU 169 90,10 Melum
216 100% Mencapai
target
6 Cakupan pembinaan pengawasan kantin Sudah sesai
22 90% 22 100
sekolah Target
7 Cakupan pengendalian vector Sudah sesai
11 Desa 85% 11 96,00
Target
8 Cakupan Desa yang melaksanakan STBM Sudah sesai
6 Desa 100% 6 100%
Target
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

Kegiatan program kesehatan lingkungan yang telah dilaksanakan dalam tahun 2017
meliputi kegiatan :
1) Pengawasan Kualitas Air
Kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat Puskesmas Selemadeg Barat bersumber
dari Perlindungan Mata Air, Perpipaan, Sumur Gali, Sumur Bor, PDAM,
Penampungan Air Hujan dan Sumur Pompa Tanggan sesuai dengan data sebagai
berikut:
Tabel 2.25 Data Sumber Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Th 2017
No Desa Perlindungan Perpipaan PDAM Penampungan Sumur Sumur Sumur
Mata Air Air Hujan Bor Gali Pompa
Tangan
1 Lalanglinggah 2 7 10 12
2 Antosari 3 41
3 Selabih 10 3
4 Mundeh 1 15 2 1 72
5 Mundeh Kauh 5 5 4
6 Lumbung 3 3
Kauh
7 Bengkel Sari 1 1
8 Tiyinggading 2 5 5 4
9 Lumbung 8
10 Angkah 3 8 1 6 1
11 Mundeh 3 9 4
Kangin
Sumber : Pendataan Sasaran Kesling Tahun 2017
Cakupan pemakaian air bersih rumah tangga secara keseluruhan masyarakat sudah
mencapai 100 %, baik diperoleh dari sarana umum maupun pribadi/milik sendiri.

37
2) Kaporitisasi
Kaporitisasi dilaksanakan oleh petugas Puskesmas, oleh kader dan masyarakat
sendiri, sebagian besar masyarakat telah mengetahui manfaat dari kaporitisasi,
namun masih ada yang belum mau menggunakan kaporit karena bau dan rasa air
kurang enak, Selain itu persedian Kaporit dari dinas Kesehatan Kabupaten kerkadang
kosong yang mengakibatkan lambatnya distribusi kaporitisasi pada sumber air bersih
yang dibutuhkan oleh warga.
3) Inspeksi Sumber Air Bersih
Kegiatan inspeksi sanitasi sarana air bersih dilakukan terhadap fisik sarana selain
PDAM yaitu perpipaan, Sumbur gali, sumur bor, perlindungan mata air, pemapungan
air hujan, sumur pompa tanggan. Inspeksi dilakukan dengan mengunakan instrument
Inspeksi sanitasi IKL (Inspeksi Kesehatan Lingkungan Sumber Air Bersih), sehingga
diketahui tingkat risiko pencemaran pada sumber air tersebut adapun hasil inspeksi
dapat dilihat pada tabel 2.26 sebagai berikut :

Tabel 2.26 Hasil Inspeksi Sanitasi Sumber Air Bersih di wilayah Puskesmas Selemadeg Barat Th. 2017
No Desa Jumlah SAB Jumlah SAB Hasil Risiko Pencemaran
yang di IS Ringan Sedang Tinggi Anat Tinggi
1 Lalanglinggah 31 5 5
2 Antosari 44 4 1 2 1
3 Selabih 13 2 2
4 Mundeh 91 3 3
5 Mundeh Kauh 14 2 2
6 Lumbung Kauh 6 2 2
7 Bengkel Sari 2 2 1 1
8 Tiyinggading 16 3 2 1
9 Lumbung 8 2 1 1
10 Angkah 19 3 2 1
11 Mundeh Kangin 16 3 1 2
TOTAL 260 31 15 15 1
Sumber: Hasil Inspeksi Sanitasi SAB Kesling

Dari hasil inspeksi sanitasi yang telah dilaksanakan ada beberapa sarana sumur gali
yang mempunyai resiko pencemaran ringan ( 0,5% ), sedang ( 0,4,9%) dan tinggi
(0,01%). Dengan permasalahan : Sumber air tidak di lengkapi dengan pelindung, bibir
sumur kurang dari satu meter tidak sempurna sehingga memungkinkan air
merembes ke dalam sumur, dinding sumur tidak disemen sepanjang kedalaman 3 m,
sewaktu-waktu ada genangan air di atas lantai. Ada jamban dengan jarak kurang dari
10 meter sekitar sumur, tidak ada saluran air limbah, ada sumber pencemaran lain.

38
Upaya yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan ini adalah dengan
advokasi perbaikan sarana dan melaksanakan penyuluhan.
4) Pengambilan Sempel
Untuk mengetahui kualitas airnya didukung dengan hasil pemeriksaan laoratorium
(untuk pemeriksaan bakteriologis) dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.27 Hasil Pemeriksaan Bakteriologis SAB di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Th. 2017
Hasil Pemeriksaan Bakteriologis
No Desa Diperiksa
Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi
1 Lalanglinggah 2 1 1
2 Antosari 1 1
3 Selabih 1 1
4 Mundeh 1 1
5 Mundeh Kauh 1 1
6 Lumbung Kauh 1 1
7 Bengkel Sari 1 1
8 Tiyinggading 1 1
9 Lumbung 1 1
10 Angkah 1 1
11 Mundeh Kangin 1 1
TOTAL 12 11 1
Sumber : Data pemeriksaan Sempel air Kesehatan Lingkungan Th. 2017

Dalam tahun 2017 ini ada pengambilan sampel yaitu baru 0,05% dari 260 sarana
yang ada, hal ini disebabkan mungkin terbatasnya dana yang ada.
5) Pengawasan Lingkungan Pemukiman
a) Pengawasan Jamban Keluarga ( Jaga )
Data akses Jaga di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat dapat sebagai besar
telah memiliki jamban, persentase askses jamban tertinngi pada desa Mundeh yaitu
99,76 % dan yang paling rendah desa Mundeh Kangin dengan presentase 82,06 %,
Persentase Akses Jamban Persentase akses jamban keluarga sebanyak 97,08 %,
masih adanya warga yang buang air besar sembarangan seberas 1,34 %. Upaya yang
dilaksanakan adalah dengan melaksanakan penyuluhan dan pemicuan masyarakat
dan aparatur di masing-masing banjar yang angka BABSnya masih tinngi. Persentase
Akses Jamaban Keluarga di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat dapat dilihat
pada tabel 2.28

Tabel 2.28 Data Akses Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

39
Akses Jamban
Nama
Jumlah
No Kelurahan/ JSP JSSP Sharing BABS %
KK
Desa Akses
KK % KK % KK % KK % Jamban

1 Mundeh Kangin 657 535 81,43 115 0,18 3 0,46 4 0,61 82,06

2 Mundeh Kauh 467 448 95,93 15 3,21 2 0,43 2 0,43 99,57

3 Selabih 479 438 91,44 34 7,10 2 0,42 5 1,04 98,96

4 Lalang Linggah 1216 1201 98,77 0 0,00 12 0,99 3 0,25 99,75

5 Mundeh 851 804 94,48 43 5,05 2 0,24 2 0,24 99,76

6 Tiying Gading 719 667 92,77 27 3,76 15 2,09 10 1,39 98,61

7 Bengkel Sari 447 406 90,83 9 2,01 19 4,25 13 2,91 97,09

8 Lumbung Kauh 377 348 92,31 21 5,57 3 0,80 5 1,33 98,67

9 Angkah 694 617 88,90 30 4,32 34 4,90 13 1,87 98,13

10 Lumbung Kauh 610 558 91,48 35 5,74 7 1,15 10 1,64 98,36

11 Antosari 590 507 85,93 51 8,64 14 2,37 18 3,05 96,95

TOTAL 7107 6529 91,30 380 4,1438 113 1,6433 85 1,341 97,08

Sumber : Data Baseline STBM

b) Pengawasan Rumah
Pengawasan rumah dilakukan dengan menggunakan indikator kartu rumah.
Secara keseluruhan rumah yang diperiksa dan memenuhi syarat dapat dilihat
pada tabel dibawah ini

Tabel 2.29 Data Pengawasan Rumah di Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

Rumah Yang
Jml Rumah Yang Peiksa
No Desa KK Memenihi Syarat
Rumah
JML % JML %
1 Lalanglinggah 1.027 978 784 80,16% 735 93,75%
2 Antosari 586 511 452 88,45% 440 97,35%
3 Selabih 465 451 384 85,14% 376 97,92%
4 Mundeh 848 512 347 67,77% 330 95,10%
5 Mundeh Kauh 484 467 356 76,23% 345 96,91%
6 Lumbung Kauh 378 278 206 74,10% 189 91,75%
7 Bengkel Sari 302 265 200 75,47% 180 90,00%
8 Tiyinggading 607 586 426 72,70% 416 97,65%
9 Lumbung 612 573 407 71,03% 386 94,84%
10 Angkah 694 623 485 77,85% 475 97,94%
11 Mundeh Kangin 531 488 385 78,89% 367 95,32%
TOTAL 6.534 5.732 4.432 77,07% 4.239 95,32%

40
Pada Tabel tersenut dapat dilihat jumlah rumah yang di lakukan Pemeriksaan
sejumlah 4.432 rumah (77,07 %) dari jumlah tersebut 95,32 % telah memenuhi
syarat kesehatan sesuai dengan indikator Kartu Rumah. Kriteria yang dipergunakan
adalah kriteria rumah sehat yang mencakup sarana dasar yang ada di rumah
tersebut. Walaupun sudah mencapai target, upaya penyuluhan akan tetap
dilaksanakan secara berkesinambungan baik oleh kader kesehatan lingkungan di
masing-masing banjar dan oleh petugas puskesmas

6) Pengawasan TTU ( Tempat- Tempat Umum)

Ada beberapa jenis TTU yang ada di Wilayah Puskesmas Selemadeg Barat , data
jumlah dan inspeksi sanitasi TTU yang ada di wilayah Puskesmas Selemadeg Barat
dapat dilihat dapa tabel di bawah ini:

Tabel 2.30 Data Pengawasan TTU di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

No JENIS SARANA JUMLAH JUMLAH DIPERIKSA HASIL PEMERIKSAAN


TERDATA JML % MS % TMS %
1 Hotel 8 80,00% 8 100,0% 0 0%
Melati/Losmen 10
2 Salon Kecantikan/ 6 66,67% 3 50,0% 3 50%
pangkas rambut 9
3 Tempat Rekreasi 5 5 100,00% 4 80,0% 1 20%
4 Gedung 70 89,74% 60 85,7% 10 14%
pertemuan 78
5 Masjid/musola 1 1 100,00% 1 100,0% 0 0%
6 Gereja 2 2 100,00% 2 100,0% 0 0%
7 Pura 96 62 64,58% 54 87,1% 8 13%
8 Pasar 2 2 100,00% 2 100,0% 0 0%
9 Apotik 1 1 100,00% 1 100,0% 0 0%
10 Sarana kesehatan 12 12 100,00% 12 100,0% 0 0%
TOTAL 216 169 90,10% 90,28% 9,72%
Sumber : Laporan Inspeksi TTU Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

TTU sehat di wilayah Puskesmas Barat mencapai 90,28% dari jumlah TTU yang
diperiksa (169 tempat) ini masih belum mencapai target yaitu 100% ini dikarenakan ada
sebagian TTU belum memiliki sarana dasar sanitasi. Upaya yang akan dilakukan antara
lain pendekatan/pembinaan kepada pihak pengelola TTU untuk mengupayakan
membangun sarana sanitasi dasar dan mengupayakan bantuan pemerintah dan
masyarakat / pengelola untuk pembuatan sarana sanitasi dasar.

41
7) Pengawasan TPM (Tempat Pengolahan Makanan)

Ada Beberapa jenis TPM di wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat yang tersebar
di desa-desa Kecamatan selemadeg Barat. Pendataan dan inspeksi sanitasi telah
dilaksanakan pada 35 Tempat Pengolahan Makanan (55,14%) dan yang memenuhi
syarat 76,67% (30 Tempat Pengolahan Makanan) .Data TPM dan hasil Inspeksi
sanitasi TPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.31 Data Pengawasan TPM di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

No JENIS SARANA JUMLAH JUMLAH DIPERIKSA HASIL PEMERIKSAAN


TERDATA JML % MS % TMS %
1 Warung Makan 84 30 35,71% 25 83,33% 5 16,67%
2 Rumah Makan 1 1 100% 1 100% 0 0,00%
3 Industri Makanan & 2 100% 2 100% 0 0,00%
minuman 2
4 Depot Air Minum 5 2 40% 2 100% 0 0,00%
TOTAL 92 35 55,14% 30 76,67% 5 3,33%
Sumber : Laporan Inspeksi Sanitasi TPM 2017

Untuk beberapa TPM yang belum memenuhi syarat karena pedagang masih
sulit merubah prilakunya, sehingga pedagang belum bisa melaksanakan saran-saran
dari petugas kesehatan. Upaya yang akan dilakukan adalah dengan memberikan
pembinaan dan penyuluhan secara berkesinambungan.

8) Pendampingan Pelaksanaan Desa STBM

STBM merupakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang miliki 5 (lima) pilar dalam
pelaksanaannya diantaranya, (1) stop BABS (Buang Air Besar Sembarangan) (2) Cuci
Tangan Pakai Sabun (3) Pengolahan Sampah Rumah Tangga (4) Pengolahan Limbah
Rumah Tangga dan (5) Penolahan makanan dan Minuman Rumah tangga. Untuk
mewujutkan hal tersbut Puskesmas Selemadeg Barat telah Melaksanakan kegitan
diantaranya :

a) Pemicuan Stop BABS

Pemicuan Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) di masyarakat pada
prinsipnya adalah “pemicuan” terhadap rasa jijik, rasa malu, rasa takut sakit, rasa
berdosa dan rasa tanggung jawab yang berkaitan dengan kebiasaan BAB di
sembarang tempat. Di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat telah

42
dilaksanakan Pemicuan di banjar yang paling tinggi angka BABSnya di setiap Desa
diantaranya : Br. Sembung Desa Lumbung, Br. Antagana Kaja Desa Tiying Gading,
Br. Nyuh Gading Desa Mundeh, Br. Angkah Pondok Desa Angkah, Br. Selabih
Pangkung Kuning Desa Selabih dan Br. Bengkel Desa Bengkelsari.

b) Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Kampanye CTPS dilakukan untuk memberikan sosialisasi cara mencuci tangan


yang benar dengan tujuh langkah menggunakan sabun dibawah air mengalir,
kegiatan menyasar pada ibu rumah tangga yang diharapkan bisa menerapkan
kebiasaan ini dirumah tangga dan menularkannya ke anggota keluarga yang
lainnya. Kegitan ini dilaksanakan terintegrasi dengan kegiatan posyandu dan
kegiatan promkes.

c) Sosialisasi STBM kepada Aparat dan Masyarakat

Sosialisasi STBM kepada Aparat dan Masyarakat dilaksanakan bertujuan untuk


membentuk komitmen masyarakat dalam melaksanaaan STBM di wilayah
tersebut. Sosialisasi STBM ini melibatkan pihak desa, tokoh-tokoh masyarakat,
Majelis Alit, Koramil, Babinsa dan masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan di 6
(enam) desa di wilayah Puskesmas Selemadeg Barat antara lain: Desa yang telah
menerima PANSIMAS II (Bengkel Sari), Desa Penerima bantuan PANSIMAS II
(Mundeh Kauh), dan desa yang akan menerima bantuan PANSIMAS tahun 2018
yaitu Desa Lalanglinggah, Tiyinggading, Lumbung dan Angkah.

d) Update Peta Sanitasi

Update Peta sanitasi bertujuan untuk mengetahui satus sanitasi di desa. Kegitan
ini melibatkan Kepala Pelaksana Kewilayanah masing-masing banjar. Kegitan ini
telah dilaksanakan di semua desa di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat

e) Evaluasi Pasca Pemicuan dan pergerakan Masyaraat

Evaluasi Pasca Pemicuan dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar


progress yang terjadi di masyarakat setelah dilaksanakan pemicuan STBM.
Dengan hasil warga yang belum memiliki jamban 1,34% sebagian telah mulai

43
berusaha membuat jamban tipe cempung, di desa-desa yang telah dipicu mulai
menganggarkan di Dana desa untuk membantu warga yang kurang mampu untuk
memiliki jamban salah satunya Desa Mundeh, Desa Mundeh Kauh, Desa Selabih
dan Lalanglinggah. Meskipun demikin di Kecamatan Selemadeg Barat belum ada
Desa yang mampu mencapai Desa ODF. Hal ini bisa terwujut apa bila adanya
komitmen dan kerja sama dari semua elemen masyarakat dalam melaksanakan 5
(lima) pilar STBM.

3. Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM


Program ini bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Adapun indikator yang harus dicapai dalam program ini, target
serta pencapaian program adalah sebagaimana tercantum dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2.32 Capaian Target Kinerja Program KIA Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017
CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Cakupan Kunjungan ANC pertama (K1) 227 100% 238 104%
2 Cakupan pelayanan ANC keempat (K4) 227 100% 210 93% Belum
sesuai standar Menyampai
Target
3 Cakupan Bumil Resti dideteksi Nakes 45 40% 98 217% Mencapai
target
4 Cakupan Bumil Resti dideteksi 45 60% 77 171,00% Mencapai
masyarakat target
5 Cakupan pertolongan persalinan sesuai 216 100% 231 107% Mencapai
standar target
6 Cakupan komplikasi kebidanan yang 45 80% 240 111% Mencapai
ditangani target
7 Cakupan pelayanan nifas KF 1 216 91% 231 107% Mencapai
target
8 Cakupan pelayanan nifas KF3 216 95% 234 114% Mencapai
target
9 Cakupan KN1 206 100% 231 112,14% Mencapai
target
10 Cakupan KN3 234 98% 231 98,72% Mencapai
target
11 Cakupan neonatus dengan komplikasi 41 90% 35 85,37% Belum
yang ditangani mencapai
Target
12 Cakupan pelayanan bayi baru 204 100% 688 100% Mencapai
lahir/neonatal (usia 0-28 hari) sesuai target
standar
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

44
Kegiatan Kesehatan Ibu Sebagai Upaya Kesehatan Masyarakat

1) Penyuluhan di posyandu/ Kelurahan

2) Kunjungan rumah ibu hamil dan bayi/balita risiko tinggi

3) Pemasangan Stiker P4K 4

4) Konseling KB pra persalinan

Kegiatan Lintas Sektoral

1) Audit Maternal Perinatal (AMP) : jika ada kematian ibu hamil/melahirkan dan atau
kematian bayi baru lahir maka Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan akan
mengadakan AMP dengan mengundang team ahli dari Rumah sakit rujukan. Dalam
hal ini penolong persalinan dan kepala Puskesmas yang mewilayahi akan presentasi.

2) Gerakan Sayang Ibu-Bayi (GSI-B) : kegiatan yang lebih banyak melibatkan peran
masyarakat, kader kesehatan dan team GSI di kelurahan/desa dan Kecamatan.

Hasil Kegiatan Kesehatan Ibu Tahuan 2017

1) Kunjungan ANC (KN1)

Tabel 2.33 Capaian ANC (KN1) di Wilayah Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017
No DESA BUMIL BUMIL KUMULATIF
RESTI ABS %
1 LALANG LINGGAH 45 9 39,0 87%
2 LUMBUNG KAUH 10 2 12,0 120%
3 LUMBUNG 20 4 21,0 105%
4 MUNDEH 32 7 36,0 113%
5 MUNDEH KAUH 19 4 16,0 84%
6 MUNDEH KANGIN 21 4 20,0 95%
7 ANGKAH 23 4 22,0 96%
8 TIYING GADING 19 3 25,0 132%
9 ANTOSARI 13 3 19,0 146%
10 SELABIH 16 3 18,0 113%
11 BENGKEL SARI 9 2 10,0 111%
TOTAL 227 45 238,0
Sumber : Laporan Kegiana KIA Tahun 2017

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa ada 4 desa yang belum mencapai target
Kunjungan ANC (KN1) yaitu desa Lalanglinggah (87%), Mundeh Kauh (84%), Mundeh
Kangin (95%), Angkah (96%) dari target yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan

45
Kabupaten Tabanan yaitu 100%. Tidak tercapainya target disebabkan oleh banyaknya
kasus kehamilan diluar nikah saat usia kehamilan trimester I masih di rahasikan oleh
ibu tersebut, banyaknya ibu hamil yang tinggal tidak menetap di desa yang
mengakibatkan tidak melaksanakan ANC (KN1) di Puskesmas Selemadeg Barat.

2) Cakupan ANC Keempat (K4) sesuai standar

Tabel 2.34 Cakupan ANC Keempat (KN4) di wilayah Puskesmas Selemageg Barat Tahun 2017

NO DESA SASARAN K4
BUMIL BUMIL KUMULATIF
RESTI ABS %
1 LALANG LINGGAH 45 9 39 86,7%
2 LUMBUNG KAUH 10 2 9 90,0%
3 LUMBUNG 20 4 20 100,0%
4 MUNDEH 32 7 25 78,1%
5 MUNDEH KAUH 19 4 16 84,2%
6 MUNDEH KANGIN 21 4 21 100,0%
7 ANGKAH 23 4 15 65,2%
8 TIYING GADING 19 3 28 147,4%
9 ANTOSARI 13 3 16 123,1%
10 SELABIH 16 3 14 87,5%
11 BENGKEL SARI 9 2 6 66,7%
TOTAL 227 45 209 92,1%
Sumber : Laporan KIA Tahun 2017

3) Cakupan Bumil Resti dideteksi Nakes

Tabel 2.35 Cakupan Bumil Resti perdesa di Wilayah Kerja Puskesmas Sekemadeg Barta Tahun 2017

NO DESA SASARAN Deteksi Dini resti oleh Nakes


BUMIL BUMIL KUMULATIF
RESTI ABS %
1 LALANG LINGGAH 45 9 10 111,1%
2 LUMBUNG KAUH 10 2 1 50,0%
3 LUMBUNG 20 4 6 150,0%
4 MUNDEH 32 7 6 85,7%
5 MUNDEH KAUH 19 4 3 75,0%
6 MUNDEH KANGIN 21 4 2 50,0%
7 ANGKAH 23 4 8 200,0%
8 TIYING GADING 19 3 9 300,0%
9 ANTOSARI 13 3 7 233,3%
10 SELABIH 16 3 5 166,7%
11 BENGKEL SARI 9 2 2 100,0%
TOTAL 227 45 59 131,1%
Sumber: Laporan KIA Tahun 2017

46
4) Cakupan Bumil Resti dideteksi masyarakat

Tabel 2.36 Cakupan Bumil Resti Dideteksi Masyarakat di Wilayah Puskesmas Selemadeg Barat Tahun
2017

Deteksi Dini resti oleh


NO DESA SASARAN Masy
BUMIL BUMIL KUMULATIF
RESTI ABS %
1 LALANG LINGGAH 45 9 5 55,6%
2 LUMBUNG KAUH 10 2 4 200,0%
3 LUMBUNG 20 4 2 50,0%
4 MUNDEH 32 7 3 42,9%
5 MUNDEH KAUH 19 4 4 100,0%
6 MUNDEH KANGIN 21 4 3 75,0%
7 ANGKAH 23 4 4 100,0%
8 TIYING GADING 19 3 8 266,7%
9 ANTOSARI 13 3 8 266,7%
10 SELABIH 16 3 5 166,7%
11 BENGKEL SARI 9 2 3 150,0%
TOTAL 227 45 49 108,9%
Sumber : Laporan KIA Tahun 2017

5) Cakupan pertolongan persalinan sesuai standar

Tabel 2.37 Cakupan Pertolongan Persalinan Sesuai Standar

di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

PERSALINAN OLEH
NO DESA SASARAN
NAKES
BULIN BUFAS KUMULATIF
ABS %
1 LALANG LINGGAH 43 43 45 105%
2 LUMBUNG KAUH 9 9 12 133,3%
3 LUMBUNG 19 19 21 110,5%
4 MUNDEH 29 29 23 79,3%
5 MUNDEH KAUH 19 19 17 89,5%
6 MUNDEH KANGIN 20 20 19 95,0%
7 ANGKAH 22 22 21 95,5%
8 TIYING GADING 18 18 29 161,1%
9 ANTOSARI 13 13 22 169,2%
10 SELABIH 16 16 13 81,3%
11 BENGKEL SARI 8 8 10 125,0%
TOTAL 216 216 232 107,4%
Sumber: Laporan KIA Tahun 2017

47
6) Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

Tabel 2.38 Cakupan Komlikasi Kebidanan yang ditangani di Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

Penanganan Komplikasi
NO DESA
SASARAN Obstetri
BUMIL BUMIL KUMULATIF
RESTI ABS %
1 LALANG LINGGAH 45 9 12 133,3%
2 LUMBUNG KAUH 10 2 6 300,0%
3 LUMBUNG 20 4 7 175,0%
4 MUNDEH 32 7 10 142,9%
5 MUNDEH KAUH 19 4 2 50,0%
6 MUNDEH KANGIN 21 4 3 75,0%
7 ANGKAH 23 4 12 300,0%
8 TIYING GADING 19 3 7 233,3%
9 ANTOSARI 13 3 13 433,3%
10 SELABIH 16 3 5 166,7%
11 BENGKEL SARI 9 2 6 300,0%
TOTAL 227 45 83 184,4%
Sumber : Laporan KIA Tahun 2017

7) Cakupan pelayanan nifas KF 1

Tabel 2.39 Cakupan Pelayanan Nifas Pertama (KF1


di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

NO DESA SASARAN Kunjungan Nifas (KF1)


BULIN BUFAS KUMULATIF
ABS %
1 LALANG LINGGAH 43 43 45 104,7%
2 LUMBUNG KAUH 9 9 12 133,3%
3 LUMBUNG 19 19 21 110,5%
4 MUNDEH 29 29 23 79,3%
5 MUNDEH KAUH 19 19 17 89,5%
6 MUNDEH KANGIN 20 20 19 95,0%
7 ANGKAH 22 22 21 95,5%
8 TIYING GADING 18 18 29 161,1%
9 ANTOSARI 13 13 22 169,2%
10 SELABIH 16 16 13 81,3%
11 BENGKEL SARI 8 8 10 125,0%
TOTAL 216 216 232 107,4%
Sumber : Laporan KIA Tahun 2017

8) Cakupan pelayanan nifas KF3

48
Tabel 2.40 Cakupan Pelayanan Nifas Ketiga (KF3)
di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

Kunjungan Nifas 3
NO DESA SASARAN
(KF3)
BULIN BUFAS KUMULATIF
ABS %
1 LALANG LINGGAH 43 43 45,0 104,7%
2 LUMBUNG KAUH 9 9 13,0 144,4%
3 LUMBUNG 19 19 25,0 131,6%
4 MUNDEH 29 29 23,0 79,3%
5 MUNDEH KAUH 19 19 18,0 94,7%
6 MUNDEH KANGIN 20 20 23,0 115,0%
7 ANGKAH 22 22 23,0 104,5%
8 TIYING GADING 18 18 27,0 150,0%
9 ANTOSARI 13 13 24,0 184,6%
10 SELABIH 16 16 12,0 75,0%
11 BENGKEL SARI 8 8 11,0 137,5%
TOTAL 216 216 244,0 113,0%
Sumber : Laporan KIA Tahun 2017

9) Cakupan KN1

Tabel 2.41 Cakupan Pelayanan Kunjungan Neonatus (KN1)


di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

SASARAN KUNJUNGAN NEONATAL 1 ( KN 1 )


BAYI KUMULATIF
NO DESA
BAYI RESTI ABS %
L P JML L P JML L P JML L P
1 LALANG LINGGAH 20 21 41 4 4 8 20 25 45 100,0% 119,0%
2 LUMBUNG KAUH 5 4 9 1 1 2 5 7 12 100,0% 175,0%
3 LUMBUNG 9 9 18 2 2 4 9 13 22 100,0% 144,4%
4 MUNDEH 15 14 29 3 3 6 16 7 23 106,7% 50,0%
5 MUNDEH KAUH 9 8 17 1 2 3 9 9 18 100,0% 112,5%
6 MUNDEH KANGIN 9 10 19 2 2 4 11 8 19 122,2% 80,0%
7 ANGKAH 10 11 21 2 2 4 11 10 21 110,0% 90,9%
8 TIYING GADING 9 8 17 2 1 3 16 11 27 177,8% 137,5%
9 ANTOSARI 6 6 12 1 1 2 10 11 21 166,7% 183,3%
10 SELABIH 7 8 15 1 2 3 7 5 12 100,0% 62,5%
11 BENGKEL SARI 4 4 8 1 1 2 6 4 10 150,0% 100,0%
TOTAL 103 103 206 20 21 41 120 110 230 116,5% 106,8%
Sumber : Laporan KIA Tahun 2017

10) Cakupan KN4

Tabel 2.42 Cakupan Kunjungan Neonatus keempat (KN4)

49
di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

SASARAN KUNJUNGAN NEONATAL 4 ( KN 4)


BAYI KUMULATIF
NO DESA
BAYI RESTI ABS %
L P JML L P JML L P JML L P
1 LALANG LINGGAH 20 21 41 4 4 8 15 19 34 75,0% 90,5%
2 LUMBUNG KAUH 5 4 9 1 1 2 3 2 5 60,0% 50,0%
3 LUMBUNG 9 9 18 2 2 4 8 10 18 88,9% 111,1%
4 MUNDEH 15 14 29 3 3 6 11 8 19 73,3% 57,1%
5 MUNDEH KAUH 9 8 17 1 2 3 6 7 13 66,7% 87,5%
6 MUNDEH KANGIN 9 10 19 2 2 4 10 6 16 111,1% 60,0%
7 ANGKAH 10 11 21 2 2 4 7 5 12 70,0% 45,5%
8 TIYING GADING 9 8 17 2 1 3 18 6 24 200,0% 75,0%
9 ANTOSARI 6 6 12 1 1 2 5 8 13 83,3% 133,3%
10 SELABIH 7 8 15 1 2 3 5 5 10 71,4% 62,5%
11 BENGKEL SARI 4 4 8 1 1 2 9 2 11 225,0% 50,0%
TOTAL 103 103 206 20 21 41 97 78 175 0,94175 0,7573

11) Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani

Tabel 2.43 Cakupan Neonatus Dengan Komplikasi Yang Ditangani


di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

SASARAN Penanganan Komplikasi Neonatal


BAYI KUMULATIF
NO DESA
BAYI RESTI ABS %
L P JML L P JML L P JML L P JML
1 LALANG LINGGAH 20 21 41 4 4 8 2 4 6 50% 100% 75%
2 LUMBUNG KAUH 5 4 9 1 1 2 0 2 2 0% 200% 100%
3 LUMBUNG 9 9 18 2 2 4 0 2 2 0% 100% 50%
4 MUNDEH 15 14 29 3 3 6 2 0 2 67% 0% 33%
5 MUNDEH KAUH 9 8 17 1 2 3 0 1 1 0% 50% 33%
6 MUNDEH KANGIN 9 10 19 2 2 4 1 0 1 50% 0% 25%
7 ANGKAH 10 11 21 2 2 4 4 1 5 200% 50% 125%
8 TIYING GADING 9 8 17 2 1 3 2 4 6 100% 400% 200%
9 ANTOSARI 6 6 12 1 1 2 1 2 3 100% 200% 150%
10 SELABIH 7 8 15 1 2 3 0 0 0 0% 0% 0%
11 BENGKEL SARI 4 4 8 1 1 2 1 0 1 100% 0% 50%
TOTAL 103 103 206 20 21 41 13 16 29 65% 76% 71%
Sumber : Laporan KIA Tahun 2017

12) Cakupan pelayanan bayi baru lahir/neonatal (usia 0-28 hari) sesuai standar

Tabel 2.44 Cakupan Pelayanan Bayi Baru Lahir/Neonatal (Usia 0-28 Hari) Sesuai Standar

50
di Wilayah Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

SASARAN Kunjungan Bayi


KUMULATIF
NO DESA BAYI
ABS %
L P JML L P JML L P JML
1 LALANG LINGGAH 20 21 41 22 18 40 110,0% 85,7% 97,6%
2 LUMBUNG KAUH 5 4 9 3 4 7 60,0% 100,0% 77,8%
3 LUMBUNG 9 9 18 5 10 15 55,6% 111,1% 83,3%
4 MUNDEH 15 14 29 11 16 27 73,3% 114,3% 93,1%
5 MUNDEH KAUH 9 8 17 6 7 13 66,7% 87,5% 76,5%
6 MUNDEH KANGIN 9 10 19 15 8 23 166,7% 80,0% 121,1%
7 ANGKAH 10 11 21 8 7 15 80,0% 63,6% 71,4%
8 TIYING GADING 9 8 17 9 13 22 100,0% 162,5% 129,4%
9 ANTOSARI 6 6 12 2 2 4 33,3% 33,3% 33,3%
10 SELABIH 7 8 15 7 9 16 100,0% 112,5% 106,7%
11 BENGKEL SARI 4 4 8 1 1 2 25,0% 25,0% 25,0%
TOTAL 103 103 206 89 95 184 86,4% 92,2% 89,3%
Sumber : Data Laporan KIA Tahun 2017

Program Kesehatan Anak

Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap
lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka
masa balita disebut sebagai masa “masa keemasan” (golden period), “jendela kesempatan”
(window of opportunity) dan “masa kritis” (critical period). Sehingga perlu mendapat
perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau
oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang. Selain hal-hal tersebut berbagai faktor lingkungan yang dapat
mengganggu tumbuh kembang anak juga perlu dieliminasi.

Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas yang


diselenggarakan melalui kegiatan SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini penyimpangan
Tumbuh Kembang) balita.

1) Melakukan Stimulasi yang memadai artinya merangsang otak balita sehingga


perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian
pada balita berlangsung secara optimal sesuai dengan umur anak.
2) Melakukan Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang artinya melakukan skrining
atau mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita termasuk
menindaklanjuti setiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang
anaknya.

51
3) Melakukan Intervensi Dini penyimpangan tumbuh kembang balita artinya melakukan
tindakan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk memperbaiki
penyimpangan tumbuh kembang pada seorang anak agar tumbuh kembangnya
kembali normal atau penyimpanggannya tidak semakin berat. Apabila balita perlu
dirujuk, maka rujukan juga harus dilakukan sedini mungkin sesuai dengan indikasi.

Tujuan Program

1) Tujuan umum:
Agar semua balita umur 0-5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya sehingga berguna bagi
nusa dan bangsa serta mampu bersaing di era global.
2) Tujuan khusus:
a) Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada semua balita dan anak
prasekolah di wilayah kerja Puskesmas.
b) Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang pada semua
balita dan anak prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat
c) Terselenggaranya intervensi dini pada semua balita dan anak prasekolah dengan
penyimpangan tumbuh kembang
d) Terselenggaranya rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak bisa ditangani di
Puskesmas.

Cakupan anak balita ( 12- 59 bln ) yg mendapat pelayanan sesuai standar.


1) Pelayanan untuk anak balita
1. Pemantauan pertumbuhan minimal 8x/th
2. Stimulasi Dini Inisiasi dan Deteksi Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2x/th.
Dengan pemantauan perkembangan motorik kasar, halus, bahasa, sosialisasi dan
kemandirian
3. Pemberian Vit A dosis tinggi (2000.000 IU), 2 x/th
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA
5. Pelayanan anak balita sakit dengan Manajemen Terpadu Balita sakit (MTBS)
adalah cakupan anak balita ( 12- 59 bl ) yang berobat ke Puskesmas dan
mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar ( MTBS ) di suatu wilayah pada
kurun waktu tertentu. Jumlah anak balita didapat dari kunjungan balita sakit yang
datang ke pusk ( register rawat jalan ) dan yang datang berobat ke
posyandu.Jumlah anak balita sakit yang mendapat pelayanan standar di dapat di
format pencatatan dan pelaporan MTBS.

52
2) Kegiatan yang dilakukan didalam gedung :
a) Deteksi tumbuh kembang anak
b) MTBS : pelaksanaannya di Pol MTBS, integrasi dengan pengobatan dan program
gizi
c) Pemberian Vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus.
3) Kegiatan yang dilakukan diluar gedung :
1. Pendataan TK.
2. SDIDTK APRAS (Anak Prasekolah).
3. SDIDTK anak balita di posyandu
4. Pemberian Vit A anak TK (Integrasi dengan Program Gizi).
Capain Program Anak tahun 2017 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.45 Capaian Capain Program Anak Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Cakupan kunjungan bayi Belum
206 95% 192 93,20% Mencapai
Target
2 Cakupan DDTK anak balita di posyandu 2x Mencapai
764 100% 76,7 % 100,4 %
setahun Target
3 Cakupan pelayanan anak balita (1-5 tahun) Mencapai
764 100% 764 100,00%
sesuai standar Target
4 Cakupan anak pra sekolah dilayani SDIDTK 2 Mencapai
263 100% 236 100%
x setahun di TK Target
Sumber : Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas Tahun 2017

Berdasarkan tabel 2.34 ada satu indikator yang belum tercapai belum tercapai
yaitu cakupan kunjungan bayi (93,2 %) kurang dari target yang ditentukan 95%. Ini
dikarenakan banyak bayi yang terdata di wilayah Puskesmas Selemadeg Barat namun
tinggalnya di luar wilayah bersama orangtuanya.

a) Pendataan TK dan Paud

Tabel 2.46 Data Jumlah Murid TK di Wilayak Selemadeg Barat Tahun 2017

Jumlah Siswa
No Nama TK Lokasi
L P JML
1 TK Sri Kandi Surabrata 9 15 24
2 TK Panca Widya Kumara Mekayu 3 10 13
3 TK Mekar Sari Selabih 12 8 20
4 TK Kusuma Yundawati Lumbung Kauh 3 8 11
5 TK Widya Kumara Mundeh 17 16 33
6 TK Maha Pradnya Mundeh Kauh 7 6 13
7 TK Lumbung Kumara Lumbung 10 4 14

53
8 TK Kumara Mekar Angkah 4 7 11
9 TK Tut Wuri Handayani Antosari 6 6 12
10 TK Adi Merta Tiyinggading 17 6 23
11 TK Bina Kumara Mundeh Kangin 10 7 17
JUMLAH 98 93 191

Tabel 2.47 Data Jumlah Murid TK di Wilayak Selemadeg Barat Tahun 2017

Jumlah Siswa
No Nama TK Lokasi
L P JML
1 TK Sri Kandi Surabrata 2 3 5
2 TK Panca Widya Kumara Mekayu 8 9 17
3 TK Mekar Sari Selabih 9 8 17
4 TK Kusuma Yundawati Lumbung Kauh 5 8 13
5 TK Widya Kumara Mundeh 16 12 28
6 TK Maha Pradnya Mundeh Kauh 1 7 8
7 TK Widya Darma Bengkel Sari 8 4 12
8 TK Kumara Mekar Angkah 8 5 13
10 TK Adi Merta Tiyinggading 7 6 13
11 TK Bina Kumara Mundeh Kangin 4 6 10
JUMLAH 68 68 136

b) Cakupan Kunjungan Bayi

Grafik 2.48 Grafik Cakupan Kunjungan Bayi di Wilayah Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

54
Sumber : Laporan Program Anak Tahun 2017

c) Pelayanan Anak Balita

Grafik 2.49 Grafik Cakupan Kunjungan Balita di Wilayah Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

Sumber : Laporan Program Anak Tahun 2017

Pada grafik diatas dapat dilihat ada 5 desa yang kunjungan anak balitanya
masih dibawah target (95%) diantaranya adalah desa Lalanglinggah, Mundeh Kauh,

55
Mundeh, Bengkel Sari, dan Selabih. Ini dikarenakan sebagian besar dari orang tua
balita lebih memilih berobat langasung ke dokter praktek suasta atau ke dokter
Spesialis anak. Upaya yang dilakukan untul mencpai target ini adalah dengan
melakukan penyuluhan MTBS dan menganjurkan memeriksakan anak ke pelayanan
kesehatan tingkat pertama terlebih dahulu.

d) Cakupan DDTK 2x/Th anak balita di Posyandu

Grafik 2.50 Grafik Cakupan DDTK 2x/Th anak balita di Posyandu


di Wilayah Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

Sumber : Laporan Program Anak Tahun 2017

Pelayanan Keluarga Berencana


Pencapaian program KB Untuk cakupan pemantauan akseptor aktif sebesar 80,97%
melebihi target SPM sebesar 80 %, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.51 Indikator Kinerja Pelayanan Keluarga Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun
2017

CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
Mencapai
1 Cakupan peserta KB aktif 3637 80% 2945 80,97%
Target
Sumber : Laporan KB Tahun 2017

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Akseptor KB dibandingkan dengan PUS sudah
mencapai target.

56
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Capaian Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Tahun 2017 dari 7 indikator yang
ditetapkan semuanya telah mencapai target yang ditentukan, dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 2.52 Indikator Kinerja Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017
CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
Persentase Balita kurang Gizi <3.5 Mencapai
1 21 27 3%
(buruk dan kurang) % Target
Cakupan Balita Gizi buruk Mencapai
2 4 100% 4 100%
mendapat perawatan Target
Cakupan Balita yang mendapat Mencapai
3 1944 100% 1021 100%
Kapsul Vit.A 2 x setahun Target
Cakupan D/S 10305
Mencapai
4 7745/8762 85% /1164 88,50%
Target
3
Cakupan N/D 7929/ Mencapai
5 5749/7162 80% 82,80%
9573 Target
Cakupan K/S 11643
Mencapai
6 8762/8762 100% /1164 100%
Target
3
Cakupan BGM 53/10 Mencapai
7 44/7745 5% 0,50%
305 Target
Sumber : Laporan Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Tahun 2017

Kegiatan Program Gizi


1) Penyuluhan Gizi Masyarakat
Penyuluhan gizi masyarakat adalah suatu upaya dalam rangka memasyarakatkan
pengetahuan gizi secara luas guna meningkatkan pengetahuan gizi menanamkan
sikap dan perilaku yang mendukung kebiasaan hidup sehat dengan makan makanan
yang bermutu gizi seimbang. Tujuan dari penyuluhan gizi adalah :
a) Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang perilaku gizi yang baik melalui
pemasaran Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
b) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan peningkatan gizi
c) Tercapainya konsumsi energi 2.000 Kkal/orang dan konsumsi protein 52
gram/orang/hari.
Sasaran penyuluhan Gizi adalah seluruh masyarakat terutama :Ibu hamil, ibu nifas,
Ibu menyusui, Ibu balita, Wanita usia subur, Anak usia sekolah dan remaja. Kegiatan
penyuluhan dilakukan secara periodik dan terjadwal seperti di posyandu setiap
kegiatan penimbangan. Materi yang diberikan berupa : PedomanUmum Gizi

57
Seimbang (PUGS) dan Tiga Belas Pesan Dasar Gizi Seimbang; ASI Eksklusif dan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI); Makanan Ibu Hamil dan Ibu Menyusui;
Pemasyarakatan Garam Beryodium; Pemasyarakatan Bahan Makanan Sumber
Vitamin A dan Zat Besi; Penyebab dan tanda-tanda kelainan gizi.
Tenaga penyuluh oleh Tenaga Gizi Puskesmas Parademis dan Medis Puskesmas
maupun kader.
2) Pemantauan Pertumbuhan Balita
Pemantauan pertumbuhan anak Balita dilakukan melalui pelayanan gizi di Posyandu
(penimbangan Balita, pemberian paket pertolongan gizi, pelayanan terpadu, PMT
baik pemulihan maupun penyuluhan) :
a) Pemantauan pertumbuhan dilakukan disemua posyandu setiap bulan
b) Kegiatan dilakukan dengan sistem 5 meja dan dilakukan secara terpadu
c) Berat Badan (BB Balita) ditulis dalam KMS atau Buku KIA kalau ada dan dicatat
dalam laporan SIP.
Hasil kegiatan penimbangan dapat dilihat pada tahun 2017 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 2.53 Hasil Kegiatan Penimbangan di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

No Tolak Ukur Jumlah

1 Jumlah Balita Yang Ada (S) 951


2 Jumlah Balita Yang punya KMS (K) 951
3 Jumlah Balita Yang Ditimbang (D) 852
4 Jumlah Balita Yang Naik BB-nya (N) 653
5 Jumlah Balita Dibawah Garis Merah (BGM) 4
6 Tingkat Pencapaian
a. K/S % 100%
b. D/S % 98,2%
c. N/D’ % 87,1%
Sumber: Laporan LB3 program Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat tahun 2017

3) Penanggulangan Kekurangan Vitamin A

Penanggulangan kekurangan Vitamin A adalah kegiatan menurunkan prevalensi


kekurangan Vitamin A melalui upaya meningkatkan konsumsi vitamin A melalui sumber
vitamian A dan suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi.

Tujuannya adalah :

58
a) Mencegah kekurangan Vitamin A
b) Menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A pada anak balita
c) Meningkatkan cakupan vitamin A pada ibu nifas

Sasaran pemberian kapsul vitamin Vitamin A :

a) Bayi yaitu bayi berumur 6 – 11 bulan baik sehat maupun sakit dosis 1 kapsul
Vitamin A 100.000 SI yang berwarna biru dan diberikan sekali serentak bulan
Pebruari dan Agustus.
b) Anak balita yaitu semua anak berumur 1 – 5 tahun baik sehat maupun sakit
dengan dosis 1 kapsul vitamin A 200.000 SI yang berwarna merah setiap 6 bulan
dan diberikan serentak bulan Pebruari dan Agustus
c) Ibu nifas yaitu semua ibu baru melahirkan (masa nifas) sehingga bayinya akan
memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI dengan dosis 1 kapsul Vitamin A
200.000 SI diberikan 2 kali paling lambat 30 hari setelah melahirkan.
d) Kejadian tertentu yaitu bayi dan balita yang menderita campak, pneumonia,
diare dan gizi buruk segera diberikan kembali kapsul vitamin A sesuai umur dan
dosis yang dianjurkan

Tabel 2.54 Hasil Kegiatan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat bulan Februari Tahun 2017

NO NAMA DESA JENIS KELAMIN PEMBERIAN VITAMIN A KET


L P BIRU MERAH
1 LALANGLINGGAH 93 88 14 167
2 SELABIH 32 30 10 63 TAMU 11
3 LUMBUNG KAUH 25 16 6 35
4 MUNDEH 67 67 14 120
5 MUNDEH KAUH 31 31 31 31
6 ANTOSARI 22 33 5 50
7 TIYING GADING 39 51 13 75
8 LUMBUNG 38 27 8 57
9 ANGKAH 57 38 7 78
10 BENGKEL SARI 26 22 2 46
11 MUNDEH KANGIN 53 37 8 82

59
JUMLAH 483 440 118 804 11
Sumber : Laporan Pemberian Vit A Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Tabel 2.55 Hasil Kegiatan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Bulan Agustus Tahun 2017

NO NAMA DESA JENIS KELAMIN PEMBERIAN VITAMIN A KET


L P BIRU MERAH
1 LALANGLINGGAH 98 94 16 176
2 SELABIH 19 29 4 44
3 LUMBUNG KAUH 24 14 4 34
4 MUNDEH 73 59 19 113
5 MUNDEH KAUH 36 35 9 62 TAMU 1
6 ANTOSARI 28 42 10 60
7 TIYING GADING 35 48 5 78
8 LUMBUNG 40 29 9 60
9 ANGKAH 108 74 34 148
10 BENGKEL SARI 23 22 5 40
11 MUNDEH KANGIN 51 40 14 77
JUMLAH 535 486 129 892
Sumber : Laporan Pemberian Vit A Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

4) ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah memberikan ASI (Air Susu Ibu) saja dari bayi umur 0-6 bulan
tanpa memberikan makanan dan atau minuman lain kecuali sirup obat. Pemberian
ASI secara Ekslusif dapat menurunan angka kematian bayi dan sekaligus
meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kwalitas sumberdaya
manusia yang memadai. Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :

a) Diperoleh peningkatan pengetahuan dan kemampauan petugas kesehatan di


tingkat Puskesmas dalam upaya meningkatkan penggunaan ASI di masyarakat.
b) Diperolehnya perubahan perilaku gizi masyarakat untuk selalu memberikan ASI
secara eksklusif kepada bayinya sampai umur 6 bulan.
c) Diperolehnya peningkatan angka ASI Eksklusif secara nasional menjadi 80%.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kegiatan sebagai berikut yaitu


pengamatan situasi dilakukan melalui pengumpulan data pencapaian ASI eksklusif,
latar belakang budaya setempat, sumber daya dan saran di Puskesmas dan kelompok
potensial.

 E0 = ASI diberikan begitu bayi lahir

60
 E1 = Bayi mendapat ASI saja sampai 1 bulan setelah lahir
 E2 = Bayi mendapat ASI saja sampai 2 bulan setelah lahir
 E3 = Bayi mendapat ASI saja sampai 3 bulan setelah lahir
 E4 = Bayi mendapat ASI saja sampai 4 bulan setelah lahir
 E5 = Bayi mendapat ASI saja sampai 5 bulan setelah lahir
 E6 = Bayi mendapat ASI saja sampai 6 bulan setelah lahir (ASI Ekslusif)

Pemantauan pelaksanaan Asi Eksklusif 57 bayi yang mendapatkan ASI saja,


yang lulus ASI eksklusif 6 bayi. Beberapa hal yang menyebabkan bayi tidak lulus ASI
Eksklusif adalah keadaan sosial ekonomi keluarga yang tidak mendukung seperti ibu-
ibu yang harus bekerja baik di swasta maupun pemerintah untuk membantu
kebutuhan ekonomi keluarga. Sehingga tidak mungkin ibu-ibu yang melahirkan
diberikan cuti bersalin lebih dari 3 bulan. Kadang-kadang diberikan cuti 1 – 2 bulan
kecuali harus berhenti bekerja, sehinga keseringan bayi di asuh oleh kakek dan
neneknya ketika ibu bekerja. Rencana Tindak lanjut adalah penyuluhan langsung
pada ibu nifas dan meningkatkan penyuluhan dalam gedung pada ibu balita saat
imunisasi dan di posyandu. Data keberhasilan ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel
2.56.

61
Tabel 2.56 Hasil Kegiatan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

Bayi 0-5 Bulan Bayi 5 bulan


Nama Desa/
No √ X A Prosentase √ X A Prosentase
Kelurahan
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 Lalanglinggah 1 0 1 0 0 0 0 0 0 100 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Antosari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Tiying Gading 1 1 2 0 0 0 0 0 0 50 50 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Angkah 5 2 7 0 0 0 0 0 0 62,5 25 87,5 1 0 1 0 0 0 0 0 0 12,5 0 12,5
5 Lumbung 7 4 11 0 0 0 0 0 0 63,6 36,4 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Bengkel Sari 2 3 5 1 0 1 0 0 0 28,6 42,9 71,4 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14,3 14,3
7 Lumbung Kauh 1 3 4 0 0 0 0 0 0 25 75 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Mundeh 5 4 9 0 0 0 0 0 0 55,6 44,4 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Mundeh kauh 3 5 8 0 0 0 0 0 0 33,3 55,6 88,9 1 0 1 0 0 0 0 0 0 11,1 0 11,1
10 Mundeh 6 4 10 0 0 0 0 0 0 50 33,3 83,3 1 1 2 0 0 0 0 0 0 8,3 8,3 16,7
Kangin
11 Selabih 0 0 0 3 2 5 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 31 26 57 4 2 6 0 0 0 44,9 37,7 82,6 4 2 6 0 0 0 0 0 0 5,8 2,9 8,7
Sumber : Laporan ASI Eksklusif Upaya Peningkatan Gizi Masyarkat

62
5) Penanggulangan GAKY

Masalah GAKY merupakan salah satu masalah gizi yang cukup serius. Kekurangan
zat yodium dalam jangka waktu tertentu akan dapat menimbulkan gangguan bagi
perkembangan fisik dan keterbelakangan mental, penurunan kecerdasan yang
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam rangka upaya
penanggulangan masalah GAKY tersebut program yang digalakkan adalah melalui
program jangka panjang yaitu distribusi garam beryodium dengan kadar 30-80 ppm
untuk mencapai sasaran garam beryodium untuk semua, maka pola pemasyarakatan
konsumsi garam beryodium secara berkelanjutan dan menyeluruh. Tujuannya adalah
untuk :

a) Mencegah timbulnya kasus kretin balita


b) Menurunkan prevalensi gondok endemik total (TGR)
c) Iodisasi garam secara nasional melalui iodisasi semua garam beryodium

Kegiatan yang dilaksanakan yaitu pemetaan penggunaan garam beryodium


untuk memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi garam beryodium yang
memenuhi syarat di masyarakat sehingga mendapatkan gambaran. Konsumsi garam
beryodium di tingkat desa dengan pengujian garam:

a) Bentuk garam yang digunakan ditingkat masyarakat


b) Tempat pembelian garam yang digunakan di masyarakat
c) Ada/tidaknya merk dagang produsen garam yang dikonsumsi masyarakat

Pengumpulan data dilaksanakan pada tiap-tiap desa/kelurahan dengan menilai 1


SD secara acak sample di desa/kelurahan yang bersangkutan, masing-masing SD diambil
26 murid kelas 4 dan 5 dengan metode LQAS (Lot Quality Assurance Sampeling) disuruh
membawa pembungkus garamnya. Pemantauan dilakukan 2 kali setahun yaitu Bulan
Pebruari dan Agustus dengan hasil pemantauan yaitu :

63
Tabel 2.57 Hasil Kegiatan Pemantauan Garam Beryodium di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Bulan Februari Tahun 2017

NAMA/MERK
JUMLAH KATEGORI DESA BENTUK GARAM NO MD/SP TEMPAT MEMBELI GARAM
DAGANG
NAMA DESA HASIL UJI BAIK TIDAK HALUS CURAH/ BRIKET ADA TIDAK ADA TIDAK PASAR WARUNG TUKANG LAIN-LAIN
CUKUP BAIK KROSOK ADA ADA SAYUR

LALANGLINGGAH 18 ˅ 18 8 0 18 8 18 8 15 3 0 8
LUMBUNG KAUH 26 v 20 6 0 12 14 12 14 12 14 0 0
MUNDEH 10 V 6 20 0 10 16 10 16 3 7 0 16
MUNDEH KAUH 6 V 6 20 0 6 20 6 20 6 20 0 0
SELABIH 19 V 7 19 0 7 19 7 19 0 7 0 19
BENGKEL SARI 10 V 10 16 0 10 16 10 16 10 16 0 0
LUMBUNG 8 V 8 18 0 8 18 8 18 8 18 0 0
ANGKAH 1 V 1 26 0 1 26 1 26 1 15 0 10
TIYING GADING 19 V 5 21 0 5 21 5 21 0 26 0 0
ANTOSARI 9 V 9 17 0 9 17 9 17 9 17 0 0
MUNDEH KANGIN 22 V 12 14 0 12 14 12 14 10 16 0 0
Sumber : Data Laporan Gayo Tahun 2017

Tabel 2.58 Hasil Kegiatan Peantauan Garam Beryodium di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Bulan Agustus Tahun 2017

KATEGORI NAMA/MERK
DESA BENTUK GARAM DAGANG TEMPAT MEMBELI GARAM HASIL TEST GARAM
NAMA DESA JUMLAH TIDAK CURAH/ TIDAK TUKANG LAIN- UNGU UNGU
BAIK BAIK HALUS KROSOK BRIKET ADA ADA PASAR WARUNG SAYUR LAIN TUA MUDA PUTIH
LUMBUNG 10 0 2 8 0 1 9 1 9 0 0 1 1 8
BENGKEL SARI 10 0 2 8 0 2 8 2 0 0 8 2 0 8
MUNDEH KAUH 10 0 6 4 0 2 8 2 8 2 4 4
Sumber : Data Laporan Gayo Tahun 2017

64
Dari 11 desa/kelurahan yang ada, berdasarkan hasil pemeriksaan pada bulan
Februari yang dilaksanakan di Sekolah Dasar dengan jumlah sampel 148 orang dan
bulan Agustus dilaksanakan di tingkat rumah tangga dengan jumlah sampel 30 KK,
Desa Pedungan tergolong desa baik dalam penggunaan garam beryodium. Hal ini
disebabkan karena sudah banyak masyarakat yang mengetahui tentang pentingnya
penggunaan garam beryodium, walaupun masih banyaknya garam non yodium yang
beredar di pasaran dan di warung-warung yang harganya lebih murah dibandingkan
dengan garam beryodium. Disamping itu juga karena belum adanya Perda yang
mengatur atau melarang peredaran garam non yodium sehingga masyarakat masih
mempunyai alternative dalam memilih garam. Sebagian besar masyarakat menyukai
bentuk garam halus dalam pengolahan makanan sehari hari dan sebagian besar ibu-
ibu/masyarakat membeli garam beryodium di pasar disamping di warung.

6) Penanggulangan Anemia (terintegrasi dengan Kegiatan Kesehatan Ibu)


a) Penanggulangan anemia pada balita :
 Diberikan sirup besi kepada bayi umur 6 – 12 bulan, sehari ½ sendok takar (2,5 ml)
berturut-turut selama 60 hari.
 Pada bayi yang lahir BBLR pemberian sirup besi dimulai saat berumur 5 bulan.
 Diberikan sirup besi kepada anak balita 1 – 5 tahun, sehari 1 sendok takar (5 ml)
berturutturut selama 60 hari.
b) Penanggulangan anemia pada anak usia sekolah, diberikan 1 tablet setiap minggu
selama 3 bulan.
c) Penanggulangan anemia pada WUS (Ibu hamil, ibu nifas, remaja putri dan pekerja
wanita).
 Bumil/nifas dianjurkan minum tablet tambah darah dengan dosis 1 tablet (yang
mengandung 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat/sesuai rekomendasi
WHO) setiap hari selama masa kehamilannya dan 42 hari setelah melahirkan
(minimal 90 tablet).
 Remaja putri dan pekerja wanita dianjurkan minum tablet tambah darah dengan
dosis 1 tablet setiap minggu dan 1 tablet setiap hari pada saat haid (minimal 10
tablet setiap bulan) yang dilakukan secara kontinyu.

5. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


1) Pelayanan Imunisasi
Adapun tujuan program imunisasi ini adalah :

135
a) Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PD31
b) Tujuan Khusus
 Tercapainya target UCI (Uniersal Child Imunization) yaitu cakupan imunisasi dasar
lengkap minimal 80%, secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada
tahun 2015
 Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (Insiden <1/1000 kelahiran
hidup dalam satu tahun ) tahun 2015.
 Tercapainya pemutusan rantai penularan poliomielitis
 Tercapainya Reduksi Campak (RECAM)
Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta balita
dilaksanakan program imunisasi. Beberapa penyakit yang dpat dicegah dengan
imunisasi dasar diantaranya tuberkulose, dipteri, pertusis, tetanus, hepatitis, polio
dan campak. Cakupan pencapaian program imunisasi dasar Pada tahun 2017 secara
umum capaian Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dapat di lihat pada
tabel dibawah :

Tabel 2.59 Indikator Kinerja Pelayanan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun
2017

CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Cakupan desa UCI 11 Desa 100% 11 100% Sesuai Target
2 Cakupan anak usia 0-11 bulan yang 206 100% 105,% Sesuai Target
216
mendapat imunisasi dasar lengkap
3 Cakupan imunisasi HB 0 < 7 hari 206 80% 214 103,% Sesuai Target
4 Imunisasi DPT HB 1 pada bayi 206 90% 220 107% Sesuai Target
5 Imunisasi DT pada anak kelas I SD 209 100% 209 100% Sesuai Target
6 Imunisasi Td pada anak kelas 2 219 100% 219 100% Sesuai Target
7 Imunisasi Campak pada bayi 206 95% 216 105,% Sesuai Target
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tahun 2017

2) Program Pemberantasan Penyakit Tuberkulosa Paru (TB Paru)

136
Pada Tahun 2017 ditemukan 40 suspect TB dari target suspect sebanyak 120
orang. Dari 40 suspect TB, setelah melalui pemeriksaan BTA sebanyak 3 orang
diantaranya positif.
Tabel 2.60 Indikator Kinerja Penyakit Tuberkulosa Paru
di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Cakupan penemuan supek TBC 120 40 33,3%
2 Pelayanan kesehatan sesuai standar
3 100% 3 100%
pada penderita TBC
3 Penemuan penderita TB 12 100% 1 8%
4 Jumlah penderita TB Paru BTA positif
3 100% 3 100%
yang diobati
5 Konversi Rate 1 30%
6 Cure Rate 7 6 86%

3) Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


Pada tahun 2017 ditemukan adanya 8 kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas
Selemadeg Barat. Namun demikian tidak ada dilaporkan adanya kematian oleh
karena penyakit DBD.
Pencapaian program penanggulangan penyakit demam berdarah belum
maksimal. Hal ini terlihat dari indikator ABJ (Angka Bebas Jentik) pada tahun 2017
belum mencapai target 96%, meskipun angka kematian akibat DBD tidak ditemukan.
Hal ini mungkin disebabkan karena tidak aktifnya pokja DBD ditingkat kecamatan dan
desa/kelurahan, kurangnya kesadaran masyarakat dalam memberantas sarang
nyamuk serta kurangnya penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit DBD.

Tabel 2.61 Indikator Kinerja Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Cakupan Penemuan dan Penanganan
2621 100% 8 100%
Kasus DBD 100% Tertangani
Sumber : Data Survelen 2017

4) Surveilens
137
Terdapat berbagai pengertian surveilans. Menurut WHO (2004), surveilans
merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara
sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi diatas dapat
diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang
dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi
penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi nya pada masyarakat sehingga dapat
dilakukan penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif. Adapun indikator
kinerja kegiatan Surveilens pada tahun 2017 sebagai berikut:

Tabel 2.62 Indikator Kinerja Surveilens di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun
2017

CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Acute placid paralysis (AFP) rate per
3 3% 0 0%
100.000 penduduk <15 tahun
2 Persentase Desa/Kelurahan mengalami
KLB yang dilakukan penyelidikan 11 desa 100% 0 0%
epidemiologi <24 jam
Sumber : Laporan Surveilens tahun 2017

5) Pneumonia / ISPA
Penderita pneumonia yang ditemukan dan ditangani di Puskesmas Selemadeg
Barat sebanyak 1 kasus (13%) di tahun 2017. Capaian ini jauh dari taget yaitu 18
kasus, ini disebabkan karna banyak khasus Pnemonia yang tidak terlacak dan
dilaporkan dimasyarakat, kebanyakan orang tua langsung membawa anaknya ke
dokter specialis anak untuk berobat.

Tabel 2.63 Indikator Kinerja Pneumonia/ ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat
Tahun 2017

CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Cakupan Penanganan Kasus Pneumonia 8
206 1 13%
Balita Balita
Sumber : Laporan ISPA Tahun 2017

6) Pemberantasan Penyakit Diare


Program ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena
diare terutama pada bayi dan anak balita. Sasarannya adalah kelompok masyarakat/
138
perorangan di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat dan diprioritaskan pada desa
yang tingkat pemakaian sarana kesehatan / higiene perorangan dan kesehatan
lingkungannya masih rendah.
Pada tahun 2017 ditemukan sebanyak 162 kasus diare untuk semua kelompok
umur. Semua kasus sudah ditangani tenaga kesehatan sebanyak 162 kasus. Tidak ada
dilaporkan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh karena diare, demikian juga tidak ada
kematian oleh penyakit diare.
Tabel 2.64 Indikator Kinerja Pemberantasan Penyakit Diare
di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Kasus Diare 100% Tertangani 93
20621 162 174 %
Orang
Sumber : Laporan Pemberantasan Diare Tahun 2017

7) Pencegahan dan Penanggulangan IMS, HIV /AIDS

HIV atau singkatan dari Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh kita
untuk melawan segala penyakit yang dating. HIV menyerang dan menghancurkan
sistem kekebalan sehingga tubuh tidak mampu melindungi diri. Berbagai infeksi yang
biasanya tidak berbahaya menjadi ancaman bagi kehidupan.

AIDS singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan


gejala penyakit yang didapat akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia yang
disebabkan oleh virus HIV. Penderita AIDS meninggal bukan semata-mata disebabkan
oleh virus, akan tetapi oleh penyakit lain yang biasanya tidak terlalu berbahaya menjadi
mematikan karena sistem kekebalan tubuh kita sudah tidak berfungsi lagi.

IMS merupakan infeksi yang menular melalui hubungan seksual. Pada laki-laki
gejala IMS lebih mudah dikenali, namun pada wanita sebagian besar tidak
menimbulkan gejala dan cenderung menjadi sumber penularan IMS ini. Capain Kinerja
Pencegahan dan Penanggulangan IMS, HIV/AIDS

Tabel 2.65 Indikator Kinerja Pencegahan dan Penanggulangan IMS, HIV /AIDS

139
di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Pelayanan kesehatan orang dengan
69 100% 69 100%
resiko terinfeksi HIV
2 Persentase angka kasus HIV yang diobati 69 50% 2 100%
Sumber : Laporan Pencegahan dan Penaggulangan IMS, HIV/AIDS Tahun 2017

8) Pemberantasan Penyakit Kusta


Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun, disebabkan oleh kuman
mycobacterium leprae yang terutama menyerang syaraf tepi, kulit dan organ tubuh lain
kecuali susunan saraf pusat. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dengan tanda-
tanda khas (kulit dengan bercak putih seperti panu atau kemerahan disertai mati rasa).
Pada tahun 2017 ditemukan adanya 1 orang penderita kusta dari di banjar
Kedewatan desa Mundeh Kauh. Sampai akhir Desember 2017 penderita belum
mendapatkan pengobatan dengan tuntas.

Tabel 2.66 Indikator Kinerja Pemberantasan Penyakit Kusta


di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Cakupan Penanganan Kasus Kusta 20621 100% 1 100%
Sumber : Laporan P2P Tahu n 2017

9) Pemberantasan Penyakit Malaria


Pada tahun 2017 tidak ditemukan adanya kasus malaria di wilayah kerja
Puskesmas Selemadeg Barat. Pelacakan dan Penemuan Kasus Malaria secara dini
dilakukan dengan pengambilan darah ACD dan PCD. Kasus malaria positif tidak
ditemukan pada tahun 2017.
Tabel 2.67 Indikator Kinerja Pemberantasan Penyakit Malaria
di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017
CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Cakupan Pengambilan sampel darah
malaria pada semua pendatang dari 93 100% 126 135%
daerah endemis
Sumber : Laporan P2P Tahun 2017

10) Pemberantasan Penyakit Rabies

140
Penyakit hewan yang bersifat zoonosis (menular ke manusia). Virus rabies
dikeluarkan bersama air liur Hewan Penular Rabies (HPR) yang terinfeksi seperti anjing,
kucing, kera dan ditularkan melalui luka gigitan atau jilatan. Pada tahun 2017 terdapat 37
kasus gigitan HPR, 20 diantaranya oleh anjing. Kasus gigitan HPR di Puskesmas Selemadeg
Barat
Tabel 2.68 Indikator Kinerja Pemberantasan Penyakit Rabies
di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Cakupan Penanganan Kasus GHPR 20621 100% 37 100%
Sumber : Laporan P2P Tahu n 2017

11) Pemberantasan Kecacingan


Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa
cacing. Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat. Infeksi
kecacingan adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing kelas nematode usus
khususnya yang penularan melalui tanah, diantaranya Ascaris lumbricoides, Trichuris
trichiura, dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan
Strongyloides stercoralis. Cacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
infeksi cacing usus (soil transmitted helmithes) di dalam tubuh manusia.
Pada tahun 2017 diwilayah Puskesmas Selemadeg Barat ditemukan 2 orang
yang terinfeksi cacing pita di desa Mundeh Kangin, yang saat ini telah menerima
pengobatan. Berikut capaiam kegiatan pemberantasan kecacingan di wilayah kerja
Puskesmas Selemadeg Barat
Tabel 2.69 Indikator Kinerja Pemberantasan Kecacingan
di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Cakupan Pemberian Obat cacing pada
2227 100% 2227 100%
sasaran usia 12 bln-12 thn
Sumber : Laporan P2P Tahun 2017

c.2 Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan

141
a. Pelayanan Kesehatan Jiwa
Tujuan program adalah untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa sehingga
dapat dilakukan upaya pencegahan baik mencegah agar tidak terjadi maupun
mencegah agar tidak berkembang menjadi lebih buruk.
Kegiatan yang dilaksanakan :
1) Penyuluhan pada masyarakat umum melalui posyandu, safari kesehatan,
perorangan dan keluarga pasien, pertemuan lintas sektoral penemuan pasien
2) Pengobatan dan rujukan pasien
3) Kunjungan rumah Pencatatan dan pelaporan
Kegiatan Yang Dilakukan:
1) Kegiatan Dalam Gedung
Kegiatan dalam gedung dalam upaya kesehatan jiwa antara lain penyuluhan,
penemuan, pengobatan dan rujukan pasien.
2) Kegiatan Luar Gedung
Melakukan penyuluhan saat posyandu, Puskesmas keliling, Safari kesehatan dan
pertemuan lintas sektoral. Mendata dan kunjungan rumah pada kasus kelainan
jiwa atau yang di pasung. Di puskesmas Selemadeg Barat memiliki 39 orang
dengan gangguan jiwa
Berikit ini adalah capaian kegiatan pelayanan kesehatan jiwa di wilayah kerja
Puskesmas Selemadeg Barat

Tabel 2.70 Indikator Kinerja Pelayanan Kesehatan Jiwa


di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Kunjungan rumah pasien jiwa 73 kasus 100% 73 kasus 100%
Sumber : Laporan PKP Tahun 2017

Tabel 2.71 Jenis Kunjungan Jiwa di Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017
JENIS PENYAKIT JUMLAH PENDERITA

2014 2015 2016


Scizoprenia hebefrenik 0 12 23
142
Scizoprenia paranoid 0 1 0
Gangguan Mental Organik 0 0 0
Gangguan Cemas 0 2 6
Epilepsi 0 4 33
Depresi 0 1 1
Retradasi mental 0 4 0
Dimensia 0 0 0
Insomnia 0 0 0
Sumber : Laporan SP2TP

b. Pelayanan Kesehatan Olahraga


Upaya kesehatan olah raga adalah salah satu upaya kesehatan yang bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani melalui aktivitas fisik
dan atau olah raga. Dalam rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat
2010, program kesehatan olahraga merupakan salah satu program dari pokok
program prilaku hidup sehat dan pemberdayaan masyarakat. Kesehatan olahraga
telah ditetapkan sebagai salah satu indikator keberhasilan Prilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).
Kesehatan Olahraga (Kesorga) merupakan program pengembangan yang
memiliki kegiatan cukup banyak, dan dilaksanakan di masing-masing wilayah desa di
wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat.

c. Pelayanan Kesehatan Indra


Tujuan program : Meningkatkan kesehatan mata, upaya pencegahan agar
tidak terjadi berkembang menjadi lebih buruk. Kegiatan yang dilaksanakan adalah:
1. Penyuluhan kesehatan mata, katarak dan penyakit mata lainnya di posyandu,
puskel, safari kesehatan.
2. Pemeriksaan /penjaringan pada TK dan SD.
3. Pemeriksaan dan pengobatan pada pasien di Puskesmas dan Posyandu.
4. Merujuk pasien dengan kelainan refrasi, katarak, hordeulum dan lainnya.
5. Mengadakan pemeriksaan kelaianan refraksi gratis dan pembagian kaca mata
plus gratis pada saat Safari Kesehatan dengan bekerja sama dengan Yayasan
kemanusiaan Indonesia (YKI).
6. Mendata pasien katarak yang siap dioperasi gratis.

143
Selaian kegiatan diluar gedung pelayanan kesehatan Indra juga dilakukan di Ruang
Pemeriksaan Umum, Data kunjungan Penyakit Mata yang datang pelayanan
pemeriksaan umum pada tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 2.72 sebagai berikut :

Tabel 2.72 Jenis Penyakit Mata Yang datang di Ruang Pemeriksaan Umum
Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017
No Jenis Penyakit Mata Jumlah Kasus
1 Konjuntivitis 132
2 Hordeolum 60
3 Pterigium 53
4 Kelainan Refraksi 180
5 Katarak di Rujuk 25
6 Glucoma 0
7 Kekeruhan Cornea 0
8 Keratitis 0
9 Bleparitis 0
10 Defisiensi Vitamin A 0
11 Trakhoma 0
12 Lain-lain (Trauma pada mata 0
karena benda asing)
13 Kelainan Refraksi (di Rujuk) 124
14 Kelainan lain yang dirujuk 16
Sumber : Laporan SP2TP Tahun 2017

d. Pelayanan Kesehatana Lansia


Puskesmas Selemadeg Barat adalah “Puskesmas Santun Lansia” artinya
memberikan prioritas pada pasien dari pralansia mulai dari loket yang terpisah dari
pasien umum sampai ruangan tersendiri dan dilengkapi dengan kamar mandi dan
perlengkapannya seperti realling, bel dan keset anti selip.
Puskesmas Santun Lansia, merupakan strategi pelayanan kesehatan bagi usia
lanjut sebagai bentuk penghargaan dan kepedulian terhadap usia lanjut dengan
segala kondisinya baik fisik, mental dan psiko-sosial. Jumlah usia lanjut yang semakin
meningkat, harus menjadikan perhatian kita untuk dapat melakukan pembinaan
sedini mungkin agar mereka tetap terpelihara kesehatan dan kemandiriannya.
Tujuan Puskesmas “Santun Lansia adalah :
1) Melakukan perencanaan terarah dalam pelayanan lansia sesuai kebutuhan
2) Pelayanan proaktif,berkualitas
144
3) Kemudahan pelayanan
4) Menurunkan jumlah kesakitan
5) Mewujudkan lansia produktif dan bahagia
6) Mengembalikan kemampuan dan kepercayaan diri lansia

Grafik 2.73 Laporan Jumlah Kunjungan Pasien Usia >60 Tahun Per Bulan
Di Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

Sumber : Laporan SP2TP Tahun 2017

Grafik 2.74 Laporan Gambaran Penyakit Terbanyak Yang di Derita Lansia


Di Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

145
Sumber : Laporan SP2TP Tahun 2017

Tabel 2.75 Indikator Kinerja Pelayanan Kesehatan Lansia


di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Cakupan pelayanan kesehatan pra lansia 4.600 45% 2.318 50,80%
2 Cakupan pelayanan kesehatan lansia 2.143 62% 1.547 72,20%
3 Cakupan pelayanan kesehatan lansia resti 1.611 62% 1.097 68,10%
Sumber : Laporan PKP Tahun 2017

Pada tabel diatas dapat dilihat semua indikator Kinerja Pelayanan Kesehatan
Lansia telah mencapai target yang diharapkan. Ini tak lepas dari peran aktif lansia dalam
megikuti kegiatan pelayanan kesehatan lansia di wilayah Puskesmas Selemadeg Barat.

e. Pelayanan Kesehatan Kerja


Upaya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat pekerja secara minimal
dan paripurna meliputi upaya peningkatan kesehatan kerja, pencegahan,
penyembuhan dan pemulihan PAK, PAHK, KAK oleh institusi pelayanan kesehatan
kerja dasar.
Tujuan UKK adalah: Terselenggaranya pelayanan kesehatan kerja dasar oleh
Puskesmas di kawasan industri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

146
masyarakat pekerja. Bagi Puskesmas yang berada di wilayah kerja di kawasan industri,
wajib mengembangkan Upaya Kes Kerja yang merupakan kebutuhan dan masalah
pada wilayah kerjanya. Untuk melaksanakan UKK pada Puskesmas perlu kerja sama
dengan pengusaha, serikat pekerja, Dinas tenaga kerja, Dinas Perindustrian.
Pelayanan Kesehatan Kerja
Pelayanan Kesehatan Kerja dasar yaitu upaya yang diberikan kepada masyarakat
pekerja secara minimal oleh institusi pelayanan kesehatan kerja dasar meliputi Pos
UKK, Poliklinik Perusahaan dan Puskesmas. Pos UKK sebagai suatu wadah pelayanan
kesehatan kerja yang berada di tempat kerja dan dikelola oleh pekerja itu sendiri
(kader) yang berkoordinasi dengan Puskesmas sebagai Pembina dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja untuk meningkatkan
produktivitas kerjanya.
Adapun pada Pos UKK kelompok kader mempunyai peranan sebagai :
1) Pembina dan penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja
2) Pelaksana Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan Pertolongan Pertama
Pada Penyakit (P3P)
3) Koordinator penyediaan fasilitas alat keselamatan kerja
4) Koordinator kegiatan pencatatan dan pelaporan

Adapun capaian kinerja UKK dapat dilihat pada Tabel 2.76 dibawah ini :
Tabel 2.76 Indikator Kinerja UKK di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017
CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Kunjungan dan pembinaan kesehatan
kerja 51 - 8 15,60%
2 Pembentukan dan pembinaan pos UKK 1 0 0
Sumber : Laporan PKP Tahun 2017

Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program yaitu :


 Kesulitan mengumpulkan para pekerja
 Waktu yang diberikan perusahaan terutama dalam memberikan penyuluhan dan
pemeriksaan kesehatan terbatas
 Pemeriksaan yang sudah dijadwalkan terkadang tidak terlaksana karena
kesibukan dari perusahaan tersebut
 Keterbatasan SDM yang dimiliki

f. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer (YANKESTRADKOM)


147
Pengembangan kesehatan tradisional di pukesmas ditekankan pada upaya
promotif dan preventif dengan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan
TOGA dan akupresur. hal ini sejalan dengan indikator rencana strategis (RENSTRA)
Kementerian Kesehatan di bidang Pelayanan Kesehatan Tradisional, alternatif dan
komplementerer tahun 2015-2019.Capain Program Pelayanan Kesehatan Tradisional
Komplementer dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.77 Indikator Kinerja UKK di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017
CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Pembinaan Toga dan Pemanfaatannya
6534 KK 60 5900 90%
pada sasaran masyarakat
2 Pembinaan Hattra ( Penyehat tradisional) 21 40 21 100%

1. TOGA
Tanaman obat keluarga merupakan beberapa jenis tanaman obat pilihan yang
ditanam di pekarangan rumah atau lingkungan sekitar rumah. Tanaman obat yang
dipilih biasanya tanaman obat yang dapat digunakan untuk pertolongan pertama atau
obat – obat ringan seperti deman dan batuk. Tanaman obat yang sering ditanam di
pekarangan rumah antara lain sirih, kunyit, temulawak, kumis kucing, sambiloto, dan
lain – lain. Tanaman obat keluarga selain digunakan sebagai obat juga memiliki
beberapa manfaat lain yaitu :
a) Dapat dimanfaatkan sebagai penambah gizi keluarga seperti Tomat, pepaya,
timun, dan bayam.
b) Dapat dimemanfaatkan sebagai bumbu atau rempah – rempah masakan seperti
Cabai, kunyit, kuncur, jahe, serai, dan daun salam.
c) Dapat menambah keindahan (estetis)/menambah keasrian pekarangan karena
ditaman di pekarangan rumah seperti mawar, melati, bunga matahari, kembang
sepatu, tapak dara dan kumis kucing.
d) Tanaman obat – obatan dapat ditanam dalam pot – pot atau dilain sekitar rumah.
Apabila lahan yang dapat ditanami cukup luas, maka sebagaian hasil panen dapat
dijual dan untuk menambah penghasilan keluarga.

148
Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
membudiyakan tanaman obat keluarga akan terus dilaksanakan penyuluhan dan
pembinaan kepada keluarga dalam wilayah Puskesmas Selemadeg Barat.
Kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai berikut :
a) Pengumpulan Data Dan Penjaringan Masyarakat Yang Memiliki. Tujuan adalah
ntuk mengetahui sudah berapa banyak kepada keluarga di masing – masing
banjar yang mempunyai TOGA. Sasaran dalam kegiatan ini Kepala keluarga di
masing-masing banjar.

Tabel 2.78 Hasil pendataan dan penjaringan masyakat yang memiliki TOGA
di wilayah Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017
No Nama Desa Jumlah KK Yang Ada TOGA Persentase
1 Mundeh 848 683 80,54%

2 Lalanglinggah 1.027 832 81,01%

3 Lumbung 612 496 81,04%

4 Tiyinggading 607 472 77,75%

5 Mundeh Kangin 531 441 83,05%

6 Lumbung Kauh 378 289 76,45%

7 Antosari 586 446 75,10%

8 Mundeh Kauh 484 398 82,23%

9 Angkah 694 556 80,11%

10 Selabih 465 389 83,65%

11 Bengkel Sari 302 236 78,14%

JUMLAH 5238

Sumber : Data Yankestradkom Tahun 2017

b) Penyuluhan TOGA. Tujuan adalah Memberikan informasi kepada masyarakat dan


institusi tentang manfaat TOGA. Sasarannya Masyarakat & Anak sekolah.
c) Pembinaan Dan Bimbingan Terhadap Masyarakat. Tujuannya Membina dan
membimbing masyarakat yang sudah memiliki TOGA agar dapat
memanfaatkannya dengan baik. Sasarannya Masyarakat yang sudah memiliki
TOGA. Hasil pembinaan dan bimbingan sudah dilaksanakan dengan baik sesuai
dengan jadwal.

149
Tabel 2.79 Kegiatan Penyuluhan Luar Gedung Taman obat keluarga (TOGA) Tahun 2017
No Nama Desa Frekuensi
Penyuluhan
1 Mundeh 8

2 Lalanglinggah 11

3 Lumbung 7

4 Tiyinggading 14

5 Mundeh Kangin 6

6 Lumbung Kauh 10

7 Antosari 16

8 Mundeh Kauh 5

9 Angkah 8

10 Selabih 3

11 Bengkel Sari 10

JUMLAH
Sumber : Data Yankestradkom Tahun 2017

2. Akupressure
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional. Sesuai PERMENKES nomor
1186/MENKES/PER/XI/1996 tentang pemanfaatan akupuntur di fasilitas pelayanan
kesehatan, maka metode pelayanan kesehatan tradisional yang dapat
diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan adalah akupuntur. akupuntur yang
diselenggarakan di puskesmas tidak menggunakan jarum dan dikenal sebagai
AKUPRESUR. Akupresur adalah upaya terapi fisik berupa rangsangan pijatan atau
tekanan pada titik akupuntur/akupresur dengan tujuan perawatan kesehatan
(peningkatan kondisi tubuh, pencegahan penyakit, penyembuhan, serta pemulihan
kondisi setelah sakit) yang telah digunakan oleh masyarakat sejak dulu kala sebagai
bagian dan upaya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
Tujuan :
a) Tujuan Umum:

150
Meningkatnya pendayagunaan pengobatan tradisional (akupresur) dalam rangka
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
b) Tujuan Khusus:
 Puskesmas dapat melaksanakan pelayanan pengobatan tradisional
akupresur untuk memelihara kesehatan, meningkatkan kesehatan,
mencegah dan mengatasi gangguan kesehatan ringan secara mandiri oleh
individu, keluarga, kelompok/masyarakat.
 Puskesmas dapat menjadi fasilitator asuhan mandiri pemanfaatan
akupresur dalam rangka memelihara kesehatan, meningkatkan kesehatan,
mencegah dan mengatasi gangguan kesehatan ringan secara mandiri oleh
individu, keluarga, kelompok/masyarakat.
Alur pelaksanaan dimulai dari pasien datang dan langsung dilakukan
pemeriksaan dan penegakaan diagnosa oleh dokter. Penegakkan diagnosa oleh
dokter tetap secara konvensional. Selanjutnya dilakukan pengisian surat persetujuan
pasien atas tindakan alternatif komplementerer (inform consent), pengsisian surat
permintaan pasien atas pelayanan kesehatan alternatif dan komplementerer (request
consent) serta memilih pilihan terapi yang diberikan dokter seperti konvensional saja,
konvensional + pelayanan kesehatan tradisional (komplementer) atau murni
pelayanan kesehatan tradisional (alternatif). Hal yang harus diperhatikan ketika
memberikan pelayanan kesehatan tradisional dan kompelementer yaitu pemberi
tindakan diberikan oleh tenaga kesehatan yang mendapat pelatihan khusus di bidang
tradisional, alternatif dan komplementerer (dalam pengawasan dokter).
Jadwal Pelaksanaan pelayanan kesehatan tradisional dan komplementer di
ruang pelayanan Yankestradkom dilaksanakan pada Hari Rabu kerja setiap hari kerja.
g. Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat
Upaya Kesehatan Gigi di Puskesmas ini pada dasarnya di bagi dalam beberapa
kegiatan sebagai berikut :
1. Pembinaan / Pengembangan
2. Pelayanan Asuhan pada kelompok Rawan
3. Pelayanan Medik Gigi Dasar
4. Pencatatan dan Pelaporan
Tujuan Umum : Tercapainya derajat Kesehatan Gigi masyarakat yang optimal
Tujuan Khusus :
151
1) Meningkatnya kesadaran, Sikap perilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara diri
(Self Care) dibidang Kesehatan Gigi dan Mulut dan mau mencari pengobatan sedini
mungkin.
2) Menurunnya Prevalensi penyakit Gigi dan Mulut yang banyak di derita masyarakat
dengan upaya perlindungan / pencegahantanpa mengabaikan upaya penyembuhan
dan pemulihan,terutama pada kelompok masyarakat yang rawan
3) Terhindarnya / berkurangnya gangguan fungsi kunyah akibat kerusakan / penyakit
gigi dan mulut
Pencapaian program UKGM Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017 dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 2.80 Indikator Kinerja UKK di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017
CAPAIAN 2017
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
1 Penyelenggaraan pendidikan 2x setahun
kesehatan gigi dan mulut (sikat gigi untuk 20
massal dan penyuluhan kesehatan 20 SD SD 34 SD 85%
Sumber : Laporan PKP Tahun 2017

Puskesmas Selemadeg Barat memiliki 11 desa yang terdiri dari 73 dusun maka
kami melaksanakan UKGM berdasarkan jumlah Posyandu yang ada. Kegiatan UKGM
berintegrasi dengan kegiatan puskesmas Keiling dan kegiatan mobil sehat setiap
tahunnya.
Pemeriksaan dan perawatan yang diberikan pada kelompok rawan penyakit
gigi dan mulut adalah sebagai berikut: Untuk frekwensi pembinaan petugas
kesehatan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut ke SD dilaksanakan 3 kali per
tahun per SD yaitu pada saat :
1) Penjaringan
2) Pelatihan dokter kecil
3) Pada saat UKGS dengan sikat gigi masal dan pemeriksaan kesehatah gigi anak
kelas IV dan kelas V.
Untuk cakupan upaya pelayanan pengobatan koperhensif pada anak sekolah
mencakup 80 % dari jumlah murid kelas selektif yang memerlukan perawatan.

c.3. Upaya Kesehatan Perorangan, Kefarmasian dan Laboratorium


a. Pelayanan Pemeriksaan Umum
152
Upaya pelayanan kesehatan dalam gedung yang dilaksanakan di Puskesmas
Selemadeg Barat meliputi pelayanan rawat Jalan dan rencananya akan diadakan
rawat inap juga. Sebagai gambaran umum jumlah kunjungan Ruang Pelayanana
Pemeriksaan Umum dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.81 Jumlah Kunjungan R. Pemeriksaan Umum di Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017
No Bulan Jumlah Pasien

1 Januari 270
2 Februari 260
3 Maret 251
4 April 221
5 Mei 199
6 Juni 200
7 Juli 291
8 Agustus 294
9 September 294
10 Oktober 344
11 November 301
12 Desember 358
JUMLAH 3283
Sumber : Laporan Kunjunan R. Pemeriksaan Umum

b. Pelayanan Kesehatan gigi dan Mulut


Unit pelayanan yang menangani pemeriksaan dan perawatan gigi dengan
jenis-jenis pelayanan seperti: ekstraksi gigi, pembersihan plak dan karang gigi,
penambalan gigi dan pemeliharaan gigi. Unit ini dilengkapi dengan satu dental unit
yang ditangani oleh dua orang dokter gigi dan dua orang perawat gigi. Jumlah
kunjungan di Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 2017 dapat dilihat pada Tabel di
bawah ini :
Tabel 2.82 Jumlah Kunjungan Kesehatan Gigi dan Mulut
Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017
No Bulan Jumlah Jenis Kelamin Jenis Kunjungan
Kunjungan Laki-laki Perempuan Baru Lama
1 Januari 47 12 35 47 0
2 Februari 47 23 25 43 4
3 Maret 66 28 38 35 31
4 April 60 28 32 51 9
5 Mei 69 26 43 56 13
6 Juni 57 22 35 49 8
7 Juli 56 28 28 52 4
8 Agustus 77 36 41 63 14
153
9 September 73 38 35 65 8
10 Oktober 76 26 50 63 13
11 November 76 40 36 66 10
12 Desember 98 40 58 73 25
Sumber : Laporan Kunjungan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

c. Pelayanan KIA/KB yang bersifat UKP


Pelayanan KIA di Puskesmas Selemadeg memiliki pelayanan dalam gedung
diantarnya:
1) Pemeriksaan Ibu hamil :
Pelayanan ANC terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
a) Anamnesa
b) Pemeriksaan : fisik (umum/kebidanan) psikologis (kejiwaan) ibu hamil dan
lab (atas indikasi)
c) Penanganan dan tindak lanjut kasus (sesuai risiko yg ada)
2) Standar pelayan minimal Ibu hamil :
a) Timbang BB dan ukur TB
b) Ukur LILA
c) Ukur Tekanan darah
d) Ukur Tinggi fundus uteri
e) Hitung denyut jantung janin (DJJ)
f) Tentukan presentasi janin
g) Pemberian imunisasi TT lengkap
h) Pemberian Tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan
i) Permeriksaan lab rutin dan khusus(PMS)
j) Tatalaksana/ penanganan kasus
k) KIE Efektif (Temu wicara/konseling) termasuk Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan KB pasca persalinan
3) Pemeriksaan laboratorium rutin ibu
4) Pertolongan persalinan normal dan mampu PONED di Puskesmas Selemadeg
Barat
5) Pelayanan Ibu Nifas meliputi : Pemeriksaan TD, Nadi, Respirasi, suhu,
Pemeriksaan tinggi FU (involusi uterus), Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran
pervaginam lainnya. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bln,
Pemberian kapsul vit A 200.000 IU 2x (sgr stlh melahirkan dan 24 jam
berikutnya), Pelayanan KB pasca salin
6) Penanganan Neonatal
Adapun Jumlah kunjungan KIA pada tahun 2017 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 2.83 Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017
No Bulan Jumlah Kunjungan

154
1 Januari 17
2 Februari 14
3 Maret 20
4 April 20
5 Mei 14
6 Juni 11
7 Juli 7
8 Agustus 13
9 September 16
10 Oktober 10
11 November 13
12 Desember 12
JUMLAH 167

Sumber : Data SP2TP Tahun 2017

MTBS Program mencakup manajemen terpadu bayi muda umur 1 hari- 2


bulan, baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Pengembangan pendekatan MTBS
adalah keterpaduan pelayanan tidak hanya kuratif saja, namun sekaligus pelayanan
preventif seperti imunisasi, pemberian Vit A, menilai dan memperbaiki cara
pemberian ASI serta memberikan konseling kepada ibu tentang cara merawat dan
mengobati anak sakit di rumah.
Tabel 2.84 Jumlah Kunjungan MTBS di Puskesmas Selemadeg Barat Tahun 2017

No Bulan Jumlah
Kunjungan
1 Januari 15
2 Februari 24
3 Maret 42
4 April 54
5 Mei 74
6 Juni 88
7 Juli 97
8 Agustus 115
9 September 123
10 Oktober 135
11 November 163
12 Desember 227
Sumber : Data SP2TP Tahun 2017

d. Pelayanaan Kegawat Daruratan


Unit pelayanan ini menangani kasus-kasus yang bersifat kegawat daruratan, yang
terdiri dari kasus darurat bedah dan darurat non bedah. Adapun jumlah kunjungan
Unit Gawat Darurat adalah sebagai berikut :
Tabel 2.85 Data Kunjungan Unit Gawat Darurat Puskesmas Selemadeg Barat 2017
No Bulan Jumlah
1 Januari 77
155
2 Februari 83
3 Maret 66
4 April 102
5 Mei 93
6 Juni 53
7 Juli 62
8 Agustus 70
9 September 55
10 Oktober 118
11 November 94
12 Desember 107
JUMLAH 980
Sumber : Laporan SP2TP Tahun 2017

e. Pelayanan Gizi yang bersifat UKP


f. Pelayanan Kefarmasian
Obat dan perbekalan kesehatan merupakan sarana penunjang keberhasilan
pelayanan kesehatan khususnya penyembuhan penyakit. Kedudukan obat dalam
pelayanan kesehatan sangat penting, karena itu jumlah persediaan, distribusi dan
pelayanan obat diharapkan menjangkau seluruh lapisan masyarakat Penyediaan
kebutuhan obat dan perbekalan di puskesmas selama ini dilakukan oleh dinas
kesehatan kabupaten. Disamping itu puskesmas juga menganggarkan dana untuk
kebutuhan obat-obatan bila pemenuhan obat-obatan dari dinas kesehatan kurang
sesuai dengan kebutuhan dari Puskesmas.
Tabel 2.86 Sepuluh Besar Penggunaan Obat Terbanyak
di Puskesmas Selemadeg Barat 2017
No Nama Obat Jumlah
1 Multivitamin (Livron B Plek) 25.622
2 Captopril 25 mg 22.666
3 Paracetamol 500 mg tablet 22.859
4 Ibuprofen tablet 400 mg 20.216
5 Amoksilin kapsul 500 mg 19.216
6 Antasidadoen tablet kombinasi 17.303
7 Obat Flu kombinasi CTM, PPA (anaflu), Demacolin 14.341
8 Deksametason tablet 0,5 mg 13.616
9 Natrium Diklofenak 12.554
10 Becefort 11.829
Sumber: Laporan LPLPO Puskesmas Selemadeg Barat tahun 2016

g. Pelayanan Laboratorium
Laboratorium merupakan penunjang dalam upaya menentukan diagnose
penyakit pasien secara tepat dan akurat. Tindakan atau treatment medis yang akan
diberikan kepada pasien sangat mempertimbangkan hasil laboratorium yang
diperoleh. Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium yang dapat dilaksanakan di
156
Puskesmas Selemadeg Baratterdiri dari : pemeriksaan kimia klinik dan pemeriksaan
rutin.
Pemeriksaan laboratorium merupakan salah satu pemeriksaan penunjang untuk
memperkuat penegakkan diagnosa suatu penyakit. Pemeriksaan laboratorium yang
dapat dilakukan di Puskesmas Selemadeg Barat meliputi pemeriksaan darah, urine,
kimia darah, gula darah, darah mal dan BTA.Jenis dan jumlah pemeriksaan
laboratorium yang dapat dilakukan di Puskesmas Selemadeg Baratdapat dilihat pada
tabel berikut

Tabel 2.87 Jenis dan Jumlah Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas Selemadeg Barat

Jumlah
No Jenis Pemeriksaan
Kunjungan

1 Tes Kehamilan 10
2 Protein Urin 101
3 Glukosa Urin 98
4 Glukosa Darah 402
5 Asam Urat 65
6 Kolesterol 34
7 Hemoglobin 66
8 Golongan darah 100
9 Fiksasi BTA 149
10 PPIA 114
11 VCT 4
12 Jumlah 1143

c.4. Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan


a. Puskesmas Pembantu
Peskesmas Selemadeg Barat memiliki wilayah kerja yang cukup luas terdiri dari 11
desa untuk memberikan pelayanan yang menjangkau kesemua desa Puskesmas
Selemadeg Barat memiliki beberapa jaringan diantaranya : Pustu Lalanglingah, Pustu
Mundeh, Pustu Angkah, Pustu Mundeh Kangin, Pustu Mundeh Kauh, Pustu Lumbung,
Polindes Antosari, Polindes Bengkel Sari, Polindes Lumbung, Poskesdes Tiyinggading,
Poskesdes Selabih.
b. Puskesmas Keliling

157
Puskesmas Keliling dilakukan setiap bulan di semua desa di wilayah kerja Puskesmas
Selemadeg Baratsesuai dengan jadwal yang telah diberikan oleh desa dan telah
disepakati saat Minilokakarya Lintas sektoral, dimana dalam kegiatannya terintegrasi
dengan beberapa kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat lainnya seperti posbindu
penyakit tidak menular, posyandu lansia, posyandu bayi dan balita serta taman
posyandu

c. Bidan Desa

d. Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Tabel 2.88 Daftar Nama Jejaring di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Barat
Nama Alamat

Dokter Praktek Swasta

1. dr. Wayan Arya Putra Manuaba Desa Lalanglingah

2. dr. Nyoman Edy Junaedy Desa Lalanglingah

Bidan Praktek Swasta

1. Sri Dewi Desa Lalanglinggah

2. Sekarmiasih Desa Lalanglinggah

3. Ni Ketut Kurni Desa Lalanglinggah

4. Kedek Juliani Waisnawati Desa Mundeh

5. Ni Made Ayu Adiani Desa Mundeh

6. Ni Nyoman Riasih Desa Mundeh

7. Wayan Resmi Desa Selabih

8. Ida Ayu Putu Eka Wiadnyani Desa Mundeh Kauh

9. Sri Indri Indrawati Desa Mundeh Kauh

10. Rai Warsiki Desa Lumbung Kauh

11. Ni Nyoman Suini Desa Angkah

12. Asnet Teloke Desa Tiying Gading

13. Linda Desa Tiying Gading

Perawat Praktek Swasta

1. Ns. I Made Wikantra S.Kep Desa Selabih

2. Ns. Putu Adi Mariaana S.Kep Desa Mundeh

158
Dokter Gigi Praktek Swasta

drg. Ni Ketut Seriasih Desa Lalanglingah

Apotik

Sarka Farma Desa Lalanglingah

159
2.6.ANALISIS SITUASI
a.ANALISIS SITUASI INTERNAL :
a.1.EVALUSI RPK (PROSES PELAKSANAAN KEGIATAN) PERIODE SEBELUMNYA
a.2.EVALUASI CAPAIAN PERIODE SEBELUMNYA (IKK SPM DAN NON SPM)
a.3.ANALISIS PWS DAN GRAFIK RADAR (u Program dan jaringan : Per Desa u Program dan
Per Banjar u Jaringan)
a.4.EVALUASI SUMBERDAYA (6 M)
a.5.EVALUASI MASALAH DARI MUTU,AUDIT DAN KP (Data dari Tim Mutu,Audit,KP)
a.6.EVALUASI MASALAH DARI LAPORAN BULANAN (Data dari Penanggungjawab SP2TP)
a.7.EVALUASI MASUKAN ITERNAL/PEGAWAI PUSKESMAS (Data dari Koordinator Masukan
Aktif Manajemen Mutu Puskesmas)

b.ANALISISI SITUASI EKSTERNAL :


b.1.EVALUASI SMD/MMD (Data dari Dek Andi dan Surya)
b.2.EVALUASI PIS/PK (Data dari Dek Andi)
b.3.EVALUASI KEBIJAKAN EKSTERNAL (DINKES KAB s/d PUSAT)
b.4.EVALUASI MASUKAN EKSTERNAL PUSKESMAS (contoh : SKHM u Program (Survei
Kebutuhan Harapan Masyarakat,SKM Permenpan dan masukan masyarakat Aktif/Pasif u
UKP,ADMEN dll.) (Data dari Koordinator Masukan Aktif Manajemen Mutu Puskesmas)

2.7.RENCANA KEGIATAN PERIODE BERIKUTNYA


2.7.1.Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) dan Jadwal Tahun 2019
Berdasarkan Alokasi Anggaran Puskesmas bersumberdana BOK,JKN,APBD dll. dan
mepertimbangkan Perencanaan dan Anggaran Desa di wilayah kerja, telah dibuat dan
disepakati Rencana Pelaksanaan Kegiatan Poskesdes Tahun 2019 yang merupakan Bagian
dari Dokumen Rencana Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas Selemaddeg Barat Tahun 2019.
(Lampirkan RPK Poskesdes dan Jadwal tahun 2020)

2.7.2.Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Tahun 2020


Berdasarkan Hasil Analsisi Situasi Internal dan Eksternal tersebut di atas,telah
disusun dan disepakati Rencana Usulan Kegiatan Poskesdes Tahun 2020 yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Dokumen Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas
Selemadeg Barat Tahun 2020.
(Lampirkan RUK Poskesdes Tahun 2020)

136
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1.KESIMPULAN

3.2.SARAN

137
DAFTAR PUSTAKA

1.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014


tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
2.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015
tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama dan Tempat Praktek Mandiri;
3.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
1223);
4.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1475);
5.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016
tentang Pedoman Manajemen Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1423).
6.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan pasien.

138
7……….(Tolong tambahkan PERMENKES TERKAIT
PROGRAM/PUSTU/SUBAG/UNIT KERJA/TIM KERJA masing-masing)

139
LAMPIRAN
(Lampiran bias dijadikan 1 dalam Laporan Tahunan dan dijilid ATAU
kalau terlalu tebal bisa dilampirkan dan diarsipkan terpisah di luar
dokumen laporan Tahunan..Bila dilampirkan dan diarsipkan terpisah,agar
setelah kata LAMPIRAN diisi kata terpisah yaitu ditulis sbb. :

LAMPIRAN (Terpisah)

1. RPK dan Jadwal Bulanan Periode Tahun 2018


2. IKK/Laporan Akuntabilitas Bulanan Periode Tahun 2018
3. PWS dan Grafik Radar Bulanan Periode Tahun 2018
4. PDCA RPK Bulanan Periode Tahun 2018
5. PDCA IKK Bulanan Periode Tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai