Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan bahan yang karena sifat
atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta mahluk hidup lain.
Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun 1997, yang
menyusun ”top-20” B3 antara lain: Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride,
Benzene, Polychlorinated Biphenyls (PCBs), Kadmium, Benzo(a)pyrene,
Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic Aromatic Hydrocarbons, Chloroform, Aroclor
1254, DDT, Aroclor 1260, Trichloroethylene, Chromium (hexa valent),
Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin, Hexachlorobutadiene, Chlordane. Beberapa
diantaranya merupakan logam berat, antara lain Arsenic (As), Lead (Pb), Mercury
(Hg), Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr). Logam-logam berat tersebut dalam
konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi kesehatan manusia bila ditemukan di
dalam lingkungan, baik di dalam air, tanah maupun udara.1,2
Arsen (As) adalah salah satu logam toksik yang sering diklasifikasikan
sebagai logam, Tetapi lebih bersifat nonlogam. Tidak seperti logam lain yang
membentuk kation, Arsen (As) dialam berbentuk anion, seperti H2AsO4. Arsen
(As) tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah yang
dibawa oleh debu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa larut
di perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Senyawa arsen pada
awalnya digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa organic
ditemukan, dan sebagai pengawet kayu (Copper Chromated Arsenic (CCA)).3
Toksisitas dari arsen tergantung dari bentuknya (organik/inorganik),
valensinya, dan
kelarutannya. Arsen dalam bentuk unsur bukanlah bahan yang toksik. Arsen yang
merupakan racun adalah senyawa arsen. Senyawa arsen yang paling sering
digunakan untuk meracuni orang adalah Arsen trioksida (As2O3). Arsen bersifat

1
sitotoksik, karena menyebabkan efek racun pada protoplasma sel tubuh manusia.
Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan diserap secara sempurna di
dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh organ tubuh.3
Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum
mengenai definesi arsen, karakteristik arsen, sifat arsen, epidemiologi,
farmokokinetik dan farmakodinamik arsen, patofisiologi, manifestasi klinis serta
penatalaksanaan pada intoksikasi arsenik yang akan dibahas lebih lengkap pada
bab selanjutnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Arsen
2.1.1 Definisi Arsen
Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna
metal (steel-grey). Arsenik merupakan logam berat dengan nomor atom 33,
berat atom 74.91. Senyawa arsen didalam alam berada dalam 3 bentuk:
Arsen trichlorida (AsCl3) berupa cairan berminyak, Arsen trioksida
(As2O3, arsen putih) berupa kristal putih dan berupa gas arsine (AsH3).
Lewisite, yang sering disebut sebagai gas perang, merupakan salah satu
turunan gas arsine. Pada umumnya arsen tidak berbau, tetapi beberapa
senyawanya dapat mengeluarkan bau bawang putih. Racun arsen pada
umumnya mudah larut dalam air, khususnya dalam air panas.1,2,3

Gambar 1. Gambar logam arsen

Arsen merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala.


Senyawa arsen trioksida misalnya pernah digunakan sebagai tonikum,
yaitu dengan dosis 3 x 1-2 mg. Dalam jangka panjang, penggunaan
tonikum ini ternyata telah menyebabkan timbulnya gejala intoksikasi arsen

3
kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat untuk berbagai infeksi
parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba, spirocheta dan tripanosoma, tetapi
kemudian tidak lagi digunakan karena ditemukannya obat lain yang lebih
aman.3,4

Gambar 2: Lambang Arsen dalam gugusan rantai kimia


2.1.2. Jenis-jenis Arsen4,5
Bermacam-macam bentuk senyawa kimia dari arsen ini yaitu
sebagai berikut ;
1. Arsen triokasida (As2O3), ialah bentuk garam inorganic dan bentuk
trivial dari asam arsenat (H4AsO4) berwarna putih dan padat seperti
gula.
2. Arsen pentaoksida (As2O5)
3. Arsenat (misalnya : PbHAsO4), ialah bentuk garam dari asam
arsenat, merupakan senyawa arsen yang banyak dijumpai di alam
dan bersifat kurang toksik.
4. Arsen organic, arsen berikatan kovalen dengan rantai karbon alifatik
atau struktur cincin,dimana arsen terikat dalam bentuk trivalent
ataupun pentavalen.Bentuk senyawa arsen ini kurang toksin
dibandingkan denagn bentuk senyawa arsen inorganic trivalent.

Bentuk senyawa arsen yang paling beracun ialah gas arsin


(AsH3),yang terbentuk bila asam bereaksi dengan arsenat yang
mengandung logam lain.
Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan, arsen juga
dapat ditemukan di industri seperti industri pestisida, proses pengecoran
logam maupun pusat tenaga geotermal. Elemen yang mengandung arsen
dalam jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya ditemukan

4
pada produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun (tidak toksik).
Arsen dapat dalam bentuk in organik bervalensi tiga dan bervalensi lima.
Bentuk in organik arsen bervalensi tiga adalah arsenik trioksid, sodium
arsenik, dan arsenik triklorida. sedangkan bentuk in organik arsen
bervalensi lima adalah arsenik pentosida, asam arsenik, dan arsenat (Pb
arsenat, Ca arsenat). Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan
kimia yang cukup potensial untuk menimbulkan terjadinya keracunan
akut.
2.1.3. Karakteristik Arsen5,6
Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di
lingkungan. Arsen di air di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu
atau lebih elemen lain.
Arsen secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan
fosfor, dan sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai
reaksi biokimia dan juga beracun. Ketika dipanaskan, arsen akan cepat
teroksidasi menjadi oksida arsen, yang berbau seperti bau bawang putih.
Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat langsung tersublimasi,
berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat
dasar arsen ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan
metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.
2.1.4. Sifat Kimia Arsen1,3,4
Arsen diperoleh dari logamnya, membentuk kristal yang
strukturnya mirip dengan fosfor hitam. Arsen trihalida mirip dengan
trihalida fosfor. SbCl3 berbeda karena ia larut dalam sejumlah air yang
terbatas menghasilkan larutan jernih, yang dalam pengenceran
menghasilkan okso klorida yang tidak terlarut seperti SbOCl dan
Sb4O5Cl2. Tidak ada ion Sb3+ sederhana dalam larutan BiCl3, suatu
padatan Kristal putih, terhidrolisis oleh air menjadi BiOCl namun reaksi
ini di bolak=balik : BiCl3 + H2O ↔ BiOCl + 2 HCl.
Arsen membentuk As4S3, As4S4, As2S3, dan As2S5 dengan
interaksi langsung. Dua yang terakhir juga dapat mengendap dari larutan

5
asam hidroklorida dan dengan S. As2S3 tidak larut dalam air dan asam,
namun larut sebagai asam dalam larutan alkalin sulfide menghasilkan
anionlhio. As 2S5 berperilaku sama. As4S4 yang terdapat sebagai mineral
realgar, mempunyai struktur dengan tetrahedron As4.
2.1.5. Sumber Pencemaran Oleh Arsen4,5,7
Keberadaan arsen di alam (meliputi keberadaan di batuan (tanah)
dan sedimen, udara, air dan biota), produksi arsen di dalam industri,
penggunaan dan sumber pencemaran arsen di lingkungan.
A. Keberadaan Arsen di Alam
a. Batuan (Tanah) dan Sedimen
Di batuan atau tanah, arsen (As) terdistribusi sebagai
mineral. Kadar As tertinggi dalam bentuk arsenida dari amalgam
tembaga, timah hitam, perak dan bentuk sulfida dari emas.
Mineral lain yang mengandung arsen adalah arsenopyrite
(FeAsS), realgar (As4S4) dan orpiment (As2S3). Secara kasar
kandungan arsen di bumi antara 1,5-2 mglkg (NAS, 1977).
Bentuk oksida arsen banyak ditemukan pada deposit/sedimen dan
akan stabil bila berada di lingkungan.
Tanah yang tidak terkontaminasi arsen ditemukan
mengandung kadar As antara 0,240 mg/kg, sedang yang
terkontaminasi mengandung kadar As rata-rata lebih dari 550
mg/kg.
Secara alami kandungan arsen dalam sedimen biasanya di
bawah 10 mg/kg berat kering. Sedimen bagian bawah dapat
terjadi karena kontaminasi yang berasal dari sumber buatan
kering ditemukan pada sedimen bagian bawah yang dekat dengan
buangan pelelehan tembaga.
b. Udara
Zat padat di udara (total suspended particulate = TSP)
mengandung senyawa arsen dalam bentuk anorganik dan organic
menunjukkan bahwa hanya 35% arsen anorganik terlarut dalam

6
air hujan. Di lokasi tercemar, kadar As di udara ambien kurang
dari satu gram per meter kubik.
c. Air
Beberapa tempat di bumi mengandung arsen yang cukup
tinggi sehingga dapat merembes ke air tanah. Kebanyakan
wilayah dengan kandungan arsen tertinggi adalah daerah aluvial
yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah dengan kaya
bahan organik. Arsenik dalam air tanah bersifat alami dan
dilepaskan dari sedimen ke dalam air tanah karena tidak adanya
oksigen pada lapisan di bawah permukaan tanah.
Arsen terlarut dalam air dalam bentuk organik dan
anorganik. Jenis arsen bentuk organik adalah methylarsenic acid
dan methylarsenic acid, sedang anorganik dalam bentuk arsenit
dan arsenat. Arsen dapat ditemukan pada air permukaan, air
sungai, air danau, air sumur dalam, air mengalir, serta pada air di
lokasi di mana terdapat aktivitas panas bumi (geothermal).
d. Biota
Penyerapan ion arsenat dalam tanah oleh komponen besi
dan aluminium, sebagian besar merupakan kebalikan dari
penyerapan arsen pada tanaman. Kandungan arsen dalam tanaman
yang tumbuh pada tanah yang tidak tercemari pestisida bervariasi
antara 0,01-5 mg/kg berat kering. Tanaman yang tumbuh pada
tanah yang terkontaminasi arsen selayaknya mengandung kadar
arsen tinggi, khususnya di bagian akar Beberapa rerumputan yang
mengandung kadar arsen tinggi merupakan petunjuk/indicator
kandungan arsen dalam tanah. Selain itu, ganggang laut dan
rumput laut juga umumnya mengandung sejumlah kecil arsen.
B. Produksi dalam Industri
Berdasarkan data yang digunakan dari Biro Pertambangan
Amerika Serikat, dapat diperkirakan bahwa total produksi senyawa
arsen di dunia mulai tahun 1975 sekitar 600.000 ton. Negara-negara

7
produsen utama adalah: China, Peru, Swedia, USA dan USSR. Negara-
negara tersebut mampu mencukupi sampai 90% produk dunia. Arsen
trivalen adalah basis utama industri kimia arsen dan merupakan produk
samping dalam pelelehan bijih tembaga dan timah hitam.
C. Penggunaan Senyawa Arsen
Arsen banyak digunakan dalam berbagai bidang, yaitu salah
satunya dalam bidang pertanian. Di dalam pertanian, senyawa timah
arsenat, tembaga acetoarsenit, natrium arsenit, kalsium arsenat dan
senyawa arsen organik digunakan sebagai pestisida. Sebagian tembakau
yang tumbuh di Amerika Serikat, perlu diberi pestisida yang
mengandung arsen untuk mengendalikan serangga yang menjadi hama
tanaman tersebut selama masa pertumbuhannya. Tembakau ini akan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok.

2.2. Epidemiologi 2,5


Di dunia, lebih dari 100 juta orang berisiko terpapar arsenic dari minuman
air yang mengandung arsenic dengan kadar tinggi. Di Bangladesh, lebih dari 95%
persediaan air untuk lebih dari 138 juta orang berpotensii terkontaminasi arsenic.
Menurut American Association of Poisioning Control Centres ‘ (AAPCC)
National Poisioning Data System (NPDS) tiga orang meniggal akibat terpapar
arsenic di tahun 2011. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih sering terpapar
arsenk pestisida lebiih dominan (274 dari 379 menurut data NPDS 2007).
Sedangkan, arsenic non peptesida didominasi usia lebih 19 tahun.

2.3. Toksisitas Arsenik5,6


Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik
tampaknya memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik
anorganik.. Penelitian telah menunjukkan bahwa arsenites (trivalen bentuk)
memiliki toksisitas akut yang lebih tinggi daripada arsenates (pentavalent bentuk).
Minimal dosis akut arsenik yang mematikan pada orang dewasa diperkirakan 70-
200 mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan keracunan arsenik tidak

8
disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen, terutama
arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali lebih beracun daripada arsenikum murni.
Gejalanya antara lain: sakit di daerah perut, produksi air liur berlebihan, muntah,
rasa haus dan kekakuan di tenggorokan, suara serak dan kesulitan berbicara,
masalah muntah (kehijauan atau kekuningan, kadang-kadang bernoda darah),
diare, tenesmus, sakit pada organ kemih, kejang-kejang dan kram, keringat basah,
lividity dari ekstremitas, wajah pucat, mata merah dan berair.
Gejala keracunan arsenik ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat
berkembang menjadi ringan dan biasanya, jika tidak diobati, akan mengakibatkan
kematian.

2.4. Mekanisme Terjadinya Toksisitas4,8


Mekanisme masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral,
dari makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung
dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah.
Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum. Hal tersebut
terjadi apabila arsen terikat dengan gugus sulfhidril ( -SH), terutama yang berada
dalam enzim. Salah satu system enzim tersebut ialah kompleks piruvat
dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A
dan CO2 sebelum masuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim
tersebut terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor. Reaksi tersebut melibatkan
transasetilasi yang mengikat koenzim A (CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA
dan dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril. Kelompok
sulfhidril sangat berperan mengikat arsen trivial yang membentuk kelat-kelat dari
dihidrofil-arsenat dapat menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya bila
arsen terikat dengan system enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam
darah.

9
Gambar 3. Mekanisme masuknya arsen dalam tubuh

Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dari
glikolosis dengan jalan berkompetisi dengan fosfat dalama reaksi gliseraldehid
dehidrogenase. Dengan adanya pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat,
akibatnya tidak terjadi proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan
tidak memproduksi ATP. Selama Arsen bergabung dengan gugus –SH, maupun
gugus –SH yang terdapat dalam enzim,maka akan banyak ikatan As dalam hati
yang terikat sebagai enzim metabolic. Karena adanya protein yang juga
mengandung gugus –SH terikat dengan As, maka hal inilah yang meneyebbkan As
juga ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang. Karena eratnya As bergabung
dengan gugus –SH, maka arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan tulang
beberapa tahun kemudian.

2.5. Farmokodinamik dan Farmokokinetik8,9


Toksisitas dari arsen tergantung dari bentuknya (organik/inorganik),
valensinya, dan kelarutannya. Arsen dalam bentuk unsur bukanlah bahan yang
toksik. Arsen yang merupakan racun adalah senyawa arsen. Senyawa arsen
inorganik lebih bersifat toksik dibandingkan organik. Dan arsenik trivalen (As3+)
lebih bersifat toksik dibanding arsenik pentavalen (As5+).(2,3,7,10) Senyawa arsen
dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 cara, yaitu peroral, inhalasi,dan absorpsi
melalui kulit / mukosa membran. (2,7,10)

10
Senyawa arsen yang paling sering digunakan untuk meracuni orang adalah
Arsen trioksida (As2O3). Arsen bersifat sitotoksik, karena menyebabkan efek
racun pada protoplasma sel tubuh manusia. Racun arsen yang masuk ke dalam
saluran cerna akan diserap secara sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran
darah dan disebar ke seluruh organ tubuh. Sebagai suatu racun protoplasmik arsen
melakukan kerjanya melalui efek toksik ganda, yaitu :
a. Mempengaruhi respirasi sel dengan cara berikatan dengan gugus sulfhidril
(SH) pada dihidrolipoat, sehingga menghambat kerja enzim yang terkait
dengan transfer energi, terutama pada piruvate dehydrogenase, succinate
oxidative pathway, dan tricarbxylic acid (Krebs) cycle, yang menyebabkan
berkurangnya produksi ATP sehingga menimbulkan efek patologis yang
reversibel. Efek toksik ini dikatakan reversible karena dapat dinetralisir
dengan pemberian dithiol, 2,3, dimerkaptopropanol (dimercaprol,
BritishAnti-Lewisite atau BAL) yang akan berkompetisi dengan arsen dalam
mengikat gugus SH. Selain itu sebagian arsen juga menggantikan gugus
fosfat sehingga terjadi gangguan oksidasi fosforilasi dalam tubuh. (2,4,5,7)
b. Senyawa arsen mempunyai tempat predileksi pada endotel pembuluh darah,
khususnya di dearah splanknik dan menyebakan vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas yang patologis. Pembuluh darah jantung yang
terkena menyebabkan timbulnya petekie subepikardial dan subendokardial
yang jelas serta ekstravasasi perdarahan. Efek lokal arsen pada kapiler
menyebabkan serangkaian respons mulai dari kongesti, stasis serta
trombosis sehingga menyebabkan nekrosis dan iskemia jaringan. (2,9)

Didalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam darah.
Dalam waktu 24 jam setelah dikonsumsi, arsen dapat ditemukan dalam
konsentrasi tinggi di berbagai organ tubuh, seperti hati, ginjal, limpa, paru-paru
serta saluran cerna, dimana arsen akan mengikat gugus syulfhidril dalam protein
jaringan. Hanya sebagian kecil dari arsen yang menembus blood-brain barrier.
Arsen anorganik yang masuk ke tubuh wanita hamil dapat menembus sawar
darah plasenta dan masuk ke tubuh janin.Didalam tulang arsen menggantikan

11
posisi fosfor, sehingga arsen dapat dideteksi didalam tulang setelah bertahun-
tahun kemudian. (2,4,5)
Sebagian arsen dibuang melalui urin dalam bentuk methylated arsenic dan
sebagian lainnya ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut. Fakta terakhir ini
penting, karena setiap kali ada paparan arsen, maka menambah depot arsen di
dalam kulit, kuku dan rambut. Dalam penyidikan kasus pembunuhan dengan
menggunakan arsen, adanya peracunan kronis dan berulang dapat dilacak dengan
melakukan pemeriksaan kadar arsen pada berbagai bagian (fragmen) potongan
rambut dari pangkal sampai ke ujungnya. (4,5)
Bentuk fisik senyawa arsen yang masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi efeknya pada tubuh. Menelan senyawa atau garam arsen dalam
bentuk larutan lebih cepat penyerapannya dibandingkan penyerapan arsen dalam
bentuk padat. Penyerapan senyawa arsen dalam bentuk padat halus lebih cepat
dibandingkan bentuk padat kasar, sehingga gejala klinis yang terjadi pun lebih
berat juga. Secara umum efek arsen terhadap tubuh tergantung dari sifat fisik dan
kimiawi racun, jumlah racun yang masuk, kecepatan absorpsi, serta kecepatan dan
jumlah eliminasi, baik yang terjadi alamiah (melalui muntah dan diare) maupun
buatan, misalnya akibat pengobatan (lavase). (3)
Perlu diketahui terlebih dahulu mengenai kadar normal arsen dalam tubuh
kita, karena dalam keadaan normal sekalipun tubuh kita sering terpapar dengan
zat yang mengandung arsen dan secara rutin tanpa sadar kita juga
mengkonsumsinya setiap hari, misalnya dari makanan dan minuman yang kita
konsumsi sehari-hari. Kadar normal arsen dalam serum adalah kurang dari 5 µg
/L. Nilai ambang batas dalam air minum adalah 0.2 ppm. Pada orang dewasa
kadar normal dalam urin 100 ug/L, rambut 0,5 mg/kg. Kadar dalam rambut pada
keracunan 0.75 mg/kg dan pada kuku 1 mg/kg atau lebih. Kadar normal dalam
darah normal anak-anak 30 ug/L, urine 100 ug/24 jam. Takaran fatal As2O3
adalah 200-300 mg sedangkan untuk arsin 1 : 20.000 dalam udara.

12
2.6. Gejala Toksisitas Arsen1,9,10,11
A. Toksisitas Akut
Toksisitas akut arsen biasanya memperlihatkan gejala sakit perut,
gejala tersebut disebabkan oleh adanya vasodilatasi (pelebaran pembuluh
darah) yang akan mengakibatkan terbentuknya vesikel (lepuh) pada
lapisan submukose lambung dan usus. Gangguan tersebut mengakibatkan
rasa mual, muntah, diare (kadang bercampur darah) dan sakit perut yang
sangat. Bau napas seperti bawang putih, diare profus menyebabkan
banyak cairan tubuh keluar sehingga menyebabkan gejala hipontesi.
Terjadinya diare profus menyebabakan banyak larutan protein terbuang
keluar tubuh,sehingga mengakibatkan usus ridak berfungsi normal
(enteropati). Arsen juga dapat menyebabkan peningkatan aktivitas
mitotik pada sel hati. Gas arsenik dapat mengakibatkan hemolisis dalam
waktu 3-4 jam dan mengakibatkan nekrosis tubulus ginjal akut sehingga
terjadi kegagalan ginjal. Tanda-tanda toksisitas As yang akut juga terlihat
jelas ialah dengan ditemukannya gejala rambut rontok kebotakan
(alopesia), tidak berfungsinya saraf tepi yang ditandai dengan
kelumpukan anggota gerak bagian bawah,kaki lemas,persendian tangan
lumpuh, dan daya reflex menurun.
Intoksikasi arsen yang sifatnya akut saat ini jarang terjadi di tempat
kerja, biasanya terjadi karena konsumsi peroral akibat ketidaktahuan,
bunuh diri, ataupun pembunuhan. Timbulnya gejala biasanya dalam
waktu beberapa menit hingga jam. Untuk lebih jelasnya intoksikasi arsen
yang sifatnya akut dijelaskan dibawah ini :
a. Gastrointestinal
Sindrom gastrointestinal ini merupakan gambaran klasik keracunan
akut arsen yang masuk per oral. Masuknya arsen ke dalam tubuh
dalam dosis besar biasanya baru menimbulkan gejala keracunan akut
setelah 30 menit sampai 2 jam setelah paparan racun. Gejala yang
timbul berupa rasa terbakar pada tenggorokan dan uluhati, diikuti

13
dengan mual, muntah, nyeri abdomen, diare dengan feses seperti air
cucian beras, yang kadang-kadang berdarah. (2,4,7)
b. Sistem respirasi
Dapat terjadi iritasi pada saluran nafas seperti batuk, laringitis,
bronkitis ringan, dan sesak nafas, hal ini dapat terjadi akibat
pemaparan akut terhadap debu arsen. Selanjutnya mungkin dapat
terjadi edema paru akut. (8,9)
c. Sistem kardiovaskuler
Manifestasinya dapat berupa hipotensi, syok hipovolemik,
ventrikular disritmia, dan congestive heart failure. Pada intoksikasi
arsen terjadi dilatasi kapiler yang mengakibatkan permeabilitas
dinding pembuluh darah meningkat dan cairan keluar ke interstisial.
Keadaan ini bisa menyebabkan hipovolemi dan hipotensi. (2,8)
d. Sistem saraf
Intoksikasi pada sistem saraf memberikan gejala pusing, sakit
kepala, lemah, lesu, delirium, kejang, koma, ensefalopati, dan gejala
neuropati perifer sensoris dan motoris. Gejala neuropati dapat
bersifat lambat (delayed) dan muncul 2-4 minggu setelah gejala akut.
(2,7,8)

e. Hati dan Ginjal


Dapat terjadi peningkatan enzim hepar, hematuria, oliguria,
proteinuria, renal insufisiensi dan nekrosis tubular akut, yang
akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal akut. (2,8)
f. Hematologi: anemia, leucopenia, trombositopenia, dan disseminated
intravascular coagulation (DIC). (1,3,7)
g. Kematian mendadak dapat terjadi akibat syok jika korban menelan
senyawa arsen yang cepat diabsorpsi dalam jumlah besar. Namun
jika korban tersebut dapat bertahan hidup maka ia akan menderita
gagal ginjal ataupun kegagalan fungsi hati.(3,8)

14
B. Toksisitas kronis
Terjadinya toksisitas kronis biasanya melibatkan sejumlah populasi
penduduk yang tinggal dalam suatu kawasan pencemarn lingkungan
oleh arsen dari limbah industri pestisida, pabrik kertas, bubur pulp dan
sebagainya. Epidemiologi penyakit toksisitas arsen kronis terjadi pada
sebuah populasi penduduk di Bangladesh yang mengonsumsi air tanah
yang mengandung arsen.
Konsentrasi arsen dalam air tanah pada daerah tersebut dapat
mencapai 10 sampai 1820 mg/l. Gejala akan timbul dalm waktu 2 sampai
8 minggu sejak penderita mulai mengonsumsi air yang terkontaminasi
tersebut. Gejala yang jelas terlihat adalah adanya kelainan pada kulit dan
kuku, terciri dengan adanya hyperkeratosis, hiperpigmentasi, dermatitis
dengan terkelupasnya kulit dan adanya warna putih pada persambungan
kulit dan kuku.
Toksisitas As kronik juga dapat meningkatkan penyebab risiko
terjadinya kanker pada kulit, paru-paru, hati (liver-angiosarkoma),
kantung kencing, ginjal, dan kolon. Beberapa kelompok peneliti
menyatakan bahwa keracunan kronis A dapat menyebabkan hepatotoksik
hidroarsenicisme (karena mengonsumsi air minum yang terkontaminasi
As), hal tersebut terjadi setelah 1-15 tahun sejak mengonsumsi air
tersebut. Hepatomegali (pembesaran hati) terjadi pada 76,7% dari 248
pasien yang dirawat karena kasus toksisitas kronis As ini.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala kerusakan hati
ditandai dengan kolestasis, hiperbilirubinemia dan peningkatan aktivitas
enzim alkaline fosfatase yang disertai dengan tingginya konsentrasi
arsenik dalam urine.
Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut.Saraf
kaki akanlebih parah dari pada saraf tangan , menyebabkan kulumpuhan
pada saraf motorik dan sensorik. Terlihat kecenderungan terjadinya ulcer
(borok) dalam saluran pencernaan, hepatitis kronis, dan sirosis.

15
Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pansitopeni (sel darah
berkurang),terutama neutropeni (sel darah putih menurun).produksi sel
darah merah berhenti dan adanya gambaran basophilic stippling. Anemia
yang ada hubungannya dengan defisiensi asam folat juga terlihat.
Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungan antara toksisitas
kronis dari arsen trivial dan arsen pentavalen dengan ditemukannya kasus
kanker paru,kanker limfa, dan kanker kulit.

2.7. Dampak Toksisitas Arsen2,10


Sekitar 90% arsen yang diabsorbsi dalam tubuh manusia tersimpan dalam
hati,ginjal,dinding saluaran pencernaan,limfa, dan paru. Juga tersimpan dalam
jumlah sedikit dalam rambut dan kuku serta dapat terdeteksi dalam waktu lama,
yaitu beberapa tahun setelah keracunan kronis.Di dalam darah yang normal
ditemukan arsen 0,2µg/100ml. sedangkan pada kondisi keracunan ditemukan
10µg/100ml dan pada oarng yang mati keracunan arsen ditemukan 60-
90µg/100ml.

2.8. Pencegahan Terjadinya Paparan Arsen10,11


Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah pemakaian
alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh
arsen. Alat proteksi diri tersebut misalnya :
1. Masker yang memadai
2. Sarung tangan yang memadai
3. Tutup kepala
4. Kacamata khusus
Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu
pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun.
Jika keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam
urine. Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang
berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama
kadar arsen dalam patikel debu. Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya

16
dilakukan setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara
dapat lancar.

2.9. Cara Menanggulangi Toksisitas Arsen1,2,4


Pada kasus keracunan akut, perlu segera diberi obat suportif dan
simptomatik untuk mencegah terjadinya gejala neuropati. Pengobatan dengan
pemberian khelasi spesifik yaitu BAL. Standar pemberian BAL ialah 3-5 mg/kg
yang diberikan setiap 4 jam selama 2 hari diikuti dengan pemberian 2,5 mg/kg
setiap 6 jam selama 2 hari. Kemudian diberikan 2,5 mg/kg setiap 12 jam selama 1
minggu. Pada periode pemberian pengobatan tersebut, sampel urine diperiksa
setiap 24 jam dan pengobatan segera dihentikan jika konsentrasi As dalam urine
kurang dari 50 mg. pengobatan BAL sering diikuti dengan pemberian penisilamin
yang diberikan setiap 6 jam selama 5 hari.
Pada kasus keracunan kronis, tindakan pertama yang dilakukan ialah
menghilangkan sumber kontaminasi dari penderita. Pengobatan sistem kelasi
tidak dianjurkan, karena As mempunyai waktu paruh biologik hanya sekitar 3-4
hari.

2.10. Temuan otopsi 1,12


Pada pemeriksaan luar akan ditemukan tanda-tanda dehidrasi, pada
pemeriksaan dalam ditemukan tanda-tanda iritasi lambung, mukosa berwarna
kemerahan terkadang terdapat perdarahan ( flea bitten apperenace). Iritasi
lambung dpat menyebabkan produk-produk musin lambung yang menutupi
mukosa dengan partikel-partikel arsenic dapat tertahan.7
Pada jantung ditemukan tanda-tanda perdarahan sub-endokard pada septum.
Histpatologik menunjukkan adanya infiltrasi sel-sel radang bulat ke miokard.
Sedangkan organ lain dapat ditemukan edema. Pada korban meninggal perlu
diambil organ-organ seperti darah, urin, isi lambung, rambut, kuku, kulit dan
tulang. Sedangkan pada korban hidup perlu diambil bahan-bahan untuk cek
toksikologi adalah muntahan, urin, tinja hasil kumbah lambung, darah, rambut,
dan kuku.7

17
Korban mati akibat keracunan akut maka didapati ikterus, anemia hemolitik,
tanda-tanda kerusakan ginjal berupa degenerasi lemak, dengan nekrosis fokal dan
nekrosis tubuli, bila mati lambat namun bila mati cepat ditemukan tabda-tanda
cardiac arrest. Korban keracunan arsenic kronis didapati keadaan kurang gizi,
kulit hiperpigmentasi dan hyperkeratosis, pada kuku tampak garis-garis warna
putih (mee’s line)7 Pada pemeriksaan laboratorium dicurigai keracunan arsen bila
kadar arsen pada bahan yang diperiksa diatas batas normal:
a. Rambut dalam keadaan normal : 0,5 mg/kg
b. Dicurigai bila :0,75 mg/kg
c. Keracunan bila : 30 mg/kg
d. Kuku dalam keadaan normal : sampai 1 mg/kg
e. Dicurigai bila: 1 mg/kg
f. Keracunan bila : 80 ug/kg7
Pemeriksaan toksikologinya 10 cc darah + 10 cc HCL pekat, kemudian
celupkan tembaga ke dalam larutan tersebut. Jika posotif ada arsen maka akan
tampak warna kehitaman hingga abu-abu pada batang tembaga tersebut.
Adanya sejumlah besar arsenic dalam organ akan memungkinkan lambatnya
pembusukan mayat. Bukti yang nyata perihal jumlah arsenik dalam organ akan
tergantung pada jenis kasusnya. Meskipun demikian, riwayat penyakit dan
penemuan pada otopsi sangat mengarahkan keracunan karena obat ini,
memperhitungkan jumlah tiap menitnya harus hati-hati, banyak jumlah arsenik
yang ada dalam tubuh merupakan akibat pengobatan. Jika analisa kimia hanya
terbatas pada luar tubuh atau hanya ada arsenic dalam lambung, usus, tetapi organ
lain seperti hati, ginjal, dan otak tidak, maka kesimpilan sebab kematian tidak bisa
dibuat.

2.11. Aspek Medikolegal1,4,12


Pemeriksaan forensic dalam kasus keracunan, dapat dibagi dalam dua
kelompok, yaitu atas dasar dari tujuan pemeriksaan itu sendiri. Yang pertama
bertujuan untuk mencari penyebab kematian, dalam hal ini keracunan akibat

18
arsen. Yang kedua untuk mengetahui mengapa peristiwa keracunan terjadi,
misalnya pembunuhan, kelalaia/kecelakaan, ataupun bunuh diri.8
Ditinjau dari segi kepentingan menurut medikolegal, maka dapat
disimpulkan mengenai arsen sebagai berikut8 :
1. Arsen sangat sering digunakan untuk membunuh, karena
a. Harganya murah
b. Mudah diperoleh
c. Tidak mempunyai bau dan rasa sehingga mudah dicampur dengan
makanan
d. Sangat efektif karenan hanya dibtuhkan dalam jumlah sedikit.
2. Keracunan karena ketidak sengajaan biasanya karena salah
menentukan identitas
3. Bunuh diri dengan arsen sangat jarang ditemukan

Mengenai keracunan itu sendiri dalam KUHAP diatur dalam pasal 133 (1),
yang berbunyi, Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan mengenai
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidanan, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau ahli lainnya.8

19
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna
metal (steel-grey). Arsenik merupakan logam berat dengan nomor atom
33, berat atom 74.91.
2. Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik
tampaknya memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk
arsenik anorganik.
3. Cara pencegahan paparan arsen dengan menggunakan alat proteksi diri
dan melakukkan surveilance medis.

3.2 Saran
Untuk menghindari terjadinya keracunan akibat paparan arsen melalui
udara, air, tanah,biota dan kegiatan industry maka yang harus dilakukan adalah
menggunakkan alat proteksi diri, seperti memakai masker, sarung tangan,
kacamata dll saat berada di lingkungan kerja yang berhubungan dengan
pertambangan. Selain itu melakukkan surveilance medis setiap tahun secara rutin.
Ini ditujukan agar tidak terjadinya keracunan akibat paparan Arsen.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Cotton dan Wilkinson . 2009 . Kimia Anorganik Dasar . Jakarta : UI-Press

2. Darmono . 2006 . Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya


Dengan Toksikologi Seyawa Logam . Jakarta . UI-Press

3. Adnan Agnesa. 2010. Makalah Toksikologi Industri ARSEN. http://kesmas-


unsoed.blogspot.com/2010/10/makalah-toksikologi-industri-arsen.html.30
Maret 2012

4. Fhazira. 2010. Logam Berat Arsen. http://chitralestari.blogspot.


com/2010/09/logam-berat-arsen.html. 26 Juni 2018.

5. Darmono . 2009 . Farmasi Forensik dan Toksikologi . Jakarta : UI-Press

6. Arsen. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Arsen

7. Ilmu Kedokteran Forensik. P.101. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik


Universitas Indoesia.

8. Chadha, Vijay. Ilmu Kedokteran Forensik dan Toksikologi. Edisi kelima.


Jkarta : Widya Medika. 1995

9. Atmadja, DS. Mendeteksi kematian karena arsen.Available from: URL:


http://www.freewebs.com/arsenpapdi/caramendeteksi.html.

10. Sampurna B,dr. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan 2. Jakarta: FKUI.


p.101-106

11. Suyono A. Keracunan Zat Korosif dan logam. Available on : http://www.


freewebs.com/reef_forensik/index.htm. [Access on: 26 Juni 2018].

12. 12.Abdul MI. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Jakarta:
Binarupa Aksara. 1997. p.330-31.

21
22

Anda mungkin juga menyukai