Anda di halaman 1dari 19

PPGD

( Pertolongan Pertama Gawat Darurat )


I. PENDAHULUAN
Kegiatan Alam Terbuka (KAT) adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan di lokasi yang masih alami baik berupa hutan,
perbukitan, pantai dll. Kegiatan di alam terbuka saat ini banyak 
dilakukan oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif wisata,
kegiatan pendidikan dan bahkan penelitian. Selain untuk tujuan-tujuan
tersebut, kegiatan ini juga bermanfaat untuk mengenal Kebesaran Illahi
melalui keajaiban alam yang merupakan ciptaan-Nya berupa berbagai
keneragaman hayati yang sangat beraneka ragam yang masing-masing
memiliki keunikan tersendiri.
Namun dalam pelaksanaanya, kegiatan ini ternyata memiliki resiko
yang cukup tinggi. Karena tidak seperti kegiatan wisata lainnya yang
didukung oleh fasilitas yang menunjang keselamatan pelaku atau
pengunjung, Kegiatan Alam Terbuka justru sangat rentan terjadinya
kecelakaan karena memang kegiatan ini dilaksanakan ditempat yang
masih alami seperti kondisi perbukitan terjal, jurang, aliran sungai
yang deras, dan kondisi alam lainnya yang berpotensi menimbulkan
bahaya dan juga mempersulit upaya penyelamatan bagi korban atau
penderita.
Meskipun bukan suatu hal yang diharapkan, kecelakaan (accident)
memerlukan langkah antisipatif yang diantaranya dengan mengetahui
atau mendiagnosa penyakit maupun akibat kecelakaan, penanganan
terhadap korban dan evakuasi korban bila diperlukan. Hal ini
memerlukan pengetahuan agar korban tidak mengalami resiko cidera
yang lebih besar.
II. DEFINISI
Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan
kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba
datang sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga medis. Ini
berarti:

1. Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat walaupun perawatan


selanjutnya tertunda

2. Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban


bukan menambah sakit korban.

DASAR-DASAR PERTOLONGAN PERTAMA


Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap
korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban
mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan
Pertama (PP) ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa
penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami. Pertolongan
Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya
akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan
secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat
tubuh bahkan kematian.

Namun sebelum kita memasuki pembahasan kearah penanggulangan atau


pengobatan terhadap luka, akan lebih baik kita berbicara dulu mengenai
pencegahan terhadap suatu kecelakaan (accident), terutama dalam kegiatan di
alam bebas. Selain itu harus kita garis bawahi bahwa situasi dalam berkegiatan
sering memerlukan bukan sekedar pengetahuan kita tentang pengobatan, namun
lebih kepada pemahaman kita akan prinsip-prinsip pertolongan terhadap korban.
Sekedar contoh, beberapa peralatan yang disebutkan dalam materi ini
kemungkinan tidak selalu ada pada setiap kegiatan, aka kita dituntut kreatif dan
mampu menguasai setiap keadaan.

a. Prinsip Dasar

Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan darurat tersebut


diantaranya:

1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau
kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita
menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih
dalam bahaya.

2. Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien.
Hindarkan sikap sok pahlawan. Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat,
manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam t im, buatlah
perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.

3. Biasakan membuat cataan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda


lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna
bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain.

b. Sistematika Pertolongan Pertama

Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah :

1. janganPanik 
Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal,
korban-korban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan
pertolongan diutamakan diberikan kepada korban yang menderita luka yang
paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.
2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.
Pentingnya menjauhkan dari sumber kecelakaannya adalah untuk mencegah
terjadinya kecelakan ulang yang akan memperberat kondisi korban. Keuntungan
lainnya adalah penolong dapat memberikan pertolongan dengan t enang dan dapat
lebih mengkonsentrasikan perhatiannya pada kondisi korban yang ditolongnya.
Kerugian bila dilakukan secara tergesa-gesa yaitu dapat membahayakan atau
memperparah kondisi korban.

3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.

Bila pernafasan penderita berhenti segera kerjakan pernafasan bantuan.

4. Pendarahan.

Pendarahan yang keluar pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam
waktu 3-5 menit. Dengan menggunakan saputangan atau kain yang bersih tekan
tempat pendarahan kuat-kuat kemudian ikatlah saputangan tadi dengan dasi, baju,
ikat pinggang, atau apapun juga agar saputangan tersebut menekan luka-luka itu.
Kalau lokasi luka memungkinkan, letakkan bagian pendarahan lebih tinggi dari
bagian tubuh.

5. Perhatikan tanda-tanda shock.

Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah dari letak 


anggota tubuh yang lain. Apabila korban muntah-muntah dalm keadaan setengah
sadar, baringankan telungkup dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh
yang lainnya. Cara ini juga dilakukan untuk korban-korban yang dikhawatirkan
akan tersedak muntahan, darah, atau air dalam paru-parunya. Apabila penderita
mengalami cidera di dada dan penderita sesak nafas (tapi masih sadar) letakkan
dalam posisi setengah duduk.
6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.
Korban tidak boleh dipindahakan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis
dan keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan tidak 
memungkinkan bagi korban dibiarkan ditempat tersebut. Apabila korban hendak 
diusung terlebih dahulu pendarahan harus dihentikan serta tulang-tulang yang
patah dibidai. Dalam mengusung korban usahakanlah supaya kepala korban tetap
terlindung dan perhatikan jangan sampai saluran pernafasannya tersumbat oleh
kotoran atau muntahan.

7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.

Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah evakuasi korban ke


sentral pengobatan, puskesmas atau rumah sakit. Perlu diingat bahwa pertolongan
pertama hanyalah sebagai life saving dan mengurangi kecacatan, bukan terapi.
Serahkan keputusan tindakan selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis yang
berkompeten.
III. TUJUAN
Kejadian gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba
sehingga sulit memprediksi kapan terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini
adalah waspada dan melakukan upaya kongkrit untuk mengantisipasinya.
Harus dipikirkan satu bentuk mekanisme bantuan kepada korban dari awal
tempat kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan, bantuan di
fasilitas kesehatan sampai pasca kejadian cedera. Tercapainya kualitas hidup
penderita pada akhir bantuan harus tetap menjadi tujuan dari seluruh rangkai
pertolongan yang diberikan. Tujuan dari PPGD adalah :

1. Mencegah bahaya kematian atau mempertahankan hidup

2. Mencegah cacat

3. Mencegah penurunan kondisi fisik 

4. Mencegah infeksi

5. Mengurangi rasa sakit

Langkah-langkah dasar apabila timbul keadaan gawat darurat :

1. Jangan panik, kuasai keadaan, bertindak cekatan dan jangan lambat

2. Lindungi penderita dari keadaan yang membahayakan / memperberat luka

3. Memberikan pertolongan pertama sedini mungkin. Jika lokasi korban atau


kecelakaan sangat berbahaya dan sulit untuk melakukan pertolongan, pindahkan
korban dengan hati-hati, perhatikan pernafasan dengan denyut jantung

4. Tenangkan penderita. Dalam melakukan perawatan gunakan peralatan korban


terlebih dahulu

5. Setelah keadaan darurat teratasi, periksa kemungkinan luka-luka lain/penderita

6. Setelah pertolongan pertama dilakukan dan korban telah tenang dan aman,
seluruh luka diketahui, atau ditandu, jangan pindahkan korban secara buru-buru

7. Buat catatan lengkap mengenai penderita, lokasi kecelakaan dan pengobatan


atau yang telah dilakukan

Beberapa pertimbangan yang lain bagi si penolong adalah :

1. Memperhatikan tempat dan keadaan disekitar kejadian

2. Memperhatikan keadaan korban


3. Merencanakan pertolongan yang tidak gegabah, cepat, tepat, dan aman.

4. Jika korban dalam kondisi kritis, memikirkan tindakan bila korban meninggal

Upaya dan Penguasaan Teknik Dasar

Upaya Pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu
system yang terpadu dan tidak terpecah-pecah, mulai dari pre hospital stage,
hospital stage, dan rehabilitation stage. Hal ini karena kualitas hidup penderita
pasca cedera akan sangat bergantung pada apa yang telah dia dapatkan pada
periode Pre Hospital Stage bukan hanya tergantung pada bantuan di fasilitas
pelayanan kesehatan saja. Jika di tempat pertama kali kejadian penderita
mendapatkan bantuan yang optimal sesuai kebutuhannya maka resiko kematian
dan kecacatan dapat dihindari. Bisa diilustrasikan dengan penderita yang terus
mengalami perdarahan dan tidak dihentikan selama periode Pre Hospital Stage,
maka akan sampai ke rumah sakit dalam kondisi gagal ginjal. Penderita dengan
kegagalan pernapasan dan jantung kurang dari 4-6 menit dapat diselamatkan dari
kerusakan otak yang ireversibel. Syok karena kehilangan darah dapat dicegah jika
sumber perdarahan diatasi, dan kelumpuhan dapat dihindari jika upaya evakuasi &
tranportasi cedera spinal dilakukan dengan benar.

Oleh karena itu orang yang menjadi first responder harus menguasai lima
kemampuan dasar yaitu :

· Menguasai cara meminta bantuan pertolongan

· Menguasai teknik bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru)

· Menguasai teknik menghentikan perdarahan

· Menguasai teknik memasang balut-bidai

· Menguasai teknik evakuasi dan tranportasi


IV. PEMERIKSAAN LENGKAP
Pemeriksaan ini betujuan untuk mengetahui cidera yang diderita korban dan
dapat ditangani dengan semestinya agar tidak bertambah parah.

Contohnya, patah tulang tertutup dapat menjadi patah tulang terbuka, apabila
korban bergerak. Pemeriksaan meliputi seluruh badan dari kepala sampai jari
kaki. Ada sepuluh tahapan yang dimulai dari pemeriksaan bagian kepala.

Periksa kulit kepala, mulai bagian dekat leher sampai kebagian atas kepala.
Tujuannya untuk memeriksa adanya luka memar atau gores

Periksa tengkorak apakah ada bagian yang terdesak kedalam

Periksa telinga dan hidung apakah ada luka

Periksa tulang leher apakah patah atau ada goresan

Periksa bagian data, apakah patah atau luka. Perhatikan dan periksa

Periksa perut apakah kejang lunak atau berubah warna

Periksa bagian panggul apakah patah

Periksa seluruh anggota badan apakah ada yang patah

Periksa apakah ada kelumpuhan

Periksa bagian pantat, apakah ada yang patah atau luka, berhati-hatilah bila
menduga ada kerusakan pada tulang belakang
V. MACAM-MACAM GANGGUAN DAN PENANGANANNYA

Pada kegiatan alam bebas yang sering kita lakukan, biasanya beberapa gangguan
sering terjadi dengan sebab dan gejala yang berbeda sehingga diperlukan
pertolongan yang berbeda pula.

Gangguan Umum

1. Gangguan Kesadaran

Shock 

Merupakan keadaan darurat karena jumlah darah yang beredar dalam pembuluh
kurang. Sebab-sebab :

þ Pendarahan

þ Luka bakar yang luas

þ Muntah berak 

þ Tak tahan terhadap obat tertentu

Pertolongan:

Ø Bila penderita mengeluarkan darah, harus dihentikan terlebih dahulu

Ø Letakkan penderita ditempat aman, udara segar

Ø Tidurkanlah

Ø Longgarkan pakainnya dan selimuti

Ø Perhatikan tanda-tanda umum (pernafasan, nadi)

Ø Rawat luka-lukanya

Ø Beri bau-bauan segar

Ø Bawa ke rumah sakit

Pingsan

Adalah gangguan kerja otak sedemikian rupa sehingga penderita tak sadar diri.
Tanda-tanda :

þ Muka pucat
þ Diam tak bergerak 

þ Badan lemas

Sebab-sebab :

Ø Tenggelam

Ø Pendarahan otak 

Ø Keracunan

Ø Kena listrik 

Ø Dll.

Pertolongan yang diberikan sama dengan yang diberikan pada penderita shock 

2. Gangguan Otot

Keseleo

Tanda-tanda :

þ Terasa sakit bila berjalan

þ Bengkak/dipegang sakit

Pertolongan :

Ø Kompres dengan es

Ø Bebat luka kuat-kuat dari bagian luka yang sakit sampai keatas, jika keseleo
berat, sambil menunggu pertolongan, tinggikan posisi kaki.

Cramps/kram

Tanda-tanda :

þ Otot kaku

þ Nyeri yang sangat amat

Pertolongan :

Ø Pijat bagian yang sakit perlahan-lahan

Ø Telapak kaki ditekan keatas


Ø Diberi balsem

Pendarahan dan Luka

Adalah : keluarnya darah dari pembuluh darah yang rusak 

Pendarahan dibedakan :

1. Pendarahan kedalam darah tubuh

Disebabkan rusaknya pembuluh darah yang letaknya didalam tubuh.

Tanda-tanda : Tidak nampak nyata dari luar

Gejala-gejala :

þ Pucat, denyut nadi lemah dan keluar keringat dingin

þ Darah keluar berbuih adri mulut hingga hidung

Pengobatan :

Ø Rebahkan dan tenangkan

Ø Bawa kerumah sakit

2. Pendarahan Keluar Tubuh

a. Pendarahan pembuluh nadi atau arteri, ciri-ciri

þ Darah memancar

þ Warna merah

b. Pendarahan keluar tubuh, ciri-ciri :

þ Darah mengalir

þ warna merah kehitam-hitaman

c. Pendarahan pembuluh kapiler,

ciri-ciri : darah keluar sedikit-sedikit, tidak berbahaya

Pertolongan

- Tekan bagian yang berdarah selama 5- 15 menit, beri pembalut tekan pada
tempat pendarahan. Bila belum berhasil dapat ditambah pembalut lain tanpa
membuka pembalut pertama
- Usahakan agar tempat pendarahan berada diatas jantung

- Bila pendarahan agak berat adan tidak dapat dihentikan dengan cara : diatas
dapat dipergunakan torniket. Tempat terbaik torniket/ ikatan : pada kaki,5 jari
dibawah lipat paha dan pada tangan, 5 jari dibawah ketiak.

- Bawa kerumah sakit terdekat

Gangguan Lain

1. Luka (Vulnus)

Luka merupakan suatu keadaan terputusnya konuitas jaringan secara tiba-tiba


karena suatu kekerasan atau trauma.

VI. PEMBIDAIAN

Tujuan Pembidaian :

Ø Mencegah perger pergerakan/ pergeseran dari ujung tulang yang patah

Ø Memberikan istirahat bagi anggota badan yang cidera

Ø Mengurangi rasa sakit

Ø Mempercepat penyembuhan

Prinsip pembidaian :

Ø Melakukan pembidaian pada tempat dimana anggota badan mendapat cidera

Ø Lakukan juga pembidaian pada persangkan patah tulang, jadi tak perlu
dipastikan dulu

Ø Persendian diatas atau dibawah tempat atah tulang harus dibidai agar tidak 
bergerak 

Persyaratan Pembidaian

Ø Bidai harus meliputi dua atau lebih persendian dari tulang yang patah sebelum
dipasang. Diukur lebih dulu pada anggota badan yang Sehat

Ø Ikatan tidak oleh terlalu longgar ataun pun terlalu kencang


þ bidai harus terbuat dari bahan yang keras,kaku dan lurus
þ bidai harus diberi alas
þ ikatannya cukup jumlahnya, dimulai dari atas dan bawah perut
VII. MOUNTAIN SICKNESS
Mountain Sicness adalah penyakit pegunungan karena ketidakmampuan seorang
melakukan adaptasi dengan keadaan oksigen yang kurang dibagian dataran tinggi.
Penyebab : turunnya kadar oksigen pegunugan, menyebabkan turunnya
kadaroksigen dalam darah dan berakibat langsung keotak 
Tanda-tanda :
Ø Mual, muntah, dan haus
Ø Nafas, tersengal-sengal
Ø Lemah
Ø Turun nafsu makan
Ø Pucat (kebiru-biruan pada bibir dan kuku)
Pertolongannya :
Ø Berusaha sendiri untuk bernafas lebih dalam dan l ebih cepat (agar oksigen yang
tertiup lebih banyak)
Ø Berjalan pelan-pelan, ambil saat istirahat setiap lagkah. Hal ini mengurangi
kebutuhan akan oksigen
Ø Berisirahat yang cukup lama. Biasanya gejala ini akan hilang setelah
beristirahat selama 24-48 jam
Ø Turun kembali ketempat yang lebih rendah
Ø Menggunakan tabung oksigen

VIII. HIPOTERMIA (SUHU RENDAH)


Biasanya terjadi pada keadaan basah dan berangin, ditandai dengan rasa
dingin dan lemah. Diindonesia hal ini terjadi terutama di musiom penghujan.
Karena pada kondisi basah dan berangin tubuh kehilangan hampir 90%
kemampuan insulin (kemampuan untuk menahan panas tubuh)
Gejala-gejala yang timbul :
Suhu (o)
Tanda-tanda
Suhu Normal
ü Mengigil sampai bulu roma berdiri tapi masih terkendali
ü Gerak langkah mulai lamban
ü Koordinasi tubuh mulai terganggu
ü Mengiggil tidak terkendali
ü Pengambilan keputusan dan koordinasi tubuh mulai kabur
ü Langkah kaki mulai tersandung
ü Mengigil berhenti
ü Kebingungan meningkat, merancau, ingatan hilang, gerak t ersentak-sentak 
ü Otot menjadi kaku, biji mata membesar
ü Denyut nadi melemah
ü Tarikan naafas melemah
ü Tingkah laku kacau dan menuju tidak sadar
ü Pingsan, biji mata tidak lagi menjawab gerakan cahaya
ü Kehilangan gerakan spontan,tampak mati
ü Koma
ü Suhu tubuh turun cepat sekali
ü Denyut jantung berhenti
ü Semoga Cepat Sampai Disurga (Amin)
Pertolongan
Ø Jangan penderita tertidur, karena itu dapat membuatnya kehilangan sadaran
sehingga tidak apu menghangatkan tubuhnya sendiri
Ø Biarkan tubuhnya menggigil karena menggigil adalah usaha tubuh untuk 
mempertahannkan suhu tubuh
Ø Berikan minuman hangat dan manis kepada penderita
Ø Gantilah pakaian yang basah dengan kering
Ø Usahakan mencari tempat yang aman dari hembusan angin, misalnya dengan
mendirikan tenda
Ø Jangan baringkan penderita ditanah, usahakan agar kantong tidur itu
dihangatkan dulu.dengan cara orang sehat masuk terlebih dulu untuk 
menghangatkan kantong tidur
Ø Masukkan botol penuh air hangat (bukan panas) kedalam kantong tidur untuk 
membantu memanaskan kantong tidur
Ø Kalau memungkinkan orang yang sehat dapat masuk kekantong tidur untuk 
tidur bersama penderita
Ø Kalau bisa buatkan api dikedua sisi penderita
Ø Segera setelah penderita sadar berikan makanan yang manis-manis.

VX. TEKNIK BANTUAN HIDUP DASAR (BLS-Basic Life Support)


Terdapat banyak keadaan yang akan menyebabkan kematian dalam waktu
singkat, tetapi semuanya berakhir pada satu akhir yakni kegagalan oksigenasi sel,
terutama otak dan jantung.
Usaha yang dilakukan untu mempertahankan kehidupan pada saat
penderita mengalami keadan yang mengancam nyawa yang dikenal sebagai
“Bantuan Hidup” (Life Support). Bila usaha Bantuan Hidup ini tanpa memakai
cairan intra-vena, obat ataupun kejutan listrik maka dikenal sebagai Bantuan
Hiudp Dasar (Basic Life Support). Apabila BHD dilakukan cukup cepat kematian
mungkin dapat dihindari
Catatan : Bila ada tanda kematian pasti seperti kaku mayat atau lebam mayat,
sudah sia-sia untuk melakukan BHD.
Yang harus dilakukan pada BHD adalah :
Airway (jalan nafas)
Breathing (pernafasan)
Circulation (jantung dan pembuluh darah)
AIRWAY dan BREATHING
Menilai jalan nafas dan pernafasan :
- Bila penderita sadar dapat berbicara kalimat panjang : Airway baik, Breathing
baik 
- Bila penderita tidak sadar bisa menjadi lebih sulit
- Lakukan penilaian Airway-Breathing dengan cara : Lihat-Dengar-Raba
Obstruksi jalan nafas
Merupakan pembunuh tercepat, lebih cepat dibandingkan gangguan breathing dan
circulation.lagipula perbaikan breathing tidak mungkin dilakukan bila tidak ada
Airway yang baik.
1. Obstruksi total
Pada obstruksi total mungkin penderita ditemukan masih saar atau dalam keadaan
tidak sadar. Pada obstruksi total yang akut, biasanya disebabkan tertelannya benda
asing yang lalu menyangkut dan menyumbat di pangkal larink, bila obstruksi total
timbul perlahan (insidious) maka akan berawal dari obstruksi parsial menjadi
total.
- Bila penderita masih sadar
Penderita akan memegang leher, dalam keadaan sangat gelisah. Kebiruan
(sianosis) mungkin ditemukan, dan mungkin ada k esan masih bernafas (walaupun
tidak ada udara keluar-masuk/ventilasi). Dalam keadaan ini harus dilakukan
perasat Heimlich (abdominal thrust). Kontra-indikasi Heimlich manouvre atau
kehamilan tua dan bayi.
2. Obstruksi parsial
Disebabkan beberapa hal, biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga
timbul beraneka ragam suara, tergantung penyebabnya (semuanya saat menarik 
nafas, inspirasi)
- Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung dsb), bunti kumur-kumur.
- Lidah yang jatuh kebelakang-mengorok 
- Penyempitan di larink atau trakhea-stridor
Pengelolaan Jalan nafas
a. Penghisapan (suction)  – bila ada cairan
b. Menjaga jalan nafas secara manual
Bila penderita tidak sadar maka lidah dapat dihindarkan jatuh kebelakang dengan
memakai :
Ø Angkat kepala-dagu (Head tilt-chin manouvre), prosedur ini tidak boleh dipakai
bila ada kemungkinan patah tulang leher.
Ø Angkat rahang (jaw thrust)
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik penderita.
a. Pernafasan Normal, kecepatan bernafas manusia adalah :
Dewasa : 12-20 kali/menit (20)
Anak-anak : 15-30 kali/menit (30)
Pada orang dewasa abnormal bila pernfasan >30 atau <10>
b. Sesak Nafas (dyspnoe)
Bila penderita sadar, dapat berbicara tetapi tidak d apat berbicara kalimat panjang :
Airway baik, Breathing terganggu, penderita terlihat sesak. Sesak nafas dapat
terlihat atau mungkin juga tidak. Bila terlihat maka akan ditemukan :
o Penderita mengeluh sesak 
o Bernafas cepat (tachypnoe)
o Pemakaian otot pernafasan tambahan
o Penderita terlihat ada kebiruan
2. Pernafasan Buatan (artificial ventilation)
Bila diperlukan, pernafasan buatan dapat diberikan dengan cara :
Mouth to mouth ventilation ( mulut ke mulut )
Dengan cara ini akan dicapai konsentrasi oksigen hanya 18% (konsentrasi udara
paru saat ekspirasi).
Frekuensi Ventilasi Buatan
Dewasa 10-20 x/menit
Anak 20 x/menit
Bayi 20 x/menit
Mouth to mask ventilation
Bantuan Pernafasan memakai kantung (Bag-Valve- Mask, “Bagging”)
CIRCULATION
1. Umum
Frekuensi denyut jantung Frenkuensi denyut jantung pada orang dewasa adalah
60-80/menit.
Penentuan denyut nadipada orang dewasa dan anak-anak denyut nadi diraba pada
a.radialis (lengan bawah, dibelakang ibu jari) atau a.karotis, yakni sisi samping
dari jakun.
2. Henti jantung
Gejala henti jantung adalah gejala syok yang sangat berat. Penderita mungkin
masih akan berusaha menarik nafas satu atau dua kali. Setelah itu akan berhenti
nafas. Pada perabaan nadi tidak ditemukan.
3. Karotis yang berdenyut
Bila ditemukan henti jantung maka harus dilakukan masase jantung luar yang
merupakan bagian dari resusitasi jantung paru (RJP,CPR). RJP hanya
menghasilkan 25-30% dari curah jantung (cardiac output) sehingga oksigen
tambahan mutlak diperlukan.
MENGHENTIKAN PERDARAHAN
Cara :
Menekan dengan jari tangan
Penekanan dengan kain bersih/sapu tangan pada luka
Balut tekan
Menekan dengan jari tangan
Pembuluh darah yang terdekat dengan permukaan kulit ditekan dengan jari.
Dengan menekan pembuluh darah anatara jari dan tulang, maka pembuluh darah
akan berhenti. Pada satu sisi manusia terdapat 6 titik pembuluh darah yang dapat
ditekan dengan jari : Arteri temporalis Superficialis, Arteri Subclavia, Arteri
Femoralis, Arteri Femoralis, Arteri Fasialis, Arteri Carotis Kommunis, Arteri
Brachialis
Penekanan dengan kain bersih/sapu tangan pada luka
i. Sapu tangan yang sudah disterilkan dan belum dipakai lipatan bagian dalam
dianggap bersih
ii. Letakkan bagian yang bersih tersebut langsung diatas luka dan tekanlah
iii. Perdarahan dapat berhenti dan pencemaran oleh kuman-kuman dapat
dihindarkan
Balut tekan
Torniket
Pemasangan toniket hanya pada keadaan tertentu, yaitu apabila anggota badan
atas (lengan) atau anggota badan bawah (kaki) terputus :
- Tutup ujung tungkai yang putus dengan kain yang bersih
- Bagian yang putus dimasukkan kekantong plastik yang berisi es salanjutnya
dibawa bersama-sama korban ke rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai