SARI
Permasalahan kelangkaan energi di masa mendatang harus segera diantisipasi secara dini dengan
menyiapkan alternatif yang paling memungkinkan untuk dikembangkan saat ini. Menurut beberapa
pakar energi, bahwa saat ini produksi minyak dan gas bumi I ndonesia terus menurun dan menurut
prediksi mereka dalam satu dasawarsa ke depan Indonesia akan menjadi net importir migas. Bila
ditinjau dari sumber daya, batubara adalah salah satu sumber energi yang paling memungkinkan
untuk dikembangkan saat ini, namun perlu diperhatikan juga permasalahan lingkungan yang menjadi
kendala utama bila menggunakan teknologi konvensional, baik pada saat proses penambangan
maupun pengolahannya. Salah satu solusi yang memungkinkan adalah menggunakan teknologi
non konvensional underground coal gasification (UCG) yang langsung membuat gas dengan
membakar batubara secara in-situ di bawah tanah. Metode ini dianggap ramah lingkungan, karena
tidak perlu melakukan eksploitasi batubara dan saat proses gasifikasi tidak menghasilkan gas
berbahaya seperti SO2 dan NOx. Walaupun di beberapa negara teknologi ini telah terbukti, namun
teknologi ini perlu penelitian yang lebih mendalam bila ingin dikembangkan di Indonesia, karena
sangat tergantung kepada kondisi geologi dan litologi setempat. Oleh karena itu evaluasi kondisi
geologi, hidrogeologi, geokimia dan geomekanika di Indonesia perlu dipertimbangkan untuk melihat
kecocokan dalam pemilihan metode UCG ataupun teknologinya. Pada tulisan ini telah dilakukan
penelaahan beberapa penelitian terdahulu dengan melihat beberapa aspek terkait dengan kondisi
geologi, teknologi dan lingkungan yang ada di Indonesia.
Kata kunci : energi, gas, ilmu kebumian, underground coal gasification
tambang secara terbuka maupun bawah tanah, chilla untuk memproduksi SynGas dan sudah
pemanfaatan batubara peringkat rendah juga dapat memproduksi 5 barrel/hari (Hattingh,
sebagai alternatif pengganti energi fosil yang 2008). Saat ini proyek-proyek UCG komersial
berasal dari minyak dan gas bumi (migas). tersebut telah berkembang di banyak negara
Sejauh ini cadangan migas secara nasional seperti di Amerika, Kanada, Afrika Selatan, In-
terus berkurang dan produksi migas pun dia, Australia, Selandia Baru dan China yang
semakin menurun, sementara konsumsi bahan menghasilkan tenaga listrik, bahan bakar cair
bakar minyak (BBM) terus meningkat. dan gas alam sintetis (Burton, 2008).
bor; pembakaran batubara;. injeksi oksigen atau senyawa karbon yang ada. Reaksi pirolisis ditulis
udara dan uap air; dan melakukan ekstraksi gas dalam bentuk yang sangat umum karena pirolisis
sintesis. Selanjutnya gas bertekanan akan memiliki stoikiometri rumit yang tergantung pada
mengalir keluar melalui lobang bor menuju ke komposisi gas, suhu, tekanan dan tingkat
permukaan. pemanasan. Ruang gasifikasi akan membesar
dan separuhnya terisi dengan abu, akibatnya
bagian kedua sisi ruang di mana batubara segar
4. PROSES UCG terkena atau ruang kosong di bagian atap
ruangan akan terbakar, karena oksidan terus
Reaksi yang terjadi pada proses gasifikasi diinjeksikan secara berkelanjutan ke lapisan
batubara melalui UCG ini secara umum sedikit batubara dan harus terus mengalir.
berbeda dengan pembakaran batubara
konvensional. Pada proses reaksi ini O2 akan Pada ruang kosong dari ruang bakar tersebut
menghasilkan CO2 dan H2O dan suhu yang terjadi perbedaan konsentrasi dan gradien
dihasilkan pada proses ini akan lebih tinggi bila temperatur. Gradien ini menurut Perkins and
dibandingkan dengan pembakaran batubara Sahajwalla, (2005) disebabkan oleh reaksi kimia
secara konvensional. Selain itu perbedaan dan konveksi alami dari difusi ganda (double
penting antara pembakaran batubara dan diffusive natural convection). Aliran fluida pada
gasifikasi batubara adalah dalam pembentukan lokasi timbunan abu ditentukan oleh distribusi
polutan. Menurut Burton, dkk. (2008), secara permeabilitas, sedangkan di ruang kosong
lengkap proses reaksi kimia dari UCG cukup ditentukan oleh double diffusive natural
kompleks seperti dapat dilihat pada Tabel 1. convection, namun didominasi oleh gaya apung
Reaksi UCG (Tabel 1) merupakan reaksi tunggal akibat adanya gradien temperatur akibat
stoikiometri sederhana dan pada kenyataannya proses pembakaran oksigen dengan CO yang
reaksi ini dapat menghasilkan produk dihasilkan dari gasifikasi dari dinding lapisan
sampingan tambahan berdasarkan jenis batubara (Perkins, 2005).
Pada suhu di atas 200oC, konstanta dielektrik batubara permukaan. Beberapa keuntungan
air menjadi sebanding dengan konstanta lainnya adalah :
dielektrik aseton dan metanol. Pada suhu ini – menurunkan resiko pencemaran air
cairan menjadi media yang sangat difusif dengan permukaan;
kelarutan yang baik untuk zat terlarut organik – keselamatan dan kesehatan kerja lebih
polar dan non-polar. Perilaku kelarutan senyawa terjamin;
dalam air pada temperatur tinggi berubah secara – pengurangan penggunaan air;
signifikan dan hal ini mempengaruhi dispersi – partikulat emisi rendah, kebisingan dan
kontaminan di lokasi UCG (Burton, dkk., 2008; dampak visual pada permukaan;
Nourozieh & Kariznovi, 2010). Menurut Solcova – mengurangi emisi metana dari tambang batu
dkk., (2009), pengaruh peningkatan tekanan bara - dengan referensi bahwa 5 m3/ton di
terhadap permukaan gas pada media berpori lapisan dangkal dan 20 sampai 75 m3/ton di
lebih besar dibanding peningkatan suhu dan lapisan dalam, serta mengurangi emisi gas
ukuran pori. rumah kaca dari seluruh 0,02 ton/MWh dalam
batubara dangkal untuk 0,4 ton/MWh di
lapisan dalam batubara yang mengandung
5. MANFAAT LINGKUNGAN UCG gas (deep gassy seams) di mana CO 2
ekuivalen dengan per satuan listrik yang
Gasifikasi batubara bawah tanah memiliki dihasilkan (UK-China Technology Transfer,
beberapa manfaat lingkungan yang lebih 2009).
daripada pertambangan konvensional antara – tidak ada penanganan kotoran dan
lain, tidak ada pembuangan tailing, emisi sulfur pembuangan di lokasi tambang;
berkurang dan mengurangi pembuangan abu, – tidak ada pencucian batubara dan
merkuri dan tar (Shuqin, et al., 2007). UCG pembuangan disposal di lokasi tambang;
merepresentasikan metode yang bersih dan – tidak ada penanganan abu dan
dapat meningkatkan perbaikan lingkungan yang pembuangannya di lokasi pembangkit listrik;
mengkombinasikan antara proses – sedikit menghasilkan SO2;
penambangan bawah tanah dengan gasifikasi – sedikit menggunakan transportasi;
Tahapan yang penting dilakukan pada saat Pada saat proses UCG di bawah tanah, interaksi
membangun, menyiapkan dan mengekstrak fisika dan kimia antara reaktor UCG dan
gas dari batubara melalui teknologi UCG lingkungan di sekitar lokasi tersebut sangat
menurut Hattingh (2008) adalah sebagai berikut: mungkin terjadi, karena proses pembakaran
– Mencari potensi batubara yang potensial dan batubara akan menghasilkan perubahan fisik dan
cocok untuk diolah dengan teknologi UCG ; kimia, sehingga kemungkinan terjadi kontaminasi
– Pengeboran; terhadap formasi di sekitar reaktor UCG bisa
– Membuat jalur / jaringan UCG di bawah tanah; terjadi dan akan mungkin terjadi polutan pada air
– Pembakaran batubara; tanah, air permukaan serta kualitas atmosfir
– Injeksi oksigen/udara dan steam; dan termasuk potensi subsidence akibat adanya
– Ekstraksi gas sintesis rongga-rongga paska proses pembakaran UCG.
Navaro, Atkins dan Singh (2014)
mengilustrasikan interaksi UCG terhadap
6. POTENSI RESIKO UCG lingkungan seperti pada Gambar 2.
Bahan bakar gas yang dihasilkan dari proses Pengeboran dan proses gasifikasi bawah tanah
UCG pasti akan sarat dengan kontaminan yang adalah tindakan yang akan menyebabkan
berasal dari batu bara sebagai akibat dari suhu terjadinya perubahan penting dalam massa
tinggi yang terlibat dalam proses gasifikasi. Tar, batuan dan air tanah. Rongga gasifikasi dari
partikulat, amonia, hidrogen sulfida, hidrogen lapisan batubara merupakan sumber polutan gas
klorida dan unsur yang tak terlacak (trace dan cair dan hal ini menjadi sumber dari beberapa
species) seperti Cd, Hg, Pb, Zn, Na, K dan unsur risiko lingkungan untuk air tanah dalam strata
lainnya yang semuanya akan muncul ketika yang berdekatan, tergantung pada apakah
terbentuk gas bersamaan dengan dengan kontaminan tersebut dapat bermigrasi ke luar
senyawa utama seperti H2, CO, CO2, H2O, CH4 zona reaktor UCG secara langsung atau tidak.
dan N2 (Liu, dkk., 2006). Ketika terjadi proses Keterampilan dan pengetahuan ahli hidrogeologi
gasifikasi, dan ketika melewati rongga (cavity) dibutuhkan dalam hal ini, untuk menjamin aplikasi
Perubahan permeabelitas
UCG tidak menimbulkan permasalahan memantau kualitas air tanah sebagai bagian dari
kontaminasi air tanah (Younger & Gonzales, skema UCG dalam merancang langkah-langkah
2010). perbaikan dalam pencegahan pencemaran
lingkungan (Young dan Sapsford, 2004). Produk
a. Polusi Udara dan Air Tanah gas hasil UCG perlu dibersihkan untuk
menghilangkan polutan agar dapat
Beberapa hal yang patut diwaspadai dalam meminimalkan emisi lingkungan dan mencegah
proses UCG ini adalah pencemaran pada saat korosi dan kerusakan pada turbin gas. CO2
proses di permukaan maupun di bawah dalam gas dapat diserap dengan menggunakan
permukaan, antara lain: larutan limbah alkali dan tetap menjadi abu
– Peningkatan konsentrasi garam anorganik kalsium batubara yang tinggi untuk mengisi
dekat zona gasifikasi; rongga UCG yang kosong. Penghapusan CO2
– Hasil leaching dari zat organik proses akan mengurangi dampak emisi rumah kaca dan
gasifikasi seperti fenol dan benzena; meningkatkan nilai kalor dari produk gas per
– melarutnya gas berbahaya seperti H2, CH4, satuan volume.
CO2, H2S, dan NH3 dalam air tanah;
– pelarutan logam berat seperti Hg, As, Pb, Cr, b. Batuan Pengapit dan Penurunan
Cd; Permukaan Tanah (Subsidence)
– emisi polutan; dan
– gas rumah kaca. Salah satu aspek yang penting perlu
dipertimbangkan dalam mendesain konstruksi
Kekhawatiran utama pada air tanah adalah UCG adalah karakteristik lokasi yang sesuai.
pencemaran air oleh residu fenol namun ini Karakteristik batuan pengapit penting untuk
dapat dibersihkan (flushed out) oleh adanya diperhatikan, terutama ketebalan dan jarak
kelarutan air yang relatif tinggi, dan pengelolaan akuifer dengan lapisan batubara. Masuknya air
air yang benar. Jika dibiarkan di tanah, fenol akan ke dalam rongga gasifikasi secara substansial
tersebar secara alami. Sebetulnya tidak ada dapat mengurangi efisiensi gasifikasi. Penelitian
permasalahan pencemaran air tanah yang yang dilakukan di Soviet menjelaskan tentang
serius, namun, ada kebutuhan untuk terus pengaruh intensitas gasifikasi dengan
Potensi pencemaran air permukaan akibat Pendekatan saat ini untuk pengembangan UCG
adanya proses UCG seperti fenol, amoniak, di Indonesia difokuskan pada lapisan batubara
chemical oxygen demand (COD), pH, di kedalaman medium, yaitu sekitar 250 - 500
konduktivitas dan sulfide sangat rendah (Sury, meter dari permukaan. Perhitungan sumber
et al., 2004). Air permukaan dapat dipengaruhi daya batubara untuk UCG, telah dilakukan dan
oleh proses pemompaan air tanah dan operasi dari 11 cekungan batubara (Gambar 3), yang
pengeboran dan dalam percobaan di Spanyol, ada di Indonesia, ada lima cekungan yang
air yang dipompa ke permukaan sudah tercemar memenuhi batasan ketebalan dan kedalaman
oleh fenol dengan kandungan sekitar 500 ppm batubara, yaitu cekungan Ombilin (3 lapisan
(Green, 1999). batubara), cekungan Sumatera Selatan (5 lapisan
Tabel 4. Perbandingan produksi gas dari gas alam, CBM dan UCG
Gas Yang dihasilkan
No Kegiatan
Tscf Btu/scf T.Btu MM Btu
1 Gas Alam 487 1.000 487.000 487 x 10^9
2 Coal Bed Methane (CBM 453 1.000 453.000 453 x 10^9
84.354 150 12.653.135 12.653 x 10^9 GGas Bakar
3 Underground Coal Gasification (UCG)
42.177 400 16.870.846 16.871 x 10^9 S Syngas
1. Lapisan atas dan bawah yang Umumnya batuan pengapit adalah batuan
impermeable klastik halus (impermeable)
3. Kedalaman lapisan batubara > 200 Kedalaman lapisan batubara > 200 meter
meter
4. Cadangan batubara = 150 juta ton untuk Cadangan batubara > 150 juta ton
produksi 155 mmscfd, selama 25 tahun
memperhatikan kondisi tersebut, beberapa kasus kekuatan batuan seperti pada Tabel 7 dan
langkah teknis yang perlu diketahui sebelum 8, menunjukkan bahwa batuan pengapit lemah,
melakukan operasional UCG ini adalah namun kedap air (impermeable).
melakukan studi-studi yang terkait dengan sifat-
sifat batubara Indonesia, sifat-sifat mekanika c. Pemilihan Teknologi UCG di Indonesia
batuan, kondisi perlapisan dan hidrogeologi. Bila
disimpulkan dari beberapa tulisan peneliti Apabila ke depan Indonesia menerapkan
terdahulu (Burton, dkk., 2008; Cena, 1987; teknologi UCG ini, maka akan terjadi perubahan
Creedy, 2001 & 2004) secara keseluruhan, data- bentuk dan pemandangan yang berbeda dengan
data keseluruhan yang perlu dievaluasi seperti kondisi tambang saat ini, di mana teknologi akan
pada Tabel 6. berubah dari tambang mekanis (dengan
manusia dan alat berat) menjadi pengeboran dan
Bila melihat kondisi kekuatan batuan pengapit lokasi penambangan batubara yang banyak
batubara Indonesia (seperti yang ditunjukkan merubah rupa bumi, menjadi lapangan gas yang
pada Tabel 7 dan 8), maka hal penting yang perlu hanya membutuhkan sedikit lahan yang terbuka.
dilakukan segera adalah menilai kemampuan
batuan pengapit tersebut terhadap kemungkinan Hal ini berarti akan lebih ramah lingkungan.
kebocoran yang mengakibatkan keluar atau Teknologi untuk membuat rongga pembakaran
masuknya air tanah ke dalam reaktor. Untuk bawah tanah telah dikembangkan dan hal yang
Peringkat batubara (BB) dan Data inti bor yang meliputi analisis dan foto-
reaktivitas foto (termasuk nama kedalaman)
Sudut Sudut
Modulus Poisson’s Kuat Kohesi Kohesi
Material Bobot Isi Gesek Gesek
Elastisitas Ratio Tarik puncak residu
puncak residu
- MN/m3 MPa - MPa MPa ...0 MPa ...0
Soil 0,0165 1340 0,202 0,065 0,15 16 0,03 6,2
Claystone 1 0,0171 1882 0,246 0,098 0,22 23 0,05 7,5
Seam A_NR 0,0132 2650 0,294 0,093 0,27 26 0,07 9,9
Sandstone 1 0,0174 2702 0,291 0,107 0,25 27 0,09 7,6
Seam A_LMT 0,0132 2650 0,294 0,093 0,27 26 0,07 9,9
Sandstone 2 0,0176 3536 0,287 0,121 0,30 29 0,10 7,5
Seam A_G2 0,0132 2650 0,294 0,093 0,27 26 0,07 9,9
Claystone 2 0,0171 1856 0,233 0,118 0,25 24 0,07 9,7
Seam A_BN1 0,0132 2650 0,294 0,093 0,27 26 0,07 9,9
Claystone 3 0,0172 2049 0,234 0,099 0,26 25 0,09 8,7
Seam A_BN2 0,0132 2650 0,294 0,093 0,27 26 0,07 9,9
Claystone 4 0,0172 2272 0,256 0,106 0,25 25 0,08 7,6
Alternatif yang cukup realistis untuk dan alternatif yang paling memungkinkan adalah
dikembangkan di Indonesia adalah dengan metode non konvensional menggunakan
menggunakan teknologi pemboran berarah UCG. Bila dibandingkan dengan sumber gas lain,
(directional drill). Di samping kemampuan SDM baik gas alam maupun CBM, potensi gas hasil
Indonesia sudah banyak menguasainya, juga UCG ini jauh lebih besar. Secara teoritis bisa
teknologi ini kemungkinan besar cocok untuk mencapai 35 kali dari gas alam maupun CBM.
kondisi lapisan batuan khususnya untuk batuan
pengapit batubara di Indonesia. Dengan cara ini Perlu kehati-hatian untuk memilih teknologi UCG
akan lebih memungkinkan untuk mendapatkan yang cocok dengan kondisi litologi batuan dan
gasifikasi yang berkelanjutan pada jarak sumur lapisan batubara Indonesia. Beberapa kasus
injeksi dan produksi yang > 200 m. Untuk skala yang terjadi di dunia menunjukkan bahwa
komersial, metode ini lebih dapat penelitian yang detail sangat diperlukan agar
mengefisienkan proses gasifikasi, sehingga permasalahan penurunan permukaan tanah
batubara persatuan luas lebih banyak (surface subsidance), kebocoran reaktor
termanfaatkan. Saat ini dikembangkan metode gasifikasi yang berakibat terkontaminasinya air
gasifikasi yang dapat mengendalikan proses tanah, serta permasalahan lingkungan lainnya
pembakaran dengan melakukan injeksi tidak terjadi. Secara teknis metode pemboran
bergerak menggunakan coil tubing unit (CTU). berarah menjadi alternatif yang sangat mungkin
Metode ini lebih dikenal dengan CRIP (Controlled untuk dikembangkan, namun perlu peningkatan
Retractable Injection Procedure). Secara kemampuan penguasaan teknologi ini untuk
komersial diperkirakan metode ini akan sumberdaya manusia Indonesia.
berkembang pesat.
Aplikasi teknologi yang berkaitan dengan ilmu
d. Peralatan Pendukung UCG kebumian umumnya bersifat site spesific, oleh
karena itu teknologi UCG yang akan diterapkan
Sebagaimana halnya lapangan gas alam atau di Indonesia harus terlebih dahulu dikuasai oleh
CBM, beberapa hal yang dibutuhkan untuk UCG, bangsa Indonesia sendiri agar tidak dikendalikan
antara lain peralatan hulu (upstream equipment) oleh bangsa lain.
antara lain kompresor udara dan nitrogen,
pompa air bertekanan tinggi dan unit pemboran;
peralatan gasifikasi antara lain peralatan UCAPAN TERIMA KASIH
pencampur udara dan uap (air & steam mixing
vessel), seamless steel tubes and valves dan Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak
penyala api; dan peralatan hilir (downstream Kepala dan Sekretaris Balitbang ESDM yang
equipment) antara lain dust cyclones, pendingin sudah memberikan kesempatan kepada para
gas, scrubbers dan electrode-tarring. penulis untuk melakukan penelitian UCG ini.
Selain itu kami ucapkan terima kasih kepada
Prof. Dr. Bukin Daulay, MSc., Dra Retno
8. KESIMPULAN Damayanti, Dipl. EST, Dr. Ir. Binarko Santoso,
M.Sc. dan Dr. Miftahul Huda, yang telah banyak
Permasalahan kelangkaan energi di masa memberikan masukan sehingga tersusunnya
mendatang perlu diantisipasi lebih dini dengan tulisan ini. Tak lupa juga kepada teman-teman
mencari alternatif yang paling memungkinkan. kelompok penelitian, Ir. Edwin Daranin, M.Sc, Ir.
Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan Nendaryono M. MT, Ir. Suhendar, Asep Bachtiar,
pemanfaatan batubara peringkat rendah yang ST. MT, Zulkifli Pulungan, ST serta beberapa
sumber dayanya sangat berlimpah. Namun rekan lainnya yang telah membantu penulisan
untuk mempertimbangkan pemanfaatan ini hingga selesai.
batubara ini perlu diperhatikan aspek lingkungan