Oleh:
Judul Kerja Praktik : Identifikasi Proses Pengangkutan Gas di Western Java Area
Tegalgede.
MENYETUJUI
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja praktik di PT Pertamina Gas yang dilaksanakan pada 15
Juli hingga 30 Agustus 2019, serta laporan kerja praktik yang berjudul “Identifikasi Proses
Pengangkutan Gas di WJA dan Proses Pigging Line 32” Citarik-Tegalgede” dengan baik.
Laporan Kerja Praktik ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Studi Teknik
Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pertamina serta bertujuan untuk membandingkan
dengan ilmu-ilmu yang didapat saat perkuliahan dengan kondisi nyata yang ada pada dunia
pekerjaan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktik:
1. Bapak Eduardus Budi Nursanto, PhD. selaku ketua program studi Teknik Kimia Universitas
Pertamina.
2. Bu Ika Dyah Widharyanti, MS. selaku koordinator kerja praktik program studi Teknik Kimia
Universitas Pertamina.
3. Bu Dita Floresyona, PhD. selaku dosen pembimbing kerja praktik program studi Teknik
Kimia Universitas Pertamina.
4. Pihak Pertamina Corporate University (PCU) selaku penghubung kerja praktik di PT.
Pertamina Gas.
5. Bapak Ahmad Kamal Badri selaku pembimbing kerja praktik yang telah memberikan ilmu,
nasehat, serta bimbingan selama kerja praktik.
6. Bapak Teddy Apri Riantiarto yang telah memberikan arahan selama berada di Operation
Control Station (OCS) Tegalgede.
7. Semua pihak dan jajaran staff PT. Pertamina Gas yang dengan baik telah menerima penulis
sebagai mahasiswa kerja praktik.
8. Teman-teman kerja praktik yang menemani selama masa kerja praktik.
9. Kedua orangtua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan berupa doa,
semangat dan materi.
10. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu kelancaran dalam melaksanakan kerja praktik
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terimakasih atas segala ilmu dan bantuan yang telah diberikan sehingga penulis dapat
melaksanakan kerja praktik dengan baik di PT Pertamina Gas. Semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat dan pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
4.3. Aktifitas Operasional Transportasi Gas di WJA .............................................................. 20
4.4. Cleaning Pigging 32” Line Citarik-Tegalgede ................................................................. 22
BAB V.............................................................................................................................................. 29
TINJAUAN TEORITIS ................................................................................................................... 29
5.1 Transportasi Pipa .............................................................................................................. 29
5.2 Pigging ............................................................................................................................. 33
BAB VI ............................................................................................................................................ 35
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................................ 35
6.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 35
6.2 Saran................................................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 37
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Milestone Pertamina Gas............................................................................................... 5
Gambar 2. 2 Struktur Perusahaan Pertamina Gas .............................................................................. 9
Gambar 4. 1 Monitoring Skema Operasi WJA ................................................................................ 20
Gambar 4. 2 Contoh Bidi Pig ........................................................................................................... 23
Gambar 5. 1 Sistem SCADA untuk pengendalian transportasi pipa (www.wikibooks.org)............ 30
Gambar 5. 2 Contoh Normal Pigging (Wikipedia.org) .................................................................... 33
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Gas bumi merupakan energi primer ketiga yang paling banyak digunakan di dalam negeri
setelah minyak bumi dan batubara. Paradigma pemanfaatan gas bumi bukan lagi semata-mata
sebagai sumber pendapatan negara, namun gas bumi digunakan sebagai penggerak pertumbuhan
ekonomi nasional. Pemerintah secara agresif terus mendorong pemanfaatan gas bumi domestik,
diantaranya melalui pembangunan infrastruktur gas bumi(Ditjen Migas, 2016).
Kebutuhan energi nasional semakin meningkat tiap tahunnya, sehingga dibutuhkan pasokan
energi yang besar untuk memenuhinya. Untuk mendukung distribusi energi khususnya gas bumi,
diperlukan fasilitas yang memadai, pemerintah telah merencanakan pembangunan beberapa fasilitas
gas bumi mulai dari jaringan pipa sampai non pipa untuk memenuhi kebutuhan domestik dan sebagai
upaya menjadikan gas bumi sebagai alat pembangunan ekonomi dan kawasan.
Berdasarkan data yang tertulis dalam buku “Neraca gas Bumi Indonesia tahun 2016-2035”,
cadangan gas bumi konvensional Indonesia per januari 2016 mencapai 144 TSCF, sebesar 101.2
TSCF merupakan cadangan terbukti dan 42.8 TSCF merupakan cadangan potensial. Dengan asumsi
rata-rata produksi 3 TSCF/tahun maka production to reserve ratio mencapai 48 tahun.
PT. Pertamina Gas sebagai bagian dari Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan
sebagai agen pembangunan yang harus tetap konsisten menjaga terjaminnya ketersediaan Gas
Nasional, serta senantiasa berupaya mewujudkan kedaulatan energi. Hal ini sebagai trigger untuk
meningkatkan kinerja operasional, keuangan serta mensinergikan aliansi strategis industri gas baik
dengan pihak swasta maupun dengan sinergi BUMN atau Anak Usaha BUMN lainnya.
Salah satu tugas kegiatan utama yang dilakukan oleh Pertamina Gas yaitu transportasi dan
distribusi gas. Instrumen penting yang digunakan untuk menyediakan jasa transportasi gas yaitu
sistem jaringan pipa. Pertamina Gas memiliki jaringan pipa gas yang tersebar di Pulau Sumatra, Jawa
dan Kalimantan yang terbagi lagi menjadi beberapa wilayah. Dalam laporan ini, berfokus pada topik
identifikasi pengangkutan gas yang meliputi komponen dari sistem jaringan pipa dan perawatannya
terkhususnya pada proses pigging di area operasi Western Java Area (WJA).
1
1.2 Rumusah Masalah
1. Bagaimanakah komponen fasilitas dan sarana utama yang terdapat pada sistem jaringan
pipa di WJA?
2. Bagaimanakah proses cleaning pigging di jalur Citarik-Tegalgede?
1.3 Tujuan
1. Memperoleh pengalaman kerja pada perusahaan yang begerak dibidang transportasi gas.
2. Mengetahui fasilitas dan sarana yang ada dalam proses pengangkutan gas di PT
Pertamina Gas.
3. Mengetahui proses pigging pada jalur CItarik-Tegalgede.
4. Memandingkan formula kecepatan estimasi pig dengan formula teoritis.
Kerja Praktik dilaksanakan pada tanggal 15 Juli sampai 30 Agustus 2019 di PT Pertamina
Gas:
2
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
3
Tabel 2. 1 Sejarah Perubahan Status Pertamina Gas
Pada 6 Oktober2008, PT Pertamina Gas mendapatkan izin usaha dalam bisnis niaga dan
transportasi dari Kementrian Energi dan Sumber Daya mineral. Untuk selanjutnya, Perusahaan focus
dalam pengembangan usaha pada lini bsinis transportasi dan pemrosesan gas.
Sejalan dengan visi misi PT Pertamina (Persero) unutk menjadi perusahaan energi di
Indonesia, PT Pertamin Gas mengembangkan cakupan kegiatan usahanya guna mendukung tujuan
tersebut. Pada 22 April 2015, berdasarkan Akta No. 30 yang dibuat di hadapan Notaris Marianne
Vincentia Hamdani, SH, Pertamina Gas menambahkan usaha baru yakni Kegiatan Usaha Kelistrikan
pada Anggaran Dasar Perusahaan.
Sesuai dengan amanah dari Pemerintah untuk menyatukan kegiatan usaha gas bumi dalam
satu badan BUMN Energi maka di tahun 2018 Subholding Gas dibentuk melalui Peraturan
Pemerintah PP No. 6 tahun 2018 dimana Pemerintah mengalihkan seluruh saham seri B milik Negara
di PT Perusahaan Gas Negara, Tbk (PGN) kepada Pertamina pada 28 Februari 2018. Aksi korporasi
tersebut kemudian dilanjutkan dengan ditandatanganinya Sales Purchase Agreement (SPA) antara
Pertamina dan PGN terkait penjualan saham milik Pertamina di Pertamina Gas beserta Anak
Perusahaan / Joint Venture (AP/JV) kepada PGN pada 28 Desember 2018. Dengan demikian sejak
28 Desember 2018 PGN telah resmi sebagai pemegang saham utama Pertamina Gas. Pembentukan
Subholding Gas ini merupakan langkah awal integrasi bisnis gas untuk dapat memastikan
ketersediaan energi yang terjamin dan berkelanjutan.
4
2.2 Jejak Langkah Perusahaan / Company Milestone
JANUARI AGUSTUS
MARET 2010 2011 2013
APRIL 2008 Pendirian PT Perubahan Dimulainya
Pemberian kuasa dari PT Pertagas Niaga nama PT E1- proyek pipa
Pertamina (Persero) untuk Pertagas Arun-Belawan
mengelola, mengoperasikan menjadi PT
dan memelihara seluruh aset Perta Samtan
gas PT Pertamina (Persero); Gas
ref. Surat Kuasa Direktur
Utama PT Pertamina
(Persero)
5
AGUSTUS
2017 DESEMBER 2017
MARET 2015 Groundbreaking • Gas in proyek JANUARI 2018
Peresmian Terminal menandai pembangunan • Gas in Proyek
Penerimaan & dimulainya Pipa Gas Pembangunan Pipa Gas
Regasifikasi LNG proyek Semare PKG Looping
Arun pembangunan • Pengalihan • Gas in Proyek
Pipa Gas saham PT Pembangunan Pipa Gas
Grissik-PUSR Pertamina Porong - Grati
Retail kepada
PT Pertamina
Pedeve
APRIL 2015 Indonesia
Penambahana Kegiatan
Usaha Bidang
Kelistrikan pada
Anggaran Dasar
Perusahaan
2018
6
2.3 Bidang Usaha
Tujuan pendirian PT Pertamina Gas sesuai tercantum dalam Akta No. 12 tanggal 23 Februari
2007 tentang Pendirian Pertamina gas yang kemudian direvisi pada Akta No. 30 tanggal 22 April
2015 adalah menyelenggarakan usaha di bidang perdangangan, pengangkutan, dan jasa serta
kegiatan lain yang berkaitan dan/atau menunjang kegiatan tersebut, serta memperoleh keuntungan
berdasarkan prinsip-prinsip penegelolaan Perusahaan secara efektif dan efisien.
PT Pertamina Gas melaksanakan kegiatan usaha penyediaan jasa:
1. Transportasi Gas
Pertamina gas memiliki lebih dari 2.000 km transmisi pipa gas yang mengangkut lebih dari
1.400 MMSCFD gas alam ke berbagai konsumen, seperti industri dan pembangkit tenaga
listrik.
2. Perdangaan Gas
Pertamina gas juga melakukan bisnis penjualan gas. Pada 2018 Pertamina Gas sudah menjual
gas dengan total 45.266 BBTU ke industri, gas kota dan organisasi kemersil lainnya.
3. Proses gas
Pertamina Gas melakukan bisnis proses gas dengan mengoperasikan 2 LPG Processing plant
yaitu LPG Plant Pondok Tengah di Jawa Barat dan NGL Plant Sumatra Selatan. Pada akhir
tahun 2018 Pertamina menjual 214.466 ton LPG.
4. Regasifikasi LNG
Pertamina gas mengoperasikan terminal LNG Receiving & Regasification di Arun,
Lhokseumawe. Pada akhir tahun 2018, fasilitas ini sudah mensuplai gas 45.836 BBTU untuk
memenuhi kebutuhan energi power plant dan industri di Aceh dan Sumatra Utara.
5. Transportasi Minyak
Pertamina gas Juga menjalankan tugas special dalam operasi bisnis transportasi minyak di
Sumatra Selatan melalui pipa minyak jalur Tempino-Plaju.
Landasan kebijakan yang digunakan oleh PT Pertamina Gas adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan usaha bidang gas dilakukan oleh anak perusahaan gas yang berbentuk badan
hukum tersendiri sesuai peraturan perundangan yang berlaku akan tetapi dikelola secara
terkoordinasi sebagai suatu korporasi PT Pertamina (Persero).
2. PGN sebagai Subholding Gas dan pemegang saham utama di Pertamina Gas merupakan
penanggung jawab dan pengawas usaha/kegiatan yang mewakili Direksi PT Pertamina
(Persero).
7
2.4 Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT Pertamina Gas mengikuti struktur organisasi matriks. Bagan
perusahaan yang dapat sebagai berikut:
8
9
Gambar 2. 2 Struktur Perusahaan Pertamina Gas
2.5 Wilayah Kerja
Pertamina Gas memiliki wilayah kerja di Indonesia, meliputi pulau-pulau Sumatra, Jawa,
dan Kalimantan. Wilayah kerja Perusahaan terbagi dalam tujuh wilayah operasional, dengan lima
daerah operasi menangani jaringan pipa gas, dan dua daerah operasi menangani jaringan pipa
minyak.
Perusahaan juga melakukan kegiatan usaha pemrosesan gas bumi melalui dua LPG Plant
yakni LPG Plant Pondok Tengah yang bekerja sama dengan PT Yudistira Energy dan LPG Plant
Sumatra Selatan yang dikelola oleh anak perusahaan: PT Perta-Samtan Gas.
Sedangkan kegiatan usaha regasifikasi LNG dijalankan oleh anak perusahaan: PT Perta
Arum Gas melalui pengoperasian Terminal Penerimaan dan Regasifikasi LNG di Arun
Lhokseumawe Aceh sejak awal 2015.
10
2.6 Visi dan Misi
Visi:
Pemimpin global dalam mengembangkan rantai suplai gas dan berkomitmen untuk
memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi para stakeholder
Misi:
Selama kerja praktik, Operational Performance & Budgeting (OPB) dipilih sebagai tempat
untuk kerja praktik selama 2 bulan. OPB sendiri memiliki tugas untuk mengetahui dan menyetujui
seluruh anggaran inverstasi dan operasi perusahaan, membuat Key Performance Indicator (KPI)
sebagai evaluasi kesuksesan suatu kegiatan dalam perusahaan, dan melakukan pendataan volume
minyak & gas dari seluruh wilayah operasi.
11
12
BAB III
1. Orientasi
Kegiatan ini merupakan pengenalan tentang PT Pertamina Gas baik kegiatan administrasi
atau kegiatan operasi di lapangan.
2. Studi Literatur
Selama kegiatan yang berada di area perkantoran/administrasi sebgaian besar dihabiskan
dengan kegiatan studi literatur tentang profil perusahaan mulai dari Bisnis yang dikerjakan, Wilayah
Operasi, Skema Operasi, dan lainnya.
3. Studi lapangan
Kegiatan studi lapangan dilakuakan di Western Java Area (WJA) yang tepatnya di Operation
Control Station (OCS) yang bekerja untuk memantau seluruh sistem jaringan pipa yang ada di WJA.
Didalam OCS terdapat room control yang berisi alat-alat canggih seperti komputer yang mengolah
data yang didapat dari lapangan secara real-time.
5. Pengerjaan Laporan
Kegiatan Pengerjaan laporan dilakukan sesuai dengan buku panduan yang telah disediakan
dan berisi tentang topik yang telah pilih dengan data-data yang didapat dari literatur maupun duskusi
langsung dengan ahli dibidangnya.
13
3.2 Tugas Khusus
Tugas khusus yang diberikan oleh pembimbing yaitu tentang kegiatan operasi yang ada di
WJA dan diberikan kebebasan topik yang mau diambil. Tugas yang diambil selama berada di
lapangan yaitu tentang perhitungan estimasi kecepatan pig selama proses pigging jalur Citarik-
Tegalgede pipa 32”. Dari OCS sudah ada formula yang digunakan untuk estimasi kecepatan pig,
untuk itu perlu perbandingan dengan formula lain yang dihitung secara manual dari persamaan umum
yang tersedia. Hasil perhitungan dapat dilihat pada bab 4 hasil kerja praktik dan dapat dilihat
perbandingan antara formula dari OCS dengan formula yang berasal dari persamaan umum.
Metode dalam pengumpulan data ini dilakukan dalam beberapa cara, yaitu studi literatur,
observasi lapangan dan wawancara. Data yang telah dikumpulkan akan dijadikan sebagai bahan
untuk membuat laporan berdasarkan topik yang telah dipilih. Berikut adalah penjelasan tentang
metode pengmpulan data yang telah dilakukan:
1. Observasi lapangan
Observasi adalah metode pengumpulan data yang yang kompleks karena melibatkan
berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode ini tidak hanya mengukur objek yang di observasi
tetapi juga merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik ini dapat digunakan untuk mempelajari
proses kerja suatu operasi secara langsung dan gejala yang timbul. Selama berada di lapangan, ruang
kontrol akan menampilkan seluruh kegiatan operasi WJA dalam bentuk data yang terus
dimononitoring selama 24 jam. Data yang ditampilkan berupa kondisi dari setiap titik pada jaringan
seperti tekanan, suhu, kecepatan gas dan data jumlah gas yang telah dikirim atau diterima oleh
shipper. Dari kegiatan observasi juga didaptkan data maintenance yang dilakukan untuk
membersihkan jalur pipa line 32” jalur Citarik-Tegalgede.
2. Wawancara
Wawancara adalah Teknik pengumpulan data yang dilakukan melaui tatap muka dan tanya
jawab langsung dengan peneliti dan narasumber yang ahli dalam bidangnya. Pertanyaan yang
diajukan bertujuan guna mendapatkan data yang dapat melengkapi selain dari metode studi literatur
dan observasi. Selama proses wawancara banyak dilakukan bersamaan dengan proses obeservasi
karena selama obeservasi ada hal yang membuat penulis bingung dan tidak mengerti akan hal yang
diamati. Untuk itu, perlu diajukan pertanyaan selama proses observasi untuk melengkapi data yang
didapat. Selain dilapangan, wawancara juga dilakukan saat kegiatan bimbingan berrsama
pembimbing.
14
3.4 Metode Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, secepatnya diolah agar data tersebut memberikan gambaran
mengenai masalah yang diajukan. Hasil pengolahna data dapat menyimpulkan kebenaran-kebenaran
sebagai hasil temuan dari masalah yang ada di lapangan. Untuk mendapatkan suatu gambaran dari
data yang diolah, perlu adanya analisis sebagai akhir penyelidikan.
Dalam pengumpulan dan pengolahan data terdapat beberapa prosedur agar data yang
terkumpul dapat diolah sesuai dengan yang diharapkan sehingga terbukti secara empiris.
Pengumpulan dan analisis data tidak begitu saja terbentuk, tetapi melalui beberapa rangkaian
kegiatan yang saling menunjang, seperti pengelompokan data, hubungan antar data dan perbandingan
secara teoritis.
1. Pengelompokan data
Data yang terkumpul dari lapangan harus diolah untuk mendapatkan hasil yang akan berupa
pengelompokan data yang disajikan dalam bentuk data tabel. Data yang sudah dikelompokkan akan
memudahkan dalam proses analisis data.
15
16
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTIK
Wilayah kerja Pertamina Gas WJA merupakan daerah operasi yang menangani jaringan pipa
gas. Jaringan pipa gas tersebut menghubungkan jaringan pipa mulai dari Cilegon (Banten) sampai
Sunyaragi (Jawa Barat) yang digunakan untuk transportasi gas dari titik serah ke titik terima.
Pertamina Gas berperan sebagai penyedia jasa transportasi gas dari Shipper sebagai pengguna jasa.
Skema Operasi pengangkutan gas yang ada di Pertamina WJA Dapat dilihat pada lampiran 1.
Secara teknis terdapat fasilitas dan sarana yang harus ada dalam setiap jaringan transmisi gas
agar operasi dapat berjalan dengan efiensi yang sekecil mungkin untuk meminimalkan biaya selama
operasi. Berikut adalah beberapa fasilitas dan sarana yang ada di Pertamina Gas WJA:
4.1.1 Pipeline
Pada dasarnya ada tiga jenis pipa utama di sepanjang jalur transportasi, dengan rentang
ukuran diameter 4 in sampai 48 in: gathering system, transmission system, dan distribution system.
Gathering Pertamina Gas sendiri termasuk dalam jenis transmission system yang berperan untuk
mengirimkan natural gas dari pre-processing plant atau fasilitas penyimpanan ke distribution system
atau industri.
Perbedaaan antara ketiga system tersebut terletak pada sifat fisik (diameter, stiffness, dan
material) dan spesifikasi dari tekanan maksimum dan minimum upstream dan downstream.
Singkatnya, gathering dan transmission lines menggunakan steel pipe, sedangkan distribution lines
dapat menggunakan steel atau modern plastic pipe.
Trasnsmission system yang terdapat stasiun kompresor biasanya bekerja pada tekanan 200
psi sampai 1400 psi. Sedangkan untuk Pertamina Gas WJA tekanan gas tidak lebih dari 400 psi, dari
gambar 4.1 tekanan paling besar pada stasiun kompresor sekitar 340 psi. Tekanan gas tersebut relatif
rendah jika dibandingkan masa awal penggunaan pipeline di WJA. Hal ini dikarenakan jumlah
produksi gas yang dihasilkan dari surface production menurun menyebabkan jumlah gas yang
ditransmisikan dalam pipa berkurang.
Pipa gas yang digunakan dalam transmisi gas mempunyai ukuran diameter pipa yang
berbeda. Ukuran diameter pipa awal mulanya didesain berdasarkan kapasitas setiap jalurnya, seperti
pada lampiran 1 diameter pipa paling besar 32 in jalur Citarik-Tegalgede merupakan jalur pipa yang
berasal dari sumber gas. Sedangkan jalur Mundu-Sunyaragi berukuran paling kecil yaitu 8 in
merupakan jalur yang memiliki kapasitas yang kecil.
17
Jaringan pipa gas WJA terbagi menjadi 14 segmen yang dengan ukuran pipa dan panjang
yang berbeda. Berikut segmen dari jalur pipa gas di WJA:
18
4.1.2 Stasiun Kompresor
Stasiun kompresor, biasanya tersusun dari beberapa unit kompresor dihubungkan secara seri atau
paralel, berperan penting dalam industri gas. Unit kompresor adalah alat untuk menaikkan tekanan
natural gas dengan menurunkan volumenya, dengan demikian menyediakan kekuatan pendorong
atau boost untuk menjaga gas tetap bergerak sesuai jalurnya.
Sebagai aset penting dalam transmisi gas, Pertamina gas WJA membuat 4 stasiun kompresor
gas yang terletak di Cilamaya, Tegalgede, Mundu, dan Bitung. Jenis kompresor yang digunakan
disetiap Stasiun Kompresor Gas (SKG) menggunakan Gas Turbine Compressor (GTC) dengan
siklus tertutup. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan beban biaya operasi kompresor dengan
menggunakan natural gas yang ditransmisikan sebagai suplai energi panas dari pembakaran untuk
menggerakan turbin yang nantinya akan dikonversi menjadi energi mekanik sebagai penggerak
kompresor. Jumlah gas yang dibutuhkan untuk bahan bakar sangat sedikit dibandingkan jumlah gas
yang dikompres. Berikut adalah jumlah GTC yang digunakan di WJA:
❖ SKG Cimalaya terdapat 8 Gas Turbine Compressor (GTC) terbagi menjadi 4 GTC 1st stage
dan 4 GTC 2nd stage.
❖ SKG Tegalgede terdapat 4 GTC
❖ SKG Mundu terdapat 2 GTC
❖ SKG Bitung 2 GTC
19
Gambar 4. 1 Monitoring Skema Operasi WJA
Dari gambar 4.1 data monitoring yang dapat dilihat seperti Tekanan pada tiap SKG dan
flowrate dari gas.
Semua aktifitas yang dilakukan di area operasi bertujuan untuk memaksimalkan kinerja
operasi. Berikut beberapa aktifitas yang dilakukan di pipeline WJA:
20
hari atau jam. Gas balance tetap menjaga produksi tetap fleksibel sementara masih memperhitungkan
kelebihan atau kekurangan produksi. Pertamina Gas mencatat data gas balance melalui SPO dengan
periode harian. Tujuan dari pencatatan ini untuk memantau customer/shipper menerima pembagian
gas sesuai dengan shipper stock yang sudah disepakati. Perbedaan jumlah gas yang diterima dengan
shipper stock akan membuat terjadinya imbalances. Berikut adalah contoh dari gas balance
(MMSCFD):
Current balance yang ditandai warna merah menandakan shipper telah melebihi stock yang
telah ditentukan, sedangkan yang lainnya belum memenuhi stock yang ditentukan. Sedangkan
Discrepension adalah nilai error dari gas yang hilang selama proses pengangkutan. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu; error pembacaan yang terjadi di orificemeter, terjadi
kondensasi pada selama proses pengangkutan, dan factor lainnya.
3. Pigging
Terdapat kegiatan rutin berupa maintenance dan inspeksi bagian dalam pipeline secara
berkala dengan menggunakan pig yang dapat dilengkapi teknologi berupa gps dan sensor. Pig ini
bergerak dalam pipa tanpa harus menghentikan aliran gas karena dapat bergerak bersama gas. Alat
ini ditempatkan di stasiun peluncur, lalu bergerak mengikuti aliran gas mendorong pig disepanjang
pipa menuju stasiun penerima.
Pertamina Gas WJA melakukan maintenance dengan pigging secara rutin, 1 minggu sekali
untuk segmen pipa 32” jalur Citarik-Tegalgede, dan 1 bulan sekali untuk segmen pipa lainnya.
Maintence bertujuan untuk menghilangkan kondesat yang ada dalam pipa yang terbentuk selama
21
proses transportasi gas. Kondesat terbentuk karena gas terkondensasi akibat tekanan dan suhu dalam
pipa yang memungkinkan gas tersebut untuk kondensasi. Kondensat harus dihilangkan karena bukan
menjadi komoditi yang transportkan dan juga dapat merusak sebagian alat yang digunakan dalam
industri seperti turbin yang tidak boleh ada kandungan cairan selama prosesnya.
Sedangakan nilai faktor koreksi didapat dari nilai akar pembagian SG desain per aktual:
(4.4)
𝑆𝐺 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛
𝐹𝐶 = √
𝑆𝐺 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
Untuk mendapat nilai FC yang ideal dilakukan pengujian SG ideal selama 1 minggu sekali.
22
Gambar 4. 2 Contoh Bidi Pig
23
Berikut adalah tabel data pigging dari setiap trackpoint, mulai dari Citarik sampai Tegalgede yang diambil dari control room OCS pada Senin, 5 Agustus
24
2019:
Tabel 4. 2 Tekanan Pig Selama Proses Pigging
CITARIK 4.20 328 327 25 21 Baik 25% 23% 10% 100% Bidi pig meluncur
23% 21%
Total Cairan : 69 m3
Dari data tersebut dapat dihitung kecepatan pig untuk mengestimasikan waktu tempuh yang
dibutuhkan untuk sampai di trackpoint Tegalgede. Dalam menghitung kecepatan pigging, OCS
sudah memiliki formula tersendiri yaitu :
𝑪 ∗ 𝑸 ∗ 𝑷𝒃
𝒔= (𝟒. 𝟓)
𝑷𝟏 + 𝑷𝟐
( + 𝑷𝒃) ∗ 𝑭𝑷𝒗𝟐 ∗ 𝑺𝟐
𝟐
Keterangan:
Selain menghitung kecepatan pigging dengan formula yang sudah ada, dilakukan juga
perhitungan dengan cara menurunkan rumus umum kecepatan gas dalam pipeline diasumsikan
mempunyai kecepatan yang sama dengan kecepatan pig. Berikut penurunannya:
𝑄 = 𝑉𝐴 (4.6)
𝑀1 = 𝑄1 𝜌1 = 𝑀2 = 𝑄2 𝜌2 (4.7)
𝜌
𝑄1 = 𝑄𝑏 (𝜌𝑏 ) (4.8)
1
𝑃1
𝜌1
= 𝑍1 𝑅𝑇1 (4.9)
𝑃 𝑇 𝑍
𝑄1 = 𝑄𝑏 (𝑇𝑏 )(𝑃1 )(𝑍1 ) (4.10)
𝑏 1 𝑏
𝑃 𝑇
𝑄1 = 𝑄𝑏 (𝑇𝑏 )(𝑃1 )𝑍1 , 𝑍𝑏 = 1,0 karena pada keadaan standard (4.11)
𝑏 1
25
𝑄𝑏 𝑍1 𝑃𝑏 𝑇1
𝑉1 = 𝐴
(𝑇 )(𝑃 ) (4.12)
𝑏 1
4𝑥144𝑄𝑏 𝑍1 𝑃𝑏 𝑇1
𝑉1 = 𝜋𝑑 2
(𝑇 )(𝑃 ) , Asumsi T1=Tb (4.13)
𝑏 1
𝑸𝒃 𝒁𝟏 𝑷𝒃 𝒇𝒕
𝑽𝟏 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟐𝟏𝟐𝟐 𝒅𝟐 𝑷𝟏
(𝒔) (4.14)
Keterangan
V = kecepatan gas, ft/s Pb = tekanan standard
Qb = flowrate gas, SCFD Z = faktor kompresibilitas
D = diameter dalam pipa, in
Dengan menggunakan persamaan 4.5, didapatkan hasil estimasi kecepatan dan waktu
tempuh pigging sebagai berikut:
Waktu Finish ke
Kecepatan Pig Tegalgede
LOKASI
Jam
mil/jam m/s menit
Estimasi
Sebagai pembanding, persamaan 4.14 yang mengasumsikan kecepatan gas dalam pipa
dianggap sama dengan kecepatan pig. Berikut hasil estimasi kecepatan dan waktu tempuh pigging:
26
Tabel 4. 4 Data Kecepatan Pig dengan Formula Penurunan Rumus
Waktu Finish ke
Kecepatan Pig Tegalgede
LOKASI
Jam
ft/s m/s menit
Estimasi
Dari kedua perhitungan yang menggunakan formula dari OCS dan penurunan persamaan
aliran gas memiliki hasil perhitungan kecepatan pig yang relatif sama dengan deviasi ± 0,02 m/s,
begitu pula dengan estimasi waktu tempuh pig untuk sampai di titik akhir. Selain estimasi waktu
tempuh sampai titik akhir dilakukan juga perbandingan waktu tempuh ke titik berikutnya dan dilihat
nilai error yang didapat tiap waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke lokasi berikutnya dibanding
dengan waktu aktualnnya. Berikut tabel error masing masing formula:
CIMAH
1,6242 64 20,52 15.25 15.40 41,67%
ABANG
TEGAL GEDE 1,4353 66 - - - -
Rata -rata Error 24,71%
27
Tabel 4. 6 Data error Waktu Estimasi dibanding Aktual Formula Penurunan Rumus
Estimasi waktu tempuh pig berbeda dengan waktu tempuh aktual diakibatkan oleh beberapa
faktor. Antara lain : kondisi pig yang selalu berubah tiap waktu (tekanan, flowrate) yang disebabkan
oleh kondisi dari sumur gas yang berubah tiap waktu membuat pig bergerak dengan kecepatan yang
tidak konstan, kondisi pipa yang membuat posisi pig tersendat (belokan, kondesat). Kecepatan awal
sejak pig diluncurkan mengalami tren naik secara keseluruhan hal ini disebabkan oleh flowrate gas
yang mengalami kenaikkan tiap titiknya, terutama di titik citarik dan titik walahar. Kenaikkan
flowrate itu sendiri dapat dikontrol dengan mengatur valve I-16 (lihat gambar 4.1) seperti data yang
dicantumkan dalam tabel 4.2 dilakukan perubahan bukaan valve I-16. Pengaturan besar bukaan valve
I-16 didasari oleh estimasi waktu tempuh yang terlalu lama untuk proses pigging. Bukaan valve I-16
yang awalnya sebesar 25% dibuah sampai menjadi 19%.
Berdasarkan data tabel 4.2, cairan atau kondensat dalam pipa mulai terdeteksi pada titik
Kobak Biru pada 13:09. Cairan akan terus terakumulasi dan terdorong oleh pig sampai titik akhir
Tegalgede untuk dikeluarkan dari dalam jalur pipa. Cairan dalam pipa akibat hasil kondensasi gas
harus dihilangkan, jika tidak cairan dapat merusak komponen dalam jaringan pipa maupun industri,
terutama komponen gas turbin kompresor yang diharuskan bebas dari cairan apapun selama dalam
siklus yang bisa berakibat kerusakan dalam komponen. Cairan yang dihasilkan selama proses pigging
sebesar 69 m3 disepanjang jalur pipa Citarik-Tegalgede. Banyaknya cairan dalam pipa dapat
membuat adanya perbedaan tekanan teoritis dengan tekanan aktual. Toleransi selisih ΔP teoritis (P1-
P2) dengan ΔP aktual sebesar 15 psig, jika selisih ΔP lebih dari 15 psig perlu dilakukan proses
pigging lebih cepat dari jadwal rutin untuk jalur pipa Citarik-Tegalgede.
28
BAB V
TINJAUAN TEORITIS
5.1 Transportasi Pipa
Tranportasi pipa merupakan perangkat transportasi angkutan barang melalui pipa. Biasanya
digunakan untuk angkutan gas dan cairan dalam jumlah yang besar, tetapi dapat juga untuk
mengangkut barang yang dikemas dalam kapsul yang didorong dengan tekanan udara, ataupun dalam
bentuk tepung didorong dengan tekanan udara tertentu yang kemudian dipisahkan kembali.
Penggunaan angkutan pipa yang paling besar adalah untuk transportasi minyak mentah,
minyak hasil pengolahan/refinery, gas alam ataupun untuk angkutan air kebutuhan industri ataupun
ke perumahan.
Angkutan melalui pipa dilakukan untuk mengangkut material yang stabil, dan untuk
menstabilkan material yang dapat berubah sifat bila dialirkan untuk jarak yang jauh melalui pipa
terkadang harus dilakukan pemanasan, untuk material yang dapat membeku selama mengalir seperti
minyak kelapa sawit, minyak mentah dari jenis tertentu ataupun didinginkan bila material tersebut
dapat berubah sifat ataupun bentuk.
Ada beberapa komponen yang diperlukan dalam transportasi pipa untuk mendapatkan sistem
transportasi pipa yang efektif dan efisien, yaitu:
1. Pipa transmisi
Dimensi pipa transmisi biasanya tergantung kepada jenis bahan yang diangkut,
apakah dalam bentuk cairan, gas ataupun bahan padat, besarnya volume bahan yang diangkut
dan kecepatan fluida melalui pipa tersebut. Pipa yang berukuran besar biasanya dibuat dari
lembaran baja yang disambung dilas seperti spiral.
29
2. Pompa penguat
Semakin jauh fluida bergerak di dalam pipa semakin rendah tekanan didalam pipa
karena terjadi gesekan dengan permukaan dalam pipa, semakin kasar permukaan semakin
cepat penurunan tekanan dalam pipa. Oleh karena itu untuk jarak perjalanan yang panjang
dibutuhkan peningkatan tekanan kembali dengan menggunakan pompa penguat. Dalam hal
angkutan bahan bakar atau gas, maka pompa penguat dapat menggunakan sebagian kecil dari
bahan yang diangkut dengan menggunakan kompressor yang digerakkan dengan gas tersebut
atau bahan bakar yang diangkut tersebut. Bila terdapat jaringan listrik maka kompressor
biasanya digerakkan dengan motor listrik.
Dalam hal cairan dapat juga digunakan grafitasi untuk mengalirkan fluida tersebut
bila hal itu didukung oleh geografi yang tepat. Hal ini terkadang digunakan untuk tranportasi
air minum yang memiliki sumber air baku di gunaung atau dataran tinggi sedangkan
pelanggan berada di dataran rendah.
3. Stasiun pengendali
Sistem yang biasanya digunakan untuk pengendalian adalah SCADA yang merupakan
singkatan dari Supervisory Control and Data Acquisition dimana volume fluida yang
diangkut, tekanan kerja, pompa penguat dikendalikan serta katup/valve. Data tersebut
ditransmisikan ke stasiun pengendali menggunakan perangkat komunikasi, jaringan
telekomunikasi, serat kaca ataupun melalui satelit untuk perangkat yang terletak jauh dari
jaringan telekomunikasi.
30
4. Penanganan fluida
Fluida tertentu untuk bisa dialirkan melalui pipa perlu dipanaskan ataupun
didinginkan. Pemanasan dilakukan untuk menurunkan kekentalan/viskositas cairan
dilakukan dengan mengalirkan uap air panas ataupun dengan pemanasan listrik, pemanasan
terkadang diperlukan untuk transportasi minyak mentah tertentu atau minyak kelapa sawit.
Pendinginan biasanya dilakukan untuk mengalirkan gas sehingga volume gas yang diangkut
menjadi lebih kecil, ataupun untuk merubah gas menjadi cairan sehingga dapat dialirkan
dengan lebih mudah.
Merupakan jaringan yang mengumpulkan cairan atau gas yang diangkut dari
berbagai sumber ke pabrik pengolah atau fasilitas pengolahan. Jumlah pipanya banyak,
diameter kecil dan jarak pendek. Sebagai contoh banyak digunakan diladang minyak untuk
mengumpulkan minyak yang telah ditambang dari sumur-sumur yang tersebar disuatu
kawasan.
Merupakan pipa utama yang membawa cairan atau gas dalam jumlah yang besar,
jarak jauh ke kota, antar negara bahkan antar benua. untuk bisa melaksanakan angkutan jarak
jauh ini perlu ada beberapa stasiun kompresor untuk meningkatkan tekanan kembali sehingga
bisa sampai lebih cepat. Sebagai contoh angkutan bahan bakar minyak dari Balongan ke
Jakarta ataupun jaringan transmisi gas yang tersebar diseluruh Indonesia.
Peta Ruas Transmisi dan Wilayah Jaringan Distribusi, Ruas Dedicated Hulu, Ruas
Dedicated Hilir, Ruas Kepentingan Sendiri, dan Wilayah Distribusi Gas Kota dikategorikan
sebagai berikut :
a) Kategori 1 (Open Access) adalah Ruas Transmisi atau Wilayah Jaringan Distribusi Gas
Bumi yang ditetapkan dengan mempertimbangkan sumber gas berdasarkan rencana
pembangunan Pemerintah danlatau Usulan Badan Pengatur danlatau usulan Badan
Usaha dalam kerangka Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi yang pembangunan dan
per~goperasiaannyad ilaksanakan oleh Badan Usaha melalui mekanisme lelang oleh
Badan Pengatur.
31
b) Kategori 2 (Dedicated Hilir) adalah ruas transmisi danlatau ruas distribusi Gas Bumi
yang ditetapkan dengan mempertimbangkan pasokan Gas Bumi dan kondisi
insfrastruktur dalam kerangka Kegiatan Usaha Niaga Gas Bumi yang pengusulan,
pembangunan dan pengoperasiaannya dilakukan oleh Badan Usaha sebagai kelanjutan
kegiatan usaha niaga untuk keperluan mengangkut gas milik sendiri ke konsumen akhir
tertentu.
c) Kategori 3 (Dedicated Hulu) adalah ruas transmisi danlatau ruas distribusi Gas Bumi
yang ditetapkan dengan mempertimbangkan sumber Gas Bumi dan keperluan operasi
lapangan sebagai fasilitas pengangkutan Gas Bumi dalam kerangka Kegiatan Usaha
Hulu.
d) Katagori 4 (Kepentingan Sendiri) adalah ruas transmisi danlatau ruas Distribusi Gas
Bumi yang ditetapkan dengan mempertimbangkan pasokan Gas Bumi dan ketersediaan
lnfrastruktur yang dalam pengusulan, pembangunan dan pengoperasiannya dilakukan
oleh Konsumen Gas Bumi dalam rangka menyalurkan Gas Bumi untuk kepentingan
Konsumen.
e) Katagori 5 (Gas Kota) adalah Wilayah Jaringan Distribusi yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan pasokan Gas Bumi dan kebutuhan kondumen rumah tangga danlatau
pelanggan kecil berdasarkan rencana pembangunan Pemeriritah dalam rangka
diversifikasi danlatau konservasi energi.
3. Jaringan Distribusi
Merupakan jaringan pipa yang mendistribusikan cairan atau gas menuju lokasi
konsumsi, termasuk juga ketempat tujuan melalui pengemasan/packing. Sebagai contoh
distribusi air minum atau gas rumah tangga di kawasan perkotaan. Pemerintah akan
membangun jaringan distribusi gas bumi (jargas) untuk rumah tangga di empat kota yaitu
Pekanbaru, Bangkalan, Jambi dan Prabumulih pada tahun 2012 mendatang.
5.1.3 Kebocoran
Kebocoran atau penyusutan angkutan melalui pipa jauh lebih rendah dari angkutan melalui
kereta api atau diangkut dalam mobil tangki. Kebocoran pada angkutan pipa hanya antara 0,1 sampai
0,15 persen dari volume yang diangkut sedang melalui kereta api atau mobil tangki bisa mencapai
antara 0,32 sampai dengan 0,49 persen dari total volume yang diangkut. Pengendalian terhadap
kebocoran merupakan suatu hal yang paling penting dalam transportasi pipa karena sangat berbahaya
pada material yang mudah terbakar ataupun material yang beracun. Kebocoran Bahan berbahaya dan
beracun khususnya bahan bakar ataupun bahan bakar gas dapat sangat berbahaya bagi lingkungan.
32
5.2 Pigging
Pigging adalah suatu metode perawatan saluran perpipaan dengan memasukkan suatu alat
yang dinamakan pig tanpa memberhentikan aliran fluida saat proses sedang berlangsung. Istilah ini
digunakan karena pada saat pig diluncurkan dalam sistem perpipaan, suara yang dikeluarkan yaitu
seperti suara babi.
Dalam operasi, pig digunakan untuk membersihkan maupun inspeksi dari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti korosi, kebocoran dalam pipa yang dikhawatirkan mengganggu aliran fluida. Oleh
karena itu pig dilengkapi dengan komponen khusus, seperti magnet dan sisir untuk menyapu kotoran
di dinding bagian dalam pipa.
Dalam sistem pigging, ada empat komponen yang sangat penting dan saling berkaitan, yaitu:
1. Pig launcher, merupakan alat yang digunakan utnuk membantu pig meluncur
melewati sistem perpipaan yang akan dibersihkan.
3. Pig receiver, merupakan alat yang digunakan untuk menangkap pig yang telah
meluncur melewati sistem perpipaan.
4. Pig, merupakan alat pembersih yang akan diluncurkan oleh pig launcher melewati
sistem perpipaan dan kemudian ditangkap oleh pig receiver.
33
34
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil kerja praktik didapatkan beberapa kesimpulan yaitu:
1. Mahasiswa memperoleh pengalaman dalam dunia kerja terutama dalam bidang transportasi gas
di PT Pertamina Gas.
2. Fasilitas dan sarana utama yang terdapat di WJA berupa pipeline yang terbagi menjadi 14
segmen, 4 stasiun kompresor gas, dan Operation Control Station sebagai pusat pengendali dari
seluruh kegiatan di WJA.
3. Proses pigging yang dilakukan di line 23” jalur Citarik-Tegalgede bertujuan untuk
menghilangkan impurity yang ada dalam pipa seperti kondesat dari hasil kondensasi gas selama
proses pengangkutan gas. Kegiatan pigging di jalur Citarik-Tegalgede dilakukan selama 1
minggu sekali.
4. Perbandingan antara formula OCS dengan formula hasil penurunan rumus didapatkan bahwa
formula penurunan rumus memiliki nilai error yang lebih kecil dibandingkan dormula OCS.
Nilai error yang lebih kecil menunjukkan bahwa kecepatan pig dapat diasumsikan memiliki
kecepatan yang sama dengan kecepatan gas.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah
1. Diharapkan jaringan transmisi pipa di Indonesia diperluas lagi agar persebaran gas alam tidak
hanya terkonsentrasi di existing area, terutama Pertamina Gas yang sedang melakukan project
perluasan jaringan pipa diluar jawa.
2. Untuk proses pigging mungkin dapat dikembangkan lagi tidak hanya sebagai proses cleaning
tetapi juga inskpesi kondisi dalam pipa.
3. Laporan ini terbatas hanya pada masalah tingkat dasar tentang identifikasi dari sistem operasi
yang ada, banyak aspek yang harus dikaji lebih lanjut pada tahap yang lebih lanjut.
4. Untuk institusi, mahasiswa yang sedang melakukan kerja praktik maupun tugas akhir harus aktif
selama kegiatan untuk menggali semua ilmu yang sebanyak mungkin.
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. (2016). Neraca Gas Bumi Indonesia Tahun 2016-2035.
Jakarta: Ditjen Migas.
PT Pertamina Gas. (2017). Annual Report 2017 PT Pertamina Gas. Jakarta : PT Pertamina Gas.
PT Pertamina Gas. (2018). Annual Report 2018 PT Pertamina Gas. Jakarta : PT Pertamina Gas.
https://doi.org/10.1016/j.apenergy.2015.03.017
Wu, X., Li, C., He, Y., & Jia, W. (2018). Operation Optimization of Natural Gas Transmission
37
Lampiran 1
38
39
40
41
42
43
44
45