Anda di halaman 1dari 10

Sejarah Gula

Pada awalnya gula tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia, kemudian menyebar ke India. Pada tahun
510 Sebelum Masehi, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang rerumputan
yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti halnya pada berbagai penemuan manusia lainnya,
keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk
menghasilkan keuntungan yang sangat besar.

Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi besar-besaran oleh orang-orang Arab
pada abad ketujuh sebelum sesudah masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642 mereka
menemukan tanaman tebu yang sedang tumbuh dan kemudian mempelajari cara pembuatan gula.
Selama ekspansi berlanjut mereka mendirikan pengolahan-pengolahan gula di berbagai daratan lain
yang mereka kuasai, termasuk di Afrika Utara dan Spanyol.

Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib pada abad ke-11. Para prajurit
yang pulang menceritakan keberadaan “rempah baru” yang enak ini. Gula pertama diketahui tercatat di
Inggris pada tahun 1099. Abad-abad berikutnya merupakan periode ekspansi besar-besaran
perdagangan barat Eropa dengan dunia timur, termasuk di dalamnya adalah impor gula. Sebagai contoh,
dalam sebuah catatan pada tahun 1319 harga gula di London sebesar “dua shilling tiap pound”. Nilai ini
setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata, sehingga dapat dikatakan gula sangatlah mewah
pada waktu itu.

Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula sebagai penghias meja-meja mereka.
Ketika Henry III dari Perancis mengunjungi Venice, sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya
dengan menampilkan piring-piring, barang-barang perak, dan kain linen yang semuanya terbuat dari
gula.

Karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai obat. Banyak petunjuk kesehatan dari
abad ke-13 hingga 15 yang merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk
memperkokoh kekuatan mereka.

Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di Venice. Venice tidak bisa lagi melakukan
monopoli ketika Vasco da Gama berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana.
Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerika lah yang telah mengubah konsumsi gula di dunia.

Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa tanaman tebu untuk ditanam di kawasan
Karibia. Iklim yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan berdirinya
sebuah industri dengan cepat. Kebutuhan terhadap gula yang besar bagi Eropa menyebabkan banyak
kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu,
seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago. Tanaman tebu dibudidayakan secara
massal. Jutaan orang dikirim dari Afrika dan India untuk bekerja di penggilingan tebu. Oleh karenanya,
produksi gula sangat erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat.
Secara ekonomi gula sangatlah penting sehingga seluruh kekuatan Eropa membangun atau berusaha
membangun jajahan di pulau-pulau kecil Karibia dan berbagai pertempuran terjadi untuk menguasai
pulau-pulau tersebut. Selanjutnya tanaman tebu dibudidayakan di berbagai perkebunan besar di
kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia, Filipina dan kawasan Pasifik) untuk memenuhi
kebutuhan pasar Eropa dan lokal.

Pabrik gula tebu di Hindia Belanda sekitar tahun 1850 oleh A. Salm ( Sumber )

Pada tahun 1750 terdapat 120 pabrik pemurnian gula yang beroperasi di Britania dengan hanya
menghasilkan 30.000 ton per tahun. Pada tahap ini gula masih merupakan sesuatu yang mewah dan
memberi keuntungan yang sangat besar sehingga gula dijuluki “emas putih”. Keadaan ini juga berlaku di
negara-negara Eropa Barat lainnya.

Catatan perdagangan impor gula dari Jamaika pada tahun 1739 (Sumber )

Para pemerintah menyadari keuntungan besar yang didapat dari gula dan oleh karenanya mengenakan
pajak yang tinggi. Akibatnya gula tetap merupakan sebuah barang mewah. Keadaan ini terus bertahan
sampai dengan akhir abad ke-19 ketika kebanyakan pemerintahan mengurangi atau menghapus pajak
dan menjadikan harga gula terjangkau untuk warga biasa.

Sejarah Alkohol

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan kadang untuk
minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai
bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan
alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya
alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi.

Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun yang
memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen
dan/atau atom karbon lain.

Struktur

Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbon hibridisasi sp3. Ada tiga jenis
utama alkohol - 'primer', 'sekunder, dan 'tersier'. Nama-nama ini merujuk pada jumlah karbon yang
terikat pada karbon C-OH. Etanol dan metanol (gambar di bawah) adalah alkohol primer. Alkohol
sekunder yang paling sederhana adalah propan-2-ol, dan alkohol tersier sederhana adalah 2-
metilpropan-2-ol.

Rumus kimia umum alkohol adalah CnH2n+1OH'

Penggunaan

Otomotif
Alkohol dapat digunakan sebagai bahan bakar otomotif. Ethanol dan methanol dapat dibuat untuk
membakar lebih bersih dibanding gasoline atau diesel. Alkohol dapat digunakan sebagai antifreeze di
radiator. Untuk menambah penampilan Mesin pembakaran dalam, methanol dapat disuntikan kedalam
mesin Turbocharger dan Supercharger. Ini akan mendinginkan masuknya udara kedalam pipa masuk,
menyediakan masuknya udara yang lebih padat.

Nama-nama untuk alkohol

Ada dua cara menamai alkohol: nama umum dan nama IUPAC.

Nama umum biasanya dibentuk dengan mengambil nama gugus alkil, lalu menambahkan kata "alkohol".
Contohnya, "metil alkohol" atau "etil alkohol".

Nama IUPAC dibentuk dengan mengambil nama rantai alkananya, menghapus "a" terakhir, dan
menambah "ol". Contohnya, "metanol" dan "etanol".

Sifat fisika

Gugus hidroksil mengakibatkan alkohol bersifat polar.

pH

Alkohol adalah asam lemah.

Metanol dan etanol

Dua alkohol paling sederhana adalah metanol dan etanol (nama umumnya metil alkohol dan etil alkohol)
yang strukturnya sebagai berikut:

HHH

|||

H-C-O-H H-C-C-O-H

|||

HHH

metanol etanol

Dalam peristilahan umum, "alkohol" biasanya adalah etanol atau grain alcohol. Etanol dapat dibuat dari
fermentasi buah atau gandum dengan ragi. Etanol sangat umum digunakan, dan telah dibuat oleh
manusia selama ribuan tahun. Etanol adalah salah satu obat rekreasi (obat yang digunakan untuk
bersenang-senang) yang paling tua dan paling banyak digunakan di dunia. Dengan meminum alkohol
cukup banyak, orang bisa mabuk. Semua alkohol bersifat toksik (beracun), tetapi etanol tidak terlalu
beracun karena tubuh dapat menguraikannya dengan cepat.
Alkohol umum

• isopropil alkohol (sec-propil alcohol, propan-2-ol, 2-propanol) H3C-CH(OH)-CH3, atau alkohol gosok

• etilena glikol (etana-1,2-diol) HO-CH2-CH2-OH, yang merupakan komponen utama dalam antifreeze

• gliserin (atau gliserol, propana-1,2,3-triol) HO-CH2-CH(OH)-CH2-OH yang terikat dalam minyak dan
lemak alami, yaitu trigliserida (triasilgliserol)

• Fenol adalah alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada cincin benzena

Alkohol digunakan secara luas dalam industri dan sains sebagai pereaksi, pelarut, dan bahan bakar. Ada
lagi alkohol yang digunakan secara bebas, yaitu yang dikenal di masyarakat sebagai spirtus. Awalnya
alkohol digunakan secara bebas sebagai bahan bakar. Namun untuk mencegah penyalahgunaannya
untuk makanan atau minuman, maka alkohol tersebut didenaturasi. denaturated alcohol disebut juga
methylated spirit, karena itulah maka alkohol tersebut dikenal dengan nama spirtus.

Etanol (disebut juga etil-alkohol atau alkohol saja), adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut
dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Etanol tidak berwarna dan tidak berasa tapi
memilki bau yang khas. Bahan ini dapat memabukkan jika diminum. Etanol sering ditulis dengan rumus
EtOH. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O.

Sejarah

Etanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam minuman
beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari China
bagian utara menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia prasejarah dari
masa Neolitik.[1]

Etanol dan alkohol membentuk larutan azeotrop. Karena itu pemurnian etanol yang mengandung air
dengan cara penyulingan biasa hanya mampu menghasilkan etanol dengan kemurnian 96%. Etanol murni
(absolut) dihasilkan pertama kali pada tahun 1796 oleh Johan Tobias Lowitz yaitu dengan cara menyaring
alkohol hasil distilasi melalui arang.

Lavoisier menggambarkan bahwa etanol adalah senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan
oksigen. Pada tahun 1808 Saussure dapat menentukan rumus kimia etanol. Limapuluh tahun kemudian
(1858), Couper menerbitkan rumus bangun etanol. Dengan demikian etanol adalah salah satu senyawa
kimia yang pertama kali ditemukan rumus bangunnya.[2]

Pembuatan

Etanol dapat dibuat dengan beberapa cara sebagai berikut:

• Etanol untuk konsumsi umumnya dihasilkan dengan proses fermentasi atau peragian bahan makanan
yang mengandung pati atau karbohidrat, seperti beras, dan umbi. Alkohol yang dihasilkan dari proses
fermentasi biasanya berkadar rendah. Untuk mendapatkan alkohol dengan kadar yang lebih tinggi
diperlukan proses pemurnian melalui penyulingan atau distilasi. Etanol untuk keperluan industri dalam
skala lebih besar dihasilkan dari fermentasi tetes, yaitu hasil samping dalam industri gula tebu atau gula
bit.

• Melalui sintesa kimia melalui antara reaksi gas etilen dan uap air dengan asam sebagai katalis. Katalis
yang dipakai misalnya asam fosfat. Asam sulfat dapat juga dipakai sebagai katalis, namun dewasa ini
sudah jarang dipakai.

Penggunaan

• Pelarut

• Campuran minuman (intoxicant)

• Sintesa bahan kimia lain

Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan
konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman beralkohol
dibatasi ke sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu.

Efek samping

Bila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan ganggguan mental organik (GMO),
yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berprilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi
langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol itu, orang yang meminumnya lama-
kelamaan tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan atau mabuk.

Mereka yang terkena GMO biasanya mengalami perubahan perilaku, seperti misalnya ingin berkelahi
atau melakukan tindakan kekerasan lainnya, tidak mampu menilai realitas, terganggu fungsi sosialnya,
dan terganggu pekerjaannya. Perubahan fisiologis juga terjadi, seperti cara berjalan yang tidak mantap,
muka merah, atau mata juling. Perubahan psikologis yang dialami oleh konsumen misalnya mudah
tersinggung, bicara ngawur, atau kehilangan konsentrasi.

Mereka yang sudah ketagihan biasanya mengalami suatu gejala yang disebut sindrom putus alkohol,
yaitu rasa takut diberhentikan minum alkohol. Mereka akan sering gemetar dan jantung berdebar-debar,
cemas, gelisah, murung, dan banyak berhalusinasi.

Proses Pembuatan Alkohol dari Limbah Gula

Proses pembuatan alkohol yang terjadi di Pabrik Sirtus Madukismo terdiri dari tiga tahap utama, yaitu:

a. Masakan

b. Peragian

c. Penyulingan
Ketiga tahap pembuatan alkohol di Pabrik Spirtus dijelaskan sebagai berikut:

a. Masakan

Tetes tebu diencerkan dengan air sampai kadar tertentu dan ditambah nutrisi untuk pertumbuhan ragi.
Sebagai sumber Nitrogen dipakai pupuk urea dan sebagai sumber Phospor dipakai pupuk NPK, pH diatur
sekitar 4,8 dengan H2 SO 4 agar tidak terjadi kontaminasi dari bakteri lain.

b. Peragian

Proses peragian dilaksanakan secara bertahap, mulai volume 3.010 liter, 18.000 liter, dan 75.000 liter.
Waktu peragian utama bekisar 50 – 60 jam dan kadar alkohol yang dicapai antara 9 – 10 %.

c. Penyulingan

Adonan yang telah selesai diragikan, dipisahkan alkoholnya (disuling) di dalam pesawat penyulingan yang
terdiri dari 4 kolom, yaitu:

· Kolom Maische

· Kolom Voorloop

· Kolom Rektifiser

· Kolom Nachloop

Penyulingan menggunakaan tenaga uap dengan tekanan 0,5 kg/cm 2 dan dengan suhu 120 o C.

· Kolom Maische

Hasil atas

: Alkohol kasar memiliki kadar kurang lebih 45% yang kemudian masuk ke kolom selanjutnya, yaitu kolom

voorloop .

Hasil bawah :

Vinase dibuang

· Kolom Voorloop

Hasil atas

: Alkohol teknis dengan kadar 94% masih mengandung

aldehide,

ditampung sebagai hasil.


Hasil bawah : Alkohol muda dengan kadar kurang lebih 25% yang kemudian masuk ke kolom rektifiser.

· Kolom Rektifiser

Hasil atas

: Alkohol murni (Prima I) kadar minimal 95% ditampung sebagai hasil.

Hasil tengah : Alkohol muda yang mengandung minyak fusel, masuk ke kolom

nachloop.

Hasil bawah :

Lutter waser, air yang bebas alkohol, kadang-kadang bila perlu sebagian digunakan untuk menambah
kolom

voorloop

sebagai bahan penyerap alkohol dan sebagian dibuang.

· Kolom Nachloop

Hasil atas

: Alkohol teknis kadar 94% ditampung sebagai hasil.

Hasil bawah : Air yang bebas alkohol dibuang.

Minyak fusel ( amyl alkohol) merupakan hasil samping Pabrik Spirtus Madukismo, ini biasa digunakan
untuk bahan baku pembuatan essence (amylacetat) .

pembuatan gula

1. Pemerahan Nira (Ekstrasi)

Tebu setelah ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan
cairannya yang mengandung gula (nira mentah). Alat penggiling tebu yang digunakan berupa suatu
rangkaian alat yang terdiri dari alat pengerja pendahuluan (Voorbewer keras) yang dirangkaikan dengan
alat giling dari logam. Alat pengerja pendahuluan terdiri dari Unigator Mark IV dan Cane knife yang
berfungsi sebagai pemotong dan pencacah tebu. Setelah tebu mengalami pencacahan dilakukan
pemerahan nira untuk memerah nira digunakan 5 buah gilingan, Pertama – tama tebu masuk ke meja
tebu untuk dilakukan penimbangan. Lalu setelah ditimbang, tebu masuk ke unigrator untuk dihancurkan
dengan cara ditumbuk. Tebu yang sudah hancur kemudian masuk ke Gilingan I. Pada Gilingan I dihasilkan
Nira Perahan Pertama dan sebagian hasil nira Gilingan I masuk ke Gilingan II begitu seterusnya hingga
terakhir pada Gilingan V. Pada proses Gilingan III, IV, dan V dilakukan penambahan air imbibisi dengan
suhu 70 o C. Hasil akhir dari Stasiun Penggilingan adalah nira mentah dan ampas. masing-masing terdiri
dari 3 rol dengan ukuran 36”X64”.Ampas pemerahan tebu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
kertas, dan bahan bakar di PT. MADUBARU, ampas ini digunakan sebagai bahan bakar di Stasiun Ketel
(pusat tenaga)

Gambar.1. Stasiun Pemerahan Nira

2. Pemurnian Nira

Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu cara defekasi, sulfitasi dan
karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di indonesia memakai cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat
biaya produksi, bahkan pemurnian mudah di dapat dan gula yang dihasilkan adalah gula putih atau SHS
(Superieure Hoofd Sumber).

Proses ini menggunakan tabung defekator, alat pengendap dan saringan Rotary Vacuum Filter dan bahan
pemurniannya adalah kapur tohor dan gas sulfit dari hasil pembakaran.

Mula-mula nira mentah ditimbang, dipanaskan, direaksikan dengan susu kapur dalam defekator,
kemudian diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi, dipanaskan dan diendapkan dalam alat pengendap. Nira
kotor yang diendapkan kemudian disaring menggunakan Rotery Vaccum Filter. Dari proses ini dihasilkan
nira jernih dan endapan padat berupa blotong. Nira jernih yang dihasilkan kemudian dikirim kestasiun
penguapan.

Gambar.2.Proses Pemurnian

3. Penguapan Nira (Evaporasi)

Proses pemasakan pada Stasiun Penguapan ini adalah proses lanjutan setelah dilakukannya proses
pemurnian nira pada Stasiun Pemurnian. Proses penguapan memiliki prinsip yaitu menguapkan air
sehingga kadar air turun dan gula yang hilang menjadi sedikit dengan biaya seminimal mungkin. Hasil
akhir dari proses penguapan adalah nira kental.

Nira encer dari Stasiun Pemurnian masuk ke pemanas III hingga suhu nira mencapai 100 –
105oC.Selanjutnya nira masuk ke evaporator I dengan tekanan sebesar 136 cmHg, dan tekanan
hampa/vakum sebesar 0,34 cmHg. Evaporator I akan menghasilkan nira kental I dan uap I. Selanjutnya
nira kental I masuk kembali ke dalam evaporator II dengan tekanan 102 cmHg dan tekanan vakum 10,4
cmHg, menggunakan uap I untuk proses pemanasannya, dan menghasilkan nira kental II dan uap II.
Kemudian masuk ke evaporator III dengan kondisi tekanan 70 cmHg dan tekanan vakum 37 cmHg,
menggunakan uap II untuk proses pemanasannya, menghasilkan uap III dan nira kental III. Pada
evaporator IV digunakan tekanan 40 cmHg dan tekanan vakum sebesar 65 cmHg dengan titik didihnya
sebesar 50oC-55oC.

4. Kristalisasi

Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan vakum, yaitu tempat dimana
nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga
timbul kristal gula.
Sistem yang dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B sebagai produk,dan gula D dipakai sebagai bibit
(seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan
tekanan dibawah atmosfir dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya 65 0 c. Jadi kadar
gula (sakarosa) tidak rusak akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran Kristal
gula dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu didinginkan pada palung
pendinginan (kultrog).

5. Pemisahan Kristal Gula

Pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan saringan yang bekerja dengan gaya memutar
(sentrifungal). Alat ini bertugas memisahkan gula terdiri dari :

1. 3 buah broadbent 48” X 30”untuk gula masakan A.

2. 4 buah bactch sangerhousen 48” X 28” untuk masakan B.

3. 2 buah western stated CCS untuk D awal.

4. 6 buah batch sangerhousen 48” X 28” untuk gula SHS.

5. 3 buah BNA 850 K untuk gula D.

Pada Stasiun ini dilakukan pemutaran yang bertujuan untuk memisahkan kristal gula yang terbentuk
dengan larutannya ( stroop , klare, dan tetes). PG. Madukismo memiliki 2 jenis puteran yaitu puteran

Low Grade Centrifuge Separator dan

High Grade Centrifuge Separator .Low Grade Centrifuge Separator digunakan untuk memisahkan
masakan dengan tingkat kemurnian yang rendah, sedangkan High Grade Centrifuge Separator digunakan
untuk memisahkan masakan dengan tingkat kemurnian yang tinggi .

Dalam tingkatan pengkristalan, pemisahan gula dari tetesnya terjadi pada tingkat B. Pada tingkat ini
terjadi poses separasi (pemisahan). Mekanismenya menggunakan gaya sentrifugal. Dengan adanya
sistem ini, tetes dan gula terpisah selanjutnya pada tingkat D dihasilkan gula melasse (kristal gula) dan
melasse (tetes gula).

6. Pengeringan Kristal Gula

Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kira-kira 20% . Gula yang
mengandung air akan mudah rusak dibandingkan gula kering,untuk menjaga agar tidak rusak selama
penyimpanan, gula tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu. pengeringan dapat dilakukan dengan
cara alami atau dengan memakai udara panas kira-kira 80 0 c.

Pengeringan gula secara alami dilakukan dengan melewatkan SHS pada talang goyang yang panjang.
Dengan melalui talang ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses pengeringan dengan cara ini
membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan cara pemanasan. Karena itu,digunakan cara
pemanasan. Cara ini bekerja atas dasar prinsip aliran berlawanan dengan aliran udara panas.
Tabel 2. Komposisi Tebu 8

Bahan Komposisi

Sukrosa 7-13

Gula Reduksi 0,2-0,5

Air 69-75

Abu 0,3-1,8

Serat 10-16

Kandungan nitrogen 0,5-1

Bahan Organik Selain Gula 0,5-1

Sumber : PG Madukismo (2004)

7. Pengemasan

Pada Stasiun Penyelesaian dan Pengemasan, hasil akhir dari Stasiun Puteran diturunkan menuju gudang
untuk dikemas melalui talang getar. Pada tahap ini terjadi proses pengeringan gula. Talang getar
dilengkapi dengan pipa udara dingin, pipa udara panas, dan juga pipa penghisap debu yang dihubungkan
dengan induced fan. setelah itu Gula normal dan halus dikirim ke Gudang Gula dan dikemas dalam
karung plastik yang ½ kuintal.sedang gula kasar akan kembali ke proses kristalisasi. Dan kini ada gula
yang dikemas lebih kecil lagi, yaitu dengan bobot 1 kg..Plastik yang digunakan adalah plastik OPP. Plastik
OPP mudah untuk di seal dengan menggunakan panas, tahan terhadap air dan kelembaban (Coles et al.,
2003) sehingga sesuai bila digunakan sebagai bahan pengemas gula.

Anda mungkin juga menyukai