Anda di halaman 1dari 15

Daftar isi

 1 Penemu Alkohol
 2 Struktur
o 1.1 Rumus kimia umum
 3 Sifat
o 2.1 Sifat fisika alkohol
o 2.2 Sifat fisika alkohol
 4 Nama-nama untuk alkohol
o 3.1 Nama sistematik
o 3.2 Nama umum/trivial/perdagangan
 5 Keasaman
 6 Produksi
 7 Sintesis laboratorium
o 6.1 Substitusi
o 6.2 Reduksi
 8 Aplikasi
o 7.1 Minuman beralkohol
o 7.2 Antibeku
o 7.3 Antiseptik
o 7.4 Bahan bakar
o 7.5 Pelarut
 9 Metanol dan etanol
 10 Sifat racun
 11 Referensi
PENEMU ALKOHOL
Alkohol dan asam mineral tercatat sebagai penemuan terpenting dalam bidang kimia
pada era keemasan Islam.Sejarawan sains Barat mengklaim kedua senyawa itu ditemukan
ilmuwan Eropa pada abad ke-12 M.Mereka mengaku bahwa catatan pertama mengenai distilasi
anggur pertama kali ditulis Adelard dari Bath dalam Mappae Clavicula sebuah risalah
pengolahan pigmen.

Klaim itu sungguh sangat tak berdasar. Menurut Ahmad Y al- Hassan dan Donald R Hill
dalam bukunya Islamic Technology An Illustrated History, asal mula penemuan alkohol atau
alkanolistilah yang umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH)
dan terikat pada atom karbonberakar dari penemuan distilasi (penyulingan). ‘’Sedangkan, seni
distilasi telah dihasilkan peradaban Arab (Muslim) sejak dahulu kala,’‘ ujar al-Hassan dan Hill.

Para sejarawan pun menyimpulkan bahwa alkohol merupakan penemuan para kimiawan
Muslim di era kejayaan. Lalu, bagaimana dengan klaim Barat soal Adelard sebagai pencetus
alkohol? Ternyata, Adelard adalah seorang tabib di Salerno yang menerjemahkan buku buku
Arab ke dalam bahasa Latin. ‘’Jelaslah bahwa Mappae Clavicula ditulis Adelard di bawah
pengaruh bangsa Arab,’‘ ungkap al-Hassan.

  Penemu alkohol adalah seorang kimiawan islam bernama Abu Bakar Muhammad bin
Zakaria ar-Razi  atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat. Beliau  lahir pada tanggal 28
Agustus 865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Hijriah. Sejak muda beliau telah
mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Beliau telah menguasai proses
menyuling sejak abad ke-8 M.

  Alkohol ternyata sudah ditemukan para kimiawan Islam yang menguasai proses
menyuling sejak abad ke-8 M. Senyawa ini merupakan salah satu penemuan terpenting sarjana
Muslim dalam bidang kimia pada era keemasan Islam. Distilasi tercatat sebagai bagian
terpenting dalam teknologi kimia Islam yang telah dimanfaatkan para kimiawan Muslim untuk
pembuatan obat-obatan dalam skala besar industri farmasi. Sejak adanya distilasi, banyak orang
Muslim yang menguasai teknik penyulingan.

  Mereka bisa menghasilkan berbagai macam zat dari proses menyuling, di antaranya
alkohol dan asam mineral. Kimiawan Muslim Jabir ibnu Hayyan (721 M – 815 M) dalam Kitab
Ikhraj ma fi al-quwwa ila al-fi `l ayyan sudah mampu menjelaskan teknik pendinginan yang
diterapkan ke penyulingan alkohol. Ia juga sudah menjelaskan secara gamblang sifat alkohol.
Sifat alkohol dijelaskannya sebagai berikut, ‘’Dan, api yang menyala di mulut botol (disebabkan
oleh) … anggur mendidih dan garam. Dan, hal serupa dengan berbagai sifat baik yang tadinya
dianggap kurang berguna, merupakan arti penting ilmu ini.’‘

  Menurut al-Hassan dan Hill, sifat alkohol yang mudah terbakar (dari penyulingan anggur)
telah dimanfaatkan secara luas sejak masa Jabir. Pemanfaatan sifat alkohol itu terus
dikembangkan dari waktu ke waktu, sampai ditemukan berbagai aplikasi ramuan di dunia militer
Arab dan risalah-risalah kimia pada abad ke-12 dan ke-13 M.

Setelah itu, banyak kimiawan Muslim yang menjelaskan proses menyuling anggur
dengan menggunakan alat khusus. Dalam kitabnya bertajuk Kitab al-Taraffuq fi al-‘itr (Kimia
Parfum dan Distilasi), kimiawan Muslim kenamaan, al-Kindi (260 H/873 M) mengungkapkan,
‘’Dengan cara yang sama, seseorang dapat mendistilasi anggur menggunakan penangas air, yang
menghasilkan cairan dengan warna seperti air mawar.‘ Ilmuwan lain, seperti al-Farabi (265
H/878 M, 339 H/950 M) secara khusus menambahkan belerang dalam penyulingan anggur.
Penambahan belerang itu ditemukan dalam buah karya al-Farabi yang ditulis sekitar abad ke-10
M.
Struktur
Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbon hibridisasi sp3. Ada
tiga jenis utama alkohol - 'primer', 'sekunder, dan 'tersier'. Nama-nama ini merujuk pada jumlah
karbon yang terikat pada karbon C-OH. Alkohol primer paling sederhana adalah metanol.
Alkohol sekunder yang paling sederhana adalah 2-propanol, dan alkohol tersier paling sederhana
adalah 2-metil-2-propanol.

Rumus kimia umum

Rumus kimia umum alkohol adalah CnH2n+1OH’

Dua alkohol paling sederhana adalah metanol dan etanol (nama umumnya metil alkohol dan etil
alkohol) yang strukturnya sebagai berikut:

H HH
| ||
H-C-O-H H-C-C-O-H
| ||
H HH
metanol etanol

Dalam peristilahan umum, “alkohol” biasanya adalah etanol atau grain alcohol. Etanol dapat
dibuat dari fermentasi buah atau gandum dengan ragi. Etanol sangat umum digunakan, dan telah
dibuat oleh manusia selama ribuan tahun. Etanol adalah salah satu obat rekreasi (obat yang
digunakan untuk bersenang-senang) yang paling tua dan paling banyak digunakan di dunia.
Dengan meminum alkohol cukup banyak, orang bisa mabuk. Semua alkohol bersifat toksik
(beracun), tetapi etanol tidak terlalu beracun karena tubuh dapat menguraikannya dengan cepat.

SIFAT SIFAT ALKOHOL


A. SIFAT FISIKA ALKOHOL
1. Titik Didih Alkohol

Alkohol merupakan cairan jernih tidak berwarna dan berbau khas. Alkohol suku tinggi
(jumlah atom C banyak) dan alkohol polivalen (alkohol yang memiliki banyak gugus hidroksil (-
OH) dalam senyawanya) merupakan cairan kental dengan titik didih relatif tinggi.

Kebanyakan alkohol dengan jumlah atom karbon sampai dengan 11 atau 12 berwujud
cair pada suhu kamar. Metanol dan etanol berupa cairan yang mudah menguap. Jenis – jenis
alkohol yang lebih tinggi (butanol – dekanol) berwujud cairan kental dan beberapa isomer yang
bercabang berwujud padat pada suhu kamar.

Mengapa alkohol berwujud cair dengan titik didih (td) yang lebih tinggi daripada alkana
dengan berat molekul (bm) yang sama? Mengapa eter memiliki titik didih yang lebih rendah
daripada alkohol pada berat molekul yang sama?
ikatan hidrogen pada metanol

Perbedaan titik didih menunjukan bahwa interaksi antarmolekul etanol lebih kuat
daripada interaksi antarmolekul dimetil eter. Etanol dan eter keduanya bersifat polar. Titik didih
etanol yang lebih tinggi ini ditentukan oleh adanya ikatan hidrogen, walaupun gaya dipol – dipol
juga dapat terjadi. Eter tidak memiliki gugus –OH sehingga tidak membentuk ikatan hidrogen.
Ikatan antarmolekul eter adalah gaya tarik dipol – dipol . Ikatan hidrogen jauh lebih kuat
daripada gaya dipol – dipol. Oleh karena itu, titik diddih dimetil eter dan dietil eter lebih 100 oC
lebih rendah daripada titik didih alkohol dengan berat molekul yang sama dengan kedua eter
tersebut. Propana memiliki titik didih yang terendah karena propana bersifat nonpolar sehingga
interaksi antarmolekul yang terjadi hanya gaya London.

Tabel perbandingan titik didih alkohol, eter, dan alkana dengan berat molekul yang sama

Senyawa Rumus Berat molekul Titik didih (oC)

Air H2O 18 100

Etanol CH3 CH2 – OH 46 78

Dimetil eter CH3 – O – CH3 46 -25

Propana CH3 CH2 CH3 44 -42

n-Butanol CH3 CH2 CH2 CH2 – OH 74 118

Dietil eter CH3 CH2 – O – CH2 CH3 74 35

Pentana CH3 CH2 CH2 CH2 CH3 72 36

2. Kelarutan

Air dan alkohol mengandung gugus –OH sehingga keduanya dapat membentuk ikatan
hidrogen. Alkohol dapat larut dalam air karena membentuk ikatan hidrogen dengan air. Selain
itu, antarmolekul alkohol sendiri juga membentuk ikatan hidrogen. Karena sifat alkohol adalah
polar, maka alkohol menjadi pelarut yang lebih baik untuk molekul – molekul polar daripada
hidrokarbon. Senyawa – senyawa seperti natrium klorida juga larut dalam alkohol.

Gugus alkil (nonpolar) pada alkohol bersifat hidrofobik (takut air). Makin panjang gugus
alkilmakin rendah kelarutannya sehingga alkohol kurang larut dalam air. Oleh karena itu, alkohol
juga dapat larut madlam pelarut organik nonpolar. Kelarutan alkohol dalam air berkurang dengan
bertambah panjangnya rantai alkil. Sebagai contoh, kelarutan etanol lebih rendah daripada
metanol, kelarutan 1-pentanol lebih rendah daripada 1-butanol.

Sifat Alkohol yang memiliki rantai pendek mudah larut dalam air pada berbagai perbandingan.
Etanol jika dilarutkan dalam air akan mengalami penyusutan volume.

B. SIFAT KIMIA ALKOHOL

Salah satu sifat Alkohol adalah sebagai zat amfoter, yakni dapat bertindak sebagai asam
(donor proton) atau sebagai basa (akseptor proton). Sifat asam dan basa dari alkohol yang relatif
sangat lemah ditunjukan oleh reaksi berikut.

1. Sebagai asam, alkohol dapat bereaksi dengan dengan larutan basa pekat (OH –) dan basa kuat
seperti NH2–.

C2H5OH + OH– → C2H5O– + H2O

C2H5OH + NH2– → C2H5O– + NH3

2. Sebagai basa, alkohol dapat bereaksi dengan asamkuat seperti HBr

CH3OH + HBr → CH3OH2+ + Br–

Jenis reaksi pada alkohol tidak hanya melibatkan gugus –OH nya yang reaktif, tetapi juga
kerangka karbonnya.

Sifat kimia alkohol berhubungan dengan sifat kereaktifan (dapat tidaknya bereaksi).
Beberapa reaksi pada alkohol adalah sebagai berikut.

Nama-nama untuk alkohol


1. Nama sistematik

Dalam sistem tatanama IUPAC, nama-nama senyawa alkana kehilangan akhiran "e" dan diganti
dengan "ol", contohnya metana menjadi metanol dan etana menjadi etanol.[1] Ketika dibutuhkan,
posisi dari gugus hidroksil dapat diketahui dari nomor di antara nama alkana dan "ol": 1-
propanol untuk CH3CH2CH2OH, 2-propanol untuk CH3CH(OH)CH3. Jika ada gugus fungsi yang
lebih tinggi (seperti aldehida, keton, atau asam karboksilat, maka awalannya adalah "hidroksi",[1]
contohnya: 1-hidroksi-2-propanon (CH3COCH2OH).

Beberapa contoh senyawa alkohol dan bagaimana menamainya

Penggunaan tatanama IUPAC dipakai di publikasi-publikasi ilmiah dan diperlukan


identifikasi detail terhadap substansi tersebut. Pada konteks lainnya, alkohol biasanya disebut
dengan gugus alkil ditambah dengan kata "alkohol", misalnya metil alkohol, etil alkohol. Propil
alkohol dapat disebut n-propil alkohol atau isopropil alkohol, tergantung dari di mana gugus
fungsinya berikatan, berikatan pada karbon pertama atau kedua pada rantai propana.

Alkohol dapat dikelompokkan menjadi alohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol
tersier, tergantung dari berapa banyak atom karbon lain yang berikatan dengan atom karbon
yang juga mengikat gugus hidroksil. Alkohol primer mempunyai rumus umum RCH2OH;
alkohol sekunder rumus umumnya RR'CHOH; dan alkohol tersier rumus umumnya RR'R"COH,
di mana R, R', dan R" melambangkan gugus alkil. Etanol dan n-propil alkohol adalah contoh
alkohol primer; isopropil alkohol adalah contoh alkohol sekunder. Penggunaan awalan sek- (atau
s-) dan tert- (atau t-), biasanya ditulis dalam huruf miring, dapat digunakan sebelum nama gugus
alkil untuk membedakan alkohol sekunder dan alkohol tersier dari alkohol primer. Contohnya,
isopropil alkohol juga dapat disebut sek-propil alkohol, dan alkohol tersier (CH3)3COH, atau 2-
metil-2-propanol juga dapat disebut dengan tert-butil alkohol atau tert-butanol.

2. Nama umum/trivial/perdagangan

 Rumus kimia   Nama IUPAC   Nama umum 


Alkohol monohidrat
CH3OH Metanol Alkohol kayu
C2H5OH Etanol Alkohol gandum
C3H7OH Isopropil alkohol Alkohol gosok
C5H11OH Pentanol Amil alkohol
C16H33OH 1-Heksadekanol Cetil alkohol
Alkohol polihidrat
C2H4(OH)2 1,2-etadienol Etilen glikol
C3H5(OH)3 1,2,3-propatrienol Gliserol
C4H6(OH)4 1,2,3,4-butatetraenol Eritritol
C5H7(OH)5 1,2,3,4,5-pentapentanol Xylitol
C6H8(OH)6 1,2,3,4,5,6-heksaheksanol Mannitol, Sorbitol
C7H9(OH)7 1,2,3,4,5,6,7-heptaheptanol Volemitol
Alkohol alifatik tidak tersaturasi
C3H5OH Prop-2-ene-1-ol Alil alkohol
C10H17OH 3,7-Dimethylocta-2,6-dien-1-ol Geraniol
C3H3OH Prop-2-in-1-ol Propargil alkohol
Alkohol alisiklik
C6H6(OH)6 Cyclohexane-1,2,3,4,5,6-geksol Inositol
C10H19OH 2 - (2-propyl)-5-methyl-cyclohexane-1-ol Mentol

Keasaman
Alkohol adalah asam lemah, karena perbedaan keelektronegatifan antara Oksigen dan
Hidrogen pada gugus hidroksil, yang memampukan Hidrogen lepas dengan mudah. Bila di dekat
Karbon Hidroksi terdapat gugus penarik elektron seperti fenil atau halogen, maka keasaman
meningkat. Sebaliknya, semakin banyak gugus pendorong elektron seperti rantai alkana,
keasaman menurun.

1) KEASAMAN PADA ALKOHOL DAN FENOL

Keasaman suatu larutan dipengaruhi oleh pKa dari larutan tersebut. Semakin kecil pKa
semakin tinggi tingkat keasaman. fenol memiliki pKa 10.00, dan etanol memiliki pKa sekitar16.
sedangkan asam asetat memiliki pKa sekitar 4,76. Namun yang menjadi pertanyaan adalah
perbedaan pKa antara fenol dan alkohol sedangkan ikatan yang putus sama.

Fenol memiliki -OH terikat pada rantai benzennya. Saat ikatan hidrogen-oksigen pada
fenol terputus, didapatkan ion fenoksida , C6H5O-. yang mengalami delokalisasi. Pemutusan
tersebut seperti gambar berikut:

Pada saat itu salah satu dari antara elektron bebas dari atom oksigen overlap dengan
elektron dari rantai benzene. Overlap ini mengakibatkan dislokalisasi. Dan sebagai hasil muatan
negatif tidak hanya berada pada oksigen tetapi tersebar ke seluruh molekul

Delokalisasi membuat ion fenoksida lebih stabil dari seharusnya sehingga fenol menjadi
asam. Namun delokalisasi belum membagi muatan dengan efektif. Muatan negatif disekitar
oksigen akan tertarik pada ion hidrogen dan membuat lebih mudah terbentuknya fenol kembali.
Sehingga itu fenol merupakan asam yang sangat lemah. Namun Fenol memiliki keasaman sejuta
kali etanol. Selain itu keasaman fenol dipengaruhi oleh adanya resonansi pada benzenanya.
Akibat resonansi ini, maka kesetimbangan bergeser  arah pembentukannya. Hal ini tidak terdapat
pada alkoksida (ion alkohol). Dengan demikian  fenol memiliki keasaman yang lebih tinggi
dibandingkan dengan alkohol.

2) REAKSI FENOL DAN ALKOHOL DENGAN ASAM KARBOKSILAT

Pada reaksi antara asam asetat dan etanol didapatkan perubahan pada bau dari campuran
yang telah dipanaskan yaitu timbulnya bau harum yang menyengat seperti bau buah pisang.
Sedangkan pada  reaksi antara fenol dan asam asetat tidak didapatkan timbulnya aroma harum
dan menyengat.

Pada fenol reaksi esterifikasi dari asam karboksilat tidak terjadi hal ini disebabkan karena
dua  sebab  yaitu :

1. Karena asam asetat merupakan asam dan fenol merupakan asam maka tentunya reaksi tidak
terjadi, karena jarang sekali terjadi reaksi antara asam dan asam kecuali pada kondisi tertentu.
2. Terjadinya delokalisasi pada fenol menyebabkan fenol lebih stabil dalam keadaan  gugus keton
(C=O) sehingga dalam keadaan gugus ini fenol tidak akan bereaksi dengan  asam karboksilat
membentuk ester.

  Selain itu penyerangan antara gugus -OH dari fenol tidak terjadi karena terjadinya 
resonansi pada fenol.

  Akibat resonansi  ini maka seolah-olah -OH berubah menjadi   gugus keton yang tidak
akan mungkin bereaksi dengan asam karboksilat untuk membentuk ester. Karena ester terbentuk
akibat reaksi alkohol dengan asam karboksilat bukan reaksi antara keton dan asam karboksilat.
(Yanuar,2010,

1) OKSIDASI PADA ALKOHOL

Pada percobaan diperoleh bahwa etanol yang ditambahkan K2Cr2O7 yang merupakan
pengoksidasi atau oksidator kuat. setelah pemanasan terjadi perubahan dari warna kuning
menjadi warna biru. Ini berarti terjadi reaksi antara alkohol dengan K2Cr2O7. karena K2Cr2O7
adalah oksidator kuat, maka tentunya alkohol dioksidasi.

Alkohol terbagi menjadi 3 jenis yaitu alkohol primer, sekunder dan tersier.

Strukturnya adalah sebagai berikut:

       R’      R’

R-OH      │      │

  R- C- OH R- C- OH

         │

         R”

Alkohol primer Alkohol sekunder Alkohol tersier


.

Dimana alkohol primer dioksidasi menjadi aldehida kemudian dioksidasi menjadi asam
karboksilat. Sedangkan alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton, sedangkan alkohol tersier
tidak dapat dioksidasi.

2) TES GUGUS ENOL PADA FENOL

Terjadi perubahan warna pada fenol yang ditambahkan FeCl3 yang asalnya berwarna
kuning kemudian berubah menjadi warna coklat. Sedangkan pada etanol yang ditambahkan
FeCl3 tidak mengalami perubahan.  Hal ini membuktikan bahwa dalam fenol terdapat gugus
enol. Sedangkan pada alkohol tidak terdapat gugus enol. Gugus enol adalah sebagai berikut:
Pada senyawa fenol terdapat gugus fenol  dalam keadaan stabil, sedangkan pada senyawa
seperti aldehid dan keton bentuk yang stabil adalah gugus keton.   Pada fenol bila molekul
berada dalam bentuk keto maka stabilisasi resonansi  ring akan terganggu, dan oleh karena itu
fenol lebih menyukai bentuk fenol, sehingga dalam tes tersebut fenol menunjukkan uji yang
positif terhadap FeCl3 sedangkan alkohol tidak menunjukkan uji yang positif karena tidak
mengandung gugus fenol.

Produksi
PROSES PRODUKSI ETANOL

Pada dasarnya ada 2 macam cara pembuatan etanol, yaitu:

i. Secara sintesis
ii. Secara fermentasi

Secara sintesis, dilakukan dengan menggunakan reaksi elementer ( hidrasi katalitik etana), untuk
mengubah bahan baku menjadi etanol. Adapun secara fermentasi, dilakukan dengan bantuan aktifitas
mikroorganisme.

Fermentasi bioethanol

Proses fermentasi etanol dapat dilakukan dengan menggunakan baha-bahan tertentu. Misalnya
saja bahan yang mengandung gula seperti tetes ( molase), dan juga bahan- bahan yang mengandung pati
seperti padi, jagung, ubi kayu, gandung dan lain-lain. Proses fermentasi dengan bahan yang berbeda tentu
akan membutuhkan proses yang agak berbeda pula. Berikut adalah penjelasan mengenai proses produksi
etanol dengan bahan molase dan bahan yang mengandung pati.

Proses produksi bioetanol dari tetes (molase)

1.      Pengolahan Tetes

Pengolahan tetes merupakan hal yang penting dalam pembuatan alcohol.Pengolahan ini dimaksudkan
untuk mendapatkan kondisi yangoptimumkan untuk  pertumbuhan ragi dan untuk selanjutnya. Yang perlu
disesuaikan dalam pengolahan ini adalah pH, konsentrasi gula dan pemakaian nutrisi.Tetes yan
dihadapkan dari pabrik gula biasanya masih terlalu paket (85 0 Brix),oleh karena itu perlu diadakan
pengenceran lebih dahulu untuk mendapatkankadar gula yang optimum (12 0 Brix untuk pembibitan dan
240 Brix padafermentasi).Pengaturan pH diatur dengan penambahan asam H 2SO4 hingga dicapai pH 4 –
5.Meskipun tetes cukup mengandung zat sumber nitrogen namun sepertiammonium sulfat atau
ammonium fosfat

2.       Tahap Penimbangan Tetes

Pada penimbangan tetes ini dipakai jenis timbangan cepat dengan kapasitas timbang tertentu, dilengkapi
dengan alat pembuka dan penutup berupa katup buangan yang dioperasikan secara manual. Dan juga
panel on-off pompa tetes yang yang diatur secara otomatis. Cara kerjanya dengan menimbang tetes yang
dipompa dari gudang penyimpan tetes untuk setiap harinya.

3.       Tahap Pencampuran Tetes.

Tahap pencampuran tetes ini menggunakan tangki pencampur tetes dengan kapasitas tertentu yang
dilengkapi pancaran uap air panas (steam), yang berfungsi sebagai pengaduk dan pemanas tetes. Cara
kerjanya yaitu pertamatama air panas bersuhu 70o C dimasukkan ke dalam tangki pencampur tetes
(mixing tank), kemudian disusul dengan tetes yang telah ditimbang. Setelah itu disirkulasi dengan
menggunakan pompa hingga tetes dan air tercampur dengan baik. Pencampuran dianggap selesai dengan
indikasi kepekatan mencapai 90o brix dan dipanskan dengan uap air panas (steam) sampai suhunya
mencapai 90o C. Tujuan diberikannya air panas adalah untuk mempercepat proses pelarutan, sedangkan
pemanasan dengan uap air panas (steam) adalah untuk sterilisasi larutan tetes. Setelah semua tercampur
dengan baik ditambahkan asam sulfat (H2SO4) teknis dengan kepekatan 96,5 % sampai pH mencapai 4,5
- 5. Pemberian asam sulfat (H2SO4) ini bertujuan untuk mengendapkan garamgaram mineral di dalam
tetes dan untuk memecah di-sakarida (sukrosa) didalam tetes menjadi monosakarida berupa senyawa d-
glukosa dan d-fruktosa.

4.      Tahap pengendapan


Pada tahap pengendapan ini menggunakan tangki yang dilengkapi dengan pipa decanter. Pada tahap ini
larutan tetes dengan kepekatan 40o brix dari tangki pencampur ditampung dalam tangki ini dan
diendapkan selama 5 jam untuk mengendapkan kotoran-kotoran tetes (sludge), terutama endapan garam.
Pengendapan ini bertujuan untuk mengurangi kerak yang terjadi pada mash column (kolom destilasi
pertama). Setelah 5 jam, cairan tetes dipompa menuju tangki fermentor melalui decanter dan heat
exchanger (HE). Heat exchanger ini berfungsi untuk menurunkan suhu sampai 30 oC sebagai syarat
operasi fermentasi. Sedangkan cairan sisa yang berupa endapan kotoran-kotoran dan sebagian cairan tetes
dipompa ke tangki pencuci endapan kotoran tetes (tangki sludge).
5.       Tahap Separator

Tangki Pencuci Endapan Kotoran Tetes.

Sisa cairan tetes sebanyak ± 5% volume dari tangki pengendap tetes yang berupa endapan kotoran-
kotoran dipompa keluar dari tangki pengendap melalui pipa decanter untuk ditampung di tangki sludge
hingga mencapai volume tertentu. Kemudian cairan tetes diendapkan hingga waktu tertentu untuk
selanjutnya dipompa kembali ke tangki mixing. Tujuan pencucian kotoran tetes ini adalah untuk efisiensi
bahan baku berupa tetes agar bahan baku dapat dipakai semaksimal mungkin tanpa harus membuang
sebagian yang tersisa.

6.       Tahap Fermentasi

Proses fermentasi ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap pembiakan ragi dan fermentasi.

Tahap pembiakan ragi

Tahap ini menggunakan tangki prefermentor yang dilengkapi pipa aliran udara dan pipa aliran air
pendingin pada bagian luar dinding tangki. Tahap ini bertujuan untuk mengembangbiakkan ragi jenis
saccharomyces cereviseae dengan menggunakan media tetes. Untuk pembuatan larutan ragi, mula-mula
diawali dengan cara memasukkan air proses bersuhu 15o C dan tetes 40o brix dari tangki pengendap tetes
ke dalam tangki seeding dan mencampurnya hingga mencapai kekentalan sekitar 12 - 13o brix yang
disertai aliran udara dari blower dengan fungsi ganda yaitu untuk mempercepat tercampurnya tetes
dengan air dan juga untuk konsumsi kebutuhan oksigen bagi ragi saccharomyces cereviseae yang
berlangsung pada suasana aerob. Selain itu juga menjaga suhu tangki konstan pada 30o C dengan
mengalirkan air pada dinding luar tangki. Jika tidak dijaga, maka ragi sedang dikembangbiakkan akan
terganggu kelangsungan hidupnya dan kemudian akan mati. Kemudian memasukkan ragi roti (gist) yang
telah dilarutkan dengan air secukupnya. Untuk nutrisinya, dimasukkan urea, diammonium phospat, dan
ammonia. PHP juga ditambahkan ke

dalam larutan ini dengan tujuan untuk mempertahankan pH agar tetap konstan yaitu 4.5 – 5. Dari hasil
campuran ini didapatkan biakan ragi. Pada Tangki pre-fermentor terdapat beberapa
reaksi yaitu: reaksi hidrolisa, reaksi penguraian urea serta reaksi pertumbuhan yeast. Asumsi pada
reaksi hidrolisa adalah konversi yang terjadi 95%. Persamaan reaksi hidrolisa sebagai berikut:
C12H22O11 +H2O             2C6H12O6

Persamaan reaksi pada 95% konversi proses penguraian urea adalah:

(NH2)2CO + H2O               2NH3 + H2O

Persamaan reaksi untuk pertumbuhan yeast adalah:

C6H12O6 + 3.198O2 + 0.316NH3             1.929CH1.703N0.171O0.459 +4.098CO2+ 4.813H2O 


(∆Hr 298 = -855.7055 kcal/kg)

(Atkinson, hal 132)

Tahap ferementasi

Tahap ini menggunakan tangki fermentor dengan dilengkapi pipa aliran udara dan pipa aliran

air pendingin yang berasal dari air sungai untuk menjaga suhu fermentasi pada 30-32o C. Fermentasi ini
bertujuan untuk mendapatkan alcohol dengan kadar 8,5 – 9 % atau lebih. Pertama-tama dimulai dengan
sterilisasi tangki fermentor yamg masih kosong dengan uap

air panas (steam) sampai suhu 121o C lalu membiarkan suhu di dalam tangki turun sampai 30o C. Setelah
itu memasukkan air proses dengan suhu 30o C, larutan tetes 40o brix, proses fermentasi ini berjalan
secara aerob. Selanjutnya biakan ragi yang telah dibiakkan pada tangki pre-fermentor dipompa masuk ke
tangki fermentor. Setelah itu, tetes 40o brix dipompa masuk ke tangki dan proses berlangsung selama 36
jam. Untuk pH larutan ini dijaga sekitar 4,5 - 5. Kemudian memasukkan ragi roti yang telah dilarutkan
dengan air secukupnya dan yeast cream. Untuk nutrisinya, dimasukkan urea, ammonium, dan
diammonium phospat. Sedangkan turkey red oil ditambahkan sebagai anti foam untuk mencegah
pembentukan foam selama proses terjadi. Hal ini dilakukan selama 15 menit setelah persiapan media pada
tangki fermentor selesai. Kemudian dimasukkan ke dalam 2 tangki fermentor pada waktu yang
disesuaikan dengan jam awal fermentasi. Tahap fermentasi ini berlangsung selama 24 jam hingga kadar
alkohol mencapai 8,5 - 9% dan kekentalan 6,5 - 7o brix. Setelah kadar alkohol sebesar 8,5 - 9% terpenuhi,
larutan hasil fermentasi dipompa menuju separator untuk dipisahkan antara hasil fermentasi (cairan mash)
dengan ragi (yeast cream). Separator ini menggunakan alat rotary vacuum filter yang merupakan alat
dengan prinsip vacuum sehingga ragi (yeast cream) dan cairan hasil fermentasi (cairan mash) yang
memilliki perbedaan massa jenis dapat dipisahkan. Ragi yang didapatkan masih dalam konsentrasi yang
tinggi. Dari hasil fermentasi tidak semuanya dipisahkan raginya, hanya sekitar 80-90% saja. Sisanya 10-
20% tidak diambil raginya karena mengandung kotorankotoran sisa berupa endapan garam mineral. Hasil
fermentasi yang telah dipisahkan ini langsung masuk ke tangki mash (mash tank). Dan selanjutnya
didestilasi hingga menjadi alkohol prima (fine alkohol) dengan kadar mencapai 96,5%. Pada tahap
fermentasi ini terjadi reaksi hidrolisa, dimana sukrosa diubah menjadi glukosa. Persamaan reaksi hidrolisa
yaitu:

C12H22O11 +H2O             2C6H12O6

Sedangkan reaksi utama adalah reaksi fermentasi, dimana glukosa diubah menjadi etanol dan air.
Persamaan reaksinya adalah:

C6H12O6             2 C2H5OH + 2CO2


Pada main fermenter selain terbentuk etanol, juga akan terbentuk produk samping. Hasil samping dalam
persen berat (%gula) adalah sebagai berikut:

Asam asetat = 0,65%

Fusel Oil = 0,85%

Asetaldehid = 0,05%

(Prescot hal 128)

Reaksi samping yang terjadi pada main fermenter yaitu:

C6H12O6              C3H8O3 + CH3CHO + 2 CO2

C6H12O6 + H2O              2 C3H8O3 + CH3COOH + C2H5OH + 2CO2 (∆Hr 298 = -324.3860
kcal/kg)

Komponen pada fusel oil meliputi:

Propanol = 12,5 %

Isobutyl alcohol = 15 %

Amyl alcohol = 30 %

Isoamyl alcohol = 32,5 %

Etanol = 10 %

(Paturau hal 241)

7.      Tahap  Distilasi

Produk hasil fermentasi mengandung alkohol yang rendah, disebut bir (beer)dan sebab itu perlu di
naikkan konsentrasinya dengan jalan distilasi bertingkat.Beer mengandung 8 – 10% alkohol.Maksud dan
proses distilasi adalah untuk memisahkan etanol dari campuranetanol air. Untuk larutan yang terdiri dari
komponen-komponen yang berbedanyata suhu didihnya, distilasi merupakan cara yang paling mudah
dioperasikandan juga merupakan cara pemisahan yang secara thermal adalah efisien.Pada tekanan
atmosfir, air mendidih pada 1000C dan etanol mendidih padasekitar 770C. perbedaan dalam titik didih
inilah yang memungkinkan pemisahancampuran etanol air.Prinsip : Jika larutan campuran etanol air
dipanaskan, maka akan lebih banyak molekul etanol menguap dari pada air. Jika uap-uap ini
didinginkan(dikondensasi), maka konsentrasi etanol dalam cairan yang dikondensasikan ituakan lebih
tinggi dari pada dalam larutan aslinya. Jika kondensat ini dipanaskan lagi dan kemudian dikondensasikan,
maka konsentrasi etanol akan lebih tinggi lagi. Proses ini bisa diulangi terus, sampai sebagian besar dari
etanol dikonsentrasikan dalam suatu fasa. Namun hal ini ada batasnya. Pada larutan 96% etanol,
didapatkan suatu campuran dengan titik didih yang sama(azeotrop). Pada keadaan ini, jika larutan 95-
96% alkohol ini dipanaskan, maka rasio molekul air dan etanol dalam kondensat akan teap konstan sama.
Apabila kadar etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air
bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan kapur tohor pada etanol. Biarkan semalam.
Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar airnya kurang lebih 99.5%.
Fermentasi etanol dari bahan yang mengandung pati. Proses produksi etanol dari hasil pertanian yang
mengandung pati ( seperti jagung, gandum, dan lain-lain) hampir sama dengan proses produksi etanol
dengan bahan dasar molase. Namun, dalam proses fermentasi kali ini, pada tahap awal akan dibutuhkan
proses tambahan yang tidak dilakukan pada fermentasi molase. Tahap tahap nya adalah sebagai berikut:
1.      Proses Gelatinasi

Dalam proses gelatinasi, bahan baku ubi kayu, ubi jalar, atau jagung dihancurkan
dandicampur air sehingga menjadi bubur, yang diperkirakan mengandung pati 27-30 persen.Kemudian
bubur pati tersebut dimasak atau dipanaskan selama 2 jam sehingga berbentuk gel. Proses gelatinasi
tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:Bubur pati dipanaskan sampai 130 oC selama 30 menit,
kemudian didinginkan sampaimencapai temperatur 95 oC yang diperkirakan memerlukan waktu sekitar ¼
jam. Temperatur 95oC tersebut dipertahankan selama sekitar 11/4 jam, sehingga total waktu yang
dibutuhkan mencapai 2 jam. Bubur pati ditambah enzyme termamyl dipanaskan langsung sampai
mencapai temperatur 130oC selama 2 jam. Gelatinasi cara pertama, yaitu cara pemanasan bertahap
mempunyai keuntungan , yaitu pada suhu 950C aktifitas termamyl merupakan yang paling tertinggi,
sehingga mengakibatkan yeast atau ragi cepat aktif. Pemanasan dengan suhu tinggi (130 0C) pada cara
pertama ini dimaksudkan untuk memecah granula pati, sehingga lebih mudah terjadi kontak dengan air
enzyme. Perlakuan pada suhu tinggi tersebut juga dapat berfungsi untuk sterilisasi bahan, sehingga bahan
tersebut tidak mudah terkontaminasi. Gelatinasi cara kedua, yaitu cara pemanasan langsung (gelatinasi
dengan enzymetermamyl) pada temperature 130oC menghasilkan hasil yang kurang baik,
karenamengurangi aktifitas yeast. Hal tersebut disebabkan gelatinasi dengan enzyme pada suhu130oC
akan terbentuk tri-phenyl-furane yang mempunyai sifat racun terhadap yeast. Gelatinasi pada
suhu tinggi tersebut juga akan berpengaruh terhadap penurunan aktifitastermamyl, karena aktifitas
termamyl akan semakin menurun setelah melewati suhu 95oC(Wasito, 1981).

2.      Proses Saccharifikasi

Tahap sakarifikasi merupakan tahap pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhanayang dilakukan
pada sebuah tabung pada rangkaian peralatan untuk produksi bioethanol.Saccharifikasi melibatkan proses
sebagai berikut:

• Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja

• Pengaturan pH optimum enzim• Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat

•Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 600C, sampai proses   saccharifikasi selesai
(Dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang dihasilkan).

3.      Fermentasi
Proses fermentasi akan berjalan beberapa jam setelah semua bahan dimasukkan ke dalam fermentor.
Kalau anda menggunakan fermentor yang tembus padang (dari kaca misalnya), maka akan tampak
gelembung-gelembung udara kecil-kecil dari dalam fermentor. Gelembung-gelembung udara ini adalah
gas CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi. Kadang-kadang terdengar suara gemuruh selama
proses fermentasi ini. Selama proses fermentasi ini usahakan agar suhu tidak melebihi 36oC dan pH nya
dipertahankan 4.5 – 5. Proses fermentasi berjalan kurang lebih selama 66 jam atau kira-kira 2.5 hari.
Salah satu tanda bahwa fermentasi sudah selesai adalah tidak terlihat lagi adanya gelembung-gelembung
udara. Kadar etanol di dalam cairan fermentasi kurang lebih 7% – 10 %.

4.      Distilasi dan Dehidrasi


Setelah proses fermentasi selesai, masukkan cairan fermentasi ke dalam evaporator atau boiler. Panaskan
evaporator dan suhunya dipertahankan antara 79 – 81oC. Pada suhu ini etanol sudah menguap, tetapi air
tidak menguap. Uap etanol dialirkan ke distilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran distilator.
Distilasi pertama, biasanya kadar etanol masih di bawah 95%. Apabila kadar etanol masih di bawah 95%,
distilasi perlu diulangi lagi (reflux) hingga kadar etanolnya 95%. Apabila kadar etanolnya sudah 95%
dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau
zeolit sintetis. Tambahkan kapur tohor pada etanol. Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga
kadar airnya kurang lebih 99.5%

Gambar peralatan.
Sintesis laboratorium
Ada beberapa metode yang ada untuk mensintesis alkohol di laboratorium.

Substitusi

Alkil halida primer bereaksi dengan NaOH atau KOH akan menghasilkan alkohol primer.
Reagen Grignard bereaksi dengan gugus karbonil akan menghasilkan alkohol sekunder dan
alkohol tersier. Reaksi lainnya adalah reaksi Barbier dan reaksi Nozaki-Hiyama.

Reduksi

Aldehida atau keton dapat direduksi dengan natrium borohidrida atau litium aluminium
hidrida. Reduksi lainnya oleh aluminiumisopropilat adalah reduksi Meerwein-Ponndorf-Verley.
Hidrogenasi asimetris Noyori adalah reduksi asimetris β-keto-ester.

Aplikasi
Total konsumsi per kapita alkohol yang tercatat, dalam liter alkohol murni[4]

Alkohol memiliki berbagai macam penggunaan di seluruh dunia. Alkohol digunakan


untuk minuman beralkohol, bahan bakar, dan kegunaan sains, kedokteran, dan industri.

Minuman beralkohol

Minuman beralkohol biasanya mengandung etanol 5% sampai 40% volume, telah


diproduksi dan dikonsumsi sejak zaman pra-sejarah.

Antibeku

Campuran 50% v (berdasarkan volume) etilen glikol dalam air pada umumnya digunakan
untuk antibeku.

Antiseptik

Etanol dapat digunakan sebagai antiseptik untuk membersihkan kulit sebelum disuntik,
terkadang bersama dengan iodin. Sabun berbasis etanol banyak digunakan di restoran dan tidak
membutuhkan pengering karena amat mudah menguap. Gel berbasis alkohol juga umum
digunakan sebagai hand sanitizer.

Bahan bakar

Beberapa senyawa alkohol, seperti etanol dan metanol, digunakan sebagai bahan bakar.

Pelarut

Gugus hidroksil (-OH), yang terdapat pada alkohol, bersifat polar dan hidrofilik tetapi
rantai karbonnya bersifat non-polar sehingga hidrofobik. Molekulnya secara umum menjadi
nonpolar dan semakin tak larut dalam air ketika rantai karbonnya menjadi semakin panjang.[5]

Alkohol dipakai di industri sebagai pelarut atau reagen. Etanol digunakan sebagai pelarut
pada obat-obatan, dan parfum karena sifatnya yang relatif tak beracun dan dapat larut pada
substansi non polar.
Metanol dan etanol
Dua alkohol paling sederhana adalah metanol dan etanol (nama umumnya metil alkohol
dan etil alkohol) yang strukturnya sebagai berikut:

H HH
| ||
H-C-O-H H-C-C-O-H
| ||
H HH
metanol etanol

Dalam peristilahan umum, "alkohol" biasanya adalah etanol atau grain alcohol. Etanol dapat
dibuat dari fermentasi buah atau gandum dengan ragi. Etanol sangat umum digunakan, dan telah
dibuat oleh manusia selama ribuan tahun. Etanol adalah salah satu obat rekreasi (obat yang
digunakan untuk bersenang-senang) yang paling tua dan paling banyak digunakan di dunia.
Dengan meminum alkohol cukup banyak, orang bisa mabuk. Semua alkohol bersifat toksik
(beracun), tetapi etanol tidak terlalu beracun karena tubuh dapat menguraikannya dengan cepat.

 isopropil alkohol (sec-propil alcohol, propan-2-ol, 2-propanol) H3C-CH(OH)-CH3, atau


alkohol gosok
 etilena glikol (etana-1,2-diol) HO-CH2-CH2-OH, yang merupakan komponen utama
dalam antifreeze
 gliserin (atau gliserol, propana-1,2,3-triol) HO-CH2-CH(OH)-CH2-OH yang terikat dalam
minyak dan lemak alami, yaitu trigliserida (triasilgliserol)
 Fenol adalah alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada cincin benzena

Alkohol digunakan secara luas dalam industri dan sains sebagai pereaksi, pelarut, dan bahan
bakar. Ada lagi alkohol yang digunakan secara bebas, yaitu yang dikenal di masyarakat sebagai
spirtus. Awalnya alkohol digunakan secara bebas sebagai bahan bakar. Namun untuk mencegah
penyalahgunaannya untuk makanan atau minuman, maka alkohol tersebut didenaturasi.
denaturated alcohol disebut juga methylated spirit, karena itulah maka alkohol tersebut dikenal
dengan nama spirtus.

Sifat racun
Beberapa efek dari konsumsi etanol jangka panjang. Sebagai tambahan, untuk wanita hamil akan
menyebabkan sindrom alkohol fetal.

Etanol pada minuman beralkohol telah dikonsumsi manusia sejak zaman prasejarah dengan
berbagai tujuan kegunaan yang berbeda-beda. Konsumsi alkohol dalam jumlah besar akan
menyebabkan seseorang teler atau mabuk. Jika minuman beralkohol dikonsumsi terus-menerus
dalam jumlah berlebihan, maka dapat menyebabkan kegagalan pernapasan akut dan kematian.
Karena etanol dapat menghilangkan kesadaran, manusia yang mengkonsumsinya dapat
melakukan perbuatan buruk yang tidak disadari.

Anda mungkin juga menyukai