Anda di halaman 1dari 29

Analisa alkohol

KELOMPOK 4
ANGGOTA KELOMPOK
HILDA MAULINA (2018.01.00.02.012)
RAHMADHANIAH (2018.01.00.02.027)
NOVIA RISTANTI (2018.01.00.02.034)
TRI ASTUTI (2018.01.00.02.

DOSEN PEMBIMBING :
AZIMATURRAHMI, M.si
PENGERTIAN ALKOHOL

Alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil


yang terikat pada atom karbon jenuh. Alkohol mempunyai rumus umum
ROH, dimana R merupakan alkil dan OH merupakan gugus hidroksil.

Alkohol bisa berasal dari alkana, alkena, maupun alkuna dengan


adanya pergantian gugus alkil (substitusi) dengan gugus hidroksi pada
atom karbon jenuh (propanol CH3-CH2-CH2-OH, 2-propenol CH2=CH-
CH2-OH, dan 2-propunol CH≡C-CH2-OH). Alkohol dapat di anggap
sebagai turunan dari air (H­­ – O –H), dimana satu atom hidrogennya di
ganti dengan gugus alkil
KLASIFIKASI ALKOHOL

Berdasarkan jenisnya, alkohol ditentukan oleh posisi atau letak gugus


OH pada rantai karbon utama karbon. Ada tiga jenis alkohol antara lain :
 Alkohol primer(1°) yaitu alkohol yang gugus –OH nya terletak pada C
primer yang terikat langsung pada satu atom karbon yang lain
contohnya etanol
 Alkohol sekunder(2°) yaitu alkohol yang gugus -OH nya terletak pada
atom C sekunder yang terikat pada dua atom C yang lain
contohnya 2-propanol
 Alkohol tersier(3°) adalah alkohol yang gugus –OH nya terletak pada
atom C tersier yang terikat langsung pada tiga atom C yang lain
contohnya 2-metil-2-propanol
SIFAT ALKOHOL

Sifat alkohol terbagi atas dua yaitu sifat fisika dan sifat kimia.

1. Sifat Fisika
Alkohol mengandung gugus polar yaitu gugus hidroksi (-OH) yang
bersifat hidrofilik dan juga mengandung gugus nonpolar yaitu gugus alkil
(-R) yang bersifat lipofilik. ketika alkohol mempunyai jumlah rantai
karbon yang kecil, maka alkohol akan bersifat polar dan akhirnya dapat
larut dalam air. Semakin panjang rantai alkil, kelarutan alkohol dalam air
akan semakin kecil. Dengan gugus -OH, alkohol mampu membentuk
ikatan hidrogen pada dirinya sendiri, alkohol lain, molekul netral,
maupun anion.
a. Suhu
 - Pada suhu kamar, alkohol bersuku rendah akan berwujud cair,
sedangkan yang bersuku tinggi berwujud padat.
b. Titik didih dan titik leleh
 - Alkohol dengan suhu makin tinggi akan mempunyai titik didih dan
titik leleh yang makin tinggi.
c. Kelarutan
 - Alkohol larut dalam air, tetapi kelarutannya berkurang jika suku
makin tinggi.
 - Khusus untuk metanol, etanol, dan propanol larut dalam air pada
semua perbandingan.
d. Daya hantar listrik
 - Alkohol merupakan senyawa nonelektrolit.
2. Sifat Kimia
 Gugus fungsi -OH dapat melepaskan proton pada larutan dan dengan
demikian alkohol bersifat asam. Karena gugus -OH dapat digantikan,
reaksi dalam alkohol dapat diklasifikasikan menjadi reaksi yang
melibatkan hidrogen asam dan yang melibatkan gugus hidroksi.
a. Ikatan hidrogen
 - Antarmolekul alkohol terdapat ikatan hidrogen.
b. Kepolaran
 - Alkohol bersifat polar karena memiliki gugus OH.
 - Kepolaran alkohol akan makin kecil jika suhunya makin tinggi.
c. Kereaktifan
 - Alkohol kering dapat bereaksi dengan logam K dan Na.
 - Alkohol primer dan sekunder dapat dioksidasi dengan mengunakan
 oksidator, tetapi alkohol tersier tidak.
PEMBUATAN ALKOHOL

1. Reaksi subtitusi nukleofilik


 Reaksi antara suatu alkil halida dan ion hidroksida adalah suatu reaksi
substitusi nukleofilik. Bila alkil halida primer dipanasi dengan natrium
hidroksida dalam air, terjadi reaksi dengan jalan S N2.
2. Reaksi Grignard
 Reaksi Grignard memberikan suatu cara yang sangat baik untuk membuat
alkohol yang berkerangka karbon rumit. Suatu reaksi Grignard:
 Dengan formaldehida menghasilkan suatu alkohol primer;
 Dengan aldehida lain menghasilkan suatu alkohol sekunder; dan
 Dengan keton menghasilkan suatu alkohol tersier.
 Beberapa reaksi Grignard lain juga menghasilkan alkohol. Reaksi suatu
reagensia Grgnard dengan etilena oksida menghasilkan alkohol primer.
Reaksi antara reagensia Grignard dan suatu ester menghasilkan suatu alkohol
tersier.
TATA NAMA ALKOHOL

Ada dua cara pemberian nama pada alkohol yaitu:


1) Penamaan secara trival
 yaitu yang di mulai penyebutan nama gugus alkil yang terikat pada
gugus –OH kemudian diikuti kata alkohol.
 Contoh: CH3- CH2- OH etil alkohol
 CH3-CH2-CH2-OH propil alkohol
2) Penamaan sistem IUPAC
 yaitu mengganti akhiran a pada alkana dengan ol (alkana menjadi
alkanol).
 Contoh: CH3-CH2-OH etanol
 CH3-CH2-CH2-OH propanol
Urutan penamaan senyawa alkohol menurut IUPAC :
 Menurut rantai induk yaitu rantai karbon terpanjang yang
mengandung gugus –OH selain itu atom karbon lain sebagai cabang.
 Memberi nomor pada rantai induk yang dimulai dari salah satu ujung
rantai,sehingga posisis gugus –OH mendapatkan nomor terkecil.
 Urutan penamaan :
Nomor atom C yang mengikat cabang
Nama cabang : CH3 metil
C 2H 5 etil
 Nama rantai induk ( alkanol)
Penulisan nama cabang sesuai urutan abjad:etil mendahului
metil,apabila gugus –OH ekivalen dari kedua rantai induk,maka
penomoran dimulai dari salah satu ujung sehingga cabang-cabang
mendapat nomor terkecil.
REAKSI ALKOHOL
Reaksi Subtitusi Gugus –H Oleh Halogen Membentuk Haloalkana (R-X)
1. Reaksi alkohol dengan ion Cl– pada PCl5 atau SOCl2
 Reaksi ini melibatkan pelepasan gas HCl dan digunakan sebagai reaksi
identifikasi alkohol.
R – OH(l) + PCl5(l) → R – Cl(l) + POCl3(l) + HCl(g)
R – OH(l) + SOCl2(l) → R – Cl(l) + SO2(g) + HCl(g)
Selain alkohol dapat bereaksi dengan ion Cl – pada PCl5, bisa juga dengan PCl3.
Perhatikan contoh berikut.
3CH3CH2OH + PCl3 → 2C2H5Cl + P(OH)3
Etanol etil klorida
2. Reaksi alkohol dengan ion I– dan Br– berlangsung dengan bantuan
H2SO4 pekat.
C2H5OH(aq) + HI(l) pekat → C2H5I(l) + H2(l) (dengan bantuan H2SO4 pekat
dan pemanasan)
 Reaksi Eliminasi
 Alkohol jika dipanaskan dengan asam kuat, maka akan terjadi alkena
dan air.
 Contoh:
 CH3―CH2―CH2―OH  CH2―CH= CH2 + H2O

 n―propanol 1―propena
 Menurut aturan Saytzeff, pada reaksi dehidrasi alkohol primer, atom H
dan gugus OH yang terlepas berasal dari atom-atom C yang
berdekatan. Sedangkan pada reaksi dehidrasi alkohol sekunder, atom
H yang terlepas berasal dari atom C yang terikat pada rantai C
terpanjang.
 Reaksi Oksidasi
 Reaksi oksidasi alkohol menghasilkan hasil reaksi yang berbeda-beda,
tergantung pada jenis alkoholnya. Reaksi oksidasi alkohol oleh zat
oksidator sedang, seperti larutan K2Cr2O7 dalam lingkungan asam
dapat digunakan untuk mengidentifikasi alkohol primer, alkohol
sekunder, dan alkohol tersier. Alkohol primer teroksidasi
membentuk aldehid dan dapat teroksidasi lebih lanjut membentuk
asam kar-boksilat. alkohol sekunder menghasilkan keton, dan.pada
alkohol tersier dihasilkan campuran asam karboksilat dan keton yang
masing-masing mengandung atom C lebih sedikit daripada alkohol
asalnya.
 Reaksi Esterifikasi
 Esterifikasi adalah reaksi antara alkoohol dengan asam karboksilat.
Semua alkohol dapat bereaksi dengan asam karboksilat membentuk
senyawa ester (alkil alkanoat), sedangkan eter tidak dapat bereaksi
dengan asam karboksilat. Reaksi ini pertama kali dideskripsikan oleh
Hermann Emil Louis Fischer dan Arthur Speier pada tahun 1895,
sehingga disebut sebagai esterifikasi Fischer. Dalam reaksi ini, gugus –
OH dalam asam karboksilat diganti dengan gugus –OR dari alkohol.
Oleh karena itu, gugus –OR dalam ester berasal dari alkohol,s
edangkan RCO- berasal dari asam karboksilat.
KEGUNAAN ALKOHOL

1. Monoalkohol
 Metanol
 sebagai pengawet mayat atau spesimen biologi.
 bahan baku untuk mensintesis senyawa lain seperti metil butirat,
 dapat menghasilkan bahan bakar yang memiliki nilai oktan yang tinggi,
 bersifat toksik (beracun)dalam jumlah sidikit (15ml) dapat menyebabkan kebutaan dan
dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kematian
 etanol
 digunakan sebagai zat anti septik,pembersih luka, serta pensteril alat-alat kedokteran
dan industri.
 digunakan untuk pelarut dalam industri parfurm,obat obatan, zat warna, dan kosmetik.
 dapat menghasilkan bahan bakar yang disebut gosohol, digunakan sebagai bahan bakar
alternatif yang ramah lingkungan.
 Spirtus
 digunakan sebagai bahan bakar lampu petromak dan bunsen. Dan lampu spirtus ini
biasanya digunakan untuk proses sterilisasi di labolatorium mikrobiologi.
2. Polialkohol
 Gliserol
 sebagai bahan cairan pembersih telinga dan pelarut obat obatan, ex
sirup obat batuk.
 sebagai bahan kosmetik (pelembab kulit)
 sebagai bahan baku serat plastik
 sebagai bahan untuk membuat peledak,yaitu nitrogliserin
 Glikol
 digunakan sebagai pelarut dan bahan baku untuk membuat serat
sintesis seperti dacron.
ISOMER ALKOHOL

1. Keisomeran posisi
 Keisomeran posisi yaitu keisomeran yang terjadi karena perbedaan
letak gugus –OH dalam molekul alkohol.Keisomeran posisi dalam
alcohol mulai terdapat pada propanol yang mempunyai dua isomer
yaitu 1-propanol dan 2-propanol.
 CH3-CH3-CH2-OH CH3-CH(OH)- CH3
 1-propanol 2-propanol

Cara menentukan jumlah isomer posisi alkohol:


a. Membuat kemungkinan kerangka atom C
b. Menentukan kemungkinan letak gugus –OH pada posisi yang
berbeda setiap bentuk kerangka atom C.
2. Keisomeran optik
 Keisomeran optik berkaitan dengan sifat optik,kemampuan suatu senyawa
untk memutar suatu bidang cahaya terpolarisasi.Keisomeran optik terjadi
karena adanya atom C asimetrik.yaitu atom C yang terikat pada 4 gugus
yang berbeda.Banyaknya isomer optik dapat dicari dengan rumus 2n dengan
n = jumlah atom C asimetrik.
 2-butanol mempunyai satu atom C asimetrik,sehingga isomer optik 2-
butanol adalah
 CH3 CH3
 │ │
 H―CH―OH HO―C―H
 │ │
 C2H5 C2H5
3. Keisomeran fungsi
 Keisomeran fungsi yaitu keisomeran yang terjadi karena perbedaan gugus
fungsi diantara dua senyawa yang mempunyai rumus molekul yang sama.
Analisa alkohol dalam beberap jurnal
1. ANALISIS KADAR ALKOHOL PRODUK KOMBUCHA
DAUN PERMOT (Passiflora foetida L.) ASAL MAKASSAR
SULAWESI SELATAN SECARA KROMATOGRAFI GAS
 Fermentasi pada awalnya hanya menunjukkan pada suatu peristiwa
alami pada pembuatan anggur yang menghasilkan buih (ferment
berarti buih). Fermentasi merupakan perubahan kimiawi secara
okisdatif dari mikroorganisme dalam substrat dengan hasil
pemecahannya berupa senyawa-senyawa yang lebih kompleks serta
terjadi perubahan gula menjadi alkohol yang melibatkan kerja enzim
(Sudarmadji, 1987).
 Proses fermentasi kombucha terjadi simbiosis antara Acetobacter
xylinum dan Saccharomycs serevisiae. Simbiosis ini menghasilkan zat
asam dan alkohol yang menghalangi pertumbuhan mikroorganisme
asing yang tidak berasal dari jamur kombucha (Blanc, 1996). Zat asam
terbentuk karena adanya aktivitas mikroba yang ada di dalamnya
secara terus menerus sampai zat gula di dalamnya habis. Selain zat
asam, fermentasi ini juga menghasilkan polisakarida (selulosa).
Analisis sampel dilakukan dengan alat kromatografi gas yang diinjeksikan
kedalam injector dari kromatografi gas sehingga menghasilkan suatu
kromatogram dengan waktu retensi dan luas puncak alkohol. Dari data
tersebut dapat dihitung kadar alkohol dengan membandingkan luas
puncak alkohol dalam sampel dengan luas puncak alkohol standar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar alkohol produk kombucha daun
Permot (Passiflora foetida L.) yang telah dianalisis dengan kromatografi
gas adalah 0,0627292 %.
2. ANALISA KADAR ALKOHOL PADA SUSU FERMENTASI
BERDASARKAN LAMA PENYIMPANAN LEMARI ES
Metoda penelititian:
Berdasarkan analisis data maka penelitian ini bersifat Observasional analitik
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan susu
fermentasi dalam lemari es terhadap kadar alkohol. Populasi penelitian ini
adalah susu fermentasi yang dijual di Pasar Swalayan Mulyosari Surabaya.
Sampel penelitian yang digunakan yaitu susu fermentasi yang sudah disimpan
dalam lemari es selama 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, dan 4 minggu yang
dilihat dari batas kadarluwarsa dengan jumlah sampel sebanyak 20 sampel
yang diambil dari Pasar Swalayan Mulyosari Surabaya.
Variabel bebas yaitu lama penyimpanan adalah jumlah hari yang digunakan
untuk
menyimpan susu fermentasi dalam lemari es selama 1, 2, 3, dan 4 minggu
kemudian diperoleh kadar alkoholnya, dihitung dari masa kadaluwarsa.
Variabel terikat yaitu : kadar alkohol
kandungan alkohol yang dinyatakan dalam % bahan susu fermentasi
berdasarkan metode piknometer.
Pembahasan :
Berdasarkan uji ANOVA yang dilakukan rata-rata kadar alkohol dengan
penyimpanan 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, dan 4 minggu berturut –
turut adalah 0,26%, 0,32%, 0,43%, dan 0,47% dengan taraf signifikan p
(0,000) < α (0,05). Sehingga semakin lama penyimpanan susu fermentasi
akan semakin tinggi kadar alkoholnya. Hasil ini menunjukan bahwa
selama penyimpanan terjadi suatu reaksi kimia yang disebabkan oleh
jenis starter bakteri tertentu.
Semakin banyak dan semakin mampu bakteri yang mencemari susu
untuk
memproduksi asam laktat, semakin tinggi asam laktat dan semakin
tinggi kadar alkohol yang terbentuk pada susu fermentasi. Peningkatan
tersebut disebabkan oleh bakteri asam laktat yang menghasilkan asam
laktat dan ada yang menghasilkan alcohol. Bakteri asam laktat dapat
dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan jenis asam yang
dihasilkan:
(1) Homofermentatif adalah asam laktat yang merupakan satu-satunya
produk hasil fermentasi pada kelompok bakteri asam laktat,
(2) Heterofermentatif selain memproduksi asam laktat sebagai produk
utama, juga menghasilkan etanol dan asam asetat sebagai produk
sampingan
3. Pengaruh penambahan gula terhadap produktivitas alkohol
dalam pembuatan wine berbahan apel buang (reject) dengan
menggunakan norkop MZ.11
4. STUDI PRODUKSI ALKOHOL DARI TETES TEBU
(Saccharum officinarum L) SELAMA PROSES FERMENTASI
Etanol dapat diproduksi dengan cara fermentasi bahan mentah
mono/disakarida (gula tebu, tetes tebu), bahan berpati (jagung,
padi, umbi), dan bahan berselulosa (kayu, limbah pertanian)
(Bailey, 1986). Dengan potensi yang sangat besar sebagai negara
agraris, pengembangan etanol secara fermentasi di Indonesia
sangat mungkin dilakukan. Molase atau tetes tebu mengandung
kurang lebih 60% selulosa dan 35,5% hemiselulosa. Kedua bahan
polisakarida ini dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana yang
selanjutnya dapat difermentasi menjadi etanol. Salah satu produk
samping dari industri gula pasir dari tebu adalah molase. Molase
mengandung gula yang tidak mengkristal. Gula tersebut dapat
dimanfaatkan untuk memproduksi etanol melalui proses
fermentasi.
Proses fermentasi molase pada industri kecil bioetanol masih sangat
sederhana. Dilakukan dengan cara turun menurun dari nenek moyang.
Proses
tersebut apakah sudah optimal atau belum, maka perlu penelitian.
Penelitian ini dengan cara pengadukan pada proses fermentasi molase
dan penyaringan hasil fermentasi sebelum didistilasi, bertujuan untuk
mengetahui pengaruh lama aerasi dan perbandingan molase:air secara
umum 1:2 dalam proses etanol.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Rendemen bioetanol dari
Bekonang 25 % dengan kadar etanol 9,40%, sedangkan hasil di
laboratorium, fermentasi molases tanpa pengadukan 32,6 %, dengan
pengadukan 40,4 % sehingga terjadi peningkatan, demikian juga untuk
kadarnya dari 9,40 % menjadi 14,70 %, sehingga dapat mengoptimalkan
waktu (lama) proses fermentasi. Lama proses fermentasi molase menjadi
bioetanol yang optimal yaitu 2 hari.
Untuk proses fermentasi diawali dengan pembuatan starter. Tetes tebu
terlalu tinggi untuk proses fermentasi, oleh karena itu perlu diencerkan
dengan air sehingga konsentrasi gulanya mencapai kurang lebih 14%,
dengan perbandingan 1:2, setelah itu penambahan Urea, Urea
berfungsi sebagai nutrisi ragi. Urea sebanyak 0,2% dari kadar gula
dalam larutan fermentasi. Kemudian penambahan ragi. Ragi yang
dipakai dalam pembuatan etanol yaitu ragi roti sebanyak 0,2%. Salah
satu spesies ragi yang terkenal mempunyai daya konversi gula menjadi
etanol yang sangat tinggi adalah Saccharomycess cereviseae.
Saccharomycess cereviseae menghasilkan enzim zimase dan invertase.
Enzim zimase berfungsi sebagai pemecah sukrosa menjadi
monosakarida (glukosa dan fruktosa), invertase selanjutnya mengubah
glukosa menjadi etanol. Reaksi adalah sebagai berikut:
C12H22O11 + H2O C6H12O6 + C6H12O6
(glukosa) (fruktosa)

Fermentasi C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2


Kemudian disiapkan tetes tebu (molase) yang telah siap untuk difermentasi
menjadi alkohol.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai