Setya Arganto Fix
Setya Arganto Fix
GENETIKA TUMBUHAN
Semster :
Ganjil 2018
Oleh :
Setya Arganto
AiD017179/10
PJ Asisten : Nisrina Nur Athiroh
Oleh :
Setya Arganto
A1D017179
Asisten Praktikum,
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis
1. Tuhan YME
jalannya praktikum
4. Semua pihak yang telah membantu penulis, baik secara langsung atau tidak
langsung
Setya Arganto
DAFTAR ISI
Contents
PRAKATA.......................................................................................................................... 3
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... 5
DAFTAR TABEL............................................................................................................... 6
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... 7
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 9
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 9
B. Tujuan .................................................................................................................. 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 11
III. METODE PRAKTIKUM................................................................................... 15
A. Waktu dan Tempat ............................................................................................. 15
B. Bahan dan Alat .................................................................................................... 15
C. Prosedur Kerja ...................................................................................................... 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................... 17
A. Hasil ...................................................................................................................... 17
B. Pembahasan ......................................................................................................... 17
V. SIMPULAN ............................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 30
LAMPIRAN...................................................................................................................... 32
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 36
A. Latar Belakang ................................................................................................ 36
B. Tujuan .................................................................................................................. 37
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 37
III. METODE PRAKTIKUM............................................................................... 39
A. Waktu dan Tempat ............................................................................................. 39
B. Bahan dan Alat .................................................................................................... 40
C. Prosedur Kerja .................................................................................................... 40
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 41
A. Hasil...................................................................................................................... 41
B. Tujuan .............................................................................................................. 86
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 87
A. Waktu dan Tempat ............................................................................................. 93
B. Bahan dan Alat .................................................................................................... 93
C. Prosedur Kerja .................................................................................................... 93
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN
ACARA I
PENGAMATAN PERILAKU KROMOSOM
Semester :
Ganjil 2018
Oleh :
Setya Arganto
A1D017179/10
PK Acara : Shofwan Akbar M. & Nisrina Nur A.
A. Latar Belakang
Kromosom adalah unit genetik yang terdapat dalam setiap inti sel pada
setiap makhuk hidup, kromosom berbentuk deret panjang molekul yang disusun
oleh DNA dan protein-protein. Setiap sel terdiri dari tiga bagian utama yaitu
penyimpan bahan materi genetik kehidupan. Terdiri dari DNA memiliki peran
sangat penting, yaitu untuk menjalankan tugas sehari-hari, dan juga menyimpan
untuk tumbuh. Jadi, kromosom ini memiliki fungsi yang besar dalam tubuh kita.
yang akan dipindahkan dari suatu sel induk ke sel anakannya, dari generasi yang
Mitosis adalah peristiwa pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel somatis
(sangat aktif pada jaringan meristem) yang menghasilkan dua sel anak dengan
komponen yang sama dan identik dengan komponen induknya. Terdapat beberapa
maksimal, sehingga kromosom pada tahap ini dapat diamati dengan lebih jelas.
Kromosom akan relatif mudah diamati pada saat sel aktif membelah, dengan
mitosis adalah akar bawang merah (Allium ascalonicum). Proses mitosis terjadi
hampir semua organisme. Selain itu, mitosis merupakan dasar dalam pembiakan
B. Tujuan
pembelahan mitosis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
informasi genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma
yang berarti warna dan soma yang berarti badan. Kromosom terdiri atas dua
genetik (gen atau DNA) yang sebagian besar bersegregasi menurut hukum
berbentuk seperti rantai panjang. Setiap kromosom dalam genom biasanya dapat
dibedakan satu dengan yang lainnya oleh beberapa kriteria, termasuk panjang
relative kromosom, posisi suatu stuktur yang disebut sentromer yang memberi
kromosom dalam dua tangan yang panjangnya berbeda-beda, kehadiran dan posisi
bidang (area) yang membesar yang disebut knot (tombol) atau kromomer
(Sastrosumarjo, 2006).
kromosom pada sel kelamin (Suryo, 2008). Pembelahan sel yang terjadi pada sel
somatic disebut mitosis dan pembelahan yang terjadi pada sel kelamin disebut
melalui pembelahan inti dari sel somatik secara berturut-turut. Proses ini terjadi
bahan-bahan di luar inti sel. Pada mitosis setiap induk yang diploid (2n) akan
menghasilkan dua buah sel anakan yang masing-masing tetap diploid serta
memiliki sifat keturunan yang sama dengan sel induknya (Crowder, 1993).
1. Interfase
Inti sel nampak keruk dan tampak benang-benang kromatin yang halus. Interfase
adalah periode antara pembelahan yang satu dengan yang berikutnya dalam siklus
pembelahan sel. Periode ini terjadi bila suatu sel dimana molekul DNA yang
berada dalam inti akan mengadakan atau Replikasi atau membuat turunan seperti
dirinya sendiri.
2. Profase
3. Metafase
4. Anafase
Sentromer membelah dan kedua kromatid memisahkan diri dan bergerak menuju
kutub dari sel yang berlawanan. Kromatid hasil pembelahan itu memiliki sifat
yang sama dengan sel induknya, sejak saat itu kromatid-kromatid tersebut
5. Telofase
Setiap kutub sel terbentuk sel kromosom yang identik. Selaput gelendong inti
lenyap dan dinding inti terbentuk kembali. Plasma sel terbagi lagi menjadi dua
Kromosom antar tanaman berbeda antara yang satu dan yang lainnya. Baik
dari bentuk, jumlah, dan panjangnya. Allium cepa memiliki jumlah kromosom 2n
= 16. Hal ini sangat membantu dalam mempelajari analisis mitosis pada tanaman,
karena jumlahnya yang tidak terlalu banyak, memiliki ukuran kromosom yang
besar dan cukup mudah untuk dibuat preparatnya. Bawang merah (Allium
ascalonicum L.) merupakan salah satu anggota dari familia Liliaceae, tanaman ini
merupkan tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanamn
terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah
bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang
merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu (Suminah,
2002).
III. METODE PRAKTIKUM
ditentukan terlebih dahulu agar praktikum dapat berjalan sesuai dengan yang kita
inginkan.
kromosom ini meliputi akar bawang merah (Allium ascalonicum) , larutan 45%
CH3COOH, larutan HCl dan larutan aceto orcein. Alat yang digunakan antara
lain cover glass, kaca preparat, beker glass, penangas air, pembakar bunsen,
mikroskop dan jarum. Bahan dan alat sangat diperlukan agar praktikum dapat
C. Prosedur Kerja
gelas preparat.
7. Preparat diutup dengan gelas penutup (cover glass) dan ujung akar
A. Hasil
Terlampir
B. Pembahasan
dua atau lebih sel baru dengan tujuan untuk memperbanyak diri. Sel merupakan
Pembelahan sel yang terkait dengan reproduksi seksual adalah meiosis sedangkan
pembelahan sel yang berhubungan dengan pertumbuhan dan sel penggantian atau
perbaikan, disebut mitosis. Meiosis dan mitosis terdapat nukleus yang membelah
dan DNA direplikasi. Pembelahan sel yang disebut mitosis menghasilkan sel anak
yang memiliki semua bahan genetik dari sel induk dan satu set lengkap kromosom
(Brown, 2002).
makromolekul yang berisi DNA dimana informasi genetik dalam sel disimpan.
Kata kromosom berasal dari kata khroma yang berarti warna dan soma yang
berarti badan. Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu sentromer / kinekthor yang
mengandung kromonema dan gen berjumlah dua buah (pasang). Kromosom yang
berada di dalam nukleus sel eukariota, secara khusus disebut kromatin serta fungsi
dari kromosom adalah sebagai pembawa gen. Kromosom merupakan alat
transportasi materi genetik (gen atau DNA) yang sebagian besar bersegresi
susunan beraturan yang mengandung DNA yang berbentuk seperti rantai panjang.
Setiap kromosom dalam genom biasanya dapat dibedakan satu dengan yang lain
oleh beberapa kriteria, termasuk panjang relative kromososm, posisi suatu struktur
yang disebut sentromer yang memberi kromosom dalam dua tangan yang
yang disebut knot (tombol) atau kromomer. Selain itu, adanya perpanjangan arus
pada terminal dan material dan materil kromatin yang disebut satelit, dan
atas gen-gen pembawa sifat keturunan dari induk ke dalam sel anakan. Kromosom
dibedakan atas autosom (kromosom pada sel somatik) dan kromosom pada sel
kelamin. Pembelahan sel yang terjadi pada sel somatik disebut mitosis dan
pembelahan yang terjadi pada sel kelamin disebut meiosis. Pembelahan sendiri
mempunyai arti sebagai sebuah proses dimana sel induk membelah atau membagi
dirinya menjadi 2 atau lebih sel anak. Pembelahan mitosis merupakan pembelahan
inti yang berhubungn dengan pembelahan sel somatik, dimana terdapat beberap
2008).
berikut:
1. Interfase
Tahap ini sel tidak membelah, nucleus terdiri dari RNA ribosom dan
merupakan tempat sintesis protein serta materi yang berwarna gelap dikenal
kromosom tidak dapat dilihat secara jelas. Pada salah satu ujung sel terdapat
tidak muncul.
2. Profase
Sentriosol bergerak keujung sel yang berlawanan dan disebut sebagai kutub.
dan disebut sebagai aster. Selain itu, kromosom membentuk menjadi silinder
protein serta melekat berpasangan pada sentromer pada tumbuhan, aster tidak
Gambar 1. Profase
Sumber : Suryo, 2008.
3. Metafase
Kromosom berpindah menjadi satu garis yang disebut the equator. Selain itu,
yang berlawanan.
Gambar 2. Metafase
Sumber : Suryo, 2008.
4. Anafase
Kromatid pada tahap ini berpisah dan bergerak kearah kutub yang berbeda.
Penarikan terjadi karena pemendekan benang spindel. Kromatid pada fase ini
Gambar 3. Anafase
Sumber : Suryo, 2008.
5. Telofase
Tahap ini kromosom mulai mengatur membentuk nukleus yang terpisah dan
bawang merah dengan larutan CH3COOH. Praktikum pada acara ini terdapat
sel. Perlakuan diantaranya adalah memfiksasi ujung akar bawang merah. Maserasi
bahan dengan campuran HCl dan CH3COOH yang dilakukan selama 3 menit.
adalah preparat ditutup menggunakan cover glass dengan cara ditekan dengan ibu
jari bertujuan agar dinding sel terbuka dan pengamatan dapat diamati pada kerja
sel yang sedang bermitosis. Preparat kemudian dilewatkan pada nyala api bunsen
sebanyak tiga kali, hal ini berfungi untuk memantapkan warna pada objek
preparat agar bisa terlihat lebih jelas dan untuk menghentikan sekali lagi atau
Hal ini sesuai dengan pendapat Haryanto (2010), yaitu pengamatan perilaku
Setelah fiksasi, dilakukan maserasi dengan larutan 1 N HCl dan asam asetat
glasial 45% yang fungsinya untuk melunakkan jaringan. Penggunaan larutan
sel yang ada pada sitoplasma sehingga pengamatan kromosom lebih mudah.
Larutan HCl juga berfungsi untuk menghidrolisis dinding sel agar menjadi lunak
dan mudah ditekan pada saat pembuatan preparat, dan juga untuk menghilangkan
RNA dari sel. Kromosom juga perlu diwarnai sebelum dilakukan pengamatan
sehingga akan lebih mudah untuk diamati. Larutan yang biasa digunakan untuk
pewarnaan kromosom antara lain aceto orcein, iron aceto-carmin, safranin, dan
cocok digunakan pada jaringan meristem seperti ujung akar dan pewarnaannya
lebih cepat.
yaitu akar bawang merah. Penggunaan bawang merah ini dikarenakan komposisi
dinding selnya tersusun atas lapisan senyawa-senyawa yang mudah ditembus oleh
larutan fiksatif dan pewarna. Saat sel aktif membelah, kromosom relatif mudah
diamati hanya dengan memperlakukan sel-sel tersebut dengan metode fiksasi dan
dalam Abdullah et al. (2017) pun menyatakan bahwa tanaman bawang memiliki
ukuran kromosom yang cukup besar sehingga sangat cocok digunakan untuk studi
eksperimental mitosis.
bawang sesuai dengan kondisi awal. Asam asetat glasial 45% juga berfungsi
untuk membantu melunakkan dinding sel akar (mencegah pengerasan jaringan),
sehingga zat warna dapat memasuki sel dengan cepat dan diserap lebih kuat
(Suntoro, 1983). Maserasi bahan dengan campuran HCl dan asam asetat glasial
yang dilakukan selama 3 menit bertujuan untuk peluruhan akar, dan diberi aceto
orcein untuk pewarnaan pada bawang merah agar mudah diamati karena akan
mudah terlihat dengan jelas. Larutan ini lebih dipilih dibanding dengan larutan
aceto carmin karena larutan aceto orcein lebih pekat dan digunakan untuk melihat
yang identik, menambah jumlah sel, atau mengganti sel-sel yang rusak. Melalui
genetika tumbuhan kita dapat mempelajari pembelahan sel yang terjadi pada
tumbuhan secara detail. Selain itu juga bertujuan agar perkembangan dan
pembelahan sel agar tercipta varietas baru yang dapat lebih mengutungkan bagi
tanaman itu sendiri maupun manusia. Melalui genetika tumbuhan juga kita bisa
diri dalam jumlah yang banyak, sel melakukan pembelahan sel. Kaitannya dengan
genetika tumbuhan adalah pembelahan sel baik itu mitosis maupun meiosis
sebenarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu mewariskan sifat (genetik) yang
ada pada sel yang sedang membelah tersebut kepada sel-sel turunannya. Sel-sel di
kromosom dan gen-gen dengan tipe dan ukuran yang sama dengan induknya,
identik, menambah jumlah sel, atau mengganti sel-sel yang rusak. Melalui
genetika tumbuhan, kita dapat mempelajari pembelahan sel yang terjadi pada
tumbuhan secara detail. Melalui genetika tumbuhan juga kita bisa mengetahui
bawang berah (Allium Cepa L.) karena lapisan-lapisan senyawa yang mudah
dengan preparat ujung akar bawang merah di dapatkan empat fase, yaitu tahap
profase, tahap anafase, tahap metafase dan tahap telofase dengan jumlah
kromosom 16 dan perbesaran 40 kali. Berikut adalah hasil pengamatan yang saya
1. Profase
menebal dan mulai terbentuk benang spindel. Tahap ini sesuai menurut Campbell
saudara).
Gambar 5. Profase
Sumber : dokumentasi
2. Metafase
2-6 menit. Kromosom pada fase ini menyusun diri secara acak pada satu bidang
ekuator pada tengah-tengah sel. Rukmana (2008) menjelaskan bahwa pada awal
fase ini, membran nukleus dan nukleolus lenyap. Sentromer suatu daerah vital
dicirikan oleh barisan kromosom yang sangat rapi sepanjang bidang ekuatorial.
Gambar 6. Metafase
3. Anafase
Tahap selanjutnya yaitu pada tahap anafase yang diamati, kromatid mulai
tahap pembelahan yang paling singkat terjadi, biasanya hanya beberapa menit.
Sentromer membelah dan kedua kromatid memisahkan diri dan bergerak menuju
kutub dari sel yang berlawanan. Tahap selanjutnya adalah tahap telofase. Terjadi
pembesaran sitoplasma dan mulai terbentuk kromosom yang baru pada tahap
Gambar 7. Anafase
4. Telofase
sitokinesis telah dimulai. menampilkan ciri dimana di tiap kutub sel terbentuk sel
kromosom yang identic. Selaput gelendong inti lenyap dan dinding inti terbentuk
lagi. Kemudian plasma sel terbagi lagi menjadi dua ditandai dengan terbentuknya
dinding pemisah di tengah- tengah sel. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Pharmawati (2015) bahwa tahap telofase, adalah tahap terakhir saat nukleus-
nukleus anakan terbentuk dan sitokinesis telah dimulai. Terbentuk sel kromosom
yang identik pada tiap kutub sel. Selaput gelendong inti lenyap dan dinding inti
terbentuk lagi. Plasma sel kemudian terbagi lagi menjadi dua bagian, atau biasa
dinding pemisah ditengah-tengah sel. Maka dari itu, kegiatan praktikum yang
Gambar 8. Telofase
terlihat keempat fase mitosis yang terjad yaitu fase profase, metafase, anafase, dan
meskipun tidak terlihat jelas. Fase mitosis terlihat adanya kromosom yang
yang tertarik benang spindel menuju kutub. Kemudian, pada fase telofase terlihat
terbentuknya sekat sitokinesis dan membran sel anak. Hasil tersebut sesuai
dibentuk kembali dan terjadi penebalan dinding plasma. Selain itu penggunaan
bawang merah pada percobaan ini karena ukuran kromosomnya yang besar, zat
pembelahan secara mitosis yang terbagi menjadi 4 tahap yaitu tahap profase yang
sentromer dan pasangan kromosom berada di daerah equator sel. Tahap anafase
Yogyakarta.
Campbell, N.A. dan J.B. Reece. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Erlangga,
Jakarta.
Haryanto, F. F. 2010. Analisis Kromosom dan Stomata Tanaman Salak Bali (S.
sumatrana (Becc.) Mogea), Salak Padang Sidempuan (S. sumatrana
(Becc.) Mogea). Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Setyawan, A. Dwi, dan Sutikno. 2000. Karyotipe kromosom pada Allium sativum
L. (bawang putih) dan Pisum sativum L. (kacang kapri). Jurnal BioSmart.
2(1):20-27.
Stack, S. M. 1979. The chromosome doubling of Allium fistulosum x a. Cepa
interspecific f1 hybrids through colchicines treatment of regenerating
callus. Euphytica. 93:257-262.
ACARA II
TEORI KEMUNGKINAN
Semester :
Genap 2018
Oleh :
Setya Arganto
A1D017079 / 10
PJ acara : Nur Atin Purnamasari dan Raihan Naufal
A. Latar Belakang
Individu dari hasil perkawinan yang tampak dalam wujud fenotipe terbentuk
kemungkinan kita dapat menduga atau memprediksikan hasil yang akan muncul
dari proses perkawinan atau persilangan yang telah dilakukan. Hasil dari
perkawinan atau persilangan yang mana keturunan dari kedua individu tersebut
tidak dapat dipastikan dengan mudah, tetapi dapat diprediksi atau diduga dengan
menggunakan teori peluang. Menurut Suryo (2008) peranan teori peluang dalam
ilmu genetika berkaitan erat dengan proses pemindahan gen dari induk ke gamet,
pembuahan sel telur oleh sperma, dan berkumpulnya kembali gen-gen dalam zigot
faktor lain dalam sebuah interaksi genetika. Chi-Square test adalah uji statistic
tersebut berbeda atau tidak dengan nilai harapan dengan menggunakan hipotesis
tertentu.
hasil yang diharapkan dari proses perkawinan atau persilangan yang telah
dilakukan. Berdasarkan hal yang telah dikemukakan di atas, maka praktikum kali
dengan analogi uang logam yang nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara ini adalah untuk mengetahui dan berlatih
tingkat peluang terjadinya kejadian yang random. Peluang dapat dibedakan menjadi
dua yaitu peluang tunggal dan peluang bersyarat. Peluang tunggal adalah
bersyarat adalah kemungkinan terjadinya suatu kejadian jika kejadian lain terjadi
pembuat keputusan atau tenaga ahli dalam bidangnya secara surjektif. Besarnya
nilai kemungkinan munculnya suatu kejadian adalah selalu diantara nol dan satu.
kemungkinan muncul adalah satu. Jadi, apabila W menyatakan ruang hasil yang
bersifat lengkap maka jumlah kemungkinan seluruh anggota ruang hasil tersebut
adalah satu.
Uji Chi-Square termasuk salah satu alat uji dalam statistik yang sering
hipotesa terhadap beda lebih dari dua proporsi populasi tidak dapat menggunakan
Metode chi square adalah cara yang dipakai untuk membandingkan data
menghasilkan keturunan yang terdiri atas empat macam fenotip, yaitu A-B-, A-bb,
aaB-, dan aabb masing-masing sebanyak 315, 108, 101, dan 32. Menentukan
bahwa hasil persilangan ini masih memenuhi nisbah teoretis (9:3:3:1) atau
menyimpang dari nisbah tersebut perlu dilakukan suatu pengujian secara statistika
(Yatim, 2003).
Uji yang lazim digunakan adalah uji X2 (Chi-square test) atau ada yang
genetik, memerlukan suatu uji yang dapat mengubah deviasi-deviasi dari nilai yang
peluang.Selain itu, uji ini harus pula memperhatikan besarnya sampel dan jumlah
peubah (derajat bebas) sebagai uji X2(Chi Square Test).Uji Chi-kuadrat atau Chi-
merupakan uji yang dapat mengubah deviasi dari nilai-nilai yang diharapkan
menjadi probabilitas dari ketidaksamaan demikian yang terjadi oleh peluang dan
(Yatim, 2003).
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah mata uang logam dan
lembar pengamatan. Alat yang digunakan yaitu uang logam, kalkulator, dan alat
tulis.
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Satu keping mata uang logam dilempar ke atas, lalu dicatat hasilnya (angka
2. Hal yang sama dilakukan untuk kasus dua keping uang logam yang dilempar
3. Semua data dicatat pada lembar pengamatan yang akan disediakan pada saat
pengamatan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Kesimpulan : X2 Hitung (0,02) < X2 Tabel (3,84), maka hasil signifikan, artinya
hasil perhitungan sesuai dengan perbandingan.
Kesimpulan : X2 Hitung (0,81) < X2 Tabel (3,84), maka hasil signifikan, artinya
hasil perhitungan sesuai dengan perbandingan.
Kesimpulan : X2 Hitung (0,04) < X2 Tabel (5,99), maka hasil signifikan, artinya
hasil perhitungan sesuai dengan perbandingan.
Kesimpulan : X2 Hitung (3,34) < X2 Tabel (7,81) maka hasil signifikan, artinya
hasil perhitungan sesuai dengan perbandingan.
suatu kejadian yang akan terjadi terkait suatu aktivitas yang akan dilakukan atau
tidak dapat dipastikan (Suryo, 2008). Sementara menurut Campbell et al. (2008)
probabilitas atau peluang merupakan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari
ialah perbandingan antara peristiwa yang diharapkan itu dengan segala peristiwa
yang mungkin terjadi terhadap suatu objek (Yatim, 2003). Probabilitas diartikan
sebagai suatu nilai yang dipergunakan untuk mengukur tingkat peluang terjadinya
kejadian yang random. Peluang dapat dibedakan menjadi dua yaitu peluang tunggal
Uji chi square menurut saya adalah salah satu jenis uji komparatif non
parametris yang dilakukan pada dua variable, dimana skala data kedua variable
adalah nominal. Penerapan uji chi square dalam pemuliaan tanaman adalah untuk
Mengetahui apakah hasil dari suatu persilangan sesuai dengan nisbah yang
telah ditentukan atau yang diharapkan dapat dilakukan dengan menguji hasil yang
kita peroleh. Pengujian yang lazim digunakan adalah uji Chi-square (X2).Uji Chi-
square (X2) adalah uji nyata (goodness of fit) apakah data yang diperoleh benar
menyimpang dari nisbah yang diharapkan, tidak secara kebetulan. Perbandingan
gamet secara rambang dan terjadi segregasi sempurna (Heri, 2015). Uji statistik
variabel dari satu sampel. Independensi berarti bahwa dua faktor tidak ada
pendidikan dan tingkat pendapatan, antara tingkat kepemilikan suatu dan prestise
seseorang, antara tingkat umur dan tingkah laku hidup dan sebagainya
(Indarmawan, 2013).
│𝑜 − 𝑒│2 − 0,5
𝑥2 =
𝑒
Keterangan :
x2 = nilai x2 hitung
Diketahui bahwa nilai X2 kepada kita bahwa Ho observasi sama dengan nilai
X hitung = 0,36 dan nilai X tabel: 3,841, dapat X hitung < X tabel maka hasil
harapan atau lemparan koin itu dilakukan dengan fair (Indarmawan, 2013). Syarat
dimana chi square dapat digunakan antar lain tidak adal sel dengan nilai frekuensi
kenyataan atau disebut juga actual count sebesar 0, apabila bentuk table kontingensi
2x2 maka tidak boleh ada 1 sel saja yang memiliki frekuensi harapan atau disesbut
expected count kurang dari 5 , dan apabila bentuk table lebih dari 2x2 maka jumlah
sel dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidaak boleh lebih dari 20%
(Indarmawan,2013)
Teori peluang digunakan oleh para ahli genetika dalam menentukan suatu
mengharapkan untuk mendapatkan gambar setengah kali dan huruf setengah kali.
Peluang bagi gambar dan huruf adalah setengah, namun jika uang tersebut dilempar
beberapa kali, misalnya 4 kali, maka kemungkinan kita mendapatkan gambar tiga
kali dan angka hanya sekali dapat terjadi. Teori peluang dalam bidang genetika
tumbuhan dapat digunakan untuk menentukan berapa peluang suatu tanaman dapat
ilmuan dapat memperoleh verietas unggul atau memperoleh hasil tanaman sesuai
keinginan atau kebutuhan. Menurut Sobrizal dan Ismachin (2006) teori peluang
dapat digunakan dalam genetika tumbuhan untuk menentukan potensi hasil yang
dapat diperoleh apabila kita menyilangkan suatu tanaman yang memiliki satu atau
fenotipe yang muncul pada F1 (generasi kedua) dari sebuah perkawinan antar P1.
𝑥
𝐾(𝑥) =
𝑥+𝑦
Keterangan :
K= Kemungkinan
Contoh peristiwa:
Penyelesaian:
1
K(laki) = 2
1
K (alb) = 4
1 1 1
Maka, K(laki.alb) =2+4=8
Hal ini dapat dibaca setiap 8 keluarga yang orang tuanya carrier albino, ada 1
dengan pelemparan mata uang kemudian diuji menggunakan rumus Chi Square
atau uji x2. Hal ini menunjukan bahwa uji x2 memiliki peran atau fungsi untuk
menguji apakah rasio fenotipe hasil percobaan sesuai dengan rasio fenotipe
memberikan peluang yang sama terhadap angka maupun gambar dalam masing-
Nilai kemungkinan dari gambar atau angka untuk sekali lemparan yaitu 0,5.
tidak mutlak berporsi 50%. Percobaan 1 , uji X2 menggunakan satu keping uang
diperoleh angka 22 dan gambar 28. Setelah dianalisis dengan uji chi square X2
hitung 0,5 dan X2 tabel 3,84. Hasil pengukuran signifikan, artinya sesuai dengan
perbandingan.
dari hasil pelemparan 100 kali berturut-turut adalah 48 dan 52. X2 tabel 5,99 dan
X2 hitung diperoleh sebesar 0,09. Setelah dianalisis dengan chi square X2 tabel >
berturut-turut adalah 16, 25, dan 9. Kemudian diperoleh X2 tabel 5,99 dan X2
hitung 1,96. Setelah dianalisis dengan chi square X2 tabel > X2 hitung sehingga
berturut-turut adalah 31, 49, dan 20. Kemudian diperoleh X2 tabel 5,99 dan X2
hitung 2,46. Setelah dianalisis dengan chi square X2 tabel > X2 hitung sehingga
yaitu 8 AAA, 22 AGA, 14 AGG, dan 6 GGG. Setelah dianalisis dengan uji chi
perbandingan).
1. Diperoleh data AAA : AAG : AGG : GGG. Dengan pelemparan 100 kali
diperoleh data X2 tabel 7,81 dan X2 hitung 6,67 dengan karakteristik yang didapat
yaitu 14 AAA, 26 AGA, 42 AGG, dan 18 GGG. Setelah dianalisis dengan uji chi
perbandingan).
menolak hipotesis yang ada. Apabila nilai kemungkinan lebih besar dari 5%,
penyimpangan dari nisbah harapan tidak nyata (tidak signifian). Jika data x 2
hitung lebih kecil dari x2 tabel (x2hitung < x2tabel) maka data diterima dan data
x2hitung > x2tabel, maka data di tolak dan data pengamatan tidak sesuai dengan
sesuai atau tidak dengan perbandingan Hukum Mendel, sehingga dapat diterapkan
pada persilangan yang sesungguhnya. Selain itu, hasil percobaan pelemparan satu
uang koin, dua uang koin, dan tiga uang koin pada pelemparan 50x atau 100x
adalah signifikan atau sesuai dengan perbandingan Mendel. Hal ini menunjukan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Heri, A. dkk. 2015. Uji f1 dari persilangan genotip antara beberapa varietas
kedelai (Glycine max l. Merril) terhadap tetua masing-masing. Jurnal
Online Agroteknologi. 3 (3) : 1169 – 1179.
Indarmawan. 2013. Penggunaan uji hipotesis statistik x2 dalam penelitian biologi.
Artikel Ilmiah. Materi Pelatihan bagi Mahasiswa UKM UPI Fakultas
Biologi Unsoed, Purwokerto.
Parsa, I M. 2013. Kajian pendekatan teori probabilitas untuk pemetaan lahan
sawah berbasis perubahan penutup lahan citra landsat multi waktu (studi
kasus daerah tanggamus, lampung). Jurnal Penginderaan Jauh. 10 (2):
113-121.
Sobrizal dan Ismachin. 2006. Peluang mutasi induksi pada upaya pemecahan
hambatan peningkatan produksi padi. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan
Radiasi. 1(2):50-65.
Supranto, J. 2005. Statistik Teori dan Aplikasi. Erlangga, Jakarta.
Wibowo, A. 2002. Uji chi-square pada statistika dan SPSS. Jurnal Ilmiah SINUS.
1 (2): 37-46
Yatim, W. 2003. Genetika. Penerbit Tarsito, Bandung.
LAMPIRAN
ACARA III
PERSILANGAN MONOHIBRID
Semester :
Ganjil 2018
Oleh :
Setya Arganto
A1D017179/10
PJ Acara : Riva Saiful Rizal dan Mar’atus Sholihah
A. Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak. Makluk hidup
berkembang biak salah satunya dengan cara pembelahan sel yang dimana
makhluk hidup berkembang biak akan menghasilkan keturunan yang tak jauh dari
keturunan dan kesamaan pada setiap makhluk hidup. Gen ialah pewarisan sifat
atau pembawasifat, dimana gen dimiliki oleh semua makluk hidup yang
persilangan antara makluk hidup sangat penting untuk mengahsilkan suatu produk
yang baru.
persilangan dengan persilangan tanaman dua sifat berbeda. Persilangan ini sangat
berkaitan dengan hukum 1 Mendel atau yang kenal istilah the law of segregation
yaitu proses pembentukan gamet yang membawa karakter dansifat secara bebas.
mendel 1. Sifat dominan dapat dilihat secara mudah, yaitu sifat yang lebih banyak
kebenaranya diakui sampai saat ini yaitu dengan mengunakan metode matematis
yang membantu menganalisis data yang dihasilkan, salah satunya persilangan
sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan
hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum Mendel I berisi
Mendel menyilangkan ercis varietas biji bulat dengan varietas biji keriput. Hasil
sedangkan pada keturunan kedua ercis keriput muncul, jadi dalam mengetahui
sifat pewarisan harus mengetahui bagaimana gambaran dari pewarisan sifat yang
B. Tujuan
abad ke-19, beliau mengenali adanya unit informasi yang diwariskan untuk
pembentukan sifat yang diamati pada organisme, ini merupakan konsep pertama
memilih tanaman ercis karena tanaman ini ternyata memiliki dua kriteria penting
berulang kali dari induk tanaman itu kepada generasi selanjutnya. Kedua tanaman
untuk melindungi guna mencegah terjadinya pembuahan oleh serbuk sari yang
DNA melalui perkawinan dua organisme. Beberapa ciri tampak menyatu, tetapi
seringkali hilang, dan muncul pada generasi berikutnya. Ada individu yang
tampak sama dengan individu asal, tetapi adapula individu yang sama sekali
berbeda dengan individu asal. Misteri Ilmu Genetika tersebut berhasil diungkap
oleh seorang pastur bernama Gregor Mendel pada tahun 1865 (Raven, 1996).
disebabkan karena pada hukum ini dinyatakan bahwa alel memisah (segregasi)
satu dari yang lain selama pembentukan gamet dan diwariskan secara rambang
kedalam gamet-gamet yang sama jumlahnya. Sebagai dasar segregasi satu pasang
alel terletak pada lokus yang sama pada kromosom homolog. Kromosom
homologini memisah secara bebas pada anafase I meiosis dan tersebar kedalam
hanya menggunakan satu macam gen yang berbeda atau menggunakan satu sifat
menyilangkan tanaman kacang ercis dengan mengambil satu sifat beda yaitu
tanaman ercis berbiji kuning dan tanaman ercis berbiji hajau. Hasil perkawinan
tiga biji kuning berbanding satu biji hijau (Abdurrahman et al, 2008).
percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sampai saat ini di
masa hidup Mendel belum diketahui sifat keturunan modern, belum diketahui
adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam nukleat yang membina bahan
genetik itu. Mendel menyebut bahan genetic itu hanya factor penentu
dikendalikan oleh suatu faktor penentu yang disebut dengan gen. Setiap sifat
satu anggota gen pasangan tersebut diwariskan dari setiap tetua. Suatu organisme
pisah dan didistribusikan satu-satu kepada setiap gamet dikenal sebagai hukum
segregasi Mendel (hukum Mendel I). Mendel menemukan bahwa pewarisan satu
pasangan gen sama sekali tidak bergantung pada pewarisan pasangan lainnya
(hukum pemilahan bebas=hukum Mendel II). Keadaan ini hanya dapat terjadi bila
Soedirman.
Bahan dan alat merupakan suatu hal yang mendukung kerja suatu
praktikum. Bahan yang digunakan adalah biji kedelai, media tanam (tanah), dan
lembar pengamatan. Alat yang digunakan adalah seedbox, dan alat tulis.
C. Prosedur Kerja
bagian seedbox.
2. Biji populasi P1, P2, F1, F2 tanaman kedelai ditanam ke dalam seedbox yang
berisi tanah.
3. Biji kedelai dibiarkan tumbuh dan hingga berkecambah, perkecambahan
5. Warna batang biji ditabulasikan dan data hasil pengamatan diuji dengan uji
square (X2).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Bagan Persilangan
UU >< uu
G U >< u
F2
UU uu
UU UU Uu
uu Uu uu
Genotip = UU : 2 Uu : uu
Fenotip = Kedelai berbunga ungu : Kedelai berbunga putih
Harapan (E) ¾ x 40 = 30 ¼ x 40 = 10 40
(|20-30|-1/2)2 (|15-10| - 1/2)2
(|O − E|) − 1/2)2 110,5
= 90,25 = 20,25
(| O − E | ) − 1/2)2 90,25 20,25
= 3,008 = 2,025 5,033
30 10
𝐸
X2 3,008 2,025 5,033
X2 tabel = 3,84
B. Pembahasan
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh
antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai
juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang,
Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai
yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-
pulau lainnya. Kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja.
Tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah
ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai
Ordo : Fabales
Genus : Glycine
Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam yaitu akar tunggang dan
akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Kedelai juga sering kali
membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Umumnya,
akar adventif terjadi karena cekaman tertentu misalnya kadar air tanah yang
Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji
berbatasan dengan bagian ujung bawah permulaan akar yang menyusun bagian
kecil dari poros bakal akar hipokotil. Bagian atas poros embrio berakhir pada
epikotil yang terdiri dari dua daun sederhana yaitu primordia daun bertiga pertama
Kedelai mempunyai empat tipe daun yaitu kotiledon atau daun biji, dua
helai daun primer sederhana, daun bertiga, dan daun profila. Daun primer
berbentuk oval dengan tangkai daun sepanjang 1-2 cm, terletak berseberangan
pada buku pertama di atas kotiledon. Tipe daun yang lain terbentuk pada batang
utama dan cabang lateral terdapat daun trifoliat yang secara bergantian dalam
susunan yang berbeda. Anak daun bertiga mempunyai bentuk yang bermacam-
Bunga tanaman kedelai umumnya muncul atau tumbuh di ketiak daun. Pada
kondisi lingkungan tumbuh dan populasi tanaman optimal, bunga akan terbentuk
mulai dari tangkai daunnya akan berisi 1-7 bunga, tergantung dari karakter
varietas kedelai yang ditanam. Bunga kedelai termasuk sempurna karena pada
setiap bunga memiliki alat reproduksi jantan dan betina. Penyerbukan bunga
terjadi pada saat bunga masih tertutup sehingga kemungkinan penyerbukan silang
sangat kecil yaitu hanya 0,1%. Warna bunga kedelai ada yang ungu dan putih.
Potensi jumlah bunga yang terbentuk bervariasi tergantung dari varietas kedelai,
Polong kedelai pertama kali muncul sekitar 10-14 hari masa pertumbuhan
yakni setelah bunga pertama muncul. Warna polong yang baru tumbuh berwarna
hijau dan selanjutnya akan berubah menjadi kuning atau coklat pada saat dipanen.
bertambahnya umur dan jumlah bunga yang terbentuk. Jumlah polong yang
terbentuk beragam berkisar 2—10 polong pada setiap kelompok bunga di ketiak
daunnya. Sementara jumlah polong yang dapat dipanen berkisar 20—200 polong
per tanaman, tergantung dari varietas kedelai yang ditanam dan dukungan kondisi
lingkungan tumbuh. Warna polong masak dan ukuran biji antara posisi polong
paling bawah dan paling atas akan sama selama periode pemasakan polong
optimal berkisar 50—75 hari. Periode waktu tersebut dianggap optimal untuk
proses pengisian biji dalam polong yang terletak di sekitar pucuk tanaman
(Adisarwanto, 2008).
sifat beda. Percobaan yang dilakukan oleh Mendel pada persilangan monohibrid
biasanya mengambil serbuk sari dari bunga tanaman yang bijinya berlekuk dan
diserbukkan pada putik dari bunga tanaman yang bijinya bulat. Semua keturunan
fenotip 3 : 1. Juga dapat diketahui bahwa suatu individu dapat memiliki fenotip
sama (contohnya tanaman berbiji bulat) tetapi memiliki genotip yang berlainan
dengan memperhatikan satu sifat beda. Generasi tetua atau induk dinamakan
hibrid dan diberi label sebagai generasi F1 (filial pertama). Kemudian apabila
sesama F1 disilangkan lagi maka dinamakan dengan parental ke dua (P2) dan
persilangan antara rambutan yang berbuah manis dengan rambutan yang berbuah
masam, persilangan antara ayam berbulu putih dengan ayam berbuluh hitam,
manusia berkulit putih dengan manusia berkulit hitam, dan suami yang bertubuh
tinggi dengan istri yang bertubuh rendah. Persilangan antara sesamanya dapat
yang unggul pada keturunannya. Sifat unggul yang diinginkan dapat diperoleh
dari persilangan dua indukan yang memiliki sifat unggul seperti yang diinginkan.
berproduksi unggul.
pertanian.
kombinasi tetuanya.
Melakukan suatu persilangan tentunya kita akan hasil akhir yang sesuai
dan kegagalan ini tentunya disebabkan oleh beberapa faktor, menurut saya faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan itu terdapat faktor internal dan
faktor eksternal. Contoh dari faktor internal yaitu, tingkat kemahiran dari orang
yang melakukan persilangan, sedangkan contoh faktor eksternal yaitu berasal dari
interaksi antara keduanya. Faktor genetik menjadi perhatian utama bagi pemulia,
lebih baik. Faktor lingkungan juga perlu dimanipulasi agar tanaman dapat
Menurut Ayu (2011) Tanaman kedelai varietas Muria memiliki warna daun
hijau muda atau putih dibagian bawah, warna bunga putih, warna biji kuning
dengan tipe tumbuh determinit, tinggi tanaman antara 40-50 cm, umur kedelai
mulai berbunga antara 33-35 hari. Bentuk biji varietas muria bulat agak lonjong.,
varietas Muria tahan terhadap penyakit karat daun dan tahun produksi pada tahun
1987, tetua varietas muria dari seleksi pedigree dari Orba yang diradiasi dengan
diperoleh dari kelompok 1 yaitu warna hipokotil P1putih, warna hipokotil P2,
F1(1), dan F1(2) ungu, dan warna hipokotil pada F2(1), F2(2), F2(3), dan F2(4)
ungu dan putih. Total tanaman yang tumbuh yaitu 73 dari 80 benih yang ditanam.
hitung sebesar 0,9; maka X2 hitung (0,9) < X2 tabel (3,84) yang artinya hasil
sesuai dengan pernyataan Wijayanto (2013), bahwa uji Chi-Square untuk melihat
besarnya nilai perbandingan data percobaan yang diperoleh dari persilangan yang
teoritis.
hipokotil P2, F1(2) ungu, dan warna hipokotil pada F2(1), F2(2), F2(3), dan
F2(4) ungu dan putih. Total penanaman yang tumbuh yaitu 70 dari 80 benih yang
ditanam. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan uji Chi-Square dan
diperoleh X2 hitung sebesar 2,425, maka X2 hitung (2,425) < X2 tabel (3,84) yang
artinya hasil percobaan sesuai (signifikan) dengan Hukum Mendel I. Hasil yang
untuk melihat besarnya nilai perbandingan data percobaan yang diperoleh dari
warna hipokotil P2, F1(1), dan F1(2) ungu, dan warna hipokotil pada F2(1),
F2(2), F3(3) dan F2(4) ungu dan putih. Total tanaman yang tumbuh yaitu 75 dari
80 benih yang ditanam. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan uji Chi-
Square dan diperoleh X2 hitung sebesar 5,033; maka X2 hitung (5,033) < X2 tabel
(3,84) yang artinya hasil percobaan tidak sesuai (tidak signifikan) dengan Hukum
Mendel I. Hasil yang tidak signifikan dapat disebabkan oleh jumlah warna
hipokotil putih dan ungu terlalu banyak dibandingkan yang diharapkan, akibatnya
X2 hitung yang diperoleh lebih besar dari X2 tabel. Menurut Darman (2008),
apabila X2 hitung lebih besar dari X2 tabel maka tidak sesuai dengan Hukum
tumbuhkan pada media seedbox berisi tanah telah membuktikan Hukum Mendel I.
Hal ini dikarenakan data yang diperoleh signifikan (sesuai dengan teori Hukum
Pratama, Bandung.
Amy, F. 2013. Pola Pewarisan Sifat Warna Polong pada Hasil Persilangan
Buhang, W.D., Nusantari, E. & Abdul, A., 2015. Analisis Kesulitan Siswa
Yogyakarta.
Welsh, J.R., 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Alih Bahasa
.
LAMPIRAN
Gambar 1. Media tanam berupa tanah Gambar 2. Benih kedelai yang ditanam
ACARA IV
PERSILANGAN DIHIBRID
Semester :
Genap 2018
Oleh :
Setya Arganto
A1D017179 / 10
PJ Acara : Yulia Caroline & Fajar Ilham H.
A. Latar Belakang
gamet yang berbeda. Hukum Mendel I yaitu the law of segregation of allelic
genes atau hukum pemisahan gen yang sealel menjelaskan bahwa dalam
gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlaianan akan berpadu secara bebas
Persilangan dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda.
seringkali terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang
disebabkan oleh adanya interaksi gen dan adanya gen homozigot letal.
Mendel II ini adalah lalat buah (Drossophila melanogaster). Lalat yang normal
kelabu, warna mata merah dan sayap lurus panjang. Variasi fenotip dari lalat ini
muncul akibat adanya perbedaan pada satu hingga tiga gen, misalnya warna mata
putih, sayap vestigial, tubuh ebony, dan masi banyak lagi yang lainnya. Praktikum
persilangan dihibrid ini menggunakan lalat buah (Drossophila melanogaster).
Morfologi lalat normal, lalat warna mata putih (lalat white), lalat sayap kecil atau
besar dan lalat tubuh ebony diamati. Selain itu, dilakukan juga perhitungan Chi-
B. Tujuan
mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara
bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Jadi, alel dengan gen sifat
yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang
menentukan tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling
yang sama yang memiliki dua sifat berbeda. Persilangan dihibrid sangat
genes atau pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini berlaku ketika
pembentukan gamet, gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika
meiosis. Hukum Mendel II disebut juga Hukum Asortasi. Dihibrid pun mengenal
persilangan tanaman biji atau kacang ercis. Sifat biji pertama berbentuk bulat dan
berwarna kuning, dan kedua sifat tersebut dominan terhadap sifat lainnya. Biji
merupakan hasil interaksi antara faktor genotip dengan lingkungan mahluk hidup.
Faktor-faktor fenotip ini dapat digunakan sebagai pembeda antara suatu individu
dalam suatu spesies, selain itu dapat digunakan untuk membedakan karakteristik
jenis aristat atau rambut yang memiliki 7-12 ruas dan pada ruas terakhir
Gambar 1. Bentuk mulut (A); Bentuk antena secara vertikal Drosophilla melanogaster
(B); Bentuk antena secara Horizontal (C); pedicel
Perbedaannya terletak pada warna mata facet, Drosophilla
(Gambar 2).
sayap depan dan sayap belakang. Pengamatan bagian lateral thoraks, yaitu
lateral dorsal skutum. Arah dorsal tampak warna dasar skutelum. Skutelum
dengan pola bercak (Gambar 3). Panjang dan pendek pada strain pm dan se
Gambar 4. Sayap Drosophilla melanogaster normal (A); sayap strain pm (B) dan
sayap Strain se (C); longitudinal (L1,2,3,4,5,6);posterio r (1p,2p,3p);
subcosta(S), ;median (M). (perbesaran 40x pada mikroskop stereo)
sayap. Sayap yang berkembang adalah sayap bagian depan. Sayap belakang
mengecil dan berubah menjadi alat keseimbangan yang disebut halter (Gambar 5).
Gambar 5. Halter pada Drosophilla melanogaster(A); struktur dari halter
(B);scabellum (a);pedicel (b) dan capitellum (c).(perbesaran 40x
pada mikroskop stereo)
(Gambar 6).
Gambar 6. Perbedaan abdomen jantan dan betina (A); alat reproduksi jantan (B);
letak ovipositor pada betina (C).(perbesaran 40x pada mikroskop
stereo)
pada betina hanya bercak hitam pada tiap ruasnya (Gambar 7).
Gambar 7. Perbedaan seksual antara jantan dan betina pada abdomen dan kaki
pada D. melanogaster (perbesaran 40x pada mikroskop stereo)
Perbedaan seksual jantan dan betina dapat dilihat pada bentuk ujung
abdomen dan kaki (Gambar 7). Bentuk ujung posterior abdomen betina
melengkung kebawah menuju titik lancip dibagian tengah belakang dan pada ruas
memendek, pada ruas no 5 dan 6 memiliki warna hitam, pada bagian kaki jantan
tarsus memiliki sexcomb, bagian luar dari alat genital jantan memiliki warna
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah lalat Drosophila
melnogaster, plastic bening , chloroform, kapas dan lembar pengamatan. Alat
yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah lup dan alat tulis .
C. Prosedur Kerja
A. Hasil
Keterangan
Gambar Keterangan Literatur
Pengamatan
+ se, b
+ +
F1 ,
𝑠𝑒 𝑏
++ ++
F2: 𝑠𝑒 𝑏 𝑠𝑒 𝑏
++ ++
+b +b
se + se +
se b se b
++ +b se + se b
++ ++ ++ ++
++
++ +𝑏 𝑠𝑒 + 𝑠𝑒 𝑏
++ +𝑏 ++ +𝑏
+b 𝑠𝑒 𝑏
+𝑏 +𝑏 𝑠𝑒 𝑏
++ ++ 𝑠𝑒 + 𝑠𝑒 +
se +
𝑠𝑒 + 𝑠𝑒 𝑏 𝑠𝑒 + 𝑠𝑒 𝑏
++ +𝑏 𝑠𝑒 + 𝑠𝑒 𝑏
se b
𝑠𝑒 𝑏 𝑠𝑒 𝑏 𝑠𝑒 𝑏 𝑠𝑒 𝑏
++ ++ + + + + + 𝑏 + 𝑏 𝑠𝑒 + 𝑠𝑒 + 𝑠𝑒 𝑏
Genotipe: ; ; ; ; ; ; ; ;
++ +𝑏 𝑠𝑒 + 𝑠𝑒 𝑏 + 𝑏 𝑠𝑒 𝑏 𝑠𝑒 + 𝑠𝑒 𝑏 𝑠𝑒 𝑏
: 1:2:2:4:1:2:1:2:1
Fenotipe:
Mata Merah Mata Merah Mata Coklat Mata Coklat
95
Tabel 2. Uji Chi-Square
N Se b se b Σ
Observasi
150 46 46 14 256
(O)
(|𝐎 − 𝐄|)𝟐 36 4 4 4
𝐄 144 48 48 16
X2 tabel: 7.81
Kesimpulan: X2 hitung (0,66) < X2 tabel (7,81), maka H0 diterima dan H1 ditolak,
: 3 : 3 : 1.
B. Pembahasan
Persilangan dihibrid adalah perkawinan antara dua individu dari spesies yang
sama yang memiliki dua sifat berbeda. Contoh persilangan dihibrid misalnya
dalam persilangan tanaman biji atau kacang ercis. Sifat biji pertama berbentuk
bulat dan berwarna kuning, dan kedua sifat tersebut dominan terhadap sifat
lainnya. Biji kedua berbentuk kisut dan berwarna hijau (Akbar et al, 2015).
Penyebaran gen dapat terjadi jika ada persilangan atau perkawinan antar
96
terdapat dua macam persilangan yaitu persilangan monohibrid dan persilangan
karena pada persilangan dihibrid melibatkan dua lokus (Wijayanto et al, 2013).
Yatim (2003) juga menyatakan bahwa persilangan dihibrid yakni persilangan dari
adalah menghasilkan keturunan dengan sifat sifat yang baik dan juga
hukumnya yang ke II disebut Hukum Pengelompokan Gen secara bebas ( the law
percobaan Mendel tentang persilangan dihibrid (dua sifat beda) yang mana terjadi
empat macam pengelompokkan dari dua pasang gen. Hukum ini menyatakan
bahwa gen-gen dari sepasang alel memisah secara bebas ketika berlangsung
2012).
Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, gen sealel secara bebas pergi ke
97
Asortasi. Sama halnya dengan monohibrid, dihibrid pun mengenal sifat dominan
dengan Hukum Mendel II. Hukum mendel II atau dikenal dengan the law
dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen yang berada dalam satu
alel akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang bukan
membentuk gamet M dan T, dan individu mmtt akan membentuk gamet m dan t.
Pada individu MmTt, yang menghasilkan gamet MT, Mt, mT dan gamet mt akan
terlihat bahwa gen MT, Mt, mT dan gen mt akan dipisahkan (disegregasi) dan
Mendel II. Fauzi & Corebima (2016) menyatakan bahwa secara garis besar,
lain.
hidup lalat buah yang sangat pendek yaitu sekitar 10 hingga 15 hari tergantung
pendek siklus yang dapat dicapai, namun suhu diatas 30°C yang terus menerus
98
dapat mengakibatkan sterilnya lalat buah tersebut, bahkan dapat berakibat
kematian. Menggunakan uji chi square yaitu untuk mengetahui pengujian pada
lalat buah dengan berbagai karakteritik yang diamati sesuai atau tidak dengan
Hukum Mendel II
perubahan genetik baik sejumlah gen atau susunan kromosom maupun gen
yang dihasilkan. Mutasi dapat terjadi pada setiap bagian dan pertumbuhan
tanaman, namun lebih sering terjadi pada bagian sel yang aktif membelah,
macam strain, telah berhasil ditemukan 85 macam strain yang menyimpang dari
tipe normal (wild type). Salah satu contohnya adalah strain sepia dan plum, yang
et al, 2017).
yaitu strain Sepia (Se), Rough (Ro), Vestigial (Vg), dan Dumphi (Dp). Ciri
morfologi pada Drosophila melanogaster strain Sepia (Se), Rough (Ro), Vestigial
99
(Vg), dan Dumphi (Dp) berbeda pada warna mata, warna badan dan posisi sayap
1. Strain Se : warna mata coklat, badan berwarna terang dan sayap panjang
2. Strain Ro: warna mata merah kasar, tubuh coklat, sayap membentang
menutup tubuh.
3. Strain Vg: warna mata merah, tubuh coklat sayap pendek merentang dan
keriting.
4. Strain Dp: warna mata merah cerah, tubuh kuning kecoklatan, sayap terbuka
Lalat buah ini mempunyai mata putih. Seperti lalat buah mata orange,
mereka juga dipengaruhi oleh ‘gen putih’. Lalat buah ini ‘gen putih’ sepenuhnya
2. Dumpy
Sayap lebih pendek hingga dua pertiga panjang normal dengan ujung sayap
tampak seperti terpotong. Bulu pada dada tampak tidak sama rata. Sayap pada
100
Gambar 9. Lalat Dumpy
3. Ebony
Lalat ini berwarna gelap , hampir hitam dibadannya. Adanya suatu mutasi
pada gen yang terletak pada kromosom ketiga. Secara normal fungsi gen tersebut
berfungsi untuk membangun pigmen yang memberi warna pada lalat buah
4. Curly
Sayap pada lalat berbentuk keriting. Terjadi mutasi gen pada kromosom
kedua. Sayap-sayap ini menjadi keriting karena adanya suatu mutasi dominan,
yang berarti bahwa satu salinan gen diubah dan menghasilkan adanya kelainan
101
Gambar 11. Lalat Curly
5. Eyemissing
tubuhnya, sehingga yang harusnya diintruksi sel di dalam larva untuk menjadi
6. Miniature
Sayap berukuran sangat pendek. Lalat dengan sayap vestigial ini tidak
mampu untuk terbang. Lalat ini memiliki kecacatan dalam gen vestigial. Lalat ini
7. Black
Seluruh tubuhnya berwarna hitam akibat adanya kerusakan pada gen pada
102
Gambar 14. Lalat Black
Hasil yang diperoleh dari praktikum kali ini tentang persilangan dihibrid,
betina memiliki mata berwarna merah, tubuh berwarna hitam, tubuh lebih besar
dan segmennya bergaris hitam tipis sedangkan pada morfologi lalat jantan
matanya berwarna merah, badan berwarna hitam, warna abdomen coklat muda,
bentuk abdomen posterior tumpul, dan segmennya bergaris warna hitam pekat
pada ujungnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Barror (1998) menyatakan
bahwa Lalat buah ini memiliki sigmen bermata merah dan warna badan hitam.
frekuensi pasangan alel pada persilangan dihibrid yaitu keterkaitan antar dua
lokus. Keterkaitan tersebut didasarkan pada jarak antar kedua lokus. Dua lokus
dikatakan terkait sempurna jika letak kedua lokus tersebut berdekatan pada
kromosom yang sama, sedangkan dua lokus dikatakna tidak terkait jika terletak
pada kromosom yang sama tetapi jarak antara keduanya jauh atau kedua lokus
X^2=(|O-E|)^2/E
103
O = Observasi dan E = Ekspektasi. Kriteria pengujiannya adalah jika X2 hit
> X2 tabel, maka Ho ditolak. Chi-Square (X^2) tabel yang digunakan adalah 7,81
Sementara itu X^2 hitungnya adalah 0,66 (John, 1971). Jika X^2 hitungnya lebih
kecil dibandingkan X^2 tabelnya, maka Ho atau hipotesis awalnya diterima, maka
dari itu rasio perbandingan yang didapat dalam simulasi persilangan tersebut
sesuai dengan teori atau signifikan. Penyebab terdapat data yang signifikan atau
tidak signifikan tersebut adalah karena persilangan adalah kejadian acak sehingga
tercipta berbagai peluang kejadian hasil persilangan yang dapat menyebabkan data
104
V. SIMPULAN
hitung 0,66, sedangkan nilai X2 tabel 7,81 dengan hasil tersebut didapatkan
kesimpulan nilai X2 hitung < nilai X2 tabel maka menunjukkan hasil yang
DAFTAR PUSTAKA
105
Akbar, R. T., S. Hardhienata & A. Maesya. 2015. Implementasi sistem hereditas
menggunakan metode persilangan hukum mendel untuk identifikasi
pewarisan warna kulit manusia. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang
Ilmu Komputer/Informatika. 1(1) : 1-13.
Amelia, R. 2016. Pengaruh Persilangan Strain Wild Type (N) Dengan White
(W) Terhadap Jumlah Turunan F2 Lalat Buah (Drosophila sp). Skripsi.
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Palangkaraya, Palangkaraya.
Yogyakarta.
Faradilla, F. M. 2008. Mutasi Induksi Melalui Sinar Gamma Pada Dua Kultivar
Anthurium andreanum (A. andreanum 'Mini' dan A. andreanum 'Holland').
Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fauzi, Ahmad. Dan Aloysius Duran Corebima. 2016. Pemanfaatan Drosophila
melanogaster sebagai organisme model dalam mengungkap
berbagai fenomena penyimpangan rasio mendel. Prosiding Seminar
Nasional Biologi. p:278-282.
Karmana, I. W. 2010. Pengaruh macam strain dan umur betina terhadap jumlah
turunan lalat buah (Drosophila melanogaster). Jurnal Ganec Swara. 4(2): 4-
6.
106
Russell, P.J.1994. Foundamental of Genetics. Harper Collins College Publishers.
New York
107
LAMPIRAN
108
109
110
111
LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN
ACARA V
PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL
Semester :
Ganjil 2018
Oleh :
Setya Arganto
A1D017179 / 10
PJ Acara : Dea Johana dan Dewi Puspitasari
112
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh Gregor Mendel pada tahun 1865. Teori ini diajukan berdasarkan penelitian
hukum Mendel memilih tanaman sifat biologi yang mudah diamati. Berbagai
alasan dan keuntungan menggunakan tanaman kapri yaitu, (a) tanaman kapri tidak
hanya memiliki bunga yang menarik, tetapi juga memiliki mahkota yang tersusun
sehingga melindungi bunga kapri terhadap fertilisasi oleh serbuk sari dari bunga
lain. Hasilnya tiap bunga menyerbuk sendiri secara alami; (b) penyerbukan silang
dapat dilakukkan secara akurat dan bebas, dapat dipilih mana tetua jantan dan
betina yang diinginkan; (c) Mendel dapat mengumpulkan benih dari tanaman
(sifat) keturunannya.
kita melihat hasil persilangan yang tidak seperti kita harapkan, sebagaimana tidak
dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Terutama faktor dari makhluk hidup yang
bersilangan tersebut.
individu yang bervariasi. Beberapa ciri tampak menyatu, tetapi seringkali hilang,
113
dan muncul pada generasi berikutnya. Terdapat individu yang tampak sama
yang sama sekali berbeda dengan individu asal. Interaksi dimana yang satu
mengalahkan atau menutupi pekerjaan gen lain yang bukan sealel. Gen yang
B. Tujuan
Mendel.
114
II. TINJAUAN PUSTAKA
masing sifat yang dipelajari adalah tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji, dan
lain-lain yang bersifat dominan dan resesif. Mula-mula Mendel mengamati dan
menganalisis data untuk setiap sifat, dikenal dengan istilah monohibrid. Selain itu
Mendel juga mengamati data kombinasi antar sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat
Sifat organisme dikendalikan oleh gen yang dapat diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Setiap sifat dikendalikan oleh sepasang alel yang
terdapat pada satu lokus dari suatu kromosom. Antara dua alel pada satu lokus
persilangan antara dua tetua homozigot yang berbeda akan diperoleh F1 yang
dengan fenotip tetua dominan, tetapi dala kasus alel kodominan genotip F1 yang
1987).
Genotip maupun fenotip yang dihasilkan oleh Mendel akan terpenuhi jika
setiap sifat hanya ditentukanoleh alel dalam satu lokus. Alel dalam setiap lokus
bersegregasi bebas dengan lokus lain, dan gen-gen terdapat pada inti. Pada kasus-
: 4; 15 : 1; 12 : 3 : 1 (Welsh, 1991).
115
Menurut Nusantari (2011) yang menyatakan bahwa fenomena yang tidak
Pada tahun 1906, Bateson dan Punnet menemukan bahwa pada persilangan dapat
berbunga ungu yang serbuk sarinya lonjong dengan bunga merah yang serbuk
sarinya bulat. Rasio fenotif dari keturunan ini menyimpang dari Hukum Mendel
3 : 1 (Corebima,1997).
penyimpangan semua Hukum Mendel. Hal ini disebabkan interaksi antargen yang
dengan tanman gandum menemukan kejadian yang terkenal sebagai epistasis dan
hipostasis.
resesif, dan epistasis dominan dan resesif. Epistasis dominan terjadi jika suatu gen
bersifat epistasis terhadap gen lain jika bersifat dominan alelnya. Epistasif resesif,
gen akan bersifat epistasis jika dalam keadaan resesif terhadap alelnya. Sedangkan
pada epistasis dominan dan resesif terjadi jika pada suatu ciri yang dikendalikan
oleh dua gen dan terdapat epistasis dominan dan resesif (Crowder, 1986).
116
III. METODE PRAKTIKUM
kantong plastik dan kancing warna. Alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah lembar pengamatan dan alat tulis. Perhatikan penggunaan alat dan bahan
C. Prosedur Kerja
hingga homogen.
3. Kancing diambil sebanyak 90x dan 160x, kemudian dicatat pada lembar
117
4. Data dianalisa dengan uji X2.
118
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Observasi 70 15 5 90
(O)
Harapan (E) 12/16 x 90 = 67,5 3/16 x 90 = 1/16 x 90 90
16,875 =5,625
(|𝑂 − 𝐸|)2 (|70 − 67,5|)2 (|15 − 16,875|)2 (|5 − 5,625|)2 0,35
𝐸 67,5 16,875 5,625
X2 hitung (0,35) < X2 tabel (5,99) maka H0 diterima H1 ditolak, sehingga hasil
perbandingan 12 : 3 : 1.
119
Kesimpulan:
dengan perbandingan 12 : 3 : 1.
Observasi (O) 10 51 29 90
Harapan (E) 9/16 x 90 = 50,6 3/16 x 90 = 16,9 4/16 x 90 = 22,5 90
Kesimpulan:
X2 hitung (103,3) > X2 tabel (5,99) maka H0 ditolak H1 diterima, sehingga hasil
dengan perbandingan 9 : 3 : 4.
120
Kesimpulan:
X2 hitung (132,1) > X2 tabel (5,99) maka H0 ditolak H1 diterima, sehingga hasil
dengan perbandingan 9 : 3 : 4.
121
Kesimpulan:
Harapan (E) 15 1 90
x 90 = 84,375 16
x 90 = 5,625
16
( |O – E| - ½ )2 2 2 0,00296
(|85 − 84,375| − 1⁄2) (|5 − 5,625| − 1⁄2)
E
84,375 5,625
Kesimpulan:
122
Kesimpulan:
X2 hitung (2,16) < X2 tabel (3,84) maka H0 diterima H1 ditolak, sehingga hasil
X2
0,741 0,952 1,69
Kesimpulan :
X2 Hitung (1,69) < X2 tabel (3,84), maka H0 diterima dan H1 ditolak sehingga
Tabel 10. Uji X2 Epstasis Resesif Duplikat (9: 7) pengambilan 160 kali
Karakteristik yang diamati
Coklat Hitam Jumlah
Observasi (O) 86 74 160
Harapan (E) 9 7
× 160 = 90 × 160 = 70 160
16 16
( |O – E| - ½ )2 |86−90| |74−70|
E ( 90
− 0,5)2 ( 70
− 0,5)2 0,311
123
Kesimpulan :
X2 Hitung (0,311) < X2 tabel (3,84), maka H0 diterima dan H1 ditolak sehingga
Tabel 11.Uji X2 Gen Duplikat dengan Efek Kumulatif (9:6:1) pengambilan 90 kali
Karakteristik yang Diamati
Hijau Coklat Hitam Jumlah
Observasi (O) 40 42 8 90
Harapan (E) 6/16 x 90 = 9/16 x 90 = 1/16 x 90 = 90
33,75 50,625 5,625
(|𝑂 − 𝐸|)2 (|40 − 33,75|)2 (|42 − 50,625|)2 (|8 − 5,625|)2 3,61
𝐸 33,75 50,625 5,625
X2 1,15 1,46 1,00 3,61
Kesimpulan :
X2 hitung (3,61) > X2 tabel (5,99), maka H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga
hasil percobaan sesuai dengan penyimpangan hukum mendel gen duplikat dengan
X2 hitung (3,11) > X2 tabel (5,99), maka H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga
hasil percobaan sesuai dengan penyimpangan hukum mendel gen duplikat dengan
124
B. Pembahasan
'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
rasio fenotip yang berbeda dengan dasar dihibrid menurut Hukum Mendel.
Hukum Mendel terjadi karena adanya beberapa gen yang berinteraksi antara satu
prinsip dasarnya masih sesuai dengan prinsip-prinsip Mendel. Oleh karena itu,
keadaan ini sering juga disebut sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel
yang menyimpang dari Hukum Mendel. Bentuk interaksi antar gen yang
125
Epistasis dominan terdapat satu gen dominan yang bersifat epistasis. Misalnya
warna umbi lapis pada bawang (Allium sp.) merupakan gen untuk umbi merah dan
B merupakan gen untuk umbi kuning. Gen merah dan kuning dominan terhadap
(Merah) (Kuning)
F1 :
AaBb
(Merah)
Peristiwa epistasis resesif terdapat suatu gen resisif yang bersifat epistasis
terhadap gen dominan yang bukan alelnya (pasangannya). Gen resesif tersebut
harus dalam keadaan homozigot, contohnya pada pewarisan warna rambut tikus.
126
menentukan enzim penghambatan munculnya warna. Gen C bersifat epistasis.
Jadi, tikus yang berwarna hitam memiliki gen C dan A. Contoh persilangannya
(Hitam) (Putih)
Gamet : CA ca
F1 : CcAa
(Hitam)
9 C_A_ : hitam
3 C_aa : abu-abu
3 ccA_ : putih
1ccaa : putih
terjadi karena terdapat dua gen dominan tersebut. Peristiwa ini mengakibatkan
fenotip IICC dikawinkan dengan ayam white silkre berwarna putih yang
beda yang berdiri sendiri. Namun hal tersebut mempengaruhi bagian yang sama
pada suatu organisme. Peristiwa polimeri pertama kali ditunjukkan oleh Nelson-
Ehle melalui percobaan persilangan antara gandum berbiji merah dengan gandum
127
Epistasis resesif duplikat (komplementer) adalah gen-gen yang berinteraksi dan
memunculkan karakter (fenotip) tertentu. Sebaliknya, jika salah satu gen tidak
hadir maka pemunculan karakter (fenotip) tersebut akan terhalang atau tidak
sempurna. Pemunculan suatu pigmen merupakan hasil interaksi dua gen yaitu C
berada bersama dengan gen dominan lainnya, dan akan terlihat bila berdiri sendiri.
murni dengan yang berbunga putih juga galur murni. Dalam persilangan tersebut
Polimeri adalah pembastaran heterozigot dengan banyak sifat beda yang berdiri
(fenotip) tertentu. Sebaliknya, jika salah satu gen tidak hadir maka pemunculan
karakter (fenotip) tersebut akan terhalang atau tidak sempurna. Perhatikan contoh
128
berikut. Pemunculan suatu pigmen merupakan hasil interaksi dua gen, yaitu gen C
Epistasis dan hipostasis merupakan salah satu bentuk interaksi gen dalam hal ini
gen dominan mengalahkan gen dominan lainnya yang bukan sealel. Gen dominan
yang menutup ekspresi gen dominan lainnya disebut epistasis, sedangkan gen
dominan yang tertutup itu disebut hipostasis. Peristiwa epistasis dan hipostasis
terjadi pada warna umbi lapis pada bawang (Allium sp.), warna kulit gandum,
warna bulu ayam, warna rambut mencit, dan warna mata pada manusia. Peristiwa
epistasis dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu epistasis dominan, epistasis resesif,
biasanya disebabkan oleh gen resesif atau gen komplementer. Atavisme adalah
generasi. Hal ini disebabkan adanya kesempatan berbagai gen untuk melakukan
sifat atau perilaku sebelumnya, setelah hilang untuk jangka waktu yang lama.
seseorang yang sudah lama tidak muncul pada generasi yang sebelumnya (Rifa’i,
2004). Berbeda dengan persilangan yang dilakukan oleh Mendel dengan kacang
ercisnya maka sifat dua buah bentuk jengger dalam satu ayam sangatlah ganjil.
Dengan adanya interaksi antara dua gen dominan dan gen resesif seluruhnya akan
menghasilkan variasi fenotipe baru, yakni ros dan pea. Gen dominan R yang
berinteraksi dengan gen resesif P akan menghasil- kan bentuk jengger ros dan gen
129
resesif r yang bertemu dengan gen dominan P akan menghasilkan bentuk jengger
1. Interaksi gen
tertentu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak
merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen non alelik. Apabila ada
dua pasang gen bekerjasama sehingga membentuk suatu fenotip baru (Rochmah
dkk, 2009).
Gen letal atau gen kematian adalah gen yang dalam keadaan homozigotik
dapat menyebabkan kematain individu yang dimilikinya. Ada gen letal yang
bersifat dominan dan ada pula yang resesip. Gen letal ialah gen yang dapat
pada masa embrio atau beberapa saat setelah kelahiran. Akan tetapi, adakalanya
pula terdapat sifat subletal, yang menyebabkan kematian pada waktu individu
yang bersangkutan menjelang dewasa. Ada dua macam gen letal, yaitu gen letal
3. Tautan
autosomal merupakan gen – gen pada kromosom yang sama tidak dapat
130
merupakan gen yang terletak pada kromosom kelamin dan sifat yang
terdiri dari gen tertaut kromosom X dan gen tertaut kromosom Y. tautan
adanya pindah silang. Sebaliknya tautan yang bersifat lemah dapat menimbulkan
secara acak dalam kantong plastik hitam dengan tiga jenis sebanyak 90x dan
resesif duplikat, dan gen duplikat dengan efek kumulatif) serta hipotesis diterima
atau ditolak. Penentuan hipotesis diterima atau ditolak yaitu dengan menggunakan
yaitu Putih (P), Hitam (H), Merah (M). Harapannya (P) 67,5; (H) 16,875; (M)
sebanyak 160x, harapannya (P) 120; (H) 30; (M) 10. X2 hitung (5,71) < X2 tabel
5,99 maka signifikan. Artinya hasil pengujian sesuai dengan epistatis dominan
131
Percobaan ke 2 yaitu kantong isi kancing warna, dengan menggunakan 3 fenotip,
yaitu Cokelat (C), Kuning (K), Hijau (H). Harapannya (C) 50,6; (K) 16,9; (H)
hitung (103,3) < X2 tabel 5,99 maka signifikan. Sementara pengambilan sebanyak
160x, harapannya (C) 90; (K) 30; (H) 40. X2 hitung (132,1) < X2 tabel 5,99 maka
yaitu Cokelat (C), Hitam (H). Harapannya (C) 73,12; (H) 16,87 yang merupakan
160x, harapannya (C) 130; (H) 30. X2 hitung (0,0923) < X2 tabel 3,84 maka
signifikan. Artinya hasil pengujian sesuai dengan epistasis dominan resesif pada
yaitu Hijau (H1), Hitam (H2). Harapannya (H1) 84,375; (H2) 5,625 yang
sebanyak 160x, harapannya (K) 150; (M) 10. X2 hitung (2,16) < X2 tabel 3,84
maka signifikan. Artinya hasil pengujian sesuai dengan epistasis dominan duplikat
yaitu Coklat (C), Hitam (H). Harapannya (C) 50,625; (H) 39,375 yang merupakan
132
epistasis resesif duplikat. Percobaan pengambilan sebanyak 90x X2 hitung (1,69)
harapannya (P) 90; (C) 70. X2 hitung (0,311) < X2 tabel 3,84 maka signifikan.
yaitu Hijau (H1), Coklat (C), Hitam (H2). Harapannya (H1) 33,75; (C) 50,625;
(H2) 5,625 yang merupakan gen duplikat dengan efek kumulatif. Percobaan
pengambilan sebanyak 90x X2 hitung (3,61) < X2 tabel 5,99 maka signifikan.
Sementara pengambilan sebanyak 160x, harapannya (H1) 60; (K) 90; (H2) 10. X2
hitung (3,11) < X2 tabel 3,84 maka signifikan. Artinya hasil pengujian sesuai
Mendel (9 : 6 : 1).
dilakukan secara acak dengan 2 atau 3 fenotip semua nilai X2 hitung lebih kecil
dari X2 tabel sehingga hasil yang didapatkan signifikan atau sesuai dengan
133
15 : 1 (Polimeri atau Epistasis dominan duplikat). Hal ini karena ada interaksi
yang dilakukan sesuai prosedur dan diterapkan dengan baik. Perhitungan pada uji
kemungkinan bisa sesuai karena induk pasangan dalam kondisi normal sehingga
134
V. SIMPULAN
menghasilkan rasio fenotif yang berbeda dengan dasar monohobrid atau dihibrid
menurut Hukum Mendel. Penyimpangan Hukum Mendel ini terjadi karena adanya
2 pasang gen atau lebih saling memengaruhi dalam memberikan fenotipe pada
disebut interaksi gen yang merupak suatu proses terjadinya pembentukan gen.
135
DAFTAR PUSTAKA
Sriwijaya.
Yogyakarta.
Nusantari, E. 2011. Analisis dan penyebab mikonsepsi pada materi genetik buku
Jakarta.
136
LAMPIRAN
Gambar 2. Polybag.
137
Lampiran 9. Lampiran acc acara 5
138
139
140
141
142
143
144
145
146
LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN
ACARA VI
Semester :
Ganjil/2018
Oleh :
Setya Arganto
A1D017179
PJ Acara : Fia Arnita Arvianti dan Nada Selfia
147
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keturunan dimulai sejak purbakala, ketika para petani mengetahui bahwa hasil
beberapa sifat yang baik pada tumbuhan dan hewan dapat diwariskan dari satu
Ilmu genetika membuat kita tertarik pada nisbah fenoitpe dan genotipe dari
keturunan yang dihasilkan dari keturunan tertentu. Hal ini meliputi persilangan
kemudian dibuahi sendiri atau saling disilangkan (intercross) dengan F1 yang lain
resesif dalam suatu uji silang (testcross). Analisis nisbah F1, F2 danuji silang
dapat digunakan untuk menetukan dominasi, jumlah gen yang mengatur suatu
evolusi dari suatu populasi dengan tujuan memperbaiki sifat dari tanaman
tersebut, yang menarik bagi pemulia tanaman yaitu frekuensi gen yang mengatur
148
ketahanan penyakit dalam populasi itu. Pengertian tentang susunan genetik
B. Tujuan
149
II. TINJAUAN PUSTAKA
fisiologi pada setiap organisme. Gen pada makhluk hidup memiliki perangkat
dasar yang sama, tetapi memiliki susunan yang berbeda. Hal ini menyebabkan
Perbedaan tersebut akan menghasilkan variasi pada suatu spesies. Sifat fenotipe
makhluk hidup merupakan sifat hasil ekspersi gen yang terlihat (Crowder, 1986).
yang berbeda-beda terhadap kondisi lingkungan yang saat ini juga sangat
fluktuatif. Keanekaragaman gen yang besar diperlukan agar populasi suatu spesies
dapat beradaptasi dan bertahan hidup. Hanya populasi yang memiliki derajat
keanekaragaman genetik yang tinggi yang akan dapat beradaptasi karena memiliki
lebih banyak variasi alel yang dapat berfungsi, sedangkan populasi dengan variasi
genetik yang rendah cenderung memiliki resiko tinggi untuk punah (Crowder,
1986).
dalam suatu populasi adalah kumpulan individu sejenis atau memiliki spesies
yang sama, yang hidup di tempat sama dan kurun waktu yang sama pula. Contoh
suatu populasi adalah populasi ikan di kolam, populasi pohon kelapa di kebun,
populasi padi di sawah, dan sebagainya. Ukuran populasi berubah setiap waktu.
150
Perubahan ukuran populasi dinammakan dinamika populasi. Adanya dinamika
populasi karena jumlah individu dalam suatu populasi tidak sama setiap waktu.
(Syamsuri, 2004).
frekuensi alel dalam populasi akan tetap dalam keseimbangan yang stabil, yaitu
tidak berubah dari generasi ke generasi berikutnya. Gamet yang terbentuk akan
sebanding dengan frekuensi masing-masing alelnya dan frekuensi tiap tipe zigot
akan sama dengan hasil kali dari frekuensi gamet-gametnya (Stanfield dan susan,
2008).
acak (panmiktis).
(migrasi).
151
4. Tidak ada mutasi dari satu alelik kepada yang lain. Mutasi
2008).
tertentu merupakan pengaruh dari gen-gen ganda. Poligen merupakan salah satu
dari seri gen ganda yang menentukan pewarisan secara kuantitatif (Suryo, 1983).
152
III. METODE PRAKTIKUM
Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum acara VI digunakan untuk
praktikum yaitu kancing warna dan kacang tanah. Alat yang digunakan pada saat
praktikum yaitu kantong plastik, neraca (timbangan elektrik) kalkulator, dan alat
tulis.
C. Prosedur Kerja
1. Percobaan 1
153
2. Percobaan 2
3. Percobaan 3
154
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
155
X2 tabel = 5,99
Kesimpulan :
X2 hitung (0,59) < X2tabel (5,99), maka hasil percobaan signifikan dengan
perbandingan 1 : 2 : 1.
2. Percobaan 2
Frekuensi genotip
pp = (p)2 x 100% qq = (q)2 x 100%
2
pp = (0,43) x 100% qq = (0,57)2 x 100%
pp = 18,49% qq = 32,49
2pq = 2 (p) (q) x 100% ∑ = pp2 + 2pq + qq2
2pq = 2 (0,43) (0,57) x 100% = 18,49% + 49,02% +
32,49%
2pq = 49,02% = 100%
Perbandingan
pp% : 2pq% : qq%
18,49% : 49,02% : 32,49%
1 : 2: 1
Frekuensi alel
p2 + 2pq + q2 =1 p+q=1
p+q =1 p=1–q
q =2 p = 1 – 0,57
= 32
q2 p = 0,43
200
q2 =
√0,32
q = 0,57
Tabel X2
MM Mm mm ∑
O 27 41 31 1
00
E 1 2 1 2
× 100 = 25 × 100 = 50 × 100 = 25 00
4 4 4
(|𝑂 − 𝐸|)2 (|27 − (|41 − 50|)2 = 81 (|22 − 1
25|)2 = 4 25|)2 = 9 34
(|𝑂 − 𝐸|)2 1 25 16
𝐸 50 100 50
X2 0,2 1,6 2 3
,8
X2 tabel = 5,99
Kesimpulan :
X2 hitung (3,8) < X2tabel (5,99), maka H0 diterima dan H1 ditolak sehingga
hasil pengujian signifikan
156
3. Percobaan 3
30
25
20
jumlah
15
10
0
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
Bobot kacang tanah
B. Pembahasan
kromosom yang dapat tampak dari luar. Setiap susunan gen akan memberikan
fenotipe, baik anatomi maupun fisiologi pada setiap organisme. Gen pada
makhluk hidup memiliki perangkat dasar yang sama, tetapi memiliki susunan
yang berbeda. Hal ini menyebabkan setiap makhluk hidup memiliki fenotipe
157
pada suatu spesies. Sifat fenotipe makhluk hidup merupakan sifat hasil ekspersi
gen yang terlihat Sedangkan,Alel adalah salah satu dari dua atau lebih versi gen.
Seorang individu mewarisi dua alel untuk setiap gen, satu dari setiap orangtua.
Biasanya alel adalah urutan DNA yang mengkode gen, tapi kadang-kadang istilah
Frekuensi gen adalah frekuensi kehadiran suatu gen pada suatu populasi
proporsi ataupun perbandingan keseluruhan salinan gen dari suatu varian gen
tertentu (alel). Frekuensi alel merupakan jumlah salinan suatu alel tertentu dibagi
dengan kjumlah salinan keseluruhan alel pada suatu lokus dalam suatu populasi.
Hardy dan Weinberg menyatakan bahwa frekuensi gen dan frekuensi alel dari
variasi gen dari setiap organisme yang berkumpul dan membentuk suatu lungkang
Bila frekuensi gen dan frekuensi alel dalam suatu populasi selalu konstan dari
generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah
satu saja dari syarat tidak terpenuhi maka frekuensi gen dan frekuensi alel
berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami evolusi. Dengan
kata lain asas Hardy-Weinberg berlaku jika frekuensi gen dan frekuensi alel tetap
seimbang, maka baik frekuensi alel atau genotipe akan konstan dari generasi ke
158
generasi. Selanjutnya ilmuan itu disebut sebagai prinsip keseimbangan Hardy-
Weinberg. Seperti diketahui, fenotipe yang berbeda sering kali mempunyai nilai
ekonomis yang berbeda, dan apabila ini terjadi maka diharapkan untuk mengubah
tersebut mengontrol fenotipe yang diinginkan dan mengurangi alel yang tidak
diinginkan. Jika alel yang diinginkan ditetapkan (F=100%) dan alel yang tidak
• Populasi itu tidak terbatas besarnya dan melakukan secara acak (panmiktis).
• Tidak terdapat seleksi, yaitu setiap genotype yang dipersoalkan dapat bertahan
• Tidak ada mutasi dari satu alelik kepada yang lain. Mutasi diperbolehkan jika
• Terjadi meiosis normal, sehingga hanya peluang yang menjadi faktor operatif
dengan pengaruh yang kecil/lemah (minor gene). Selain itu, diasumsikan pula
bahwa tidak hanya sedikit gen yang mengendalikan suatu sifat melainkan banyak
gen. Karena itu, sifat kuantitatif sering dasamakan dengan sifat poligenik.
159
dengan jumlah seluruh individu. Setiap individu memiliki sifat-sifat kualitatif dan
pengaruh dari gen-gen ganda (multiple gen atau poligen). Poligen merupakan
salah satu dari seri gen ganda yang menentukan pewarisan secara kuantitatif
(Suryo, 1984).
Tanaman ada sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Sifat kualitatif umumnya
genotip inilah kekhususan suatu populasi dapat diketahui. Dengan adanya karakter
pada percobaan 1 yang menggunakan kancing warna merah (GG), kuning (Gg)
dan putih (gg) didapatkan frekuensi alelnya sebanyak 0,5 ; frekuensi genotip nya
dengan perbandingan 25% : 50% : 25% serta X2 hitungnya 0 yang berarti hasil
berisi kancing berwarna merah dan putih dengan frekuensi alelnya merah (GG)
21, merah putih (Gg) 46, dan putih (gg) 33 sehingga jumlah frekuensi alelnya
160
32,9% serta X2 hitungnya 1,6 yang berarti pengujian signifikan. Pada percobaan 3
yang menggunakan kacang tanah yang diambil secara acak, didapatkan hasil
bobot kacang tanah yang bervariasi yaitu 0,2 g ; 0,3 g ; 0,4 g ; 0,5 g ; 0,6 g ; 0,7 g
;dan 0,8 g serta jumlah masing-masing bobotnya sebanyak 4, 13, 24, 28, 22, 7,
dan 2. Data tersebut dibuat sebuah grafik kualitatif dan hasilnya menunjukan
grafik yang seperti mengerucut seperti gunung dengan titik puncak grafik berada
pada bobot 0,5 gram dengan frekuensi sebanyak 28 jadi didapatkan rata-rata
sebesar 0,4 – 0.5. Bobot rata-rata kacang tanah varietas gajah sendiri menurut
bahwa sifat kuantitatif merupakan sifat yang dapat dihitung, misalnya tinggi,
berat, hasil dan lain-lain. Sifat kuantitatif dapat dianalisis dengan menduga
parameter seperti rerata, varian dan simpangan baku. Sifat kualitatif mempunyai
nilai yang lebih penting daripada sifat kuantitatif, sebab sifat kuantitatif terkadang
mempunyai kisaran yang luas terutama pada sifat yang berasal dari bgian
bahwa sifat kuantitatif pada tanaman kacang tedapat perbedaan rataan berat dapat
sama dengan 1. Hal ini sesuai dengan Hukum Hardy-Weinberg, sehingga pada
+ q2. Hubungan tersebut tetap, tidak peduli besarnya frekuensi alel permukan,
161
yaitu frekuensi genotip pada saat keseimbangan hanya tergantung dari frekuensi
genotip dari populasi asal. Keseimbangan dapat tercapai dalam satu generasi;
kemudian frekuensi alel dan genotip tidak berubah dari satu generasi ke generasi
162
V. KESIMPULAN
163
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi untuk SMA Kelas X. Erlangga. Jakarta
164
LAMPIRAN
165
166
167
168
RIWAYAT HIDUP
1 Ketenger dan lulus pada tahun 2011, kemudian melanjutkan ke jenjang tingkat
menengah pertama di SMP Negeri 3 Purwokerto dan lulus pada tahun 2014.
Jenderal Soedirman.
169