Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PENGOLAHAN SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI

PENGOLAHAN BIJIH EMAS PADA PT FREEPORT INDONESIA

Dibuat sebagai syarat untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Pengolahan
Sumber Daya Mineral Dan Energi pada Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh :

Akbar Dedianto Amrullah 03021381320027

Aldo Dwi Prastowo 03021281320013

Harris Junianto 03021281320029

Putu Darmawan 03021381320031

Kelas A

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Emas merupakan jenis dari logam mulia yang dimana logam mulia adalah logam
yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dapat dijadikan perhiasan. Di Indonesia
sudah banyak perusahaan mineral yang mengolah bijih emas menjadi emas murni.
Untuk itu makalah ini dibuat agar dapat lebih memahami lagi tentang pengolahan bijih
emas.
Seperti yang kita ketahui didunia ini terdapat berbagai mineral-mineral yang
berharga yang memiliki nilai ekonomis, salah satunya adalah emas (Au). Emas adalah
unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol au (bahasa latin: 'aurum') dan
nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek,
mengkilap,kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat
kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak
terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu
logam coinage. Kode isonya adalah xau. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu
sekitar 1000 derajat celcius. Emas dipakai untuk membuat perhiasan, instrumen-
instrumen saintifik, lempengan elektrode, pelapis gigi dan emas lantakan.
Kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang terbentuk melalui proses
hidrotermal; dan sering bersama-sama pirit dan mineral-mineral sulfida yang lain,
telurid perak-emas, skhelit dan turmalin. Bila urat-urat mengandung emas melapuk,
maka emas-emas akan terpisah dan kemudian mengendap sebagai deposit alluvial, atau
terangkut oleh aliran air dan mengendap di suatu tempat sebagai deposit letakan (placer
deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal. Karena hal inilah diperlukan adanya
beberapa cara untuk memisahkan emas dari mineral-mineral lain yang melekat
dengannya agar akhirnya emas memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Dalam makalah ini penulis akan membahas cara pengolahan bijih emas yang
dilakukan oleh PT Freeport Indonesia.
1.2 Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui proses
pengolahan bijih emas yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia.

1.3 Permasalahan
Adapun permasalahan dalam makalah ini yaitu bagaimana proses pengolahan
bijih emas ?

1.4 Batasan Masalah


Penulis hanya membahas secara umum mengenai pengolahan pada bijih emas
yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Emas


Emas merupakan mineral emas yang amat biasa ditemukan di alam. Mineral emas
yang menempati urutan kedua dalam keberadaannya di alam adalah electrum. Minerl-
mineral pembawa emas lainnya sangat jarang dan langka. Mineral-mineral pembawa
emas antara lain: Emas urai (Au), Elektrum (Au,Ag), kuproaurid Au,Cu), porpesit (Au,
Pd), rodit (Au, Rh), emas iridium (Au, Ir), platinum (Au, Pd), emas bismutan Au, Bi),
amlgam (Au2Hg3), maldonit (Au2Bi), aurikuprit (AuCu3), roskovit (Cu, Pd)3Au2,
kalaveit (AuTe2) krenerit (Au, Ag)Te2, monbrayit (Au, Sb)2Te3, petsit (Ag3AuTe2)
mutamanit (Ag, Au)Te, silvanit (Au, Ag)Te4, kostovit (AuCuTe4), nagyagit
(Pb5Au(Te,Sb)4S5-8), uyterbogardtit (Ag3AuSb2), aurostibnit (AuSb2), fisceserit
(Ag3AuSe3).
Emas pada dasarnya adalah logam emas walaupun biasanya mengandung perak
yang bervariasi sampai sebesar 18% dan kadang-kadang mengandung sedikit tembaga
atau besi. Oleh karena itu warna emas urai bervariasi dari kuning emas, kuning muda
sampai keperak-perakan sampai berwarna merah orange. Berat jenis emas urai
bervariasi dari 19,3 (emas murni) sampai 15,6 bergantung pada kandungan peraknya.
Bila berat jenisnya 17,6 maka kandungan peraknya sebesr 9% dan bila beat jenisnya
16,9 kandungan peraknya 13,2%. Sementara itu, elektrum adalah variasi emas yang
mengandung perak diatas 18%. Dengan kandungan perak yang lebih tinggi lagi maka
warna elektrum bevariasi dari kuning pucat sampai warna perak kekuningan.
Selanjutnya berat jenis elektrum bervariasi sekitar 15,5-12,5. Bila kandungan emas dan
perak berbanding 1:1 berarti kandungan peraknya sebesar 36%, dan bila
perbandingannya 21/2:1 berarti kandungan peraknya 18%.
Mineral induk emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral yang biasa
membentuk batuan. Bila ada sulfida, yaitu mineral yang mengandung sulfur/belerang
(S), emas biasanya berasosiasi dengan sulfida. Pirit merupakan mineral induk yang
paling biasa untuk emas. Emas ditemukan dalam pirit sebagai emas urai dan elektrum
dalam berbagai bentuk dan ukuran yang bergantung pada kadar emas dalam bijih dan
karakteristik lainnya. Selain itu emas juga ditemukan dalam arsenopirit dan kalkopirit.
Mineral sulfida berpotensi juga menjadi mineral induk bagi emas.
Bila mineral sulfida tidak terdapat dalm batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida
besi (magnetit dan oksida besi sekunder), silikat dan karbonat, material berkarbon serta
pasir dan krikil (endapan plaser). Berikut mineral induk emas berupa sulfida pirit
(FeS2), arsenopirit (FeAsS), kalkopirit (CuFeS2), kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), pirhoit
(FeS2), Glen (PbS), Sfalerit (ZnS), armonit (Sb2S3).
Dari sudut pandang pengolahan/metalurgi ada tiga variasi distribusi emas dalam
bijih. Pertama, emas didiostribusikan dalam retakan-retakan atau diberi batas antara
butiran-butiran mineral yang sama (misalnya retyakan dalam butiran mineral pirit atau
dibatasi antara dua butiran mineral (pirit). Kedua, emas didistribusikan sepanjang batas
diantara butiran-butiran dua mineral yang berbeda ( misalnya dibatas butiran pirit dan
arsenopirit atau dibatas antara butiran mineral kalkopirit dan butiran mineral silikat).
Dan yang ketiga emas terselubung dalam mineral induk (misal, emas terbungkus ketat
dalam mineral pirit). Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di
Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa,
Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

2.2 Sifat Fisik Emas (Au)


Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya
berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan
kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya
berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya
kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral
pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral
pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan
senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum
sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%.Sifat
fisik unsur ini sangat stabil, tidak korosif ataupun lapuk dan jarang bersenyawa dengan
unsur kimia lain.
Karakteristik Emas (Au)

Sistem Kristal : Isometrik

Belahan : Tidak ada

Warna : Kuning – Emas

Optic : Opaque Isotrop

Goresan : Kuning

Kilap : Metalik

Belahan dan pecahan : Tak – ada ; hakli ( pecahan bergerigi dengan


ujung yang tajam ).

Kekerasan : 2,5 – 3

Berat jenis : 19,3

Keterdapatan :

Kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang terbentuk


melalui proses hidrotermal; dan sering bersama-sama pirit dan mineral-mineral
sulfida yang lain, telurid perak-emas, skhelit dan turmalin. Bila urat-urat
mengandung emas melapuk, maka emas-emas akan terpisah dan kemudian
mengendap sebagai deposit eluvial, atau terangkut oleh aliran air dan
mengendap di suatu tempat sebagai deposit letakan (placer deposit), bersama
pasir, dan atau kerikil-kerakal.

Manfaat dan Kegunaan :


Sumber logam emas; dipakai untuk membuat perhiasan, instrumen-
instrumen saintifik, lempengan elektrode, pelapis gigi, emas lantakan, Hi-Tech
Electronics, alat telekomunikasi, TV, VCR dan DVD, pesawat angkasa,
menstabilkan suhu, pakaian astronot, dan produksi alat elektronik.

2.3 Keterdapatan Endapan Emas


1. Endapan primer / Cebakan Primer
Cebakan primer merupakan cebakan yang terbentuk bersamaan
dengan proses pembentukan batuan. Salah satu tipe cebakan primer yang
biasa dilakukan pada penambangan skala kecil adalah bijih tipe vein ( urat ).
Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat
di dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral yang
terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan
aktifitas hidrotermal, yang membentuk tubuh bijih dengan kandungan utama
silika. Cebakan emas primer mempunyai bentuk sebaran berupa urat/vein
dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa.
2. Endapan plaser / Cebakan Sekunder
Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk
karena proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas
(gold-bearing rocks, Lucas, 1985). Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi
air yang terjadi pada cebakan emas primer pada atau dekat permukaan
menyebabkan terurainya penyusun bijih emas primer. Proses tersebut
menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya emas. Terlepas dan
tersebarnya emas dari ikatan bijih primer dapat terendapkan kembali pada
rongga-rongga atau pori batuan, rekahan pada tubuh bijih dan sekitarnya,
membentuk kumpulan butiran emas dengan tekstur permukaan kasar.
Akibat proses tersebut, butiran-butiran emas pada cebakan emas sekunder
cenderung lebih besar dibandingkan dengan butiran pada cebakan
primernya (Boyle, 1979). Dimana pengkonsentrasian secara mekanis
melalui proses erosi, transportasi dan sedimentasi (terendapkan karena
berat jenis yang tinggi) yang terjadi terhadap hasil disintegrasi cebakan
emas pimer menghasilkan endapan emas letakan/aluvial (placer deposit).
BAB 3

PENGOLAHAN BIJIH DI PT FREEPORT INDONESIA

3.1. Proses Pengolahan Bijih Emas di PT Freeport Indonesia


Pertambangan emas pertama kali dilakukan di daerah alluvial, dengan metoda
pengolahan cara gravitasi atau cara amalgamasi dengan air raksa. Sejak tahun 1860
kegiatan pertambangan bawah tanah dilakukan untuk endapan primer dengan metoda
pengolahan emas cara sianidasi. Perkembangan selanjutnya teknologi pengolahan emas
dengan cara flotasi dilakukan pada tahun 1930. Dan tahun 1960 metoda pengolahan
heap leaching yang dasarnya seperti pengolahan sianidasi diterapkan untuk pengolahan
bijih emas kadar rendah.
1. Comminution
Kominusi adalah proses mereduksi ukuran dari ore agar mineral yang
mengandung emas dipisahkan (liberasi) dari mineral-mineral lain yang
terkandung dalam batuan induk. Tujuan liberasi bijih ini antara lain agar :
a) Meminimalisir kehilangan emas yang masih terperangkap dalam batuan
induk
b) Kegiatan konsentrasi dilakukan tanpa kehilangan emas berlebihan.
c) Meningkatkan kemampuan ekstraksi emas.
Proses kominusi ini terutama diperlukan pada pengolahan bijih emas
primer. Selama proses kominusi terjadi proses liberasi yaitu proses lepasnya emas
dari batu induknya. Derajat liberasi yang diperlukan dari masing-masing bijih
untuk mendapatkan perolehan emas yang tinggi pada proses ekstraksinya
berbeda-beda bergantung pada ukuran mineral emas dan kondisi keterikatannya
pada batuaninduk.
Proses kominusi ini dilakukan bertahap bergantung pada ukuran bijih dan
kondisi kandungan bebatuannya. Proses kominusi yang dilakukan oleh PT
Freeport Indonesia terbagi atas:
- Crushing merupakan suatu proses peremukan ore (bijih) dari hasil
penambangan melalui perlakuan mekanis. Alat yang digunakan oleh PT
Freeport Indonesia adalah Jaw Crusher.
- Milling merupakan proses penggerusan lanjutan dari crushing, hingga
mencapai ukuran yang sangat halus dari hasil milling yang diharapkan yaitu
berkurang minimal 80% dari ukuran awal. Alat yang digunakan dalam proses
penggerusan di PT Freeport Indonesia adalah ball mill.
Adapun macam-macam dari peremukan yaitu :
a) Peremukan Tahap Primer
Peremukan tahap primer merupakan tahap pertama saat umpan yang
digunakan biasanya berasal dari hasil penambangan berupa batuan induk emas
yang ukurannya masih sangat besar bahkan sekitar 2 m (Ulrich, 1984). Alat
peremuk yang digunakan pada umumnya adalah jaw crusher dan gyratory rusher.
Ukuran terbesar dari produk hasil peremukan tahap primer ini adalah 200 mm.
Dalam peremukan primer, sirkuit unitnya adalah terbuka.

Jaw Crusher Gyratory Crusher

b) Peremukan Sekunder
Tahap ini merupakan tahap setelah peremukan primer, bijih emas direduksi
lagi hingga diameter ekuivalennya menjadi sekitar 15-35 mm. Umpan yang
dimasukkan kedalam unit berukuran dibawah 0,5 m. Tahap peremukan sekunder
menggunakan dua jenis crusher seperti cone crusher atau impact crusher. Pada
peremukan sekunder sirkuit unitnya adalah gabungan tertutup dan terbuka.

Cone Crusher Impact Crusher

c) Peremukan Tersier
Peremukan tersier merupakan peremukan material hingga ukuran 7-15 mm
dengan menggunakan dua atau lebih tipe crusher. Apabila menggunakan cone
crusher untuk peremukan sekunder dan tersier, maka menggunakan spesifikasi
cone head yang berbeda. Pada peremukan tersier sirkuit unitnya adalah gabungan
tertutup dan terbuka. Pada sirkuit tertutup, produk hasil peremukan ditampung di
pengayak. Sehingga, material yang ukurannya belum memasuki kualifikasi akan
dikembalikan ke proses sebelumnya.
Alat yang banyak digunakan dalam peremukan tersier adalah ball mill. Ball
mill alat penggilingan bijih emas yang telah dikecilkan dari batuan yang sangat
besar. Ballmill merupakan suatu penggiling. dengan bola-bola besi dengan ukuran
tertentu. Bijih emas yang diperoleh dimasukan kemudian digiling sampai halus
sehingga emas terlepas dari tanah.
Ball Mill

2. Screening
Screening merupakan proses pemisahan butiran dan serpihan emas yang
sudah mulai terliberasi dari sebagian besar proses kominusi. Bijih emas yang telah
digerus akan diayak. Proses pengayakan didasarkan pada perbedaan massa jenis.
Emas memiliki massa jenis lebih besar dari tanah sehingga pada proses
pengayakan emas berada dibagian bawah maka tanah berada dibagian atas dapat
dengan mudah dibuang.

Gambar Diagram Alir Operasi Kominusi


3.1.2 Mekanisme Peremukan
Prinsip peremukan adalah adanya gaya luar yang bekerja atau diterapkan
pada bijih dan gaya tersebut harus lebih besar dari kekuatan bijih yang akan
diremuk. Mekanisme peremukannya tergantung pada sifat bijihnya dan
bagaimana gaya diterapkan pada bijih tersebut. Setidaknya ada empat gaya yang
dapat digunakan untuk meremuk atau mengecilkan ukuran bijih.
a. Compression
Peremukan dilakukan dengan memberi gaya tekan pada bijih.
Peremukannya dilakukan diantara dua permukaan plat. Pada kompresi, energi
akan bekerja pada titik tertentu. Gaya ini biasanya digunakan untuk pengecilan
padatan ukuran besar menjadi kasar. Beberapa alat yang menerapkan prinsip
compression ini ialah jaw crusher dan gyratory crusher.
Jaw crusher mereduksi ukuran partikel dengan menghimpit material
diantara dua plat baja. Dua diantaranya yaitu plat statis dan plat yang
dihubungkan dengan belt agar dapat bergerak. Material akan ditekan dengan salah
satu plat yang bergerak maju mundur. Material yang telah tereduksi akan lolos ke
bawah jaw crusher.
Gyratory crusher merupakan mesin penghancur yang terdiri atas penumbuk
berputar yang berbentuk seperti corong. Penumbuk tersebut akan bergerak ke kiri
dan ke kanan untuk menekan material yang masuk.
b. Impact
Proses pereremukan yang terjadi akibat adanya gaya berupa tumbukan yang
bekerja pada bebatuan. Metode impact ini adalah gaya compression yang bekerja
dengan kecepatan sangat tinggi. Dengan metode hantaman ini, energi yang
dihasilkan akan besar dan berkerja pada seluruh bagian benda yang dihantamnya.
Gaya ini menghasilkan ukuran kasar, sedang, ataupun kecil. Beberapa alat yang
menerapkan metode hantaman ini ialah impactor danhummer mill.
Hummer mill terdiri atas silinder yang berputar pada porosnya sehingga
dapat menghantam material secara berkala hingga menghasilkan ukuran partikel
yang diinginkan. Jarak antara hummer dengan bejana (clearance) dapat
dimodifikasi untuk menghasilkan ukuran partikel yang diinginkan.
c. Attrition
Atrisi merupakan metode peremukan atau pengecilan ukuran akibat adanya
gaya abrasi atau kikisan. Pada metode ini gaya hanya bekerja pada daerah yang
sempit (dipermukaan) atau terlokalisasi kemudia tergerus karena bersentuhan
dengan permukaan benda lain. Beberapa alat yang menerapkan metode abrasi ini
ialah ballmill dan rod mill.
d. Shear atau cutting
Pengecilan ukuran dengan cara pemotongan menggunakan rotary knife
cutter yang biasanya digunakan untuk material yang rapuh dan cenderung lunak.
Cara ini jarang dilakukan pada batuan induk emas. Gaya ini menghasilkan ukuran
yang jelas dan tepat.

Gaya Alat Produk Sifat Gaya Metode


Kompresi Jaw Selang Pembebanan Bijih ditekan
crusher, ukuran relatif lambat diantara dua
gyratory, sangat benda (plat
roll sempit baja) keras
Impact Hummar Selang Pembebanan Bijih
mill, ukuran relatif cepat dibentur,
impactor sangat lebar dibanting,
dipukul
pada/oleh
benda keras
Attrition/Abrasi Ball mill, Sangat Pembebanan Bijih terkikis
rod mill halus relatif cepat dan digesek
pada bagian
permukaan
Shear/cutting Rotary Sesuai Pembebanan Bijih
knife cutter keinginan relatif lambat dipotong
sesuai
ukuran yang
diinginkan
Tabel Mesin kominusi, gaya,dan distribusi ukuran yang dihasilkan
3.1.3 Proses Pemisahan Secara Fisika
Metode dengan cara pemisahan secara fisika yang digunakan oleh PT
Freeport Indonesia adalah Flotation. Pengapungan buih ( froth flotation ) adalah
proses pemisahan mineral menjadi bijih dari pengotor dengan cara mengapungkan
bijih ke permukaan melalui pengikatandengan buih. Froth Flotation atau
Pengapungan buih yaitu pemisahan bijih emas dari pengotor dengan cara
mengapungkan bijih ke permukaan melalui pengikatan dengan buih dengan
menggunakan bahan kimia tertentu dan udara. Selain pemisahan bijih emas,
prosess ini banyak dipakai untuk beberapa bijih seperti Cu, Pb, Zn, Ag, dan Ni.
Teknik pengerjaannya dilakukan dengan cara menghembuskan udara ke
dalam butiran mineral halus (telah mengalami proses crushing) yang dicampur
dengan air dan reagen. Reagen yang digunakan adalah kapur, pembuih (frother)
dan kolektor. Butiran mineral halus akan terbawa gelembung udara ke permukaan,
sehingga terpisahkan dengan materi pengotor (gangue) yang tinggal dalam air
(tertinggal pada bagian bawah tank penampung). Pengikatan butiran bijih akan
semakin efektif apabila ditambahkan suatu zat collector. Buih yang bermuatan
mineral berharga, yang menyerupai buih deterjen metalik, meluap dari bibir atas
mesin flotasi ke dalam palung (launders) sebagai tempat pengumpulan mineral
berharga.
Prinsip dasar pengikatan butiran bijih oleh gelembung udara berbuih melalui
molekul collector adalah :
 Butiran zat yang mempunyai permukaan hidrofilik akan terikat air sehingga
akan tinggal pada dasar tank penampung.
 Butiran zat yang mempunyai permukaan non-polar atau hidrofob akan ditolak
air, jika ukuran butirannya tidak besar, maka akan naik ke permukaan dan terikat
gelembung udara.
Kebanyakan mineral terdiri dari ion yang mempunyai permukaan hidrofil,
sehingga partikel tersebut dapat diikat air. Dengan penambahan zat collector,
permukaan mineral yang terikat molekul air akan terlepas dan akan berubah
menjadi hidrofob. Dengan demikian ujung molekul hidrofob dari collector akan
terikat molekul hidrofob dari gelembung, sehingga mineral (bijih) dapat
diapungkan. Molekul collector mempunyai struktur yang mirip dengan detergen.
Metoda ini digunakan di beberapa industri pertambangan dengan
menggunakan reagen utama Xanthate sebagai Collector (misalnya: potassium
amyl xanthate, C5H11OCS2K ), Pine Oil sebagai Frother dan campuran bahan
kimia organik lainnya sebagai pH Modifiers. Reagents yang digunakan untuk
pengapungan pada umumnya tidak beracun, yang berarti bahwa biaya
pembuangan limbah / tailing menjadi rendah.

Froth Flotation

Keuntungan lain dari proses pengapungan adalah pada umumnya cukup


efektif pada bijih dengan ukuran yang cukup kasar (28 mesh) yang berarti bahwa
biaya penggilingan bijih dapat diminimalkan. Froth Flotation sering digunakan
mengkonsentrasi emas bersama-sama dengan logam lain seperti tembaga, timah,
atau seng. Partikel emas dari batuan oxydis biasanya tidak merespon dengan baik
namun efektif terutama bila dikaitkan dengan emas sulfida seperti pyrite.
Setelah proses Flotasi, maka tailing yang dihasilkan akan diproses kembali
melalui Konsentrator Knelson, sebuah sistem pengambilan yang menggunakan
gravitasi, menggunakan daya sentrifugal untuk pemisahan dan pengambilan emas
kasar dan bebas yang tidak bereaksi dengan baik pada proses flotasi. Dengan
demikian, pengambilan emas dari bijih akan mengalami peningkatan secara
keseluruhan. PT Freeport Indonesia memiliki instalasi unit Knelson (14 unit) yang
terbesar didunia.
3.1.4 Proses Distribusi Konsentrat dan Tailing
Setelah melewati proses flotasi dan konsentrator knelson, mineral berharga
yang terkumpul dapat dinamakan konsentrat. Konsentrat emas PT Freeport
Indonesia ini (dalam bentuk slurry, 65% padat menurut berat) kemudian dipompa
ke Portside melalui empat jaringan pipa slurry sepanjang 115 km. Sesampainya di
Portside, konsentrat akan mengalami di keringan melalui proses dewatering
hingga kandungan airnya hanya sekitar 9% dan kemudian akan langsung
dikapalkan untuk dijual atau dikirim ke pabrik-pabrik pemurnian di dalam
maupun luar negeri.
Sementara itu, limbah hasil konsetrator knelson (tailing) akan disalurkan
menuju sistem pembuangan alami yang mengalir dari Mill menuju Daerah
Pengendapan Ajkwa yang diModifikasi (ModADA) di daerah pengendapan di
dataran rendah.
BAB 4

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
1. Emas (Au) merupakan salah satu mineral yang memiliki nilai ekonomis tinggi,
dan biasanya emas ditemukan di urat-urat pyrit sehinggi harus dilakukan proses
pemisahan emas dari mineral lainnya.
2. PT Freeport Indonesia menerapkan dua teknik penambangan yaitu, open pit
atau tambang terbuka di Grasberg dan tambang bawah tanah di Deep Ore Zone
(DOZ).
3. Proses pengolahan bijih emas di PT Freeport Indonesia meliputi :
a. Crushing
b. Milling
c. Screening
d. Gravity concentration (Knelson)
e. Flotation
f. Dewatering
g. Market / Refinery

4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, semoga mahasiswa lebih mendalami
lagi mengenai pengolahan bijih emas (Au) di PT Freeport Indonesia dan
semakin memahami apa itu emas. Terlebih lagi menambah wawasan
mahasiswa, terutama penulis mengenai bagaimana cara mengolah emas
agar menjadi mineral yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Anda mungkin juga menyukai