Anda di halaman 1dari 31

ANTISIPASI DAN SOLUSI MENINGKATNYA PENDUDUK MISKIN

GUNA MENJAGA STABILITAS KETAHANAN NASIONAL


Having maintained political stability, Indonesia is
one of Asia Pacific’s most vibrant democracies and
is emerging as a confident middle-income country
[Berkat upaya menjaga stabilitas politik, Indonesia
adalah salah satu negara demokrasi di Asia Pasifik
yang paling dinamis dan hadir sebagai negara
berpenghasilan menengah yang percaya diri] (the
World Bank in Indonesia 2017)
Pendahuluan
 UUD 1945 mengamanatkan, bahwa dibentuknya Negara Indonesia
dan dibentuknya pemerintah negara Indonesia salah satunya adalah
untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.

 Kemiskinan masih menjadi salah satu agenda utama pembangunan


nasional, mengingat angka kemiskinan yang masih cukup tinggi
(11,13%);

 Regulasi atau aturan dalam mengatasi kemiskinan, diantaranya :


1. UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,
2. UU Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Kesejahteraan Sosial,
3. UU Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin.
4. dll.
KRITERIA MISKIN
MENURUT BPS
1 2 3 4 5 6 7

Luas lantai Jenis lantai Jenis dinding Tidak memiliki Sumber Sumber air Bahan bakar
bangunan tempat tinggal tempat tinggal fasilitas buang penerangan minum untuk
tempat tinggal terbuat dari dari bambu/ air besar/ rumah tangga berasal dari memasak
kurang dari 8m2 tanah/bambu/kay rumbia/ kayu bersama-sama tidak sumur/ mata sehari-hari
per orang u murahan berkualitas dengan rumah menggunakan air tidak adalah kayu
rendah/tembok tangga lain listrik terlindung/ bakar/ arang/
tanpa diplester sungai/ air minyak tanah
hujan
8 9 10 11 12 13 14

Hanya Hanya membeli Hanya Tidak sanggup Sumber penghasilan Pendidikan Tidak memiliki
mengkonsums satu stel sanggup membayar kepala rumah tangga tertinggi kepala tabungan/ barang
i daging/ susu/ pakaian baru makan biaya adalah: petani dengan rumah tangga: yang mudah dijual
ayam dalam dalam setahun sebanyak satu/ pengobatan di luas lahan 500m2, buruh tidak sekolah/ dengan minimal Rp.
satu kali dua kali dalam puskesmas/ tani, nelayan, buruh tidak tamat SD/ 500.000,- seperti
seminggu. sehari poliklinik bangunan, buruh tamat SD sepeda motor kredit/
perkebunan dan atau non kredit, emas,
pekerjaan lainnya dengan ternak, kapal motor,
pendapatan dibawah Rp. atau barang modal
600.000,- per bulan lainnya.
DIKATAKAN MISKIN APABILA

memenuhi

atau lebih
Kriteria Kemiskinan
Kemiskinan menurut Bappenas adalah orang
yang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya
untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bermatabat. Kemiskinan
menurut BKKBN, keluarga miskin jika :

1. Tidak dapat melaksanakan ibadah menurut


keyakinannya.

2. Tidak mampu makan dua kali sehari.

3. Tidak memiliki pakaian berbeda untuk


dirumah, bekerja atau sekolah dan berpergian.

4. Tidak bagian terluas dari rumahnya berlantai


tanah.

5. Mampu membawa anggota keluarga ke


sarana kesehatan.

8
Pendahuluan
 Berbagai kebijakan dan program telah digulirkan baik oleh pemerintah pusat
maupun daerah, namun hingga kini kemiskinan masih menjadi pekerjaan rumah
yang belum dapat diselesaikan;
 Bappenas menyebutkan permasalahan penanggulangan kemiskinan antara lain
disebabkan oleh:
1. Belum efektif dan optimalnya program/kegiatan penanggulangan kemiskinan:
 Menyangkut ketidaktepatan sasaran, ketidakpaduan lokasi dan waktu, dan koordinasi
antar program/kegiatan maupun antar program/kegiatan pemerintah pusat dan daerah
yang belum selaras.
 Masih adanya social exclusion (marjinalisasi) pada penerima program
penanggulangan kemiskinan
 Penyediaan pelayanan dasar didaerah tertinggal/terisolir dan perbatasan masih belum
efektif
 Peran dan kapasitas TKPKD di beberapa daerah yang belum efektif
 Pemekaran wilayah yang terus menerus menyulitkan dalam perencanaan dan
penganggaran
2. Belum optimalnya dukungan dari aspek kebijakan makro dalam mendukung upaya
penanggulangan kemiskinan
3. Masih rendahnya kesadaran sebagian masyarakat dalam mengakses layanan pendidikan
serta kesehatan ibu dan anak.
Tingkat
Kemiskinan
per Provinsi
di Indonesia,
Maret 2016

Sumber: BPS 2016


ASEAN ‘Free Trade”

Contra
PRO

Masyarakat Eknomi Asean


(MEA)

•Kawasan ekonomi yang sangat SIAP / TIDAK SIAP


kompetitif.
•Memiliki wilayah pembangunan POLEMIK KEMISKINAN dan
ekonomi yang merata.
•Daerah-daerah akan terintegrasi secara MULTI-INTERPRETASI
penuh dalam ekonomi global PARAMETER KEMISKINAN
•Basis dan pasar produksi tunggal.

11
12
Menurut publikasi resmi BPS (18 Juli 2016), jumlah penduduk miskin—penduduk
dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan—pada Maret
2016 di Indonesia mencapai 28,01 juta jiwa atau sebesar 10,86 persen dari total
jumlah penduduk Indonesia.
Indeks kedalaman kemiskinan
dan indeks keparahan
kemiskinan dearah perdesaan
dalam satu tahun ini meningkat.
Bila mengacu data Nilai Tukar
Petani (NTP) yang terus
menurun—dari 102,55 pada
Januari 2016 menjadi 101,47
pada Juni 2016—maka wajar jika
persentase kemiskinan di
perdesaan meningkat, karena
usaha pertanian menurun.
Berdasarkan laporan bulanan
data sosial ekonomi BPS bulan
Juli 2016, dalam kurun waktu
Februari 2015 – Februari 2016
tenaga kerja pertanian berkurang
sebanyak 1,83 juta jiwa: dari
angka 40,12 juta jiwa turun
menjadi 38,29 juta jiwa. 13
1. Pokok perhatian primer adalah pada
bagaimana perubahan kebijakan dalam
panggulangan kemiskinan menjadikan
lebih efektif, tepat sasaran dan
berdampak positif bagi penerima
manfaat.
2. Pendekatan yang sistematik, terpadu,
dan menyeluruh dalam rangka
mengurangi beban dan memenuhi hak-
hak dasar warga negara secara layak
untuk mewujudkan kehidupan
masyarakat Indonesia yang
bermartabat.
3. Dalam upaya percepatan
penanggulangan kemiskinan, perlu
dilakukan langkah-langkah koordinasi
secara terpadu lintas pelaku dalam
penyiapan perumusan dan
penyelenggaraan kebijakan
penanggulangan kemiskinan.

14
Studi kasus di Provinsi Banten: ilustrasi
keberlanjutan polemik kemiskinan post-
MEA
Merujuk pada salah satu
Pelaksanaan PKH di Provinsi Banten yang dimulai sejak tahun 2008
contoh studi kasus di Provinsi
sampai saat ini telah mengcover 88.408 keluarga tidak mampu
Banten, misalnya, program dengan alokasi anggaran yang sudah terserap total sejak tahun 2008
PKH dikenal dengan istilah yaitu sebesar Rp 535 miliar. Angaran itu diklaim pemerintah
Conditional Cash Transfer didistribusikan kepada masyarakat klaster kemiskinan terbawah.
(CCT), yang merupakan Dukungan anggaran dari Pemerintah Provinsi Banten baik langsung
sudah dikenal di dunia maupun komplementaritas, PKH pada tahun 2014 mencapai Rp 59
sebagai program dalam miliar, sedang pada 2015 dukungan anggaran tersebut meningkat
secara signifikan yaitu mencapai Rp 145 miliar
menanggulangi kemiskinan
(http://bantenraya.com/utama/184-banten-raih-penghargaan-pkh-
yang kronis, dan sebagai award, diakses 02 Oktober 2016)
bentuk penanggulangan sosial
yang krusial. Program
tersebut memberikan bantuan
dana kepada RTSM (Rumah
Tangga Sangat Miskin).
Program tersebut sudah
berlangusng sejak tahun
2007, di mana tersebut
sebagai Program Bantuan
Tunai Bersyarat (BTB) atau
yang dikenal secara umum
adalah PKH.
15
POKOK-POKOK PERSOALAN

Beberapa persoalan yang terkait dengan Ancangan Strategis Ketahanan


Nasional RI terpaut polemik kemiskinan :
1. Regulasi kebijakan terpaut penanggulangan kemiskinan, belum memberi
pijakan operasional sekaligus petunjuk teknis antisipasi dan solusi operatif.
2. Solusi strategis kebijakan masih bersifat sektoral dan parsial, belum
mencakup aspek multi-dimensi pendorong keberlajutan polemik kemiskinan,
3. Terbatasnya konsepsi dan strategi juga yang sebangun dengan data akurat—
tepat sasar. Terkait dengan verifikasi dan pendataan kemiskinan diperlukan
kesamaan persepsi tentang kriteria atau indikator kemiskinan, meskipun
pertimbangan kontekstual wilayah menjadi unsur strategis.

16
11 kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu menjadi sasaran Penerima Bantuan
Iuran jaminan kexsehatan nasional yaitu:

1. Aspek mata pencaharian/pendapatan, (Tidak mempunyai sumber pencaharian


dan/atau mempunyai mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar.

2. Aspek Jenis pengeluaran (mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan


untuk memenuhi konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana)

3. Aspek Pemenuhan kebutuhan kesehatan (Tidak mampu atau mengalami


kesulitan untuk berobat ke tenaga medis, kecuali Puskesmas atau yang disubsidi
pemerintah)

4. Aspek Pemenuhan kebutuhan sandang (Tidak mampu membeli pakaian satu


kali dalam satu tahun untuk setiap anggota rumah tangga)

5. Aspek pemenuhan kebutuhan pendidikan (Mempunyai kemampuan hanya


menyekolahkan anaknya sampai jenjang pendidikan sekolah lanjutan tingkat
pertama|)

6. Aspek kondisi dinding rumah/tempat tinggal (mempunyai dinding rumah terbuat


dari bambu/kayu/tembok dengan kondisi tidak baik/kualitas uang/berlumut atau
tembok tidak diplester)

7. Aspek kondisi lantai/tempat tinggal (Kondisi lantai terbuat dari tanah atau
kayu/semen/keramik dengan kondisi tidak baik/kualitas rendah)

8. Aspek kondisi atap rumah/tempat tinggal (Atap terbuat dari ijuk/rumbia atau
genteng/seng/asbes dengan kondisi tidak layak)

9. Aspek kondisi penerangan rumah/tempat tinggal (mempunyai penerangan


bangunan tempat tinggal bukan dari listrik atau listrik tganpa meteran)

10. Aspek luas lantai rumah/tempat tinggal (luas lantai rumah kecil kurang dari 8
m2/orang)

11. Aspek sumber air minum (mempunyai sumber air minum bersal dari sumur
atau mata air tak terlindungi/air sungai/air hujan/lainnya.
17
6 (enam) faktor yang mempengaruhi kebijakan strategis antisipasi dan
solusi penanganan kemiskinan dan peningkatan penduduk miskin yaitu:
(1) ukuran dan tujuan kebijakan; (2) sumber daya; (3) karakteristik
pelaksana; (4) sikap pelaksana; (5) komunikasi antar pelaksana; dan (6)
lingkungan sosial, ekonomi, dan politik.

18
Ketahanan Nasional
‘Keberlanjutan Kemiskinan’ = Proxy War

1) Mengkaji ukuran dan tujuan kebijakan, artinya menganalisa standar dan sasaran
kebijakan yang hendak dicapai oleh tiap Program Penanggulangan Kemiskinan;
2) Melihat kapasitas sumber daya, artinya untuk melihat seberapa besar dukungan
financial dan sumber daya manusia untuk melaksanakan tiap Program
Penanggulangan Kemiskinan;
3) Menagnalisa karakterisitik agen pelaksana, artinya seberapa besar daya dukung
struktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan komunikasi yang
terjadi di internal birokrasi dari pelaksana Program Jamsosratu;
4) Melihat sikap pelaksana, artinya melihat bagaimana demokratisasi, antusias, dan
responsif terhadap kelompok sasaran dan lingkungan beberapa yang dapat
ditunjuk sebagai bagian dari sikap pelaksana dari tiap Program Penanggulangan
Kemiskinan;
5) Mengkaji komunikasi anatar pelaksana, artinya melihat seperti apa mekanisme
prosedur yang dicanangkan untuk mencapai sasaran dan tujuan dari tiap Program
Penanggulangan Kemiskinan, dan
6) Melihat lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi implementasi
19
tiap Program Penanggulangan Kemiskinan.
1. Tidak validnya data kemiskinan adalah tidak tergambarnya kondisi miskin secara spesifik,
penyebab kemiskinan, rencana tindak secara fisik serta basis usaha yang jelas untuk penanggulangan kemiskinan.
Dengan tidak tersedianya data yang jelas dan spesifik seperti itu, dapat dipastikan program apapun yang dijalankan
untuk mereduksi angka kemiskinan, tetap tidak akan berhasil dengan optimal.
2. Kenyataan dilapangan sering mengindikasikan program yang salah sasaran dan tidak sesuai dengan kondisi masyarakat
miskin.
3. Data yang tidak valid disebabkan oleh berbagai hal antara lain metode pengambilan data yang kurang tepat serta
kurangnya kemampuan SDM baik dari segi kualitas maupun kuantitas dalam operasionalisasi pengumpulan data. Oleh
sebab itu perlu diperhatikan ketersediaan data kemiskinan valid sebelum menggulirkan suatu program pengentasan
kemiskinan dengan melakukan validasi data.
4. Data diambil dengan metode yang tepat dan outputnya berupa data primer sehingga dapat memberikan gambaran berupa
peta kemiskinan yang sesungguhnya secara jelas sehingga program yang akan dilaksanakan dapat disesuaikan dengan
kondisi kemiskinan yang ada.
5. Untuk mendapatkan data kemiskinan yang valid, kegiatan yang paling tepat diimplementasikan adalah melakukan
observasi data dan penelitian lapangan.
6. Observasi data dan penelitian lapangan dilakukan dengan melibatkan masyarakat seperti kader posyandu, karang taruna,
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) didampingi petugas dari berbagai instansi terkait antara lain Dinas Kesehatan, Petugas KB,
Aparat Kelurahan dan petugas lainnya yang diintegrasikan menjadi satu tim, yang dibekali dengan pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan pendataan. Para petugas pendata harus dihargai secara proporsional karena mereka memikul
tanggung jawab moral yang tidak ringan.
6. Kompensasi yang diberikan pada petugas baik dari segi materil maupun dukungan moril akan berpengaruh besar pada
profesionalitas pekerjaan yang dilaksanakan. Kelengkapan instrumen pendataan, seperti blangko isian, alat tulis dan
keperluan lapangan lainnya juga harus menjadi perhatian. Dengan memperhatikan berbagai hal tersebut diatas, diharapkan
akan menghasilkan data primer yang valid, yang sangat diperlukan dalam penyusunan program penanggulangan kemiskinan
yang efektif. Program penanggulangan kemiskinan yang efektif akan membantu mereduksi angka kemiskinan dan dengan
sendirinya tujuan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan akan terwujud.
20
 Program perlindungan sosial yang digulirkan Pemerintah sebagai upaya
penanggulangan kemiskinan dalam mendorong kesejahteraan masyarakat
diantaranya adalah Program Keluarga Harapan (PKH).

 Kementerian Sosial memberikan penghargaan PKH Award kepada


Pemerintah Provinsi Banten, pada Tanggal 17 Februari 2015.
Penghargaan tersebut sebagai kategori pengembangan PKH yaitu melalui
Program Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (Jamsosratu).

 Program Jamsosratu merupakan salah satu program perlindungan dan


jaminan sosial daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan melalui
pemberian bantuan sosial tunai bersyarat yang dipadukan dengan
asuransi kesejahteraan sosial.
 Program Jamsosratu diatur dalam Pergub Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Gubernur Banten Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu Di Provinsi
Banten;

 Terdiri dari: (1) BSTB senilai Rp.750rb per 4 bln atau maksimal Rp.2,25jt
per tahun; (2) Sankesos senilai Rp.10jt hingga maksimal 35jt; dan (3)
Takesos senilai Rp.10rb per bln;

 Penerima adalah RTS, dg kriteria:


 ibu hamil/menyusui/nifas; dan/atau
 anak balita; dan/atau
 anak yang sedang menjalani jenjang pendidikan SD/MI; dan/atau
 anak yang sedang menjalani jenjang pendidikan SMP/MTs; dan/atau
 anak yang sedang menjalani jenjang pendidikan SMA/MA atau sederajat.
 UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
disebutkan bahwa pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis.

 Keteledoran dalam pembangunan gizi akan


mengakibatkan munculnya the lost generation
(generasi yang hilang).
Interconnectedness
(saling Keterkaitan)

Tujuan Tujuan
?
?

Sistemik

Manfaat Manfaat
?

?
Metode Penelitian

Metode
___?

Pengumpulan Analisis Data


Data (Observasi, menggunakan
wawancara, dan studi analisis model
dokumentasi interaktif dari Miles
dilakukan guna dan Huberman
memverifikasi data)
(reduksi data,
penyajian data dan
penarikan
kesimpulan)
Contoh

1) ukuran dan tujuan kebijakan


 Program dalam Kebijakan Strategis Nasional – daya tanggulang Kemiskinan
dimaksudkan sebagai rujukan kebijakan Pemerintah Daerah dalam
penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan sosial rakyat
mengacu pada RPJMD Provinsi Banten Tahun 2012-2017.
 Pergub Banten No.16 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jamsosratu
di Provinsi Banten. Sasaran Program Jamsosratu diperuntukkan bagi RTS
yang berasal dari masyarakat tidak mampu agar dapat meningkatkan
keberfungsian dan keberdayaan sosial melalui sektor pendidikan, kesehatan
dan untuk meringankan beban hidup RTS.
 RTS bersumber dari Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang di
data oleh BPS
 2013 sebanyak 505 RTS, 2016 sebanyak 15157 dengan RTS terbanyak di
Kec.Mekarjaya berjumlah 1128.
 Permasalahan yang muncul dari ukuran dan tujuan kebijakan Program
Jamsosratu dalam menentukan sasaran kebijakan yaitu dalam penentuan data
RTS yang dilakukan secara Top-Down, tanpa melibatkan unsur pemerintahan
di bawah, seperti desa dan kecamatan.
Contoh2

3) Karakteristik Pelaksana Program Jamsosratu


 Tim Pengendali Jamsosratu Provinsi (TPJP) adalah tim pengendali Jamsosratu
tingkat Provinsi.
 Tim Pengendali Jamsosratu Kabupaten/Kota (TPJK) adalah tim pengendali
Jamsosratu tingkat Kabupaten/Kota.
 Pendamping Jamsosratu (Pendamping) adalah pekerja sosial yang direkrut dan
ditetapkan oleh Dinas Sosial selaku tim pengendali Jamsosratu Provinsi
melalui proses seleksi dan pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan
RTS.
 Operator Jamsosratu (Operator) adalah pekerja sosial yang direkrut oleh Dinas
Sosial selaku tim pengendali Jamsosratu Provinsi melalui proses seleksi dan
pelatihan komputerisasi, verifikasi dan validasi peserta Jamsosratu.
 Karakteristik pelaksana Jamsosratu bersifat Top-Down dan dilaksanakan
secara teknis hingga pendamping dan operator di tingkat kecamatan.
 RTS kerap melangggar ketentuan atau tidak melakukan kewajiban-
kewajibannya yang harus dilakukan sesuai persyaratan.
 Upaya yang dilakukan oleh pendamping baru sekedar mengingatkan dan
belum memberikan sanksi.
contoh

4) Sikap Pelaksana Program Jamsosratu


 Sikap pelaksana program Jamsosratu terutama pada pendamping dan operator
di tingkat kecamatan kurang begitu aktif melakukan pendampingan
 Laporan kegiatan pendampingan hanya sebatas laporan normatif saja.

5) Komunikasi dan Koordinasi Antar Pelaksana Program Jamsosratu


 Komunikasi dan koordinasi yang terjalin kurang terbangun dengan baik.
 Pendamping di tingkat kecamatan kurang pro aktif melakukan koordinasi baik
dengan pihak kecamatan dan pihak puskesmas atau poskesdes serta bidan atau
kelompok posyandu. Sehingga Progres keberhasilan program Jamsosratu tidak
terlihat secara baik.
6) Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Politik
 Kondisi sosial ekonomi sangat mendukung pelaksanaan program. Karena
Kab.Pandeglang masih banyak masyarakat miskinnya.
 Manfaat dari program Jamsosratu ini sangat dirasakan oleh masyarakat.
 Kondisi politik pun cukup kondusif untuk mendukung Program Jamsosratu.
Faktor Yang Menghambat Implementasi Program Jamsosratu
Bidang Kesehatan di Kabupaten Pandeglang
1. Kurang Aktifnya Peran Pendamping Hadir Mendampingi RTS
2. Lambannya Proses Pencairan Bantuan dan Tidak Efektif Proses Antrian Saat
Pembagian di Kantor Pos
3. Pendataan RTS Dinilai Tidak Valid Dengan Kondisi Masyarakat
4. Kurangnya Fasilitas dan Prasarana Akses Layanan Kesehatan
5. Kurangnya Kepatuhan RTS Dalam Menjalankan Kewajibannya

Upaya Untuk Memperbaiki Implementasi Program Jamsosratu


Bidang Kesehatan di Kabupaten Pandeglang
1. Melakukan perbaikan kualitas Pendamping Jamsosratu.
2. Peningkatan Koordinasi dan Komunikasi antara Pendamping dengan pihak terkait di
Kabupaten dan Kecamatan.
3. Penambahan tenaga kesehatan seperti bidan dan mantri kesehatan di tingkat
Kecamatan.
4. Updating data calon penerima Program Jamsosratu.
KESIMPULAN
 Berdasarkan ukuran dan tujuan kebijakan ditemukan permasalahan dalam menentukan
data RTS yang dipandang masih kurang tepat sasaran dan memunculkan kecemburuan
sosial di masyarakat.
 Berdasarkan sumber daya; SDM yang menjalankan Program Jamsosratu dilaksanakan
oleh beberapa Tim yaitu: TPJP, TPJK, TPSP, TPSK, Pendamping, dan Operator.
Berdasarkan sumber daya sarana dan prasarana; berkaitan dengan Bidang kesehatan
yaitu tempat dan akses layanan kesehatan masih kurang.
 Karakteristik pelaksana Jamsosratu bersifat Top-Down.
 Kurang terjalin koordinasi dan komunikasi antar pelaksana program dengan baik.
 Situasi sosial, ekonomi dan politik sangat mendukung Program Jamsosratu.
 Faktor faktor yang menghambat implementasi Program Jamsosratu bidang kesehatan
di Kabupaten Pandeglang antara lain ; Kurang Intensnya pendamping Jamsosratu
mendamping RTS; koordinasi dan komunikasi antar pendamping Jamsosratu dan
intansi terkait di tingkat kecamatan kurang terjalin dengan baik; jauhnya akses untuk
menjangkau layanan kesehatan.
 Upaya untuk memperbaiki implementasi Program Jamsosratu bidang kesehatan di
Kabupaten Pandeglang antara lain; perlu dilakukan rekrutmen pendamping yang
profesional; Koordinasi dan komunikasi perlu dibangun antara pendamping dan
operator dengan lembaga terkait di tingkat kabupaten dan tingkat kecamatan;
pemerintah perlu memperbanyak kader posyandu di tiap kampung dan desa.
SARAN

 Pemerintah perlu mengevaluasi data RTS yang bersumber dari data PPLS
yang dilakukan BPS.
 Pemerintah perlu mensinkronkan dengan program pemberdayaan sosial-
ekonomi lain, sehingga integrasi pengentasan kemiskinan dan peningkatan
keberdayaan masyarakat bisa berhasil dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai