Anda di halaman 1dari 93

Income Distribution and Welfare Programs

1. Definition and Facts on Income Distribution in Indonesia


- Pendapatan nasional merupakan salah satu indikator untuk mengukur
kesejahteraan perkembangan ekonomi suatu negara. Konsep rata-rata
digunakan, sehingga tidak mencerminkan unsur kemerataan atau
keadilan. Hal ini terjadi karena adanya distribusi pendapatan yang
tidak merata.
- Dari publikasi tahun 1999, menurut ILO (organisasi buruh
internasional) standar pengukuran garis kemiskinan di Indonesia jauh
lebih rendah dibanding standar Internasional. Ukuran garis
kemiskinan (dikatakan di bawah garis kemiskinan)

Ukuran Internasional Ukuran Indonesia


Perkotaan: di bawah satu dollar Perkotaan: di bawah 55 sen
Pedesaan: di bawah 80 sen Pedesaan: di bawahnya lagi lah
pasti.
Saat 1 dollar = 2.300 masa itu (awal 1997)

- Distribusi pendapatan yang tidak merata ini menyebabkan adanya


kesenjangan masyarakat secara adil dan merata yang berujung pada
tujuan ekonomi yang tidak tercapai yaitu menyejahterakan masyarakat.
- Distribusi pendapatan adalah pendistribusian kembali pendapatan
masyarakat kelompok kaya kepada masyarakat kelompok miskin baik
berasal dari pajak ataupun pungutan-pungutan lain. Konsep pajak yang
ada di Indonesia mengadopsi tujuan pemerataan pendapatan dari si
kaya kepada si miskin.
- Salah satu bentuk pemerataan pendapatan ini adalah adanya jaminan
sosial yang dilandasi oleh distribusi pendapatan dan solidaritas
sosial. Bentuk jaminan sosial:
a. program pemberian jaminan akses kebutuhan dasar bagi rakyat
menengah ke bawah, (pemenuhan kebutuhan pokok: sandang pangan
papan)
1) BLT untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
2) Bantuan Tunai Bersyarat/Program Keluarga Harapan
3) Jamsos
4) Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
5) Beasiswa
b. program kredit lunak dan penjaminan kredit berbasis komunitas,
1) Program Kredit Usaha Rakyat, agar UMKM terhindar dari
kendala aturan perbankan yang menyulitkan. Diharapkan
program ini dapat membantu masyarakat golongan menengah ke
bawah untuk menjadi wirausaha yang mandiri serta membantu
mengurangi persentase penduduk miskin di Indonesia.
Sehingga redistribusi pendapatan nasional terlaksana dengan
baik.
c. pengembangan usaha atau industri kecil, (pemberdayaan UMKM)
1) penerapan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan). Alasannya: 2-4.
2) Usaha kecil menyerap banyak tenaga kerja, sehingga
berkembangnya usaha kecil menengah akan menimbulkan dampak
positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja serta
pengurangan jumlah kemiskinan.
3) UMKM akan memberikan dampak pemerataan dalam distribusi
pembangunan. Lokasi UKM banyak di pedesaan dan menggunakan
sumber daya alam lokal. Oleh karena itu, dengan
berkembangnya UKM, terjadi pemerataan dalam distribusi
pendapatan dan juga pemerataan pembangunan sehingga akan
mengurangi diskriminasi spasial antara kota dan desa.
4) Pemerataan dalam distribusi pendapatan. UKM sangat
kompetitif dengan pola pasar hampir sempurna; tidak ada
monopoli dan mudah dimasuki. Pengembangan UKM yang
melibatkan banyak tenaga kerja pada akhirnya akan
mempertinggi daya beli.
d. pemerintah bekerja sama dengan swasta lokal dan asing untuk
menjalankan program corporate social responsibility (CSR).
- Distribusi pendapatan:
a. Vertikal: dari orang kaya ke orang miskin
b. Horizontal: transfer uang antar kelompok: misal dari orang dewasa
ke anak-anak, temen ke temen.
- Praktik distribusi di Indonesia:
a. Subsidi
b. Pengenaan pajak
Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar negara. Berbagai
proyek pemerintah dibiayai dari hasil pembayaran pajak dari
masyarakat. Pemberian subsidi kepada masyarakat juga berasal dari
pendapatan pajak. Dengan demikian, pajak dan subsidi merupakan
alat utama dalam pendistribusian pendapatan.

2. Relative Income Inequality


- Merupakan jumlah pendapatan orang miskin dibandingkan dengan orang
kaya.
- Semakin besar jarak / gap, semakin besar kesenjangan pendapatan
relatif.
- Dalam menghitung keterkaitan distribusi pendapatan, dikenal istilah
Rasio Gini. Semakin tinggi Indeks Gini, semakin besar pula
ketimpangan yang ditunjukkan.

Nilai Rasio Gini Distribusi Pendapatan

… < 0,40 Tingkat ketimpangan/ketidakmerataan rendah

0,40 – 0,50 Tingkat ketidakmerataan sedang

… > 0,50 Tingkat ketidakmerataan tinggi

- Dalam 10 tahun (2010-2019)


- Kesenjangan yang terjadi mengalami kenaikan tipis dalam 10 tahun
terakhir. Hal tersebut terlihat dari rasio gini yang awalnya (tahun
2010) sebesar 0,378 mengalami peningkatan menjadi 0,382 setelah 10
tahun berlalu. Artinya dalam sepuluh tahun terakhir, kesenjangan
pendapatan di Indonesia semakin memburuk. Jarak antara kelompok kaya
dan miskin semakin lebar.
- Dari gambaran ini terlihat bahwa kesenjangan ekonomi di Indonesia
selama 2010-2019 tidak mengalami perbaikan. Justru sedikit mengalami
kenaikan. Artinya kesenjangan ekonomi di Indonesia semakin lebar.
Wilayah perkotaan menjadi penyumbang kesenjangan ekonomi di
Indonesia.

3. Absolute Deprivation and Poverty Rates

Sebab terjadinya kemiskinan:

a. Individual: kemiskinan akibat perilaku individu tersebut


b. Keluarga: kemiskinan dihubungkan dengan pendidikan keluarga
c. Sub budaya: kemiskinan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari
d. Struktural: kemiskinan adalah struktur sosial.

Jenis kemiskinan:

a. Kemiskinan absolut: ketidakmampuan seseorang memenuhi kebutuhan


dasarnya. Penghasilan seseorang lebih kecil dibandingkan dengan
standar kemiskinan (standar: nilai rupiah yang harus dikeluarkan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup minimumnya. Biasanya
dihubungkan dengan kebutuhan kalori 2.100.)
b. Kemiskinan relatif: ada tidaknya ketimpangan distribusi pendapatan
dalam suatu negara. (membandingkan penghasilan seseorang dengan
orang lain). Sebagai contoh, bila seorang pegawai dengan pendapatan
5 juta perbulan mengetahui rekan sekantornya yang selevel mempunyai
pendapatan yang nilainya 3x lipat, seketika pegawai itu akan merasa
bahwa dia miskin.

Kriteria Kemiskinan menurut BPS

1) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang

2) Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan

3) Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas


rendah/tembok tanpa diplester.

4) Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan


rumah tangga lain.

5) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6) Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/
sungai/ air hujan.

7) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/


minyak tanah

8) Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.

9) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun

10) Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari

11) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/


poliklinik

12) Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan


luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh
perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah
Rp. 600.000,- per bulan
13) Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak
tamat SD/ tamat SD.

14) Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan


minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit,
emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga miskin.

Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS)


memprediksikan tingkat kemiskinan Indonesia pada 2022 berpotensi melonjak
menjadi 10,81 persen atau setara 29,3 juta penduduk. Hal tersebut terpicu
dari melemahnya anggaran perlindungan sosial yang membuat semakin banyak
penduduk miskin yang tidak terlindungi secara ekonomi, padahal beban
krisis dan pandemi belum berakhir.

4. Problems in Poverty Line Measurement

keluarga rata-rata dari tiga atau lebih orang menghabiskan sepertiga


daripendapatan setelah pajak mereka untuk makanan, jadi diamelipatgandakan
biaya makanan sampai tiga.

Masalah:

a. Komponen barang pengukur kemiskinan selalu berubah dari waktu ke


waktu karena kebutuhan orang cenderung berubah;
b. Terdapat perbedaan biaya hidup antara daerah yang satu dengan daerah
yang lain;
c. Pengertian tentang pendapatan yang tidak lengkap: Apakah tunjangan
yang didapatkan dari jaminan sosial masuk ke dalam definisi
pendapatan atau tidak?

5. What Matters—Relative or Absolute Deprivation?

Pentingnya Mempelajari Kemiskinan Absolut dan Relatif.

Apakah Deprivasi relatif atau absolut ini adalah ukuran yang lebih tepat
untuk menjadi alasan adanya redistribusi?

a. Kemiskinan absolut yang didasarkan dengan satu standar memang


memberikan definisi yang lebih pasti untuk kemiskinan.
b. Namun, standar hidup minimal seseorang akan lebih baik jika
didefinisikan relatif terhadap standar hidup orang-orang di
sekitarnya.
c. Selain itu, ketimpangan sosial membuat seseorang merasa tidak senang
dan tidak nyaman.

6. Definition and Facts on Welfare Policy in the Indonesia


Welfare policy adalah kebijakan dari pemerintah untuk mengentas masalah
masyarakat yang memiliki penghasilan yang rendah.

Negara melalui pemerintah bertugas mensejahterakan sosial. Pilar:


demokrasi, penegakan hukum, ham (5 pilar cek ppt anas)

Dasar hukum: UU 11/2009 ttg kesejahteraan sosial; UU 14/2019 ttg pekerja


sosial. Contoh BLT dan subsidi upah.

Diprioritaskan untuk orang/keluarga/kelompok/masy yg tidak layak scr


kemanusiaan dan punya kriteria masalah sosial misal kemiskinan, bencana,
korban kekerasan, cacat, ketelantaran, dll.

Karakteristik kebijakan:

a. Categorical and Means -Tested Programs:


1) Categorical welfare progams adalah program yang dibatasi oleh
demografi seperti kondisi rumah tangga yang hanya terdiri dari
ibu tunggal, terdapat disabilitas dan sebagainya.
2) Means-tested welfare programs adalah program yang terkait
dengan pendapatan dan aset.
b. Cash and In-Kind Programs:
1) Cash welfare programs adalah program kesejahteraan yang
menyediakan keuntungan tunai kepada penerimanya.
2) In -Kind Programs, menyediakan keuntungan dalam bentuk barang
seperti perumahan, pemeliharaan kesehatan dan sebagainya

Kemiskinan di Indonesia 0% pada 2024. Digitalisasi monograf desa


yang terintegrasi. Nantinya, semua tahapan penanganan kemiskinan akan
tersimpan secara digital, mulai dari pendataan, perencanaan, penganggaran,
monitoring, hingga evaluasinya.

Merujuk pada pengukuran global yang dilakukan Bank Dunia,


penghasilan di bawah purchasing power parity setara dengan $1,99 per
kapita, atau kalau dihitung hari ini untuk Indonesia kurang lebih Rp12
ribu per kapita per hari.

Terkait nilai tukar yang tidak sepadan antara dolar dan rupiah di atas,
menurut Halim karena pemerintah mempertimbangkan adanya konversi harga
barang-barang. Misalnya, harga makanan di Amerika Serikat dibandingkan
dengan harga di Indonesia.

Dengan ketetapan itu, maka mereka yang berpenghasilan di bawah Rp12


ribu per hari di Indonesia, masuk dalam kelompok masyarakat dengan
kemiskinan ekstrem.

7. Cash Welfare Programs


Program kesejahteraan yang menyediakan keuntungan tunai kepada
penerimanya. Di Amerika ada 2 bentuk:

a. TANF (Temporary Assitance for Needy Family)


Program bersama antara pemerintah federal dengan pemerintah negara
bagian. Programnya adalah menyediakan bantuan untuk keluarga yang
berpendapatan rendah. Jaminan ini terbukti dapat memberikan manfaat
bagi keluarga yang mengalami kekurangan sumber pendapatan.
b. SSI (Supplemental Security Income)
Memberikan bantuan tunai kepada lansia, orang buta, dan disabilitas.
Program ini mengisi celah yang belum tercakup dalam jaminan sosial
dan asuransi disabilitas. Dalam hal ini seseorang yang belum cukup
usia untuk bekerja, belum menerima jaminan sosial, dan asuransi
disabilitas, dapat memperoleh SSI.

Di Indonesia misalnya ada program pemberian jaminan akses kebutuhan dasar


bagi rakyat bawah, (pemenuhan kebutuhan pokok: sandang pangan papan)

a. BLT untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari


b. Bantuan Tunai Bersyarat/Program Keluarga Harapan
c. Jamsos
d. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
e. Beasiswa

Kelebihan: menggerakkan ekonomi di daerah tsb. Krn kalo dah dapet duit
langsung dipake buat belanja di pasar setempat. Ekonomi jadi tergerak di
daerah miskin tsb.

Kekurangan: disalahgunakan, misal dibuat beli rokok sama bapak-bapak.

Kalo gada BLT (Cash) maka duit ga muter di daerah itu. Tidak bisa
terdistribusi dengan baik.

8. In-Kind Programs

Terdapat empat jenis utama bantuan dalam bentuk barang/natura bagi orang
miskin di Amerika, yaitu :

a. Food stamps
Memberikan voucher makanan kepada penduduk tetap yang bertempat
tinggal minimal 5 tahun dan dalam kondisi miskin dengan pendapatan
130% di bawah garis kemiskinan.
b. Medicaid
Memberikan bantuan kesehatan kepada penduduk Amerika dan ini
merupakan program kesejahteraan yang terbesar yang menghabiskan dana
sebesar $ 333.2 juta di tahun 2007.
c. Public housing
1) Pembangunan apartemen
2) Bantuan sewa rumah yang disubsidi
d. Program nutrisi tambahan
Memberikan suplemen khusus untuk wanita hamil, balita, dan anak-
anak. Program lain berupa sarapan pagi dan makan siang di sekolah
dengan harga murah atau gratis.

Kelebihan: kalo butuh makan ya diaksih makanan, kalo butuh pendidikan ya


dikasih KIP. Gak dibeliin barang yang aneh2.

Kekurangan: ekonomi ga tumbuh dalam jk waktu dekat. Misal diaksih


imunisasi, pasarnya ga rame. Dia ga menggerakan ekonomi secara langsung.

Program di Indonesia:

Program seperti ini disebut Program Bantuan Sosial untuk Rakyat. Untuk
mengetahui lebih detail tentang program bantuan sosial dari pemerintah
Indonesia, yuk simak penjabaran berikut ini:

1. Kartu Indonesia Pintar

Kartu ini diberikan kepada anak-anak usia sekolah yang tidak mampu.
Bahkan, anak-anak yang menerima bantuan ini tidak hanya mereka yang
bersekolah di sekolah biasa. Anak-anak yang bersekolah di sekolah
non formal, di panti asuhan, pesantren, dan lainnya yang terdaftar
sebagai lembaga non formal bisa mendapatkan program bantuan sosial
ini jika benar terdata sebagai keluarga yang kurang mampu. Bantuan
bagi anak-anak pemegang Kartu Indonesia Pintar ini berupa uang tunai
yang sebaiknya digunakan untuk menunjang pembelajaran anak-anak.
Anak SD sederajat menerima sebesar Rp 450.000/tahun, SMP sederajat
Rp 750.000/tahun, dan SMA sederajat Rp 1.000.000/tahun.

Program bantuan sosial ini merupakan kerjasama tiga Kementerian,


yaitu Kemendikbud, Kemensos, dan Kemenag. Dalam program ini,
penerima bantuan wajib menjaga dengan baik Kartu Indonesia Pintar
tersebut sebagai identitas. Melansir dari
laman indonesiapintar.kemdikbud.go.id, penggunaan dana dari program
bantuan sosial ini harus digunakan selaras dengan tujuannya, dan
memiliki lembaga yang mengawasi jalannya program.

2. Jaminan Kesehatan Nasional

Program bantuan sosial yang satu ini sering disebut oleh masyarakat
dengan BPJS. Padahal, BPJS adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
yang menyelenggarakan jaminan kesehatan. Berdasarkan
laman jkn.kemkes.go.id, Jaminan Kesehatan Nasional ini ternyata
tergabung dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan 4 jaminan
lain, yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan
Pensiun, dan Jaminan Kematian. Nah, program bantuan sosial ini
ditujukan untuk semua warga negara Indonesia tanpa terkecuali,
bahkan juga untuk warga negara asing yang telah menetap selam 6
bulan dan membayar iuran setiap bulan.

Tetapi, karena tidak semua warga negara Indonesia mampu membayar


iuran jaminan kesehatan, maka pemerintah membaginya menjadi 2
kategori untuk program ini., yaitu PBI (Penerima Bantuan Iuran) dan
Bukan PBI. PBI adalah mereka yang terkategorikan sebagai fakir
miskin serta orang-orang cacat total baik fisik maupun mental yang
tidak bisa bekerja. Sedangkan bukan PBI adalah pekerja penerima upah
dan keluarga (ASN, POLRI, TNI, Pegawai swasta), Pekerja bukan
penerima upah dan keluarga (wiraswasta) serta bukan pekerja dan
keluarga (veteran, penerima pensiun).

Yang dijamin dalam program bantuan sosial ini sejumlah 5 orang dalam
1 Kartu Keluarga. Bila anggota keluarga lebih dari 5 orang, maka di
luar jumlah tersebut harus membayar iurannya sendiri. Meski jumlah
iuran yang dibayarkan tidak bisa dibilang sedikit, tetapi fasilitas
yang diperoleh warga negara yang sakit terbilang baik. Banyak orang
merasa keberatan dengan adanya iuran yang kebetulan baru bertambah
di awal tahun 2020. Banyak juga yang merasa pengurusan administrasi
JKN hingga pasien mendapatkan pelayanan kesehatan terbilang rumit.

Tetapi, bagi pengguna rutin JKN tersebut, seperti orang dengan


penyakit yang harus mengonsumsi obat tanpa henti, ibu bersalin
dengan proses operasi, penyakit yang cukup tinggi kasusnya di
Indonesia seperti TBC, serta biaya rawat inap, dapat sangat
merasakan keringanan dari bantuan program ini.

3. Program Keluarga Harapan

Program Keluarga Harapan ini berupa sejumlah uang yang diberikan


pemerintah kepada KPM atau Keluarga Penerima Manfaat. KPM merupakan
Keluarga Miskin yang telah terdata oleh pemerintah. Mulai tahun
2019, Program bantuan sosial ini dibagi menjadi 2, yaitu Bantuan
Tetap dan Bantuan Komponen. Bantuan Tetap diperuntukkan bagi setiap
KPM sejumlah Rp550.000/tahun dan Rp 1.000.000/tahun untuk wilayah
yang sulit dijangkau.

Bantuan Komponen diperuntukkan bagi ibu hamil sebesar Rp2.400.000,


anak usia dini Rp2.400.000, anak usia SD Rp900.000, anak usia SMP
Rp1.500.000, anak usia SMA Rp2.000.000, penyandang disabilitas berat
dan lansia sejumlah Rp2.400.000. Nah, bantuan tersebut juga
diimbangi dengan kewajiban dari penerimanya. Yaitu, ibu hamil wajib
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat dan anak usia
sekolah harus terbukti bersekolah tanpa kendala.

4. Program Bantuan Sosial Rastra dan Bantuan Pangan Non Tunai

Program Bantuan Sosial Beras Sejahtera (Bansos Rastra) disebut


sebagai bantuan berupa beras kualitas medium seberat 10kg kepada
setiap keluarga miskin terdata. Namun, pada pertengahan 2019,
program bantuan sosial ini diganti menjadi Bantuan Pangan Non Tunai
atau BNPT sejumlah Rp 110.000/ bulan. Hal ini ditujukan agar bantuan
tersebut bisa diberikan dalam bentuk selain beras, demi dapat
memenuhi kebutuhan gizi keluarga. BNPT hanya dapat dibelanjakan
melalui e-warung berupa beras kualitas medium dan atau telur.

5. Program Penanganan Fakir Miskin


Program bantuan sosial yang satu ini ada beberapa jenis. Program-
program yang tersusun di dalamnya memang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup fakir miskin. Programnya antara
lain Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak
Layak Huni (RS-Rutilahu) serta Sarana Prasarana Lingkungan
(Sarling). KUBE ditujukan agar fakir miskin dapat membuat usaha yang
dikerjakan bersama, RS-Rutilahu ditujukan untuk memberikan  hunian
lebih layak pada fakir miskin, dan Sarling ditujukan untuk membangun
sarana prasarana lingkungan di sekitar RS-Rutilahu.

6. Program Imunisasi Gratis

Program imunisasi gratis ini merupakan program bantuan sosial yang


ditujukan untuk mencegah tingginya angka sakit dan kematian bayi
akibat penyakit berbahaya. Tetapi, bukan berarti setelah memperoleh
vaksin saat imunisasi akan menghindarkan bayi dan anak-anak dari
penyakit tersebut 100%. Risiko terkena penyakitnya tetap ada tetapi
dapat diminimalisasi efeknya. Sehingga tidak mengakibatkan
malnutrisi, cacat, bahkan kematian.

Vaksin yang diberikan gratis oleh pemerintah mencakup vaksin-vaksin


dasar seperti BCG (Baccile Calmett
Guerin), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis B, Polio dan MR/MMR.
Vaksin di luar vaksin-vaksin tersebut di atas bisa diberikan, tetapi
tidak dibiayai oleh Pemerintah. Vaksin yang gratis ditujukan untuk
bayi dan balita Indonesia sehat dan berkembang dengan baik.
Penyakit-penyakit tersebut dapat mempengaruhi tumbuh kembang balita
yang berdampak hingga ia dewasa.

7. Program Pemberian Vitamin A

Program bantuan sosial ini diberikan melalui posyandu yang rutin


diadakan setiap bulan oleh puskesmas di setiap kecamatan. Vitamin A
dijadwalkan untuk diberikan bagi balita setiap bulan Februari dan
Agustus. Pemberian vitamin A ini tidak kalah penting untuk diberikan
seperti pemberian vaksin karena bertujuan untuk membantu proses
pertumbuhan dan daya tahan tubuh terhadap penyakit.

Kekurangan vitamin A rupanya dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh


balita serta meningkatkan risiko penyakit dan kematian. Selain itu
juga bisa mengakibatkan kebutaan pada anak yang seharusnya bisa
dicegah. Maka dari itu pemberian vitamin A penting untuk dilakukan.

Bahkan, tidak hanya balita lho yang mendapatkan vitamin A dari


pemerintah secara gratis. Ibu yang baru melahirkan dan masih belum
selesai masa nifas juga berhak mendapatkan vitamin A selain juga
mendapatkan tablet penambah darah. Nah, mengapa pemerintah merasa
perlu untuk memberikan asupan ini? Hal ini karena dosis vitamin A di
pasaran berbeda-beda, sehingga pemerintah memberikan dosis yang
tepat dan sama rata untuk seluruh target.
Bayi usia 6-11 bulan mendapat kapsul berwarna biru dengan dosis
100.000 IU, sedangkan balita 12-59 bulan dan ibu nifas mendapat
kapsul berwarna merah dengan dosis 200.000 IU.

8. Program Pemberian Obat Cacing

Seiring meningkatnya masalah stunting di negara berkembang, asupan


nutrisi anak di 1000 Hari Pertama Kelahiran menjadi perhatian
pemerintah Indonesia. Pemberian obat cacing termasuk dalam bagian
dari langkah mencegah stunting karena saat anak cacingan, maka
pertumbuhannya jadi terhambat. Inilah mengapa penting bagi balita
mendapat obat cacing dua kali dalam satu tahun. Sebenarnya,
pemberian obat cacing bisa dilakukan sendiri oleh orangtua dengan
biaya sendiri karena obat cacing juga tidak begitu mahal. Tetapi,
karena kurangnya kesadaran orangtua di Indonesia untuk memberi
keluarga obat cacing, maka pemerintah memberikan obat cacing melalui
posyandu balita setiap 2 kali dalam setahun agar pemberiannya tepat
sasaran.

9. Program Pemberian Makanan Tambahan Bayi dan Ibu Hamil

Masih berkaitan dengan masalah stunting dan tujuan jangka panjang


pemerintah Indonesia untuk memaksimalkan usia produktif rakyatnya
beberapa tahun ke depan, pemerintah semakin getol memberi asupan
bergizi lewat Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita dan ibu
hamil.

PMT Balita biasanya diberikan saat posyandu balita berupa snack


tinggi kalori, seperti aneka kue basah, macaroni schotel, pudding
susu atau bubur kacang hijau. Tetapi, ada pula PMT balita yang
berupa biskuit tinggi kalori dari Kementerian Kesehatan dan
diedarkan ke seluruh Indonesia. Balita usia 6-11 bulan dan 12-59
bulan mendapatkan dosis biskuit yang berbeda.

PMT Balita dibagi menjadi dua, yaitu PMT Balita Penyuluhan dan PMT
Balita Pemulihan. PMT Penyuluhan diberikan untuk balita siapa saja
secara merata, sedangkan PMT Pemulihan ditujukan untuk balita yang
mengalami kondisi tidak normal, seperti balita dengan penyakit
penyerta yang menghambat pertumbuhan, balita kurus, dan balita
dengan berat badan di bawah garis merah (garis median). Prioritas
perolehan biskuit PMT Balita ini adalah Balita BGM (bawah garis
merah), balita dengan penyakit penyerta, balita kurus (wasting),
balita yang terlihat baik-baik saja tetapi mengarah ke keadaan
kurang gizi, dan terakhir balita pada umumnya.

Nah, balita dengan permasalahan berat badan dan malnutrisi yang


tidak bisa dikejar targetnya hanya dengan biskuit, maka akan
dioptimalkan dengan susu. Untuk bantuan susu, orangtua perlu
memiliki resep dari Dokter Spesialis Anak yang kemudian akan
diteruskan pada Dinas Kesehatan setempat. Bantuan susu ini sangat
membantu lho bu, karena rata-rata susu tinggi kalori untuk balita
yang mengalami malnutrisi harganya relatif lebih mahal daripada susu
biasa.
PMT Ibu hamil juga ada. Bentuknya juga biskuit dan diberikan
langsung oleh petugas yang mendatangi ibu hamil ke rumah. Jumlah
konsumsi juga dicantumkan dalam kemasan untuk setiap trimester
kehamilan. PMT ibu hamil ini juga terbagi menjadi PMT Penyuluhan dan
PMT Pemulihan, dengan prioritas utama adalah ibu hamil dengan
kondisi kekurangan nutrisi. Terlepas dari adanya pemberian makanan
tambahan ini, karena sifatnya hanyalah Makanan Tambahan, maka asupan
utama dari makanan bergizi sehari-hari tetap diperlukan.

10. Program Pendampingan Penyakit, Masalah Sosial, dan Pemantauan


Gizi 

Program bantuan sosial yang satu ini berupa jasa konsultasi maupun
penanganan lanjutan. Program pendampingan penyakit misalnya seperti
pendampingan untuk penderita TBC. Karena biasanya orang yang
terjangkit TBC enggan untuk memeriksakan diri dan enggan dikucilkan
masyarakat. Untuk itu perlu dihadirkan petugas pendamping untuk
mensupport mental dan memantau kepatuhan konsumsi obat. Pendampingan
masalah sosial juga ada.

Pendampingan ini dilakukan untuk masalah-masalah sosial


seperti Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Korban KDRT akan
didampingi untuk membuat laporan ke kepolisian dan didampingi
psikisnya oleh psikolog puskesmas. Ada pula permasalahan seperti
warga yang megidap kanker tapi kekurangan biaya untuk berobat.
Biasanya pemerintah di tingkat kelurahan, kecamatan, dan puskesmas
akan bersinergi untuk melakukan pendampingan psikis dan pendampingan
untuk berobat. Selain itu juga diteruskan untuk mendapatkan bantuan
dana dari pemerintah.

Program pendampingan berikutnya adalah pendampingan calon pengantin


dari pihak puskesmas. Pendampingan ini dilakukan sejak calon
pengantin melakukan suntik tetanus ke puskesmas, sampai nanti calon
pengantin memiliki anak pertama dan usia anaknya 2 tahun. Program
yang satu ini ditujukan untuk menjaga asupan nutrisi calon ibu yang
nantinya akan memiliki bayi. Kembali tentang mempersiapkan generasi
bebas stunting.

9. The Moral Hazard Costs of Welfare Policy (Biaya atas Bahaya Moral dalam
Kebijakan Kesejahteraan)

Adanya dana yang hilang ditengah jalan (?)

a. Biaya administrasi. Misal 10% dari dana TANF. Bedain sama


korupsi, misal BLT 500k, eh si orang miskin dapet 400k. yg
100k dipotong sama yg bagi. Nah itu korupsi. Karena harusnya
dapet 500k. tapi kalo biaya adm misal buat makan pegawai yang
ngebagi.
b. Beban pajak yang menurunkan hasil kerja orang yang
berpenghasilan tinggi (orang berpenghasilan tinggi menabung
lebih sedikit). Beban pajak dari kaya ke miskin, misal kaya
ngasih sumbangan ke miskin, penghasilannya udah kena pajak.
Misal gaji 100 juta, udah potong pajak. Nah itu misal mau
disumbangkan udah termasuk kena pajak. Biar ga kena pajak,
dikasihkan dalam bentuk zakat, hibah, atau sumbangan yg
lembaga sumbangannya udah ditetapkan oleh pemerintah. Misal
zakat lewat baznas. Kalo nyumbang langsung tuh kena pajak.
c. Moral hazard individu, karena pemerintah menjamin individu
menjadi tidak miskin, maka pemerintah meningkatkan keinginan
masyarakat untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan
dari pemerintah. Mendefinisikan miskin itu susah.

Tukang nasi goreng bisa ngaku miskin. Pdhal bisa aja pendapatannya banyak.
Soalnya pemerintah ga bisa mendefinisikan miskin engga nya. Dan pemerintah
ga punya data pendapatannya juga.

10. Moral Hazard Effects of a Means-Tested Transfer System

Konsepnya:

- Makin tinggi pendapatan, benefitnya makin berkurang. Jaminan akan


lebih bermanfaat kalo pendapatan kita kecil. Semakin kurang mampu,
benefit yang dirasakan semakin besar.

Efek moral hazard digambarkan dengan persamaan:

B = G – τ x w x h

B = benefits

G = Guarantee level

t = benefit reduction (implicit tax)

w = wage rate

h = hours worked
Susah baca kurva, intinya:

Ada jaminan sebesar 12.140,

Tuan X: konsumsi setahun 6.000 dengan leasure time 1.600 mendorong dia
untuk mencapai posisi leasure time 2.000, toh nantinya dia juga bakal
dapat bantuan.

Tuan Y: mendorong tuan Y untuk menurunkan tingat konsumsinya dari 14.000


menjadi 12.140 agar nanti dia dapat bantuan. Bagaimana cara dia
menurunkannya? Mungkin dengan tidak bekerja. (ini lah yang melakukan moral
hazard).

Tuan Z: tidak terpengaruh.

Misal di wonosobo garis kemiskinan 2jt

Ada yg ga kerja samsek tapi dapet juga 2jt biar dia bisa hidup.

Nah kalo w sama h nol, berarti 2jt – 0. Dia tetep dapet 2jt. Jadi dia tuh
mending ga kerja hahha.

Di Indonesia ga pakai ini (ga mungkin), karena sulit tau berapa


penghasilannya. Jadi, persamaan ini susah diterapkan di indo. Cuma teori
aja. jadi mending pemerintah indo ngasih BLT sama rata (tapi ini ga adil.
Karena si miskin dapet jumlah yg sama dengan yg ga begitu miskin)

11. Solving Moral Hazard by Lowering the Benefit Reduction Rate


Misal dikurangi 50%, awalnya yang dapat bantuan itu penghasilan 12.140 ke
bawah, sekarang menjadi 24.280. menyebabkan orang-orang seperti Mr. X dan
Ms. Y mengurangi waktu luang mereka (meningkatkan tenaga kerja mereka).

12. The “Iron Triangle” of Redistributive Programs

Berapakah BRR ataupun Guarantee Rate yang harus ditetapkan agar orang mau
bekerja, distribusi merata, dan biaya yang lebih sedikit?

Dalam konteks program kesejahteraan tidak ada cara menentukan BRR (benefit
Reduction Rate) ataupun benefit guarantee yang bisa mendorong seseorang
untuk bekerja, mendistribusikan lebih merata, dan menghabiskan biaya yang
sedikit

a. Apabila pemerintah menurunkan benefit reduction rate untuk guarantee


level yang diberikan, itu tidak akan meningkatkan semangat bekerja
atau menurunkan biaya.
b. Apabila pemerintah menurunkan guarantee level untuk benefit
reduction level yang diberikan, itu akan meningkatkan semangat
bekerja dan menurunkan biaya, tetapi akan menurunkan income
redistribution (karena yang miskin akan dapet lebih sedikit).
c. Apabila pemerintah menaikkan guarantee, itu akan meningkatkan income
redistribution tetapi akan membuat orang malas bekerja dan menaikkan
biaya
Pemerintah selalu menemukan trade-off.

1. Distribusi, dari si kaya ke si miskin. Misal bansos.


2. Encourage work (mendorong agar mereka produktif), misal program
kartu prakerja.
3. Lower cost, program kesejahteraan butuh biaya, biaya yg dikeluarkan
oleh pemerintah harus dibuat seefisien mungkin.

Tidak bisa dicapai secara bersamaan.

Misal bansos, distribusi terpenuhi, tapi trade-off orang2 malas bekerja.


Misal bansos ditingkatkan, lower cost tidak terpenuhi karena beban APBN
makin tinggi.

Misal kartu prakerja, di Jakarta sama di bekasi. Yah pdhal Jakarta kan
harusnya lebih merata, nah ini redistribusi jadi ga maksimal.

13. Reducing the Moral Hazard of Welfare; Moving to Categorical Welfare


Payments

Cara mengurangi moral hazard:

- Moral hazard terjadi karena pemerintah ingin meredistribusi


tunjangan ke orang miskin, namun orang-orang bebas mengontrol
pendapatannya sehingga orang yang sebenarnya tidak berhak pun bisa
jadi akan mendapat tunjangan.
- Jadi, seharusnya tunjangan tidak diberikan berdasar pendapatan,
namun berdasarkan kemampuan seseorang dalam menghasilkan pendapatan
tersebut.
- Disarankan untuk menggunakan categorical welfare payment karena
orang- orang cenderung sulit untuk mengubah perilakunya demi
mendapatkan tunjangan. (Misal: apabila tunjangan diberikan pada
penyandang disabilitas, tidak mungkin orang sehat akan berusaha
memotong tangannya atau melakukan hal-hal lain sehingga ia menjadi
penyandang disabilitas).

Miskin tapi tidak ternotice karena rumah warisannya gede, dianggap kaya
sama pemerintah. Ada yg ga miskin tapi ternotice miskin karena rumah gede.
Jadi kita ubah definisinya, misal orang yang gabisa kerja. Misal
disabilitas, makanya dia dikategorikan miskin. Jadi orang miskin bukan
dari penghasilannya tapi dari ketidakmampuannya menghasilkan uang.

14. Reducing the Moral Hazard of Welfare; Using “Ordeal Mechanisms”

Menangani moral hazard dengan mekanisme uji coba.


a. Ordeal mechanism adalah fitur program kesejahteraan yang membuat
programnya menjadi tidak menarik bagi orang yang tidak membutuhkan
tetapi membantu yang benar-benar membutuhkan
b. Penargetan akan lebih efisien dan tepat sasaran.
c. Misalnya, dibagikan makanan gratis, namun orang-orang yang ingin
mendapatkannya harus mengantre dalam waktu yang cukup lama. Orang-
orang yang tidak membutuhkan pun tidak akan ikut mengantre dan hanya
orang-orang yang membutuhkanlah yang mendapatkannya.

Paradox of Ordeal Mechanism. Bisa aja nyamar biar dapat manfaat karena
pemerintah gatau. Nah ini bisa mengurangi jatah buat mereka yang
seharusnya dapet.

BPJS murah pas ambil obat antri panjang.

15. Increasing Outside Options

Increasing outside adalah opsi pemecahan masalah moral hazard dimana


Pemerintah bisa mencoba meningkatkan gaji orang-orang yang berpendapatan
rendah supaya mereka tidak lagi berada di bawah garis kemiskinan dan tidak
lagi mendapatkan tunjangan.

Singkatnya:

- Gaji naik
- Garis batas anggaran bergeser ke atas (dari ABD ke EFD)
- Kurva indiferen bergeser ke atas juga (dari Y1 ke Y2)
- Orang itu tidak lagi mendapat program kesejahteraan

Ada bermacam-macam cara untuk melakukan increasing outside, di antaranya:

a. Pelatihan
Pemerintah tidak memberikan tunjangan kepada pekerja namun
memberikan pelatihan pada pekerja. Apabila kompetensi pekerja
bertambah, gajinya pun akan bertambah.
b. Subsidi pasar tenaga kerja
Pemerintah tidak memberikan tunjangan kepada pekerja namun
memberikan subsidi ke perusahaan yang akan disalurkan ke pekerja
melalui gajinya. Pekerja terpaksa produktif agar mendapatkan gaji.
c. Penitipan anak
Pemerintah tidak memberikan tunjangan kepada pekerja namun
memberikan subsidi ke penitipan anak. Hal ini akan meningkatkan
produktivitas orang tua karena ia bisa menitipkan anaknya dengan
biaya yang terjangkau lalu bekerja.
d. Child support
Apabila ada orang tua yang sudah bercerai/berpisah, gaji ayahnya
akan dipotong oleh perusahaannya dan dikirim ke anaknya. Hal ini
akan berpotensi mengurangi insiden single mother dengan membuat
secara finansial mahal bagi ayah untuk meninggalkan keluarga mereka.
e. Remove Welfare Lock
Ada program kesejahteraan yang mengaitkan tunjangan sosial dengan
asuransi kesehatan (sudah satu paket)
Hal ini akan menyebabkan welfare lock, yaitu tidak inginnya orang
meninggalkan program kesejahteraan karena besarnya manfaat yang bisa
mereka dapat.
Jadi,

- Garis batas anggaran program kesejahteraan biasa: ABD


- Garis batas anggaran program kesejahteraan dengan tambahan
asuransi kesehatan: ABEF
- Orang-orang jadi tidak rela meninggalkan pekerjaan lamanya
demi pekerjaan yang lebih baik apabila tambahan gajinya hanya
sedikit (karena pekerjaannya yang lama menawarkan asuransi
kesehatan)
- Bahkan, bisa jadi ada orang yang meninggalkan pekerjaan
lamanya demi mendapatkan asuransi kesehatan (misal dari A ke
E)

16. Evaluating the 1996 Welfare Reform


a. Cash welfare diubah dari entitlement menjadi block grant.
b. Negara diizinkan dan didorong untuk bereksperimen dengan struktur
alternatif pembayaran cash welfare.
c. Batas waktu dikenakan pada penerima program kesejahteraan (supaya
orang- orang terdorong untuk bekerja).
d. Persyaratan-persyaratan dikenakan pada penerima program
kesejahteraan (misal: penghasilan minimal, telah mencoba mencari
kerja berapa kali dalam setahun).
e. Upaya-upaya baru untuk mengurangi jumlah single mother diperkenalkan
(untuk mengurangi tunjangan terhadap single mother).
17. Universal Basic Income

Dalam mengukur ketimpangan, dapat dilakukan dalam beberapa cara. Dalam


suatu negara, semakin rendah ketimpangan, semakin baik.

a. Kurva Lorenz
1) Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan
nasional di kalangan lapisan-lapisan penduduk.
2) Kurva ini terletak di dalam sebuah bujur sangkar yang sisi
tegaknya melambangkan persentase kumulatif pendapatan
nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase
kumulatif penduduk.
3) Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus)
menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang semakin
merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin jauh dari
diagonal (semakin lengkung), maka ia mencerminkan keadaan yang
semakin buruk, distribusi pendapatan nasional semakin timpang
dan tidak merata

b. Indeks Gini atau Rasio Gini


1) Digunakan untuk melihat adanya hubungan antara jumlah
pendapatan yang diterima oleh seluruh keluarga atau individu
dengan total pendapatan.
2) Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan
mempunyai selang nilai antara 0 sampai dengan 1.
3) Bila Gini Ratio mendekati nol menunjukkan adanya ketimpangan
yang rendah dan bila Gini Ratio mendekati satu menunjukkan
ketimpangan yang tinggi.
4) Kategori Ketimpangan berdasarkan nilai koefisien Gini :

Nilai Rasio Gini Distribusi Pendapatan


… < 0,40 Tingkat ketimpangan/ketidakmerataan

0,40 – 0,50 Tingkat ketidakmerataan sedang

… > 0,50 Tingkat ketidakmerataan tinggi

c. Kriteria Bank Dunia


1) Menurut Bank Dunia, ketimpangan distribusi pendapatan diukur
dengan menghitung persentase jumlah pendapatan masyarakat dari
kelompok yang berpendapatan rendah dibandingkan dengan total
pendapatan penduduk.
2) Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia (World Bank)
Pandemi Covid-19 masih saja menjadi topik yang hangat
diperbincangkan termasuk bagaimana upaya pencegahan yang
dilakukan oleh pemerintah. Dalam kegiatan beragama, pemerintah
melalui MUI menyatakan bahwa kegiatan ibadah yang mengumpulkan
banyak massa harus dikurangi untuk mencegah penyebaran
penyakit Corona.
Tapi, ada satu fakta yang mengejutkan di objek yang saya kaji,
yaitu pencegahan hanya dilakukan selama 3 bulan pertama
pandemi mulai merabak di Kabupaten Tuban. Bahkan hal yang
lebih mengejutkan lagi, adalah tidak ada masyarakat di Desa
Sidoharjo yang menggunakan masker karena berdalih corona
adalah hoax.

Duit Indo ga cukup. Kaya dikasih gaji per bulan.


Perpajakan: Cara Kerja dan Artinya

Perpajakan Keuangan Publik 1 - Materi Lengkap & Jelas Jawab


(canducation.com)

Types of Taxation

1. Taxes on Earnings
- Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
- Penghasilan menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) UU PPh:
o Penghasilan pekerjaan dari hubungan kerja/pekerjaan bebas; Misal,
gaji, honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris,
aktuaris, akuntan, pengacara, dsb.
o Penghasilan dari usaha atau kegiatan;
o Penghasilan dari modal baik harta bergerak atau tidak bergerak;
Misal, bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan
harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha.
o Penghasilan lainnya. Misal, pembebasan utang dan hadiah.

- Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan pekerja.


Pajak gaji adalah sarana utama untuk membiayai program asuransi sosial,
seperti yang dibahas dalam bab-bab sebelumnya (Jaminan Sosial, asuransi
pengangguran, Medicare, dan sebagainya).

2. Taxes on Individual Income


- Pajak Penghasilan Individu pajak yang dibayarkan oleh individu atas
penghasilan yang diperoleh selama tahun tersebut.
- Penghasilan yang dimaksud mencakup hal yang lebih luas daripada hanya
penghasilan dari pekerjaan orang. Contoh: keuntungan penjualan modal,
laba menjual barang modal seperti saham, rumah, dll.

3. Taxes on Corporate Income


- PPh perusahaan: pajak dipungut dari penghasilan sebuah koorporasi.
- Pro dan Kontra:
Pro Kontra
Pajak perusahaan bersifat Pajak perusahaan menghambat
progresif (perusahaan yang lebih produktivitas perusahaan, yang
kaya dipajaki lebih besar) akan menghambat efektivitas
sehingga apabila diterapkan, maka perekonomian. (mengutamakan
perekonomian akan adil. efisiensi)
(mengutamakan keadilan/equity)

4. Taxes on Wealth
- Pajak kekayaan: Pajak berdasar nilai aset yg dimiliki
individu/keluarga.
- Pajak properti: Pajak berdasar nilai perumahan. Pajak properti, kadang-
kadang dikenal sebagai 'pajak rumah,' adalah pajak lokal yang dikenakan
pada pemilik bangunan dan tanah tempat tinggal lainnya.
- Pajak warisan: pajak yang dikenakan atas harta seseorang setelah dia
meninggal.
- Jadi alternatif penerimaan di Indonesia? Prancis, norwegia, spanyol dan
swiss yang udah jalan. Dapat memulihkan ekonomi dan membantu masyarakat
yang kesulitan ekonomi karena pandemi. Lebih mudah diimplementasikan.

5. Taxes on Consumption
- Pajak konsumsi: Pajak terhadap konsumsi barang individu atau rumah
tangga
- Pajak penjualan: Pajak yg dibayar dari konsumen ke penyedia jasa/barang
saat penjualan.
- Cukai: Pajak pada penjualan barang tertentu yang peredarannya perlu
dilakukan pengawasan, seperti rokok.
6. Taxation Around the World

Penerimaan Pajak menurut Jenis Pajak di AS

(2010, % dari Total Penerimaan Pajak)


Federal State and Local Total

Pajak Pendapatan Individu 42% 20% 34%

Kontribusi Asuransi Sosial

(Pajak Gaji Pegawai) 35 0 24

Pajak Perusahaan 13 4 10

Pajak Konsumsi 3 34 14

Pajak Tanah dan Bangunan 0 33 11

Lainnya 7 9 7

Norway Denmark OECD Average

Pajak Pendapatan Individu 24% 55% 25%

Kontribusi Asuransi Sosial

(Pajak Gaji Pegawai) 23 2 27

Pajak Perusahaan 22 5 8

Pajak Konsumsi 26 30 31

Pajak Tanah dan Bangunan 3 4 5

Lainnya 2 4 4

Distribusinya sangat berbeda di negara lain.Gambar 18-2menunjukkan


distribusi pajak di dua negara dengan sistem pajak yang sangat berbeda,
Norwegia dan Denmark, dan kemudian untuk kumpulan negara-negara
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang maju
secara keseluruhan. Di Norwegia, pendapatan dinaikkan hampir sama dari
pajak penghasilan, pajak gaji, pajak konsumsi, dan pajak penghasilan
perusahaan, dengan bagian pendapatan yang sangat kecil dari pajak
properti. Di Denmark, sebaliknya, setengah dari pendapatan diperoleh dari
pajak pendapatan individu, dengan sebagian besar sisanya dari pajak
konsumsi; ada bagian kecil dari pajak penghasilan perusahaan, pajak
properti, dan pajak gaji. Rata-rata, negara-negara maju OECD lainnya
memiliki bagian pendapatan pajak dari pajak konsumsi yang empat kali lebih
besar dari Amerika Serikat dan bagian dari pajak gaji yang hampir sama.
Structure of the Individual Income Tax

7. Computing the Tax Base

PPh dinilai dari pendapatan bersih dikurangi pengurang dan pengecualian.

• Pendapatan bruto: total pendapatan individu dari berbagai sumber.

• Adjusted gross income (AGI): pendapatan kotor minus penyesuaian.

• Pendapatan kena pajak: Hasil penyesuaian pendapatan kotor


dengan pengurang dan pengecualian/pembebasan.

• Untuk menghitung adjusted gross income/AGI, gross income dikurangkan


dengan exemptions(pengecualian) dan deductions(pengurang)
• Exemptions: sejumlah uang yang dikurangkan dari penghasilan
bruto untuk diri sendiri, istri, dan tanggungan.

• Deductions, ada dua jenis:

• Standard deduction: sudah ada sejumlah tetap pengurang


yang bisa dipakai.

• Itemized deduction: pembayar pajak mengurangi


penghasilan brutonya sejumlah beban-beban yang ia
keluarkan.

Di AS sendiri, pengurang ini mencakup:

• Beban pelayanan medis;

• Pajak daerah yang telah dibayar;

• Bunga hipotek dan investasi;

• Jumlah yang telah dibayarkan untuk amal;

• Kerugian yang tidak diharapkan (misal: kecurian, dsb);

• Beban pegawai yang belum dibayarkan.

Di Indonesia, untuk PPh secara garis besar:

PPh 21

Gaji pokok

+ Tunjangan, dll

Penghasilan bruto

(Pengurangan) :

- Biaya jabatan (5% x bruto)


- Iuran JHT (2% x gaji pokok)
- Jaminan pensiun

Penghasilan Netto

(PTKP)

PhKP setahun

PPh terutang (dikalikan dengan terif sesuai PhKP nya)


PPh 22

a. Impor (Angka Pengenal Importir x nilai impor) API: 2,5%; Non-API:


7,5%

PPh 23

Penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan
penghargaan, selain y ang telah dipotong PPh Pasal 21. %tarif dikali
berapa nilai yang diperoleh.

a. Divide, bunga, royalti, dan hadiah: 15%


b. Sewa, imbalan jasa: 2%

Pasal 24

Kredit Pajak Luar Negeri

Max Kredit Pajak = Ph LN/PhKP x Pajak terhutang tahun berjalan

PPh 25

Angsuran pajak

8. Tax Rates and Taxes Paid

Tax Rates

Di Indonesia,

PPh 21

Gaji pokok

+ Tunjangan, dll
Penghasilan bruto

(Pengurangan) :

- Biaya jabatan (5% x bruto)


- Iuran JHT (2% x gaji pokok)
- Jaminan pensiun

Penghasilan Netto

(PTKP)

PhKP setahun

PPh terutang (dikalikan dengan terif sesuai PhKP nya)

Lapis PKP Tarif


≤ Rp50.000.000 5%
Rp50.000.000 < PKP ≤ Rp250.000.000 15%
Rp250.000.000 < PKP ≤ Rp500.000.000 25%
PKP > Rp500.000.000 30%
Tarif pajak penghasilan 2022 juga berbeda dari sebelumnya. Karena
penambahan lapis penghasilan, tarif pajak baru juga menjadi lima lapis.

Lapis PKP Tarif


≤ Rp60.000.000 5%
Rp60.000.000 < PKP ≤ Rp250.000.000 15%
Rp250.000.000 < PKP ≤ Rp500.000.000 25%
Rp500.000.000 < PKP ≤ Rp5.000.000.000 30%
PKP > Rp5.000.000.000 35%

Pasal 17 (1) b

Tarif PPh atas PhKP bagi WP Badan DN dan BUT: Perubahan tarif tahun 2022
dari 20% kebali menjadi 22%.

PPh 22

b. Impor (Angka Pengenal Importir x nilai impor) API: 2,5%; Non-API:


7,5%

PPh 23

Penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan
penghargaan, selain y ang telah dipotong PPh Pasal 21. %tarif dikali
berapa nilai yang diperoleh.

c. Dividen, bunga, royalti, dan hadiah: 15%


d. Sewa, imbalan jasa: 2%

Pasal 24

Kredit Pajak Luar Negeri

Max Kredit Pajak = Ph LN/PhKP x Pajak terhutang tahun berjalan

PPh 25

Angsuran pajak, tinggal disesuaikan bulannya.

Tax Paid

Istilah terkait pembayaran pajak:

1. Kredit pajak/tax credits: Jumlah di mana pembayar pajak diizinkan


untuk mengurangi pajak yang mereka bayarkan kepada pemerintah
(memperhitungkan pajak yang telah dibayar atau dipungut di muka).
2. Pemotongan/witholding: Pengurangan taksiran pajak terutang langsung
dari penghasilan pekerja.
3. Restitusi/refund: Perbedaan antara jumlah yang dipotong dari
penghasilan pekerja dan pajak yang terutang jika yang pertama lebih
tinggi–yang akan dikembalikan pada wajib pajak.

Measuring the Fairness of Tax Systems

9. Average and Marginal Tax Rates


- Dua fasilitas utama dari sistem perpajakan:

a. Marginal tax rate/tarif pajak marginal: tarif pajak yg


dikenakan akibat penambahan 1 Dolar pendapatan.

i. Tarif pajak berupa persentase terhadap suatu


penghasilan. Tarif tersebut akan lebih tinggi terhadap
penghasilan yang lebih tinggi.

ii. Misalknya bagi mereka dengan penghasilan kena pajak


diantara Rp.0 sampai dengan Rp.50 Juta tarif pajaknya
adalah 5%, sedangkan untuk penghasilan kena pajak diatas
Rp.50 Juta sampai dengan Rp.150 Juta dikenakan tarif
pajak 15%

b. Average tax rate/ tarif pajak rata-rata: Persentase dari total


pendapatan kena pajak.
i. Tarif pajak berupa persentase yang dihitung dari total
pembayaran pajak menurut tarif marjinal selama tahun
tertentu.

ii. Misalnya, Pasha memiliki pendapatan kotor sebesar Rp.80


Juta dan setelah disesuaikan penghasilan kena pajaknya
adalah Rp.60 Juta. Dari total pendapatan kena pajak
tersebut, kemudian dihitung tagihan-tagihan pajaknya per
pendapatan selama satu tahun, sebagai berikut: (50juta ×
5%) + (10 juta × 15%) = 4 Juta. Jumlah tersebut dihitung
dari tarif marjinal dari masing-masing transaksi. Dari
data tersebut dapat dihitung tarif rata-rata yaitu
dengan membagi tagihan pajaknya dengan pendapatan kotor,
menjadi : (4 Juta/80 Juta) = 5%

- Di Amerika, tarif pajak marginal naik seiring pendapatan, dari 10%


to 35%.

10. Vertical and Horizontal Equity

Vertical dan Horizontal Equity di Indonesia dikenal sebagai ¼ prinsip-


prinsip Perpajakan (Keadilan, Kepastian, Kelayakan, dan Ekonomi)

Prinsip keadilan intinya memperhatikan pengenaan pajak secara umum serta


sesuai dengan kemampuan Wajib Pajak atau sebanding dengan tingkat
penghasilannya.

Dua tujuan pengukuran kawajaran pajak:

• Vertical equity: Prinsip yg menegaskan bahwa kelompok dengan sumber


pendapatan tinggi, harus membayar pajak lebih tinggi daripada
kelompok dengan beberapa sumber saja.

• Horizontal equity: individu yg sama meski memiliki keputusan ekonomi


berbeda, tetap diperlakukan sama dalam sistem perpajakan. Apabila
terdapat kelompok yang sejenis (memiliki potensi yang sama) akan
diperlakukan sama oleh sistem pajak walaupun mengambil keputusan
ekonomi yang berbeda. Dilihat dari tingkat pendapatan dan
pengeluaran, tapi ulit buat yg non formal.

11. Measuring Vertical Equity

Sebagian besar analis menyimpulkan bahwa untuk menjadi adil secara


vertikal, sistem pajak harus progresif: tarif pajak rata-rata efektif
harus naik dengan pendapatan sehingga orang kaya membayar bagian yang
lebih tinggi dari pendapatan mereka dalam bentuk pajak daripada orang
miskin.
Kemungkinan yg dimaksud adalah pajak progresif

• Progressive: Sistem pajak dengan tarif pajak efektif rata-rata


meningkat dengan pendapatan. Contoh: PPh.

• Proportional: Tarif pajak rata-rata tidak berubah terhadap perubahan


pendapatan, shg WP membyar proporsi yg sama berapapun pendapatannya.
Contoh: PPN 11%.

• Regressive: tarif pajak efektif rata-rata turun terhadap kenaikan


pendapatan. Dalam beberapa sumber, Pajak regresif adalah pajak yang
diterapkan secara seragam, mengambil persentase pendapatan yang
lebih besar dari mereka yang berpenghasilan rendah daripada dari
mereka yang berpenghasilan tinggi. Ini bertentangan dengan pajak
progresif , yang mengambil persentase lebih besar dari mereka yang
berpenghasilan tinggi.

• Tetap: jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai


pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. Contoh: meterai.

12. Defining the Income Tax Base


a. Definisi Pendapatan Komprehensif The Haig-Simons

• Menurut Haig-Simons, sumber daya yang bisa dikenai pajak adalah


kemampuan membayar pajak individu/ability to pay.

• Kemampuan membayar ini sama dengan konsumsi tahunan individu/


potential annual consumption,

• Kelebihan: teori Haig-Simons memenuhi 2 keadilan tersebut.

• Meningkatkan keadilan vertikal karena mereka yang memiliki


lebih banyak sumber daya, membayar pajak lebih banyak,
meskipun mereka mendapatkan sumber daya itu melalui saluran
nontaxed seperti asuransi kesehatan pemberi kerja. Misalnya,
apabila Fajar dan Rian memiliki upah tunai yang sama,tetapi
Rian mempunyai asuransi kesehatan (yang tentu saja termasuk
dalam konsumsi tahunan Rian), maka Rian harus membayar pajak
lebih banyak.

• Meningkatkan keadilan horizontal karena menganggap orang-orang


memiliki potensi yang sama dan memperlakukan semua pendapatan
secara sama, baik pendapatan yang berasal dari saluran taxed
maupun nontaxed. Penyewa rumah diberikan pajak yang sama.

• Kekurangan:

• Menentukan kekuatan seseorang untuk melakukan konsumsi sulit


untuk dilakukan. Bisa jadi setiap orang tidak mempunyai
potensi dan kekuatan yang sama, misal: karena seseorang
mengalami kerugian yang tidak diduga atau sakit.

• Ada pengeluaran yang tidak bersifat konsumtif dan ada juga


pengeluaran yang berhubungan dengan konsumsi yang bersifat
tidak pribadi, yang membuat perhitungan pajak atasnya sulit
dilakukan. Misal: seorang artis membeli gaun mahal, ia bisa
menganggapnya sebagai pengeluaran terkait pekerjaan dan
mengurangkannya dari pendapatan brutonya. Kita biasanya
kesulitan dalam menentukan apakah pengeluaran bersifat
konsumtif atau produktif.

b. Dampak Marginal & Inframarginal dari Subsidi Pajak


- Dampak marjinal adalah dampak dari suatu kebijakan pajak yang
memengaruhi perubahan perilaku.
- Dampak inframarginal adalah dampak dari suatu kebijakan pajak yang
tidak memengaruhi perubahan perilaku.
- Misalnya, pemerintah mensubsidi pajak terhadap pemberian amal
o Dampak marjinal: semakin banyak orang yang beramal.
o Dampak inframarjinal: orang-orang yang memang dermawan tetap
beramal terlepas disubsidi atau tidak (jadi, penerimaan pajak
pemerintah akan berkurang dari yang seharusnya)

c. Crowd-Out Pengeluaran vs Crowd-In Subsidi Pajak


1. Misal: dalam kasus terkait amal, apakah pemerintah harus menyediakan
sejumlah dana langsung ke yang membutuhkan atau mensubsidi pajak
atas amal?
2. Apabila pemerintah menyediakan sejumlah dana langsung ke yang
membutuhkan, maka hal ini akan mengurangi insentif pihak swasta
untuk beramal.
3. Namun, apabila pemerintah mensubsidi pajak atas amal, pihak swasta
akan semakin tergerak untuk beramal/crowd-in.
4. Secara matematis, pemerintah harus menggunakan subsidi pajak
daripada belanja langsung jika:
a. Peningkatan dalam amal per $ dari keringanan pajak > 1 –
Pengurangan dalam amal per $ pengeluaran pemerintah

d. Kedaulatan Konsumen vs Informasi Tidak Sempurna


1. Subsidi pajak menghargai preferensi orang yang berbeda-beda dalam
membelanjakan pendapatannya.
2. Namun, pemerintah terkadang lebih memilih melakukan belanja langsung
dibandingkan subsidi pajak karena pemerintah memiliki data yang
lebih lengkap dan jangkauan yang lebih luas sehingga ia bisa
mengalokasikan sumber daya yang ada dengan lebih efektif dan efisien
dibandingkan pihak swasta.

e. Deduction vs Tax Credit


1. Subsidi atas pajak bisa berupa deduction (pengurangan pajak) atau
tax credit (kredit pajak).
2. Potongan pajak mengijinkan pembayar pajak untuk mengurangi
pendapatan kena pajak dengan sejumlah tertentu.
3. Kredit pajak mengijinkan pembayar pajak untuk mengurangi dari pajak
yang terutang kepada pemerintah dengan jumlah tertentu.

f. Pertimbangan Efisiensi

- Untuk menentukan yang mana yang harus dipakai (antara deduction atau
tax credit), pemerintah harus mempertimbangkan dua hal yaitu
pertimbangan efisiensi dan pertimbangan keadilan.
- Pertimbangan efisiensi
 Preferensi kebijakan bergantung pada:
1. Sifat dari kurva permintaan barang yang disubsidi
Untuk barang yang permintaannya elastis, akan lebih
efisien apabila diberikan kredit pajak.
2. Seberapa penting untuk meraih target minimal
Mungkin pemerintah ingin memberikan subsidi sebanyak
mungkin karena tidak ada target terkait barang subsidi
tersebut (misal, subsidi pada amal)
Namun bisa juga pemerintah ingin memberikan subsidi
hanya sebatas kebutuhan dasar saja, karena ada target
minimal yang harus dicapai terkait subsidi barang
stersebut (misal: subsidi ditargetkan untuk rumah susun
sederhana, rumah biasa tidak disubsidi)

g. Pertimbangan Keadilan
- Atas dasar keadilan vertikal, kredit pajak lebih adil daripada
pengurangan.
- Nilai pengurangan meningkat dengan tarif pajak seseorang, membuat
pengurangan ini bersifat regresif.
- Kredit pajak adalah progresif karena tersedia sama untuk semua
pendapatan.

h. Apakah Kredit Pajak bisa direstitusi?


1. Kredit pajak yang bisa direstitusi menggambarkan bahwa kredit
pajak tersedia bagi individu bahkan jika mereka membayar sedikit
atau tidak membayar pajak.
2. Banyak konservatif keberatan dengan gagasan bahwa mereka yang
berutang sedikit atau tidak ada pajak penghasilan mendapatkan
pengembalian uang.
3. Para pendukung mencatat bahwa, sementara keluarga berpenghasilan
rendah membayar pajak penghasilan sedikit, mereka membayar
sebagian besar dari pendapatan mereka pada pajak lain. Selain itu,
restitusi yang sedikit pun akan tetap berarti untuk mereka yang
berpenghasilan rendah.
i. Belanja Perpajakan/Tax Expenditures
Ketika pemerintah membuat kebijakan yang mengurangi penerimaan pajak, hal
ini akan dianggap sebagai belanja perpajakan/tax expenditures.

j. Masalah Pajak Pernikahan


1. Pajak pernikahan: Kenaikan beban pajak gabungan pada dua individu
yang menikah, karena sistem pajak bersifat progresif.
2. Apabila pajak pernikahan bersifat progresif, maka pajak yang
diterapkan pada pendapatan individu (yang pada bagian ini pajaknya
akan ditampilkan dalam family tax with individual filing) berarti
bahwa pasangan dengan distribusi pendapatan yang berbeda memikul
beban pajak yang berbeda.
Karenanya, dibuatlah sistem pajak pernikahan yang
menggabungkan kedua penghasilan orang yang menikah menjadi total
family income, sehingga beban pajak pasangan yang berpenghasilan
sama adalah sama (yang pada bagian ini pajaknya akan ditampilkan
dalam family tax with total family income).
3. Ilustrasi pajak pernikahan:

Sistem pajak progresif yang didasarkan pada pendapatan individu


setiap orang dalam pasangan yang sudah menikah

membuat Barack dan Michelle membayar pajak yang jauh lebih tinggi ($
33.000) daripada Bill dan Hillary ($ 26.000), meskipun memiliki
pendapatan keluarga yang sama ($ 150.000).

Di sisi lain, sistem pajak progresif berdasarkan total family income


membebankan “pajak pernikahan” pada kedua pasangan, karena keduanya
membayar lebih banyak pajak sebagai pasangan yang sudah menikah

($ 35.000) daripada mereka sebagai lajang.

4. Karena menggabung penghasilan berdampak pada jumlah pajak yang lebih


tinggi, maka solusi yang dapat ditawarkan adalah melakukan pemisahan
NPWP antara istri dan suami.
The Equity Implications of Taxation: Tax Incidence
Keuangan Publik Perpajakan 2 - Materi Lengkap Dan Jelas (canducation.com)

a. The Equity Implications of Taxation: Tax Incidence; The definition

- Tax incidence adalah teori yang menganalisa pelaku ekonomi mana yang


sesungguhnya menanggung beban pajak. Hal ini disebabkan pelaku
ekonomi yang secara hukum wajib membayar pajak belum tentu
menanggung sendiri beban pajaknya, melainkan dapat
memindahkan/membagi beban pajaknya kepada pelaku ekonomi yang lain
(distribusi pembebanan pajak).

- PPN bisa dibagi produsen dan konsumen

- Kalo PPh itu kan di bayar sendiri gabisa dilimpahkan.

- Incidence: kejadian; pajak atas kejadian. Gampangnya, siapa yang


menanggung pajaknya. Misal PPN 11% yg nanggung siapa sih, yg kena
dampak siapa sih, ga Cuma konsumen tapi produsen juga, tapi
tergantung barangnya apa.

b. The Three Rules of Tax Incidence

Untuk mencari tahu siapa yang menanggung beban pajaknya.

Produsen/konsumen kah? Misal PPN bisa dari produsen atau juga konsumen.
Bisa jadi beban sebenarnya belum ada di pundak konsumen. Dari sudut
pandang ekonomi.

Mengubah perilaku, pendapatan tgurun, tapi harga bahan baku naik. Tax
incidence efeknya bisa ke perubahan perilaku.

Untuk pasar kompetitif, pro dan kon.


1. Beban hukum dari pajak tidak bisa menjelaskan secara akurat siapa
yang sebenarnya dikenakan pajak (The Statutory Burden of a Tax Does
Not Describe Who Really Bears the Tax). Orang yg bayar pajakadalah
yg ngasih cek/pembayaran pajak/beban pajak ke pemerintah dulu.

Misal ppn yg setor kan produsen, nah maksudnya beban pajak ppn yg
setor yg jual.

2. Pasar yang dikenakan pajak tidak relevan dengan pendistribusian


beban pajak (The Side of the Market on Which the Tax Is Imposed Is
Irrelevant to the Distribution of the Tax Burdens). Sisi pasar yang
satu belum tentu relevan dengan distribusi pembebanan pajak.

3. Pihak dengan permintaan dan penawaran inelastis yang menanggung


beban pajak (Parties with Inelastic Supply or Demand Bear Taxes;
Parties with Elastic Supply or Demand Avoid Them). Elastisitas dan
inelastisitas.

c. The Statutory Burden of a Tax Does Not Describe Who Really Bears the
Tax

Hukum tidak secara akurat menjelaskan siapa yang benar-benar dikenakan


pajak: Hukum vs Ekonomi (statutory vs economic)

1. Kejadian hukum (statutory incidence), memperlihatkan bahwa pajak


ditanggung oleh pihak yang membayar pajak kepada pemerintah.
Berarti mengabaikan fakta pasar yang bereaksi terhadap
perpajakan. Reaksi pasar ini menentukan kejadian ekonomi dari
pajak. Contoh, pemerintah bisa mengenakan pajak sebesar 50 c per
galon terhadap pemasok bensin.
2. Kejadian ekonomi (economic incidence), memperlihatkan bahwa beban
pajak diukur dengan perubahan sumber daya yang tersedia untuk
setiap pelaku ekonomi sebagai akibat dari perpajakan. Contoh,
apabila kemudian pom bensin membebankan pajak terhadap pembeli
sebesar 25 c, maka berarti konsumen menanggung beban pajak
setengahnya.

Ketika pajak dikenakan pada produsen dalam pasar


kompetitif, produsen akan menaikkan harga sampai batas tertentu
agar keuntungannya tidak menurun. Batas tertentu tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Beban pajak produsen = harga sebelum pajak – harga sesudah
terkena pajak + pembayaran pajak oleh produsen
Selanjutnya ketika pajak akan dikenakan pada konsumen dalam pasar
kompetitif, konsumen tidak akan bersedia membayar pajak
seluruhnya, maka harga akan jatuh sampai batas tertentu, yaitu:
Beban pajak konsumen = harga sesudah pajak – harga sebelum
pajak + pembayaran pajak dari konsumen.
Ilustrasi: Beban Hukum Bukan Beban Nyata Walaupun beban pajak
dikenakan seluruhnya pada konsumen/produsen, pada kenyataannya,
mereka akan berusaha untuk mengalihkan beban pajak baik dengan
cara menaikkan harga atau tidak membeli barang tersebut sehingga
terjadi pembagian beban pajak di antara keduanya.
Beban pajak konsumen = harga sesudah pajak – harga sebelum
terkena pajak + pembayaran pajak oleh konsumen

- Walaupun beban pajak dikenakan seluruhnya pada konsumen/ produsen,


pada kenyataannya, mereka akan berusaha untuk mengalihkan beban
pajak baik dengan cara menaikkan harga atau tidak membeli barang
tersebut sehingga terjadi pembagian beban pajak di antara keduanya.
Dengan demikian beban yang sebenarnya ditanggung oleh produsen hanya
20 c, karena ia mengalihkan beban pajaknya kepada konsumen sebesar
30 c.
- Panel (a) menunjukkan ekuilibrium di pasar bensin yaitu sebelum
pajak dengan harga bensin $1.50 (titik A). Pajak 50 c yang
dibebankan pada produsen bensin (beban hukum) di panel (b) menggeser
kurva dari S1 ke S2 karena ada pengenaan pajak pada konsumen melalui
kenaikan harga sebesar 30 c pada harga bensin dari P1 ke P3 (titik
D).
- Tax Wedge ( irisan pajak) adalah perbedaan antara jumlah uang yang
dibayar oleh konsumen dan yang diterima oleh produsen. Jika beban
konsumen adalah $0.30 dan beban produsennya adalah $0.20, maka
irisan pajaknya adalah $0.50. Harga Bruto adalah harga yang ada di
pasar. Harga setelah Pajak adalah harga bruto dikurangi jumlah pajak
(jika produsen membayar pajak) atau ditambah jumlah pajak (jika
konsumen membayar pajak).

d. The Side of the Market on Which the Tax Is Imposed Is Irrelevant to the
Distribution of the Tax Burdens
Pihak yang dikenakan pajak tidak relevan dengan pendistribusian beban
pajak. Hal ini terjadi karena pihak yang dikenakan pajak bisa mengalihkan
beban pajaknya. Sisi pasar (konsumen/produsen) yang diatur untuk membayar
pajak tidak dapat memastikan distribusi penanggungan pajak.

- Harga Bruto : Harga di Pasar.

- Harga setelah Pajak : Harga bruto dikurangi jumlah pajak (jika


produsen membayar pajak) atau ditambah jumlah pajak ( jika konsumen
membayar pajak)

- Perbedaan peraturan perundang undangan menghasilkan perbedaan harga


bruto untuk harga setelah kena pajak yang sama.

e. Parties with Inelastic Supply or Demand Bear Taxes; Parties with


Elastic Supply or Demand Avoid Them.

Pihak yang dibebani pajak adalah pihak yang memiliki inelastisitas


permintaan dan penawaran

- Nilai beban pajak yang ditanggung penjual atau pembeli tergantung


nilai elastisitas.

- Jika permintaan inelastis sedangkan penawarannya elastis (Ed/Es nya


kecil), pembeli akan menanggung beban pajak lebih besar.

- Jika penawaran inelastis sedangkan permintaannya elastis (Ed/Es nya


besar), penjual akan menanggung beban pajak yang lebih besar.

- Jika elastisitasnya sama, pajak akan ditanggung sama besar antara


penjual dan pembeli.

- Porsi pajak yang ditanggung oleh pembeli, berdasarkan nilai


elastisitas permintaan dan penawaran, secara kasar dirumuskan sbb:
𝐸𝑠 / 𝐸𝑠 − Ed

Pihak yg menghadapi kondisi permintaan atau penawaran yang inelastis


menanggung pajak lebih banyak, sebaliknya kondisi permintaan atau
penawaran yg elastis akan menanggung pajak lebih kecil
- Hukum tidak secara akurat menjelaskan siapa yang benar-benar
dikenakan beban pajak. Pembagian beban pajak ditentukan
oleh elastisitas permintaan dan penawaran yaitu seberapa responsif
reaksi perubahan kuantitas yang ditawarkan/diminta terhadap
perubahan harga.
- Jika satu sisi pasar (supply/demand) menunjukkan kondisi inelastis
sempurna (perfectly inelastic) maka akan menggeser penuh (full
shifting) seluruh tanggungan pajak kepadanya.
- Full shifting: Ketika satu pihak menanggung seluruh beban pajak.
- Ingat bahwa produsen berhubungan dengan kurva penawaran (supply) dan
konsumen berhubungan dengan kurva permintaan (demand).
- Grafik:
 Permintaan yang tidak elastis sempurna dan elastis sempurna,
terjadi full-shifting (perfectly inelastic and elastic demand)
 Penawaran yang tidak elastis dan elastis (inelastic and elastic
supply)

f. Tax Incidence Is About Prices, Not Quantities

Ketika permintaan gas elastis sempurna, yang menanggung pajak penjual.


Maka harga bisa naik. Hal ini menyebabkan konsumsi yang gas menjadi turun
drastis. (jika dilihat dari sisi kuantitas di ekuilibrium lama dan baru)
Namun dalam Tax Incidence ini, kita mengabaikan perubahan kuantitas, dan
hanya fokus ke perubahan harga untuk membuat penjelasan yang lebih
sederhana.

g. Tax Incidence in Factor Markets

1. Pengaruh pajak pada pasar faktor produksi sebenarnya sama dengan


pengaruh pajak pada pasar barang. Satu-satunya perbedaan
adalah konsumen pada faktor produksi adalah perusahaan (mereka yang
meminta faktor produksi seperti tenaga kerja) dan produsen dari
faktor produksi adalah individu itu sendiri (dalam hal ini tenaga
kerja).
2. Sebagai contoh pasar tenaga kerja seperti gambar di bawah ini :

Angka-angka ini menunjukkan pasar untuk tenaga kerja di mana Perusahaan


adalah konsumen dan pekerja adalah produsen.

Di sini ada 2 kondisi: pajak dikenakan pada pekerja dan pajak dikenakan
pada perusahaan.

 Apabila perusahaan menghasilkan jam kerja dengan tingkat pajak $


1,00 per jam yang dipungut pada pekerja, ditunjukkan pada panel (a),
menyebabkan kurva penawaran naik dari S1 menjadi S2 dan upah naik
dari nilai ekuilibrium awalnya sebesar $ 7,25 (titik A) ke nilai
yang lebih tinggi $ 7,75 (Titik B). (di sini yang membayar pajak
adalah pekerja, perusahaan ga membayar pajaknya sehingga perusahaan
bisa memberi gaji yang lebih tinggi kepada pekerja. Gaji yang lebih
tinggi ini membuat penawaran pekerja menjadi naik)
 Pajak sebesar $ 1,00 per jam yang dipungut pada perusahaan, yang
ditunjukkan pada panel (b), menyebabkan kurva permintaan turun dari
D1 ke D2 dan upah turun dari $ 7,25 menjadi $ 6,75 pada titik C.
(karena yang bayar pajak perusahaan, maka perusahaan mengurangi
penrmintaan tenaga kerja, ya biar gak keluar duit banyak soalnya dia
yg bayar pajaknya)
Jadi, terlepas dari siapa yang membayar pajak, pekerja dan perusahaan
masing- masing memiliki beban pajak sebesar 50 c per jam.

Namun, jika terdapat ketentuan mengenai upah minimum, maka nilai upah
tidak bisa berada di bawah upah minimum. Dengan kata lain, upah minimum
menjadi hambatan atas penyesuaian harga (upah). Padahal tax incidence
mengasumsikan bahwa harga bisa disesuaikan dengan bebas.

Jadi intinya begini,

Apabila tidak ada upah minimum, perusahaan bisa membebankan pajak


kepada pekerjanya sehingga upah yang diterima pekerja jadi turun. Namun,
apabila ada ketentuan upah minimum, Otomatis gaji pekerja yang berada pada
titik upah minimum (apalagi di bawahnya) tidak akan bisa dikenai pajak.
Justru, perusahaan yang akan menanggung beban pajak lebih banyak. Misalnya
di grafik (a), Pajak pada pekerja sebesar $1 menggeser kurva penawaran ke
atas. Apabila gaji pekerja sebesar $7,75 dan dipotong pajak $1, maka gaji
bersihnya adalah $6,75. Padahal, ketentuan upah minimum adalah sebesar
$7,25. Jadi, perusahaan terpaksa menanggung beban pajak sehingga
pekerjanya bisa mendapatkan gaji sebesar upah minimum. Lalu di grafik (b),
Pajak pada perusahaan sebesar $1 menggeser kurva permintaan ke bawah. Hal
ini akan menyebabkan perusahaan akan membebankan pajak kepada pekerja
dengan mengurangi upahnya. Namun, karena adanya ketentuan upah minimum,
hal tersebut tidak bisa dilakukan. Perusahaan lagi-lagi akan menanggung
beban pajak. Wkkwkw kasian tapi yodah hahhah.
h. Tax Incidence in Imperfectly Competitive Markets

a) Pasar Monopoli
1. Pada pasar monopoli, perusahaan adalah pembuat harga (price
makers) bukan price takers. Jadi pendapatan ditentukan oleh
pemegang monopoli (monopolis) bukan oleh pasar.
2. Monopolis tidak berarti ia bisa seenaknya membebankan pajak
seluruhnya terhadap konsumen. Tax incidence tetap berlaku.
3. Apabila pemerintah mengenakan pajak dan pada akhirnya pajak
ditanggung oleh konsumen, maka konsumen akan mengurangi jumlah
permintaan dan untuk mendapatkan pendapatan dari penjualan yang
lebih banyak, produsen akan menurunkan harga sehingga monopolis
akan menanggung sebagian beban pajak.

Panel (a) menunjukkan keseimbangan dalam pasar monopoli. Ingat bahwa


monopolis menetapkan kuantitas yang diproduksi di mana kurva pendapatan
marjinal (MR) memotong kurva penawaran (D, MC) (pada Q1.).

dan kemudian menetapkan harga menggunakan kurva permintaan untuk kuantitas


itu pada P1). Ketika pajak dikenakan pada konsumen di pasar ini, seperti
pada panel (b), kurva permintaan bergeser ke bawah dari D1 ke D2,
menyebabkan kurva pendapatan marjinal juga bergeser ke bawah dari MR1 ke
MR2. Jumlah ekuilibrium baru adalah Q2, dengan harga baru P2.

b) Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah pasar yang perusahaan mempunyai kekuatan untuk
menentukan harga tetapi tidak sekuat pada pasar monopoli. Oleh karena itu
yang terjadi pada pasar oligopoli sebenarnya sama dengan di pasar
monopoli, namun bedanya, oligopolis memerlukan usaha yang besar untuk
dapat menetapkan harga.

c) Beban Pajak yang Terseimbangkan/Balance Budget Tax Incidence


1. Analisis tax incidence pada umumnya hanya melihat dari sisi siapa
yang menanggung pajak
2. Balanced budget incidence: analisis tax incidence yang melihat
baik pihak yang menanggung pajak maupun yang menerima manfaat
pajak.
3. Balanced budget incidence sangat sulit diterapkan karena sulit
untuk menentukan siapa yang menerima manfaat atas kenaikan suatu
pajak yg disetorkan ke negara.
4. Contoh balance budget incidence adalah apabila pemerintah
mengenakan pajak pada bensin misalnya dan bensin merupakan barang
yang inelastis, maka konsumen akan menanggung beban pajak
seluruhnya. Namun perlu disadari bahwa di pihak lain, pemerintah
akan mengeluarkan biaya 80 % dari pajak yang diterimanya tersebut
untuk perbaikan jalan sehingga konsumen akan menerima imbalan
berupa kondisi jalan yang lebih baik.

i. General Equilibrium Tax Incidence

A. Tax Incidence pada Keseimbangan Umum

1. Sejauh ini, tax incidence hanya dilihat pengaruhnya terhadap pasar


itu sendiri (single market).
2. Padahal, pajak di satu pasar berdampak pada harga untuk komoditas
lainnya.
3. Karenanya dikenal general equilibrium tax incidence: analisis yang
melihat pengaruh suatu kebijakan terhadap pasar (ekuilibrium) yang
terjadi pada pasar lain yg terkait.
4. Contoh:
1. Tax Incidence Restoran

Misalkan Pemerintah Kota ABC mengumumkan bahwa besok akan dipungut pajak
restoran sebesar $1 pada semua makanan di restoran kota itu. Diasumsikan
permintaan untuk makanan restoran di kota itu elastis sempurna karena ada
banyak barang substitusi seperti memasak di rumah, atau pergi ke restoran
lainnya. Permintaan untuk restoran di kota ABC elastis sempurna. Oleh
karena itu, harga tidak bisa dinaikkan pada saat dikenakan pajak. Sebagai
akibat dari pajak $ 1,00 pada makanan, jumlah makanan jatuh dari S1 ke S2
dengan kuantitas makanan yang diminta dan dipasok turun ke Q2 (950). Harga
makanan di restoran tetap $ 20, karena restorannya harus menanggung beban
pajak sepenuhnya.

Adanya pajak apakah meningkatkan permintaan tenaga kerja, atau bahkan


menaikkan modalnya.

j. Effects of a Restaurant Tax: A General Equilibrium Example

 Tax Incidence Restoran: Tenaga Kerja vs Modal


 Dalam model mikroekonomi, perusahaan tidak bisa berfungsi
sendirian tetapi menggabungkan modal dan tenaga kerja untuk
menghasilkan output.
 Ketika pemerintah mengenakan pajak restoran, maka pajak
sepenuhnya ditanggung oleh restoran tersebut, namun
sebenarnya beban pajak tersebut ditanggung oleh faktor-faktor
produksi yang digunakan oleh restoran tersebut misalnya oleh
tenaga kerja dan modal.

Di panel (a), pasokan tenaga kerja ke restoran di restoran elastis


sempurna, jadi saat pajak dibebankan, maka tenaga kerja jatuh ke D2.
Karena perusahaan tidak dapat menurunkan besarnya upah karena ada
ketentuan upah minimum, berarti upah tidak berubah dan pekerja tidak
menanggung apapun.

Namun, pada panel (b), pasokan modal ke restoran inelastis sempurna, jadi
permintaan modal jatuh ke D2, tingkat pengembalian modal turun dengan
jumlah penuh pajak menjadi r2.

Jadi, apabila pajak restoran dibebankan ke restoran dengan asumsi ada


ketentuan upah minimum, yang menanggung beban pajak sebenarnya adalah
pemegang modal.

k. Issues to Consider in General Equilibrium Incidence Analysis

A. Efek Periode Waktu terhadap Tax Incidence


Faktor-faktor produksi yang bersifat inelastis baik dari sisi permintaan &
penawaran secara jangka pendek ataupun panjang akan menanggung beban pajak
dalam jangka panjang.
1. Hal ini berhubungan dengan bahasan sebelumnya tentang tax incidence
yang dialihkan ke pemegang modal. Misalnya, investasi dalam jangka
pendek tentu tidak bisa ditarik/dikembalikan, maka penawaran
(supply) modal adalah inelastis dalam jangka pendek. Dalam jangka
pendek, investasi bersifat irreversible, sehingga penawaran atas
modal bersifat inelastis.
2. Namun, dalam jangka panjang, banyak hal yang bisa terjadi. Investor
punya banyak kesempatan untuk menarik investasi mereka dari
perusahaan satu ke perusahaan lain, jadi kurva penawaran modal bisa
jadi elastis dalam jangka panjang. Dalam jangka panjang, Investors
memiliki berbagai opsi untuk memilih investasinya sehingga penawaran
atas investasi elastis dalam jangka panjang.

B. Efek Tax Scope terhadap Tax Incidence

1. Pengaruh Tax incidence bergantung pada seberapa luas pajak tersebut


diterapkan.
2. Semakin luas diterapkan pajak tersebut, maka semakin sulit pajak
tersebut dihindari, sehingga reaksi dari produsen dan konsumen
terhadap pengenaan pajak akan relatif kecil dan lebih inelastis.
3. Pajak atas restoran lokal memiliki dampak yang berbeda dengan pajak
yang dikenakan terhadap seluruh restoran.

C. Spillovers between Product Markets (luapan antar pasar produk)

Pajak yang menyebabkan adanya harga setelah pajak yang lebih


tinggi menyebabkan timbulnya 3 efek pada barang lainnya, diantaranya:

1. Efek pendapatan dari pendapatan riil yang makin menurun.


2. Efek substitusi terhadap barang yang merupakan substitusi dari
produk yang disediakan.
3. Efek komplementer, maksudnya konsumen dapat mengurangi konsumsi atas
barang dan jasa yang merupakan komplemen/barang pelengkap dari
produk yang disediakan tersebut.

D. Current vs Lifetime Income Incidence

1. Current tax incidence: tax incidence yang dihubungkan dengan sumber


daya yang dimiliki seseorang saat ini (current resources)
2. Lifetime tax incidence: tax incidence yang dihubungkan dengan sumber
daya yang dimiliki seseorang seumur hidupnya (lifetime resources)
3. Biasanya, tax incidence dinilai berdasarkan current income.

l. Tax Inefficiencies and Their Implications for Optimal Taxation

Pajak Keuangan Publik 3 - Materi Lengkap Dan Jelas Jawaban


(canducation.com)

- Biasanya, mekanisme pasar mengarah pada hasil yang efisien. Adanya


pajak mengganggu pasar karena mengurangi efisiensi.
- Apabila suatu barang dikenai pajak, orang mensubstitusi barang yang
dipajaki dengan barang alternatif, meskipun barang alternatif itu
kurang efisien (misalnya: seseorang memilih untuk membeli motor dan
memodifikasinya dengan bak penampung yang bisa menampung banyak
orang dibandingkan dengan membeli mobil, karena pajak atas motor
lebih kecil). Beberapa pajak menyebabkan efficiency costs yang
besar.

m. Taxation and Economic Efficiency

Pendekatan grafik untuk mempermudah penjelasan konsekuensi efisiensi dari


perpajakan.

Bila dikenakan pajak, maka kurva penawaran bergeser dari S1 ke S2 dan


kuantitas ekuilibrium di pasar menurun dari Q1 ke Q2, mengakibatkan DWL
sebesar segitiga ABC. DWL tersebut terjadi karena adanya surplus yang
tidak dimanfaatkan (foregone surplus) akibat pajak.

Kurva lain untuk memahami penjelasan.


n. Elasticities Determine Tax Inefficiency

 Semakin besar DWL, semakin tidak efisien pasar, karena DWL


menyebabkan individu dan perusahaan membuat pilihan konsumsi dan
produksi yang tidak efisien guna menghindari pajak.
 Karenanya, semakin elastis kurva permintaan/penawaran akan suatu
barang, semakin besar DWL.

o. The Window Tax halaman 723 (asal-usul property tax)

The Window Tax adalah pajak yang dipungut berdasarkan jumlah jendela yang
dimiliki sebuah rumah. Berlaku dari tahun 1969 sampai 1851. Pajak Jendela
ini dikenakan atas dasar kekurangan dana pemerintahan akibat perang
semenjak Revolusi Inggris sehingga pajak pendapatan tidak cukup untuk
menanggungnya. Pajak jendela ini dapat membantu pemerintahan dalam Perang
Napoleon di tahun 1797.
Orang yang ingin terhindar dari pajak ini dapat menutup jendelanya dengan
batu bata. Kebijakan fiskal ini melanda inggris – Skotlandia pada
pemerintahan William III. Mengakibatkan kerugian sosial (DWL)

Ada 2 efek dari kebijakan ini:

a. Aesthetic effect: orang kaya menampilkan kekayaan mereka

b. Adverse health: kurangnya ventilasi mendorong berbagai penyakit


seperti disentri, gangren, dan tifus.

Sumber: The Window Tax: A Case Study in Excess Burden - Kanopi FEB -
Universitas Indonesia (kanopi-febui.com)

p. Tax Avoidance in Practice halaman 725 bawah

Praktek penghindaran pajak:

a. Tidak merokok agar terhindar dari cukai tembakau

b. Perusahaan Coca-cola memiliki beban biaya iklan yang besar agar


pengenaan pajak lebih sedikit

c. Memilih bentuk usaha firma atau badan usaha perseorangan karena


mendapatkan beban pajak lebih sedikit daripada PT

d. Google belum pernah membayar pajak

q. Determinants of Deadweight Loss hal. 726

Rumus perhitungan DWL:


- Semakin tinggi tingkat pajak yang diterapkan, semakin besar marginal
DWL.
- Marginal DWL: tambahan deadweight loss untuk setiap penambahan unit
pajak (peningkatan tarif pajak)

Misal, kondisi awal setelah dikenakan pajak sebesar $0.1 adalah kurva
penawaran bergeser dari S1 ke S2 dan kuantitas ekuilibrium di pasar
menurun dari Q1 ke Q2, mengakibatkan DWL sebesar segitiga ABC.

Kemudian, pemerintah menerapkan tambahan pajak sebesar $0.1, kurva


penawaran bergeser dari S2 ke S3. Kuantitas ekuilibrium menurun dari Q2 ke
Q3. DWL pun makin besar, yaitu sebesar segitiga ADE. Tambahan DWL yang
terjadi sebesar DBCE inilah yang disebut marginal DWL.

r. Deadweight Loss and the Design of Efficient Tax Systems 728

Tambahan DWL yang terjadi sebesar DBCE inilah yang disebut marginal DWL.

 Selain kenaikan tarif pajak, distorsi yang sudah ada sebelumnya


mempengaruhi efisiensi pajak baru.
 Distorsi yang sudah ada sebelumnya (preexisting distortions):
Kegagalan pasar, seperti eksternalitas atau persaingan tidak
sempurna, yang ada sebelum intervensi pemerintah.
 Masalah Distorsi yang Sudah Ada Sebelumnya •Di panel (a), pajak di
pasar tanpa distorsi yang sudah ada sebelumnya (seperti
eksternalitas) menciptakan kerugian bobot mati yang sama dengan
segitiga BAC. Pada panel (b), eksternalitas positif di pasar telah
menciptakan segitiga kerugian bobot matiEDF;mengenakan pajak di
pasar ini menghasilkan kerugian bobot mati yang lebih besar dengan
luas trapesium GEFH. Jumlah seluruhnya DWLdi pasar dengan
eksternalitas positif dan pajak adalah luas segitiga GDH.

- Panel a adalah kondisi yang sudah kita pelajari, yaitu kondisi pasar
yang tidak memiliki preexisting distortions.
- Panel a adalah kondisi pasar yang memiliki preexisting distortion
berupa eksternalitas produksi positif. Adanya eksternalitas produksi
positif menyebabkan kurva biaya privat marginal PMC1 atau penawaran
S1 berada diatas kurva SMC. Hal ini menyebabkan DWL sebesar segitiga
DEF. Lalu, adanya pajak yang dikenakan menggeser kurva S1 ke S2
sehingga DWL berubah menjadi sebesar segitiga DGH.

- Penerapan pajak progresif kurang efisien dibanding pajak


proporsional mengingat DWL meningkat sejalan dengan kuadrat tarif
pajak.
.
Kita asumsikan ada 2 kondisi: pajak proporsional dan pajak progresif.
Sistem pajak yang terbaik menghasilkan total DWL yang terkecil.

 Pajak proporsional (lebih oke)


 Pekerja berupah rendah DWL-nya sebesar ABC.
 Pekerja berupah tinggi DWL-nya sebesar DEF.
 Pajak progresif
 Pekerja berupah rendah tidak dikenai pajak, sehingga tidak ada
DWL.
 Pekerja berupah tinggi DWL-nya menjadi sebesar DGI.
 Apabila pajak progresif dikenakan, justru total DWL yang terjadi
akan menjadi lebih besar.

Semakin stabil (konstan) tarif pajak yang dikenakan oleh pemerintah akan
meningkatkan efisiensi. Tarif pajak yg fluktuatif (tinggi pada periode
tertentu kemudian rendah pada periode lainnya akan menyebabkan DWL yang
lebih besar.

s. Optimal Commodity Taxation halaman 734

Menentukan tarif pajak di semua komoditas untuk meminimalkan DWL dan


memberikan pemerintan pendapatan yang dibutuhkan. Teori yang berkaitan
adalah Ramsey Rule.

t. Ramsey Taxation: The Theory of Optimal Commodity Taxation


 Perpajakan untuk komoditas yang optimal yaitu menentukan tarif pajak
di semua komoditas untuk menentukan tarif pajak di semua komoditas
untuk meminimalkan dwl dan memberikan pemerintah pendapatan yang
dibutuhkan.
 Ramsey Rule: Untuk meminimalkan DWL dari system perpajakan sekaligus
meningkatkan jumlah pendapatan tetap, pajak harus ditetapkan di
seluruh komoditas sehingga rasio DWL marjinal terhadap pendapatan
marjinal yang dinaikkan sama antar komoditas, yaitu
Ramsey Rule: Untuk meminimalkan DWL dari system perpajakan
sekaligus meningkatkan jumlah pendapatan tetap, pajak harus
ditetapkan di seluruh komoditas sehingga rasio DWL marjinal terhadap
pendapatan marjinal yang dinaikkan sama antar komoditas

 Keterangan:
 Pemerintah wajib menetapkan pajak atas setiap barang dengan
mempertimbangkan rasio marginal DWL terhadap marginal revenue untuk
setiap barang.
 𝛌 menunjukan nilai tambahan setiap dollar yang diberikan kepada
pemerintah dibandingkan dengan penggunaan dolar tersebut pada
alternative terbaik di sektor swasta.
u. Inverse Elasticity Rule

Menjelaskan hubungan kebijakan pajak dengan elastisitas permintaan . Dalam


menetapkan suatu kebijakan , pemerintah harus menetapkan besaran pajak
berbanding terbalik dengan elastisitas . Semakin elastis suatu barang maka
harus semakin kecil pajak yang dikenakannya.

Sehingga kalua kita simpulkan ada 2 syarat pajak bisa dikenakan secara
optimal:

a. Elasticity rule: Pajak rendah pada barang dengan permintaan yang


lebih elastis.
b. Broad base rule: Lebih baik menerpakan pajak yang tidak terlalu
besar ataupun terlalu kecil untuk berbagai ragam barang daripada
menerapkan pajak yang berat untuk beberapa jenis barang.

Jika penawaran elastis tak terhingga, Aturan Ramsey menjadi :

= optimal tax

= elasticity of demand

= some constant

v. Equity Implications of the Ramsey Model

Bayangkan pemerintah hanya memiliki dua barang yang dapat dikenakan


pajak, sereal dan kaviar:Elastisitas permintaan kaviar jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan sereal. (barang mewah jauh lebih elastis) Aturan
elastisitas terbalik akan menunjukkan bahwa pajak pemerintah untuk sereal
jauh lebih tinggi daripada kaviar.

Ini berarti memajaki barang yang dikonsumsi oleh orang miskin lebih
banyak. Ini mungkin merusak kesetaraan vertikal. Perlu pertimbangan dalam
menentukan kebijakan

Aplikasi : Reformasi Harga di Pakistan

 Komoditas dikenai pajak dan subsidi di seluruh negara berkembang.


 Deaton (1997) mempelajari permintaan barang bersubsidi di Pakistan,
melihat elastisitasnya, dan pendapatan dari orang yg
mengkonsumsinya.

w.

Optimal Income Taxes


 Sebagian besar pendapatan pajak di Amerika Serikat dan negara maju
lainnya berasal dari pajak penghasilan.
 Optimal Income Taxes: menentukan pilihan pengenaan tarif pajak pada
berbagai kelompok penghasilan untuk memaksimalkan kesejahteraan.
 Tujuannya: meningkatkan pendapatan social welfare function yang mana
menggabungkan utilitas individu ke dalam kesejahteraan sosial secara
keseluruhan.

Berdasarkan asumsi berikut :

 Sistem pajak penghasilan yang optimal adalah system yang membiarkan


semua orang dengan level yang sama melaporkan pajak penghasilannya
 Orang dengan penghasilan di bawah rata-rata akan menerima transferan
untuk meningkatkan penghasilan mereka ke rata rata.
 Tarif pajak marjinal di bawah sistem ini adalah 100%.
 Jika pendapatan mempengaruhi pajak, tarif pajak optimal menjadi
lebih rendah

x. General Model with Behavioral Effects


- Dalam mendistribusikan sumber daya ke seluruh individu, pemerintah
biasanya melakukan trade-off efisiensi dan keadilan. Ketika
distribusi sumber daya dilakukan, kemungkinan ukuran total kue
ekonomi (pendapatan nasional) menyusut, namun pada saat yang sama,
distribusi pendapatan merata.
- Tingkat di mana pendapatan dikenakan pajak akan menentukan
pengaruhnya terhadap pendapatan. Oleh karena itu, dalam merancang
pajak penghasilan yang optimal, pemerintah perlu mempertimbangkan
dampak pengenaan pajak.
- Misalnya adalah pajak atas pendapatan tenaga kerja yang berdampak
berkurangnya minat pegawai untuk bekerja karena apabila pendapatan
mereka tinggi, mereka akan dikenakan pajak yang tinggi pula. Contoh
ekstrimnya adalah apabila tarif pajak 100 %, maka tidak akan ada
yang mau bekerja lagi dan itu akan menjadi kerugian besar bagi
pemerintah.
- Solusinya yaitu mengatur tarif pajak penghasilan di seluruh kelompok
sehingga:

- Apabila sudah diketahui titik dimana MU/MR adalah konstan, maka kita
tinggal menerapkan tingkat pajaknya. Untuk gambar di samping,
tingkat pajak untuk orang miskin adalah 10% dan tingkat pajak untuk
orang kaya adalah 20%
Sistem pajak penghasilan yang optimal mencerminkan dua keseimbangan:

 Vertical equity: Kesejahteraan sosial dimaksimalkan ketika mereka


yang memiliki tingkat konsumsitinggi, dan dengan demikian utilitas
marjinal rendah, dikenakan pajak lebih berat, dan mereka yang
memiliki tingkat konsumsirendah, dan dengan demikian utilitas
marjinal tinggi, dikenakan pajak lebih ringan.
 Behavioral responses: Saat pajak naik pada satu kelompok, individu
dalam kelompok itu dapat menanggapi dengan menghasilkan penghasilan
lebih sedikit.

KURVA LAFFER
- Ketika tarif pajak meningkat dari 0 sampai r*, penerimaan pajak
naik, tetapi ketika penerimaan pajak naik di atas r* ke arah 100%,
pendapatan pajak jatuh.

- Karenanya, tarif pajak tidak boleh ditetapkan terlalu tinggi.

y. Tax-Benefit Linkages and the Financing of Social Insurance Programs


- Hubungan antara pajak yang dibayar dengan manfaat yang diterima.

- Dimisalkan kurva a) dan b) adalah kurva permintaan dan penawaran


dalam pasar tenaga kerja. Grafik a) adalah kondisi yang biasa,
ketika yang kita perhitungkan hanya efek dari pajak, yaitu muncul
DWL sebesar segitiga ABC.
- Grafik b) adalah kondisi dimana pajak dan manfaatnya diperhitungkan.
Seperti biasa, ketika pajak dikenakan, kurva permintaan akan
bergeser dari D1 ke D2, mengakibatkan kuantitas tenaga kerja turun
dari L1 ke L2 dan muncul DWL sebesar segitiga ABC.
- Namun, ketika terdapat tax-benefit linkages, kurva penawaran akan
bergeser ke S2, karena manfaat dari pajak sendiri membuat pekerja
tidak terlalu merasa rugi apabila dipotong pajak, dan bekerja
menjadi cukup menarik (penawaran tenaga kerja tidak turun drastis
melainkan hanya sampai L3), dan DWL berkurang menjadi hanya sebesar
segitiga AFG.
- Jadi, apabila terdapat tax-benefit linkages, DWL akan berkurang.
- Apabila terdapat tax-benefit linkages yang sempurna, tidak akan ada
DWL.

- Ketika para pekerja sangat memahami adanya tax-benefit linkages dan


sangat menghargai pajak sehingga mereka mau menerima upah yang lebih
rendah maka tidak akan ada penurunan tenaga kerja lagi setelah pajak
dikenakan. Jadi, upah turun dari W1 ke W2, sementara kuantitas
tenaga kerja tetap di L1.
Chapter 21
1. Taxation and Labor Supply—Basic Theory

- Sebelum adanya pajak, budget constrain di biru. Sejak adanya pajak,


budget constrain di merah. Pajak yang dikenakan 30%. Sehingga
pendapatan turun, dari 15,00 ke 10,50 karena digunakan untuk
membayar pajak.

Efek substitusi dan pendapatan terhadap penawaran tenaga kerja

a. Jika efek subtitusi lebih besar (misal seperti tadi jika ada pajak
nilai waktu bersantai adalah $8,75) maka ava akan lebih memilih
untuk bersantai dengan menambah waktu bersantai dari 900 jam ke
1200 jam.
b. Jika efek income lebih besar maka ava akan lebih memilih untuk
bekerja karena ia membutuhkan uang jadi ava menambah jam kerja dari
600 jam ke 900 jam.

2. Limitations of the Theory: Constraints on Hours Worked and Overtime


Pay Rules

3. Tax Policy to Promote Labor Supply: The Earned Income Tax Credit
Background on the EITC
4. Impact of EITC on Labor Supply: Theory
5. Impact of EITC on Labor Supply: Evidence
6. The Tax Treatment of Child Care and Its Impact on Labor Supply
7. The Effect of Child Care Costs on Maternal Labor Supply
8. Options for Resolving Tax Wedges
Chapter 22

9. Taxation and Savings Traditional Theory


10. How Does the After-Tax Interest Rate Affect Savings?
11. Inflation and the Taxation of Savings
12. Precautionary Savings Models
13. Self-Control Models
14. Social Insurance and Personal Savings

Chapter 23

15. Taxation and Risk-Taking Theory


16. Basic Financial Investment Model Real-World Complications
17. Evidence on Taxation and Risk-Taking Labor Investment
Applications
18. Capital Gains Taxation Theory

19. Current Tax Treatment of Capital Gains/Pajak Perolehan Modal


(826)
Penjelasan singkat (sumber ppt gruber)

 Pajak juga berlaku untuk perolehan modal seperti halnya pendapatan


 Perolehan modal: Selisih antara harga pembelian aset dan harga jual
aset.
 Saat ini, perolehan modal dikenakan pajak pada saat realisasinya.
 Pendapatan bunga dikenakan pajak secara akrual.
o Pajak atas akrual: Pajak dibayar setiap periode pada
pengembalian yang diterima oleh aset pada periode itu.
o Pajak realisasi: Pajak dibayar pada pengembalian aset hanya
saat aset tersebut dijual.
 Selain preferensi untuk capital gain melalui perpajakan atas
realisasi, ada dua preferensi tambahan untuk capital gain dalam kode
pajak AS:
o “Step-up” of Basis at Death
 Misal ada aset yg dijual sebelum pemilik meninggal, maka
cap. Gain adalah selisih harga jual dan harga beli.
 Ketika aset diteruskan ke ahli waris, maka cap. Gain
adalah selisih harga jual dengan harga aset saat pemilik
meninggal (bukan harga jual)
o Exclusion for Capital Gains on Housing
 Pengecualian untuk cap. Gain pada perumahan.
 Pengecualian memungkinkan individu untuk tidak membayar
keuntungan modal atas penjualan rumah jika mereka
memasukkan keuntungan tersebut ke dalam pembelian rumah
baru.
Penjelasan tambahan

Capital gain adalah ‘taxed on realization’ yaitu pajak yang dibayar ketika
suatu aset terjual dan pembayaran pajak yang berdasarkan pada selisih
harga beli dengan harga jual suatu aset. Hal ini berbeda dengan Accrual
karena pemungutan dilakukan di awal.

Perlakuan pajak terhadap penghasilan modal, seperti dari capital gain,


sering dipandang sebagai keuntungan pajak. Namun, dilihat dalam konteks
keseluruhan sistem perpajakan, terdapat bias pajak terhadap pendapatan
seperti capital gain. Ini karena pajak atas tabungan dan investasi,
seperti pajak capital gain, mewakili lapisan pajak tambahan atas
pendapatan modal setelah pajak penghasilan perusahaan dan pajak
penghasilan individu.

Harga pembelian aset modal biasanya disebut sebagai dasar aset. Ketika
aset dijual dengan harga yang lebih tinggi dari basisnya, itu menghasilkan
keuntungan modal (capital gain); ketika aset dijual dengan harga kurang
dari basisnya, itu mengakibatkan kerugian modal (capital loss).

Jika suatu aset dipegang kurang dari satu tahun dan kemudian dijual untuk
mendapatkan keuntungan, itu diklasifikasikan sebagai keuntungan modal
jangka pendek dan dikenakan pajak sebagai pendapatan biasa. Jika suatu
aset dipegang selama lebih dari satu tahun dan kemudian dijual untuk
mendapatkan keuntungan, itu diklasifikasikan sebagai keuntungan modal
jangka panjang.

Misalnya, sebuah gambar

Dibeli = $100

Dijual = $195

Keuntungan = $95 (195-100)

Cap. Gain tax rate = 20%

Tax paid = $19 (20% x $95)

Keuntungan bersih = $76 ($95 - $19)

Cap. Gain di Indonesia

Capital gain jangka pendek dikenakan pajak sebagai keuntungan modal


jangka pendek dengan tarif pajak penghasilan biasa. Sedangkan, capital
gain jangka panjang dalam barang koleksi dikenai pajak pada flat sebesar
28%. Selain itu, capital gain jangka panjang dikenakan pajak yang
bermacam-macam, mulai dari 0%, 10%, 15%, 25%, 35%, hingga 39,6% pajak
penghasilan (PPh).

Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta
merupakan jumlah sebenarnya yang dikeluarkan atau diterima oleh setiap
wajib pajak, sedangkan jika ada hubungan istimewa antara penjual dan
pembeli, maka harga perolehan dan harga penjualan yang dilaporkan
merupakan jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima oleh wajib
pajak tersebut (Pasal 10 ayat 1).

20. What Are the Arguments for Tax Preferences for Capital Gains?
Tiga argumen preferensi pajak untuk keuntungan modal:

 Perlindungan terhadap inflasi


o Karena inflasi, kebijakan pajak saat ini terlalu menekankan
nilai keuntungan modal.
o Misal harga suatu aset naik 95% dalam 7 tahun. Tapi dalam 7
tahun tersbeut terjadi inflasi sebesar 95% juga maka pemilik
aset tidak benar-benar menjadi kaya dengan cap. Gain yang
dimililkinya.
o Perlindungan terhadap inflasi bukanlah alasan untuk mengenakan
pajak yang lebih untuk cap. Gain dibandingkan dengan jenis
pendapatan modal lainnya.
 Peningkatan efisiensi transaksi modal
o Argumen utama kedua yang mendukung tarif pajak capital gain
yang lebih rendah adalah bahwa individu akan menunda penjualan
aset modal mereka untuk menurunkan nilai diskon sekarang dari
beban pajak mereka. Semakin lama penundaan ini, semakin rendah
nilai diskonto pembayaran pajak saat ini (karena uang yang
dibayarkan di masa depan bernilai lebih rendah daripada uang
yang dibayarkan hari ini). hal ini disebut dengan Lock-in
effect.
o Karena cap. Gain itu kena pajak pas dia udah dijual. Bukan
akrual.
o Tetapi ini mengurangi fluiditas pasar modal, dan dapat
menggangu kinerjanya. Hal ini disebabkan karena keberhasilan
pasar modal disebabkan investor untuk menyebarkan aset mereka
ke penggunaan aset yang paling produktif (misal Tuan Y, punya
mobil antik, karena dia menghindari pengenaan pajak cap. Gain
maka dia akan menunda penjualan tsb, namun hal ini dapat
memengaruhi produktivitas maksimalnya untuk pembiayaan lain
yang lebih produktif)
 Mendorong kegiatan wirausaha
o Pengusaha mendapatkan penghasilan dengan meningkatkan nilai
perusahaan mereka, yang merupakan perolehan modal.
o Tarif pajak dari perolehan modal adalah instrumen utama untuk
mendorong kewirausahaan.
o Hmmm aku bingung, tapi kayanya gini, untuk mendorong
kewirausahaan itu diperlukan tarif cap. Gain yang rendah.
Soalnya kalo tarifnya tinggi bisa menghalangi kewirausahaan.
Jadi dengan tarif yg lebih rendah membuat banyak orang memulai
usaha. gitu kayanya hahahaaah

21. What Are the Arguments Against Tax Preferences for Capital
Gains?
Ada dua argumen yang pada pendapatan capital gain di sebagian besar
negara:

- Pertama, pajak capital gain sangat progresif


- Kedua, Kedua, tarif pajak yang lebih rendah atas keuntungan modal
melanggar prinsip Haig-Simons untuk sistem pajak. Pajak harusnya
berkeadilan untuk semua pilihan ekonomi. Jika cap. Gain memiliki
tarif pajak yang lebih rendah daripada pendapatan lain maka individu
akan memilih pilihan yang tidak efisien untuk mendapatkan tarif
pajak yang lebih rendah.
- Ketika pajak capital gain diturunkan relatif terhadap pajak upah,
individu akan memilih untuk menerima lebih sedikit upah dan lebih
banyak stok (stock/saham atau apaun itu lah)

22. Capital Gains Taxation of “Carried Interest”


- Carried interest = bunga yang ditanggung (?)
- Dalam pengertian lain, carried interest adalah bagian dari
keuntungan dana yang berfungsi sebagai kompensasi bagi manajer
investasi.
- Perlakuan istimewa dari "Carried Interest " dimaksudkan untuk
mengimbangi risiko tinggi yang dihadapi manajer aset.
- Namun itu adalah pelanggaran prinsip Haig-Simons, dan banyak ekonom
menentangnya. Misal George and Mankiw "dari perspektif ekonomi,
bunga yang dibawa harus dikenakan pajak yang sama dengan kompensasi
lain untuk layanan.”

23. Transfer Taxation Theory


Pajak transfer adalah pajak modal yang penting di Amerika Serikat.

o Pajak transfer: Pajak yang dikenakan pada pengalihan aset dari satu
orang ke orang lain.
o Pajak hadiah: Sebuah pajak yang dikenakan pada aset yang diberikan
seseorang kepada orang lain dalam bentuk hadiah.
o Pajak hunian: Pajak yang dikenakan pada aset yang diwariskan kepada
orang lain.
24. Why Tax Wealth? Arguments for the Estate Tax (836)
Mengapa pajak Kekayaan daripada Pajak pendapatan?
• Sangat progresif bermaksud meningkatkan pendapatan pemeirntah.
• Diperlukan untuk menghindari konsentrasi yang berlebihan dari
kekayaan dan kekuasaan dalam kekayaan.
• Membiarkan anak-anak keluarga kaya untuk mewarisi semua kekayaan
orang tua mereka melemahkan mereka dari semua motivasi untuk bekerja
keras dan mencapai kesuksesan mereka sendiri. (biar mereka gak
males2an dan Cuma ngandalin warisan aja hahahah)

25. Arguments Against the Estate Tax


26. Property Taxation Theory
27. Who Bears the Property Tax?
28. Types of Property Taxation
29. Property Tax Breaks to Businesses

Chapter 24

30. Taxation of Business Income Theory


31. What Are Corporations, and Why Do We Tax Them?
32. Ownership Versus Control
33. Firm Financing
34. Why Do We Have a Corporate Tax?
35. The Structure of the Corporate – The Theory
36. Tax Revenues
37. Expenses
38. What Is Economic Depreciation? The Case of Personal Computers
39. Corporate Tax Rate
40. Tax Credits
41. The Incidence of the Corporate Tax – The Theory
42. Corporate Taxation and Wages
43. Theoretical Analysis of Corporate Tax and Investment Decisions
44. Negative Effective Tax Rates
• Formula:
t−tz−α
ETR=
1−tz−α
• With z=0.5 and α =0.1 ,
0.35−0.35× 0.5−0.1
ETR= =10.3 %
1−0.35× 0.5−0.1
• With z=1 and α =1, (intinya z dan a naik)
0.35−0.35× 1−1
ETR= =−18.2 %
1−0.35× 1−1

45. Policy Implications of the Impact of the Corporate Tax on


Investment EMPIRICAL EVIDEN
- Pajak akan menentukan keputusan pertama untuk berinvestasi di luar
negeri. Jika besar pajak, khususnya pajak penghasilan badan di
negara investor jauh lebih tinggi, maka perusahaan tersebut akan
tergerak untuk berinvestasi di luar negeri karena besarnya pajak
lebih rendah. Sementara itu, besar pajak penghasilan pribadi di
negara investor juga akan meningkatkan biaya tenaga kerja sehingga
biaya untuk produksi di negara investor lebih besar dan mengalihkan
ke negara lain.
- Pajak memiliki pengaruh dalam menentukan di mana lokasi untuk
melakukan investasi. Meski demikian, peranan pajak untuk penentuan
lokasi investasi ini memang lebih kecil daripada faktor lainnya
seperti akses pasar dan stabilitas politik.
- Pajak memiliki pengaruh yang cukup penting pada beberapa jenis
investasi tertentu. Salah satu contohnya adalah investasi yang
berorientasi ekspor. Investasi ini sangat sensitif terhadap pengaruh
faktor biaya dan pajak merupakan tambahan biaya yang cukup
menentukan keputusan apakah investasi akan dilakukan atau tidak.

46. Accelerated Depreciation and Investment


47. Treatment of International Corporate Income

48. How to Tax International Income (867)


Ada dua pendekatan dasar untuk mengenakan pajak kepada perusahaan yang
memperoleh penghasilan di luar negeri:

a. Sistem pajak teritorial: Suatu sistem pajak di mana perusahaan-


perusahaan yang memperoleh penghasilan di luar negeri membayar pajak
hanya kepada pemerintah negara tempat penghasilan itu diperoleh.
b. Sistem pajak global: Sebuah sistem pajak di mana perusahaan
dikenakan pajak oleh negara asal mereka atas pendapatan mereka
terlepas dari mana itu diperoleh.
Lebih lanjut di bhas pada subbab berikut2nya.

Masalah Transfer Pricing

• Transfer pricing adalah keuntungan kedua pajak untuk multinasional.


o Transfer pricing: Jumlah yang subsidiary perusahaan ganti ke
subsidiari lain pada perusahaan yang sama untuk barang yang
dikirim diantara keduanya.
o Pergeseran laba perusahaan untuk negara berpajak rendah dengan
menetapkan harga transfer yang tinggi untuk barang yang
diproduksi di negara itu.

Di Indonesia

- Pengenaan pajak penghasilan WNI di luar negeri tidak dilihat dari


status kewarganegaraan, namun pengenaan pajak pernghasilan
berdasarkan domisili atas penghasilan yang didapatkan dari manapun.
Oleh karena itu, pajak penghasilan WNI di luar negeri tidak
dikenakan apabila WNI tersebut menjadi Wajib Pajak di luar negeri.
- Pemotongan pajak penghasilan dari luar negeri didasarkan pada PPh
pasal 24.
Contoh:

Penghasilan netto DN = 500jt

Penghasilan netto LN = 250jt (tarif pajak singapura 20%)

Total penghasilan netto orang tersebut adalah


Dapat disimpulkan bahwa pajak atas penghasilan luar negeri yang
diperbolehkan adalah Rp. 50jt

Kredit pajak Luar Negeri di Indonesia

- Ketentuan:
o PhKP = Ph DN dan Ph LN (neto)
o Dikreditkan per jenis penghasilan untuk setiap negara/yurisdiksi
- Besarnya PPh LN yang dikreditkan diantara 3 ini cari yang paling
sedikit:
o Ketentuan P3B
o Sesuai jumlah PPh LN
o Jumlah tertentu (jumlah PhLN/PhKP) x PPh terutang)
Contoh:

Ph Neto Tarif
Usaha DN 2.500.000.000 35%
usaha LN (Thailand) 1.200.000.000 40%
singapura 700.000.000 40%
Div di Australia 25%
Kerugian LN (Malaysia) - 500.000.000

Ph neto dividen dari Australia tidak


diketahui

Kredit Pajak LN Kredit pajak


total Ph neto 4.400.000.000 thailand 480.000.000
batas max 264.000.000
kompensasi rugi -
PhKP 4.400.000.000 singapura 280.000.000
PPh terutang pasal 17 968.000.000 batas max 154.000.000

49. The Apple, Burger King, Caterpillar’s of Avoiding Corporate


Taxes on International Income
Penghindaran pajak oleh Appla, Burger King, dan Caterpillar

- Apple

a. Menurut laporan yang


dirilis oleh ICIJ, Apple
memanfaatkan regulasi
b. pajak pajak
sangat sangat rendah
rendah di di Jersey,
Jersey, pulau pulau
kecil kecil di di Selat
Selat Inggris, Inggris,
untuk untuk
menyimpanmenyimpan
c. keuntungannya
sejumlah 252 miliar
dolar AS. Apple
mendirikan
perusahaankeuntungann
ya sejumlah 252 miliar
dolar AS. Apple
mendirikan perusahaan
d. cabang di yurisdiksi
bebas pajak ini untuk
membebaskan
keuntungan yangcabang
di yurisdiksi bebas
pajak ini untuk
membebaskan
keuntungan yang
e. menggunung ini dari
beban pajak di Eropa,
Asia dan
Afrika.menggunung ini
dari beban pajak di
Eropa, Asia dan Afrika.
f. Sebelum pindah ke
Jersey, Apple
mendirikan mayoritas
perusahaanSebelum
pindah ke Jersey,
Apple mendirikan
mayoritas perusahaan
g. cabangnya di
Irlandia dimulai pada
tahun 1991. Regulasi
pajak di sana
hanyacabangnya di
Irlandia dimulai pada
tahun 1991. Regulasi
pajak di sana hanya
h. membebankan pajak
di bawah 1 persen.
membebankan pajak di
bawah 1 persen. Pada
tahun 2014, Apple
hanya dikenakanPada
tahun 2014, Apple
hanya dikenakan
i. beban pajak
beban pajak sebesar
sebesar 0,005 persen
0,005 persen untuk dua
untuk dua per per tiga
keuntungan tiga
keuntungan global
global yang iayang ia
j. daftarkan sebagai aset
perusahaan cabangnya
di Irladaftarkan sebagai
aset perusahaan
cabangnya di
Irlandia.ndia.
k. Namun, pada
AgNamun, pada
Agustus 2016, Komisi
Eropa memutuustus
2016, Komisi Eropa
memutuskan regulasi
pajakskan regulasi pajak
l. Irlandia telah
melanggar peraturan
subsidi Irlandia telah
melanggar peraturan
subsidi negara di
yurisdiksi Uni Eropa.
Praktiknegara di
yurisdiksi Uni Eropa.
Praktik
m. ini dianggap ilegal
karena Apple
dibebankan pajak
sangat rendah
sedangkanini dianggap
ilegal karena Apple
dibebankan pajak
sangat rendah
sedangkan
n. bisnis bisnis lain
lain harus harus
membayar membayar
beban beban pajak
pajak yang yang lebih
lebih tinggi. tinggi.
Menurut laporan yang dirilis oleh ICIJ, Apple memanfaatkan regulasi
yang sangat rendah di Jersey (pulau kecil di selat inggris) untuk
menyimpan keuntungan sebesar 252 miliar dolar AS. Hal ini disebabkan
karena Jersey merupakan wilayah yurisdiksi bebas pajak sehingga
dapat digunakan membebaskan keuntungan yang banyak dari beban pajak
eropa, asia, dan afrika.
Sebelum ke jersey, apple mendirikan mayoritas cabangnya di Irlandia
mulai tahun 1991 karena pajak disana sangat kecil yaitu 0,005%.
Namun pada Agustus 2016, komisi eropa memutuskan regulasi pajak
irlandia telah melanggar peraturan subsidi negara di yurisdiksi uni
eropa. Praktik ini dianggap ilegal karena Apple dibebankan
pajak sangat rendah sedangkan bisnis lain harus harus membayar
beban yang lebih tinggi. Selain itu komisi eropa mencatat kerugian
besar dari sisi pendapatan pajak negara di eropa karena penghindaran
pajak ini. komisi ini juga menemukan tidak bukti yang menunjukkan
bahwa kapasitas operasional Apple untuk melakukan praktik bisnis
untuk disebut sebagai perusahaan. Sebagai hukuman, komisi eropa
memerintahkan Apple untuk membayar 13 miliar euro kepada pemerintah
Irlandia.

- Burger King
Perusahaan makanan cepat saji terbesar ketiga di dunia, Burger
King akan memindahkan kantor pusatnya dari Amerika Serikat (AS) ke
Kanada. Pemindahan dilakukan melalui akuisisi perusahaan donat dan
kopi lokal, Tim Hortons.
Ini menjadi sebuah langkah kontroversial yang membantu Burger
King mengurangi kewajiban pajaknya yang sangat tinggi di negeri
Paman Sam. Gedung Putih berharap rencana tersebut tidak terealisasi.

- Caterpillar
Caterpillar melakukan penghindaran pajak dari keuntungan penjualan suku
cadang yang dikirim dari AS kepada pelanggan di seluruh dunia hanya dengan
menghapus namanya dari faktur dan menggantinya dengan nama anak perusahaan
yang ada di Swiss. Penghematan pajak yang dilakukan karena tindakan ini
adalah $300juta per tahun.

50. Global Versus Territorial Taxation


Di bawah sistem global, perusahaan AS membayar kewajiban pajak
perusahaan AS mereka di mana pun pabrik atau pabrik mereka berada. Namun
dalam praktiknya, ini tidak terjadi. Hal ini terjadi jika pendapatan
tersebut kembali ke amerika. Sedangkan perusahaan biasanya mempertahankan
pendapatan asing mereka di anak perusahaan.

Adanya fenomena ini lebih buruk daripada sistem teritorial karena


mendorong perusahaan untuk menahan keuntungan di luar negeri, daripada
memindahkan mereka ke tempat yang paling produktif. Di bawah sistem
teritorial, keuntungan itu mungkin kembali ke Amerika Serikat dan
menciptakan kegiatan ekonomi di sini. (artinya pendapatan AS turun kalo ga
balik ke AS)

Hal tersbeut memotivasi adanya Tax Holiday, yaitu tarif yang dikenakan
semula 35% menjadi 5,25%. Hal ini bertujuan agar perusahaan multinasional
akan mengambil keuntungan dari jendela satu tahun dengan memulangkan
miliaran dolar keuntungan yang saat ini ditahan di luar negeri.
51. The 2017 Tax Reform and Corporate Tax Wedges
Reformasi pajak tahun 2017 bertujuan untuk mengubah sistem pajak global
menjadi teritorial dengan menurunkan tarifnya lebih rendah agar pendapatan
‘pulang’ kembali ke AS. Tetapi langkah langsung ke sistem pajak teritorial
akan menurunkan pendapatan sejauh perusahaan telah memulangkan pendapatan,
dan akan memberi penghargaan kepada perusahaan-perusahaan yang telah
mengurangi pajak AS.

Ada dua cara untuk mengatasi masalah ini dalam reformasi perpajakan
2017:

- Pajak minimum atas pendapatan asing tertentu.


- Pajak minimum didasarkan pada total pajak dan pendapatan global, dan
tidak dipungut berdasarkan negara per negara; Oleh karena itu,
perusahaan dapat terus secara signifikan menghindari tax havens,
selama mereka memiliki aset berwujud di tempat lain di luar Amerika
Serikat.

52. The Consequences of the Corporate Tax for Financing (875)

Misalkan sebuah perusahaan membutuhkan $10 untuk investasi yang akan


menghasilkan $1 dalam pendapatan perusahaan masing-masing tahun.
Perusahaan ingin membiayai investasi ini melalui hutang atau ekuitas, dan
dalam kedua kasus mengembalikan $1 itu kepada investor. Gambar 24-5
menggambarkan dampak pajak terhadap keputusan perusahaan tentang bagaimana
membiayai investasi itu (sekali lagi mengabaikan opsi, untuk saat ini,
pembiayaan dari laba ditahan).

53. The Impact of Taxes on Financing Why Not All Debt?


Kenapa tidak semua pembiayaan perusahaan menggunakan utang ?

a) Sebenarnya, pembiayaan melalui utang lebih menguntungkan karena


mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar.
b) Namun, pembiayaan tidak selalu bisa dilakukan melalui utang karena
ada faktor risiko dari berutang itu sendiri.
c) Selain itu, apabila terjadi kebangkrutan perusahaan, akan ada agency
problem antara pemegang klaim atas utang dan pemegang ekuitas
perusahaan. Karenanya, dibutuhkan rasio utang-ekuitas yang tinggi
untuk menghindari masalah ini.

54. How Do Corporate Taxes Affect a Firm’s Financial Structure?


55. The Dividend Paradox
56. How Should Dividends Be Taxed?
57. Corporate Tax Integration

Chapter 20 Deficit Finance 483-498

1. How Big Is the Debt?


Istilah penting:

- Defisit: kelebihan dari pengeluaran lebih pendapatan selama periode


waktu tertentu.
- Surplus: kelebihan pendapatan atas pengeluaran selama periode waktu
tertentu.
- On-Budget Deficit: Defisit yang dihasilkan dari pengeluaran on-
budget dan pendapatan.
- Off-Budget Deficit: Defisit yang diakibatkan oleh pengeluaran dan
penerimaan di luar anggaran.
- Utang: Jumlah total yang terutang pada suatu titik waktu tertentu;
jumlah semua defisit masa lalu.
Sebagai bagian dari pembiayaan anggaran, pembiayaan utang selain
berfungsi untuk menutup defisit anggaran juga digunakan untuk membiayai
pengeluaran pembiayaan seperti pembiayaan investasi, pemberian pinjaman,
serta kewajiban penjaminan.
Undang-Undang Keuangan Negara telah menetapkan batasan maksimal defisit
3 persen dan rasio utang 60 persen terhadap PDB. Walaupun sampai dengan
saat ini batasan defisit tersebut terlampaui yang diakibatkan oleh upaya
penanganan dampak pandemi, berupa bidang kesehatan, perlindungan sosial,
insentif usaha, UMKM, pembiayaan korporasi, dan pembiayaan sektoral K/L
dan Pemda.
Upaya Pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi
nasional yang dimulai tahun 2020 berdampak pada peningkatan utang.
Mengingat konsekuensi utang pada kewajiban pembayaran bunga, Pemerintah
berkomitmen agar utang digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan
produktif yang memberikan dampak positif bagi upaya akselerasi pemulihan
pascapandemi Covid-19.

2. Interpreting Deficit, Surplus, and Debt Numbers


defisit APBN tahun anggaran 2022 direncanakan sebesar Rp868.019,1 miliar
atau sebesar 4,85 persen dari PDB.

3. The Burden of The Debt

4. Lerner’s View

 Asumsikan bahwa pemerintah meminjam uang dari penduduknya dengan


uang internal ( utang internal=obligasi)
 Munurut lerner, uang internal tidak membuat adanya beban untuk
generasi masa depan karena saling berhutang satu sama lain.
( istilahnya tangan kiri menyerahkan ke tangan kiri)
 Utang eksternal ke negara lain akan membebankan ( utang ekternal
terdapat bunga dan bisa membebankan generasi penerus karena bunga
dibayarkan secara rutin terus menerus )
 Misalkan pemerintah meminjam kepada warga nya dalam bentuk utang
internal (utang kepada warganya sendiri). Berarti pemerintah
utang ke generasi sekarang kan. Dimasa depan utang itu akan
dibayar. Yang bayar pokok pinjaman dan bunganya itu generasi masa
depan. Menurut lerner, utang internal tidak membuat adanya beban
untuk generasi masa depan (gaada masalah) jadi kayak pinjam
meminjam antar generasi, diibaratkan pinjam dari tangan kanan ke
tangan kiri,Tapi berbeda cerita ketika pinjam ke luar negeri
(utang eksternal), maka disana, pokok utang dan bunganya kan lari
ke luar negeri, maka nanggung beban pokok bunga dan bunga itu
generasi mendatang, karena akan menurunkan konsumsi sebanyak
pokok utang dan bunga yang mengalir ke luar negeri itu.

5. An Overlapping Generations Model

 Bisa disebut juga sebagai Model generasi yang tumpang tindih


 Yaitu sebuah model yang di dalamnya memperhitungkan fakta bahwa beberapa
generasi yang berbeda dapat hidup berdampingan secara bersamaan.
 Model ini meunjukkan bagaimana beban utang bisa dipindahkan antar generasi.
Sehingga jika generasi sekarang memiliki utang, maka yang membayarnya adalah
generasi yang akan datang Pemerintah dapat meningkatkan pajak dalam rangka untuk
memberikan beban kepada generasi yang sekarang juga.
 Teori ini menyanggah teori lerner yang bilang generasi mendatang tidak terbebani,
karema menurut overlapping generation model, generasi mendatang sebenarnya
terbebani.

 Dalam satu periode itu terdiri dari beberapa generasi yang hidup.
 Beban utang ditransfer lintas generasi.
 Asumsi cerita dalam tabel: Setiap generasi berumur 20 tahun, dan setiap orang memiliki
pendapatan tetap sebesar $12.000 selama periode 20 tahun. Tidak ada tabungan pribadi
—setiap orang menghabiskan seluruh pendapatan mereka. Situasi ini diperkirakan akan
berlanjut selamanya.
 Terus si pemerintah mau utang $12.000, jadilah mereka bayar masing2 ke pemerintah
sebanyak @6.000 dolar (Cuma yang muda dan setengah baya). Nantinya akan dilunasi
pada tahun 2030. yg tua kenapa ga minjemin? Ya pas uang mereka balik, mereka udah
ga hidup bisa jadi. Terus yg minjemin 6000 muda sama setengah baya berarti kan
konsumsi mereka berkurang kan (lihat nomor 2) selama periode 2010-2030.
 Nah uang dari minjem 12.000 yang diambil dari generasi muda dan setengah baya itu
nanti sama pemerintah bakal didistribusiin jadi konsumsi buat 3 generasi (lihat nomor 3)
 Berlalulah waktu (lihat transisinya), waktunya buat bayar utang yang sebelumnya,
pemerintah buat bayar ni pake duit apa? Ngutang lagi. Utanglah ke 3 generasi (lihat
nomor 4). Dari duit utangan itu, pemerintah bisa bayar ke generasi sebelumnya yg
diutangin (generasi muda dan setengah baya yg tadinya uangnya dipinjem dibalikin
duitnya)

 meskipun utang itu semua internal, itu menciptakan beban bagi generasi mendatang.
 kerangka kerja ini menunjukkan bahwa generasi sekarang mendapat manfaat dengan
mengorbankan generasi mendatang
 Pemerintah dapat meningkatkan pajak dalam rangka untuk memberikan beban kepada
generasi yang sekarang juga karena hidup berdampingan.

6. Neoclassical Model
Teori neoklasik lebih menekankan pembahasan pada efek dari defisit yang
permanen. Tiga karakter pokok dalam teori ini adalah:

- Pelaku ekonomi memiliki masa hidup yang terbatas (finit horizon)


- Tingkat konsumsi optimal ditentukan oleh solusi optimasi antar waktu
(intertemporal intimization)
- Setiap periode waktu terjadi keseimbangan pasar
Hubungan intertemporal dalam model Ricardian menunjukkan hubungan
antara kepentingan pelaku ekonomi di masa muda dan di masa tua, sedangkan
dalam model Neoklasik menunjukkan hubungan antara kepentingan generasi
muda dan generasi tua. Dalam model Ricardian hanya ada satu pelaku ekonomi
yang hidup sepanjang masa. Kenaikan pajak di masa yang akan datang akan
dikompensasi secara penuh dengan pengurangan tingkat konsumsi dan
peningkatan tabungan di masa sekarang.

Secara umum kaum Neoklasik berpendapat bahwa deficit anggaran akan


merugikan perekonomian. Kebijakan defisit anggaran memiliki pengaruh yang
buruk terhadap perekonomian karena dalam kondisi full-employment, defisit
anggaran yang permanen akan menyebabkan crowding-out. 

- Utang pemerintah akan menimbulkan pengurangan investasi, ketika ada


pengurangan investasi GDP di masa depan akan berkurang, maka
pendapatan di generasi yang akan datang lebih sedikit. Sehingga
utang pemerintah akan menjadi beban generasi mendatang
- Pembiayaan dari utang membuat generasi masa depan dengan persediaan
modal yang lebih sedikit, karena kurang produktif dan mempunyai
pendapatan riil yang lebih kecil.
- Asumsi bahwa utang pemerintah menurunkan privat investment adalah
kunci dari neoclassical analysis, dikenal dengan crowding out
analysis
- Crowding out disebabkan karena perubahan dalam suku bunga. Ketika
pemerintah meningkatkan permintaan kreditnya (pinjaman), tingkat
suku bunga menjadi naik, dalam beberapa waktu kemudian akan membuat
investasi sektor swasta juga semakin mahal dan lebih sedikit
dilakukan.

7. Ricardian Model (492)


- Teori Ricardian tentang defisit anggaran adalah dikenal juga dengan
istilah Ricardian Equivalence (RE), berpendapat bahwa ada hubungan
kekeluargaan yang erat antar generasi.
- Menurut teori tersebut, rumah tangga memperhitungkannya saat membuat
keputusan investasi dan menabung dan memilih untuk menabung lebih
banyak untuk mengkompensasi kenaikan pajak di masa depan. Oleh
karena itu, konsumsi dalam perekonomian menurun, dan peningkatan
pengeluaran pemerintah yang dibiayai oleh defisit tidak berdampak
pada perekonomian.
- Defisit anggaran pada dasarnya hanyalah pengalihan beban pajak dari
masa sekarang ke masa yang akan datang.
- Kesimpulan penting dari teori Ricardian Equivalence adalah bahwa
kebijakan defisit anggaran tidak mempunyai pengaruh terhadap
perekonomian, termasuk di dalamnya tingkat konsumsi, investasi, suku
bunga, dan tingkat harga. Defisit anggaran pemerintah bersifat
netral atau tidak akan berpengaruh pada perekonomian
- Asumsi dalam Teori Ricardian:
o masyarakat hidup selamanya
o pasar modal swasta yang sempurna,
o terdapat kejelasan akan pajak dan pendapatan di masa depan
o jumlah pajak sudah ditentukan oleh negara
- Teori Ricardian Equivalence mendapat banyak kritikan, karena dalam
kenyataannya defisit anggaran mempengaruhi perekonomian baik dalam
jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Selain itu, kritikan
terhadap asumsi dalam Teori Ricardian Hal ini dikarenakan pada
dasarnya masyarakat tidak hidup selamanya, pasar modal swasta yang
tidak sempurna, pajak dan pendapatan yang belum jelas di masa depan
dan jumlah pajak tidak sepenuhnya ditentukan oleh negara karena
pajak bergantung kepada pendapatan, pengeluaran, kekayaan, dan lain
sebagainya.
- Gampangnya gini kenapa Teoiri Ricardo ga kurang sesuai: adanya utang
dapat menyebabkan semakin lama beban utang semakin meningkat dan
menyebabkan pembayaran bunga utang meningkat. Sedangkan pemasukaan
uang pemerintah adalah dari pembayaran pajak oleh masyarakat sebab
tingginya Bunga menjadikan pembayaran pajak meningkat. Sehingga
penerimaan yang diterima oleh pemerintah semakin banyak dan akhirnya
defisit anggaran akan berkurang. Namun dampaknya pasti akan terasa
oleh masyarakat. Gituu hahhaha

8. To Tax or to Borrow? (ini cuma pengantar materi, jadi ga banyak yang


harus disampaikan)
Pilihan antara utang dan pajak adalah salah satu pertanyaan paling
mendasar di bidang keuangan publik.

Misal pemerintah merencanakan suatu program buat perbaikan jalan, pasti


perlu dana kan. Nah, uang dari mana? Gampang, cetak duit aja. namun hal
tersebut dapat menyebabkan inflasi karena banyaknya uang yang beredar di
masyarakat. Satu-satunya pilihan yang mungkin layak dilakukan oleh
pemerintah adalah mengenakan pajak atau meminjam uang (bisa dari luar
negeri atau dalam negeri berupa obligasi dll)

Perbedaan skema dari meminjam dan mengenakan pajak:

- Mengenakan pajak: pemerintah mengekstraksi dana secara proporsional


dengan kewajiban pajak normal seseorang. Itu berarti sebagian besar
biaya akan ditanggung oleh mereka yang berada dalam kelompok
penghasilan kena pajak yang lebih tinggi.
- Melakukan utang: pemerintah memperoleh dana secara sukarela, sesuai
dengan preferensi investasi masyarakat.
Biar lebih jelas baca sini aja: Pajak atau Pinjam? (narkive.com)

9. Benefits-Received Principle
Poin 9-13 adalah beberapa pendekatan yang digunakan untuk menjawab
pertanyaan antara utang atau pajak dalam bidang keuangan publik.

- Prinsip Manfaat yang Diterima atau Benefits-Received Principle


menyatakan bahwa siapa saja penerima manfaat dari suatu program
pemerintah, harus membayar untuk untuk memperolehnya. Jadi, sejauh
program tersebut memberikan manfaat bagi generasi mendatang, sudah
sepatutnya untuk mengalihkan beban kepada generasi mendatang melalui
pembiayaan utang.
- Prinsip perpajakan yang menyatakan bahwa beban pajak atas suatu
badan ekonomi harus berbanding lurus dengan jumlah manfaat yang
diterimanya dari penggunaan barang atau jasa publik yang disediakan
oleh pemerintah.
- The Benefits Received Principle merupakan teori kewajaran pajak yang
mengatakan bahwa masyarakat harus membayar pajak berdasarkan manfaat
yang diterimanya dari pemerintah.
- Definisi lain: bahwa mereka yang menerima manfaat terbesar dari
pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, harus
membayar pajak paling banyak, pada prinsipnya keadilan.
- Misalnya, wajib pajak yang memiliki atau mengendarai mobil harus
membayar lebih banyak pajak yang digunakan untuk pemeliharaan jalan
daripada wajib pajak yang tidak memiliki atau menggunakan mobil.
- Argumen yang mendukung prinsip ini:
o Orang-orang termotivasi untuk membayar pajak ketika mereka
merasa bahwa uang yang mereka bayarkan kepada pemerintah
sebenarnya digunakan untuk keuntungan mereka sendiri. Dengan
kata lain, prinsip yang diterima manfaat menghasilkan
penghindaran pajak yang lebih rendah.
o Ini adalah cara yang adil untuk memungut pajak karena tidak
mengakibatkan satu orang menerima manfaat dengan mengorbankan
orang lain.
- Argumen yang menentang prinsip ini:
o Manfaat yang diterima dari barang dan jasa publik yang
disediakan oleh pemerintah sulit diperkirakan dengan dua
alasan:
 Pertama, layanan seperti pertahanan, keadilan,
penelitian, dll. bermanfaat bagi suatu bangsa secara
keseluruhan dan sulit untuk mengalokasikannya kepada
individu dan bisnis.
 Kedua, bahkan ketika seseorang tidak secara langsung
mendapat manfaat dari barang atau layanan publik
tertentu, mereka secara tidak langsung dapat memperoleh
manfaat yang signifikan, misalnya, jalan menguntungkan
bisnis dengan membawa mereka pekerja dan pelanggan.
o Ini bertentangan dengan program redistribusi pendapatan.
Bayangkan sebuah pemerintah meminta para tunawisma untuk
membayar kesejahteraan mereka sendiri.

10. Intergenerational Equity (Ekuitas Antargenerasi)


Misalkan karena kemajuan teknologi, cucu kita akan lebih kaya dari kita.
Jika masuk akal untuk mentransfer pendapatan dari orang kaya ke orang
miskin dalam satu generasi, mengapa kita tidak mentransfer pendapatan dari
generasi kaya ke generasi miskin? Tentu saja, jika generasi mendatang
diharapkan lebih miskin dari kita (karena, katakanlah, kenaikan harga
sumber daya alam tertentu), maka logika ini mengarah pada kesimpulan yang
berlawanan.

11. Efficiency Considerations (pertimbangan efisiensi)


Jika pendapatan pemerintah yang diperoleh dari pajak dan pinjaman dalam
present value adalah sama, maka tidak perlu melakukan pertimbangan pilihan
mana yang lebih efisien. Grafik berikut menggambarkan jika pendapatan
pemerintah berasal dari pajak.
Secara sederhana,

- Grafik tersebut merupakan persamaan kuadrat dari ½ ⑀wLt2


- Dengan tax rate t1, maka excess burden nya ada di X1. Begitu juga
dengan tax rate t2.
- Jadi dengan pertimbangan excess burden yang demikian besar antara t1
dan t2, lebih baik mengenakan t1 dua kali daripada t2 sekali yang
menyebabkan X2 lebih besar.

12. Macroeconomic Considerations (Pertimbangan makroekonomi)


Semua sumber daya yang ada di suatu negara, digunakan untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi jangka panjang. Misal dikaitkan dengan makroekonomi
suatu negara, adanya pengangguran memengaruhi pengeluaran suatu negara.

- Ketika pengangguran sangat rendah, pengeluaran pemerintah ekstra


dapat menyebabkan inflasi, sehingga perlu untuk menyedot sebagian
daya belanja dari peningkatan pajak sektor swasta.
- Sebaliknya, ketika pengangguran tinggi, menjalankan defisit adalah
cara yang masuk akal untuk merangsang permintaan.
Hal tersebut merujuk pada istilah Functional Finance yang mana menggunakan
pajak dan defisit untuk menjaga permintaan agregat pada level yang tepat
(Menggunakan kebijakan fiskal untuk menjaga permintaan agregat al tingkat
yang diinginkan, terlepas dari dampak pada defisit).

Penjelasan terkait pengangguran merupakan salah satu bahasan dalam teori


Keynesian. Ketika teori tersebut runtuh pada tahun 1970-an, terdapat
beberapa poin yang menjadi topik dalam pembahasan ekonom :
- Jika model ekuitas antargenerasi menurut Barro benar, perubahan
kebijakan oleh pemerintah bisa saja tidak memiliki dampak pada
masyarakat karena mengubah perilaku individu itu tidaklah mudah.
- Dalam model Keynesian, terdapat hal yang masih belum jelas. Misal
berapa lama waktu yang dibutuhkan suatu kebijakan untuk mengentaskan
pengangguran. Tetapi kebijakan pengangguran yang berhasil
membutuhkan waktu yang tepat. Jika tidak, seseorang mungkin akhirnya
memicu ekonomi ketika tidak lagi diperlukan, mungkin dapat
menyebabkan inflasi.

13. Moral and Political Considerations (pertimbangan moral dan


politik)
Adanya pertimbangan moral seperti, ‘sah-sah saja untuk membebankan
utang generasi sekarang ini kepada generasi yang akan datang’. Hal ini
berkaitan dengan pengendalian diri individu. Adanya defisit menunjukkan
bahwa individu saat ini tidak bisa mengontrol diri sehingga harus
membebankan utang kepada generasi yang akan datang. Oleh karena itu,
defisit menunjukkan perilaku yang tidak bermoral.

Permasalahan etika sangat penting dalam perumusan kebijakan publik


sehingga argumen bahwa defisit adalah tidak bermoral patut dipertimbangkan
secara serius.

Argumen non ekonomi yang menentang Defisit Finansial adalah argumen


politik. beberapa orang berpendapat bahwa proses politik cenderung
meremehkan biaya pengeluaran pemerintah dan melebih-lebihkan manfaatnya.
The discipline of a balanced budget dapat menghasilkan penimbangan manfaat
dan biaya yang lebih hati-hati, sehingga mencegah sektor publik berkembang
berlebih dari ukuran optimalnya.

Pandangan lain menyatakan bahwa adanya defisit menjadi rem agar


pemerintah tidak terlalu banyak melakukan pengeluaran. Pandangan
konvensional bahwa tingkat pengeluaran pemerintah adalah tetap, terlepas
dari apakah ada defisit atau tidak. Jika itu benar, maka menaikkan pajak
bisa menghilangkan defisit. Tetapi Friedman berpendapat bahwa model yang
lebih baik adalah bahwa pengeluaran tidak tetap—jika pemerintah
mendapatkan lebih banyak uang dalam bentuk pajak, pemerintah hanya akan
membelanjakan uang itu.

Perspektif utang menghasilkan beberapa poin penting untuk dikaji:

- Besarnya defisit selama tahun tertentu tergantung pada konvensi


akuntansi seseorang. Fakta ini menggarisbawahi kesewenang-wenangan
nomor apa pun yang dianggap sebagai itu defisit, itu surplus, atau
itu utang.
- Konsekuensi dari defisit dan surplus, meskipun berpotensi penting,
sulit diukur. Dan bahkan jika kita tahu persis apa dampaknya,
implikasinya terhadap pelaksanaan kebijakan utang masih akan
bergantung pada pandangan etis mengenai distribusi pendapatan
antargenerasi.
Mengingat pertimbangan tersebut, tidak masuk akal untuk mengevaluasi
ekonomi operasi sektor publik semata-mata atas dasar ukuran defisit atau
surplus resmi. Defisit belum tentu buruk dan surplus belum tentu baik.
penggunaan disk Pertanyaan Yang lebih penting adalah apakah tingkat
layanan pemerintah-optimal, terutama mempertimbangkan biaya untuk
mengamankan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyediakan layanan ini.

Anda mungkin juga menyukai