Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PERANCANGAN

MESIN SANGRAI MULTI FUNGSI

Oleh:

Martin Maruli Tua 1605531042

Putri Wahyu Nur Afifah 1605531066

Jhony Langgeng Baruna Wirawan 1605531067

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
LAPORAN PERANCANGAN

MESIN SANGRAI MULTI FUNGSI

COVER

Oleh:

Martin Maruli Tua 1605531042

Putri Wahyu Nur Afifah 1605531066

Jhony Langgeng Baruna Wirawan 1605531067

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
i
LEMBAR PENGESAHAN
Perencanaan Elemen Mesin
Judul : ​Mesin Sangrai Multi Fungsi
Dilaksanakan Oleh : ​Martin Maruli Tua (1605531042)
Putri Wahyu Nur Afifah (1605531066)
Jhony Langgeng Baruna Wirawan (1605531067)
Tugas perencanaan ini disusun untuk memenuhi tugas wajib akademik
sesuai kurikulum pada Program Studi Teknik Mesin Universitas Udayana.
Mengetahui:
Koordinator Disahkan oleh,
Perencanaan Elemen Mesin Dosen Pembimbing
(Dr.Ir.I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa.,MT)
(​I Ketut Adi Atmika, ST, MT) ​NIP. 19680619 199702 1 001 NIP. 19690518199702 1001
ii

LEMBAR ASISTENSI

Nama : Martin Maruli Tua (1605531042)

Putri Wahyu Nur Afifah (1605531066)

Jhony Langgeng Baruna Wirawan (1605531067)

Pembimbing : I Ketut Adi Atmika, ST, MT

NIP : 19690518 199702 1 001

NO TANGGAL CATATAN ASISTENSI PARAF

1 ​2 3
456

789

10

11

12

13

14

15

16

Dosen Pembimbing,

I Ketut Adi Atmika, ST, MT

NIP. 19690518 199702 1 001

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selayaknya penulis panjatkan kepada Tuhan Yang


Maha

Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis masih diberikan kesempatan untuk

menyelesaikan Laporan Perencanaan Elemen Mesin yang berjudul “Mesin

Sangrai Multi Fungsi” tepat pada waktunya. Adapun maksud dan tujuan
penyusunan Laporan ini adalah untuk memenuhi syarat kelulusan Mata
Kuliah

Perencanaan Elemen
Mesin.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan arahan,


bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak. Maka penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Ir. I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa, MT , selaku koordinator

Mata Kuliah Perencanaan Elemen


Mesin.

2. Bapak I Ketut Adi Atmika, ST, MT, selaku dosen pembimbing yang

memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis dalam perancangan


dan

penyusunan laporan ini.

3. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan semangat serta


dukungan.

4. Semua pihak yang membantu penulis dalam proses penyusunan


laporan ini.

Penulis menyadari laporan ini masih belum sempurna. Maka penulis


berharap

memperoleh saran dan kritik yang bisa membangun untuk penyempurnaan

laporan penulis ke depannya. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan


ini

dapat berguna bagi pembaca


nantinya.

Jimbaran, 30 November 2018


Penulis

iv

DAFTAR ISI

COVER
................................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN
.................................................................................. ii

LEMBAR ASISTENSI
........................................................................................ iii

KATA PENGANTAR
.......................................................................................... iv

DAFTAR ISI
.......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang


......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah


.................................................................................... 1

1.3. Tujuan
....................................................................................................... 2

1.4. Manfaat
..................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


........................................................................... 4

2.1. Prinsip - Prinsip Dasar Rancang Bangun


................................................. 4

2.2. Poros
......................................................................................................... 6

2.3. V Belt (Sabuk V)


...................................................................................... 8

2.4. Kerja Plat (Body dan Tabung) ................................................................


11

2.5. Bearing (Bantalan) .................................................................................


12

2.6. Universal Joint ........................................................................................


15

2.7. Gearbox ..................................................................................................


17

2.8. Pulley ......................................................................................................


20

BAB III RANCANGAN PERHITUNGAN .......................................................


21

3.1. Perhitungan motor penggerak ................................................................


21
3.2. Pemilihan V-belt .....................................................................................
23

3.3. Perhitungan Poros


................................................................................... 25

BAB IV PENUTUP
............................................................................................. 27

4.1. Kesimpulan .............................................................................................


27

4.2. Saran
....................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................................... 28

LAMPIRAN
......................................................................................................... 29
vi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Coklat dan kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan di Bali.

Permintaan akan coklat dan kopi akan terus meningkat, maka produksi nya
harus

ditingkatkan. Saat ini industri kecil banyak menggunakan cara manual


terutama

pada industri rumah tangga di pedesaan. Cara manual ini tidaklah efisien
karena

membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak dan hasil yang kurang
maksimal.

Karena kurang efektif, proses produksi yang relatif lama, dan


keuntungan

yang diperoleh tidak maksimum. Perlu adanya perbaikan yang dilakukan


untuk

mengatasi permasalahan tersebut. Bahan bakar yang digunakan untuk

memberikan kalor untuk proses sangrai merupakan alternatif, kini tidak


menjadi

sebuah ketergantungan. Karena pada alat sangrai yang akan dibuat ini, akan

digunakan elemen pemanas. Maka dengan menggunakan alat ini, akan


membantu

dalam proses sangrai.

Alat sangrai yang akan dibuat merupakan salah satu solusi yang
diharapkan

mampu membantu dalam mengolah dan memproduksi komoditas coklat dan


kopi

yang bernilai jual tinggi.


1.2. Rumusan Masalah

Seperti yang telah dipaparkan diatas, dimana pemilik usaha rumah


tangga di

pedesaan yang mengolah hasil perkebunan berupa coklat dan kopi dengan
cara

manual dalam proses produksinya. Sehingga menyebabkan tidak efisien dan

ergonomisnya proses produksi


tersebut.

Untuk itu, maka direncanakan suatu alat sangrai untuk coklat dan kopi

untuk memecahkan permasalahan tersebut. Namun dalam perencanaan alat


ini,

ada beberapa pertimbangan masalah yang akan dikaji yang tentunya dapat

mempermudah dalam perencanaan alat sangrai,


diantaranya:

a. Bagaimana merencanakan alat sangrai yang sesuai dengan

keteknikannya?

b. Berapa berat komoditas (coklat atau kopi) yang mampu ditampung

dengan menggunakan alat sangrai


ini?

Dengan pertimbangan pada masalah tersebut maka penulisan laporan

perencanaan ini hanya membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan

perancangan dan pembuatan alat


penyangrai.
1.3. Tujuan

Perancangan ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu

diantaranya sebagai berikut:

1.1.1. Tujuan Umum

Secara umum, tujuan perencanaan alat ini adalah untuk


mengembangkan

ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan menerapkannya dalam bentuk

perencanaan.

1.1.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui elemen-elemen dan sistem kerja alat serta


kekuatan

yang sangat berpengaruh terhadap keamanan alat dan


kenyamanan

operator dalam
mengoperasikannya.

b. Untuk mengetahui beban maksimal yang dapat ditampung dalam


proses

produksi.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan mesin sangrai adalah sebagai


berikut:

a. Bagi penulis

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah


diperoleh

selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Teknik Mesin

Universitas Udayana. Juga disamping itu adalah untuk


menyelesaikan

mata kuliah perencanaan elemen mesin yang menjadi salah satu


syarat

untuk menyelesaikan studi di Universitas


Udayana.

b. Bagi Universitas Udayana

Dengan laporan perencanaan elemen mesin, penulis berharap


dapat

memberikan tambahan sumber informasi pada perpustakaan


Universitas

Udayana.

c. Bagi Masyarakat

Dengan dirancangnya mesin sangrai ini, diharapkan dapat menjadi

solusi untuk proses produksi pengolahan industri coklat dan kopi


yang

lebih efisien.
3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Prinsip - Prinsip Dasar Rancang Bangun

Pada dasarnya prinsip dasar rancang bangun merupakan suatu


perencanaan

komponen yang diadakan atau dibuat untuk memenuhi suatu kebutuhan

mekanisme suatu mesin. Fase-fase perencanaan total


adalah :

a. Menentukan Kebutuhan

Kebutuhan akan elemen mesin ditentukan berdasarkan pengenalan


masalah

yang dihadapi. Pengenalan masalah merupakan hasil pemikiran yang tinggi


dan

memerlukan kepekaan teknis uang dimaksud adalah pemahaman tentang


elemen

mesin dan fungsinya dalam konstruksi


mesin.

Misalnya :

1) Menyambung dua atau lebih bagian-bagian


mesin

2) Menghubungkan dua atau lebih poros-poros untuk memindahkan daya


atau

putaran

3) Menumpu jenis bantalan untuk poros yang dipasang puli atau roda
gigi

b. Pemilihan Bentuk dan Mekanisme

Pemilihan bentuk mekanisme elemen mesin dipilih yang paling sesuai


dan

dapat memenuhi fungsinya secara


optimal.

Misalnya :

1) Menyambung, dapat berupa dengan mengelas bahan, agar sambungan


dapat

kuat.

2) Menghubungkan, untuk menghubungkan dua poros dapat dipilih


pully.

3) Menumpu, untuk menumpu poros dapat dipilih bantalan luncur atau


bantalan

gelinding.

c. Beban Mekanis

Berdasarkan mekanisme yang ditentukan pada fase-fase, beban


mekanisme

(torsi, gaya, daya, tegangan dan jumlah putaran per waktu) yang terjadi harus

dihitung berdasarkan dengan data, hingga didapat gaya-gaya yang bekerja


pada

elemen mesin tersebut.

d. Pemilihan Material

Pemilihan bahan dilakukan bila telah diketahui dengan tepat kesesuaian

perhitungan beban dan kekuatan bahan. Kesesuaian perhitungan beban


dengan

kekuatan bahan menjadi dasar penempatan klasifikasi bahan yang


dibutuhkan,
terutama sifat-sifat mekaniknya yaitu kekuatan tarik, kekerasan, keuletan, dan

lain-lain. Perhitungan beban, kekuatan bahan dan pilihan beban elemen


mesin

dengan aman. Untuk mengevaluasi keamanan dari suatu elemen mesin perlu

diketahui faktor keamanannya.

Contoh: Kekuatan bahan harus yang baik, yang bisa menampung beban
dengan

baik. Bahan harus yang anti karat, karena mesin ini ditujukan untuk produksi

makanan.

e. Menentukan Ukuran

Berdasarkan pada hasil perhitungan beban mekanis dan kekuatan


bahan

yang dipilih dengan memperhatikan faktor keamanan. Ukuran hasil


perhitungan

yang tidak sesuai dengan ukuran standar hendaknya disesuaikan dengan


ukuran

standar.

Contoh : Ukuran poros, pulley, tempat sangrai,


dll.

f. Modifikasi

Modifikasi bentuk diperlukan bila elemen mesin yang direncanakan


telah

pernah dibuat sebelumnya dan hanya dilakukan jika ada kepastian bahwa

perubahan bentuk, ukuran, bahan dan susunan akan menjamin fungsi


elemen

mesin lebih baik.

g. Gambar Mesin

Pembuatan gambar kerja merupakan kegiatan merangkum proses


perencanaan sebelumnya, gambar kerja merupakan kesimpulan akhir dari

rangkaian proses kreatif berupa informasi gambar, bentuk, dengan ukuran


lengkap

(termasuk toleransi dan sesuaian), tanda pengerjaan, dan bahan yang


ditetapkan.

h. Pembuatan dan Kontrol Kualitas

Dengan gambar kerja dapat dibuat elemen mesin tersebut. Kontrol


kualitas

dalam proses pembuatan elemen mesin dilakukan berdasarkan gambar kerja


yang

ada baik pada proses pengerjaan atau


produk.

2.2. Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.

Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran.


Peranan

utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh


poros.

Poros yang biasanya berupa berpenampang bulat pada bagian mesin

berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran. Pada poros dapat dipasang
puli,

roda gigi, dan pasak yang akan ikut berputar bersama


poros.

2.2.1. Macam-macam Poros

Adapun poros yang dibedakan menurut pembebanannya yang


dikenakan

pada poros:

a. Poros Transmisi

Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur.
Daya

yang ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli
sabuk

atau sproket rantai, dll.

b. Spindel

Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin


perkakas,

dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat yang


harus

dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta

ukurannya harus teliti.

c. Gandar

Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana


tidak

mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar,


disebut

gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika


digerakkan

oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir


juga.

2.2.2. Hal-hal yang diperhatikan dalam perencanaan


Poros

Dalam melaksanakan sebuah perancangan suatu mesin, terlebih


dahulu kita

mengetahui hal-hal yang penting dalam merencanakan elemen mesin seperti


poros.

a. Kekuatan Poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau

gabungan antara puntir dan lentur seperti yang telah diutarakan diatas.
Juga

ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan seperti poros
baling-baling

kapal atau turbin, dll.

b. Kekakuan Poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika

lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan


ketidak-

telitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada
turbin

dan kontak roda gigi). Karena itu, disamping kekuatan poros,


kekakuannya

juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang


akan

dilayani poros tersebut.

c. Putaran kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran
tertentu

dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya, putaran ini disebut
putaran

kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik, dll., dan
dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya.
Jika

mungkin, poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran

kerjanya lebih rendah dari putaran


kritisnya.

d. Korosi

Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros

propeler dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif.

Demikian pula untuk poros-poros yang terancam kavitasi, dan


poros-poros

mesin yang sering berhenti lama. Sampai batas-batas tertentu dapat


pula

dilakukan perlindungan terhadap


korosi.

e. Bahan Poros

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik

dingin dan difinis, baja karbon konstruksi mesin yang dihasilkan dari
ingot

yang di-kill (baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor;


kadar

karbon terjamin). Meskipun demikian, bahan ini kelurusannya agak


kurang

tetap dan dapat mengalami deformasi karena tegangan yang kurang

seimbang misalnya bila diberi alur pasak, karena ada tegangan sisa di
dalam

terasnya. Tetapi penarikan dingin membuat permukaan porosnya


menjadi

keras dan kekuatannya bertambah


besar.
7

2.3. V Belt (Sabuk V)

Sabuk “V” terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.

Gambar 2.1 menunjukkan konstruksi sabuk “V”. Tenunan tetoron


dipergunakan

sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan yang besar. Sabuk “V” dibelitkan

dikeliling alur puli yang berbentuk “V” pula. Bagian sabuk yang sedang
membelit

pada puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan

bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh


bentuk

baji, yang akan menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan
yang

relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk “V”
dibandingkan

dengan sabuk rata (Sularso, 2004:163). Pada gambar 2.2. diberikan berbagai

proporsi penampang sabuk “V” yang umum


dipakai.

Gambar 2.1 Konstruksi Sabuk V


Gambar 2.2 Ukuran penampang sabuk
V

Dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau rantai, sabuk “V” bekerja

lebih halus dan tak bersuara. Untuk mempertinggi daya yang ditransmisikan
dapat

dipakai beberapa sabuk “V” yang dipasang sebelah-menyebelah. Jarak


sumbu

poros harus sebesar 1,5-2 kali diameter puli besar


(Sularso,2004:165).

Putaran puli penggerak dan yang digerakkan berturut-turut adalah n1


(rpm)

dan n2 (rpm), dan diameter nominal masing-masing adalah dp (mm) dan Dp


(mm)

serta perbandingan putaran “u” dinyatakan dengan n2/n1 atau dp/Dp. Karena

8
sabuk “V” biasanya dipakai untuk menurunkan putaran, maka menurut Sularso
(2004:166), perbandingan yang umum dipakai ialah perbandingan reduksi i (i>1),
dimana:
Dp​ = 1​ ;u = 1​
​ i = ​ dp ​ u ​
n1​n2 = i
Dimana:
n1=puataran penggerak (rpm)
n2=putaran yang digerakkan (rpm)
dp=diameter puli penggerak (mm)
Dp=diameter puli yang digerakkan (mm)
Kecepatan linier sabuk “V” (m/s) adalah :
dp.n1
V=​
60 × 1000 Dimana:
V=kecepatan linier sabuk (m/s)
dp=diameter puli penggerak (mm)
n1=putaran penggerak (rpm)
Panjang keliling sabuk yaitu:
π​ (dp + Dp) + 1​ (Dp − dp)​2 ​
L = 2C + ​ 2​ 4C ​ Jumlah sabuk yang diperlukan:
Pd
N=​
PoKθ Dimana:
N=jumlah sabuk yang diperlukan
Pd=daya rencana motor
Po=kapasitas daya yang ditransmisikan untuk satu sabuk tunggal
Kθ=Faktor Koreksi
9
Tabel 2.1 Faktor Koreksi (Kθ)
Dp − dp C
Sudut Kontak Puli kecil Θ
( ̊)
Faktor Koreksi K​Θ
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
0,80
0,90
1,00
1,10
1,20
1,30
1,40
1,50
180
174
169
163
157
151
145
139
133
127
120
113
106

99 ​91 83
1,00
0,99
0,97
0,96
0,94
0,93
0,91
0,89
0,87
0,85
0,82
0,80
0,77
0,73
0,70
0,65
Sumber : Sularso, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Tabel 2.2 Kapasitas daya yang ditransmisikan untuk satu sabuk tunggal Po (kW)
Putaran Penampang A

puli kecil ​Merek Merah Standar Harga


​ tambahan karena
perbandingan putaran
(rpm)

67 ​mm
100
mm

67 ​mm
100
mm
1,25-
1,34
1,35-
1,51
1,52-
1,99 2,00-
200 0,15 0,31 0,12 0,26 0,01 0,02 0,02 0,02
400 0,26 0,55 0,21 0,48 0,04 0,04 0,04 0,05
600 0,35 0,77 0,27 0,67 0,05 0,06 0,07 0,07
800 0,44 0,98 0,33 0,84 0,07 0,08 0,09 0,1
1000 0,52 1,18 0,39 1 0,18 0,18 0,11 0,13
10
1200 0,59 1,37 0,43 1,16 0,1 0,1 0,13 0,15
1400 0,66 1,54 0,48 1,31 0,12 0,12 0,15 0,18
1600 0,72 1,71 0,51 1,43 0,13 0,13 0,18 0,2
Tabel 2.3 Kapasitas daya yang ditransmisikan untuk satu sabuk tunggal Po (kW)
Putaran Penampang B

puli kecil ​Merek Merah Standar Harga


​ tambahan karena
perbandingan putaran
(rpm)
Sumber: Sularso, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, 2004, hal.172.
2.4. Kerja Plat (Body dan Tabung)
Kerja plat merupakan pekerjaan membentuk dan menyambung logam
lembaran sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Kerja plat secara umum dapat
dibedakan dalam dua logam yaitu: kerja plat tipis dan tebal. Perbedaan keduanya
terdapat pada tebal plat yang dikerjakan. Kerja plat dapat dilakukan secara manual
maupun mekanis tergantung besar kecilnya plat yang dibutuhkan. Sambungan
yang dipakai dalam kerja antara lain, sebagai berikut:
a. Sambungan tumpang, adalah sambungan yang paling sederhana dan
kekuatannya mengandalkan pada solderan.
118
mm
150
mm
118
mm
150
mm
1,25-
1,34
1,35-
1,51
2,00-
1,52- 1,99 ​
200 0,51 0,77 0,43 0,67 0,04 0,05 0,06 0,07
400 0,9 1,38 0,74 1,18 0,09 0,1 0,12 0,13
600 1,24 1,93 1 1,64 0,13 0,15 0,18 0,2
800 1,53 2,43 1,25 2,07 0,18 0,2 0,23 0,26
1000 1,85 2,91 1,46 2,46 0,22 0,26 0,3 0,33
1200 2,11 3,35 1,82 2,82 0,26 0,31 0,35 0,4
1400 2,35 3,75 1,14 2,14 0,31 0,36 0,41 0,46
1600 2,67 4,12 1,42 3,42 0,35 0,35 0,47 0,53
11

b. Sambungan bertekuk/tumpang lekuk, adalah sambungan kekuatannya

mengandalkan pada solderan, tetapi pada salah satu bidang


permukaannya

rata.

c. Kampuh lipat, adalah ujung-ujung plat yang akan disambung tekuk dan

dilipat, lalu dipukul dengan palu lunak dan


disolder.

d. Kampuh beralur, adalah kampuh yang sama dengan kampuh lipat, tetapi

ditekan dengan sebuah perkakas kampuh untuk menguatkan


sambungan

nantinya akan disolder.

e. Kampuh kotak salah satu sambungan yang dipakai pada sudut kotak
dengan
permukaan yang rata.

f. Kampuh tumpang melingkar, adalah sambungan yang digunakan untuk

penyambungan dasar dari sebuah bejana silindris dan


disolder.

g. Kampuh yang melipat melingkar, digunakan untuk penyambungan dasar

dari bejana silindris, penyambungan ini memerlukan keahlian dan


ketelitian

tanpa disolder.

Gambar 2.3 Sambungan pada


plat

2.5. Bearing (Bantalan)

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban,


sehingga

putaran atau gesekan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman


dan

panjang umur.

Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen

mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik

maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja secara
12

semestinya. Jadi bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya


dengan

pondasi pada gedung.

2.5.1. Klasifikasi Bantalan

Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai


berikut:

a. Atas dasar gerakan terhadap poros

1) Bantalan Luncur

Pada bantalan ini terjadi gesekan antara permukaan poros dan


bantalan,

karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan lapisan

pelumas. Berbagai jenis bantalan luncur ditunjukkan pada gambar


2.4.
Gambar 2.4 Jenis - jenis bantalan
luncur

2) Bantalan Gelinding

Pada bantalan gelinding terjadi gesekan gelinding antara bagian


berputar

dengan bagian yang diam menekan elemen gelinding seperti (peluru) nrol
atau rol

jarum dan rol bulat. Konstruksi bantalan gelinding ditunjukkan pada gambar
2.5.

13
Gambar 2.5 Konstruksi bantalan
gelinding

b. Atas dasar arah beban terhadap poros

1) Bantalan Radial

Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu
poros.

2) Bantalan Aksial

Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu


poros

3) Bantalan Gelinding khusus

Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak

lurus sumbu poros.

Untuk pemilihan dan perhitungan umur bantalan, menurut


Sularso
(2004:135)

Digunakan rumus:

Perhitungan beban ekuivalen


(Pr):

Pr = ​XV.Fr + Y.Fa

Untuk beban aksial:

P = ​X.Fr + Y.Fa

14

2.6. Universal Joint

Universal joint merupakan sebuah komponen penyambung yang terdiri


dari

dua buah engsel yang memiliki 2 buah yoke yang terletak pada

bagian driving atau input shaft dan pada bagian driven atau output shaft, dan

sebuah komponen berbentuk tanda tambah (+) yang dinamakan sebagai


cross.

Komponen yoke digunakan untuk menyambung universal joint. Sedangkan

komponen cross berfungsi sebagai dudukan 2 buah yoke yang dilengkapi

dengan bearing. Input shaft yokemenyebabkan komponen cross untuk


berputar

sehingga output shaft yoke juga berputar. Pada saat kedua shaft membentuk
sudut

satu sama lain, bearing yang ada pada yoke memungkinkan keduanya
berputar

pada pin masing-masing. Keadaan ini memungkinkan kedua shaft berputar

bersamaan pada sudut yang


berbeda.

Universal joint berfungsi untuk memungkinkan drive shaft untuk

memindahkan/ mentransmisikan daya menuju rear axle dalam keadaan sudut


yang

berbeda-beda, yang diatur oleh suspensi belakang. Karena daya


ditransmisikan

dengan sudut tertentu, universal joint tidak berputar dalam keadaan konstan

maupun bergetar secara


bebas.

2.6.1 Single Universal Joint

Dapat disebut juga sebagai single cardan/spicer universal joint, tujuan

utamanya adalah menghubungkan dua buah yokes yang dipasang secara


langsung

menujudrive shaft. Sambungannya berupa cross dengan 4 buah pin.


Terdapat

komponen berupa needle bearing yang berfungsi untuk mengurangi gaya


gesek

dan membuat proses perpindahan daya menjadi lebih


halus.
15

Gambar 2.6 Single Universal Joint

Single cardan universal joint dibagi dalam beberapa jenis berdasarkan


cara

untuk menempatkan tutup bearing, antara


lain :
Gambar 2.6 Tipe Single Universal
Joint

2.6.2 Double Cardan Universal


Joint

Double cardan universal joint digunakan sebagai pemisah pada drive

shaft dengan menggunakan dua buah cardan universal joint yang terhubung

oleh centering socket yoke. Double cardan universal joint seringkali dipasang

pada mobil mewah yang menggunakan bersistem front-engined rear wheel


drive,

karena dengan menggunakan komponen ini akan membuat perpindahan torsi


dan

daya menjadi lebih halus dalam berbagai sudut


operasi.

16
Gambar 2.7 Double Cardan Universal
Joint

2.7. Gearbox

Gearbox adalah perangkat mekanikal yang digunakan untuk


meningkatkan

torsi dan mengurangi kecepatan atau RPM dari motor.Shaft dari motor
terhubung

ke salah satu ujung gearbox, melalui jajaran gear yang ada di dalam gearbox,

sehingga didapatkan torsi dan kecepatan yang diinginkan. Biasanya jenis


gearbox

digolongkan berdasarkan jenis aplikasi yang digunakan: Helical,


Bevel-Helical,

Worm dan Planetary.

a. Helical Gearbox

Gearbox Helical adalah Gearbox yang paling efisien dan sangat umum

digunakan. Helical gearbox sangat cocok digunakan untuk poros paralel.


Untuk

kecepatan dan beban yang


tinggi.
Gambar 2.8 Helical Gearbox

17

b. Bevel Gearbox

Bevel-Helical mirip dengan Helical dan dibuat untuk menghemat tempat

tanpa mengorbankan keuntungan/kelebihan dari Gearbox Helical. Bevel


gearbox

didesain untuk poros yang tegak, untuk kecepatan tinggi dan beban yang
tinggi.

Cocok untuk rasio 1:1, untuk sudut siku


siku.
Gambar 2.9 Bevel Gearbo

c. Worm Gearbox

Gearbox Worm adalah perangkat yang berhenti secara alami dan cocok

untuk segala aplikasi yang diharapkan tidak bergerak saat berhenti. Worm

gearbox ini cocok untuk poros miring siku siku. Cocok untuk presisi tinggi
tetapi

terbatas.
18

Gambar 2.10 Worm Gearbox

d. Planetary Gearbox

Gearbox Planetary terkenal akan Rasio Reduksi Tinggi dengan bentuk


yang

padat. Planetary gear merupakan system gear yang terdiri dari gear output
dan

planet gear. Planetary gear set memberikan efek peningkatan kecepatan,

pengurangan kecepatan, perubahan arah, netral, dan penggerak langsung.


Planetary gear set juga dapat memberikan variasi kecepatan pada tiap
tingkatan

operasi, dengan pengecualian netral dan penggerak langsung. Secara umum

planetary gear set digunakan pada transmission di mobil atau alat berat,
selain itu

pada penggerak akhir tepatnya axle assembly di roda pun terdapat planetary
gear

set walaupun tidak bisa diatur variasi speed dan direction


(tetap).

Gambar 2.11 Planetary


Gearbox

19

2.8. Pulley

Puli merupakan salah satu dari berbagai macam transmisi. Puli dalam

bahasa Inggris yaitu ​pulley​(mungkin kata puli berasal dari kata ​pulley)​ . Puli

berbentuk seperti roda. Pada penggunaannya puli selalu berpasangan dan

dihubungkan dengan sabuk


(​belt​).

Puli memiliki fungsi antara lain:


• ​Mentransmisikan daya dari penggerak menuju komponen yang digerakkan,

• ​Mereduksi putaran

• ​Mempercepat putaran

• ​Memperbesar torsi

• ​Memperkecil torsi

Saat ini ada berbagai macam puli yang telah dikembangkan. Berikut
beberapa

macam puli yang ada di


pasaran:

• ​Puli rata (​flat pulley)​

• ​Puli V (​V-pulley)​

• ​Puli poly-V

• ​Puli synchronous, dll

Selain jenisnya yang beragam, material yang digunakan pada puli juga
beragam.

Berikut beberapa material yang digunakan untuk membuat


puli:

• ​Baja (​steels)​

• ​Besi tuang (​cast irons)​

• ​Aluminium (​aluminum)​

• ​Plastik, dll.
20

BAB III

RANCANGAN PERHITUNGAN

Cara kerja alat ini sangat sederhana, mulai dari motor penggerak yang

menghasilkan putaran, motor penggerak dihubungkan langsung dengan


pulley.

Dengan susunan pulley yang telah ditentukan, dan menggunakan gear box
maka

putaran akhir pada pulley akan melambat. Kopi atau coklat yang masih
mentah

dimasukkan ke dalam tabung dan dipanaskan dengan


pemanas.

Berikut adalah data awal perencanaan mesin sangrai antara


lain:

a) Kapasitas kopi/coklat yang akan disangrai = 20kg

b) Massa tabung = 8 kg

c) Diameter tabung = 500 mm ➔ Jari-jari tabung = 250 mm = 0,25 m


d) Daya motor penggerak = 0,25 HP

e) Putaran motor = 1400 rpm

f) Diameter puli motor = 50 mm

g) Diameter puli 1 gearbox = 80 mm

h) Diameter puli 2 gearbox = 80 mm

i) Diameter puli penggerak tabung = 180 mm

j) Jarak pusat puli 1 gearbox dengan puli motor = 203 mm

k) Jarak pusat puli 2 gearbox dengan puli penggerak tabung = 315


mm

3.1. Perhitungan motor penggerak

Daya motor yang diperlukan untuk memutar pengaduk dapat dihitung


dari

momen puntir yang bekerja pada poros. Untuk menentukan momen puntir
dapat

ditentukan dengan cara sebagai


berikut:

Menghitung gaya yang bekerja pada


wajan:

m​total ​= m​panci ​+ m​coklat/kopi


= 8kg + 20kg

= 28 kg

F = W (berat) = 28 kg x 9.81 m/s​2

= 274.4 N

T = Mp = F x r

21
= 274.4 N x 0.25 m
= 68.6 Nm
Dimana,
T = Mp = Torsi atau momen puntir (Nm)
F = Gaya yang bekerja pada tabung (N)
R = jari-jari tabung (m)
Sehingga daya (P) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
T​= 60000.P


2.π.n ​P ​= T.2.π.n
​ 60000 ​= ​
68,6.2π.7

= 0,05 kW = 50 W = 0,067 HP ​
60000 ​ Dimana,
T = Momen puntir atau torsi yang terjadi (Nm)
P = Daya (Watt)
n = jumlah putaran poros (rpm)
Untuk mendapatkan daya rencana yang aman maka daya nominal dikalikan
dengan faktor keamanan.
Pd = P.fc
= 0,067.1
= 0,067 HP
Dimana,
Pd = Daya perencanaan
P = Daya nominal
Fc = faktor koreksi
Maka motor dengan daya 0,25 HP yang akan digunakan.
Menghitung diameter puli motor listrik yang diperlukan untuk memutarkan
pengaduk dengan putaran yang diharapkan sebesar 7 rpm yaitu dengan cara
sebagai berikut:
22
a. Perhitungan antara puli motor dengan puli 1 gearbox :
d​ 80 mm ​
n​pulimotor n​ ​ ​ gearbox1 ​d​pulimotor 1400
​ gearbox.1 = ​ ​ ​
n​gearbox.1 = 50 mm
n​gearbox.1 ​= 875 rpm
b. Perhitungan putaran reduksi gearbox:
Pada gearbox terjadi reduksi sebesar 1/50.
1​ × n​ 1​ × 875 rpm ​
​ ​ 50 ​
Jadi: n​gearbox.2 = gearbox.1 ​n​gearbox.2 =
​ ​ 50 ​ n​gearbox.2 =
​ 17,5 rpm
c. Perhitungan reduksi putaran dari output gearbox ke tabung:
d​ 180 mm ​
n​gearbox 2 n​ ​ ​ puli tabung ​d​gearbox 2 17,5
​ puli tabung = ​ ​ ​
n​puli tabung = 80 mm
N​puli tabung ​= 7,8 rpm ≈ 7 rpm (dikurangi rugi-rugi)
3.2. Pemilihan V-belt
Sabuk dipilih berdasarkan daya motor dan putarannya, karena daya motor
0,25 HP, maka sabuk dengan penampang berbentuk V tipe yang digunakan.
Menentukan jarak antara sumbu poros puli-puli tersebut dan tegangan total pada
sabuk, dengan perhitungan sebagai berikut:
1. Transmisi motor ke gearbox:
1) Panjang belt
L = π(25 + 40) + 2(​40−25
)(40 − 25) + 2(203) − (​(40−25)​2
203 ​

)​
203 ​ = 611 mm = 0,611 m
2) Sudut kontak
23
40 + 25
sinα = ​
= 0,32 ​
203 ​ α = 18,7°
θ = 180° + 2(18,7°) = 217,4° = 3,7 rad
3) Kecepatan sabuk linier
v​= π.dgearbox1.n

= ​3,14.0,08.875
60 ​

= 3,7 m/s ​
60 ​ 4) Hubungan antara sudut kontak dengan tegangan sabuk
Koefisien sudut kontak μ = 0,3
T1​ = μ.θ ​ T1​ = 0,3.3,7
2,3log​ T2 ​ log​ T2 ​
T1​ = 0,48 ​
2,3 log​ T2 ​ T1​T2 =
​ 3,019 T1 = 3,019 T2
5) Hubungan antara tegangan sabuk dengan daya motor P (watt) serta dengan
kecepatan linier sabuk (v) adalah sebagai berikut:
P = (T1 − T2)v
186,4 = (3,019 T2 − T2)3,7
186,4 = (2,019T2)3,7
50,8 = 2,019 T2
Maka:
T2 = 24,95 N
T1 = 3,019(24,95) = 75,33 N
2. Transmisi motor ke gearbox:
1) Panjang belt
L = π(40 + 90) + 2(​90−40
)(90 − 40) + 2(315) − (​(90−40)​2
315 ​

)​
315 ​ = 1019 mm = 1,019 m
24
2) Sudut kontak
90 + 40
sinα = ​
= 0,41 ​
315 ​ α = 24,2°
θ = 180° + 2(24,2°) = 228,4° = 3,99 rad
3) Kecepatan sabuk linier
v​= π.dpuli
​ tabung.n

= ​3,14.1,8.17,5
60 ​

= 1,65 m/s ​
60 ​ 4) Hubungan antara sudut kontak dengan tegangan sabuk
Koefisien sudut kontak μ = 0,3
T1​ = μ.θ ​ T1​ = 0,3.3,99
2,3log​ T2 ​ log​ T2 ​
T1​ = 0,52 ​
2,3 log​ T2 ​ T1​T2 =
​ 3,31 T1 = 3,31 T2
5) Hubungan antara tegangan sabuk dengan daya output gearbox serta dengan
kecepatan linier sabuk (v) adalah sebagai berikut:
P = (T1 − T2)v
113 = (3,31 T2 − T2)1,65
113 = (2,31T2)1,65
64,5 = 2,31 T2
Maka:
T2 = 29,65 N
T1 = 3,31(29,65) = 98,13 N
3.3. Perhitungan Poros
➢ Diketahui putaran akhir yang diterima tabung adalah 7 rpm dengan daya
motor sebersar 0,25 HP atau 0,186 kW.
➢ Faktor koreksi = fc = 1,0 (faktor koreksi daya maksimum yang diperlukan)
25
Pd = fc x P
Pd = 1 x 0,186
Pd =0,186 kW
Momen Puntir (T):
T = 9,74 x 10​5 ​( Pd

n​pengaduk​) T = 9,74 x 10​5​(​0,186
)​
7​ T = 25.880,57 kg.mm
➢ Untuk bahan poros yang digunakan yaitu stainless steel AISI 316:
Kekuatan tarik = 53 kg/mm​2
Faktor keamanan = 6,0
Faktor kelenturan = 1,5
σ​B
Maka kita dapat menghitung tegangan geser: ​τ​a​= ​
= ​53
(Sf1 x Sf2) ​

= ​5,895 kg / mm​2
6,0 x 1,5 ​

➢ Lalu kita dapat menghitung diameter poros dengan rumus:


5,1​ 1​ ⁄
ds = [​ τ​A ×
​ Kt × Cb × T]​ 3​
• Kt = 1 (beban halus)
5,1
• Cb = 1 (faktor beban lentur diabaikan) ds = [ ​
× 1 × 1 × 25.880,57] ​1 ​ ⁄
5,895 ​ 3​

= 24,91 mm ≅ 25 mm
Jadi pada mesin sangrai ini digunakan:
1. ​Motor listrik dengan daya 1⁄4 HP dan putaran 1400 rpm
2. ​2 buah puli berdiameter 80 mm
3. ​1 buah puli berdiameter luar 50 mm
4. ​1 buah puli berdiameter luar 180 mm
5. ​Gearbox WPA 60 1:50
6. ​Poros ​Stainless Steel A
​ ISI 316 berdiameter
7. ​V-belt tipe B
26

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perencanaan dapat disimpulkan bahwa mesin


penyangrai

ini menggunakan motor dengan kapasitas daya 0,25 HP. Puli motor
berdiameter

50 mm dihubungkan dengan puli gearbox berdiameter 80 mm melalui v-belt.


Lalu

dengan gearbox, putaran akan direduksi sebesar 1/50 hingga menghasilkan

putaran 17,5 rpm pada puli output gearbox. Setelah itu puli output gearbox

berdiameter 80 mm dihubungkan ke puli penggerak tabung dengan diameter


180

mm sehinggal dapat mereduksi putaran menjadi 7 rpm yang diteruskan ke


tabung.

Mesin sangrai ini pada tabung dan poros menggunakan bahan ​stainless steel

dikarenakan pada proses produksinya kita memproduksi produk berupa


makanan

dan dari ketentuan apabila kita mengolah suatu makanan kita


memperhitungkan

kehigienisan suatu makanan dengan cara menggunakan logam berbahan


stainless

steel.

4.2. Saran

Mesin sangrai yang dirancang ini tentunya masih jauh dari kata
sempurna,

untuk itu perlu adanya saran - saran yang akan menunjang pengembangan

selanjutnya, saran – saran tersebut antara


lain :

1. Desain pengaduk yang dapat menggerakkan semua bagian bahan sangrai

agar hasil sangrai dapat matang secara


merata.

2. Dalam pengoperasiannya diperlukan kebersihan agar menjaga


kehigienisan

hasil sangrai

27

DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN
29

Anda mungkin juga menyukai