Standar Audit 200 PDF
Standar Audit 200 PDF
SA 200
(Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang
dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten),
atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini
dianjurkan untuk entitas selain Emiten.)
DAFTAR ISI
Paragraf
Pendahuluan
Ruang Lingkup.................................................................... 1–2
Audit atas Laporan Keuangan............................................. 3–9
Tanggal Efektif..................................................................... 10
Tujuan Keseluruhan Auditor.................................................. 11–12
Definisi..................................................................................... 13
Ketentuan
Ketentuan Etika yang Berkaitan dengan Audit
atas Laporan Keuangan...................................................... 14
Skeptisisme Profesional...................................................... 15
Pertimbangan Profesional................................................... 16
Bukti Audit yang Cukup dan Tepat serta Risiko Audit........ 17
Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit ................ 18–24
Materi Penerapan dan Penjelasan Lain
Audit atas Laporan Keuangan............................................. A1–A13
Ketentuan Etika yang Berkaitan dengan Audit
atas Laporan Keuangan................................................. A14–A17
Skeptisisme Profesional...................................................... A18–A22
Pertimbangan Profesional................................................... A23–A27
Bukti Audit yang Cukup dan Tepat serta Risiko Audit........ A28–A52
Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit.................. A53–A76
ii
1 Pendahuluan
2
3 Ruang Lingkup
4 1. Standar Audit (“SA”) ini mengatur tanggung jawab keseluruhan
5 auditor independen ketika melaksanakan audit atas laporan
6 keuangan berdasarkan SA. Secara khusus, SA ini menetapkan
7 tujuan keseluruhan auditor independen, serta menjelaskan
8 sifat dan ruang lingkup suatu audit yang dirancang untuk
9 memungkinkan auditor independen mencapai tujuan
10 tersebut. SA ini juga menjelaskan ruang lingkup, wewenang,
11 dan struktur SA, serta mengatur ketentuan untuk menetapkan
12 tanggung jawab umum auditor independen yang berlaku
13 untuk semua audit, termasuk kewajiban untuk mematuhi
14 SA. Untuk selanjutnya auditor independen disebut sebagai
15 “auditor”.
16
17 2. SA ditulis dalam konteks audit atas laporan keuangan yang
18 dilakukan oleh auditor. Bila dipandang perlu, SA dapat
19 diadaptasi ketika diterapkan dalam audit atas informasi
20 keuangan historis lainnya. SA tidak mengatur tanggung jawab
21 auditor yang mungkin ada dalam legislasi, peraturan, atau
22 dalam hubungannya dengan, sebagai contoh, penawaran
23 efek kepada publik. Tanggung jawab tersebut dapat berbeda
24 dari tanggung jawab yang ditetapkan dalam SA. Oleh karena
25 itu, meskipun auditor mungkin menemukan aspek dalam SA
26 bermanfaat dalam kondisi tersebut, auditor tetap bertanggung
27 jawab untuk memastikan kepatuhan terhadap seluruh
28 kewajiban hukum, regulasi, atau profesi yang relevan.
29
30 Audit Atas Laporan Keuangan
31 3. Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan tingkat
32 keyakinan pengguna laporan keuangan yang dituju. Hal
33 ini dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor
34 tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua
35 hal yang material, sesuai dengan suatu kerangka pelaporan
36 keuangan yang berlaku. Dalam hal kebanyakan kerangka
37 bertujuan umum, opini tersebut adalah tentang apakah
38 laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal
39 yang material, sesuai dengan kerangka. Suatu audit yang
40 dilaksanakan berdasarkan SA dan ketentuan etika yang
41 relevan memungkinkan auditor untuk merumuskan opini.
42 (Ref: Para. A1)
SA 200.1
SA 200.2
SA 200.3
40 Jawab atas Tata Kelola,” dan paragraf 43 SA 240, “Tanggung Jawab Auditor
41 Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan.”
42 Dalam SA, hanya istilah “Mengundurkan Diri” yang digunakan.
3
SA 200.4
1 Definisi
2
3 13. Untuk tujuan SA, terminologi di bawah ini memiliki arti sebagai
4 berikut:
5 (a) Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku: Kerangka
6 pelaporan keuangan yang diterapkan oleh manajemen
7 dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas
8 tata kelola, dalam penyusunan laporan keuangan yang
9 dapat diterima dari sudut pandang sifat entitas dan tujuan
10 laporan keuangan, atau yang diharuskan oleh peraturan
11 perundang-undangan atau regulasi.
12 Terminologi “kerangka penyajian wajar” digunakan untuk
13 menyebut suatu kerangka pelaporan keuangan yang
14 mengharuskan kepatuhan terhadap ketentuan kerangka
15 dan:
16 (i) Mengakui secara eksplisit atau implisit bahwa
17 untuk mencapai penyajian wajar laporan keuangan,
18 manajemen mungkin perlu menyediakan
19 pengungkapan yang melampaui pengungkapan
20 yang secara khusus diharuskan oleh kerangka;
21 atau
22 (ii) Mengakui secara eksplisit bahwa manajemen
23 mungkin perlu untuk menyimpang dari suatu
24 ketentuan kerangka untuk mencapai penyajian
25 wajar laporan keuangan. Penyimpangan tersebut
26 hanya terjadi dalam kondisi yang sangat jarang.
27 Terminologi “kerangka kepatuhan” digunakan untuk
28 menyebut suatu kerangka pelaporan keuangan yang
29 mengharuskan kepatuhan terhadap ketentuan kerangka,
30 tetapi tidak mengandung pengakuan dalam butir (i) atau
31 (ii) tersebut di atas.
32 (b) Bukti audit: Informasi yang digunakan oleh auditor dalam
33 mencapai kesimpulan yang mendasari opini auditor.
34 Bukti audit mencakup informasi yang terdapat dalam
35 catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan
36 dan informasi lainnya. Untuk tujuan SA:
37 (i) Kecukupan bukti audit merupakan ukuran kuantitas
38 bukti audit. Kuantitas bukti audit yang diperlukan
39 dipengaruhi oleh penilaian auditor atas risiko
40 kesalahan penyajian material dan juga oleh kualitas
41 bukti audit tersebut.
42
SA 200.5
SA 200.6
SA 200.7
SA 200.8
SA 200.9
1 Ketentuan
2
3 Ketentuan Etika yang Berkaitan dengan Audit atas Laporan
4 Keuangan
5 14. Auditor harus mematuhi ketentuan etika yang relevan, termasuk
6 ketentuan independensi, yang berkaitan dengan perikatan
7 audit atas laporan keuangan. (Ref: Para. A14–A17)
8
9 Skeptisisme Profesional
10 15. Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan
11 skeptisisme profesional mengingat kondisi tertentu dapat saja
12 terjadi yang menyebabkan laporan keuangan mengandung
13 kesalahan penyajian material. (Ref: Para. A18–A22)
14
15 Pertimbangan Profesional
16 16. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesional
17 dalam merencanakan dan melaksanakan audit atas laporan
18 keuangan. (Ref: Para. A23–A27)
19
20 Bukti Audit yang Cukup dan Tepat serta Risiko Audit
21 17. Untuk memperoleh keyakinan memadai, auditor harus
22 memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
23 menurunkan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat
24 diterima, dan oleh karena itu, memungkinkan auditor untuk
25 menarik kesimpulan wajar yang mendasari opini auditor. (Ref:
26 Para. A28–A52)
27
28 Pelaksanaan Audit Berdasarkan SA
29 Kepatuhan terhadap SA yang Relevan dengan Audit
30 18. Auditor harus mematuhi seluruh SA yang relevan dengan
31 audit. Suatu SA relevan dengan audit bila SA tersebut berlaku
32 dan terdapat hal-hal yang diatur oleh SA tersebut. (Ref: Para.
33 A53–A57)
34
35 19. Auditor harus memiliki suatu pemahaman tentang keseluruhan
36 isi suatu SA, termasuk materi penerapan dan penjelasan lain,
37 untuk memahami tujuan SA dan menerapkan ketentuan SA
38 tersebut dengan tepat. (Ref: Para. A58–A66)
39
40 20. Auditor tidak diperkenankan untuk menyatakan kepatuhannnya
41 terhadap SA dalam laporan auditor kecuali auditor telah
42
SA 200.10
SA 200.11
SA 200.12
SA 200.13
SA 200.14
SA 200.15
SA 200.16
SA 200.17
SA 200.18
SA 200.19
SA 200.20
SA 200.21
1 pada tingkat yang tepat di dalam atau di luar KAP, seperti yang
2 diharuskan oleh SA 220,15 membantu auditor dalam membuat
3 pertimbangan yang diinformasikan dan wajar.
4
5 A26. Pertimbangan profesional dapat dievaluasi berdasarkan
6 apakah pertimbangan yang dibuat mencerminkan suatu
7 penerapan prinsip audit dan akuntansi yang kompeten dan
8 tepat, serta konsisten dengan fakta dan kondisi yang diketahui
9 oleh auditor hingga tanggal laporan auditor.
10
11 A27. Pertimbangan profesional perlu dilakukan sepanjang audit.
12 Pertimbangan profesional juga perlu didokumentasikan
13 dengan tepat. Dalam hal ini, auditor diharuskan untuk
14 membuat dokumentasi audit yang cukup untuk memungkinkan
15 seorang auditor lain yang berpengalaman, yang sebelumnya
16 tidak memiliki hubungan dengan audit tersebut, memahami
17 pertimbangan profesional signifikan yang dibuat dalam
18 menarik kesimpulan atas hal-hal signifikan yang timbul selama
19 audit.16 Pertimbangan profesional tidak untuk digunakan
20 sebagai justifikasi untuk keputusan yang tidak didukung oleh
21 fakta dan kondisi perikatan atau bukti audit yang tidak cukup
22 dan tidak tepat.
23
24 Bukti Audit yang Cukup dan Tepat serta Risiko Audit (Ref: Para.
25 5 dan 17)
26 Bukti Audit yang Cukup dan Tepat
27 A28. Bukti audit diperlukan untuk mendukung opini dan laporan
28 auditor. Bukti audit bersifat kumulatif dan terutama diperoleh dari
29 prosedur audit yang dilaksanakan selama audit. Namun, bukti
30 audit juga mencakup informasi yang diperoleh dari sumber-
31 sumber lain, seperti audit periode lalu (sepanjang auditor
32 telah menentukan apakah telah terjadi perubahan sejak audit
33 periode lalu yang dapat memengaruhi relevansi audit periode
34 lalu dengan audit periode kini17) atau prosedur pengendalian
35 mutu suatu KAP untuk penerimaan dan keberlanjutan klien.
36 Selain sumber-sumber lain yang diperoleh dari dalam dan luar
37
38
39 SA 220, paragraf 18.
15
40 SA 230, paragraf 8.
16
SA 200.22
SA 200.23
1 Risiko Audit
2 A32. Risiko audit merupakan fungsi dari risiko kesalahan penyajian
3 material dan risiko deteksi. Penilaian risiko didasarkan pada
4 prosedur audit untuk mendapatkan informasi yang diperlukan
5 untuk tujuan tersebut dan bukti yang diperoleh sepanjang
6 audit. Penilaian risiko merupakan pertimbangan profesional,
7 dan bukan merupakan hal untuk mendapatkan pengukuran
8 yang tepat.
9
10 A33. Untuk tujuan SA, risiko audit tidak termasuk risiko bahwa
11 auditor mungkin menyatakan opini bahwa laporan keuangan
12 mengandung kesalahan penyajian yang material padahal
13 laporan keuangan tersebut tidak mengandung kesalahan
14 penyajian material. Risiko ini biasanya tidak signifikan. Di
15 samping itu, risiko audit merupakan istilah teknis yang
16 berkaitan dengan proses audit. Risiko audit tidak mengacu
17 ke risiko bisnis auditor seperti kerugian dari litigasi, publikasi
18 yang merugikan, atau peristiwa lain yang timbul sehubungan
19 dengan audit atas laporan keuangan.
20
21 Risiko Kesalahan Penyajian Material
22 A34. Risiko kesalahan penyajian material dapat terjadi di dua
23 tingkat:
24 • Tingkat laporan keuangan secara keseluruhan; dan
25 • Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan
26 pengungkapan.
27
28 A35. Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan
29 keuangan secara keseluruhan mengacu ke risiko kesalahan
30 penyajian material yang berdampak luas (pervasif) terhadap
31 laporan keuangan secara keseluruhan dan berpotensi
32 memengaruhi banyak asersi.
33
34 A36. Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi
35 dinilai untuk menentukan sifat, saat, dan luas prosedur
36 audit yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang
37 cukup dan tepat. Bukti audit tersebut memungkinkan auditor
38 untuk menyatakan opini atas laporan keuangan pada tingkat
39 risiko rendah yang dapat diterima. Auditor menggunakan
40 beberapa pendekatan untuk mencapai tujuan penilaian
41 risiko kesalahan penyajian material. Sebagai contoh, auditor
42 dapat menggunakan suatu model yang menggambarkan
SA 200.24
SA 200.25
SA 200.26
SA 200.27
SA 200.28
SA 200.29
41 Laporan Keuangan.”
42 SA 570, “Kelangsungan Usaha.”
25
SA 200.30
SA 200.31
SA 200.32
SA 200.33
SA 200.34
SA 200.35
SA 200.36
39 paragraf 13.
40 SA 265, “Pengomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal kepada Pihak
28
SA 200.37
SA 200.38