Anda di halaman 1dari 15

ACCEPTANCE SAMPLING VARIABLE

Ghifari Basyir, 21070115120061


Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
E-mail : basyirghifari@gmail.com

Abstrak
Penerimaan sampling atau Acceptance Sampling adalah suatu metode untuk
membuat keputusan untuk menerima atau menolak suatu lot atau populasi berdasarkan
hasil dari pemeriksaan sebagian lot / populasi saja ( sampel ). Prinsipnya adalah Bila
jumlah defective angka penerimaan, maka lot akan diterima, bila tidak maka lot akan
ditolak. Secara umum acceptance sampling dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu acceptance
sampling attributes dan acceptance sampling variabel. Acceptance sampling attributes
digunakan untuk produk-produk yang sifatnya tidak bisa diukur dengan menggunakan
alat ukur, seperti warna, bocor, tergores dan lain-lain, sedangkan acceptance sampling
variable digunakan untuk produk-produk yang sifatnya dapat diukur dengan alat ukur,
seperti panjang, berat, volume dan lain-lain.
Kata Kunci: Acceptance sampling, acceptance sampling attributes, acceptance sampling
variable.

1. Pendahuluan
Kondisi dengan persaingan yang ketat baik di pasar lokal ataupun internasional,
menuntut produsen diharuskan membuat produk yang berkualitas baik. Karena pada
dasarnya konsumen menginginkan produk yang berkualitas baik, baik barang ataupun
jasa. Hal itu dilakukan agar produk bisa diterima oleh konsumen dan juga untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
Pada dasarnya setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan produk dengan
kualitas yang baik. Namun tetap saja ketidaksesuaian dengan standar yang telah
ditetapkan tetap terjadi. Untuk itu, perusahaan mesti menggunakan metode untuk
menerima atau menolak produk yang telah mereka hasilkan, apakah produk tersebut dapat
dikirim atau tidak kepada konsumen.
Acceptance sampling adalah suatu metode untuk membuat keputusan untuk
menerima atau menolak suatu lot atau populasi berdasarkan hasil dari pemeriksaan
sebagian lot / populasi saja ( sampel ). Prinsipnya adalah bila jumlah defective angka
penerimaan, maka lot akan diterima, bila tidak maka lot akan ditolak. Secara umum
acceptance sampling dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu acceptance sampling attributes dan
acceptance sampling variabel.
Perusahaan akan terlebih dahulu menggunakan acceptance sampling variabel, untuk
mengambil keputusan menerima atau menolak lot produksi. Hal ini karena acceptance
sampling variabel akan memberikan hasil yang lebih valid.Jika karakteristik produk
tersebut tidak dapat diukur barulah perusahaan menggunakan acceptance sampling
attributes.

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Acceptance Sampling
Acceptance Sampling adalah suatu keputusan untuk menerima atau menolak lot atau
populasi berdasarkan hasil dari pemeriksaan sebagian lot atau populasi saja (sampel).
Prinsip yang ada dalam AS adalah item hasil produk biasanya dikemas dalam suatu lot
yang dimana berisi banyak barang, kemudian pemeriksaan dari mutu item akan dilakukan
secara sampling dari lot tersebut. Selanjutnya dibuat suatu keputusan apakah item dalam
lot diterima atau ditolak. Jika banyaknya yang gagal atau cacat kurang dari angka
penerimaan (k) maka terima lot. Dengan angka penerimaan (k) merupakan suatu batas
penerimaan untuk menerima suatu lot.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Acceptance Sampling


Beberapa alasan yang mendukung mengapa harus menggunakan sampling di dalam
pengambilan sampel yaitu populasi/lot yang akan diuji berukuran besar, waktu
pengujiannya singkat, jumlah tenaga kerja sedikit, biaya untuk melakukan pengujian
terbatas (mahal), pengujian bersifat merusak (deskrutif) pada inspeksi secara manual.
Tetapi dalam menggunakan sampling ini terdapat kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan saat menggunakan sampling dalam pengambilan sampel yaitu
mempersingkat waktu pemeriksaan sampel item (kualitas mutunya). Kekurangannya
adalah adanya resiko menerima produk yang buruk dan menolak produk yang baik,
memerlukan waktu dan tenaga untuk kegiatan perencanaan dan dokumentasi, dan tidak
memberi jaminan bahwa semua lot telah memenuhi spesifikasi yang diinginkan.

2.3 Jenis-jenis Acceptance Sampling


Berdasarkan karakteristik produk/kualitas Acceptance Sampling dapat dibedakan
untuk jenis data atribut dan variabel.
1. Acceptance Sampling untuk data atribut dilakukan jika inspeksi mengklasifikasikan
sebagai item produk baik dan item produk cacat tanpa ada pengklasifikasian tingkat
kesalahan atau cacat produk. Dengan kriteria pengujiannya yaitu jika jumlah item
produk yang cacat kurang dari atau sama dengan angka penerimaan maka terima
lot.
2. Acceptance Sampling untuk data variabel, karakteristik kualitas ditunjukkan dalam
setiap sampel sehingga dapat dilakukan perhitungan untuk rata-rata sampel,
simpangan baku. Dengan kriteria pengujiannya yaitu menghitung nilai statistiknya
kemudian dibandingkan dengan angka penerimaan

Berdasarkan proses pengambilan keputusan Acceptance Sampling dapat


diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu a Sampling Tunggal ( Single Acceptance Sampling
), Sampling Ganda ( Double Acceptance Sampling ), Sampling Jamak ( Multiple
Acceptance Sampling )
1. Sampling Tunggal adalah rencana sampling dimana keputusan untuk menerima
atau menolak lot berdasarkan pada pemeriksaan 1x penarikan sampel. Dimana
prinsipnya adalah sebagai berikut.
Prinsip dalam Sampling Tunggal :
Ambil sejumlah sampel (n), diperiksa dan dicacat jumlah produk cacat yang tidak
memenuhi spesifikasi (d), lalu dibuat keputusan, apakah lot : diterima atau ditolak,
dengan syarat apabila :

 d ≤ c, maka lot diterima


 d > c, maka lot ditolak
dimana :
d : jumlah cacat
c : angka penerimaan

2. Sampling ganda adalah suatu rencana sampling dimana keputusan untuk menerima
atau menolak lot berdasarkan pada pemeriksaan 2x penarikan sampel.Dimana
prinsipnya adalah sebagai berikut.
Ambil sejumlah sampel (n 1), diperiksa dan dicacat jumlah produk cacat yang tidak
memenuhi spesifikasi (d 1), lalu dibuat keputusan, apakah lot : diterima atau
ditolak. Jika tidak diketahui keputusan apa yg akan diambil ( Ragu-ragu ), maka
ambil sampel ke-2 berukuran n 2 dan dicek kembali keputusannya, apakah lot :
diterima atau ditolak, dengan syarat apabila :
d 1 + d2  c2  lot diterima
d 1 + d2 ≥ r2  lot ditolak ( atau : d1 +
d 2 > c2 ) dimana :
d : jumlah cacat
c : angka penerimaan
Jadi, keputusan dalam Sampling Ganda ada 3 yaitu : Terima, Tolak, dan
Ragu-ragu
Ragu-ragu terjadi pada saat jumlah cacat (d1) berada diantara : c1 < d1 < r1
Berikut ini adalah bagan keputusan atau mekanisme dalam sampling ganda.
3. Sampling majemuk adalah suatu rencana sampling dimana keputusan untuk
menerima atau menolak lot berdasarkan pada pemeriksaan beberapa penarikan
sampel. Sama seperti Prinsip dalam Sampling Ganda, tetapi dalam Sampling Jamak
dapat dilakukan beberapa kali penarikan sampel ( n1, n2, ..... , nk ) lebih dari 2
sampel Sehingga, secara Biaya, lebih disukai Sampling Tunggal, tetapi secara
Psikologis lebih disukai Sampling Ganda atau Sampling Jamak.
Berikut adalah bagan keputusan atau mekanisme dalam sampling jamak.
2.4 Tipe Kesalahan dalam Acceptance Sampling
Dalam fungsi risiko, kedua tipe kesalahan dalam pengujian hipotesis dapat
dinyatakan sebagai :
1. Risiko produsen, risiko yang diterima produsen karena menolak produk yang baik
dalam inspeksinya. Atau menolak suatu produk dalam lot yang bermutu baik
(kesalahan tipe 1), dengan peluang kesalahannya disebut alpha (α) atau risiko
produsen.
2. Risiko konsumen, risiko yang diterima konsumen karena menerima produk yang
tidak baik mutunya (cacat). Atau menerima suatu produk dalam lot yang bermutu
tidak baik atau cacat (kesalahan tipe 2), dengan peluang kesalahannya disebut betha
(β) atau risiko produsen.
Ukuran sampel (n) dan angka penerimaan (k) baik berdasarkan risiko konsumen
maupun produsen atau pula yang disepakati oleh produsen dan konsumen (Grant, E.L.
dan Leavenworth,R.S. 1994).
2.4 Kinerja Sampel
Ada beberapa macam pengukuran yang dapat dilakukan untuk meng-evaluasi kinerja
sampel yang diambil, antara lain :
1. Kurva OC (operating characteristics curve)
Kurva ini menyatakan hubungan antara probabilitas penerimaan (Pa) dengan
bagian kesalahan dalam produk yang dihasilkan (p). Untuk menggambarkan kurva
ini diperlukan rumus Pa = P(d ≤ c) dimana Pa adalah probabilitas penerimaan, c
adalah cacat produk yang disyaratkan, dan d adalah jumlah cacat yang terjadi.
𝑐 𝑐
𝑛!
𝑃𝑎 = 𝑃(𝑑 ≤ 𝑐) = ∑ 𝑝(𝑑) = ∑ × 𝑝𝑑 (1 − 𝑝)𝑛−𝑑
𝑑! (𝑛 − 𝑑)!
𝑑=0 𝑑=0

Untuk penghitungan probabilitas penerimaan dapat digunakan Tabel Distribusi


Poisson. Berikut adalah contoh kurva OC.

2. Kurva AOQ (average outgoing quality curve)


AOQ adalah tingkat kualitas rata-rata dari suatu departemen inspeksi. Di sini
sampel yang diambil harus dikembalikan untuk mendapatkan perbaikan bila produk
tersebut ternyata rusak atau cacat atau adanya kesalahan.
AOQ mengukur rata-rata tingkat kualitas output dari suatu hasil produksi yang
banyak dengan proporsi kerusakan sebesar p. Apabila N adalah banyaknya unit
yang dihasilkan dan n sebagai unit sampel yang diinspeksi. Sementara p adalah
bagian kesalahan atau ketidaksesuaian dan Pa merupakan probabilitas penerimaan
produk tersebut, maka rumus yang digunakan adalah:
𝐴𝑂𝑄 = 𝑃𝑎. 𝑝. (𝑁 − 1)/𝑁
Kurva AOQ ini mempunyai titik puncak yang disebut dengan AOQL (Average
Outgoing Quality Limit). AOQL tersebut menunjukkan kualitas rata-rata terburuk
yang akan meninggalkan bagian pengujian atau inspeksi dengan asumsi dilakukan
pengembalian untuk perbaikan tanpa mempedulikan kualitas produk yang datang.
Pada titik itulah mulai dilakukan perbaikan. AOQL juga mengukur kebaikan
perencanaan sampel

3. Kurva ATI (average total inspection curve)


Pengukuran lain yang sering digunakan bila sampel yang diambil dikembalikan
adalah rata-rata inspeksi total. ATI menunjukkan rata-rata jumlah sampel yang
diinspeksi setiap unit yang dihasilkan. Apabila dari produk yang dihasilkan tidak
ditemukan adanya kesalahan atau ketidaksesuaian, maka produk tersebut akan
diterima melalui rencana sampel yang dipilih dan hanya sebanyak n unit yang akan
diinspeksi. Di sisi lain, apabila dari produk yang dihasilkan memiliki 100 persen
produk yang mengalami ketidaksesuaian, banyaknya unit yang diinspeksi akan
sebanyak N unit, dengan asumsi produk yang mengalami ketidaksesuaian atau
kesalahan tersebut disaring.
Untuk kualitas produk yang berada di antara kedua sisi ekstrim tersebut, rata-rata
banyaknya unit yang diinspeksi akan bervariasi diantara kedua nilai.

Untuk sampel tunggal digunakan rumus:


ATI = n+(1-Pa)(N-n)
Sedang untuk sampel ganda digunakan rumus:
ATI = nl (PaI)+(nl+n2)PaII+N(1-PaI-PaII)

4. Kurva ASN (average sample number curve)


ASN adalah rata-rata banyaknya unit yang diuji untuk membuat suatu keputusan.
Asumsinya, inspeksi tidak hanya dibatasi untuk sampel tunggal. Misalnya jika
terdapat 3 kesalahan setelah 20 unit diinspeksi dengan perencanaan sampel tunggal
di mana N = 800, n = 60, dan c = 2, meskipun keputusan diambil setelah unit ke-20
untuk menolak produk tersebut, inspeksi akan tetap dilanjutkan hingga seluruhnya,
60 unit tersebut sesuai sampel yang diambil. Oleh karena itu, untuk sampel tunggal
banyaknya sampel rata-rata adalah sama dengan ukuran atau jumlah sampel
tersebut ( n).Sedang untuk sampel ganda jumlah sampel rata-rata dirumuskan
dengan:
ASN = n1Pl+(nl+n2)(1-Pl) = nl + n2(1-Pl)
di mana PI merupakan probabilitas pembuatan keputusan pada sampel pertama.
P1=P (produk yang diterima pada sampel pertama) + P(produk yang ditolak pada
sampel pertama)=P (d≤cl) + P (d ≥ rl)P1 = P(d≤cl)+P(d≥ rl)

2.5 Keunggulan dan Kelemahan Acceptance Sampling Variabel.


Berikut ini adalah keunggulan acceptance sampling variabel dibandingkan dengan
accepatance sampling attributes.
 Kurva OC yang sama dapat diperoleh dengan ukuran sampel lebih sedikit
daripada yang diperlukan untuk data atribut
 Data pengukuran biasanya menyediakan informasi yang lebih tentang proses
manufakturing daripada data atribut.
 Jika AQL sangat kecil, ukuran sampel yang diperlukan untuk rencana sampling
data atribut sangat besar

Berikut ini adalah kelemahan acceptance sampling variabel dibandingkan dengan


accepatance sampling attributes.
 Distribusi kurva OC harus diketahui Kebanyakan rencana standar
mengasumsikan distribusi karekteristik mutu adalah normal
 Sebuah rencana sampling terpisah harus dibuat untuk tiap karakteristik mutu
yang akan diperiksa
 Mungkin menolak seluruh lot walaupun sample yang diperiksa sebenarnya tidak
terdapat item yang cacat

2.6 Prosedur Penggantian Pemeriksaan


 Normal ke Ketat
Ketika pemeriksaan normal berlaku, pemeriksaan ketat akan diadakan bila 2
dari 5 lot atau batch yang berurutan telah ditolak pada pemeriksaan normal.
 Ketat ke Norma
Ketika pemeriksaan ketat berlaku, perpindahan pemeriksaan ketat ke normal
akan terjadi atau dilakukan 5 lot atau batch diperiksa berurutan telah
dipertimbangkan dapat diterima pada pemeriksaan awal.
 Normal ke Longgar
Ketika pemeriksaan normal berlaku, pemeriksaan longgar akan diadakan
penyediaan dimana seluruh kondisi berikut dipenuhi:
1. 10 lot atau batch yang terdahulu berada pada pemeriksaan normal, dan tidak
ada satupun yang ditolak pada pemeriksaan awal.
2. Jumlah angka yang cacat (penolakan) dalam sampel dari lot atau batch yang
terdahulu sama dengan atau kurang dari jumlah yang dapat dipakai. Jika
jumlah dua atau banyak sampling yang digunakan, seluruh pemeriksaan
sampel harus termasuk, bukan hanya sampel yang pertama saja.
3. Produksi berada pada angka yang tetap (stabil)
4. Pemeriksaan longgar yang dipertimbangkan dapat dilakukan bila memang
benar-benar dikehendaki atau diperlukan.
 Longgar ke Normal
Perpindahan dari pemeriksan longgar ke pemeriksaan normal akan terjadi
apabila:
1. Suatu lot ditolak
2. Suatu lot yang diperiksa, walaupun diterima melalui prosedur, tetapi
meragukan
3. Produksi tidak kontinyu (terputus-putus)
4. Dirasakan bahwa perpindahan tersebut dikehendaki
Mulai

» 10 lot terdahulu diterima,


dan
» Total penolakan (cacat)
lebih kecil dari pada
bilangan batas (Tabel W),
dan
» Produksi mantap, dan
» Disetujui oleh yang » 2 dari 5 lot
berwenang berderet ditolak

Longgar Normal Diperketat

» 5 lot berderet
diterima
» Lot yang ditolak, atau
» Lot yang diterima tetapi
penolakan (cacat) terletak
diantara Ac dan Re pada
pola, atau
» Produksi atau teratur,
dan
» Keadaan lain menjadi
penghambat

» 10 lot berderet tetap


pada pemeliharaan
berderet

Hentikan
Pemeriksaan

2.7 Tipe Sampling Plan


Dalam melakukan sampling dengan acceptance sampling variabel, maka dapat
digunakan dua tipe prosedur, yaitu prosedur tipe I dan prosedur tipe II. Prosedur yang
pertama mengendalikan lotnya atau cacat pada lot, sedangan prosedur kedua untuk
mengendalikan sebuah lot atau proses parameter didalamnya.
Pertimbangkan suatu variable sampling plan untuk mengendalikan lot atau process
fraction yang tidak sesuai. Karena karakteristik kualitas adalah variabel, maka akan ada
batas spesifikasi yang lebih rendah (LSL), batas spesifikasi atas (USL), atau keduanya,
yang menentukan nilai parameter yang dapat diterima. menggambarkan situasi di mana
karakteristik kualitas x terdistribusi normal dan ada batas spesifikasi yang lebih rendah
pada parameter ini. Simbol p merepresentasikan fraksi yang rusak di tempat parkir.
Perhatikan bahwa pecahan yang rusak adalah fungsi dari banyak atau mean proses? dan
banyak atau proses standar deviasi σ.
Anggaplah bahwa standar deviasi σ diketahui. Dengan kondisi ini, kita mungkin
ingin mengambil sampel dari tempat parkir untuk menentukan apakah nilai mean tersebut
sedemikian rupa sehingga pecahan pecahannya dapat diterima. Seperti yang dijelaskan
selanjutnya, kita dapat mengatur perhitungan dalam sampling sampling plan dengan dua
cara.
1. Prosedur I
𝑥̅ − 𝐿𝑆𝐿
𝑍𝐿𝑆𝐿 =
𝜎

2. Prosedur II
𝑛
𝑄𝐿𝑆𝐿 = 𝑍𝐿𝑆𝐿 √
𝑛−1

2.8 Standar dalam Acceptance Sampling Variabel


MIL STD 414 adalah rencana pengambilan sampel yang lot by lot untuk variabel.
Standar ini diperkenalkan pada tahun 1957. Titik fokus standar ini adalah tingkat kualitas
yang dapat diterima (AQL), yang berkisar antara 0,04% sampai 15%. Ada lima tingkat
pemeriksaan umum, dan tingkat IV ditetapkan sebagai "normal." Tingkat inspeksi V
memberikan kurva OC yang lebih curam daripada tingkat IV. Bila biaya sampling
berkurang diperlukan dan bila ada risiko yang lebih besar atau harus ditolerir, tingkat
inspeksi yang lebih rendah dapat digunakan. Seperti atribut standar, MIL STD 105E,
contoh kode ukuran sampel digunakan, namun kode yang sama tidak menyiratkan ukuran
sampel yang sama pada kedua standar. Selain itu, kelas ukuran lot berbeda dalam kedua
standar. Ukuran sampel adalah fungsi dari ukuran lot dan tingkat inspeksi. Ketentuan
dibuat untuk pemeriksaan normal, diperketat, dan dikurangi. Semua rencana dan prosedur
sampling dalam standar mengasumsikan bahwa karakteristik kualitas bunga
didistribusikan secara normal.
Perhatikan bahwa rencana penerimaan-sampling dapat dirancang untuk kasus
dimana variabilitas lot atau proses diketahui atau tidak diketahui, dan bila ada batasan
spesifikasi tunggal atau spesifikasi spesifikasi ganda pada karakteristik kualitas. Dalam
kasus batasan spesifikasi tunggal, Prosedur 1 atau Prosedur 2 dapat digunakan. Jika ada
batasan spesifikasi ganda, maka Prosedur 2 harus digunakan. Jika variabilitas proses atau
lot diketahui dan stabil, variabilitas yang diketahui rencana tersebut paling efisien secara
ekonomi. Bila variasi banyak atau proses tidak diketahui, standar deviasi atau kisaran
sampel dapat digunakan dalam mengoperasikan rencana sampling. Metode jangkauan
memerlukan ukuran sampel yang lebih besar, dan umumnya kami tidak
merekomendasikan penggunaannya.
MIL STD 414 terbagi menjadi empat bagian. Bagian A adalah deskripsi umum
tentang rencana pengambilan contoh, termasuk definisi, contoh kode ukuran sampel, dan
kurva OC untuk berbagai rencana sampling. Bagian B dari standar tersebut memberikan
contoh rencana sampling berdasarkan standar deviasi sampel untuk kasus dimana
variabilitas proses atau lot tidak diketahui. Bagian C menyajikan rencana pengambilan
sampel berdasarkan metode rentang sampel. Bagian D memberikan contoh rencana
sampling untuk kasus dimana proses standar deviasi diketahui.

3. Diskusi
3.1 Manual
Jika PT.UNDIP ingin mengetahui bagaimana sampling plan yang harus mereka
lakukan, bila produk yang mereka hasilkan rata-rata memiliki volume 225 m3, dan standar
deviasi sebesar 2 m3. Jika nilai α yang diharapkan adalah 0,01 dan nilai β adalah 0,25.
Dan X1 adalah produk yang baik yaitu dengan volume 227 m3 dan X2 adalah produk yang
dibawah standar tetapi masih dapat diterima yaitu 225 m3. Maka
𝛼 = 0.01 → 𝑍𝛼 = −2,325
𝛽 = 0.25 → 𝑍𝛽 = 0,675
Maka jumlah sampel atau n dapat ditentukan dengan
2
(𝑍𝛼 − 𝑍𝛽 )𝜎
𝑛= [ ]
𝑋1 − 𝑋2
2
(−2,325 − 0,675)2
𝑛= [ ]
227 − 225
𝑛 = −32 = 9
Untuk menentukan batas spesifikasi yang baru bagi rancangan acceptance sampling plan
ini digunakan persamaan
𝑍𝛽 𝑋2 − 𝑍𝑎 𝑋1
𝑋𝑎 =
𝑍𝛽 − 𝑍𝛼
0,675 × 227 − (−2.325) × 225
𝑋𝑎 =
0,675 − (−2,325)
𝑋𝑎 = 225,45
3.2 Mil-STD 414
Jika PT. UNDIP ingin mengetahui bagaimana sampling plan untuk produk mereka,
yaitu susu sapi. Dimana LSL untuk produknya adalah 225 m3. Jika AQL adalah 1%, dan
tingkat inspeksi normal. Bagaimana sampling plan yang harus dilakukan jika
menggunakan MIL-STD 414, jika ukuran lot adalah 100.000 botol susu.

Berdasarkan tabel A.2 diatas dapat diketahui bahwa kode untuk masalah diatas adalah
O.
Dari tabel diatas, didapat bahwa n = 100 dan k = 2

Daftar Pustaka
Montgomery, D. C. (2005). Introduction to Statistical Quality Control Fifth Edition. New
York: John Wiley & Sons, Inc.
Grant, E. L dan R. S. Leavenworth. 1991. Pengendalian Mutu Statistis. (terjemahan),
penerbit Erlangga. Jakarta Gaspersz, V. 2003. Metode Analisis Untuk Peningkatan
Kualitas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai