Anda di halaman 1dari 64

'.

$istem Sarafl

639
:aa
:,::::: ,; ti: .:::.1:::::tt: i..:1t: j|:l::;: | : at::.

:.',,=.+.ti1i;:-i 5r
r-.iilrirtt
,

't'-',.tttr-,.irii '
,.. ...-1':,.,-...r.:'.1P,4ffi.-Sje ;g.cfiCy.e,.di.feq yong ee@'eOc.r-q
o,)'ong eeru"oo rn" .i.,:,j,
:-
,,,;,-,rfi';.r..:'rd,,,$$$.,,,i1$i Fila:*u.qer.,b.$r&
:,,.-,-,r:, i".r..:'.d,r$$$.,iir$i Fila:'du.q&r.,b.$rksF suatu peimukaiil.+. tg.i4fi
cahaya menumbuk .$.*aurpeim$k*aa.+ g:.Efl
tegaklurusterhadapberkasitu(sepertiterlihitpadaCambar+ole1,berkascaha1,a

,t"-t-.tr.-.l.tlrjo.$*
natry€ E(
,+ " tiUa*ua
::;:::::.:t.:.i':

t',
'. -.,,fr;.,,.,i;r1L
tci
-,1{4
-cl$
,,,'..-'='i.ii'i.ii$a ,i.*tan:*iama9,1qg,bile-indets,,q-ias ,

iffi

',64:l
642 UNIT X Sistem Saraf: B. lndera Khusus

GAMBAR 49-1. Gelombang cahaya memasuki permukaan kaca GAMBAR 49-3. Pembelokan cahaya oleh tiap permukaan lensa
yang tegak lurus terhadap berkas cahaya (A), dan permukaan konkaf sferis, memperlihatkan bahwa cahaya sejajar disebarkan.
kaca miing terhadap berkas cahaya (B). Gambar ini memper-
lihatkan bahwa jarak antar gelombang cahaya sewaktu berada
dalam kaca memendek menjadi dua pertiga dari jarak dalam uda-
ra. Gambar juga memperlihatkan bahwa cahaya yang menembus
Lenso Konkof Menyeborkqn Berkos Cohoyo.
kaca miring akan dibelokkan.
Gambar 49-3 memperlihatkan efek lensa konkaf terha-
dap berkas cahaya sejajar. Cahaya yang mengenai bagi-
an paling tengah dari lensa membentur permukaan yang
benar-benar tegak lurus terhadap berkas, sehingga tidak
dibiaskan. Cahaya di bagian tepi memasuki lensa lebih

Cahaya dari sumber


Jarak fokus
yang jauh

GAMBAR 49-2. Pembelokan cahaya di kedua permukaan lensa


sferis konveks; menunjukkan bahwa cahaya sejajar difokuskan di
satu titik fokus.

Penerapan Prinsip Pembiasan


pada Lensa
Lenso Konveks Memfokuskon Berkos Cohoyo.
Gambar 49-2 memperlihatkan berkas cahaya sejajar
yang memasuki sebuah lensa konveks. Berkas caha-
ya yang melalui bagian tengah menembus lensa tepat
tegak lurus terhadap permukaan lensa, sehingga caha-
ya tidak dibiaskan. Makin dekat ke bagian tepi lensa,
berkas cahaya akan semakin membuat sudut yang lebih
besar. Cahaya yang terletak lebih ke tepi akan sema-
kin dibelokkan ke arah tengah. yang dikenal dengan
konvergensi cahaya. Separuh dari pembelokan terjadi
sewaktu cahaya memasuki lensa, dan separuh lagi wak-
tu cahaya keluar dari lensa. (Pada saat ini seyogyanya
mahasiswa berhenti sejenak dan menganalisis mengapa
cahaya mengalami pembelokan ke arah tengah sewaktu
meninggalkan lensa). Akhirnya, bila lensa memiliki ke-
lengkungan yang sempurna, cahaya sejaj ar yang melalui
berbagai bagian lensa akan dibelokkan sedemikian rupa GAMBAR 49-4. A, Titik fokus berkas cahaya sejajar oteh lensa
sehingga semua cahaya akan menuju suatu titik, yang konveks sferis. B, Garis fokus berkas cahaya sejajar oleh lensa
disebut titikfokus. silindris konveks.
BAB 49 Mata: L Sifat Optik Mata 643

dulu sebelum cahaya yang memasuki bagian tengah. Lensa silindris konkaf menyebarkan berkas cahaya
Hal ini berlawanan dengan efek lensa konveks, dan ini hanya pada satu bidang, demikian pula lensa silindris
menyebabkan cahaya di bagian perifer mengalami di- konveks memusatkan berkas cahaya hanya pada satu
vergensi atau.menyebar menjauhi cahaya yang memasu- bidang.
ki bagian tengah lensa. Jadi, lensa konkaf menyebarkan
(divergensi) berkas cahaya, sedangkan lensa konveks Kombinosi Duo lenso Silindris ysng Sdling
me mus at kan (ko nv e rge ns i) berkas cahaya. Iegok lurus Seforo dengon Lenso Sfens. Gambar
49-58 memperlihatkan dua lensa silindris konveks yang
Lenso Silindris Membelokkon Berkos Cohoyo terletak saling tegak lurus. Lensa silindris yang vertikal
Honyo dolom Solu Bidong-Pembondingon memusatkan cahaya yang datang melalui kedua sisinya,
dengon lensq Sferis. Gambar 49-4 memperlihatkan dan lensa horisontal memusatkan cahaya yang datang
lensa sferis konveks dan lensa silindris konveks. Per- melalui sisi atas dan bawah. Dengan demikian, semua
hatikanlah bahwa lensa silindris membelokkan caha- cahaya akan menuju pada satu titik. Dengan perkataan
ya yang datang dari kedua sisi lensa, tetapi tidak dari lain, dtta lensa silindris yang diletakkan saling tegak
atas atau bawah. Artinya, pembelokan terjadi pada satu lurus akan berfungsi seperti sebuah lensa sferis dengan
bidang tetapi tidak pada bidang yang lain. Jadi, cahaya daya bias yang sama.
sejajar dibelokkan pada suatu garus /oftas. Sebaliknya,
cahaya yang melalui lensa sferis.dibiaskan pada semua
sisi lensa (pada kedua bidang) ke arah tengah, sehingga Jarak Fokus Lensa
seluruh cahaya menuju pada satu titikfokus.
Jarak di belakang lensa konveks sampai pada tempat
Lensa silindris dapat diilustrasikan dengan sebuah
berkas cahaya sejajar menyatu menjadi titik fokus di-
tabung reaksi yang berisi air. Bila tabung itu diletakkan
sebuljarakJbkus dari lensa. Diagram pada bagian atas
di bawah cahaya matahari, dan secarik kertas didekat-
Gambar 49-6 memperlihatan pemfokusan berkas cahaya
kan ke tabung itu pada sisi yang berlawanan, pada suatu
sejajar ini.
jarak tertentu akan terlihat gambaran garis fokus pada
Pada diagram tengah, cahaya yang datang ke len-
kertas. Lensa sferis dapat diilustrasikan dengan sebuah
sa konveks tidak sejajar melainkan menyebar karena
lensa pembesar biasa. Jika lensa ini diletakkan di bawah
sumber cahayanya terletak tidakjauh dari lensa. Karena
cahaya matahari dan secarik kertas ditaruh di bawah
cahaya yang datang bersifat menyebar dari suatu titik,
lensa, cahaya akan mengenai satu titik fokus pada jarak
terlihat dalam diagram bahwa cahaya ini tidak difokus-
kertas tertentu-
kan padajarak yang sama seperti yang dihasilkan oleh
cahaya sejajar. Dengan kata lain, bila berkas cahaya
yang telah menyebar memasuki lensa konveks, jarak
fokus yang dihasilkan akan lebih jauh dari jarak fokus
lensa yang dihasilkan oleh cahaya sejajar.
Diagram paling bawah pada Gambar 49-6 memper-
lihatkan berkas cahaya menyebar yang berjalan menuju

Titik sumber cahaya

Titik sumber cahaya

Titik fokus

GAMBAR 49-5. A, Cahaya yang difokuskan dari titik sumber ke GAMBAR 49-6, Kedua lensa bagian atas dari gambar ini mem-
garis tokus oleh lensa silindris. B, Duh tensa silindris konveks di- punyai jarak fokus yang sama, tetapi berkas cahaya yang masuk
letakkan saling tegak lurus satu sama lain, memperlihatkan bah- lensa teratas berjalan sejajar, sedangkan yang masuk ke lensa
wa lensa yang satu memusatkan cahaya dalam satu bidang, dan kedua merupakan cahaya divergen; perbedaan efek antara ca-
Iensa yang lain memusatkan cahaya dalam bidang yang tegak haya sejajar dan cahaya divergen terhadap jarak fokus terlihat
lurus terhadap bidang yang peftama. Gabungan kedua lensa dalam gambar ini. Lensa terbawah mempunyai daya bias jauh
menghasilkan satu titik fokus gabungan, seperti titik fokus yang lebih besar daripada kedua tensa di atasnya, tertihat bahwa ma-
dihasilkan oleh satu lensa konveks sferis. kin kuat lensa makin dekat jarak titik fokus ke lensa.
644 UNIT X Slsfem Saraf: B. lndera Khusus

sebuah lensa konveks dengan kelengkungan yang lebih Metode ini adalah metode yang dipakai oleh lensa ka-
cembung dibanding kedua lensa di atasnya. Pada dia- mera untuk memfokuskan bayangan pada film.
gram ini,jarak fokus yang dihasilkan ternyata sama de-
ngan yang terdapat pada diagram pertama, yang meng-
gambarkan lensa kurang cembung namun berkas cahaya Ukuran Daya Bias Lensa-
yang datang sejajar. Peristiwa ini memperlihatkan bah- nDioptritt
wa cahaya sejajar dan cahaya menyebar dapat difokus-
kan padajarak yang sama di belakang lensa dengan cara Makin besar sudut pembelokan cahaya yang diakibar
mengubah kecembungan lensa. kan oleh sebuah lensa, makin besar "daya bias" lensa
Hubungan antara jarak fokus lensa, jarak sumber tersebut. Ukuran daya bias lensa disebut sebagai dioptri.
cahaya, dan jarak bayangan dinyatakan dengan rumus Daya bias lensa konveks dalam dioptri sama dengan I
berikut: meter dibagi jarak fokusnya. Jadi, sebuah lensa sferis
111 mernpunyai daya bias +l dioptri bila lensa itu memu-
fab satkan cahaya sejajar menuju satu titik fokus 1 meter di
dengan/adalahjarak fokus lensa untuk cahayasejajar, a belakang lensa, seperti yang dilukiskan dalam Gambar
jarak sumber cahaya dari lensa, dan
6 jarak fokus lensa 49-8. Bila mampu membelokkan berkas cahaya sejajar
pada sisi yang lain. dua kali kekuatan lensa yang berdaya bias +1 dioptri,
maka lensa itu disebut berkekuatan +2 dioptri, dan ber-
kas cahaya akan difokuskan 0,5 meter di belakang lensa.
Pembentukan Bayangan Lensa yang mampu memusatkan cahaya sejajar ke titik
fokus hanya 10 cm (0,10 meter) di belakang lensa dise-
oleh Lensa Konveks but mempunyai daya bias +10 dioptri.
Gambar 49-7A memperlihatkan lensa konveks dengan Daya bias lensa konkaf tidak dapat dinyatakan de-
dua titik sumber cahaya di sebelah kiri. Karena caha- nganjarak fokus di belakang lens4 karena cahaya bukan
yayarry melalui pusat lensa konveks tidak mengalami mengalami konvergensi tetapi mengalami divergensi.
pembiasan maka cahaya dari setiap titik sumber cahaya Namun, jika menyebarkan berkas cahaya dengan kekuat-
terlihat menuju ke suatu titik fokus pada sisi lensa yang an yang sama dengan lensa konveks berkekuatan I di-
lain, tepat di garis yang melalui titik sumber cahaya dan optri, lensa konkaf itu disebut mempunyai daya bias -l
pusat lensa. dioptri. Demikian pula bila dapat menyebarkan berkas
Setiap benda yang terletak di depan lensa pada kb- cahaya sesuai dengan pemusatan cahaya oleh lensa ber-
nyataannya merupakari kumpulan dari beberapa titik kekuatan +10 dioptri, lensa konkaf itu disebut memiliki
sumber cahaya. Beberapa titik ini mempunyai cahaya kekuatan -10 dioptri.
sangat kual beberapa lainnya sangat lemah, dan warna- Lensa konkaf dapat "menetralkan" daya bias lensa
nya berbeda-beda. Setiap titik sumber cahaya dari benda konveks. Jadi, dengan meletakkan lensa konkaf berke-
membentuk titik fokus yang berbeda pada sisi lain lensa kuatan I dioptri tepat di depan lensa konveks berkekuat-
yang segaris dengan pusat lensa. Bila secarik kertas pu- an I dioptri akan menghasilkan sistem lensa berdaya
tih diletakkan padajarak fokus lensa ini, kita akan dapat bias nol.
melihat bayangan dari benda, seperti yang terlihat da- Kekuatan lensa silindris diukur dengan can yang
lam Gambar 49-78. Namun, bayangan ini mempunyai sama seperti mengukur kekuatan lensa sferis, kecuali
gambaran atas-bawah yang terbalik dari benda aslinya, bahwa selain kekuatan lensa, sumbu lensa silindris juga
demikian pula kedua sisi lateralnya yang juga terbalik. harus dinyatakan. Jika suatu lensa silindris memfokuskan

GAMBAR 49-7. A. Dua titik


sumber cahaya difokuskan
menjadi dua titik yang berbe-
da pada sisi lensa yang ber-
lawanan. B. Pembentukan
bayangan oleh lensa sferis
konveks.
BAB 49 Mata: L Sifat Optik Mata 645

Reduced Eye. Bila semua permukaan refraksi mata di-


1
jumlahkan secara aljabar dan dibayangkan sebagai sebuah
Dioptri lensa, susunan optik mata normal akan terlihat sederhana
dan ditampilkan secara skematis sebagai reduced eye.
Skema ini amat berguna untuk perhitungan sederhana.
2 Pada reduced eye dibayangkan hanya terdapat satu lensa
Dioptri dengan titik pusat 17 mm di depan retina, dan mempunyai
daya bias total 59 dioptri pada saat mata berakomodasi
untuk melihat jauh.
10 Sekitar dua pertiga dari daya biasa mata 59 dioptri
Dioptri dihasilkan oleh permukaan anterior kornea (bukan oleh
lensa mata). Alasan utama dari pemikiran ini ialah karena
indeks bias kornea sangat berbeda dari indeks bias udara,
sementara indeks bias lensa mata tidak jauh berbeda de-
GAMBAR 49-8. Efek kekuatan lensa terhadap jarak fokus.
ngan indeks biasa humor aquosus dan humor vitreous.
Lensa intemalmata, yang secara normal bersinggung-
an dengan cairan di setiap permukaamya, memiliki daya
cahaya sejajar pada suatu garis fokus I meter di belakang bias total hanya 20 dioptri, kira-kira sepertiga dari daya
lens4 lensa ini disebut mempunyai kekuatan +l dioptri. bias total mata. Namun, lensa internal ini penting karena
Sebaliknya j ika lensa sil indri s konkaf m e ny e b ar kan ca- sebagai respons terhadap sinyal sarafdari otak, lengkung
haya dengan kekuatan sama seperti pemusatan cahaya
permukaannya dapat mencembung sehingga memung-
oleh lensa silindris berkekuatan +1 dioptri, lensa ini dise-
kinkan terjadinya "akomodasi", yang akan dibahas kemu-
" but mempunyai kekuatan -l dioptri. Jika garis fokusnya

horizontal, sumbunya dikatakan 0 derajat. Jika garis ini dian dalam bab ini.
vertikal,.sumbunya disebut 90 derajat.
Pembentukon Bqyongon di Relino. Sama seperti
pembentukan bayangan oleh lensa kaca pada secarik ker-
Susunan Optik Mata tas, sistem lensa mata juga dapat membentuk bayangan di
retina. Bayangan ini terbalik dari benda aslinya. Namun
Mata Sebagai Kamera demikian persepsi otak terhadap benda tetap dalam ke-
adaan tegak, tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi
Mata, seperti terlukis dalam Gambar 49-9, secara optik di retina, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan
dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa. yang terbalik itu sebagai keadaan normal.
Mata mempunyai sistem lensa, sistem apertura yang dapat
berubah-ubah (pupil), dan retina yang dapat disamakan
dengan film. Sistem lensa mata terdiri atas empat perba- Mekanisme Akomodasi
tasan refraksi: (l) perbatasan antara permukaan anterior
kornea dan udara, (2) perbatasan antara permukaan pos- Pada anak-anak, daya bias lensa mata dapat ditingkatkan
terior komea dan humor aquosus, (3) perbatasan antara dari 20 dioptri menjadi kira-kira 34 dioptri; ini berarti
humor aquosus dan permukaan anterior lensa mata, dan terjadi "akomodasi" sebesar 14 dioptri. Untuk mencapai
(4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan hu- ini, bentuk lensa diubah dari yang tadinya konveks-se-
mor vitreous. Indeks internal udara adalah 1; kornea 1,38; dang menjadi lensa yang sangat konveks. Mekanismenya
humor aquosus 1,33; lensa kristalina (rata-rata) 1,40; dan adalah sebagai berikut:
humor vitreous 1,34. Pada orang muda, lensa terdiri atas kapsul elastik yang
kuat dan berisi cairan.kental yang mengandung banyak
protein namun transparan. Bila berada dalam keadaan
relaksasi tanpa tarikan terhadap kapsulnya, lensa diang-
gap berbentuk hampir sferis, terutama akibat retraksi elas-
Daya blas total = 59 dioptri tik dari kapsul
lensa. Namun, seperti terlihat dalam Gam-
bar 49-10, terdapat kira-kira 70 ligamen suspensorium
yang melekat di sekelilin$ lensa, menarik tepi lensa ke
arah lingkar luar bola mata. Ligamen ini secara konstan
diregangkan oleh perlekatannya pada tepi anterior koroid
dan retina. Regangan pada ligamen ini menyebabkan len-
sa tetaprelatifdatar dalam keadaan mata istirahat.
Walaupun demikian, tempat pelekatan lateral ligamen
Kornea Udara
vitreus 1,40 aquosus 1,38 1,00 lensa pada bola mata juga dilekati oleh otot siliaris, yang
1,34 1.33 memiliki dua set serabut otot polos yang terpisah-se-
GAMBAR 49-9. Mata sebagai sebuah kamera. Angka-angka di rabut meridional dan serabut sirkular. Serabut meridio-
atas adalah indeks bias. nal membentang dari ujung perifer ligamen suspensorium
646 UNIT X Sistem Saraf: B. lndera Khusus

Kemampuan lensa untuk berubah bentuk akan berkurang


seiring dengan bertambahnya usia. Daya akomodasi ber-
kurang dari 14 dioptri pada usia anak-anak menjadi kurang
dari 2 dioptri pada saat kita mencapai usia 45 sampai 50
tahun; kemudian daya akomodasi berkurang menjadi 0
dioptri pada usia 70 tahun. Sesudah itu, dapat dikatakan
lensa hampir sama sekali tidak dapat berakomodasi, dan
keadaan itu disebut "presbiopia".
Sekali orang mengalami presbiopia, matanya akan
terfokus secara perrnanen pada suatu jarak yang hampir
tidak berubah-ubah; jarak ini bergantung pada keadaan
fisik mata orang tersebut. Matanya tidak dapat berakomo-
dasi lagi dengan baik untuk melihat dekat maupun melihat
Muskulus
jauh. Agar dapat melihat dekat maupun jauh dengan jelas,
orang tua harus memakai kacamata bifokus, bagian atas
untuk penglihatan jauh dan bagian bawah untuk pengli-
hatan dekat (misalnya, untuk membaca).

Diameter Pupil
GAMBAR 49-10. Mekanisme akomodasi (memfokus)
Fungsi utama iris ialah untuk meningkatkan jumlah ca-
haya yang masuk ke dalam mata pada waktu gelap, dan
unluk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke dalam
sampai peralihan kornea-sklera. Kalau serabut otot ini mata pada waktu terang. Refleks-refleks untuk mengatur
berkontraksi, bagian perifer dari ligamen lensa tadi akan mekanisme ini akan dibahas pada bagian neurologi mata
tertarik secara medial ke arah tepi komea, sehingga re- dalam Bab 51.
gangan ligamen terhadap lensa akan berkurang. Serabut Jumlah cahaya yang memasuki mata melalui pupil se-
sirkular tersusun melingkar mengelilingi perlekatan liga- banding dengan luas pupil atau kuadrat diameter pupil.
men, sehingga pada waktu berkontraksi terjadi gerak Diameter pupil manusia dapat mengecil sampai 1,5 mm
seperti sfingter, mengurangi diameter lingkar perlekatan dan membesar sampai 8 mm. Jumlah cahaya yang me-
ligamen; hal ini juga menyebabkan regangan ligamen ter- masuki mata dapat berubah sekitar 30 kali lipat sebagai
hadap kapsul lensa berkurang. akibat dari perubahan diameter pupil.
Jadi, kontraksi salah satu set serabut otot polos dalam
otot siliaris akan mengendurkan ligamen kapsul lensa, "Kedolomon Fokus" Sistem Lenso Meningkol
dan lensa akan berbentuk lebih cembung, sepefti balon, Dengon Menurunnyq Diometer Pupil. Gambar 49-
akibat sifat elastisitas alami kapsul lensa. 11 memperlihatkan dua mata yang sama kecuali diameter
apeftura pupilnya. Pada mata atas, apertura pupilnya ke-
Pengoluron Akomodosi oleh Sorof Porosimpo- cil, sedangkan pada mata bawah, apertura pupilnya besar.
tis. Otot siliaris hampir seluruhnya diatur oleh sinyal saraf Di depan setiap mata terdapat dua titik sumber cahaya
parasimpatis yang dijalarkan ke mata melalui saraf krani- yang kecil; cahaya dari setiap titik sumber cahaya masuk
al III dari nukleus sarafIII pada batang otak, seperti yang melalui apertura pupil dan difokuskan di retina. Akibat-
dijelaskan dalam Bab 51. Perangsangan saraf parasimpa- nya, kedua retina mata melihat dua titik cahaya dengan
tis menimbulkan kontraksi kedua set serabut otot siliaris, fokus baik. Namun, terlihat dalam diagram, bila retina
yang akan mengendurkan ligamen lensa, sehingga me- dipindahkan ke posisi tidak-fokus yaitu ke depan atau ke
nyebabkan lensa menjadi semakin tebal dan meningkat- belakang maka pada mata atas, besar titik cahaya tidak
kan daya biasnya. Dengan meningkatnya daya bias, mata akan berubah banyak, tetapi pada mata bawah, ukuran
mampu melihat objek lebih dekat dibanding sewaktu daya titik cahaya akan sangat membesar, menjadi "lingkaran
biasnya rendah. Akibatnya, dengan mendekatnya objek kabur". Dengan kata lain, sistem lensa atas mempunyai
ke arah mata, jumlah impuls parasimpatis ke otot siliaris kedalaman fokus jauh lebih besar dibanding sistem lensa
harus ditingkatkan secara progresifagar objek tetap dapat yang di bawah. Bila sistdm lensa mempunyai kedalaman
dilihat dengan jelas. (Perangsangan simpatis memberikan fokus yang besar, retina dapat dipindahkan jauh dari bi-
efek tambahan terhadap relaksasi otot siliaris, tapi efek ini dang fokus atau kekuatan lensanya sangat berubah dari
sangat kecil sehingga hampir tidak berperan dalam me- normal, bayangan tetap akan tegas; sebaliknya bila sistem
kanisme akomodasi normal; neurologi mengenai hal ini lensa memiliki kedalaman fokus yang "dangkal", perpin-
dibahas dalam Bab 5l ). dahan retina sedikit saja dari bidang fokus akan sangat
mengaburkan bayangan.
Presbiopio. Dengan meningkatnya usia, lensa semakin Kedal'aman fokus terbesar bisa tercapai bila pupil
besar dan menebal serla menjadi kurang elastik. sebagian sangat kecil. Alasannya ialah dengan lubang pupil yang
disebabkan oleh denaturasi protein lensa yang progresif. sangat kecil, hampir seluruh berkas cahaya akan melalui
-
BAB 49 Mata: I. Sifat Optik Mata 647

Hiperopio (Pengliholon Jouh). Hiperopia dike-


nal pula sebagai "penglihatan jauh", biasanya akibat
bola mata terlalu pendek, atau kadang-kadang karena
sistem lensa terlalu lemah. Pada keadaan ini, seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 49-12 bagian tengah.
terlihat bahwa cahaya sejajar kurang dibelokkan oleh
sistem lensa sehingga tidak terfokus di retina. Untuk
mengatasi kelainan ini, otot siliaris berkontraksi untuk
Titlk fokus
meningkatkan kekuatan lensa. Dengan menggunakan
mekanisme akomodasi, pasien hiperopia dapat memfo-
kuskan bayangan dari objek jauh di retina. Bila pasien
menggunakar-r sebagian dari kekuatan otot siliarisnya
untuk melakukan akomodasi jarak.jauh, ia tetap masih
mempunyai sisa daya akomodasi untuk melihat dengan
tegas ob.jek yang mendekati mata sampai otot siliaris
telah berkontraksi maksimum. Pada orang tua, sewaktu
GAMBAR 49-11. Pengaruh apertura pupil yang kecil (atas) dan lensa menjadi "presbiop", pasien hiperopia sering tidak
besar (bawah) terhadap "kedalaman fokus". dapat berakomodasi cukup kuat untuk memfokuskan
objek jauh sekali pun, apalagi untuk memfokuskan ob-
jek dekat.
bagian tengah lensa, dan cahaya bagian paling tengah se-
lalu terfokus baik, seperti telah dijelaskan sebelumnya. Miopio (Penglihoton Dekot). pada miopia atau
"penglihatan dekat", sewaktu otot siliaris relaksasi total,
cahaya dari objek jauh difokuskan di depan retina, se-
Kelainan Pembiasan perli terlihat pada Gambar 49-12. Keadaan ini biasanya
akibat bola mata yang terlalu panjang, atau kadang-ka-
Emelropio. Seperti terlihat dalam Gambar 49-12, mata dang karena daya bias sistem lensa terlalu kuat.
akan dianggap normal atau "emetrop" bila cahaya seja- Tidak ada mekanisme bagi miopia untuk mengu-
jar dari objekjauh difokuskan di retina pada keadaan rangi kekuatan lensanya karena memang otot siliaris
otot siliaris relal<sasi total.Ini berafii bahwa mata eme- dalam keadaan relaksasi sempurna. Pasien miopia tidak
trop dapat melihat semua objekjauh secarajelas dengan mempunyai mekanisme untuk memfokuskan bayangan
otot siliaris yang relaksasi. Namun untuk melihat objek dari objekjauh dengan tegas di retina. Namun, bila ob-
dekat, otot siliaris harus berkontraksi agar mata dapat jek didekatkan ke mata, bayangan akhirnya akan men-
berakomodasi dengan baik. jadi cukup dekat sehingga dapat difokuskan di retina.
Kemudian, bila objek terus didekatkan ke mata, pasien
miopia dapat menggunakan mekanisme akomodasi agar
bayangan yang terbentuk tetap terfokus secara jelas.
Seorang pasien miopia mempunyai "titik jauh" lang
terbatas untuk penglihatan jelas.

Koreksi Miopia dan Hiperopia dengan Menggu-


nakan Lensa. Perlu diingat lagi bahwa cahaya yang
melalui lensa konkaf akan disebarkan. Bila permukaan

GAMBAR 49-12. Berkas cahaya sejajar difokuskan di retina pada


emetropia, difokuskan di belakang retina pada hipermetropia, dan GAMBAR 49-13. Koreksi miopia dengan lensa konkaf, dan ko-
di depan retina pada miopia. reksi hiperopia dengan lensa konveks.
648 UNIT X Slsfem Saraf: B. lndera Khusus

refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar, seperti da bidang horizontal. Sebaliknya, cahaya dalam bidang
pada miopia, kelebihan daya bias ini dapat dinetralkan horizontal, yang ditandai oleh bidang AC, dibelokkan
dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata, tidak sekuat cahaya yang melewati bidang vertikal. Je-
yang akan menyebarkan berkas cahaya. Koreksi seperti laslah bahwa cahayayangmelalui lensa astigmatik tidak
ini diperlihatkan dalam diagram bagian atas dari Gam- seluruhnya dibiaskan menuju satu titik fokus, karena ca-
bar 49-13. haya yang melalui suatu bidang dari lensa difokuskan
Sebaliknya, pada pasien hiperopia-yang mem- lebih jauh dari.cahaya yang.melalui bidang yang lain.
punyai sistem lensa terlalu lemah-penglihatan abnor- Daya akomodasi mata tidak dapat mengkompenshsi
malnya dapat dikoreksi dengan menambahkan daya kelainan astigmatisma karena selama akomodasi, leng-
bias, menggunakan lensa konveks di depan mata. Ko- kung lensa mata berubah kurang lebih sama kuatnya di
reksi dengan lensa ini diperlihatkan dalam diagram ba- semua bidang; oleh karena itu, pada astigmatisma, kedua
gian bawah pada Gambar 49-13. bidang memerlukan derajat akomodasi yang berbeda.
Biasanya kekuatan lensa konkaf atau konveks yang Sehingga, pada pasien astigmatisma bila tidak dibantu
diperlukan seseorang untuk penglihatan jelas, ditentu- dengan kacamata penglihatannya tidak pernah tajam.
kan dengan cara"trial and enor"-yaitu mula-mula me-
letakkan sebuah lensa kuat dan kemudian diganti dengan Koreksi Asligmotismo dengon lensq Silindris.
lensa yang lebih kuat atau lebih lemah sampai diperoleh Kita dapat menganggap mata yang astigmatis mem-
lensa yang memberikan tajam penglihatan terbaik. punyai sistem lensa yang terdiri atas dua lensa silindris
dengan kekuatan berbeda yang diletakkan saling tegak
Asligmotismo lurus. Untuk mengoreksi astigmatisma, cara yang biasa-
Astigmatisma merupakan kelainan refraksi mata yang nya digunakan ialah secara "trial and error" untuk mene-
menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang mukan lensa sferis yang cocok untuk mengoreksi fokus
difokuskan pada jarak yang berbeda dari bidang yang pada salah satu bidang lensa astigmatisma. Setelah itu
tegak lurus terhadap bidang tersebut. Hal ini paling se- lensa silindris tambahan digunakan untuk mengoreksi
ring disebabkan oleh terlalu besarnya lengkung kornea kelainan pada bidang yang lain. Untuk hal terakhir ini,
pada salah satu bidang di mata. Contoh lensa astigmatis sumbu dan kekuatan lensa silindris yang diperlukan ha-
adalah permukaan lensa seperti telur yang terletak pada rus ditetapkan.
sisi datangnya cahaya. Derajat kelengkungan bidang Ada beberapa cara untuk menentukan sumbu dari
yang melalui surnbu panjang telur tidak sama dengan komponen silindris yang abnormal pada sistem lensa
derajat kclengkungan pada bidang yang melalui sumbu mata. Salah satu cara ialah dengan menggunakan alat
pendek. yang bergambar garis-garis hitam paralel seperti terlihat
Karena lengkung lensa astigmatis pada suatu bidang dalam Gambar 49-15. Garis-garis paralel ini ada yang
lebih kecil daripada lengkung pada bidang yang lain, vertikal dan ada yang horizontal, dan sisanya terletak
cahaya yang mengenai bagian perifer lensa pada suatu antara yang vertikal dan horizontal. Setelah menco-
sisi tidak dibelokkan sama kuatnya dengan cahaya yang ba mengoreksi dengan berbagai lensa sferis, diperoleh
mengenai bagian perifer pada bidang yang lain. Hal ter- kekuatan lensa yang sesuai sehingga salah satu garis
sebut dilukiskan dalam Gambar 49-14, yang memperli- menjadi jelas terlihat oleh mata yang astigmatis, tetapi
hatkan berkas cahaya dipancarkan dari titik sumber.dan tidak mengoreksi ketidakjelasan pada garis yang tegak
berjalan melalui lensa astigmatis yang lonjong. Cahaya lurus terhadap garis yang terlihat tegas ini. Dari prinsip-
dalam bidang vertikal, yang ditandai oleh bidang BD, prinsip fisika optik yang telah dibahas sebelumnya pada
dibiaskan secara kuat oleh lensa astigmatis karena ke-
lengkungan pada bidang vertikal Iebih cembung daripa-

Garis

kuat)
Garis fokus
untuk bidang AC

GAMBAR 49-14. Astigmatisma, memperlihatkan bahwa berkas


cahaya difokuskan pada suatu titik dalam salah satu bidang (bi- GAMBAR 49-15. Gambar berupa garis-garis hitam paralel pada
dang AC), dan pada titik lain dalam bidang yang tegak lurus ter- berbagai orientasi sudut untuk menentukan sumbu astigmatis-
hadap bidang peftama. ma.
BAB 49 Mata: l. Sifat Optik Mata 649

bab ini, terlihat bahwasumbubidangsilindris mata yang


tidak terfokus sejajar dengan garis yang terlihat kabur.
Setelah sumbu ini ditemukan, pemeriksa mencari lensa
silindris positif atau negatif yang kekuatannya sesuai,
dan kemudian sumbu lensa ini diletakkan sejajar dengan
garis yang tidak terfokus, sampai pasien dapat melihat
semua garis sama jelasnya. Setelah ini tercapai, peme- *-- **s*o
1mm
riksa meminta ahli optik untuk membuat lensa khusus
yang menggabungkan koreksi sferis dan koreksi silin-
dris pada sumbu yang tepat.
10 meter
Koreksi Keloinon Oplik dengon Penggunoon
[enso Konlok
Lensa kontak dari kaca atau plastik dapat diletakkan
GAMBAR 49-16. Tajam penglihatan maksimum untuk dua titik
di permukaan depan kornea. Lensa-lensa ini diperta- sumber cahaya.
hankan di tempatnya oleh lapisan tipis air mata yang
mengisi ruang antara lensa kontak dan permukaan de-
pan mata.
Sifat khusus lensa kontak dapat menghilangkan Tajam Penglihatan
hampir semua pembiasan yang terjadi di permukaan
anterior kornea. Sebabnya ialah air mata mempunyai Secara teoretis, cahaya yang datang dari sumber titik
indeks bias hampir sama dengan kornea sehingga per- jauh, ketika difokuskan di retina akan menjadi bayangan
mukaan anterior kornea tidak lagi berperan penting se- yang sangat kecil. Namun, karena sistem lensa mata tidak
bagai bagian dari sistem optik mata. Dengan demikian,
pernah sempurna, bintik di retina biasanya mempunyai
permukaan luar lensa kontaklah yang berperan pen-
diameter total kira-kira 11 mikrometer walaupun dengan
ting. Jadi, pembiasan oleh permukaan lensa kontak ini
menggantikan pembiasan yang biasanya dilakukan oleh resolusi maksimal dari sistem optik mata yang normal.
kornea. Hal ini penting terutama pada kelainan refraksi Bintik itu paling terang di bagian tengah dan mengabur
matayang disebabkan oleh abnormalitas bentuk kornea, ke arah tepi, seperti yang diperlihatkan dengan bayangan
misalnya bentuk kornea yang aneh dan menonjol-yang dua bintik daiam Gambar 49-16.
disebut keratokonus. Tanpa lensa kontak, kornea yang Diameter rala-raIa sel kerucut yang terdapat di fovea
menonjol menimbulkan abnormalitas penglihatan yang retina-yang merupakan bagian tengah retina tempat
berat sehingga hampir tidak ada kacamata yang dapat
terbentuknya penglihatan yang paling tajam-besarnya
mengoreksi penglihatan dengan memuaskan; walaupun
kira-kira 1,5 mikrometer, yakni sepertujuh diameter titik
demikian, dengan menggunakan lensa kontak, pem-
cahaya. Namun, karena titik cahaya itu mempunyai ba-
biasan kornea dinetralkan, dan sebagai gantinya pem-
biasan dilaksanakan oleh pemukaan luar lensa. gian tengah yang terang dan bagian tepi yang gelap, kita
Lensa kontak mempunyai beberapa keuntungan lain, dapat secara normal membedakan dua titik yang terpisah
termasuk (l) lensa kontak ikut serta dengan pergerakan bila bagian tengah dari kedua titik itu mempunyai jarak
mata dan memberikan penglihatan jelas dengan lapang pada retina sebesar kira-kira 2 mikrometer, sedikit lebih
pandangan yang lebih luas dibanding kacamata, dan (2) besar daripada lebar sel kerucut yang ada dibagian fovea.
lensa kontak berpengaruh kecil terhadap ukuran objek Pembedaan kedua titik ini juga diperlihatkan dalam Gam-
yang dilihat seseorang melalui lensa, sedangkan lensa
bar 49-16.
.yang diletakkan kurang lebih 1 sentimeter di depan mata
Pada mata manusia dengan tajam penglihatan nor-
memengaruhi besar bayangan selain mengoreksi pem-
mal, sudut yang digunakan untuk membedakan dua titik
biasan.
sumber cahaya adalah 25 detik busur derajat. Jadi, bila
Kqlorok berkas cahayayang berasal dari dua titik terpisah itu me-
"Katarak" adalah kelainan mata yang terutama terjadi ngenai mata dengan sudut antara kedua titik paling sedikit
pada orang tua. Katarak adalah suatu daerah berkabut 25 detik, biasanya kedua titik itu dapat dikenali sebagai
atau keruh di dalam lensa. Pada stadium dini pembentuk- dua titik bukan sebagai satu titik. Ini berarli bahwa orang
an katarak, protein dalam serabut-serabut lensa di ba- yang mempunyai tajam penglihatan normal sewaktu me-
wah kapsul mengalami denaturasi. Lebih lanjut, protein lihat dua titik terang yang diletakkan 10 meter darinya, ia
tadi berkoagulasi membentuk daerah keruh mengganti- hampir tidak dapat membedakan kedua titik itu sebagai
kan serabut-serabut.protein lensa yang dalam keadaan
dua titik yang terpisah bila kedua titik itu terpisah 1,5
normal seharusnya transparan
sampai 2 milimeter.
Bila suatu katarak telah menghalangi cahaya de-
ngan hebat sehingga sangat.mengganggu penglihatan, Fovea mempunyai diameter kurang dari 0,5 mili-me-
keadaan itu dapat diperbaiki dengan cara mengangkat ter (kurang dari 500 mikrometer), yang berafti bahwa ta-
lensa melalui operasi. Bila ini dilakukan, mata kehilang- jam pengiihatan yang maksimal terjadi pada kurang dari
an sebagian besar daya biasnya, dan harus digantikan 2 derajat -lapang pandangan. Di luar area fovea, tajam
dengan lensa konveks yang kuat di depan mata; namun, penglihatan akan berkurang secara progresifsampai sepu-
biasanya ditanam sebuah lensa plastik buatan di datam luh kali lipat, dan semakin ke arah perifer akan semakin
mata pada tempat lenSa dikeluarkan. memburuk. Hal ini disebabkan oleh adanya hubungan an=
650 UNIT X Sr.stem Saraf: B. Indera Khusus

tara sebagian besar sel batang dan kerucut dengan setiap


serabut sarafoptik di bagian retina yang lebih perifer dan
non-fovea, seperti yang dibicarakan dalam Bab 51. Objek yang sudah diketahui
jarak dan ukurannya

Metode Klinis untuk Menyotokon Besornyo To- 1. Ukuran bayangan


jom Pengliholon. Diagram untuk memeriksa mata
yang biasanya terdiri dari huruf-huruf dengan berbagai
ukuran diletakkan 20 kaki jauhnya dari orang yang diuji.
Bila dapat melihat dengan baik huruf-huruf dengan uku-
ran yang memang seharusnya dapat dilihat pada jarak
20 kaki, orang tersebut dikatakan memiliki penglihatan
20120-yang merupakan penglihatan normal. Bila hanya 2. Stereopsis

dapat melihat huruf-huruf yang seharusnya mampu dili- GAMBAR 49-17. Persepsi jarak (1) melalui ukuran bayangan
hat pada jarak 200 kaki, dikatakan orang itu mempunyai pada retina, dan (2) sebagai akibat dari stereopsis.
penglihatan sebesar 201200. Dengan kata lain, metode kli-
nis yang dipakai untuk menyatakan besarnya tajam peng-
lihatan adalah menggunakan angka pecahan matematis
yang menyatakan rasio antara kedua jarak, yang juga Penentuon Jorak Melolui Stereopsis-Pengli-
merupakan rasio tajam penglihatan seseorang dibanding- hotqn Binokulor. Cara lain yang dapat dipakai untuk
kan dengan tajam penglihatan pada orang normal. merasakan paralaks adalah dengan "penglihatan binoku-
lar". Karena mata yang satu berjarak kurang lebih 2 inci
dari mata yang lain, maka bayangan di kedua retina ber-
Penentuan Jarak Suatu Objek beda satu sama lain. Sebagai contoh, sebuah objek yang
dari Mata-"Persepsi Kedalaman" letaknya 1 inci di depan hidung akan membentuk suatu
bayangan di sisi kiri dari retina mata kiri tetapi di sisi ka-
Secara normal, seseorang dapat merasakan jarak melalui nan dari retina mata kanan, sedangkan suatu objek kecil
tiga cara: (1) ukuran bayangan dari objek yang telah'dike- yang berjarak 20 kaki di depan hidung akan membentuk
nali pada retina, (2) fenomena pergerakan paralaks, dan bayangan pada titik korespondensi di bagian tengah ke-
(3) fenomena stereopsis. Kemampuan menentukan jarak dua retina. Paralaks macam ini diperlihatkan dalam Gam-
ini disebut pers epsi kedal aman. bar 49-77, yang memperlihatkan adanya bayangan suatu
bulatan merah dan bujur sangkar kuning yang sebenarnya
Penenluon Jorok Melqlui Ukuron Boyongon terbalik di kedua retina karena jarak kedua bentuk terse-
Relino dori Objek yqng Teloh Dikenoli. Bila sese- but berbeda di depan mata. Keadaan ini akan menghasil-
orang sudah mengetahui bahwa seseorang yang dilihat- kan suatu macam paralaks yang akan muncul pada setiap
nya mempunyai tinggi 6 kaki, ia dapat menentukan jarak- kali kedua mata digunakan. Paralaks binokular (atau ste-
nya melalui besar bayangan orang tersebut pada retina. Ia reopsis) inilah yang merupakan sebab utama kedua mata
tidak secara sadar memikirkan ukuran orang ifu, namun seseorang itu lebih mampu menentukan jarak relatif objek
otaknya telah belajar menghitung secara otomatis jarak yang dekat daripada orang yang hanya mempunyai satu
objek melalui ukuran bayangan bila dimensi telah diketa- mata. Namun, stereopsis ini sebenamya tak berguna pada
hlri. persepsi kedalaman yang berjarak lebih dari 50 hingga
200 kaki
Penentuon Jorok Melolui Pergerokon Poroloks.
Cara penting lain yang dipakai mata untuk menentukan
jarak adalah pergerakan paralaks. Bila melihat dari kejauh- Oftalmoskop
an dengan kedua matanya dalam keadaan benar-benar
Oftatmoskop merupakan alat yang dipakai pemeriksa
diam, seseorang tidak merasakan pergerakan paralaks,
untuk melihat mata pasien dan melihat retina dengan
namun bila orang itu menggerakkan kepalanya ke salah jelas. Walaupun oftalmoskop ini merupakan alat yang
satu sisi, bayangan objek yang dekat dengannya akan relatif rumit, prinsipnya sederhana. Komponen dasamya
cepat bergerak menyilang retina sedangkan bayangan ob- diperlihatkan dalam Gambar 49- 1 8 dan dapat dij elaskan
jek yangjauh cenderung menetap. Contoh, dengan meng- sebagai berikut.
gerakkan kepalanya I inci ke samping ketika jarak suatu Bila suatu titik terang cahaya jatuh pada retina mata
objek hanya 1 inci di depan rnatany a,bayangan itu seakan emetrop, cahaya akan menyebar melalui sistem lensa
bergerak melewati retina, sedangkan bayangan objek mata. Sesudah melewati sistem lensa, cahaya ini akan
berjalan sejajar satu sama lainnya sebab retina terletak
yang letaknya 200 kaki dari mata tampaknya seperli tak
tepat pada jarak panjang fokal di belakang sistem len-
bergerak. Jadi, dengan menggunakan mekanisme perge-
sa. Selanjutnya, sewaktu melewati mata emetrop orang
rakan paralaks ini, kita dapat mengetahuijarak relatif dart lain, cahaya paralel ini akan difokuskan lagi pada suatu
berbagai objek, meskipun hanya dengan menggunakan titik retina orang kedua sebab retina orang kedua juga
satu mata. mempunyai jarak satu panjang fokal di belakang len-
BAB 49 Mata: l. Sifat Optik Mata 651

Ruang Fontana

Schlemm

Badan siliaris

Ldnsa koreksi pada

GAMBAR 4g-18. Srstem optik oftalmoskop. Filtrasi dan


difusi pada
pembuluh
darah retina
sa. Setiap titik cahaya pada retina mata yang diperik-
sa, menjadi suatu titik fokus di retina mata pemeriksa. Saraf optikus
Demikian juga, bila titik terang cahaya dipindahkan ke
berbagai titik retina yang diperiksa, titik fokus pada re- GAMBAR 49-19. Pembentukan dan pengaliran cairan dalam.
tina pemeriksa juga akan bergerak dengan jumlah yang mata.
sesuai. Jadi, bila retina seseorang dibuat memancarkan
cahaya, bayangan retinanya akan difokuskan pada retina
pemeriksa, dengan syarat kedua mata emetrop dan sa-
ling melihat satu sama lain. retina. Humor aquosus adalah cairan yang mengalir be-
Untuk membuat sebuah oftalmoskop, hanya perlu bas, sedangkan humor vitreus, kadang-kadang disebut
merencanakan suatu cara untuk menyinari retina yang sebagai badan vitreus, adalah sebuah massa dari gelatin,
akan diperiksa. Selanjutnya, cahaya yang dipantulkan dilekatkan oleh sebuah jaringan fibriler halus yang ter-
dari retina dapat dilihat oleh pemeriksa dengan mende- utama tersusun dari molekul proteoglikan yang sangat
katkan kedua mata satu sama lain. Untuk menerangi panjang. Air dan substansi yang terlarut dapat berdifusi
matayang diperiksa, digunakan kaca bersudut atau pris- secara perlahan-lahan dalam humor vitreus, tetapi hanya
ma yang diletakkan di depan mata yang diperiksa dengan ada sedikit aliran cafuan.
cara yang sedemikian rupa seperti yang tampak dalam Humor aquosus secara terus-menerus dibentuk dan
Gambar 49-18, sehingga cahayayang berasal dari bola direabsorbsi. Keseimbangan antara pembentukan dan
lampu dipantulkan ke mata yang diperiksa. Jadi, retina reabsorpsi mengatur volume total dan tekanan cairan
disinari melalui pupil, dan pemeriksa melihat ke dalam intraokular.
pupil subjek dengan cara melihat batas kaca atau prisma,
atau melalui suatu prisma yang dibuat sedemikian rupa.
Jelaslah bahwa pringip ini hanya dapat diterapkan Pembentukan Humor Aquosus
pada orang yang kedua matanya benar-benar emetrop. oleh Badan Siliar
Bila daya bias kedua mata yang diperiksa atau pemerik-
sa.itu abnormal, perlu dikoreksi agar pemeriksa dapat Humor aquosus dibentuk dalam mata dengan rata-rata
melihat bayangan retina yang diperiksa dengan jelas. 2 sampai 3 mikroliter tiap menit. Pada dasarnya, seluruh
Oftalmoskop biasa mempunyai rangkaian lensa sangat cairan ini dibentuk oleh prosesus siliaris, yang merupa-
kecil yang disusun pada suatu putaran sehingga dapat kan sebuah lipatan linier yang menonjol dari badan siliar
diputar dari satu lensa ke lensa lain, dan koreksi daya ke ruang di belakang iris tempat ligamen-ligamen len-
bias abnormal dapat dilakukan dengan cara memilih sa dan otot-otot siliaris melekat pada bola mata. Irisan
lensa dengan kekuatan lensa yang sesuai. Pada orang melintang dari prosesus siliaris ini diperlihatkan pada
dewasa muda normal, terjadi refleks akomodasi yang Gambar 49-20, dan hubungan prosesus ini dengan ruang
alamiah sehingga menyebabkan peningkatan kekuatan cairan mata dapat dilihat pada Gambar 49-19. Karena
lensa kurang lebih sebesar +2 dioptri pada tiap mata. struktur lipatan prosesus tersebut, daerah permukaan
Untuk mengoreksi keadaan ini, lensa harus diputar sam- prosesus siliaris mempunyai luas kurang lebih 6 cm2
pai koreksi kira-kira -4 dioptri. pada setiap mata-sebuah daerah yang besar bila diban-
dingkan dengan ukuran badan siliar yang kecil. Permu,
kaan dari prosesus ini ditutupi oleh sel epitel yang ber-
Sistem Gairan Mata- sifat sangat sekretoris, dan tepat di bawahnya, terdapat
daerah yang memiliki banyak pembuluh darah.
Gairan lntraokular Humor aquosus hampir seluruhnya terbentuk se-
Mata diisi dengan cairan intrao'kular, yang memper- bagai sekresi aktif dari lapisan epitel prosesus siliaris.
tahankan tekanan yang cukup pada bola mata untuk Sekresi dimulai dengan hanspor aktif ion natrium ke da-
menjaga. distensinya. Gambar 49-19 menggambarkan lam ruangan di antara sel-sel epitel. Ion natrium kemu-
bahwa cairan ini dapat dibagi atas duabagian-humor dian menarik ion klorida dan bikarbonat, dan bersama-
aquosus, yang berada di depan lensa, dan humorvitreus, sama mempertahankan sifat netralitas listrik. Kemudian
yang berada di antara permukaan posterior lensa dan semua ion ini bersama-sama menyebabkan osmosis air
-
652 UNIT X Sistem Saraf: B. lndera Khusus

anatomis pada sudut kornea-iris, memperlihatkan bah-


Prosesus siliaris / Pembentukan wa ruang antara trabekula-trabekula meluas dari kamcra
4hu o,
okuli anterior ke kanalis Schlemm. Kanalis Schlemm
€ aquosus
&& sebaliknya adalah sebuah vena yang berdinding tipis
(t ,-
yang meluas secara sirkumferensial ke seluruh arah
&e pada mata. Membran endotelnya berpori-pori sehingga
ua bahkan molekul protein yang besar, dan juga partikel
v@
kecil sampai seukuran sel darah merah, dapat lewat dari
*
4&
ruang anterior ke dalam kanalis Schlemm. Walaupun
kanalis Schlemm sebetulnya adalah sebuah. pembuluh
darah vena, normalnya humor aquosus yang mengalir ke
dalamnya sangat banyak sehingga kanalis ini terisi lebih
banyak oleh humor aquosus dibanding dengan darah.
Vena kecil yang berasal dari kanalis Schlemm ke vena
yang lebih besar pada mata biasanya hanya berisi humor
aquosus, dan disebut vena aquosus.

Otot siliaris Lapisan vaskular


Tekanan lntraokular
GAMBAR 49-20, Anatomi dari prosesus siliaris. Humor aquosus
di be nt u k pada pe rm u kaan nya. Tekanan intraokular normal rata-tata sekitar l5 mm Hg,
dengan kisaran antara 12 sampai 20 mm Hg.

Tonomelri. Karena tidak praktis untuk memasukkan


jarum ke dalam mata pasien guna pengukuran tekanan
dari kapiler darah yang terletak di bawahnya ke dalam
intraokular, tekanan ini diukur secara klinis dengan
ruang interselular epitel yang sama, dan larutan yang di-
menggunakan sebuah "tonometer," dasar-dasarnya di-
hasilkan membersihkan ruangan prosesus siliaris sampai
lukiskan pada Gambar 49-22. Kornea mata dianestesi
ke kamera okuli anterior mata. Selain itu, beberapa nu-
dengan anestesi lokal, danfootplate dari tonometer di-
trien juga dibawa melalui epitet-epitel dengan transpor
letakkan pada kornea. Kemudian diberikan sedikitr tekan-
aktif atau difusi terfasilitasi; nutrien ini termasuk asam
an ke sebuah alat penyedot yang berada di tengah, yang
amino, asam askorbat, dan glukosa.
menyebabkan bagian kornea yang di bawah plunger di-
pindah ke dalam. Banyaknya perpindahan tersebut akan
Aliran Keluar Humor Aquosus direkam pada skala tonometer, kemudian dikalibrasikan
dengan ketentuan-ketentuan tekanan intraokular.
dari Mata
Pengoluron Tekonon lnlrookulor. Tekanan intra-
Setelah dibentuk oleh prosesus siliaris, humor aquosus
okular tetap konstan pada mata yang normal, biasanya
mengalir, seperti diperlihatkan pada Gambar 49-19,
sampai + 2 mm Hg dari nilai normalnya, yang rata-ra-
melalui pupil ke dalam kamera okuli anterior. Dari sini,
tanya sekitar 15 mm Hg. Besarnya tekanan ini ditentu-
cairan mengalir ke bagian depan lensa dan ke dalam
k4n terutama oleh tahanan terhadap aliran keluar humor
sudut antara kornea dan irrs, kemudian melalui reti-
aquosus dari kamera okuli anterior ke dalam kanalis
kulum trabekula, dan akhirnya masuk ke dalam kana-
Schlemm. Tahanan aliran keluar ini dihasilkan dari re-
lis Schlemm, yang kemudian dialirkan ke dalam vena
ekstraokular. Gambar 49-21 menggambarkan struktur

Diberikan tekanan

Trabekula

Vena aquosus
Footplate
Vena darah

Sklera

GAMBAR 49-21. Anatomi sudut iridokornea, memperlihatkan


sistem untuk pengaliran keluar humor aquosus ke dalam vena
konjungtiva. GAMBAR 49-22. Prinsip-prinsip tonometer
BAB 49 Mata: L Sifat Optik Mata 653

tikulum trabekula yang dilewati, tempat penyaringan terhadap aliran keluar cairan yang melalui ruang trabe-
cairan yang mengalir dari sudut lateral ruang anterior kula ke dalam kanalis Schlemm pada taut iridokorneal.
ke dinding kanalis Schlemm. Trabekula ini mempunyai Sebagai contoh, pada peradangan mata akut, sel darah
celah terbuka yang sangat kecil, yaitu antan2 sampai 3 putih dan jaringan mati dapat menghambat ruang trabe-
mikrometer. Kecepatan aliran cairan ke dalam kanalis kula ini dan menyebabkan peningkatan tekanan intra-
meningkat secara nyata karena tekanan yang meningkat. okular secara akut. Pada keadaan yang kronik, terutama
Dengan tekanan kurang lebih l5 mm Hg pada mata nor- pada pasien lanjut usia, oklusi fibrosa ruang trabekula
mal, biasanya jumlah cairan yang meninggalkan mata tampaknya cenderung menjadi penyebab.
melalui kanalis Schlemmrata-rata 2,5 plimenit dan be- Glaukoma kadang-kadang dapat diobati depgan
gitu juga dengan jumlah aliran masuk cairan dari badan memberi tetesan mata yang mengandung obat yang ber-
siliaris. Normalnya tekanan menetap pada tingkat seki- difusi ke dalam bola mata dan menurunkan sekresi atau
tar 15 mm Hg. meningkatkan absorpsi humor aquosus. Bila terapi obat
gagal, teknik operasi untuk membuka ruang trabekula
Mekqnisme unluk Pencucion Ruong Trobekulo atau membuat saluran untuk mengalirkan cairan seca-
don Coiron lnlrookulor. Bila ditemukan sejumlah ra langung dari ruang cairan bola mata menuju ruang
besar debris dalam humor aquosus, seperti setelah ter- subkonjungtiva di luar bola mata, seringkali dapat me-
jadiperdarahan dalam mata atau selama infeksi intra-
nurunkan tekanan secara efektiL
okular, debris tersebut kemungkinan diakumulasi dalam
ruang trabekula yang berasal dari kamera okuli anterior
menuju kanalis Schlemm; debris ini dapat mencegah Kepustakaan
reabsorpsi cairan yang adekuat dari kamera okuli an-
terior dan kadang-kadang menyebabkan "glaukoma", Buisseret P: Infiuence of extrdocular muscle proprioception on
seperti yang akan diterangkan kemudian. Begitu juga, vision. Physiol Rev 75:323, 1995.
pada permukaan dari retikulum trabekula, ada banyak Coigdon NG, Friedman DS, Lietman T: Importance causes
sel fagosit. Juga, tepat di luar kanalis Schlemm ada of visual impairment in the world today. JAMA 290;2057,
sebuah lapisan gel interstisial yang berisi sejumlah be- 2003.
sar sel retikuloendotelial yang memiliki kapasitas luar Corbett JJ: The bedside and ffice neuro-ophthalmology exami-
biasa untuk menelan debris dan mencemanya menjadi nation. Semin Neurol 23:63, 2003.
substansi-substansi molekul kecil yang kemudian da- Doane JF: Accomodating intraocular lenses. Curr Opin Oph-
pat diabsorbsi. Jadi, sistem fagositik ini menjaga agar thalmol I5:16,2004.
ruang trabekula tetap bersih.Permukaan iris dan perrnu- Farr AK, Guyton DL: Strabismus after retinal detachment sur-
kaan lain dari mata di belakang iris dilapisi oleh epitel gery. Curr Opin Ophthalmol I l:207, 2000.
yang mampu memfagosit protein dan partikel kecil dari Gilmartin B: Myopia: precedents for research in the twenty-frst
humor aquosus, sehingga membantu mempertahankan century. Clin Exp opthamol j2:305, 2004.
cairan agar bersih. Guyton DL: Sights and Sounds in Ophthalmology: Ocular Mo-
tility and Binocular Vision. St. Louis: CV Mosby, 1989.
"Gloukomo", Penyebob Ulomo Kebuloon. Glau- Khaw PT Shah P, Elkington AR; Glaucoma-l: diagnosis. BMJ
koma adalah salah satu penyebab kebutaan yang paling 328:97, 2004.
sering. Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai Krag S, Andreassen TT: Mechanical properties of the human
dengan meningkatnya tekanan intraokular secara pato- lens capsule. Prog Retin Eye Res 22;749, 2003.
logis, kadang-kaddng meningkat secara cepat sampai 60 Mathias RT Rae JL, Baldo GJ; Physiological properties of the
hingga 70 mm Hg. Tekanan yang meningkat di atas 25 normal lens. Physiol Rev 77:21, 1997.
sampai 30 mm Hg dapat menyebabkan hilangnya pengli- McBrien NA, Gentle A: Role of the sclera in the development
hatan bila dipertahankan untuk jangka waktu lama. Te- ' and pa.thological complications of myopia. Prog Retin Eyes
kanan yang sangat tinggi dapat menyebabkan kebutaan Res 22:307, 2003.
dalam beberapa hari atau bahkan beberapajam. Seiring O'Shea J, Ilalsh V: Visual awareness: the eye fetds have it?
dengan meningkatnya tekanan, pada tempat akson saraf Curr Biol I1:R279, 2004.
optik meninggalkan bola mata pada lempeng optik akan Schaelfel F, Simon P, Feldkaemper M et al: Molecular biotogy
mengalami kompresi. Kompresi ini diduga menghambat of myopia. Clin Exp Optom 86.295, 2003.
aliran aksonal sitoplasma dari badan sel neuron retina Schwartz K, Budenz D; Current management of glaucoma. Curr
ke serabut saraf optik yang selanjutnya memasuki otak. Opin Ophthalmol I 5: 119, 2001.
,,A,kibatnya adalah tidak adanya nutrisi yang memadai Smith G: The optical properties of the crystalline lens and their
bagi serabut-serabut, yang pada akhirnya mengakibat- signifcance. Clin Exp Optom 86:j, 2003.
kan kematian serabut yang terkena. Mungkin pula bah- Smith G, Atchison DA: The Eye and Visual Optical Instruments.
wa kompresi arteri retina, yang juga memasuki bola Cambridge: Cambridge University Press, 1997,
mata pada lempeng optik, menambah kerusakan neuron Weinreb RN, Khaw PT: Primary open-angle glaucoma. Lancet
dengan menurunkan nutrisi ke retina. 363:1711,2004.
Pada sebagian besar kasus glaukom4 tekanan ting-
gi yang abnormal disebabkan olehpeningkatan tahanan
:::t:: :t:: l

a:: :: a t :j: :a::a,a a:1 aa:r a:a,


a

: :a :::t :::.,:.,i.:a:J :'::, :,i,


BAB 50 Mata: Il. Reseptor dan Fungsi Neural Retina 655

GAMBAR 50-1. Lapisan re-


tina.

GAMBAR 5O-2. Fotomikrograf makula dan fovea di tengahnya. Perhatikan bahwa lapisan dalam retina tertarik ke samping guna mengu-
rangi gangguan penjalaran cahaya. (Dari Fawcett DW: Bloom and Fawcett: A Textbook of Histology, 11th ed. Philadelphia: WB Saunders,
1986; seizin H. Mizoguchi.)

Sel Botong don Kerucul. Gambar 50-3 merupakan srnaps. Fotokimiawi yang peka cahaya ditemukan pada
penggambaran komponen utama fotoreseptor (baik set segmen luar. Dalam sel batang terdapat rodopsin, dan
batang atau kerucut) secara diagramatik. Seperti diperli- dalam sel kerucut terdapat satu dari ketiga fotokimia
hatkan pada Gambar 50-4, segmen luar kerucut berben- "warna", biasanya disebut pigmen warna sederhana,
tuk meruncing. Pada umumnya, sel batang lebih pipih yang fungsinya hampir sama persis dengan rodopsin ke-
dan lebih panjang daripada kerucut, namun tidak selalu cuali adanya perbedaan dalan kepekaan terhadap spek-
demikian. Pada bagian perifer retina, sel batang berdia- trum cahaya.
meter 2 sampai 5 mikrometer, diameter sel Perhatikan sel-sel batang dan kerucut pada segmen
-sedangkan
kerucut sebesar 5 sampai 8 mikrometer; pada bagian luar di dalam Gambar 50-3 dan 50-4, terdapat piringan
tengah retina, yakni di dalam fovea, terdapat sel batang, dalam jumlah besar. liap piringan tersebut sebenarnya
dan sel kerucutnya lebih ramping dan memiliki diatemer suatu susunan lipatan dari membran sel. Terdapat I000
hanya 1,5 mikrometer. piringan dalam setiap sel batang atau kerucut..
Di bagian kanan Gambar 50-3 tertera empat segmen Rodopsin dan pigmen \ /arna merupakan protein
fungsional utama sel batang atau kerucut: (1) segmen terkonjugasi. Keduanya bergabung dalam membran pi-
luar, (2) segmen dalam, (3) nukleus, dan (4) badan ringan dalam bentuk protein transmembran. Di dalam
656 UNIT X Sistem Saraf: B. lndera Khusus

bagian lengkung bola mata; ini sangat berguna un-


tuk penglihatan yang jelas. Di dalam mata, pigmen ini
mempunyai fungsi yang sama dengan warna hitam yang
ada di bagian dalam sebuah kamera. Tanpa pigmen ini,
Susunan membran .., cahaya akan dipantulkan ke semuajurusan dalam bola
yang dilapisi dengan "",-". mata dan menyebabkan kekacauan penyinaran di retina
rodopsin atau pigmen
warna sehingga tidak menimbulkan kontras titik gelap dan te-
] rang yang dibutuhkan untuk membentuk bayangan yang
tepat.
Mitokondria Pentingnya melanin dalam lapisan pigmei diper-
0.,"- lihatkan dengan jelas pada keadaan tiadanya pigmen
ini pada albino, yakni orang-orang yang secara here-
diter kekurangan pigmen melanin di seluruh bagian tu-
)=.n*." buhnya. Sewaktu seorang albino memasuki suatu ruang
yang terang, cahaya yang mengenai retina dipantulkan
ke segala arah di dalam bola mata oleh permukaan retina
yang tidak berpigmen dan oleh lapisan sklera, sehingga
Nukleus sebuah titik cahaya yang normalnya hanya merangsang
beberapa sel batang atau kerucut, akan dipantulkan ke
segaia arah dan merangsang banyak reseptor. Oleh ka-
rena itu, tajam penglihatan seorang albino, walaupun
Badan sinaps dengan koreksi optik yang terbaik,.jarang lebih baik dari
20i 100 sampai 201200 dibandingkan dengan nilai nor-
GAMBAR 50-3. Gambar skematik bagian fungsional sel batang
mal20120.
dan kerucut
Lapisan pigmen juga menyimpan sejumlah besar
ritamin l. Vitamin A ini mengalami pertukaran keluar
masuk melewati membran sel pada segmen luar sel
batang dan kerucut; sel batang dan kerucut ini sendiri
tertanam di dalam lapisan pigmen. Kita akan melihat
kemudian bahwa vitamin A merupakan prekursor pen-
ting bagi bahan kimia sel-sel batang dan kerucut yang
fotosensitif.

Suploi Doroh Relino-Arteri Retino Senlrolis don


Koroid. Suplai darah bernuhisi untuk lapisan dalam re-
tina berasal dari arteria retina sentralis, yang memasu-
ki bola mata melalui pusat saraf optik dan selanjutnya
mempercabangkan diri untuk menyuplai seluruh per-
mukaan dalam retina. Jadi, lapisan dalam retina.mem-
punyai suplai darah sendiri yang terlepas dari struktur
lain pada mata.
Namun, lapisan terluar retina melekat pada koroid,
yang juga merupakan jaringan kaya pembuluh darah di
antara retina dan sklera. Juga, lapisan luar retina, teruta-
ma segmen luar sel batang dan kerucut, sangat bergan-
tung terutama pada difusi pembuluh darah koroid untuk
GAMBAR 50-4. Struktur membran segmen luar sebuah sel ba- nutrisinya, terutama untuk oksigen
tang (kiri) dan sel kerucut (kanan). (Atas kebaikan Dr. Richard
Young ) Ablosio Refino. Kadangkala saraf retina terlepas dari
e pit e I ium pi gm e n. P ada beberapa kasus, penyebab abla-
sio retina adalah rudapaksa pada bola m atayang menye-
piringan, konsentrasi pigrnen fotosensitif ini begitu be- babkan cairan atau darah berkumpul di antara saraf re-
sar sehingga pigmen itu sendiri kira-kira 40 persen dari tina dan epitelium pigmen. Ablasio kadang-kadang juga
seluruh massa segmen luar. disebabkan oleh kontraktur dari serabut-serabut halus
Segmen dalambatang dan kerucut mengandung sito- kolagen dalam humor vitreus, yang menarik retina ke
plasma dengan organela sitoplasmik biasa. Yang terpen- arah bagian dalam bola mata.
ting adalah mitokondria; sebagaimana akan dijelaskan Sebagian disebabkan oleh difusi yang melintasi
kemudian, mitokondria sangat berperan dalam menye- celah ablasi dan sebagian oleh adanya suplai darah ter-
diakan energi untuk berlungsinya lotoreseptor. sendiri ke saraf retina melalui arteri retina, bagian re-
Badan sinaptift merupakan bagian dari sel batang tina yang terlepas dapat bertahan terhadap degenerasi
dan kerucut yang berhubungan dengan sel neuron beri- selama beberapa hari dan dapat berfungsi kembali bila
kutnya, yakni sel horizontal dan sel bipolar, yangberpe- dihubungkan kembali dengan epitelium pigmen melalui
ran dalam tahap selanjutnya pada rantai penglihatan. pembedahan. Namun, bila tidak segera dikembalikan,
akhirnya retina akan dimusnahkan dan selanjutnya tak
Lopison Pigmen Retino. Pigmen hitam melanin mampu berfungsi lagi walaupun setelah dilakukan be-
dalam lapisan pigmen mencegah pantulan cahaya dari dah perbaikan.
BAB 50 Mata: ll. Reseptor dan Fungsi Neural Retina 657

Fotokimiawi Penglihatan struktur fisiknya berbeda-merupakan molekul yang ber-


bentuk lurus bukan molekul yang berbentuk melengkung.
Baik sel batang maupun kerucut mengandung bahan ki- Oleh karena orientasi tiga dimensi dari tempat reaksi
mia yang akan terurai bila terpajan cahaya dan, dalam retinal all-trans tidak lagi sesuai dengan'tempat reaksi
prosesnya, akan merangsang serabut-serabut saraf yang protein skotopsin, maka all-trans retinal mulai terlepas
berasal dari mata. Bahan kimia peka cahaya di dalam sel dari skotopsin. Produk yang segera terbentuk adalah ba-
batang disebut rodopsin; bahan kimia peka cahaya di torodopsin, yang merupakan kombinasi terpisah sebagian
dalam sel kerucut, disebut pigmen kerucut, atau pigmen dari all-trans retinal dan skotopsin. Batorodopsin sendiri
warna, memiliki komposisi sedikit berbeda dari rodop- merupakan senyawa yang sangat tidak stabil dari dalam
sin. waktu sekian nanodetik akan rusak menjadi lumirodop-
Pada bagian ini, kita akan membicarakan terutama me- sin. Dalam waktu sekian mikrodetik senyawa ini lalu
ngenai fotokimiawi rodopsin, namun prinsip-prinsip yang akan rusak lagi dan menjadi metarodopsin I yang selan-
sama dapat pula diterapkan pada pigmen kerucut. jutnya dalam waktu kira-kira satu milidetik akan menjadi
metarodopsin II, dan akhirnya, dalam waktu yang jauh
lebih lambat (dalam beberapa detik) akan menjadi produk
Siklus Penglihatan Rodopsin-Retina, pecahan akhin skotopsin dan alhrans retinal.
dan Perangsangan Sel Batang Metarodopsin II, yang juga disebut rodopsin terak,
tivasi, merangsing perubahan elektrik dalam sel batang
Rodopsin don Penguroionnyo oleh Energi Co-
yang kemudian menghantarkan bayangan penglihatan ke
hoyo. Segmen luar sel batang yang menonjol ke lapisan
sistem sarafpusat dalam bentuk potensial aksi nervus op-
pigmen retina mengandung sekitar 40 persen pigmen peka
tikus, yang akan kita bahas kemudian.
cahaya yang disebut rodopsin, alau visual purple. Sub-
stansi ini merupakan kombinasi protein skotopsin dengan
Pembenlukon Kemboli Rodopsin. Seperti yang
pigmen karotenoid retinal (luga disebut "retinene"). Se-
tampak dalam Gambar 50-5, tahap pertama dalam pem-
lanjutnya, retinal tersebut merupakan tipe khusus yang
bentukan kembali rodopsin adalah mengubah kembali
disebut I 1-cri retinal. Bentuk cis dari retinal adalah ben-
all-trans retinal menjadi 11-cls retinal. Proses ini memer-
tuk yang penting sebab hanya bentuk ini saja yang dapat
lukan energi metabolik dan dikatalisis oleh enzim retinal
berikatan dengan skotopsin agar dapat bersintesis men-
isomerase. Ketil(a 11-cls retinal terbentuk, maka secara
jadi rodopsin.
otomatis akan bergabung kembali dengan skotopsin un-
Bila sudah mengabsorbsi energi cahaya, seperti yang
tuk membentuk kembali rodopsin, yang selanjutnya tetap
tampak di bagian atas Gambar 50-5, rodopsin segera ter-
stabil sampai terurai kembali oleh adanya absorpsi energi
urai dalam waktu sepersekian detik. Penyebabnya adalah
cahaya.
fotoaktivasi elektron pada bagian retinal dari rodopsin,
yang menyebabkan perubahan segera pada bentuk cis dari
Peron Vilomin A unluk Pembentukon Rodopsin.
retinal menjadi bentuk all-trans, yang tetap mempunyai Pada Gambar 50-5 hendaknya diperhatikan bahwa ter-
struktur kimiawi yang sama dengan bentuk cis namun dapat reaksi kimia kedua yang merubah all-trans retinal
menjadi 11-cls retinal. Hal ini didapat mula-mula dengan
mengubah all-trans retinal menjadi all,-trans retinol, yang
merupakan salah satu bentuk vitamin A. Selanjutnya, di
:a.:aa:a.:a::::::.:,:',:::;.:a:,aa:a,a:a::::;,i.:

ij==::-l,lB@.1.f$ bawah pengaruh enzim isomerase, all:tran^r retinol ini


lndCtl :
diubah menjadi 11-cis retinol. Dan, akhirnya, l1-crs reti-
:\t:t.tt
&'
I tlti ,rX I
nol diubah menjadi l1-cls retinal yang bergabung dengan
, r,rri:l-uft llddbp$jl I
(pdet) skotopsin untuk membentuk rodopsin baru.
*t:
:.: :j: : : :::::::::: r,: :
Y:
r: :: :.: ::::r=
:
::::
Vitamin A dapat dijumpai baik di dalam sitoplasma
=::M.e.i.ar.o.dap.Eiq
sel batang maupun di dalam lapisan pigmen retina. Oleh
: .:.:::::r{md5-.t}:::=
karena itu, secara normal vitamin A selalu tersedia bila
diperlukan untuk pembentukan retinal yang baru. Seba-
liknya, bila di dalam retina terdapat kelebihan retinal,
kelebihan ini akan diubah kembali menjadi vitamin A,
sehingga akan mengurangi jumlah pigmen peka cahaya
di dalam retina. Kita akan melihat nanti bahwa perubah-
an-perubahan antara retinal dan vitamin A ini, berguna
terutama dalam adaptasi retina jangka panjang terhadap
berbagai intensitas cahay a.
lVitamin A)
Robun Senjo. Rabtn senja dapat terjadi pada setiap
GAMBAR 50-5. Slk/us penglihatan rodopsin-retina pada sel orang yang mengalami defisiensi berat vitamin A. Pe-
batang, memperlihatkan dekomposisi rodopsin selama terpajan nyebab sederhana terjadinya rabun senja adalah sangat
cahaya dan reformasi rodopsin lambat selanjutnya melalui proses
menurunnyajumlah retinal dan rodopsin yang dapat di-
kimia.
658 UNIT X Srsfem Saraf: B. lndera Khusus

bentuk tanpa vitamin A. Keadaan ini disebut rabun sen- perpolarisasi di seluruh membran sel batang dengan cara
ja sebab jumlah cahaya pada waktu malam terlalu sedi- sebagai berikut.
kit untuk dapbt menimbulkan penglihatan yang adekuat Dalam Gambar 50-6 dijelaskan pergerakan ion
bagi orang-orang yang mengalami defisiensi vitamin A.
natrium dalam sirkuit yang lengkap melewati segmen
Untuk.tedadinya rabun senja, seseorang biasanya
harus mengalami diet defisiensi vitamin A selama be-
dalam dan segmen luar sel batang. Segmen dalam se-
berapa bulan, terutama karena sejumlah besar vitamin A cara terus menerus memompa natrium dari sisi dalam sel
dalam keadaan normal disimpan di hati dan dapat digu- batang menuju sisi luar, sehingga akan membentuk suatu
nakan untuk mata. Bila telah te4adi rabun senja, terka- potensial negatif di sisi dalam seluruh sel. Namun, seg-
dang dapat disembuhkan dalam waktu kurang dari I jam men luar batang, tempat piringan fotoreseptor berada, se-
melalui pemberian vitamin A intravena. luruhnya berbeda: pada keadaan gelap, membran batang
ini mengalami kebocoran ion natrium yang hebat. Oleh
Perangsangan Sel Batang Sewaktu karena itu, ion natrium secara terus menerus bocor kem-
Rodopsin Diaktivasi oleh Gahaya bali ke dalam sel batang dan dengan demikian menetral-
kan sebagian besar negativitas di dalam seluruh sel. Jadi,
Polensiol Reseplor Sel Botong Berhiperpolori- pada keadaan gelap normal, bila sel batang tidak dirang-
sosi, Tidok Berdepolorisosi. Bila sel batang terpajan sang, terjadi pengurqngan muatan elektronegativitas di
cahaya, hasil potensial reseptornya berbeda dari poten- sisi dalam membran sel batang, yang besarnya kira-kira
sial reseptor pada hampir semua reseptor sensorik lain- -40 milivolt, sedangkan pada kebanyakan reseptor sen-
nya. Perangsangan sel batang menyebabkan peningkatan sorik biasanya sebesar -70 sampai -80 milivolt.
negativitas dari potensial membran, yang merupakan Kemudian, sewaktu rodopsin yang ada di segmen luar
suatu keadaan hiperpolarisasi, yang berarti bahwa ter- batang terpajan cahaya, rodopsin mulai terurai, dan hal
dapat negativitas yang lebih besar di dalam membran sel ini menurunkan konduktansi natrium ke dalam sel batang
batang. Hal ini berlawanan dengan penumnan negativitas walaupun ion-ion natrium terus dipompa ke arah luar me-
(proses "depolarisasi") yang terjadi pada hampir semua lalui membran dari segmen dalam. Jadi, sekarang lebih
reseptor sensorik. banyak ion natrium yang meninggalkan sel batang dari-
Namun, bagaimana aktivasi rodopsin menyebabkan pada yang kembali masuk. Karena ion natrium bermuat-
terjadinya hiperpolarisasi? Jawabannya adalah bahwa an positif, berkurangnya ion-ion ini dari dalam sel batang
ketika rodopsin terurai, penguraiannya menurunkan menciptakan peningkatan negativitas di dalam membran;
kondudansi membran sel batang untuk ion-ion natrium dan semakin banyak jumlah energi cahaya yang mengenai
di segmen luar sel batang. Keadaan ini menyebabkan hi- sel batan g, semakin besar muatan elektronegatifnya-j adi,
semakin besar pula derajat hiperpolarisasinya. Pada in-
tensitas cahay a maksimum, potensial membran mendekati
-70 sampai -80 milivolt, yang mendekati potensial kese-
imbangan agar ion kalium dapat melewati membran.
Kebocoran
berkurang karena
dekomposisi Durasi Potensial Reseptor dan Hubungan Loga-
I
I rodopsin ritma antara Potensial Reseptor dengan Intensi-
:
tI tas Cahaya. Bila retina mendadak terkena cahaya, hiper-
polarisasi sementara yang timbul dalam sel batang-yaitu
Aliran potensial reseptor yairg timbul-mencapai puncaknya
atrium
dalam waktu kurang lebih 0,3 detik dan berlangsung lebih
*I dari satu detik. Pada sel kerucut, perubahan ini terjadi em-
I
I pat kali lebih cepat dari sel batang. Bayangan visual yang
I
Na+ mengenai sel batang di retina hanya selama sepersejuta
Pompa detik, terkadang dapat menimbulkan sensasi penglihatan
natrium bayangan selama lebih dari satu detik.
Ciri lain potensial reseptor adalah bahwa potensial ini
kira-kira sebanding dengan logaritma intensitas cahaya.
Hal ini sangat penting, karena membuat mata mampu
membedakan intensitas cahaya melalui kisaran ribuan
kali sampai semampu yang dapat dilakukan.

Mekanisme Penurunan Konduktansi Membran


Natrium Akibat Penguraian Rodopsin "J(6s-
kade" Perangsangan. Dalam keadaan yang- optimal,
satu foton cahaya, unit kuantal yang mungkin paling kecil
GAMBAR 5O-6. Dasar teori mengenai pembentukan "hiperpo-
larisasidai potansial reseptot'' yang disebabkan dekomposisi dari energi cahaya, dapat menimbulkan potensial reseptor
rodopsin, yang menurunkan aliran ion nAtrium bermuatan positit yang dapat terukur pada sel-sel batang kurang lebih I mi-
ke dalam segmen luar sel batang. livolt. Dengan hanya 30 foton cahaya dapat menyebabkan
BAB 50 Mata: ll. Reseptor dan Fungsi Neural Retina 659

separuh saturasi pada sel-sel batang. Bagaimana sejumlah


kecil cahaya seperti itu dapat menimbulkan perangsangan
Sel Sel
kerucut kerucut
yang sedemikian besar? Jawabannya adalah bahwa fo-
toreseptor memiliki kaskade kimiawi yang sangat sensitif ^100
yang memperkuat efek perangsangan.sekitar sejuta kali, =
yaitu sebagai berikut: Ff; 'u
Od
t,E
1. Foton mengahivasi elektron pada bagian ll-cls
retinal pada rodopsin; hal ini menimbulkan pem-
Ei
!-o
so
6.ql
bentukan metarodopsin II, yang merupakan ben- oE
llo oc
tuk aktif rodopsin, seperti yang telah dibahas dan <p'"
o
diperlihatkan pada Gambar 50- 5. CL

2. Fungsi rodopsin teraktivasi adalah sebagai enzim 0


yang berguna untuk mengaktivasi banyak molekul
500 600 700
Panjang gelombang (nanometer)
transdusin, yaitu protein yang terdapat dalam
bentuk inaktif pada membran lempeng optik dan
membran sel batang. GAMBAR 5O-7. Absorpsi cahaya oleh pigmen sel batang dan
3. Transdusin teraktivasi akan mengaktiVasi banyak pigmen ketiga sel kerucut penerima warna dalam retina manu-
sekal i moleku I fosfod i es te ras e.
sia. Lihat Sisipan Gambar Berwarna. (Dilukis dari kurva yang
direkam oleh Marks WB, Dobelle WH, MacNichol EF Jr.: Visual
4. Fosfodiesterase terqktivasi adalah bentuk enzim pigments of single primate cones. Science, .143:1 1 81 , 1964, dan
lain; enzim ini dengan segera menghidrolisis ba- oleh Brown PK, Wald G: Visual pigments in single rods and cones
nyak sekali molekul guanosin monofosfat siklik of the human retina: direct measurement reveal mechanisms of
human night and color vision. Science, 144:45, 1964. @ 1964 by
@GMP), sehingga menghancurkannya. Sebelum the American Association for the Advancement of Science.)
dihancurkan, cGMP telah berikatan dengan pro-
tein kanal natrium dari membran luar sel-sel ba-
tang untuk "menyangganya" agar tetap terbuka.
Tetapi pada keadaan terang, ketika fosfodiesterase kimiawi yang hampir sama persis dengan rodopsin dalam
menghidrolisis cGMP, hal ini akan menghilangkan sel batang. Perbedaannya hanya terletak pada bagian pro-
penyanggaan tersebut dan menyebabkan kanal na- tein, atau opsin-yang disebut fotopsin dalam sel keru-
trium tertutup. Beratus-ratus kanal tertutup pada cut-sedikit berbeda dengan skotopsin dalam sel batang.
saat setiap kali molekul rodopsin teraktivasi. Ka- Bagian retinal semua pigmen visual yang ada dalam sel
' rena aliran natrium yang melalui kanal-kanal ini kerucut sama persis dengan sel batang. Oleh karena itu,
terjadi sedemikian cepat, aliran dari sejuta atau pigmen peka terhadap wama dari sel kerucut merupakan
lebih ion natrium dihambat oleh penutupan kanal kombinasi antara retinal dan fotopsin.
ini sampai kanal terbuka lagi. Penurunan aliran Dalam pembicaraan mengenai penglihatan warna da-
natrium inilah yang mengeksitasi sel-sel batang, lam bab ini nanti, akan jelas bahwa hanya satu dari ketiga
jenis pigmen warna yang terdapat dalam setiap sel kerucut
seperti yang telah dibahas.
5. Dalam waktu sekitar satu detik, enzim lain, rodop- yang berbeda, jadi menyebabkan sel kerucut mempunyai
sin kinase,yang selalu terdapat pada sel-sel batang, kepekaan yang selektif terhadap berbagai warna seperti
membuat rodopsin teraktivasi (metarodopsin II) warna biru, hijau, dan merah. Masing-masing pigmen
menjadi tidak teraktivasi dan seluruh kaskade kem- wama ini disebut pigmen peka warna biru, pigmen peka
bali ke keadaan normal dengan pembukaan kanal warna hijau, dan pigmen peka warna merah. Sifat ab-
natrium. sorpsi dari pigmen yang terdapat di dalam ketiga macam
kerucut itu menunjukkan bahwa puncak absorpsi adalah
Jadi, sel-sel batang merupakan kaskade kimiawi pEn- pada panjang gelombang cahaya, berturut-turut sebesar
ting yang memperkuat efek satu foton cahaya untuk me- 445,535, dan 570 nanometer. Panjang gelombang ini juga
nyebabkan pergerakan jutaan ion natrium. Hal ini dapat merupakan panjang gelombang untuk puncak sensitivitas
menjelaskan mengenai sensitivitas sel-sel batang yang cahaya untuk setiap tipe sel kerucut, yang dapat mulai
ekstrem dalam keadaan gelap. digunakan untuk menjelaskan bagaimana retina dapat
Sel kerucut kurang lebih 30 sampai 300 kali kurang membedakan warna. Perkiraan kurva absorpsi untuk ke-
sensitif daripada sel-sel batang, tetapi sel-sel ini memung- tiga pigmen ini dilukiskan dalam Gambar 50-7. Gambar
kinkan penglihatan warna pada setiap keadaan dengan in- ini juga menunjukkan kurva absorpsi untuk rodopsin dari
tensitas cahaya yang lebih kuat daripada cahaya remang- sel batang, yang memiliki puncak pada 505 nanometer.
rernang.

Pengaturan Otomatis Sensitivitas Reti-


Fotokimiawi Penglihatan Warna
oleh Kerucut na-Adaptasi dalam Gelap dan Terang
Di bagian permulaan pembicaraan ini telah ditekankan Adoptosi Gelop don Terong. Bila seseorang berada
bahwa fotokimiawi dalam sel kerucutmemiliki komposisi di tempat yang sangat terang untuk waktu yang lama, ba-
660 UNIT X Sistem Saraf: B. Indera Khusus

batang dalam keadaan gelap. Oleh karena itu, walaupun


100.000 adaptasinya cepat, sel kerucut berhenti beradaptasi setelah
beberapa menit saja, sedangkan adaptasi oleh batang se-
cara perlahan berlangsung terus selama beberapa menit
10.000
dan bahkan berjam-jam, sensitivitasnya akan meningkat
G secara hebat. Selain itu, masih banyak sensitivitas sel
1 000 batang yang disebabkan oleh menyatunya sinyal neuron
!J
dari 100 atau lebih sel batang menjadi suatu sel ganglion
(! tunggal di dalam retina; sel-sel batang ini mehgadakan
:oo 100 sumasi unruk meningkatkan sensitivitasnya, seperti yang
o akan dibahas nanti dalam bab ini.
v
10 Mekonisme Loin Adoplosi Terong don Gelop.
Selain proses adaptasi yang disebabkan oleh perubah-
an konsentrasi rodopsin atau fotokimia'"vi warna, mata
mempunyai dua mekanisme lain untuk adaptasi terang
1

20 30
dan gelap. Yang pertama adalah adanya perubahan pada
ukuran pupil, seperti yang dibahas dalam Bab 49. Ini
Menit dalam gelap
dapat menyebabkan timbulnya tingkat adaptasi sekitar
GAMBAR 50-8. Adaptasi dalam gelap, menggambarkan hubung- 30 kali lipat dalam waktu sepersekian detik karena ada-
an adaptasi sel kqrucut dengan sel batang. nya perubahan pada jumlah cahayayangmasuk melalui
pelebaran pupil tersebut.
Mekanisme yang lain adalah adaptasi saraf, yang
nyhk sekali fotokimiawi yang terdapat di dalam sel batang melibatkan sel sarafyang bekerja pada rangkaian tahap
dan kerucut menjadi berkurang karena diubah menjadi re- penglihatan di dalam retina sendiri dan otak. Jadi, bila
tinal dan opsin. Selanjutnya, sebagian besar retinal dalam mula-mula intensitas cahaya meningkat, sinyal yang
sel batang dan kerucut akan diubah menjadi vitamin A. dijalarkan oleh sel-sel bipolar, sel horizontal, sel ama-
krin, dan sel ganglion tersebut sangat besar. Namun,
Oleh karena kedua efek ini, konsentrasi bahan kimiawi
sebagian besar sinyal ini akan berkurang dengan cepat
fotosensitif yang menetap dalam sel batang dan kerucut pada berbagai tingkat penjalaran dalam lingkaran saraf.
"akan banyak sekali berkurang, akibatnya sensitivitas mata
Walaupun besarnya adaptasi ini hanya beberapa kali li-
terhadap cahayajuga turut berkurang. Keadaan ini dise- pat dibandingkan dengan ribuan kali lipat yang terjadi
but adaptasi terang. selama adaptasi sistem fotokimia, adaptasi saraf hanya
' Sebaliknya, bila orang tersebut terus berada di tempat terjadi dalam sepersekian detik, berbeda dengan adap-
gelap untuk waklu yang lama, retinal dan opsin yang ada tasi penuh oleh fotokimiawi yang membutuhkan waktu
di dalam sel batang dan kerucut diubah kembali menjadi bermenit-menit hingga berj am-j am.
pigmen yang peka terhadap cahaya. Selanjutnya, vitamin
A diubah kembali menjadi retinal untuk terus menye- Moknq AdopiosiTerong don Gelop Bogi Peng-
diakan lebih banyak pigmen peka cahaya; batas akhimya lihoton. Antara batas adaptasi gelap maksimal dan adap-
ditentukan oleh jumlah opsin yang ada di dalam sel batang tasi terang maksimal, mata dapat mengubah sensitivitas-
dan kerucut untuk bergabung dengan retinal. Keadaan ini nya terhadap cahaya sebesar 500.000 sampai I juta kali,
disebut adaptasi gelap. sensitivitas ini secara otomatis berubah sesuai dengan
Gambar 50-8 melukiskan proses adaptasi gelap sewak- perubahan iluminasi.
tu seseorang berada pada tempat yang benar-benar gelap Karena pencatatan bayangan oleh retina membutuh-
sesudah berada di tempat yang terang untuk beberapa;jam kan pengenalan titik gelap dan titik terang dari bayangan
lamanya. Perhatikan bahwa sensitivitas retina sangat ren- tersgbut, sensitivitas retina perlu selalu diatur sehingga
dah sewaktu mula-mula memasuki tempat gelap, namun reseptornya dapat merespons terhadap areayang lebih te-
dalam waktu I menit, sensitivitasnya meningkat sampai rang tetapi tidak terhadap areayang lebih gelap. Contoh
10 kali lipat-jadi, retina dapat bereaksi terhadap cahaya adaptasi retina yang salah adalah bila seseorang baru me-
dengan sepersepuluh intensitas dari yang sebelumnya ninggalkan gedung bioskop dan memasuki tempat dengan
diperlukan. Pada akhir menit ke-20, sensitivitas ini akan cahaya matahari yang sangat terang. Selanjutnya, bahkan
meningkat sampai kira-kira 6000 kali lipat, dan pada akhir titik gelap dalam bayangan pun menjadi terlihat sangat
menit ke-40 menjadi sekitar 25.000 kali lipat. terang, dan akibatnya seluruh bayangan visual tersebut
Kurva yang tergambar dalam Gambar 50-8 disebut akan memutih, sehingga hanya sedikit kontras di antara
sebagai kurva adaptasi gelap. Ng..rJr, perhatikanlah ada- bagian-bagiannya. Ini adalah penglihatan yang buruk, dan
nya infleksi pada kurva ini. Bagian awal kurva ini dise- akan tetap buruk sampai retina telah cukup beradaptasi
babkan oleh adaptasi sel kerucut, karena semua peristiwa sehingga daerah gelap pada bayangan tidak lagi merang-
kimia pada penglihatan, termasuk adaptasi, terjadi kurang sang reseptor secara berlebihan.
lebih empat kali lebih cepat di sel kerucut daripada sel Sebaliknya, bila seseorang mula-mula memasuki tem-
batang. Walaupun demikian, sel kerucut tidak dapat men- pat yang lebih gelap, sensitivitas retina biasanya menjadi
capai derajat sensitivitas yang mendekati sensitivitas sel sangat rendah sehingga bahkan titik terang dalam bayang-
BAB 50 Mata: ll. Beseptor dan Fungsi Neural Retina 661

an pun tidak dapat merangsang retina. Setelah adaptasi ge-


lap, titik terang akan mulai terekam. Contoh dari adaptasi
Sel Sel Sel
kerucut kerucut kerucul
terang dan gelap. yang ekstrem adalah, intensitas cahaya biru
matahari kira-kira 10 milyar kali daripada intensitas caha- 5l
=.100
E .!t
ya bintang, namun mata dapat berfungsi dengan baik pada
cahaya matahari yang terang sesudah adaptasi terang dan F'F
r--
f.
tl
pada cahaya bintang sesudah adaptasi gelap. Ol!
(,E
'u
gtl
9o
ts0'
5U .Er
6s 5l
Penglihatan Warna {, e,
9c, oa
YI
<e'u
o
I
I
Dari bagian bab yang terdahulu, kita telah mempelajari CL I

bahwa sel kerucut yang berbeda-beda peka terhadap war- 0


na cahaya yang berbeda-beda pula. Bagian bab ini akan 400 500 600
Panjang gelombang (nanometer)
membicarakan mekanisme yang dipakai oleh retina un-
tuk mendeteksi perbedaan gradasi warna dalam spektrum
penglihatan. GAMBAR 5O-9, Peragaan besarnya rangsangan yang timbut
pada berbagai sel kerucut yang peka terhadap warna oleh ca-
haya monokromatik dari empat warna berikut: biru, hijau, kuning,
Mekanisme Pengenalan Tiga Warna dan jingg.a. Lihat Sisipan Gambar Berwarna.

Semua teori mengenai penglihatan warna berdasarkan


pada observasi yang telah dikenal secara baik, yakni bah-
wa mata manusia sebenamya dapat mendeteksi hampir tih. Namun, tidak ada satu panjang gelombang cahaya
semua gradasi warna bila cahaya monokromatik dari war- pun yarlg sesuai dengan wama putih; warna putih justru
na merah, hijau, dan biru dipersatukan dalam bermacam- merupakan suatu kombinasi dari semua panjang gelom-
macam kombinasi. bang spektrum cahaya. Selanjutnya, persepsi terhadap
warna putih ini dapat ditimbulkan bila retina dirangsang
Sensilivitqs Spektrum dori Ketigo Tipe Sel Keru- oleh kombinasi tiga warna terpilih secara tepat yang akan
C ut. Berdasarkan uj i penglihatan warna,sensitivitas spek-
merangsang masing-masing sel kerucut tersebut hampir
trum ketiga tipe sel kerucut pada manusia telah terbukti sama besar.
pada dasarnya sama seperti kurva absorpsi cahaya untuk
ketiga tipe pigmen yang ditemukan di dalam sel keru-
cut. Kurva-kurva ini digambarkan dalam Gambar 50-7 Buta Warna
dan sedikit berbeda dalam Gambar 50-9. Kurva ini dapat
Buto Worno Meroh-Hijou. Bila mata tak mempunyai
menjelaskan hampir semua fenomena pengiihatan warna.
sekelompok sel kerucut penerima warna, orang itu tak
, akan dapat membedakan beberapa warna dari warna
lnlerpretosi Worno dolom Sistem Sorof. Dengan lainnya. Sebagai contoh, seperti yang dapat dilihat pada
melihat kembali Gambar 50-9, kita dapat melihat bahwa Gambar 50-9, bahwa warna hijau, kuning, jingga tua,
cahaya monokromatik benvarna jingga tua dengan pan- dan merah adalah warna-warna dengan panjang gelom-
jang gelombang sebesar 580 nanometer itu akan merang- bang antara 525 sampai 675 nanometer, yang secara
sang sel kerucut merah dengan rangsangan yang besamya normal dibedakan oleh sel kerucut merah dan hijau. Jika
kira-kira 99 (99 persen rangsangan puncak pada panjang salah satu dari kedua sel kerucut ini hilang, seseorang
gelombang yang optimum); sedangkan sel kerucut hijau tidak dapat lagi menggunakan mekanisme ini untuk
akan terangsang oleh nilai rangsangan kira-kira 42 tetapi membedakan keempat warna tersebut; orang ini khusus-
nya tidak dapat membedakan warna merah dari hijau,
sel kerucut biru tidak terangsang sama sekali. Jadi, per-
sehingga, dia dikatakan buta warna merah-hijau.
bandingan rangsangan dari ketiga tipe sel kerucut pada
Orang yang tak mempunyai sel kerucut merah dise-
contoh di atas adalah 99:42:0. Sistem saraf akan mengin-
but protanopia; seiuruh spektrum penglihatannya akan
terpretasikan susunan rasio ini sebagai suatu sensasi jing- memendek secara nyata pada akhir panjang gelombang
ga. Sebaliknya, cahaya biru monokromatik dengan pan-' yang panjang karena kurangnya sel kerucut merah ini.
jang gelombang sebesar 450 nanometer merangsang sel Penyandang buta warna yang tidak mempunyai sel ke-
kerucut merah dengan rangsangan sebesar 0, kerucut hijau rucut hijau disebut deuteranopia; orang ini mempunyai
sebesar 0, dan kerucut biru dengan rangsangan sebesar 97. lebar spektrum panjang gelombang yang benar-benar
Maka susunan perbandingannya-0.: 0 97-akan diinter- normal sebab tersedia sel kerucut merah untuk mende-
:

teksi panjang gelombang warna merah yang panjang.


pretasikan oleh sistem saraf sebagai wama biru. Demikian
juga, perbandingan sebesar 83 : 83 0 akan diinterpretasikan
Buta warna merah-hijau adalah kelainan gene-
:
tik yang timbul hampir hanya pada laki-laki. Gen-gen
sebagai warna kuning dan31:67:36 sebagai warna hijau. pada kromosom X perempuan menyandi untuk masing-
masing sel kerucui. Namun buta warna hampir tidak
Persepsi Terhodop Cohoyo Pulih. Rangsangan yang pernah terjadi pada perempuan karena setidaknya satu
kurang lebih sama besar pada sel kerucut merah, hijau, dari dua kromosom X akan hampir selalu memiliki gen
dan biru akan memberikan sensasi penglihatan warna pu- normal untuk setiap ienis sel kerucut. Karena laki-laki
662 UNIT X Srsfem Saraf: B. lndera Khusus

GAMBAR 50-10. Dua kartu lshihara. Atas: pada


kaftu ini, orang normal akan membaca angka'74"
sedangkan penyandang buta warna merah-kuning
akan membaca angka'21". Bawah: Dalam kaftu ini,
penyandang buta warna merah (protanopia) akan
membaca angka'2", sedangkan penyandang buta
warna hijau (deuteranopia) akan membaca angka
'4". Orang normal. akan membaca angka '42." Li-
hat Sisipan Gambar Berwama (Direproduksi dari
lshihara's Tests for Colour-Blindness. Tokyo: Kane-
hara & Co., namun tes untuk buta warna tidak dapat
dilakukan dengan menggunakan gambar ini. Untuk
tes yang akurat, harus digunakan gambar yang
asli.)

hanya memiliki satu kromosom X, gen yang hilang da- tersebut tidak memperlihatkan gejala; keadaan ini ditu-
pat menyebabkan buta warna. runkan secara genetik, menimbulkan fenomena yang
Karena komosom X pada laki-laki selalu diturunkan disebut kelemahan warna biru.
dari ibu, dan tidak pernah dariayaLnya, buta warna ditu-
runkan dari ibu ke anak laki-lakinya, dan ibu tersebut Kortu Uji Worno. Metode cepat untuk menentukan
dikatakan sebagai camier buta warna; keadaan tersebut suatu kelainan buta warna didasarkan pada penggunaan
terjadi pada sekitar 8 persen dari seluruh perempuan. kartu bertitik-titik seperti yang terlihat dalam Gambar
50-10. Kartu ini disusun dengan menyatukan titik-titik
Kelemohon Worno Biru. Jarang terjadi sel kerucut yang mempunyai bermacam-macam warna. Pada kartu
biru saja yang hilang, walaupun kadang-kadang kondisi yang atas, orang dengan penglihatan warna yang normal
BAB 50 Mata: ll. Reseptor dan Fungsi Neural Retina 663

akan membaca angka"74" , sedangkan penyandang buta tal ke lapisan pleksiform dalam, tempat selrsel itu
warna merah-hijau akan membaca angka "21". Pada bersinaps dengan sel ganglion dan sel amakrin.
kartu yang bawah, orang dengan penglihatan warna 4. Sel amakrin, yang menjalarkan sinyal dalam dua
yang normal akan membaca angka"42" sedangkan pe-
arah, baik secara langsung dari sel bipolar ke sel
nyandang buta warna merah akan membaca angka "2" ,
dan penyandang buta warna hijau akan membaca angka
ganglion atau secara horizontal dalam lapisan
"4" . pleksiform dalam dari akson sel bipolar ke dendrit
Bila kita pelajari kartu ini sambil pada saat yang sel ganglion atau sel amakrin lainnya.
sama memperhatikan kurva sensitivitas spektrum dari 5. Sel ganglion, yang menjalarkan sinyal keluar dari
berbagai sel kerucut yang tampak dalam Gambar 50-9, . retina melalui saraf optik ke dalam otak. ,
kita akan'dapat dengan mudah mengerti mengapa penya-
kit buta warna memberikan penekanan berlebihan pada Jenis sel sarafkeenam di dalam retina, yang tidak terla-
titik-titik dengan warna yang tertentu dibandingkan de- lu menonjol dan tidak diperlihatkan dalam gambar, adalah
ngan orang normal. sel interpleksiform. Sel ini menjalarkan sinyal dalam
arah retrograd dari lapisan pleksiform dalam ke lapisan
pleksiform luar. Sinyal ini bersifat menghambat dan di-
Fungsi Saraf Retina duga untuk mengendalikan penyebaran lateral dari sinyal
penglihatan oleh sel horizontal di lapisan pleksiform luar.
Peran sinyal tersebut mungkin dapat membantu mengatur
Lingkaran Saraf Retina
derajat kontras dalam bayangan penglihatan.
Gambar 50-l memperlihatkan kompleksitas pengaturan
saraf yang luar biasa di retina. Untuk menyederhanakan- Joros Pengtihoton yong Berosol dori Sel Keru-
nya, Gambar 50- I 1 memperlihatkan dasar-dasar hubung- cut Menuju Sel Gonglion Berbedo Dengon
an sarafretina, di sebelah kiri adalah sirkuit dalam retina Joros yong Berosol dqri Sel Botong. Seperri banyak
bagian perifer dan di sebelah kanan sirkuit di fovea retina. sistem sensorik lain yang kita miliki, retina memiliki jenis
Jenis-jenis sel saraftersebut adalah sebagai berikut: penglihatan lama yang berdasarkan pada penglihatan sel
batang dan jenis penglihatan baru yang didasarkan pada
l. Fotoreseptor itusendiri-sel batang dan sel keru. penglihatan sel kerucut. Neuron dan serabut saraf yang
cut-ya\g menjalarkan sinyal ke lapisan pleksi-
menghantarkan sinyal penglihatan untuk penglihatan
form luar, tempat sel batang dan sel kerucut ber-
kerucut bersifat lebih besar daripada yang digunakan un-
sinaps dengan sel bipolar dan sel horizontal.
tuk menghantarkan sinyal penglihatan untuk penglihatan
2. Sel horizontal, yang menjalarkan sinyal secara
batang, dan sinyal-sinyal ini dihantarkan ke otak dua sam-
horizontal pada lapisan pleksiform luar dari sel
pai lima kali lebih cepat. Selain itu, sirkuit untuk kedua
batang dan sel kerucut ke sel bipolar.
sistem ini sedikit berbeda sebagai berikut.
3. Sel bipolar, yang menjalarkan sinyal secara ver-
Bagian paling kanan pada Gambar 50-11 memperli-
tikal dari sel batang, sel kerucut, dan sel horizon-
hatkan jaras penglihatan dari bagian fovea retina, meng-
gambarkan sistem kerucut yang baru dan cepat. Gambar
ini memperlihatkan tiga neuron dalam jaras langsung: (1)
kerucut, (2) sel bipolar, dan (3) sel ganglion. Selain itu,
sel horizontal menjalarkan sinyal inhibisi secara lateral
di lapisan pleksiform luar, dan sel amakrin menjalarkan
sinyal secara lateral di lapisan pleksiform dalam.
Bagian sebelah kiri pada Gambar 50-11 memperlihat-
kan hubungan sarafuntuk retina bagian perifer tempat ter-
dapatnya sel batang dan sel kerucut. Diperlihatkan tiga sel
bipolar; yang tengah dari ketiga ini hanya berhubungan
dengan sel batang, menggambarkan jenis sistem pengli-
hatan yang terdapat pada banyak hewan tingkat rendah.
Keluaran dari sel bipolar hanya dijalarkan ke sel amakin,
yang merelai sinyal ke sel ganglion. Jadi, untuk penglihat-
an sel batang yang murni, terdapat empat neuron dalam
jaras penglihatan langsung: (1) sel batang, (2) sel bipolar,
(3) sel amakrin, dan (4) sel ganglion. Selain itu, masih
ada sel horizontal dan sel amakrin yang memungkinkan
hubungan lateral.
Dua sel bipolar lainny ayangdiperlihatkan pada sirkuit
retina bagian perifer pada Gambar 50-ll berhubungan
dengan sel batang dan sel kerucut; hasil keluaran dari sel
GAMBAR 50-11. Susuna n saraf pada retina: daerah perifer tam- bipolar ini langsung menuju sel ganglion dan juga melalui
pak di sebelah kiri, daerah fovea tampak di sebelah kanan. jalur dari sel amakrin.
664 UNIT X Sistem Saraf: B. lndera Khusus

Neurotronsmiler yong Dileposkon oleh Neuron


Relino. Neurotransmiter yang digunakan untuk pen-
jalaran sinaptik di retina tidak seluruhnya dilukiskan. Na-
mun, baik sel batang maupun sel kerucut melepaskan g/a-
tamat pada tempatnya bersinaps dengan sel bipolar. Dari
Sorotan cahaya
penelitian histologis dan farmakologis telah diperlihatkan
terdapat banyak jenis sel amakrin yang menyekresi pa-
ling sedikit delapan jenis substansi transmiter, antaralain
as am gamm a- aminobutir at, glis in, dop amin, as etilkolin, Daergh tereksitasi
dan indolamir?, semua ini secara normal berfungsi sebagai
transmiter inhibitor. Transmiter sel bipolar, sel horizontal,
Tidak tereksitasi
dan sel interpleksiform belum jelas, tetapi paling sedikit ataupun
beberapa sei horizontal melepaskan transmiter inhibitor. terinhibisi
\ o-"r"n terinhibisi
Penjoloron Sebogion Besqr Sinyol yong Timbul
dolom Neuron Retinq Melolui Konduksi Eleklro-
tonik don Bukon Melolui Polensiol Aksi. Satu-sa-
tunya neuron retina yang selalu menjalarkan sinyal peng- GAMBAR 50-12. Eksitasi dan inhibisi daerah retina yang dise-
babkan oleh sorotan kecil cahaya, memperlihatkan prinsip "inhi-
lihatan melalui kerja potensial aksi adalah sel ganglion
bisi lateral".
yang mengirimkan sinyalnya menuju ke otak melalui
saraf optik. Kadang-kadang potensial aksi juga tercatat di
dalam sel amakrin, walaupun peran potensial aksi ini ma-
sih dipertanyakan. Namun demikian, semua neuron retina untuk membantu memastikan penjalaran pola penglihatan
menghantarkan sinyal penglihatarmya melalui kondulrsi dengan kontras penglihatan yang sesuai. Fenomena ini
elektrotonik, yang dapat dijelaskan sebagai berikut. ditunjukkan pada Gambar 50-72, yang memperlihatkan
Konduksi elektrotonik berarti aliran arus listrik se- setitik kecil cahaya yang difokuskan pada retina. Jaras
cara langsung, bukannya potensial aksi, dalam sitoplasma penglihatan yang berasal dari daerah paling tengah tem-
neuron dari titik eksitasi melalui semua jalur ke sinaps- pat cahaya datang, tereksitasi, sedangkan daerah lebih ke
sinaps keluaran. Hantaran yang berasal dari segmen-seg- samping, dihambat. Dengan kata lain, penjalaran melalui
men luar, tempat sinyal penglihatan terbentuk, menuju ke sel horizontal berhenti sampai di sini akibat adanya inhi-
badan sinaps melalui konduksi elektrotonik, bahkan pada bisi lateral di daerah sekitarnya, berbeda dengan sinyal
sel batang maupun sel kerucut. Arlinya, ketika terjadi hi- eksitatorik yang menyebar secara luas dalam retina aki-
perpolarisasi akibat respons terhadap cahaya pada seg- bat penyebaran jalur dendritik dan aksonal dalam lapisan
men luar sel batang atau kerucut, hiperpolarisasi dengan pleksiform. Hal ini penting untuk menghasilkan pengli-
derajat yang hampir sama dihantarkan oleh aliran arus lis- hatan yang sangat akurat pada waktu penjalaran batas-ba-
trik langsung dalam sitoplasma di sepanjang jalur menuju tas kontras pada bayangan penglihatan.
badan sinaps, dan tidak memerlukan potensial aksi. Kemu- Beberapa sel amakrin mungkin memberi inhibisi la-
dian, ketika transmiter yang berasal dari sel batang atau sel teral tambahan dan penguatan kontras penglihatan lebih
kerucut merangsang sel bipolar atau sel horizontal, sekali lanjut di lapisan pleksiform daiam pada retina.
lagi sinyal dijalarkan dari input ke output oleh aliran arus
listrik langsung, bukan oleh potensial aksi. Eksitasi Beberapa Sel Bipolar
Peranan konduksi elektrotonik adalah menimbulkan
dan lnhibisi Sel Lainnya-
kondul<si bertingkat dari kekuatan sinyal. Jadi, untuk sel
Sel Bipolar yang Berdepolarisasi
batatg dan sel kerucut, kekuatan sinyal output yang ber- dan Berhiperpolarisasi
hiperpolarisasi secara langsung berkaitan dengan intensi-
Ada dua jenis sel bipolar yang memberi sinyal berlawan-
tas iluminasi; sinyal tidak bersifat semua-atau-tidak sama
an, berupa eksitatorik dan inhibitorik di jaras penglihatan,
sekali, seperti yang berlaku pada setiap potensial aksi.
yaitu sel bipolar yang berdepolarisasi dan sel bipolar
yang berhiperpolarisasi. Artinya, beberapa sel bipolar
lnhibisi Lateral untuk Memperkuat berdepolarisasi ketika sel batang dan sel kerucut tereksi-
Kontras Pengtihatan-Fungsi tasi, dan yang lain berhiperpolarisasi.
Sel Horizontal Terdapat dua penjeiasan kemungkinan terhadap per-
Sel horizontal, seperti yang terliliat pada Gambar 50-11, bedaaan ini. Penjelasan pertama adalah; bahwa kedua sel
menghubungkan badan-badan siriaps sel batang dan sei bipolar merupakan jenis yang seluruhnya berbeda-yang
kerucut secara lateral dan juga menghubungkan dendrit- satu merespons dengan berdepolarisasi akibat neurotrans-
dendrit sel bipolar. Yang keluar dari sel horizontal selalu miter glutamat yang dilepaskan oleh sel batang dan sel
bersifat inhibisi. Oleh karena itu, hubungan lateral ini kerucut, dan yang lainnya merespons dengan berhiperpo-
memberikan fenomena inhibisi lateral yang sama yang Iarisasi. Kemungkinan yang lain adalah bahwa salah satu
bersifat penting pada semua sistem sensorik lain-yaitu, dari kedua sel bipolar tersebut menerima rangsangan lang-
BAB 50 Mata: ll. Reseptor dan Fungsi Neural Retina 665

sung dari sel batang dan sel kerucut, sedangkan yang lain Walaupun demikian, terdapat perbedaan yang besar
menerima sinyalnya secara tidak langsung melalui sel ho- antara retina perifer dan retina sentralis. Karena semakin
rizontal. Karena sel horisontal merupakan sel inhibitor, sel dekat dengan fovea, lebih sedikit sel batang dan sel keru-
ini akan membalikkan polaritas dari respons listrik. cut yang berkumpul pada setiap serabut optik, dan sel
Tanpa memperhatikan kedua jenis mekanisme respons batang serta sel kerucut menjadi lebih tipis. Kedua efek
bipolar ini, fenomena tersebut memiliki makna bahwa hal ini secara progresif meningkatkan tajam penglihatan di
ini dapat mengakibatkan separuh sel-sel bipolar men- retina sentralis. Pada bagian yang tengah, di fovea sen-
jalarkan sinyal positif dan separuh yang lain menjalarkan tr a I is, hany a terdapat se l-sel kerucut yang tipis-kira-kira
sinyal negatif. Kita akan lihat nanti bahwa kedua sinyal 35.000-dan tidak ada sel batang. Lalu juga, jumlah se-
positif dan negatif dapat digunakan dalam menjalarkan rabut saraf optik yang keluar dari bagian retina ini hampir
informasi penglihatan ke otak. sama dengan jumlah sel kerucut, seperti yang diperlihat-
Aspek penting lainnya dari hubungan timbal balik kan pada bagian kanan Gambar 50-11. Hal ini menjelas-
antara sel bipolar yang-berdepolarisasi dan berhiperpo- kan mengenai derajat tajam penglihatan yang tinggi di
larisasi ini adalah bahwa hal ini menimbulkan mekanisme retina sentralis dibandingkan dengan tajam penglihatan
kedua untuk inhibisi lateral selain mekanisme sel horizon- yang lebih buruk di bagian perifer.
tal. Karena sel bipolar yang berdepolarisasi dan yang ber- Perbedaan lain antara retina bagian perifer dan bagian
hiperpolarisasi terletak tepat saling berhadapan satu sama sentral adalah adanya sensitivitas yangjauh lebih besarpada
lain, akah menyebabkan timbulnya mekanisme pemisah- retina bagian perifer terhadap cahaya yang lemah. Hal ini
an batas konffas pada bayangan penglihatan meskipun sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa sel batang 30
bila batas tersebut terletak tepat di antara dua fotoreseptor sampai 300 kali lebih sensitif terhadap cahaya daripada sel
yang saling berdekatan. Sebaliknya, mekanisme sel hori- kerucut, tetapi hal ini selanjutnya diperkuat oleh kenyataan
zontal untuk inhibisi lateral bekerja padajarak yang lebih bahwa terdapat sebanyak 200 sel batang berkumpul pada
jauh. satu serabut sarafoptik di bagian retina yang lebih perifer,
sehingga sinyal yang berasal dari sel batang bersumasi un-
tuk memberi rangsangan yang lebih kuat terhadap sel gang-
Sel Amakrin dan Fungsinyd
lion perifer dan serabut saraf optiknya.
Sekitar 30 jenis sel amakrin telah diidentifikasi secara
morfologis atau histokimiawi. Fungsi sekitar setengah lu-
sin tipe sel amakrin telah dicirikan, dan semua itu berbeda Tiga Jenis Sel Ganglion Retina
satu sama lain. Salah satu jenis sel amakin adalah bagian dan Lapangannya
dari jaras langsung untuk penglihatan sel batang-yaitu, Terdapat tiga kelompok sel ganglion yang berbedajelas,
dari sel batang ke sel bipolar lalu ke sel amakrin dan ke- disebut sebagai sel W, X, dan Y. Tiap-tiap sel ini melaku-
mudian ke sel ganglion. kan fungsi yang berbeda.
. Jenis sel amakrin lain memberi respons kuat pada
onset sinyal penglihatan yang kontinu tetapi responsnya Penjoloron Penglihoton Sel Botong oleh Sel W.
mati dengan cepat. Sel W, kurang lebih merupakan 40 persen dari seluruh
Sel aniakrin lain berespons dengan kuat pada offset sel ganglion, merupakan sel kecil dan memiliki diameter
sinyal penglihatan, tetapi lagi-lagi responsnya mati de- kurang dari 10 mikrometer serta menjalarkan sinyal dalam
ngan cepat. serabut sarafoptiknya pada kecepatan lambat, yaitu hanya
Masih ada sel amakrin lain yang berespons saat cahaya 8 m/detik. Sel-sel ganglion ini menerima sebagian besar
dinyalakan maupun saat dimatikan, dengan memberikan eksitasinya dari sel batang, dijalarkan melalui jalur sel
sinyal secara sederhana mengenai perubahan iluminasi, bipolar kecil dan sel amakrin. Sel ganglion ini memiliki
tanpa memperhatikan arahny a. lapangan yang luas di retina karena dendrit sel ganglion
Masih ada sel amakrin tipe lain yang berespons terhadap menyebar secara luas di lapisan pleksiform dalam, yang
gerakan cahaya yang melintasi retina pada arah yang spesi- menerima sinyal dari daerah yang luas.
fik; karena itu, sel amakrin ini disebut sebagai sensitif arah. Berdasarkan percobaan histologis maupun fisiologis,
Selanjutnya, dalam penginderaan, banyak atau seba- tampaknya sel W sangat sensitif untuk mendeteksi arah
gian besar sel amakrin merupakan interneuron yang mem- pergerakan di lapang pandangan, dan sel Wtersebut mung-
bantu menganalisis sinyal penglihatan sebelum mening- kin juga penting untuk sebagian besar penglihatan batang
galkan retina. yang kasar dalam keadaan gelap.

Penjoloron Boyongon Penglihoton don Worno


Sel Ganglion dan Serabut Saraf Optik oleh Sel X. Sebagian besar sel ganglion adalah sel X,
Setiap retina mengandung kira-kira iOO iuru sel batang merupakan 55 persen dari keseluruhan. Sel ini memiliki
dan 3 juta sel kerucut; namun jumlah sel ganglion hanya diameter sedang, antara 10 sampai 15 mikrometer, dan
sekitar I ,6 juta. Jadi, rata-rata terdapat 60 sel batang dan 2 menjalarkan sinyal dalam serabut sarafoptiknya pada ke-
sel kerucut yang berkumpul pada setiap sel ganglion dan cepatan sekitar l4 m/detik.
serabut sarafoptik yang berasal daii sel ganglion menuju Sel X memiliki lapangan yang sempit karena den-
ke otak. dritnya tidak menyebar secara luas dalam retina. Karena
666 UNIT X Sistem Saraf: B. Indera Khusus

hal ini, sinyal sel X memperlihatkan lokasi-lokasi retina Nyala Mati


tersendiri. Oleh karena itu, rincian bayangan penglihatan
yang halus terutama dijalarkan melalui sel X. Juga, kare- Itllii:ittlillil11111l11 i I 1 tl
na setiap sel X menerima input paling sedikit dari satu Perangsangan
sel kerucut, penjalaran sel X kemungkinan bertanggung
jawab untuk penglihatan seluruh wama. llllililllllilrlllr:1
lnhibisi lateral
Menjolqrkon Perubohon Seke-
Fungsi Sel Y untuk
GAMBAR 50-13. Respons sel ganglion terhadap cahaya pada
iiko podo Boyongon Pengliholon. Sel Y adalah sel (1) area yang dirangsang oleh setitik cahaya dan 12) area yang
yang paling besar, diameter mencapai 35 mikrometer, dan berdekatan dengan titik yang terangsang; sel ganglion pada area
menjaiarkan sinyalnya ke otak dengan kecepatan 50 m/ ini dihambat oleh mekanisme inhibisi lateral (Dimodifikasi dari
detik atau lebih cepat. Sel-sel ini berjumlah paling sedikit Granit R: Receptors and Sensory Perception: A Discusion of Aim,
Means, and Fesu/fs of Electrophysiological Research lnto the
dari semua sel ganglion, hanya sekitar 5 persen dari ke-
Process of Reception. New Haven, Conn: Yale University Press,
seluruhan. Selain itu, sel Y memiliki lapangan dendritik OAAI
'
yang luas, sehingga sinyal yang dibawa oleh sel ini ber-
asal dari daerah retina yang luas.
Seperti kebanyakan sel amakrin, sel ganglionYberes-
pons terhadap perubahan bayangan penglihatan yang mati". Secara berurutan, respons cahayayang berlawanan
cepat, baik berupa gerakan cepat maupun perubahan in- arah ini disebabkan oleh sel-sel bipolar yang berdepo-
tensitas cahaya yang cepat-dengan mengirimkan sem- larisasi dan berhiperpolarisasi, dan sifat sementara dari
buran sinyal hanya dalam waktu sepersekian detik. Sel respons-respons ini kemungkinan sebagian ditimbulkan
ganglion ini kiranya dapat memberitahukan sistem saraf oleh sel-sel amakrin, yang kebanyakan memiliki respons
pusat hampir dengan segera ketika timbul penglihatan sementara yang serupa.
baru di segala tempat dalam lapangan pandang, tetapi ti- Kemampuan mata untuk mendeteksi perubahan in-
dak secara khusus menunjukkan lokasi peristiwa tersebut tensitas cahaya secara kuat dibentuk di retina bagian peri-
dengan tingkat akurasi yang tinggi melainkan memberi fer dan di bagian sentral. Sebagai contoh, agas kecil yang
petunjuk yang tepat sehingga menyebabkan mata berge- terbang melintasi lapangan pandang dapat dengan segera
rak menuju gambaran yang mengeksitasinya. dideteksi. Sebaliknya, agas yang sama yang sedang ber-
diam tenang, masih di bawah ambang rangsang deteksi
pengl ihatan.
Eksitasi Sel Ganglion
PotensiolAksiyong Sponlon don Kontinu dqlom Penjalaran Sinyal Kontras
Sel Gonglion. Serabut panjang saraf optik yang masuk pada Pandangan Penglihatan-
ke dalam otakberasal dari sel ganglion. Karenajarakyang Peranan lnhibisi Lateral
terlibat, metode konduksi yang bersifat elektrotonik yang Banyak sel ganglion terutama berespons terhadap tepi
digunakan oleh sel batang, sel kerucut dan sel bipoiar di pandangan yang berkontras. Oleh karena hal ini tampak-
dalam retina tidak lagi sesuai; oleh karena itu, sel-sel gan- nya merupakan cara utama penjalaran bentuk pola pan-
glion menj alarkan sinyal-sinyalnya dengan cara potensial dangan ke otak, kami akan jelaskan bagaimana terjadinya
aksi yang berulang. Selanjutnya, walaupun tidak distimu- .proses ini.
lasi, sel-sel ganglion ini tetap menjalarkan impulsnya Sewaktu seluruh retina terkena cahaya datar-yakni,
terus menerus dengan kecepatan yang berkisar antara 5 sewaktu seluruh fotoreseptor dirangsang oleh cahaya
sampai 40 per detik. Kemudian sinyal penglihatan ber- yang mendadak-jenis sel ganglion yang berkontras tidak
tumpang-tindih dengan peletupan sel ganglion ini. terangsang atau terhambat. Hal ini karena sinyal-sinyal
yang sec(tra langsung dljalarkan dari fotoreseptor melalui
Penjoloron Perubohon lnlensilos Cohoyo-Res- sel-sel bipolar yang berdepolarisasi, bersifat merangsang,
pons Moti-Hidup. Seperti yang telah disebutkan sebe- sedangkan sinyal-sinyal yang dijalarkan secara lateral
lumnya, banyak sel ganglion secara spesifik dirangsang melewati sel-sel bipolar yang berhiperpolarisasi dan juga
oleh perubahan intensitas cahaya. Hal ini diperlihatkan sel-sel horizontal, sebagian besar bersifat menghambat.
melalui perekaman impuls saraf pada Gambar 50-13. Jadi, sinyal eksitasi bersifat langsung yang melewati satu
Bagian atas gambar memperlihatkan impuls-impuls cepat jaras kemungkinan akan dinetralkan oleh sinyal-sinyal
selama sepersekian detik ketika cahaya mula-mula dinya- penghambat yang melewati jaras lateral. Seperti yang ter-
lakan, tetapi dengan cepat pula merUrrun dalam waktu se- iihat dalam Gambar 50-14, ada satu sirkuit dengan tiga
persekian detik. Gambar bagian bawah adalah gambaran fotoreseptor pada bagian atas gambar. Reseptor yang
dari sel ganglion yang terletak di sebelah lateral terhadap terletak di tengah akan merangsang sel-sel bipolar yang
titik cahaya; sel ini secara jelas terhambat ketika cahaya berdepolarisasi. Kedua reseptor lain yang terletak dise-
dinyalakan, akibat adanya inhibisi lateral..Kemudian, ke- belahnya akan dihubungkan ke sel bipolar yang sama
tika cahaya dimatikan, terjadi efek yang sebaliknya. Jadi, melalui sel-sel horizontal yang bersifat menghambat se-
perekaman ini disebut respons "mati-nyala" dan "nyala- hingga akan menetralkan sinyal eksitasi y-ang sifatnya
BAB 50 Mata: ll. Reseptor dan Fungsi Neural Retina 667

Penjalaran Sinyal Warna


oleh Sel-sel Ganglion
Satu sel ganglion mungkin saja akan terangsang oleh be-
berapa atau hanya sbdikit sel kerucut. Ketika ketiga tipe
kerucut-tipe merah, biru, dan hijau-merangsang sel-sel
ganglion yang sama, sinyal yang akan dihantarkan me-
lewati sei ganglion sama untuk setiap warna dalam spek-
trum warna. Oleh karena itu, sinyal yang berasai dari sel
ganglion itu tidak berperan dalam mendeteksi bermacam-
macam wama. Sinyal itu justru dikatakan sebagai sinyal
"putih".
Sebaliknya, banyak sel ganglion yang dapat terang-
sang hanya oleh satu macam tipe warna sel kerucut namun
dihambat oleh tipe yang kedua. Contohnya, hal ini sering-
kali terjadi pada sei kerucut merah dan hijau; Sel kerucut
merah akan menyebabkan perangsangan dan yang hijau
akan menghambat-atau sebaliknya.
Efek timbal-balik yang mirip dapat juga terjadi pada
sel kerucut biru dan gabungan kerucut merah dan kerucut
hijau (yang keduanya dirangsang oleh kerucut kuning),
sehingga menimbulkan hubungan timbal-balik antara pro-
ses penghambatan dan perangsangan antara wama biru
dan warna kuning.
Mekanisme terjadinya efek yang saling berlawanan
dari warna-warna ini adalah sebagai berikut: Salah satu
tipe sel kerucut merangsang sel ganglion melalui jalan
eksitasi langsung melewati sebuah sel bipolar yang dalam
keadaan depolarisasi, sedangkan tipe warna lain meng-
GAMBAR 50-1 4. Susunan khas sel batang, sel horizontal (H), se-
buah sel bipolar (B), dan sebuah sel ganglion (G) di dalam retina, hambat sel ganglion tersebut melalui jalan penghambat
menggambarkan eksitasi pada sinaps di antara sel batang dan tak langsung melewati sebuah sel bipolar dalam keadaan
sel bipolar sefta sel horizontal, namun inhibisi dari sel-sel hori- hiperpolarisasi.
zontal ke sel-sel bipolar.
Pentingnya mekanisme kontras-wama ini adalah
bahwa mekanisme tersebut menggambarkan suatu cara
yang menyebabkan retina dapat membedakan wama.
Jadi, setiap tipe sel ganglion kontras wama dirangsang
langsung, ini terjadi'bila ketiga reseptor terangsang oleh
oleh satu .warna tapi akan dihambat oleh "warna la-
cahay a secara bersam aan.
wannya". Oleh karena itu, analisis wama ini dimulai
Sekarang, marilah kita perhatikan apayangterjadi bila
di retina dan tidak seluruhnya merupakan fungsi otak.
timbul tepi yang berkontras pada penglihatan. Dengan
melihat kembali Gambar 50-14, kita dapat menganggap
bahwa fotoreseptor yang letaknya di tengah itu dapat
terangsang oleh suatu titik cahaya yang terang, sedangkan Kepustakaan
salah satu dari dua reseptor yang letaknya di sebelah late-
ral kan terangsang se-waktu dalam keadaan gelap. Titik Arshavslqt V: Like night and day: rods and cones haye dtfferent
pigment regeneration pathways. Neuron 3'6: l, 2002.
cahaya yang terang ini akan merangsang jaras langsung
Backharis W, Kliegl R, Werner JS; Color Vision. Berlin; Walter
yang melewati sel-sel bipolar. Adanya fakta bahwa salah
de Gruter I998.
satu fotoreseptor yang letaknya di sebelah lateral terang-
Berger JLI/, Fine SL, Maguire MG; Age-Related Macular De-
sang dalam keadaan gelap, akan menyebabkan salah satu generation. St. Louis: Mosby, 1999.
sel horizontal tetap tidak terangsang. Oleh karena itu, sel Berson DM: Strange vision: ganglion cells as circadian photo-
ini tidak menghambat sel bipolar, dan keadaan ini akan receptors. Trends Neurosci 26: 3 I 4, 2003.
menyebabkan eksitasi yang lebih banyak lagi pada sel bi- Burr D, Ross J. Vision: the world through picket fences. Cttrr
polar. Jadi, di tempat timbulnya kontras visual, sinyalnya Biol l1:R381,20a4.
akan melewati jaras langsung dan jar4s lateral yang akan Calkins DJ. Seeing with S cones. Prog Retin Eyes Res 20;255,
' 2001.
saling menonjolkan satu sarna laiir.
Dacey DM,.Packer OS: Colour coding in the primate retina;
Kesimpulannya, mekanisme fungsi inhibisi. lateral
diverse cell ltpes and cone-specifc circuitry. Curr Opin
yang ada di dalam mata mirip dengan fungsi yang ter-
Neurobiol I 3: 42 1, 2003.
dapat pada sebagian besar sistem.sensorik-yakni, untuk Fain GL, Matthews HR, Cornwall MC, Koutalos Y: Adaptation
mengetahui dan memperbesar kontras. in vertebrate photoreceptors. Physiol Rev 8 l. I I 7, 2A01.
668 UNIT X Srsfem Saraf: B. Indera Khusus

Garriga P, Manyosa J: The eye photoreceptor protein rhodop- Michaelides M, Hunt DM, Moore AT: The cone dysfunction syn-
sin: structural implications for retinal disease. FEBS Lett dromes. Br J Ophthalmol 88:291, 2004.
528:17, 2002. Neitz M, Neitz J: Molecular genetics of color vision and color
Gegenfurtner KR: Cortical mechanisms of colour vision. Nat vision defects. Arch Ophthalmol I18:691, 2000.
Rev Neurosci 4:563, 2003. Schwartz EA: Transport-mediated synapses in the retina. Physi-
Gegenfurtner KR, Kiper DC: Color Vision. Annu Rev Neurosci ol Rev 82:875,2002.
26: I8l , 2003. Taylor ll/R, Vaney DI: New directions in retinal research. Trends
Hardie RC: Phototransduction: shedding light ontranslocation. Neurosci 26:379, 2003.
Curr Biol 13:R775, 2003. Thompson DA, Gal A: Vitamin A metabolism in the retinal pig-
Hendee IltA, Wells PNT: The Perception of Visual Information, ment epithelium: genes, mutations, and diseases.'-Prog Retin
New York: Springea 1997. Eye Res 22:683,2003.
Kolb H, Nelson R, Ahnelt P, Cuenca |rl: Cellular organization of Zarbin MA: Current concepts in the pathogenesis of age-related
the vertebrate retina. Prog Brain Res I 3I : 3. 20i01 . macular degeneration. Arch Ophthalmol I 22:598, 2004.
Masland kH: The fundamental plan of the retina. Nat Neurosci
4:887, 200 1
.
ijii'liiiiiiirii
-

670 UNIT X Sistem Saraf: B. lndera Khusus

Akhimya, nukleus genikulatum lateralis dorsalis ter-


Korpus genikulatum lateralis
bagi dalam bentuk lain: (1) Lapisan I dan II yang dise-
but lapisan magnoselular,kareta lapisan ini berisi sel-sel
saraf besar. Lapisan ini menerima masukan hampir selu-
ruhnya dari sel ganglion retina tipe Y yang besar. Sistem
magnoselular ini menyediakan jaras penghantaran yang
bersifat cepat ke korteks penglihatan. Namun, sistem ini
merupakan sistem yang buta wama, sehingga hanya men-
j alarkan informasi hitam-dan-putih. Penjalaran' dari-titik-
ke-titiknya juga bersifat kurang baik karena.tidak terdapat
begitu banyak sel ganglion Y, dan dendrit-dendritnya me-
nyebar secara luas di retina. (2) Lapisan III sampai lapisan
VI disebut lapisan parvoselular karena mengandung ba-
nyak sekali sel sarafberukuran kecil sampai sedang. Sel-
sel saraf ini menerima masukan hampir seluruhnya dari
sel ganglion retina tipe X yang menjalarkan wama dan
menyampaikan informasi spasial yang akurat dari+itik-
ke-titik tetapi hanya pada kecepatan penghantaran yang
sedang, dan tidak dengan kecepatan tinggi.
GAMBAR 51-1. Prinsip jaras penglihatan dari mata ke korleks
penglihatan. (Modifikasi dari Polyak SL: The Retina. Chicago:
University of Chicago, 1941 .) Susunan dan Fungsi
Korteks Penglihatan
Gambar 5l-2 dan 51-3 memperlihatkan korteks penglihat-
radiasi optik fiuga disebut traktus genikulokalkarina). an yang terutama terletak di bagian medial lobus oksipi-
Fungsi pemancaran ini sangat akurat sehingga didapatkan talis. Seperti koftikal yang menunjukkan sistem sensorik
penjalaran dari titik ke titik secara tepat dengan keteli- lain, korteks penglihatan juga terbagi menjadi korteks
tian spasial derajat tinggi pada seluruhjalur dari retina ke penglihatan primer dan korteks penglihatan sekunder.
korteks penglihatan.
Akan diingatkan kembali bahwa setelah melewati Korteks Penglihoton Primer. Korteks penglihatan
kiasma optikum, separuh dari serabut-serabut pada setiap primer (lihat Gambar 51-2) terletak pada area fisura
traktus optikus berasal dari satu mata dan separuh lainnya kalkarina, yang meluas ke arah depan dari ujung oksi-
berasal dari mata yang lain, hal ini mewakili titik kores- pital pada bagian medial setiap korteks oksipital. Area
pondensi pada kedua retina. Namun, sinyal dari kedua ini adalah ujung dari sinyal-sinyal penglihatan langsung
mata tetap terpisah di nukleus genikulatum lateralis dorsa- yang berasai dari mata. Sinyal-sinyal yang berasal dari
lis. Nukleus ini terdiri dari enam lapisan nukleus. Lapisan daerah makula retina berakhir di dekat ujung oksipital,
II, III, dan V (dari ventral ke dorsal) menerima sinyal dari seperti yang diperlihatkan dalam gambar 51-2, sedang-
bagian lateral separuh retina ipsilateral, sedangkan lapisan kan sinyal-sinyal yang berasal dari daerah perifer retina
I, IV, dan VI menerima sinyal dari bagian medial separuh berakhir pada atau di separuh lingkaran konsentrik yang
retina mata kontralateral. Masing-masing daerah retina di
kedua mata berhubungan dengan sel-sel saraf yang tum-
pang tindih dalam lapisan-lapisan yang berpasangan, dan
penjalaran paralel serupa dilakukan pada seluruh jalur ke
korteks penglihatan.
Fungsi utama yang kedua dari nukleus genikulatum Fisura kalkarina
lateralis dorsalis adalah "membentengi" penjaiaran si-
nyal-sinyal ke korteks penglihatan-yakni, untuk me-
ngendalikan seberapa besar sinyal yang diperbolehkan
melewati korteks. Nukleus menerima sinyal-sinyal peng-
atur pembentengan ini dari dua sumber utama: (l) serabut
kortikofugal yang kembali dalam arah balik dari korteks
penglihatan primer ke nukleus genilfulatum lateralis dan
(2) daerah retikular mesensefalon Keduanya ini bersi-
fat inhibitor dan, bila dirangsang, dapat mematikan pen-
jalaran yang melalui bagian-bagian tertentu dari nukleus
genikulatum lateralis dorsalis. Dapat disimpulkan bahwa
kedua sirkuit pembentengan ini membantu menyoroti in- GAMBAR 51-2. Korteks penglihatan pada daerahlisura kalkarina
formasi penglihatan yang diperbolehkan untuk lewat. kort e ks oks ip italls medial.
BAB 51 Mata: lll. Neurofisiologipenglihatan Sentral 671

berbagai macam aspek bayangan'penglihatan yang secara


progresif dibedah dan dianalisis.

Struktur Berlapis pada


Korteks Penglihatan Primer
Seperti pada hampir semua bagian lain pada korteks sere-
bri, korteks penglihatan primer memiliki enam lapisan
yang berbeda, seperti yang diperlihatkan pada Gambar
5l-4. Juga seperti pada sistem sensorik lain, serabut ge-
nikulokalkarina terutama berakhir di lapisan IV. Tetapi
lapisan ini, juga tersusun dalam beberapa divisi. Sinyal
yang dihantarkan secara cepat dari sel ganglion y retina
Iinci,
berakhir di lapisan IVcu, dan dari sini sinyal-sinyal terse-
Warna
but dipancarkan secara vertikal ke luar ke arah permukaan
GAMBAR 51-3. Penjalaran sinyal-sinyal penglihatan dari kofteks
kortikai dan ke dalam ke arah tingkat yang lebih dalam.
penglihatan primer ke area penglihatan sekunder pada permu-
kaan lateral korteks oksipitalis dan parietalis. perhatikan bahwa Sinyal-sinyal penglihatan yang berasal dari serabut
sinyal-sinyal yang mewakili bentuk, posisi tiga-dimensi, dan ge- sarafoptik ukuran sedang, yang berasal dari sel ganglion
rakan terutama dijalarkan ke bagian superior lobus oksipitalis dan X di retina, juga berakhir di lapisan IV tetapi pada titik
bagian posterior Iobus parietalis. Sebaliknya, sinyal-sinyal untuk yang berbeda dengan sinyal Y. Sinyal-sinyal ini berakhir
penglihatan rinci dan warna terutama dijalarkan ke bagian an-
teroventral lobus oksipitalis dan bagian ventral lobus temporalis pada lapisan IVa dan IVcB, bagian yang paling sempit
posterior. dan paling dalam dari lapisan IV, yang diperlihatkan pada

terletak di depan ujung oksipital namun masih di sepan-


jang fisura kalkarina pada bagian medial lobus oksipitalis.
Retina bagian atas diwakili secara superior, dan bagian
bawah secara inferior.
Perhatikan pada gambar, terutama daerah luas yang
menggambarkan makula. Pada daerah ini, fovea retina
menjalarkan sinyalnya. Fovea berlanggung jawab terha- (a)

dap tajam penglihatan dengan derajat paling tinggi. Ber- (b)


"Blobs
dasarkan pada area retina, fovea memiliki beberapa ratus (ccr) warna"
kali lebih banyak perwakilan di korteks penglihatan primer
dibandingkan dengan sebagian besar bagian perifer retina. (c0)

Korteks penglihatan primer juga disebut area pengli-


hatan I Nama lainnya lagi adalah korteks slriata, karena
daerah ini memiliki tampilan striata yang luas.

Areo Pengliholon Sekunder pqdo Korteks. Area


penglihatan sekunder, yang juga disebut area asosiasi LGN Lbt\
(maonoselular) (parvoselular)
penglihatan, terletak di sebelah lateral, anterior, superior,
dan inferior terhadap kofteks penglihatan primer. Seba-
gian besar daerah ini juga melipat ke arah luar melewati
t
Ganglion
4
r
Ganglion
permukaan lateral korteks oksipitalis dan korteks parieta-
retina retina
lis, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5l-3. Sinyal
sekunder yang dijalarkan ke daerah ini digunakan untuk Cepat, Hitam dan putih Sangat akurat, Warna
menganalisis arti penglihatan. Sebagai contoh, semua sisi
korteks penglihatan primer merup akan area I I Brodmann GAIIBAR 51-4. Enam lapisan pada korleks penglihatan primer.
(lihat Gambar 51-3), yang merupakan.tempat sesungguh- Hubungan yang diperlihatkan pada sisi kiri gambar berasal dari
lapisan magnoselular pada nukleus genikutatum lateral (LGN)
nya bagi semua sinyal yang berasal dari korteks pengli-
hatan primer untuk lewat. Oleh karena ifu, area l8 Brod- !a1 secara cepat menjalarkan perubahan sinyat-sinyal pengli-
hatan hitam-dan-putih. Jaras pada sebelah kanan bterasal dari
mann disebut area penglihatan II atau secara sederhana lapisan parvoselular (lapisan III sampai tapisan Vl) pada nukteus
V-2. Selain ini, terdapat area penglihatan sekunder yang genikulatum lateral;jaras ini menjalarkan sinya!-sinyal yang meng_
uraikan rincian spasial secara akurat, seperti juga teihaaap wir_
letaknya lebih jauh dan memiliki sebutan yang spesi-
na. Perhailkan terutama daerah korteks p"rginitun yang disebut
fik-V-3, V-4, dan selanjutnya-sampai lebih dari selusin "blobs warna" yang dipeilukan untuk pengenatan warna. Lihat
area. Makna dari semua area ini adalah bahwa terdapat Sisipan Gambar Berwarna
672 UNIT X Slsfem Saraf: B. lndera Khusus

bagian kanan pada Gambar 51-4. Dari sini, sinyal-sinyal sehingga memungkinkan seseorang untuk membedakan
tersebutjuga dijalarkan secara vertikal ke arah permukaan jarak objek melalui mekanisme stereopsis.
korteks dan ke arah lapisan yang lebih dalam. Jaras gang-
lion X ini menjalarkan jenis penglihatan akurat dari titik- Dua Jaras Utama untuk Analisis
ke-titik seperti pada penglihatan warna.
lnformasi Penglihatan-(l ) Jaras
Kolom Sel Sorqf podo Korieks Penglihoton. Kor- "Posisi" Cepat dan Jaras "Gerakan";
teks penglihatan tersusun secara struktural menjadi be- (2) Jaras Warna yang Akurat ,
berapajuta kolom vertikal sel-sel saraf, setiap kolom me-
miliki diameter 30 sampai 50 mikrometer. Susunan kolom Gambar 51-3 memperlihatkan bahwa setelah mening-
vertikal yang sama juga ditemukan di seluruh korteks se- galkan korteks penglihatan primer, informasi penglihatan
rebral untuk penginderaan yang lain (dan juga di daerah dianalisis dalam dua jaras utama pada daerah penglihatan
korteks motorik dan analitis). Setiap kolom mewakili satu sekunder.
unit fungsional. Secara kasar, kita dapat memperhitung-
kan bahwa sel-sel saraf di setiap kolom vertikal pengli- l. Anqlisis PosisiTigo-Dimgnsi, Bentuk Umum dqn
hatan ini barangkali berjumlah 1000 atau lebih. Gerokqn Objek. Salah satu jaras yangbersifat analitik,
Setelah sinyal optik berakhir di lapisan IV, selanjutnya diperlihatkan pada Gambar 51-3 oleh panah hitam yang
sinyal ini diproses ketika sinyal-sinyal menyebar ke arah besar, menganalisis posisi tiga-dimensi objek penglihatan
luar dan ke arah dalam sepanjang setiap unit kolom ver- di sekitar tubuh. Jaras ini juga menganalisis bentuk fisik
tikal. Pemrosesan sinyal ini diduga menguraikan secara umum penglihatan serta gerakan dalam penglihatan terse-
terpisah bentuk-bentuk kecil informasi penglihatan pada but. Dengan kata lain, jaras-jaras ini memberitahu letak
tempat yang berurutan di sepanjang jaras. Sinyal-sinyal setiap objek pada waktu tertentu dan apakah objek terse-
yang berjalan ke arah luar menuju lapisan I, II, dan III but bergerak. Setelah meninggalkan korteks penglihatan
pada akhirnya menjalarkan sinyal untukjarak pendek se- primer, sinyal-sinyal ini berjalan ke daerah midtemporalis
caralateral dalam korteks. Sebaliknya, sinyal yang berja- posterior danke arah atas menuju korteks oksipitoparietal
lan ke arah dalam menuiu lapisan V dan VI merangsang yang luas. Pada tepi anterior korteks parietalis, sinyal-
sel-sel saraf yang menjalarkan sinyal yang jaraknya jauh sinyal ini bertumpang tindih dengan sinyal yang berasal
lebih panjang. dari daerah asosiasi somatik posterior yang menganalisis
aspek tiga-dimensi dari sinyal somatosensorik. Sinyal-
"Blobs Wornq" podo Korleks Penglihoton. Ter- sinyal yang dijalarkan dalam jaras p osisi-bentuk-gerak ini
dapat daerah khusus seperti kolom yang terletak berse- terutama berasal dari serabut saraf optik Y besar pada sel
lang-seling di antara kolom-kolom penglihatan primer dan ganglion Y retina, menjalarkan sinyal-sinyal cepat tetapi
juga di antara kolom-kolom beberapa daerah penglihatan hanya menggambarkan hitam dan putih tanpa wama.
sekunder; daerah ini disebut blobs warna (color blobs).
Daerah ini menerima sinyal lateral yang berasal dari ko-
2. Anolisis Rincion Pengliholon don Worno. Pa-
nah merah pada Gambar 51-3, yang berjalan dari korteks
lom penglihatan di dekatnya dan diaktivasi secara spesifik
penglihatan primer ke daerah penglihatan sekunder di
oleh sinyal warna. Oleh karena itu, diduga bahwa blobs
daerah venhal dan medial inferior korteks oksipitalis dan
ini merupakan daerah primer untuk penguraian wama.
korteks temporalis, memperlihatkan jaras utama untuk
lnteroksi Sinyol Pengliholon dori Keduq Moto. analisis rinciax penglihatan. Bagian terpisah pada jaras ini
Ingatlah kembali bahwa sinyal penglihatan yang ber- secara spesifik menganalisis warna juga. Oleh karena itu,
asal dari kedua mata yang terpisah dipancarkan melalui iaras ini dikaitkan dengan gambaran penglihatan tertentu
lapisan sel saraf yang terpisah di nukleus genikulatum seperti mengenali huruf, membaca, menentukan tekstur
lateralis. Sinyal-sinyal ini masih tetap terpisah satu salha permukaan, menentukan rincian wama dari suatu objek,
lain ketika tiba di lapisan IV pada korteks penglihatan dan menguraikan semua informasi ini untuk menentukan
primer. Pada kenyataannya, lapisan IV terjalin dengan "apa" objek tersebut dan apa maknanya.
garis-garis kolom sel saraf, setiap garis lebarnya kurang
lebih 0,5 milimeter; sinyal-sinyal yang berasal dari satu Pola Perangsangan
mata memasuki kolom setiap garis yang lain' bergan-
tian dengan sinyal yang berasal dari mata kedua. Dae- Sel Saraf Selama Analisis
rah korteks ini menguraikan apakah masing-masing area Bayangan Penglihatan
kedua bayangan penglihatan dari kedua mata "tercatat"
satu sama lain-artinya, apa]<ah tltik korespondensi dari Anqlisis Berbogoi Konlrqs podo Boyongon
kedua retina itu sesuai satu sama lain. Kemudian, infor- Penglihoton. Jika orang memperhatikan dinding yang
masi yang telah terurai ini digunakan untuk menyesuaikan kosong, hanya beberapa sel saraf di korteks penglihatan
arah pandangan dari kedua mata yang terpisah sehingga primer yang akan dirangsang, tidak bergantung pada
kedua arah pandangan mata saling bersatu (dibawa ke tingkat pencahayaan dinding tersebut, apakah terang
"catatan").Informasi yang diarirati adalah mengenai de- atau tidak. Dengan demikian timbul pertanyaan: Apa
rajat pencatatan bayangan yang berasal dari kedua mata yang dideteksi oleh korteks penglihatan primer itu? Un-
BAB 51 Mata: lll. Neurofisiologi Penglihatan Sentral 673

?*'' nya sama namun posisinya tidak spesifik. Artinya, sekali-


I
I
pun garis tersebut terletak agakjauh di sebelah lateral atau
,
i vertikal pada lapangan pandang, beberapa sel sarafyang
*. ,-.- .. J
sama akan tetap dirangsang jika garis memiliki arah yang
sama. Sel-sel saraf itu disebut sel kompleks.

Pengenolon Goris dengon Bentuk ponjong,


Bentuk Bersudul olou Bentuk Loinnyo. Beberapa
sel saraf di lapisan luar pada kolom penglihatan primer,
Bayangan retina Rangsangan korteks
seperti juga sel-sel saraf pada beberapa area penglihatan
GAMBAR 51-5. Pola eksitasi yang terjadi di dalam kofteks peng- sekunder, hanya terangsang oleh garis-garis atau tepi-
lihatan sebagai suatu respons terhadap bayangan suatu palang tepi dari bentuk panjang yang spesifik, atau oleh bentuk
gelap pada retina.
bersudut yang spesiflk, atau oleh bayanganyangmemiliki
karakteristik lain. Jadi, sel-sel saraf ini dapat mengenali
bentuk-bentuk informasi yang lebih tinggi dari pandang-
an. Jadi, semakin jauh kita mendalami mengenai jaras
tuk dapat menjawab pertanyaan ini, kita letakkan sebuah
analitis korteks penglihatan, secara progresif semakin
tanda palang yang besar di dinding, seperti yang terlihat
khas pula setiap pandangan yang diuraikan.
pada Gambar 5l-5 bagian kiri. Bagian kanan menunjuk-
kan suatu pola ruang dari sebagian besar sel sarafkorteks
penglihatan yang terangsang. Perhatikanlah bahwq area Pengenalan Warna
eksitasi maksimum yang terjadi pada bayangan tersebut
merupakan batas,batas dari bendayang sedang kita per- Wama dikenali dengan cara yang sangat mirip dengan
hatikan. Jadi, sinyal penglihatan pada korteks penglihatan pengenalan garis; yaitu dengan menggunakan kontras
primer terutama lebih memperhatikan bag ian kontr as pada warna. Sebagai contoh, daerah merah seringkali dikon-
lapangan penglihatan, daripada daerah yang tidak berkon- traskan dengan daerah hijau, daerah biru dengan daerah
tras. Kita telah melihat pada Bab 50, bahwa hal ini juga merah, atau daerah hijau dengan daerah kuning. Semua
terjadi pada sebagian besar sel ganglion retina, karena re- warna ini dapat juga dikontraskan dengan daerah putih
septor-reseptor retina yang berdekatan terangsang sama dalam pandangdn. Pada kenyataannya, pengkontrasan
kuat dan saling menghambat satu sama lain. Tetapi pada dengan daerah putih ini diduga merupakan penyebab uta-
setiap tepi pandangan , tempat terjadinya perubahan dari ma untuk fenomena yang disebut "ketetapan wama,,; arli-
gelap ke terang atau dari terang ke gelap, inhibisi mutual nya, ketika wama dari cahaya yang beriluminasi tersebut
tidak terjadi, dan intensitas perangsangan pada sebagian berubah, warna "putih" berubah bersama dengan cahaya,
besar sel sarafmeningkat sesuai dengan tingkat kontras- dan penguraian yang tepat dalam otak memungkinkan
artinya, semakin tegas suatu kontras dan semakin besar warna merah diinterpretasikan sebagai merah walaupun
perbedaan intensitas antara bagian gelap dengan bagian cahaya yang beriluminasi telah mengubah warna yang me-
terang, semakin tinggi pula derajat perangsangannya. masuki mata.
Mekanisme analisis kontras warna bergantung pada
Korfeks Pengliholon Jugo Mengenoli Orienlosi kenyataan bahwa warna-warna yang kontras, yang dise-
Goris don Botos-Sel "Sederhono". Korteks peng- but "warna-w ama y a\g berlawanan", merangsang sel-sel
lihatan itu tidak hanya mengenali keberadaan garis dan saraf spesifik. Ada dugaan bahwa detail permulaan dari
batas yang terdapat di dalam bayanganretina, tetapijuga kontras warna dikelali oieh sel-sel sederhana, sedangkan
mengenali arah orientasi dari setiap garis atau batas- kontras yang lebih kompleks dikenali oleh sel-sel kom-
yaitu apakah berbentuk vertikal atau horizontal atau agak pleks dan sel-sel hiperkompleks.
miring. Hal ini diduga disebabkan oleh susunan linear
sel-sel yang saling menghambat, yang merangsang sel-sel
Efek Pengangkatan Korteks
sarafkedua ketika terjadi penghambatan di sepanjang tepi
sel, tempat tepi kontras berada. Jadi, untuk setiap orien-
Penglihatan Primer
tasi garis semacam ini, sel-sel saraf spesifik dirangsang. Pengangkatan korteks penglihatan primer pada manusia
Garis yang terorientasi dalam berbagai arah merangsang menyebabkan h ilangnya daya penglih atan y ang disadari,
sekumpulan sel yang berbeda. Sel-sel sarafini disebut sei yaitu mengalami kebutaan. Namun, penelitian psikologi
sederhana. Sel-sel ini terutama ditemukan di lapisan IV menunjukkan bahwa beberapa orang buta seperli itu
pada korteks penglihatan primer. .
kadang-kadang masih dapat bereaksi secara tak sadar
terhadap perubahan intensitas cahaya, terhadap gerakan
Pengenolon Orientosi Goris Ketiko Goris Berge- pada penglihatan, atau, bahkan terhadap beberapa pola
ser ke Loterol otou Verlikol podo Lopongon penglihatan yang kasar walaupun jarang. Reaksi yang
Pondong-Sel " Kompleks". Ketika sinyal penglihat- timbul adalah memutarnya bola mata, memutarnya ke-
an bergerak menjauh dari lapisan IV, beberapa sel saraf pala, dan gerakan menghindar. Daya penglihatan ini di-
memberikan respons terhadap garis yang orientasi arah- anggap dibantu oleh adanya jaras sel saraf yang berialan
674 UNIT X Sistem Saraf: B. lndera Khusus

dari traktus optikus yang terutama menuju kolikulus supe- area tersebut terjadi pengendapan pigmen melanin yang
rior dan bagian lain dari sistem penglihatan. berlebihan. Biasanya retinitis pigmentosa mula-mula
menyebabkan kebutaan pada bagian perifer lapangan
pandang dan selanjutnya secara bertahap menyebar sam-
pai ke area sentral.
Lapangan pandangl Perimetri
Efek lesi di Joros Oplik Terhodop Lopongon
Lapangan pandang merupa-kan suatu area penglihatan
pondong. Kerusakan pada seluruh nervus optikus
yang dilihat oleh salah satu mata pada suatujarak terten-
menyebabkan timbulnya kebutaan pada mata yang ter-
tu. Area yang terlihat di bagian nasal disebut lapangan
kena.
pandang bagian nasal, dan area yang terlihat di sisi late-
Kerusakan pada kiasnta optikum menghambat pen-
ral disebut lapangan pandang bagian temporal.
jalaran impuls dari separuh bagian nasal kedua retina
Untuk mendiagnosis adanya kebutaan pada bagian
yang menuju ke traktus optikus sisi lainnya. Oleh kare-
retina tertentu, dapat dilakukan dengan memetakan la-
na itu, separuh bagian nasal retina kedua mata tersebut
pangan pandang dari setiap mata melalui suatu proses
menjadi buta; yang berarli bahwa orang tersebut akan
yang disebutperimetri. Ini dapat dilakukan dengan me-
mengalami kebutaan di kedua bagian ternporal lapangan
nyuruh pasien melihat dengan satu matanya tertutup dan
pandang knrena bayangan dari lapangan pandang men-
satunya lagi melihat langsung pada suatu titik sentral di
jadi terbalik di retina oleh sistem optis mata; keadaan
depannya. Lalu suatu bintik kecil cahaya atau sebuah .
ini disebut hemianopsia bitemporal. Lesi seperti ini se-
benda yang kecil digerakkan maju mundur di seluruh
ringkali disebabkan adanya tumor pada kelenjar hipofise
lapangan pandang, dan orang tersebut memberitahu ke-
yang menekan ke arah atas dari sella turcica ke bagian
tika bintik cahaya atau benda itu dapat dilihat dan ketika
bawah kiasma optikum.
tidak dapat dilihat. Dengan demikian, lapangan pandang
Gangguan pada traktus optikus memutuskan persa-
untuk mata kiri digambarkan seperti tampak pada Gam-
rafan separuh bagian masing-masing retina pada sisi
- bar 5l-6. Pada semua peta perimetri, suatu bintik buta
yang sama dengan letak lesi; akibatnya, kedua mata ti-
yang disebabkan oleh sedikitnya sel batang dan kerucut
dak dapat melihat objek di sisi kepala yang berlawanan.
di retina di alas lempeng optik diju:r:'pai kira-kira pada
Keadaan ini disebut sebagai hemianopsia homonim.
I 5 derajat sebelah lateral dari titik pusat penglihatan, se-
perti yang dilukiskan dalam gambar tersebut.

Keloinon Lopongon pondong. Selain di area lem- Pergerakan Mata


peng optik, kadangkala bintik buta dapatjuga dijumpai dan Pengaturannya
di bagian lapangan pandang yang lain. Bintik buta yang
demikian disebut s kotomala; seringkali disebabkan oleh Untuk memanfaatkan kemampuan visual mata, yang
kerusakan nervus optikus akibat glaukoma (tekanan cair- hampir sama pentingnya dengan sistem interpretasi si-
an dalam bola mata terlalu tinggi), akibat reaksi alergi
nyal penglihatan dari mata, adalah dengan mengguna-
pada retina, atau akibat keadaan toksik, seperti keracun-
kan sistem pengaturan serebral untuk mengarahkan mata
an timah dan pemakaian tembakau yang berlebihan.
Kondisi lain yang dapat didiagnosis dengan perime-
menuju objek yang akan dipandang.
tri adalah retinitis pigmentosa. Pada penyakit ini, terda-
pat bagian retina yang mengalami degenerasi, dan di Pengoiuron Otoi'Olot unluk Pergerokon Motq.
Seperli yang tampak dalam Gambar 57-7, pergerakan
mata diatur oleh tiga pasang otot: (1) rektus medialrs dan
lateralis, (2) rektus superior dan inferior, dan (3) oblikus
superior dan inferior. Otot rektus medialis dan lateralis
berkontraksi untuk menggerpkkan mata dari satu sisi ke
sisi lainnya. Otot rektus superior dan inferiorjuga berkon-
traksi untuk menggerakkan mata ke atas dan ke bawah.
Otot obliqus terutama berfungsi untuk memutar bola mata
agar lapangan pandang tetap pada posisi tegak.

Jqros Sorof untuk Pengoluron Gerokon Moto.


1

Gambar 51-7 juga memperlihatkan nukleus saraf kra-


180
nial III, IV, dan VI di batang otak dan hubungan ketiga
Lempeng
ontik saraf dengan saraf perifer yang menuju ke otot-otot mata.
' 195
Dalam gambar tersebut juga tampak hubungan antara ke-
tiga nukleus ini yang melewati jaras persarafan disebut
210
fas ikulus longitudinalis medial. Masing-masing dari keti-
ga susunan otot untuk tiap mata diinnervasi secara timbal
balik sehingga satu otot dari setiap pasang otot itu akan
berelaksasi sementara otot yang lainnya berkontraksi.
vfr- z1s
Gambar 5l-8 memperlihatkan pengaturan kortikal
GAMBAR 51-6. Peta perimetri, menuniukkan lapangan pandang terhadap aparatus okulomotor, menunjukkan penyebar-
mata sebelah kiri. an sinyal yang berasal dari area penglihatan di korteks
BAB 51 Mata: lll. Neurofisiologi Penglihatan Sentral 675

keseimbangan tubuh di batang otak ke sistem okulomotor


(yang asalnya dari nukleus vestibular melewati fasikulus
longitudinal medial).

Oblikus superior
ReKus inferior
Gerakan Fiksasi Mata
Rektur medialis Mungkin gerakan matayang paling penting adalah gerakan
yang menyebabkan mata itu "terfiksasi', pada bagian yang
luas dari lapangan pandang. Gerakan fiksasi ini diatur oleh
dua mekanisme saraf. Yang pertama adalah pengaturan
yang menyebabkan orang dapat menggerakkan mata se-
cara voluntar untuk menemukan objek dalam penglihatan-
nya yang kemudian akan difiksasinya; gerakan ini disebut
sebagai mekanisme fiksasi voluntar. Yang kedua adalah
asikulus
mekanisme yang dapat menahan mata secara tetap pada
medialis objek seketika objek itu ditemukan oleh mata; keadaan ini
disebut sebagai mekanisme f ks as i involuntar.
GAMBAR 51-7, Otot-otot ekstraokular mata dan persarafannya
Seperti yang terlihat dalam Gambar 5l-8, gerakan
fiksasi voluntar diatur oleh bagian kortikal yang terletak
bilateral di regio premotor kortikal lobus frontalis. Dis-
fungsi bilateral atau kerusakan pada area ini menyebabkan
oksipitalis melewati traktus oksipitotektal dan traktus orang itu sukar atau hampir tak mungkin ,,memindahkan"
oksipitokolikular menuju area pretektal dan kolikulus su- matanya dari titik fiksasi dan selanjutnya menggerakkan
perior pada batang otak. Dari area pretektal dan area koli- mata ke titik yang lain. Biasanya orang tersebut perlu
kulus superior, sinyal pengaturan okulomotor selanjutnya mengedipkan mata atau menutup mata dengan tangan
akan menuju ke nukleus saraf okulomotor di batang otak. untuk waktu yang singkat, setelah itu baru dapat meng-
Juga ada sinyal kuat yang dijalarkan dari pusat pengatur gerakkan mata.

Area
asosiasi
penglihatan

Korteks
penglihatan primer
TraKus oksipitoteKal dan
TraKus frontoteKal traKus oksipitokolikular
Nuklei preteKal
Nukleus viseral saraf lll
Kolikulus superior
okulomotor
Saraf lll
Nukleus troklearis

Nukleus abdusens

Nukleus vestibular
GAMBAR 51-8. Jaras sa-
longitudinal medialis raf untuk pengaturan gerAk-
an konjugat mata.
676 UNIT X Slsfem Saraf: B. lndera Khusus

Sebaliknya, mekanisme fiksasi yang menyebabkan menyilang konus, dan gerakan penyimpangan akan me-
mata dapat "terpaku" pada suatu objek yang menjadi nyebabkan titik itu menyimpang konus secara perlahan.
perhatiannya ketika objek itu ditemukan, diatur oleh Setiap kali titik cahaya menyimpang sampai pada tepi fo-
area penglihatan sekunder di korleks oksipitalis, yang vea, timbul suatu ieaksi refleks yang mendadak, sehingga
terutama terletak di sebelah anterior korteks penglihatan menyebabkan gerakan ceklikan yang nantinya akan me-
primer. Bila area fiksasi ini mengalami kerusakan bila- mindahkan titik itu menjauhi tepi dan kembali ke bagian
teral binatang, binatang akan mengalami kesulitan untuk tengah fovea lagi. Jadi, respons otomatis memindahkan
memfiksasi matanya ke titik fiksasi atau dapat menjadi bayangan kembali ke bagian tengah fovea.
benar-benar tak mampu melakukan gerakan tersebut. Gerakan penyimpangan dan ceklikan ini'diperlihat-
Ringkasnya, lapangan mata "involuntar" di korteks kan pada Gambar 5l-9; garis putus-putus menunjukkan
oksipitalis sebelah posterior secara otomatis akan "me- gerakan lambat menyilang retina dan garis ufuh menun-
maku" mata pada suatu titik pada lapangan pandang yang jukkan gerakan ceklikan yang mencegah bayangan me-
diinginkan sehingga, dapat mencegah terjadinya gerakan ninggalkan regio fovea. Kemampuan fiksasi involuntar
bayangan menyilang retina. Untuk melepaskan diri dari sebagian besar hilang ketika kolikulus superior dirusak.
fiksasi penglihatan ini; sinyal voluntar harus dijalarkan
dari lapangan mata "voluntar" kortikal yang terletak di Gerokon Sokodik podo Molo-Mekonisme
korteks frontal. yong Terjodi Berlurut-Turul podo Fiksosi Titik.
Bila bayangan penglihatan bergerak secara terus menerus
Mekonisme Fiksosi Pemokuqn lnvoluntor-Pe- di depan mata, misalnya sewaktu seseorang sedang me-
ngendarai mobil, mata akan terfiksasi pada satu sorotan
ron Kolikuli Superior. Jenis fiksasi pernakuan involuntar
cahaya ke sorotan cahaya lain dalam lapangan pandang,
yang telah dibahas pada bagian sebelumnya berasal dari
melompat-lompat dari satu tempat ke tempat lain dengan
mekanisme umpan balik negatif yang mencegah objek
kecepatan dua sampai tiga lompatan per detik. Lompatan
perhatian agar tidak sampai meninggalkan bagian fovea
retina. Secara normal, mata memiliki tiga macam gerakan
ini disebut sakade, dan gerakannya disebul gerakan op-
yang berjalan secara kontinu namun hampir tak terasa: (1)
tikokinetik. Gerakan sakadik ini begitu cepatnya sehingga
waktu yang dibutuhkan untuk menggerakkan mata terse-
tremor yang terus menerus dengan kecepatan 30 sampai
but tidak lebih dari 10 persen waktu total, sedangkan 90
80 siklus per detik yang disebabkan oleh kontraksi yang
persennya dipakai untuk memfiksasi. Juga, selama timbul
beruntun dari unit motor pada otot-otot mata, (2) penyim-
gerakan sakadik ini, otak akan menekan bayangan pengli-
pangan yang lambat dari bola mata ke satu jurusan atau
hatan sehingga orang itu tidak merasakan adanyagerakan
ke jurusan yang lainnya, dan (3) gerakan ceklikan tiba-
perpindahan dari satu titik ke titik lain.
tibayang diatur oleh mekanisme fiksasi involuntar.
Bila sebuah titik cahaya sudah difiksasikan pada re-
Gerakan Sakadik Selama Membaca. Selama mem-
gio fovea retina, adanya gerakan tremor akan menyebab-
baca, biasanya orang melakukan beberapa gerakan saka-
kan titik cahaya itu bergerak maju mundur dengan cepat
dik pada matanya untuk setiap baris. Pada keadaan ini,
bayangan pandangannya tidak akan bergerak melewati
mata, namun mata itu akan dilatih untuk bergerak dengan
memakai beberapa gerakan sakadik yang berurutan, me-
lewati bayangan penglihatan untuk menyaring informasi
penting. Gerakan sakadik yang mirip juga terjadi sewaktu
orang memperhatikan suatu lukisan, hanya saja gerakan
sakadiknya terjadi ke.arah atas, ke samping, ke bawah,
dan menyudut dari satu sorotan cahaya pada lukisan itu
menuju arah lainnya, dan seterusnya.
j
"t
\J Fiksosi podo Objek yong Bergerok-"Gerokon
Gerakan Mengejor". Mata dapat juga tetap difiksasi pada ob-
voluntar jek yang sedang bergerak, yang disebut sebagai gerakan
menuju ke mengejar. Mekanisme kortikal yang sangat berkembang
sisi fiksasi
secara otomatis dapat mendeteksi rangkaian gerakan
suatu objek dan selanjutnya secara cepat membuat se-
rangkaian pergerakan yang sama pada mata. Contohnya,
GAMBAR 51-9. Pergerakan sebuah titj/< cahaya pada fovea,
menunj ukkan gerakan "ceklikan" mendadak yang menggerakkan
bila ada objek yang bergerak ke atas dan ke bawah seperti
titik tadi kembali ke bagian tengah fovea bila titik itu menyimpang bentuk gelornbang dengan kecepatan beberapa kali per
sampai ke tepi fovea. (Garis putus-putus menunjukkan gerakan detik, mula-mula mata tidak mampu berfiksasi pada objek
menyimpang yang lambat, dan garis yang utuh menuniukkan tersebut. Namun, setelah satu detik atau lebih, mata akan
gerakan ceklikan yang mendadak.) (Modifikasi dari Whitteridge
D: Central control of the eye movements. ln Field J, Magoun HW,
mulai melompat dengan memakai gerakan sakadik menu-
Hall VE (eds): Handbook of Physiology. Vol. 2, sec. 1. Washing' rut suatu pola yang mirip dengan pola pergerakan objek
ton, DC, American Physiological Society, 1960.) tersebut. Lalu, sesudah beberapa detik kemudian, secara
BAB 51 Mata: lll. Neurofisiologi Penglihatan Sentral 677

progresif mata mulai semakin lancar dan semakin halus retina. Korteks penglihatan berperan penting dalam fusi.
bergerak dan akhirnya mengikuti pergerakan gelombang Telah dijelaskan sebelumnya dalam bab ini bahwa titik
tersebut dengan kecepatan yang hampir sama. Keadaan korespondensi kedua retina menjalarkan sinyai pengli-
ini menunjukkan adanya kemampuan secara otomatis dan hatan ke berbagai lapisan sel sarafdi korpus genikulatum
tak disadari serta penuh perhitungan yang dilakukan oleh lateralis, dan sinyal ini kemudian dihantarkan ke sel saraf
sistem pengejaran untuk mengendalikan gerakan mata. yang sejajar dalam korteks penglihatan. Terjadi interaksi
di antara sel-sel saraf korteks ini yang menyebabkut eksi-
Kolikulus Superior Merupakan tasi gangguan dalam sel saraf yang spesifik bila kedua
Penyebab Utama untuk Menggerakkan gambaran penglihatan tidak "tercatat"-yakni, tidak ter-
Mata dan Kepala ke Arah Objek jadi fusi dengan tepat. Rangsangan ini mungkin memberi-
yang Mengganggu Penglihatan kan sinyal yang dijalarkan ke aparatus okulomotor yang
menyebabkan gerakan mata konvergen, divergen, atau ro-
Objek yang tiba-tiba mengganggu penglihatan di daerah
tasi supaya fusi dapat dibentuk kembali. Sekali titik kores-
lateral lapangan pandang seringkali menyebabkan mata
pondensi kedua retina dicatat, eksitasi "gangguan" dalam
segera bergerak ke arah tersebut, bahkan bila korteks
penglihatan telah rusak. Hal ini tidak terjadi jika kolikulus sel spesifik di kodeks penglihatan akan menghilang.
superior"juga telah rusak. Untuk mendukung fungsi ini,
berbagai titik di retina diwakili secara topografis di koli- Mekanisme Saraf dari Stereopsis untuk
kulus superior dengan carayang sama seperti di korteks Menetapkan Jarak Objek Penglihatan
penglihatan primer, walaupun dengan tingkat keakuratan Telah dibicarakan dalam Bab 49 bahwa karena kedua mata
yang lebih rendah. Meskipun begitu, arah utama dari kilat- teryisah lebih dari 2 inci, bayangan pada kedua retina ti-
an cahaya yang datang di daerah perifer lapangan retina dak tepat sama. Artinya, mata kanan melihat sedikit lebih
dipetakan oleh kolikuli, dan sinyal-sinyal sekunder dijalar- bdnyak sisi sebelah kanan objek, dan mata kiri melihat se-
kan ke nukleus okulomotor untuk menggerakkan mata. dikit lebih banyak sebelah kiri objek; dan semakin dekat
Untuk membantu pergerakan mata ke arah ini, kolikuli jarak suatu objek, semakin besar pula perbedaannya. Oleh
superior juga memiliki peta topologi sensasi somatik yang karena itu, bahkan bila kedua mata disatukan satu sama
berasal dari tubuh dan sinyal-sinyal akustik dari telinga. lain, semua titik korespondensi di kedua bayangan peng-
Serabut-serabut saraf optik yang ber.asal dari mata lihatan tetap tidak mungkin tercatat dalam waktu yang
menuju ke kolikuli, yang bertanggung jawab untuk gerak- sama. Lebih lanjut, semakin dekat objek dengan mata,
an-gerakan berbelok cepat ini, merupakan cabang dari se- semakin rendah derajat pencatatannya. Derajat ketidak-
rabut-serabutYyang berkonduksi secara cepat; salah satu tercatatan ini menghasilkan mekansime untuk stereopsis,
cabangnya berjalan ke korteks penglihatan dan cabang yaitu mekansime yang penting untuk menentukan jarak
yang lain ke arah kolikulus superior. (Kolikulus superior objek penglihatan sampai sejauh kurang lebih 200 kaki
dan daerah lain di batang otak juga disuplai secara kuat (60 meter).
oleh sinyal-sinyal penglihatanyang dijalarkan dalam se- Mekanisme neuronal selular untuk stereopsis didasar-
rabut-serabut saraf optik tipe W. Serabut-serabut ini me- kan pada fakta bahwa beberapajaras serabut yang berasal
wakili jaras penglihatan yang paling tua, tetapi fungsinya dari retina dan menuju korteks penglihatan menyimpang
masih belum jelas). sebesar 1 sampai 2 derajat pada setiap sisi jaras sentral.
Selain menyebabkan mata bergerak ke arah objek yang Oleh karena itu, beberapa jaras optik yang berasal dari
mengganggu penglihatan, sinyal-sinyal ini dipancarkan kedua mata dapat mencatat objek-objek secara tepat pada
dari kolikulus superior melalui fas ikulus I o ngi tudinal m e- jarak 2 meter; selain itu, masih ada rangkaian jaras pen-
dialis ke tingkat lain di batang otak untuk menyebabkan catatan untuk objek-objek dengan jarak 25 meter. Jadi,
bergeraknya seluruh kepala dan bahkan seluruh tubuh ke jarak ditentukan oleh rangkaian jaras mana yang berinter-
arah objek tersebut. Selain penglihatan, ada jenis gang- aksi dengan yang lain. Fenomena ini disebut persepsi ke-
guan lain seperti suara yang keras atau bahkan pukulan dalaman, yang merupakan nama lain untuk stereopsis.
pada sisi tubuh, yang dapat menyebabkan bergeraknya
mata, kepala, dan tubuh secara serupa tetapi hanya jika Slrobismus
Strabismus, yang juga disebut juling atau cross-eye
kolikulus superior masih utuh. Oleh karena itu, kolikulus
(mata yang menyilang), berarti kurangnya penyatuan
superior memainkan peran yang umum dan menyeluruh mata dalam satu atau lebih koordinasi penglihatan: ho-
untuk mengarahkan mata, kepala, dan tubuh sesuai de- rizontal, verlikal atau rotasi. Tipe-tipe dasar strabismus
ngan arah gangguan eksternal, baik berupa penglihatan, diperlihatkan dalam Gambar 51-10: (1) strabisnrus ho-
pendengaran, atau somatik. rizontal, (2) strabismus torsional, dan (3) strabismus
vertikal. Kombinasi dari dua atau bahkan tiga tipe stra-
bismus yang berbeda ini seringkali terjadi.
"Fusi" Bayangan Penglihatan Strabismus seringkali disebabkan oleh "pengaturan"
dari Kedua Mata abnormal pada mekanisme fusi sistem penglihatan. Se-
hingga, pada usaha pertama seorang anak untuk mem-
Untuk memberikan persepsi penglihatan yang lebih ber- fiksasi kedua matanya pada objek yang sama, satu mata
arti,bayatgan penglihatan dalam kedua mata normal ber- terfiksasi dengan sangat memuaskan sedangkan yang
fusi satu sama lain pada "titik korespondensi" di kedua lainnya gagal untuk memfiksasi, atau keduanya terfik-
678 UNIT X Sistem Saraf: B. Indera Khusus

h Strabismus
horizontal
{@ffi {&a
r,*if r-ln
'W
Strabismus
torsional
Strabismus
vertikal Daerah Edinger-
preteKal Westphal
GAMBAR 51-1O. Tipelipe dasar strabismus j, N.l

sasi dengan memuaskan tetapi tidak pernah secara ber-


samaan. Sesudahnya, pola gerakan penggabungan mata
"diatur" secara abnormal dalam jaras pengaturan sel-sel
saraf itu sendiri sehingga mata tidak pernah berfusi.

Penekonon Boyongon Penglihoton dori Molo


yong Direpresi. Pada beberapa pasien dengan strabis-
mus, mata secara bergantian melakukan fiksasi pada ob-
jek yang diperhatikan. Pada pasien lain, hanya satu mata i- Trunkus
yang dipakai sepanjang waktu sedangkan mata lainnya simpatis
servikal
direpresi dan tidak pernah dipakai untuk penglihatan
seksama. Ketajaman penglihatan mata yang direpresi
hanya berkembang sedikit, terkadang tetap 201400 atau
Segmen atas toraks dari
kurang. Jika matayang dominan menjadi buta, penglihat-
medula spinalis
an pada mata yang direpresi dapat sedikit berkembang
pada orang dewasa tetapi jauh lebih berkembang pada GAMBAR 51-11. Persarafan otonom mata, memperlihatkan juga
anak-anak. Ini menunjukkan bahwa ketajaman pengli- lengkung refleks dari refleks cahaya. (Modifikasi dari Ranson
hatan sangat bergantung pada perkembangan yang baik SW,Clark SL: Anatomy of the Nervous System: lts Development
and Function, 1)th ed. Philadelphia: WB Saunders, 1959.)
pada hubungan sinaptik sistem saraf pusat dari mata.
Pada kenyataannya, bahkan secara anatomik pun, jum-
lah sambungan sel-sel saraf ini menurun pada daerah
korteks penglihatan yang norm4lnya menerima sinyal
beberapa otot ekstraokular mata, yang dibicarakan kemu-
dari mata yang direpresi.
dian dalam hubungannya dengan sindrom Horner.

Pengaturan Otonomik dari Pengaturan Akomodasi


Akomodasi dan Apertura Pupil (Memfokuskan Mata)
Sorof Oionom Moto. Mata dipersarafi oleh serabut Mekanisme akomodasi-yaitu, mekanisme yang mem-
saraf simpatis dan parasimpatis, seperti dilukiskan dalam fokuskan sistem lensa mata-penting untuk tajam peng-
Gambar 5l-l l. Serabut preganglion parasimpatis muncul lihatan tingkat tinggi. Akomodasi terjadi akibat kon-
d,ari nukleus Edinger-Westphal (bagian nukleus viseral traksi atau relaksasi muskulus siliaris mata. Kontraksi
saraf ketiga) dan kemudian berjalan dalam saraf ketiga menyebabkan peningkatan kekuatan bias lensa, seperti di-
ke ganglion siliaris, yang terletak tepat di belakang mata. jelaskan dalam Bab 49, dan relaksasi menyebabkan penu-
Di sini serabut preganglion bersinaps dengan sel saraf runan kekuatan. Bagaimana seseorang dapat mengatur
parasimpatis postganglionik yang kembali mengirimkan akomodasi untuk mempertahankan fokus mata sepanjang
serabut-serabut melalui nervus siliaris ke dalam bola waktu?
mata. Nerlus ini merangsang (a) otot siliaris yang menga- Akomodasi lensa diatur oleh mekanisme umpan ba-
tur lensa mata untuk berfokus dan (b) sfingter iris yang lik negatif yang secara otomatis mengatur kekuatan bias
menyebabkan konstriksi pupil. lensa untuk mencapai tingkat ketajaman penglihatan yang
Persarafan simpatis mata berasal dari dalam sel kornu paling tinggi. Bila mata yang difokuskan pada beberapa
intermediolateral segmen torakal pertama medula spina- objek yang jauh kemudian tiba-tiba difokuskan pada ob-
lis. Dari sini, serabut simpatis memasuki rantai simpatis jek yang dekat, biasanya lensa akan berakomodasi untuk
dan berjalan ke atas ke ganglion servikalis superior. Ient- tajam penglihatan yang terbaik dalam waktu kurang dari
pat serabut simpatis tersebut bersinaps dengan sel saraf I detik. Walaupun mekanisme pengaturan sebenarnya
postganglionik. Serabut simpatis postganglionik kemu- yang menimbulkan fokus mata secara cepat dan akurat ini
dian menyebar sepanjang permukaan arteria karotis dan masih tidak jelas, beberapa gambaran mekanisme yang di-
berturut-turut dari arteri yang lebih kecil sampai serabut ketahui adalah sebagai berikut.
saraf tersebut mencapai mata. Serabut simpatis ini mem- Pertama, bila mata sekonyong-konyong mengubah ja-
persarafi serabut radial iris (yang membuka pupil) dan rak titik fiksasi, lensa mengubah kekuatannya da\am arah
BAB 51 Mata: lll. Neurofisiologi Penglihatan Sentral 679

yang sesuai untuk mencapai fokus yang baru dalam wak- Edinger-I{estphal dan akhirnya kembali melalui saraf
fu sepersekian detik. Kedua, berbagai petunjuk lain yang parasimpatis untuk mengkonstriksikan sfingter iris. Se-
dapat membantu lensa untuk mengubah kekuatan dalam baliknya, dalam keadaan gelap, refleks ini dihambat se-
arah yang sesuai: hingga mengakibatkan dilatasi pupil.
Fungsi refleks cahaya adalah membantu mata untuk
7. Aberasi kromatik tampaknya penting. Dengan de-
beradaptasi secara sangat cepat terhadap keadaan perubah-
mikian, sinar cahaya merah difokuskan sedikit
an cahaya, seperti yang dijelaskan pada bab 50. Batas
di posterior sinar cahaya biru, karena lensa lebih
diameter pupil kira-kira 1,5 mm pada yang kecil dan 8
membiaskan sinar biru daripada sinar merah. Mata
mm pada yang besar, Oleh karena itu, disebabkan terang-
tampaknya dapat mendeteksi mana dari kedua
nya cahaya akan meningkat berbariding lurus dengan
tipe sinar ini yang mempunyai fokus lebih baik,
besamya diameter pupil, batas adaptasi terang dan gelap
dan petunjuk ini memberi informasi kepada me-
yang dapat ditimbulkan oleh refleks pupil adalah sekitar
kanisme akomodasi untuk membuat lensa menjadi
30 sampai l-yaitu, mencapai 30 kali perubahan jumlah
lebih kuat atau lebih lemah.
cahaya yang memasuki mata.
2. Blla benda difiksasi pada objek yang dekat, mata
harus berkonvergensi. Mekanisme saraf untuk Refleks qlqu Reoksi Pupil dolom Penyokit Sis-
konv ergens i m enimbul kan s iny al s ec ar a s erent ak lem Sorof Pusol. Beberapa penyakit sistem saraf
untuk memperkuat lensa mata. pusat merusak penjalaran sinyal saraf penglihatan dari
3. Karena fovea terletak pctda lekukan lubang yang retina ke nukleus Edinger-Westphal sehingga terkadang
agak lebih dalam daripada bagian retina lain, menghambat refleks pupil. Hambatan yang demikian
seringkali terjadi sebagai akibat dari siflis sistem saraf
kejelasan fokus di bagian dalam fovea berbeda de-
pusat, peminum alkohol, ensefalitis, dan sebagainya.
ngan kejelasan fokus pada tepi-tepinya. Telah di-
Hambatan biasanya terjadi dalam regio pretektal batang
duga bahwa ini juga memberi petunjuk mengenai otak, dapat juga akibat kerusakan serabut kecil dalam
ke arah mana kekuatan lensa harus diubah. nervus optikus.
4. Telah dijumpai bahwa tingkat akomodasi lensa Sebagian besar serabut saraf akhir dari area pre-
bergetar sedikit sepanjang waktu, pada frekuensi tektal menuju nukleus Edinger-Westphal adalah tipe
sampai dua kali per detik. Bayangan penglihatan hambatan. Bila efek inhibisinya hilang, nukleus menjadi
menjadi lebih jelas bila getaran kekuatan lensa aktif secara kronis, menyebabkan pupil sebagian tetap
kuat diubah dalam arah yang sesuai dan menjadi menyempit, sebagai tambahan akibat kegagalan respons
terhadap cahaya.
lebih lemah bila kekuatan lensa diubah dalam arah
Namun pupil dapat berkonstriksi lebih lama jika
yang salah. Ini dapat memberi petunjuk yang cepat
nukleus Edinger-Westphal dirangsang melalui beberapa
mengenai pengubahan arah kekuatan lensa yang jalan lainnya. Misalnya, bila mata diflksasi pada suatu
harus dilakukan agar dapat memberikan fokus objek yang dekat, sinyal yang menyebabkan akomodasi
yang sesuai. lensa dan juga yang menyebabkan konvergensi kedua
mata akan menimbulkan penyempitan pupil dalam dera-
Area korteks otak yang mengatur akomodasi terletak jat yang ringan pada waktu yang sama. Ini disebut reaftsi
paralel dengan area yang mengatur pergerakan fiksasi pupil untuk akomodasi. Pupil yang gagal memberikan
mata, dengan integrasi akhir berupa sinyal penglihatan respons terhadap cahaya tetapi dapat menimbulkan ako-
dalam area 18 dan 19 korteks Brodmann dan menjalarkan modasi dan yang juga berukuran sangat kecil Qtupil Ar-
sinyal motorik ke muskulus siliaris melalui area pretektal gtll Robertson) merupakan tanda diagnostik yang pen-
dalam batang otak dan kemudian masuk ke dalam nukleus ting penyakit sistem saraf pusat-sangat sering karena
sifilis.
Edinger-Westphal dan akhirnya melalui serabut saraf para-
simpatis menuju mata. Sindrom Horner. Saraf simpatis ke mata kadang-ka-
dang mengalami gangguan. Gangguan ini seringkali
terjadi dalam rantai simpatis servikal. Akibatnya, terjadi
Pengaturan Diameter Pupil suatu kondisi klinis yang disebut sindrom Horner,yang
menyebabkan timbulnya efek-efek.berikut: Pertama,
Rangsangan saraf parasimpatis juga merangsang otot karena rintangan serabut-serabut ke muskulus dilator
sfingter pupil, sehingga memperkecil celah pupil; ini pupil, pupil tetap menyempit dengan diameter yang le-
disebut miosis. Sebaliknya, rangsangan saraf simpatis bih kecil daripada pupil mata yang berlawanan. Kedua,
merangsang serabut radial iris dan menimbulkan dilatasi kelopak mata atas menjadijatuh, sebab kelopak mata ini
pupil, yang disebut midriasis. normalnya dipertahankan dalam posisi terbuka selama
terbangun sebagian oleh kontraksi serabut otot polos
Refleks Cohoyo Pupil. Jika matadisinari oleh cahaya, yang mengelilingi kelopak mata atas dan disarafi oleh
saraf simpatis. Oleh karena itu, kerusakan serabut saraf
pupil akan mengecil, reaksi ini disebut reflelts cahaya
simpatis membuat kelopak rnata superior tidak bisa di-
pupil. Jaras sarafuntuk refleks ini diperlihatkan oleh dua
buka sebesar mata normal. Yang ketiga, pembuluh darah
jalur hitam pada bagian atas Gambar 51-l 1. Bila cahaya yang berhubungan dengan sisi muka dan kepala menjadi
mengenai retina, terjadi beberapa impuls yang mula-mula tetap dalm keadaan dilatasi. Keempat, tidak dapat berke-
berjalan melalui ner\.us optikus menuju nukleus pretek- ringat (yang membutuhkan sinyal saraf simpatis) pada
talis. Dari sini, impuls sekunder berjalan ke nukleus sisi muka dan kepala yang terkena sindrom Horner.
680 UNIT X Sistem Saraf: B. lndera Khusus

Kepustakaan Hendee WA, Wells PNT: The Perception of Visual Information.


New York: Springea 1997.
Backharis IIt, Kliegl R, Werner JS; Color Vision. Berlin: Walter Hikosaka O, Takikawa Y, Kawagoe R: Role of the basal ganglia
de Gruyter 1998. in the control ofpurposive saccadic eye moyements. Physiol
Becker Il, Reubel H, Mergner T: Cutent Oculomotor Research. Rev B0:953,2000.
New York: Plenum Press, 1999. Kastner S, Ungerleider.LG: Mechanisms of visual attention in
Burr D: Eye movements: keeping vision stable. Curr Biol 14: the human cortex. Annu Rey Neurosci 23:3 1 5, 2000.
R|95,2004. Krauzlis RJ: Recasting the smooth pursuit eye movement sys-
Buttner-Ennever JA, Eberhorn A, Horn AK: Motor and sensory tem. J Neurophysiol 91:591, 2004.
innerva.tion of extraocular eye muscles. Ann N Y Acad Sci Leigh RJ, Lee DS: The Neurologlt of the Eye Movements. New
1004:40,2003. York: Oxford University Press, 1999.
Chalupa LM, Gunhan E: Development of on and off retinal Mante V, Carandini M: Visual cortex: seeing motion. Curr Biol
pathways and retinbgeniculate projections. Prog Retin Eye 13:R906,2003.
Res 23:31,2004. Martinez-Conde S, Macknik SL, Htrbel DH: The role of fxa-
Crawford JD, Martinez-Trujillo JC, lier EM: Neural control tional eye movements in visual perception. Nat Rev Neurosci
of three-dimensional eye and head movements. Curr Opin 5:229,2004.
Neurobiol I 3 : 655, 200i. Munoz DP, Everling S: Look away: the anti-saccade task and
Dacey DM: Parallel pathways for spectral coding in pt'imate the voluntary control of eye movement. Nat rev Neurosci
retina. Annu Rev Neurosci 23:743, 2000. 5:218,2004.
Demer JL: The orbital pulley system: a reyolution in concepts of Pierrot-Deseilligny C, Milea D, Muri Rfu[: Eye movement con-
orbital anatomy. Ann N Y Acad Sci 956:17, 2002. trol by the cerebral cortex. Curr Opin Neurol 17:17, 2004.
Derrington AM, Webb BS: Visual system: how is the retina wired Treue S: Visual attention: the where, what, how andwhy of sa-
up to the cortex? Cun Biol 14.R|4, 2004. liency. Curr Opin Neurobiol 13.428, 2003.
Ferster D, Miller KD: Neural mechanisms of orientation selec- van Wezel RJ, van der Smagt MJ: Motion processing: how low
' tivity in the visual cortex. Annu Rev Neurosci 23:441, 2000. canyou go? Cun Biol 13.R840,2003.
682 UNIT X Slsfem Saraf: B. Indera Khusus

dari mekanisme ini diduga meningkat hingga dua kali li-


pat:

Skala timpani 1. Untuk melindungi koklea dari getaran merusak


Skala vestibuli yang diseblbkan oleh suara yang sangat keras.
Neryus 2. Untuk menutupi suara berfrekuensi rendah pada
koklearis lingkungan suara keras. Ini biasanya menghilang-
Ganglion kan sebagian besar suara lingkungan, sehingga
spiralis
seseorang dapat berkonsentrasi pada suara di
Koklea atas 1000 siklus per detik, tempat sebhgian besar
hubungan informasi pada komunikasi suara di-
Fenestra transmisikan.
rotundum
Fungsi lain muskulus tensor timpani dan stapedius
adalah menurunkan sensitivitas pendengaran pada suara
GAMBAR 52-1. Membran timpani, sistem tulang pendengaran orang itu sendiri. Pengaruh ini diaktivasi oleh sinyal-si-
dari telinga tengah, dan telinga dalam. nyal saraf kolateral yang ditransmisikan ke otot-otot ter-
sebut pada saat yang bersamaan dengan saat otak meng-
aktivasi mekanisme suara.

cairan koklea, seperti yang diberikan oleh gelombang


suara terhadap membran timpani. Karena cairan mempu- Transmisi Suara Melalui Tulang
nyai inersia yangjauh lebih besar daripada udara, mudah
Karena telinga dalam, koklea, tertanam pada kavitas ber-
dimengerti bahwa peningkatan jumlah tekanan diperlukan
tulang di dalam tulang temporalis yang disebut labirin
untuk menimbulkan getaran pada cairan. Oleh karena itu,
tulang, getaran di seluruh tulang tengkorak dapat menye-
membran timpani dan sistem tulang pendengaran mem-
babkan getaran cairan pada koklea itu sendiri. Oleh kare-
berikan kesesuaian impedansi antara gelombang suara
na itu, pada kondisi yang memungkinkan, garpu tala atau
di udara dan getaran suara di dalam cairan koklea. Tentu
penggetar elektronik yang diletakkan pada setiap protu-
saja, kesesuaian impedansi adalah sekitar 50 sampai 75
beransia tulang tengkorak, tetapi terutama pada prosesus
persen dari sempurna untuk frekuensi suara antara 300
mastoideus, akan menyebabkan seseorang mendengar
dan 3000 siklus per detik, sehingga hampir semua energi
suara tefsebut. Namun, energi yang tersedia bahkan pada
digunakan untuk gelombang suara yang datang.
suara yang sangat keras dalam udara, tidak cukup untuk
Bila tidak ada sistem tulang pendengaran dhn mem-
menyebabkan pendengaran melalui konduksi tulang, ke-
bran timpani, gelombang suara tetap dapat bergerak lang-
cuali bila alat penguat suara elektromekanik khusus di-
sung melalui udara di telinga tengah dan masuk ke koklea
letakkan pada tulang.
pada fenestra ovalis. Namun, sensitivitas pendengaran
kemudian menjadi l5 hingga 20 desibel kurang daripada
penjalaran melalui tulang pendengaran-setara dengan Koklea
penurunan tingkat suara dari sedang sampai hampir tidak
terdengar. Anatomi Fungsional Koklea
Penguoton Suorq Melolui Konlrqksi Muskulus Koklea adalah suatu sistem tuba yang melingkar-lingkar,
Stopedius don Tensor Timponi. Ketika suara yang diperlihatkan pada Gambar 52-l dan dalam potongan
keras ditransmisikan melalui sistem tulang pendengarary melintang pada Gambar 52-2 dan 52-3. Koklea terdiri
dan dari tempat ini ke dalam sistem saraf pusat; setelah dari tiga tuba melingkar yang saling bersisian (1) skala
periode laten yang hanya selama 40 sampai 80 milidetik vestibuli, (2) skala media, dan (3) skala timpanl. Skala
akan timbul refleks untuk menyebabkan kontraksi musku- vestibuli dan skala media dipisahkan satu sama lain oleh
lus stapedius dan sedikit lebih lemah pada muskulus ten- membran Reissner (disebut }uga membran vestibular),
sor timpani. Muskulus tensor timpani akan menarik tang- yang diperlihatkan pada Gambar 52-3; skala timpani dan
kai maleus ke arah dalam, sedangkan muskulus stapedius skala media dipisahkan satu sama lain oleh membran
menarik stapes keluar. Dua tenaga ini berlawanan satu basilar. Pada permukaan membran basilar terletak organ
sama lain, sehingga menyebabkan seluruh sitem tulang Corti, yang mengandung serangkaian sel yang sensitif
pendengaran meningkatkan rigiditasnya, sehingga sangat secara elektromekanik, yaitu sel-sel rambut. Sel-sel ini
mengurangi konduksi tulang pendengrrran dari suara yang merupakan organ reseptif akhir yang membangkitkan im-
berfrekuensi rendah, terutama frekuensi di bawah 1000 puls sarafsebagai respons terhadap getaran suara.
siklus per detik. Gambar 52-4 menggambarkan bagian fungsional
Refleks penguqtan ini dapat mengurangi intensitas koklea yang tidak melingkar untuk konduksi getaran
transmisi suara berfrekuensi rendah sebanyak 30 sampai suara. Pertama, perhatikan bahwa membran Reissner
40 desibel, yang lebih kurang merupakan perbedaan yang menghilang dari gambar ini. Membran ini begitu halus
sama seperti antara suara keras dan suara bisikan. Fungsi dan begitu mudah bergerak, sehingga sama sekali tidak
BAB 52 lndera Pendengaran 683

Membran Organ
dapat bergerak ke dalam dan keluar bersama getaran su-
basilar spiral korti ara. Pergerakan ke dalam menyebabkan cairan bergerak
ke dalam skala vestibuli dan skala media, dan pergerakan
Skala vestibuli keluar menyebabkan cairan bergerak ke arah sebaliknya.

Membron Bosilor don Resononsi di Dqlom


Kokleo. Membran basilar adalah membran fibrosa yang
memisahkan skala media dari skala timpani. Membran
basilar mengandung 20.000 sampai 30.000 serabut basi-
lar yang keluar dari pusat penulangan di koklea, yaitu
modiolus, menuju ke arah dinding luar. Serabut ini kaku,
elastis, berstruktur seperti buluh yang terfiksasi pada ujung
basalnya di struktur pusat penulangan koklea (modiolus)
tetapi tidak pada ujung distalnya, kecuali bila ujung distal
tertanam dalam membran basilar yang longgar. Karena
Skala timpani serabut ini kaku dan pada salah satu ujungnya bebas, se-
rabut ini dapat bergetar seperti buluh harmonika.
GAMBAR 52-2. Koklea. (Digambar kembali dari Gray H, Gogs
CM [eds]: Gray's Anatomy of the Human Body. Philadelphia: Lea Panjang serabut basilar meningkat secara progresif
& Febiger, 1948.) dimulai dari fenestra ovalis dan dari basis koklea menuju
ke apeks, dari panjang sekitar 0,04 milimeter di dekat fe-
nestra ovalis dan rotundum meningkat menjadi 0,5 mili-
meter pada ujung koklea (helikotrema), yakni peningkat-
menghalangi jalannya getaran suara dari skala vestibuli an panjang hingga 12kalilipat.
ke dalam skala media. Oleh karena itu, di sepanjang cair- Tetapi, diameter serabut menurun dari fenestra ovalis
an yang menyangkut konduksi suara, skala vestibuli dan ke helikotrema, sehingga secara keseluruhan kekakuan
skala media dianggap sebagai ruangan tunggal. (Makna akan menurun hingga lebih dari 100 kali lipat. Sebagai
yang penting dari membran Reissner adalah untuk mem- akibatnya, serabut yang kaku dan pendek di dekat fenestra
pertahankan cairan khusus dalam skala media yang dibu- ovalis koklea akan memberikan getaran yang terbaik pada
tuhkan untuk sel rambut penerima suara agar dapat ber- frekuensi tinggi, sedangkan serabut yang panjang dan len-
fungsi normal, seperti yang akan dibicarakan kemudian.) tur di dekat ujung koklea memberikan getaran yang ter-
Getaran suara memasuki skala vestibuli dari bidang baik pada frekuensi rendah.
depan stapes pada fenestra ovalis. Bidang depan akan me- Iadi, resonansi frekuensi tinggi membran basilar ter-
nutupi fenestra ini dan dihubungkan dengan tepi fenestra jadi di dekat basis, tempat gelombang suara memasuki
oleh ligamentum anularis yang longgar, sehingga fenestra koklea melalui fenestra ovalis. Tetapi, re s o n ans i fr e ku ens i

Membran teKorial

Membran Reissner
Skala vestibuli

Limbus spiralis
Skala media

Prominensia
spiralis

Organ Corti GAMBAR 52-3. Potong-


an melalui satu lingkaran
koklea. (Digambar oleh
Ganglion spiralis Sylvia Colard Keene- Dari
Membran basilar Fawcett DW: A Textbook
of Histology. 11th Ed. Phi-
ladelphia, W.B. Saunders
Skala timpani
Company, 1986.)
684 UNIT X Sistem Saraf: B. lndera Khusus

Frekuensi tinggi

GAMBAR 52-4. Pergerakan cairan di dalam koklea setelah sta-


pes terdorong ke depan. Frekuensi sedang

rendah terjadi di dekat helikotrema, terutama karena se-


rabut yang kurang kaku, tetapi juga karena peningkatan
"pengisian" massa cairan tambahan yang harus bergetar Frekuensi rendah
di sepanjang tubulus koklea.
GAMBAR 52-5. "Gelombang berjalan" di sepanjang membran
basilar untuk suara bertrekuensi tinggi, sedang, dan rendah.
Transmisi Gelombang Suara di dalam
Koklea-"Gelombang Berialan"
i'ika kaki stapes bergerak ke dalam menghadap fenestra dan, gelombang suara frekuensi sangat rendah menempuh
ovalls, fenestra rotundum harus menonjol ke luaE karena seluruh jarak di sepanjang membran basilar.
semua sisi koklea dikelilingi oleh dinding yang bertulang. Gambaran lain dari gelombang berjalan adalah bah-
Efek awal dari gelombang suara yang masuk pada fenestra wa gelombang tersebut berjalan secara cepat di sepan-
ovalis adalah untuk menyebabkan membran basilar pada jang bagian awal membran basilar, tetapi secara progresif
basis koklea menekuk ke arah fenestra rotundum. Namun, melambat bila perjalanan makin jauh ke dalam koklea.
tegangan elastik yang dibentuk dalam serabut basilar pada Penyebab peristiwa ini adalah koefisien elastisitas yang
waktu serabut menekuk ke arah fenestra rotundum, men- tinggi dari serabut basilar yang dekat dengan fenestra
cetuskan gelombang cairan yang "berjalan" di sepanjang ovalis dan koefisien secara progresif akan menurun bila
membran basilar menuju arah helikotrema, seperti yang semakin jauh dari membran. Transmisi gelombang awal
diperlihatkan pada Gambar 52-5. Gambar 52-5Amemper- yang cepat ini memungkinkan suara berfrekuensi tinggi
lihatkan gerakan gelombang berfrekuensi tinggi ke bawah berjalan cukup jauh ke dalam koklea untuk kemudian me-
membran basilar; Gambar 52-58, gelombang berfrekuen- nyebar dan berpisah satu sama lain pada membran basilar.
si sedang; dan Gambar 52-5C, gelombang berfrekuensi Tanpa penyebaran ini, semua gelombang frekuensi tinggi
sangat rendah. Pergerakan gelombang di sepanjang mem- akan berkumpul menladi satu di membran basilar dalam
bran basilar sebanding dengan pergerakan gelombang te- beberapa milimeter pertama atau lebih, dan frekuensinya
kanan di sepanjang dinding arteri,yang telah didiskusi- tidak dapat dibedakan satu dengan lainnya.
kan pada Bab 15; ataujuga sebanding dengan gelombang
yang berjalan di sepanjang permukaan kolam. Polo Ampliludo Geloron Membron Bosilor. Kurva
dengan garis terputus-putus pada Gambar 52-64 mem-
Polo Getqron Membron Bosilor di Berbogoi perlihatkan posisi gelombang suara pada membran basi-
Frekuensi Suoro. Perhatikan pada Gambar 52-5, rer- lar ketika stapes (a) sedang bergerak ke dalam, (b) telah
dapat perbedaan pola transmisi untuk gelombang suara bergerak kembali ke titik netral, (c) sedang bergerak ke
dengan ffekuensi yang berbeda. Setiap gelombang rela- luar, dan (d) telah bergerak kembali ke titik netral tetapi
tif lemah pada permulaan, tetapi menjadi kuat ketika sedang bergerak ke dalam. Daerah bayangan di sekeliling
mencapai bagian membran basilar yang mempunyai ke- gelombang yang berbeda ini menggambarkan perluasan
seimbangan resonansi frekuerr:i alami terhadap masing- getaran membran basilar selama siklus getaran lengkap.
masing frekuensi suara. Pada titik ini, membran basilar lni adalah pola amplitudo getaran membran basilar untuk
dapat bergetar ke belakang dan ke depan dengan mu- frekuensi suara tertentu.
dahnya sehingga energi dalam gelombang dihamburkan. Gambar 52-68 memperlihatkan pola amplitudo getar-
Akibatnya, gelombang akan berhenlj pada titik ini dan an untuk frekuensi yang berbeda, memperlihatkan bahwa
gagal untuk berjalan di sepanjang.jarak membran basilar amplitudo maksimum untuk suara 8000 siklus per detik
yang tersisa. Jadi, gelombang suara frekuensi tinggi ha- terjadi dekat dengan basis kOklea, sedangkan untuk ffe-
nya berjalan dalam jarak yang singkat di membran basilar kuensi yang kurang dari 200 siklus per detik terdapat di
sebelum gelombang ini mencapai titik resonansinya dan sepanjang jalur pada ujung membran basilar dekat dengan
menghilang. Gelombang suara liekuensi sedang berjalan helikotrema, tempat skala vestibuli membuka ke dalam
sekitar setengah perjalanan dan kemudian menghilang; skala timpani.
BAB 52 lndera Pendengaran 685

sensorik yang sebenarnya di dalam organ Corti adalah dua


tipe sel saraf yang khusus, yang disebut dengan sel ram-
but: baris tunggal sel rambut interna (atau "dalam"), ber-
jumlah sek.itar 3500 dengan diameter yang berukuran seki-
tar l2 mikrometer, dan tiga sampai empat baris sel rambut
eksterna (atau "luar"), berjumlah sekitar 12.000, dan mem-
punyai diameter hanya sekitar 8 mikrometer. Bagian dasar
dan samping sel rambut bersinaps dengan jaringan ujung
saraf koklearis. Sekitar 90 sampai 95 persen ujung ini ber-
akhir di sel-sel rambut dalam, yang memperkuat peranan
khusus sel ini dalam mendeteksi suara.
Serabut saraf yang dirangsang oleh sel rambut akan
menuju ganglion spiralis Corti, yang terletak di mo-
diolus (pusat) koklea. Neuron ganglion spiralis akan me-
ngirimkan akson-seluruhnya sekitar 30.000-ke dalam
51015202s nervus koklearis kemudian ke dalam sistem saraf pusat
Jarak dari stapes (milimeter) pada tingkat medula spinalis bagian atas. Hubungan or-
gan Cofti dengan ganglion spiralis dan dengan nervus
GAMBAR 52-6. A, Pola amplitudo getaran membran basitar un- koklearis diperlihatkan pada Gambar 52-2.
tuk suara frekuensi sedang. B, Pola amplitudo untuk suara de-
ngan frekuensi di antara 200 dan 8000 siklus per detik, memper-
lihatkan titik maksimum amplitudo pada membran basilar untuk Eksitosi Sel Rombut. Perhatikan pada Gambar 52-1,
frekuensi yang berbeda. bahwa rambut halus, atau stereosilia, menonjol ke atas
dari sel-sel rambut dan menyentuh atau tefianam pada
permukaan lapisan gel dari membran tektorial, yang ter-
letak di atas stereosilia dalam skala media. Sel-sel rambut
Metode yang utama untuk membedakan frekuensi ini sarna dengan sel-sel rambut yang ditemukan dalam
suara antara satu dengan yang lainnya didasarkan pada makula dan krista ampularis pada aparatus vestibular,
"tempat" perangsangan maksimum serabut saraf yang ber- yang akan dibicarakan dalam Bab 55. Pembelokan ram-
asal dari organ Corti yang terletak pada membran basilar, but-rambut ke satu arah akan rnendepolarisasi sel-sel ram-
seperti yang akan dijelaskan pada bagian berikut ini. but, dan pembelokan ke arah yang berlawanan menyebab-
kan hiperpolarisasi pada sel rambut ini. Hal ini sebaliknya
akan mengeksitasi serabut saraf yang bersinaps dengan
Fungsi Organ Corti dasamya.
Organ Cofii, yang diperlihatkan pada Gambar 52-2, 52- Gambar 52-8 menggambarkan mekanisme getaran
3, dan 52-7 , adalah organ reseptor yang membangkitkan membran basilar yang mengeksitaii ujung rambut. Ujung
impuls saraf sebagai respons terhadap getaran membran luar sel-sel rambut terfiksasi secara erat dalam struktur
basilar. Perhatikan bahwa organ Corli terletak pada per- yang kaku, yang terdiri dari lempeng datar, yang dise-
mukaan serabut basilar dan membran basilar. Reseptor but lamina retikularis, dan ditunjang oleh batang Corti
triangular yang melekat dengan erat pada serabut basilar.
Oleh karena itu, serabut basilar, batang Corti, dan lamina
retikularis bergerak sebagai unit yang kaku.

Lamina retikularis Rambut Membran tet<lorial

BataniJ Corti

GAMBAR 52-8. Perangsangan sel-sel rambut oleh gerakan


GAMBAR 52-7. Organ Cofti, terutama memperlihatkan sel ram- ke- dan -dari rambut yang berproyeksi ke dalam pelapis gel dari
but dan membran tektorial terhadap rambut yang diproyeksikan. membran tektorial.
686 UNIT X Srbtem Saraf: B. lndera Khusus

Pergerakan serabut basilar ke atas mengguncang la- Potensiol Endokokleo. Untuk menjelaskan secara
mina retikularis ke atas dan ke dalam ke arah modiolus. lebih rinci mengenai potensial listrik yang dibangkitkan
Kemudian, ketika membran basilar bergerak ke bawah, oleh sel rambut, kita perlu menjelaskan fenomena listrik
lain yang disebut potens ial endokokle a: Skala media ter-
lamina retikularis akan terguncang ke bawah dan ke luar.
isi dengan cairan yang disebut endolimfe, yang berbeda
Gerakan ke dalam dan ke luar menyebabkan rambut-ram-
dengan perilimfe yang ditemukan daiam skala vestibu-
but pada sel rambut memendek ke depan dan belakang li dan skala timpani. Skala vestibuli dan skala timpani
terhadap membran tektorial. Jadi, sel-sel rambut akan ter- berhubungan langsung dengan ruang subarakhnoid di
eksitasi setiap membran basilar bergetar. sekitar otak, sehingga perilimfe hampir sama dengan
cairan serebrbspinal. Sebaliknya, endolimfe yarig meng-
Sinyol Auditorik Terutqmo Dijolorkon oleh Sel- isi skala media adalah cairan yang seluruhnya berbeda,
Sel Rombut Bogion Dolom. Walaupun sel-sel rambut yang disekresikan oleh stria vaskulan"r, daerah dengan
bagian luar terdapat lebih banyak tiga sampai empat kali vaskularisasi yang tinggi pada dinding luar skala me-
daripa{a sel-sel rambut bagian dalam, tetapi kurang lebih dia. E,ndolimfe mengandung kalium dengan konsentrasi
yang sangat tinggi dan natrium dengan konsentrasi yang
90 persen serabut saraf auditorik dirangsang oleh sel-sel
sangat rendah, yang tepat berlawanan dengan perilimfe.
bagian dalam bukan sel-sel bagian luar. Temyata, seba-
Potensial listrik sekitar +80 milivolt terjadi setiap
liknya, jika sel-sel bagian luar dirusak sementara sel-sel saat antara endolimf'e dan perilimfe, dengan kepositifan
bagian dalam tetap berfungsi sempurna, timbul kehilang- di dalam skala media dan kenegatif'an ada di luar. Ini
an pendengaran yang cukup berat. Oleh karena itu, telah disebfi potensial endokoklea, dan dibangkitkan oleh
diajukan bahwa sel-sel rambut luar melalui cara tertentu sekresi ion kalium yang bermuatan positif secara terus-
mengatur sensitivitas sel-sel rambut dalam di .berbagai menerus ke dalam skala media oleh stria vaskularis.
nada suara, merupakan fenomena yang disebut "penye- Makna yang penting potensial endokoklea adalah
telan" sistem reseptor. Untuk mendukung konsep ini, se- bahwa puncak sel rambut menonjol melalui lamina reti-
jumlah besar serabut saraf retrograd berjalan dari batang kularis dan terendam oleh endolimfe di skala media, se-
dangkan perilimfe merendam badan sel-sel rambut pada
otak ke sekitar sel-sel rambut luar. Perangsangan serabut
bagian yang lebih bawah. Selanjutnya, sel-sel rambut
saraf ini sebenarnya dapat menyebabkan pemendekan sel mempunyai potensial intrasel negatif sebesar -70 mili-
rambut luar dan mungkin juga mengubah derajat keka- volt dengan penyesuaian terhadap perilimfe, tetapi -150
kuannya. Efek ini menunjukkan bahwa mekanisme saraf milivolt dengan penyesuaian terhadap endolimfe pada
retrograd untuk mengatur sensitivitas telinga di berbagai permukaan atasnya, yang merupakan tempat rambut-
nada suara, diaktivasi melalui sel-sel rambut luar. rambut ini menonjol melalui lamina retikularis ke dalam
endolimfe. Diduga bahwa potensial listrik yang tinggi
Potensiol Reseplor Sel Rombut don Eksitosi Se- ini, pada ujung stereosilia akan meningkatkan kepekaan
sel, sehingga meningkatkan kemampuan sel untuk mem-
robut Sorof Auditorik. Stereosilia ("rambut" yang me-
beri respons terhadap suara yang paling halus.
nonjol dari ujung-ujung sel rambut), merupakan struktur
yang kaku karena setiap stereosilia ini memiliki jaringan
protein yang kaku Setiap sel rambut memiliki sekitar Penentuan Frekuensi Suara-
100 stereosilia pada tepi apikalnya. Stereosilia ini men-
jadi semakin panjang pada sisi sel rambut yang menjauhi
Prinsip "Tempat"
modiolus, dan ujung-ujurig stereosilia yang pendek akan Sejak awal diskusi dalam bab ini, sudah terlihat bahwa sua-
dilekatkan oleh filamen tipis ke sisi belakang stereosilia di ra berfrekuensi rendah menyebabkan aktivasi maksimal
dekatnya yang lebih panjang. Oleh karena itu, setiap silia pada membran basilar di dekat apeks koklea, dan suara
membelok ke arah silia yang lebih panjang, ujung stereo- berfrekuensi tinggi mengaktivasi membran basilar di dekat
silia yang lebih kecil akan tertarik ke luar dari permukaan basis koklea. Suara dengan frekuensi diantaranya akan
sel rambut. Hal ini menyebabkan mekanisme transduksi mengaktivasi membran pada jarak di antara kedua keadaan
yang membuka200 sampai 300 kanal penghantar-kation, yang ekstrim ini. Selanjutnya, adapengaturan spasial pada
yang memungkinkan ion kalium yang bermuatan positif serabut saraf di jaras koklearis, yang berasal dari koklea
bergerak dengan cepat dari cairan skala media masuk ke sampai korteks serebri. Perekaman sinyal di haktus audi-
dalam stereosilia, sehingga menyebabkan depolarisasi torius pada batang otak dan di area penerima pendengaran
pada membran sel rambut. pada korteks serebri memperlihatkan neuron-neuron otak
Jadi, bila serabut basilar berbelok ke arah skala vesti- yang spesifik diaktivasi oleh fiekuensi suara tertentu. Oleh
buli, sel-sel rambut akan berdepolarisasi, dan dalam arah karena itu, metode utamct yang digunakan oleh sistem
yang berlawanan akan mengalani hiperpolarisasi, dengan sarafuntuk mendeteksi perbedaan frekuensi suara adalah
menimbulkan potensial reseptor.sei-rambut bolak-balik. dengan menentukan posisi di sepanjang membran basilar
Hal ini kemudian merangsang ujung-ujung saraf koklea yang paling terangsang. Ini disebut prinsip tempat untuk
yang bersinaps dengan dasar sel-sel rambut. Diduga menentukan frekuensi suara.
bahwir neurotransmiter kerja cepat akan dilepaskan oleh Sekarang, merujuk lagi pada Gambar 52-6,kita dapat
sel-sel rambut pada sinaps-sinapsnya selama depolarisasi. melihat bahwa ujung distal membran basilar pada heliko-
Mungkin juga bahwa substansi transmiter tersebut adalah trema dirangsang oleh semua suara dengan frekuensi di
glutamat, tetapi hal ini tidak pasti. bawah 200 siklus per detik. Oleh karena itu, berdasarkan
BAB 52 lndera Pendengaran 687

prinsip tempat, sulit dimengerti bagaimana kita dapat


membedakan antara frekuensi suara yang rendah, dari Getaran +ll+ Suara +
kisaran 200 turun sampai 20. Diduga bahwa frekuensi 1oo ^.1*
ul
: Tusukan .;-.-'......-. +-*^a
Il
yang rendah ini terutama dibedakan oleh prinsip yang 80
disebut prinsip beruntun ataufrekuensi. Prinsip ini berar- €o
eE 60
ti, suara berfrekuensi rendah, dari20 sampai 1500 hingga Ee
(EO
40
2000 siklus per detik, dapat menyebabkan impuls saraf
beruntun yang tersinkronisasi pada frekuensi yang sama,
Ei
eo
20
tr-
l!,, 0
dan impuls beruntun ini akan ditransmisikan melalui ner- c"^^
f6 ll -zu
vus koklearis ke dalam inti koklear di otak. Selanjutnya .:( T,
diduga bahwa inti koklear dapat membedakan berbagai Pe-40
macam frekuensi beruntun ini. Pada kenyataannya, keru- -60
sakan pada seluruh apikal dari separuh koklea, yang
+0
menghancurkan membran basilar tempat semua suara 1 2 5 1020 100 500 2000 10.000
berfrekuensi rendah akan secara normal dideteksi, tidak Frekuensi
secara total menghilangkan kemampuan membedakan GAMBAR 52-9. Hubungan antara ambang pendengaran dan
suara berfrekuensi rendah. persepsi somestetik (ambang taktil dan tusukan) terhadap tingkat
energi suara pada setiap frekuensi suara.

Menentukan Kekerasan Suara


Kekerasan suara ditentukan oleh sistem pendengaran, yang jauh lebih luas daripada yang dimungkinkan jika ti-
sekurang-kurangnya melalui tiga cara. dak untuk pemadatan skala intensitas.
Pedama, ketika suara menjadi lebih keras, amplitudo
getaran membran basilar dan sel-sel rambut juga mening- Soluon Desibel. Karena perubahan intensitas suara
kat, sehingga sel-sel rambut mengeksitasi ujung saraf yang ekstrim dapat dideteksi dan dibedakan oleh telinga,
dengan lebih cepat. intensitas suara biasanya ditunjukkan dalam bentuk loga-
Kedua, ketika amplitudo getaran meningkat, akan ritma dari intensitas sebenarnya. Peningkatan 10 kali lipat
menyebabkan semakin banyak sel-sel rambut di ping- energi suara disebut 7 bel, dan 0,1 bel disebut I desibel.
gir bagian membran basilar yang beresonansi menjadi Satu desibel mewakili peningkatan energi suara yang se-
terangsang, sehingga menyebabkan p enj uml ahan spas ial benamya yakni sebesar 1,26 kali.
impuls-yaitu, transmisi melalui banyak serabut saraf, Alasan lain menggunakan sistem desibel dalam mem-
dan bukan melalui beberapa serabut saraf. perlihatkan perubahan kekerasan suara adalah, pada in-
Ketiga, sel-sel rambut luar tidak terangsang secara tensitas suara biasa dengan kisaran untuk komunikasi,
barmakna sampai getaran membran basilar mencapai telinga hampir tidak dapat membedakan perubahan in-
intensitas yang tinggi, dan perangsangan sel-sel ini tam- tensitas suara sekitar satu desibel.
paknya yang mengabarkan pada sistem sarafbahwa suara
Ambong Pendengoron Suqro di Berbogoi Fre-
tersebut sangat keras.
kuensi. Gambar 52-9 memperlihatkan ambang tekanan
di berbagai frekuensi suara yang hampir tidak dapat di-
Deteksi Perubohon Kekeroson Suoro-Hukum dengar olbh telinga. Gambar ini memperlihatkan bahwa
Tenogo. Telah dijelaskan dalam Bab 46 bahwa kemam- suara 3000 siklus per detik dapat didengar bahkan bila
puan seseorang menginterpretasikan perubahan untuk intensitasnya serendah 70 desibel di bawah I dyne/cm2
intensitas rangsangan sensoris lebih kurang berbanding tingkat tekanan suara, yaitu satu psr sepuluhjuta mikro-
watt per sentimeter persegi. Sebaliknya, suara 1 00 siklus
terbali\ dengan fungsi tenaga dari intensitas yang sebenar-
per detik dapat dideteksi hanyajika intensitasnya 1 0.000
nya. Pada suara, sensasi interpretasi ini berubah kurang
kali lebih besar dari ini.
lebih sebanding akar pangkat tiga dari intensitas suara se-
benarnya. Untuk rnenjelaskan ini dengan carayanglain, Renlong Frekuensi Pendengoron. Frekuensi suara
telinga dapat menentukan perbedaan intensitas suara dari yang dapat didengar oleh orang muda adalah antara20
bisikan yang paling lembut sampai suara ribut yang paling dan 20.000 siklus per detik. Namun, merujuk kembali ke
keras, mewakl\i sekitar I trilyun kali pefingkatan energi Gambar 52-9,kita melihat bahwa rentang suara bergan-
tung pada perluasan kekerasan yang sangat besar. Jika
suara atau 1 juta kali peningkatan amplitudo pergerakan
kekerasannya adalah 60 desibel di bawah 1 dyne/cm2
membran basilar. Pada saat ini, telinga grerrginterpretasi-
tingkat tekanan suara, rentang suara adalah 500 sampai
kan perbedaan tingkat suara sekitar 10.000 kali lipat pe- 5000 siklus per detik; hanya dengan suara keras rentang
rubahan. Jadi, skala intensitas sangat "dipadatkan" oleh 20 sampai 20.000 siklus dapat dicapai secara lengkap.
mekanisme persepsi suara dari sistem pendengaran. Hal Pada usia tua, rentang frekuensi biasanya menurun men-
ini memungkinkan kita menginterpretasikan perbedaan jadi 50 sampai 8000 siklus per detik atau kurang, seperti
intensitas suara dalam rentang yang sangat lebar, rentang yang akan didiskusikan kemudian pada bab ini.
688 UNIT X Sisfem Saraf: B. lndera Khusus

Mekanisme Pendengaran ini, semua serabut sinaps, dan neuron tingkat dua berja-
lan terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan
Sentral berakhir di nukleus olivarius superior. Beberapa serabut
tingkat kedua lainnya juga berjalan ke nukleus olivarius
Jaras Persarafan Pendengaran superior pada sisi yang sama. Dari nukleus olivarius supe-
Gambar 52- 1 0 menggambarkan jaras pendengaran utama. rior, jaras pendengaran kemudian berjalan ke atas melalui
Jaras ini menunjukkan bahwa serabut sarafdari ganglion lemnikus lateralis. Beberapa serabut berakhir di nukleus
spiralis Corti memasuki nukleus koklearis dorsalis dan lemnikus lateralis, tetapi sebagian besar melewati nukleus
ventralis yang terletak pada bagian atas medula. Pada titik ini dan berjalan ke kolikulus inferior, tempat iemua atau
hampir semua serabut pendengaran bersinaps. Dari sini,
jaras berjalan ke nukleus genikulatum medial, tempat se-
mua serabut bersinaps. Akhirnya, jaras berlanjut melalui
radiasio auditorius ke korteks auditorik, yang terutama
terletak pada girus superior lobus temporalis.
Beberapa titik penting harus diperhatikan. Peftama,
sinyal dari kedua telinga dijalarkan melalui jaras kedua
sisi otak, dengan penjalaran yang sedikit lebih besar pada
jaras kontralateral. Pada sekurang-kurangnya di tiga tem-
pat dalam batang otak, terjadi persilangan antara kedua
jaras ini: (1) dalam korpus trapezoid, (2) dalam komisura
di antara dua inti lemniskus lateralis, dan (3) dalam komi-
sura yang menghubungkan dua kolikulus inferior.
Kedua, banyak serabut kolateral dari traktus audito-
rius berjalan langsung ke dalam sistem aktivasi retikular
auditorik
di batang otaft. Sistem ini menonjol secara difus ke atas
primer dalam batang otak dan ke bawah ke dalam medula spina-
Otak tengah Nukleus lis dan mengaktivasi seluruh sistem saraf untuk memberi
genikulatum respons terhadap suara yang.keras. Kolateral lain menuju
medial
kevermis serebelum, yang juga diaktivasi seketika itu ju-
ga jikaada suara keras yang timbul mendadak.
Kolikulus Ketiga, orientasi spasial dengan derajat tinggi diper-
inferior tahankan dalam traktus serabut yang berasal dari koklea
Oiak tengah sampai ke korteks. Pada kenyataannya, ada tiga pola spa-
sial untuk menghentikan berbagai frekuensi suara di inti
koklea, dua pola di kolikulus inferior, satu polayang tepat
untuk frekuensi suara yang berlainan di korteks auditorik,
dan sekurang-kurangnya lima pola lainnya yang kurang
Nukleus
tepat di korteks auditorik dan area lain yang berhubungan
lemniskus
lateralis dengan pendengaran.

Kecepolon Peleposon lmpuls di Berbogoi


Derojot Joros Pendengoron. Serabut saraf tunggal
yang memasuki inti koklea dari nervus auditorius da-
pat melepaskan impuls paling sedikit 1000 impuls per
detik, kecepatan terutama ditentukan oleh kekerasan
Pons suara. Pada suara berfrekuensi 2000 sampai 4000 siklus
Nukleus
olivarii per detik, impuls nervus auditorius seringkali sinkron
Stria superior dengari gelombang suara, tetapi tidak selalu terjadi pada
akustik setiap gelombang.
dorsalis Tempat
Dalam traktus auditorius di batang otak, pelepasan
Nukleus akustik
impuls biasanya tidak lagi sinkron dengan frekuerrsi
koklearis intermediet
suara kecuali pada frekuensi suara di bawah 200 siklus
Medula per detik. Di atas tingkat kolikulus inferior, bahkan
Korpus sinkronisasi ini terutama hilang. Penemuan ini mem-
trapezoid perlihatkan bahwa sinyal suara tidak dijalarkan secara
langsung tanpa diubah dari telinga ke tingkat yang lebih
tinggi pada otak; sebaliknya, informasi dari sinyal suara
GAMBAR 52-10. Jaras saraf pendengaran. (Dimodifikasi dari mulai dipotong dari jalur impuls pada tingkat serendah
Brodal A: The auditory sysfems. ln Neurological Anatomy in Re- nukleus koklearis. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut
lation to Clinical Medicine, 3d ed. New York: Oxford University nanti. lerutama dalam hubungannla dengan persepsi
Press, 1981 .) arah dari mana suara datang.
BAB 52 Indera Pendengaran 689

terletak di posterior. Ini tidak berlaku untuk semua peta.


Sekarang, pertanyaan yang timbul adalah mengapa kor-
teks auditorik mempunyai begitu banyak peta tonoto-
pik? Jawabannya barangkali adalah setiap daerah yang
teryisah memotong beberapa gambaran spesifik suara.
Sebagai contoh, satu dari peta besar dalam korteks audi-
torik primer hampir pasti membedakan frekuensi suara
itu sendiri dan memberikan orang tersebut sensasi psikis
mengenai puncak suara. Peta lainnya mungkin digunakan
untuk mendeteksi arah datangnya suara. Area korteks au-
ditorik lainnya mendeteksi kualitas khusus, seperti suara
yang datang tiba-tiba, atau barangkali modulasi suara
yang khusus, seperli antara keributan dengan frekuensi
suara mumi.
Rentang frekuensi di setiap masing-masing neuron
dalam korteks auditorik berespons jauh lebih sempit
daripada yang di koklea dan nukleus pemancar di batang
otak. Merujuk kembali ke Gambar 52-68, perhatikan
bahwa membran basilar di dekat basis koklea dirangsang
oleh semua frekuensi suara, dan pada inti koklea, lebar
penyajian suara yang sama ini ditemukan. Pada saat eksi-
tasi mencapai korteks serebri, kebanyakan neuron yang
responsif terhadap suara hanya berespons dalam rentang
frekuensi yang sempit, daripada rentang yang lebih lebar.
Oleh karena itu, pada suatu tempat di sepanjang jaras, me-
GAMBAR 52-11. Korteks auditorik. kanisme "penajaman" terhadap respons frekuensi diolah.
Diduga bahwa efek penajaman ini terutama disebabkan
oleh fenomena inhibisi lateral, yang telah didiskusikan
pada Bab 46 dalam hubungannya dengan mekanisme
Fungsi Korteks Serebri penjalaran informasi pada saraf. Sehingga, perangsangan
pada Pendengaran koklea pada satu frekuensi menghambat frekuensi sua-
ra pada kedua sisi frekuensi primer; hal ini disebabkan
Proyeksi area sinyal pendengaran terhadap korteks sere- oleh serabut kolateral yang membelokkan jaras sinyal pri-
bri diperlihatkan pada Gambar 52-11, yang menunjuk- mer dan mencetuskan pengaruh inhibisi pada jaras yang
kan bahwa korteks auditorik secara prinsip terletak pada berdekatan. Efek yang sama juga telah diperlihatkan me-
bidang supratempot,al girus temporalis superior tetapi miliki makna yang penting pada pola penajaman kesan
juga meluas sampai ke srsl lateral lobus temporalis, somestetik, kesan penglihatan, dan jenis sensasi lainnya.
pada korteks insularis, dan bahkan ke bagian lateral dari Banyak neuron di korteks auditorik, terutama dalam
operkulum parietalis. kortel<s asosiasi auditorik, tidak hanya berespons ter-
Terdapat dua bagian terpisah yang diperlihatkan pada hadap frekuensi suara tertentu dalam telinga. Dianggap
Gambar 52-11: korteks auditorik primer dan kortehs aso- bahwa neuron ini "mengasosiasikan" berbagai lrekuensi
siasi auditorik (disebut juga korteks auditorik sekunder). suara antara satu dengan yang lainnya atau mengasosia-
Korteks auditorik primer secara langsung dirangsang oleh sikan informasi suara dengan informasi dari area sensoris
penonjolan korpus genikulatum medial, sedangkan area lain di korteks. Tentu saja, bagian parietal korteks aso-
asosiasi auditorik dirangsang secara sekunder oleh im- siasi auditorik sebagian beftumpang tindih dengan area
puls yang berasal dari korteks auditorik primer dan oleh somatosensorik Il, yang dapat memberikan kesempatan
penonjolan dari daerah asosiasi talamus yang berdekatan mudah untuk pengumpulan informasi pendengaran de-
dengan korpus genikulatum medial. ngan informasi somatosensorik.

Persepsi Frekuensi Suoro Dqlom Korteks Audilo- Diskriminosi "Polo" Suqro Oleh Korteks Audito-
rik Plim er. Sekurang-kurangnya tel4!-diremukan enam rik.Pembuangan total korteks auditorik bilateral tidak
peta tonotopik dalam korteks auditorik primer dan area mencegah seekor kucing atau kera untuk mendeteksi
asosiasi auditorik. Dalam setiap peta inf, suara berfrekuen- suara atau bereaksi dengan sikap kasar terhadap suara.
si tinggi akan merangsang neuron pada salah satu ujung Tetapi, keadaan tersebut sangat mengurangi atau kadang-
peta, sedangkan suara berfrekuensi rendah merangsang kadang bahkan menghilangkan kemampuan binatang un-
neuron pada ujung yang berlawanan. Kebanyakan, suara tuk membedakan puncak suara yang berbeda dan terutama
berfrekuensi rendah terletak di anterior, seperti yang ter- pola suara. Sebagai contoh, seekor binatang yang telah
lihat pada Gambar 52-11, dan suara berflekuensi tinggi dilatih.untuk mengenal kombinasi atau urutan nada, akan
690 UNIT X Sistem Saraf: B. lndera Khusus

kehilangan kemampuan ini jika korteks auditoriknya di- tuk aurikula mengubah kualitas suara yang masuk ke te-
h ancurkan, dan se lanj utny a, binatang ters ebut ti dak dapat linga, yang bergantung padaarah dari sumber suara. Hal
mempelajari kembali jenis respons ini. Oleh karena itu, ini terjadi melalui penguatan frekuensi bunyi spesifik
korteks auditorik terutama penting dalam membedakan yang berasal dari berbagai arah.
gaya suara dan pola urutan suqra.
Kerusakan kedua korteks auditorik primer pada ma- Mekonisme Sorof untuk MendeteksiAroh Suoro.
nusia akan sangat menurunkan sensitivitas pendengaran Kerusakan korteks auditorik pada kedua sisi otak, baik
seseorang. Kerusakan yang terjadi pada satu' sisi saja, pada manusia atau mamalia tingkat lebih rendah, akan
hanya akan sedikit menurunkan kemampuan pendengaran menyebabkan hilangnya hampir semua kemdmpuan un-
pada telinga yang berlawanan; tetapi tidak menyebabkan tuk mendeteksi arah datangnya suara. Analisis saraf untuk
ketulian pada telinga, karena terdapat banyak hubungan proses deteksi ini dimulai dari nukleus olivarius superior
silang dari satu sisi ke sisi lainnya padajaras saraf audi- di dalam batang otak, meskipun temyata jaras persarafan
torik. Narrun demikian, kerusakan ini tidak memengaruhi pada semua jalur dari nukleus ini ke korteks dibutuhkan
kemampuan seseorang untuk menentukan sumber suara, untuk menginterpretasikan sinyal. Mekanisme tersebut
karena untuk melakukan fungsi lokalisasi ini dibutuhkan dianggap terjadi sebagai berikut:
sinyal-sinyal yang saling bertautan pada kedua korteks. Nukleus olivarius superior dibagi menjadi dua bagi-
Lesi yang mengenai area asosiasi auditorik tetapi ti- an, (1) nukleus olivarius superior medial dan (2) nukleus
dak mengenai korteks auditorik primer, tidak menurunkan olivarius superior lateral. Nukleus lateral bertanggung ja-
kemampuan seseorang untuk mendengar dan membeda- wab untuk mendeteksi arah sumber suara, agaknya mela-
kan nada suara, atau bahkan untuk menginterpretasikan lui perbandingan sederhan a diantara perbedaan intensitas
sekurang-kurangnya pola suara yang sederhana. Tetapi, suarq yarg mencapai kedua telinga, dan mengirimkan
orang tersebut sering tidak mampu menginterpretasikan sinyal yang tepat ke korteks auditorik untuk memperki-
arti dari suara yang didengarnya. Sebagai contoh, lesi pa- rakan arahnya.
da bagian posterior girus temporalis superior, yang disebut Namun demikian, nukleus olivarius superior medial,
area Wernicke dan juga merupakan bagian dari korteks mempunyai mekanisme spesifik untuk mendeteksi perbe-
asosiasi auditorik, sering membuat orang tersebut tidak daan waktu antara sinyal akustik yang memasuki kedua
dapat menginterpretasikan arti kata-kata meskipun ia men- telinga. Nukleus ini terdiri atas sejumlah besar neuron
dengar secara sempuma semua kata-kata tersebut dan bah- yang mempunyai dua dendrit utama, satu menonjol ke ka-
kan dapat mengulanginya. Fungsi area asosiasi auditorik nan dan satu menonjol ke kiri. Sinyal akustik dari telinga
ini dan hubungannya dengan keseluruhan fungsi intelek- kanan mengenai dendrit kanan, dan sinyal dari telinga kiri
tual otak didiskusikan secara lebih rinci pada Bab 57. mengenai dendrit kiri. Intensitas eksitasi di setiap neuron
sangat sensitif terhadap perbedaan waktu yang spesifik
Penentuan Arah Sumber Suara antara dua sinyal akustik yang berasal dari kedua telinga.
Neuron yang dekat dengan salah satu perbatasan nukle-
Seseorang menentukan sumber suara dalam arah horizon- us akan berespons secara maksimum terhadap perbedaan
tal melalui dua prinsip yaitu: (1) perbedaan waktu antara waktu yang singkat; sedangkan yang dekat dengan perba-
masuknya suara ke dalam satu telinga dan masuknya ke tasan yang berlawanan akan berespons terhadap perbedaan
dalam telinga yang lain, dan (2) perbedaan antara intensi- waktu yang sangat panjang; neuron yang berada di antara
tas suara dalam kedua telinga. keduanya, akan berespons terhadap perbedaan waktu se-
Mekanisme pertama berfungsi paling baik untuk fre- dang. Jadi, pola spasial perangsangan neuron berkembang
kuensi di bawah 3000 siklus per detik, dan mekanisme di dalam nukleus olivarius superior medial; dengan suara
kedua bekerja paling baik pada frekuensi yang lebih ting- yang datang langsung dari depan kepala merangsang satu
gi karena kepala bertindak sebagai sawar suara yang lebih perangkat neuron olivarius secara maksimal dan suara
baik pada frekuensi-frekuensi ini. Mekanisme perbedaan dari sudut sisi yang berbeda menstimulasi perangkat neu-
waktu dalam membedakan arah, jauh lebih tepat daripada ron lainnya pada sisi yang tepat berlawanan. Orientasi
mekanisme intensitas, karena mekanisme ini tidak bergan- spasial sinyal ini kemudian dijalarkan ke korteks audito-
tung pada faktor-faktor luar, melainkan hanya bergantung rik, tempat arah suara ditentukan oleh lokus neuron yang
pada interval waktu yang tepat antara dua sinyal akustik. dirangsang secara maksimal. Diduga bahwa semua sinyal
Jika seseorang melihathur+sl<e arah sumber suara, suara yang digunakan untuk penentuan arah suara dijalarkan
akan mencapai kedua telinga dengan jarak waktu yang melalui jaras yang berbeda dan merangsang lokus yang
tepat sama, sedangkan jika telinga kanan lebih dekat de- berbeda dalam korteks serebri, dari jaras penjalaran dan
ngan suara daripada telinga kiri. sinyal suara dari telinga lokus terakhir untuk pola gaya suara.
kanan akan memasuki otak lebih dahulu daripada sinyal Mekanisme untuk mendeteksi arah datangnya suara
dari telinga kiri. kembali. menunjukkan bagaimana informasi spesifi k da-
Kedua mekanisme yang telah disebutkan tidak dapat lam sinyal sensorik dipotong ketika sinyal melalui tingkat
mengatakan apakah suara berasal dari depan atau dari be- aktivitas neuron yang berbeda. Dalam kasus ini, "kuali-
lakang, dari atas atau dari bawah seseorang. Pembedaan tas" arah suara dipisahkan dari "kualitas" nada suara pada
ini terutama dicapai melalui surikula kedua telinga. Ben- tingkat nukleus olivarius superior.
BAB 52 lndera Pendengaran 691

Sinyal Sentrilugal dari


-10
Sistem Saraf Pusat ke Normal
Pusat Pendengaran Bagian Bawah
;-i
10
Jaras retrograd telah diperlihatkan pada setiap tingkatan $ ')n
sistem saraf pendengaran dari korteks auditorik ke kok-
lea di dalam telinga itu sendiri. Jaras terakhir terutama
s30 i,
i

dari nukleus olivarius superior ke reseptor suara sel ram- :40


s50
I

but di organ Cofti. (E .l I


Serabut retrograd ini bersifat menghambat. Ternyata,
perangsangan langsung pada titik yang berbeda dalam
E60
nukleus olivarius telah memperlihatkan penghambatan
F70 X Konduksi udara
80
daerah yang spesifik di organ Corti, mengurangi sensiti- * Konduksi tulang
vitas suaranya l5 sampai 20 desibel. Kita dengan mudah 90
dapat mengerti bagaimana hal ini dapat menyebabkan 100
seseorang langsung memberi per'hatian terhadap suara
dengan kualitas tertentu, sementara orang tersebut me-
1 250 500 1000 2000 4000 8000
Frekuensi
nolak suara berkualitas lain. Keadaan ini dengan mudah
diperlihatkan ketika seseorang sedang mendengar in- GAMBAR 52-12. Audiogram dari tipe tuli saraf pada usia lanjut.
strumen tunggal dalam orkes simfoni.

Kelainan Pencieng aran konduksi tulang dari prosesus mastoideus di kepala ke


dalam koklea.
Tipe-Tipe Tuli Audiogrom poda Tuli Sorof. Pada tuli saraf-yang
Tuli biasanya dibagi menjadi dua tipe: (1) disebabkan mencakup kerusakan koklea, nervus auditorius, atau sir-
oleh kerusakan koklea atau nervus auditorius, yang bia- kuit sistem saraf pusat dari telinga-orang tersebut akan
sanya digolongkan ke dalam "tuli saraf', dan (2) dise- mengalami penurunan atau kehilangan kemampuan total
babkan oleh kerusakan struktur fisik telinga yang men- untuk mendengar suara seperti pada pengujian konduksi
jalarkan suara ke dalam koklea, yang biasanya disebut udara dan konduksi tulang. Audiogram yang menggam-
"tuli konduksi." barkan tuli saraf sebagian, diperlihatkan dalam Gambar
Jika koklea atau nervus auditorius dirusak, orang 52-12.Dalam gambar ini, tuli terutama untuk suara ber-
tersebut akan mengalami tuli permanen. Tetapi, jika frekuensi tinggi. Tuli seperti itu dapat disebabkan oleh
koklea dan nervus tetap utuh tetapi sistem tulang pende- kerusakan basis koklea. Tipe tuli ini terjadi pada hampir
ngaran-timpani telah hancur atau mengalami ankilosis semua orang tua.
("membeku" di tempat akibat fibrosis atau kalsifikasi); Pola lain tuli sarafseringkali terjadi sebagai berikut:
gelombang suara masih dapat dikonduksikan ke dalam ( 1 ) tuli untuk suara berfrekuensi rendah yang disebabkan

koklea melalui konduksi tulang dari pembangkit suara oleh pajanan berlebihan dan berkepanjangan terhadap
yang diletakkan pada kepala di atas telinga. suara yang sangat keras (pemusik rock atau mesin pesa-
wat terbang), karena suara berfrekuensi rendah biasanya
Audiomeler. Untuk menentukan sifat kelainan pen- lebih keras dan lebih merusak organ Corti, dan (2) tuli
dengaran, digunakan "audiometer". Alat ini merupakan untuk semua frekuensi yang disebabkan oleh sensitivitas
earphone sederhana yang dihubungkan dengan osila- obat terhadap organ Corti, khususnya sensitivitas terha-
tor elektronik yang mampu memancarkan suara mumi dap beberapa antibiotik, seperti streptomisin, kanamisin,
dengan kisaran dari lrekuensi rendah sampai frekuensi dan kloramlenikol.
tinggi. Instrumen ini dikalibrasi sehingga tingkat intensi-
tas nol dari suara pada setiap frekuensi adalah kekerasan Audiogrom poda Tuli Konduksi Telingo Te-
yang hampir tidak dapat didengar oleh telinga normal. ngoh. Tipe tuli yang sering ditemukan adalah tuli yang
Kontrol volume yang terkalibrasi dapat meningkatkan disebabkan oleh fibrosis telinga tengah setelah infeksi
kekerasan di atas tingkat nol. Jika kekerasan harus diting- berulang atau fibrosis yang terjadi pada penyakit heredi-
katkan sampai 30 desibel di atas normal sebelum dapat ter, yang disebut otosklerosis. Dalam kasus ini, gelom-
didengar, orang tersebut dikatakan mengalami kehilang- bang suara tidak dapat dijalarkan secara mudah melalui
an pendengaran 30 desibel untuk frekuensi tertentu. tulang.lulnn* pendengaran dari membran timpani ke
Dalam melakui.aia uji pendengaran dengan meng- fenestra ovalis. Gambar 52-13 memperlihatkan audio-
gunakan audiometer, satu pengujian kira-kira mencakup gram dari seseorang dengan "tuli konduksi udara telinga
8 sampai 10 frekuensi yang mencakup spektrum pen- tengah". Pada kasus ini, konduksi tulang pada dasarnya
dengararl, dan kehilangan pendengaran ditentukan dari normal, tetapi konduksi melahii sistem tulangtulang
masing-masing frekuensi ini. Kemudian seperti yang pendengaran sangat menurun pada semua frekuensi, te-
diperlihatkan dalam Gambar 52-12 dan 52-13 yang di- ruiama,pada liekuensi rendah. Pada beberapa kasus tuli
sebut dengan audiogram, menggambarkan kehilangan konduksi, bidang depan stapes menjadi "terankilosis"
pendengaran untuk masing-masing frekuensi spektrum karena pedurnbuhan tulang yang berlebihan ke tepi fe-
pendengaran. Audiometer, selain dilengkapi dengan alat nestra ovalis. Dalam kasus ini, orang tersebut meniadi
earphone untuk menguii konduksi suara oleh telinga, tuli total untuk konduksi melalui tulang pendengaran,
dapat ditambah dengan vibrator n.rekanik untuk menguji tetapi dapat mendengar kembali secara hampir normal,
692 UNIT X Sistem Saraf: B. lndera Khusus

Gillespie PG, Cyr JL: Myosin-lc, the hair cellb adaptation mo-
-10 tor. Annu Rev Physiol 66:52 I , 2004.
Normal Grffiths TD, Warren JD, Scott SK, et al: Cortical processing of
10 complex sound: a way forward? Trends Neurosci 27;181,
d, tn 2001.
Grothe B: New roles for synaptic inhibition in sound localiza-
s30
E
Iion. Nat Rev Neurosci 4;5'/0, 2003
- 4l) Joris PX, Schreiner CE, Rees A; Neural processing of ampli-
gs0
G
tude-modulated sounds. Physiol Rev 84: 511, 2001.
McDermott BM Jr, Lopez-Schier H: Inner ear: Caz- youfeel the
:60 noise? Curr Biol 14;R231,2004.
FIV Minor LB, Schessel DA, Carey JP; Meniere's clisease. Curr Opin
X Konduksi udara
Neurol I7:9,2001.
80
on
* Konduksi tulang
Rauschecker JP, Shannon RV: Sending sound to the brain. Sci-
ence 295:1025, 2002.
100 Read HL, Winer JA, Schreiner CE; Functional architecture of
125 2s0 500 1000 2000 4000 8000 auditory cortex. Curr Opin Neurobiol I 2.133, 2002.
Frekuensi Robles L, Ruggero MA: Mechanics of the mammalian cochleas.
Physiol Rev 8l:1 305, 2001.
GAMBAR 52-1 3. Audiogram pada tuli konduksi udara akibat skle-
Santos-Sacchi J: New tunes from Corti s organ; the outer hair
rosis telinga tengah.
cell boogie rules. Curr Opin Neurobiol I 3:159, 2003.
Schreiner CE, Read HL, Sfiter ML: Modular organization of
frequency integration in primary auditoty cortex. Annu Rev
dengan operasi yaitu mengangkat stapes dan menggan- Neurosci 23:50l, 2000.
. Scott SK, Johnsrude IS. The neuroanatomical andfunctional or-
tikannya dengan prostesis logam atau Teflon halus yang
menjalarkan suara dari inkus ke fenestra ovalis. ganization of speech perception. Trends Neurosci 26: 100,
2003.
Semple MN, Scott BH: Cortical mechanisms in hearing. Curr
Kepustakaan Opin Nettrobiol 13:l67, 2003.
Strga N, Ma X: Multiparametric corticofugal modulation and
Brugge J: Central Auditory Processing and Neural Modeling. plasticity in the auditotl, system. Nat Rev Neurosci 1;783,
New York: Plenttm Press, 1998. 2003.
Eatock RA: Auditoty physiology: listening with K' channels. Syka J; Plastic changes in the central auditoty system after
Curr Biol l 3: R767, 2003. hearing loss, restoration offunction, and during learning.
Fettiplace R, Ricci AJ: Adaptation in auditoty hair cells. Curc Physiol Rev 82:601, 2002.
Opin Neurobiol 13:,146, 2003. Trainor LJ, ShahinA, Roberts LE: Effects of musicql training on
Frolenkov GI, Belyantseva IA, Friedman TB, Grffith AJ. Ge- the auditory cortex in children. Ann N Y Acad Sci 999:506,
netic insights into the morphogenesis ofinner ear hair cells. 2003.
Nat Rev Gnet 5;489, 2001. NM: Specifc long-term menory traces in primary
tr4/ienberger
Geisler CD: From Sound to Synapse: Physiology of the Mam- auditory cortex. Nat Rev Neurosci,5;279, 2001.
malian Ear New York:Oxford University Press, 1998.
#
:::: :J+:::fi:::,:t.a,::a::a:::a;;-a.::.:t:.::::.::iia;tlta,:,..:aa:::.. :r.:a:a.la:.:::::t:a:.':

5$,

Indera Kimia-Pengecapan
.::::::*

:
)ra pengecapan dan penghidu membuat kita mampu
,,.'tglernbe,4{& ,maka$an'yengtlUalitdtii'.,1
JftlS uugl!idak $*tll.:j:!:t.lg+l+.4{.I!,&1!i+-I+;,.ji,t
kjta inginkan atau
:l 41qfiuv.q$.,Sfl.!$o4#tmr
ti o*i *^k*"*
ata,*.. l

ffiF ffi ffi=' .'...uha


uur'mn
+k*n makanan
yanglezat unruk dimakan dan bergzi
emaLikan, .triiii
eka*:+yr..vgntr'dffllnf-.,rfieth;ti+tiil,
yang dapatmemarikan,
^uk*uo
dari makanan
ffil*i't ,,,h d rcrgizi. Indera
lndera penghidu
lr.j4'mflfibttat,.br {, 1_laamp*,, r.fl,eag9aali.-b*ipien..',,,
,u,uor1, i9gl,ia4$.€,#
';:+:,': :.::t::,...:::..:i:.iii:,..ir,.t:ttri'j,::.:,r.r.:":tt'@94$,:- ,Affa.ta.,:q '4khidy,4" ,",,

tttl

-...f.1;,flF,r.! 1.-.,E!,'.f vrrF.It..-,,,,,.r,.,,:;i:-,,=1..,:-..,


.' "-' '-..F-*11g*f#4fi,t
|::.:::|::.|l::i:.::....:.;.|::.:.]::.].:|.;.:|.:::.:i::.:.||.:'.::|
.y, ,g;iil4apq! a.earam,.tpu,.:,.. ,
lut, tetapi pengalaman juga menyatakan bahwa indera penghidu sangat berperan pada
:.,,,,,, ,,,...,;1!9rsgps,i.1ig$gbCapan Selain itu,
persepsi pengecapan, Selain tekstur,,m*k
iru, tekstr.rr seperti yang dideteksi
makanan,;.**p6*i,y*ag diAetets; olefr
oleh indera
indera
t l..'
.,-,:.,,..,1i-'@mul.$t. 'ildt{r.y,4,tatdi., nan seperti merica, ' :'
,,,.
'lafiE-;ii#r* u e.rd ;,i
pengecapan. Makna p.nting pengecapan terletak pada kenyataan bahwa p*g.cupuo --.
memungkinkan manusia memilih makqn4n sesuai dengan keinginannya dan mungkin
ju€a;s,g uat$en olftdi'@gan toU,tft t*.fraAap
"a1-*at'ie.*eii#i-

'' .',. gn'tabi,P.gp Utama,...,,: -'':":,'.,.:.,i'- '" ''-".


:::g:6fid4h&+*.4::K6ha*kJ:#1no*dhifrll*}hftd:sd**1'&d*d6]4d4i*hb*h**.'^fr*+!ad{*:*i
91414,1gs;iE .'y+"s.*1$tgsang u1'"*ntor
berbagai reseptor penge-
begitu. penelitian yang bersifat
.::,:;:t,j::,: a :ti

eurofi siologi telah mengr likitnya l3 reseptor kimia yane


:..;ti::r...ila:j.1t. :4t;j:::a:::':j
:t- :

::"-*:'r*:::T:l*'ryr"-'.11',',"0T'1'yd-':?T::,1"1u-;-t::::o*i*^:
iin1,le*ln't*lpui
pahit'l'.'"|to'glutamat,danlreseptoiionrudrogen'
reseptor manis, 2 reseptor pahit, I reseptor glutamat, dar
dan I reseptor ion hidrogen.
+;igtri;fi4
membuat analisiss pengecapan yang pyk-tis,
yat anSlisr'-s-q:ngeca-qan praktis, kemampuan y€ng i"-
kemamnyan reseptor yang
Vlng te-
,Iah Y."lO
disebutkan di afas-jugddikumpulkan
idikurypulkan menjadi
enjadi limq
lima kategori
kategon urn
umum yang disebut
diqebut
sensasi pengecapai uthma Kelima kategorii tetsebut
tersebut adalah asir4 manis, pnhit
asam, aasirq
asami,
adatan asani, pahit
**J'J'JJl'j"g
dan)'imam,i"
u.*t*-ru*, pengecapan yang berbeda Semua itu
*"n"riru beratuS;ratus
Seseoarang dapat menerima ;;r"";o* ,.,n* ,*
s.lharusnya merupakan kombrLagi dan.s-€nsasi sensasi pengecapan
og".upuo dasar, juga
Uegitu juSa
Oasar, b-egrtu
:j1:::: '': "' iiii##"+,+,tei;i'{# g merupakan. kombinasi
]/an

'iiliiiiij!i!!!8 ,

'l;t!'+ta':uiiti:."ut;l#.-..::::,,:::: ,:,, .:,.!,,ooo,,. ,.. ,t,.,,..,.,.,.1,,:,::,....,,,:,,:,,,..;.--,


694 UNIT X Slslem Saraf: B. lndera Khusus

Roso Asom. Rasa asam disebabkan oleh asam, yakni Rasa pahit, bila timbui dengan intensitas yang tinggi,
karena konsentrasi ion hidrogen, dan intensitas sensasi biasanya akan membuat manusia atau hewan membuang
asam ini hampir sebanding dengan /ogaritma konsentrasi makanan tersebut. Sensasi rasa pahit ini tidak diragukan
ion hidrogen. Artinya, semakin asam suatu makanan, se- lagi merupakan fungsi yang penting, karena banyak tok-
makin kuat pula sensasi asam yang terbentuk. sin mematikan yang ditemukan dalam tanaman beracun
merupakan alkaloid, dan semua ini dapat menimbulkan
Roso Asin. Rasa asin dihasilkan dari garam yang terioni- rasa yang sangat pahit, yang biasanya diikuti dengan
sasi, terutama karena konsentrasi ion natrium. Kualitas ra- membuang makanan tersebut.
sanya berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang
lain, kafena beberapa garam juga menghasilkan sensasi Roso Umom i. IJmamiadalah kara dalarn bahasa Jepang
rasa selain rasa asin. Kation garam, khususnya kation (yang berarti "lezat") untuk menyatakan rasa kecap yang
natrium, terutama berperan membentuk rasa asin, tetapi menyenangkan, yang secara kualitatif berbeda dari rasa
anion juga ikut berperan *alaupun lebih kecil. asam, asin, manis, atau pahit. Umami merupakan rasa
yang dominan ditemukan pada makanan yang mengan-
Roso Monis. Rasa manis tidak dibentuk oleh satu golong-
dung t--glutamat, seperti pada ekstrak daging dan keju
an zat kimia saja. Beberapa tipe zat kimia yang menye-
lama, dan beberapa ahli fisiologi menganggap rasa ini
babkan rasa ini mencakup gula, glikol, alkohoi, aldehid,
harus dipisahkan, sehingga menjadi kategori kelima dari
keton, amida, ester, beberapa asam amino, beberapa pro-
perangsangan pengecapan utama.
tein kecil, asam sulfonat,'asam halogenasi, dan garam-ga-
ram anorganik dari timah dan berilium. Perhatikan bahwa
kebanyakan zatyang membentuk rasa manis adalah zaI Ambang Batas Pengecapan
kimia organik. Sungguh sangat menarik bahwa perubahan Ambang batas untuk merangsang rasa asam oleh asam
yang sangat kecil pada struktur kimia, seperti penarnbah- hidroklorida rata-rata 0,0009 N; untuk merangsang rasa
an radikal sederhana, seringkali dapat mengubah zal dari asin oleh natrium klorida, 0,01 M; untuk rasa manis oleh
rasa manis menjadi pahit. sukrosa, 0,01M; dan untuk rasa pahit oleh kuinin 0,000008
M. Seperti yang sudah diperkirakan, kepekaan terhadap
Roso Pohit. Rasa pahit, seperti rasa manis, tidak diben- rasa pahit lebih kuat dibandingkan yang lain, karena sen-
tuk hanya oleh satu tipe agen kirnia. Di sini sekali lagi, sasi ini memberikan fungsi perlindungan untuk melawan
zat yang memberikan rasa pahit hampir seluruhnya me- berbagai toksin berbah ay a y angterdapat dalam makanan.
rupakan substansi organik. Dua golongan substansi ter- Tabel 53-1 memperlihatkan indeks rasa relatif (ke-
tentu yang cenderung menimbulkan rasa pahit adalah: balikan dari ambang batas pengecapan) di berbagai zat.
(1) substansi organik rantai panjang yang mengandung Pada tabel ini, intensitas keempat sensasi pengecapan
nitrogen, dan (2) alkaloid. Alkaloid meliputi banyak obat utama masing-masing mengacu pada intensitas dari rasa
yang digunakan dalam obat-obatan, seperti kuinin, kafein, asam hidroklorida, kuinin, sukrosa, dan natrium klorida,
striknin. dan nikotin. yang masing-masing dipilih secara acak untuk mempu-
Beberapa substansi yang mula-mula terasa manis juga nyai indeks rasa 1.
dapat berubah menjadi pahit sesudahnya. Ini berlaku un-
tuk sakarin, sehingga membuat zat ini tidak disukai oleh Pengecopon yong Tidok Peko. Beberapa orang
beberapa orang. mempunyai pengecapan yang tidak peka terhadap zatter-

TABEL 53-1 . lndeks Rasa Relatif dari Berbagai Substansi

:::::,:1',= Sukrosa 1 NaCl


'l-piopoksi-2- .

5000
itm NaF
:i ,rts,i-l amino- 4;nitro- CaCl,
+,'l
'lt
beniena NaBr: i

.iil o;,9.;1 sa#;;,


ili t t-' Ktoroforrn i3
ii iu?-i? , 1,7 , flHoct '

ii$ll irlfi .t, 1,3 KQI


lll iiilfl
...,,-l;0.2
','0;8
o,+s
iin,o 0,32 :

-:.i 0;3':::,,, :,..,-,,' t,'...i


BAB 53 lndera Kimia-Pengecapan dan Penghidu 695

tentu, khususnya untuk berbagai tipe komponen tiourea. Lokosi Iosfe Bud. Taste bud ditemukan pada tiga tipe
Zat yang sering digunakan oleh psikolog untuk menguji papila lidah, yakni sebagai berikut: (1) Sebagian besar
ketidakpekaan pengecapan adalah fe n i I t i a k ar b am i d a, dan taste bud terletak di dinding saluran yang mengelilingi
sekitar 1 5-30% manusia memperlihatkan ketidakpekaan papila sirkumvalata, yang membentuk garis V di permu-
pengecapan; persentase yang sesungguhnya bergantung kaan lidah posterior. (2) Sejumlah taste bud terletak pada
pada metode pengujian dan konsentrasi zat. papila fungiformis di atas permukaan anterior lidah. (3)
Sejumlah lainnya terletak pada papila foliata yang terdapat
di lipatan- I ipatan s epanj ang permukaan I ater al lidah. Tas rc
Taste bud dan Fungsinya bud tambahan terletak pada palatum, dan beberapa dian-
taranya ditemukan pada pilar tonsilar, epiglotis, dan bah-
Gambar 53-l memperlihatkan taste bud, yang mempu- kan di esofagus bagian proksimal. Orang dewasa mempu-
nyai diameter sekitar 1/30 milimeter dan panjang sekitar nyai 3000 sampai 10.000 taste bud, sedangkan anak-anak
1/16 milimeter. Taste budterdiri atas kurang lebih 50 sel- mempunyai lebih sedikit. Di atas usia 45 tahun, sebagian
seI ep ite I y ang term odifi kas i, beberapa diantarany a adalah
besar taste bud mengalami degenerasi, yang menyebab-
sel penyokong yang disebut sebagai sel sustentakular, dan kan sensasi pengecapan menjadi semakin kurang tajarn
yang lainnya disebut sebagai sgl pengecap. Sel-sel penge- pada usia tua.
cap terus-menerus digantikan melalui pembelahan mito-
sis dari sel-sel epitel di sekitamya, sehingga beberapa sel
Spesifisitos losfe Bud Untuk Rongsongon Penge-
pengecap adalah sel muda. Sel pengecap lainnya adalah
sel matang yang terletak ke arah bagian tengah bud; yang
copon Ulomo. Peneiitian mikroelektroda pada satu
taste bud memperlihatkan bahwa setiap taste bud keba-
akan segera terurai dan larut. Masa hidup setiap sel penge-
nyakan biasanya berespons terhadap satu dari lima rang-
cap adalah sekitar 10 hari.pada mamalia tingkat rendah
sangan pengecapan utama, bila substansi kecap berada
tetapi masih tidak diketahui pada manusia.
dalam konsenstrasi yang rendah. Tetapi pada konsentrasi
Ujung-ujung luar sel pengecap tersusun di sekitar
yang tinggi, sebagian besar taste bud dapat dirangsang
pori-pori pengecap yang sangat kecil, seperti terlihat
oleh dua atau lebih rangsangan pengecapan utama, dan
pada Gambar 53-1. Dari ujung-ujung setiap sel pengecap,
juga oleh beberapa rangsangan kecap lainnya yang tidak
beberapa mikrovili, atau rambut pengecap, akan menon-
termasuk dalam kategori "utama".
jol keluar menuju pori-pori pengecap, untuk mendekati
rongga mulut. Mikrovili ini di permukaan memberikan
reseptor untuk pengecapan. Mekqnisme Perongsongon losfe Bud
Anyaman di sekitar badan sel-sel pengecap merupa- Potensial Reseptor. Membran sel-sel pengecap, se-
kan rangkaian percabangan terakhir dari serabut-serabut perti kebanyakan sel-sel reseptor sensorik lainnya, mem-
saraf pengecap yang dirangsang oleh sel-sel reseptor punyai muatan negatif di bagian dalam yang berlawanan
pengecap. B eberapa dari serabut-serabut ini berinvaginasi den gan bagi an lu ar. Pemberi an zat p enge cap pada ram but-
menjadi lipatan-lipatan membran sel pengecap. Beberapa rambut pengecap akan menyebabkan hilangnya sebagian
vesikel membentuk membran sel di dekat serabut. Diduga potensial negatif-sehingga sel pengecap mengalami de-
bahwa vesikel ini mengandung substansi neurotransmiter, polarisasi. Di sebagian besar keadaan, penurunan poten-
yang dilepaskan melalui membran sel untuk merangsang sial dalam kisaran yang luas, hampir sebanding dengan
ujung-ujung serabut sarafsebagai respons terhadap rang- logaritma dari konsentrasi zat perangsang. Perubahan
sangan kecap. potensial listrik pada sel pengecap ini disebut potensial
res ept or untuk pengecapan.
Mekanisme reaksi untuk memulai potensial reseptor di
sebagian besar zat yang terangsang dengan vili pengecap
adalah dengan pengikatan zatkimia kecap pada molekul
Epitel reseptor protein yang dekat atau menonjol melalui mem-
berlapis bran vilus. Hal ini kemudian akan membuka kanal ion,
skuamosa
sehingga membuat ion natrium yang memiliki muatan
Serabut saraf
positif masuk dan mendepolarisasi kenegatifan normal
di dalam sel. Selanjutnya, zat kimia kecap secara befta-
hap dibersihkan dari vilus pengecap oleh saliva, sehingga
akan rnenghi langkan rangsangan.
Tipe protein reseptor di setiap vilus pengecap menen-
tukan tipe rasa yang akan diterima. Untuk ion natrium dan
ion hidrogen, yang secara berurutan melepaskan sensasi
Sel-sel pengecap
kecap rasa asin dan asam, protein reseptor akan membuka
kanal ion yang spesifik pada membran sel kecap di ba-
gian apikal, dengan cara mengaktifkan reseptor. Namun
demikian, untuk sensasi rasa manis dan pahit, bagian
GAMBAR 53-1. Taste bud. molekul protein reseptor yang menonjol ke membran di
696 UNIT X Slsfem Saraf: B. lndera Khusus

bagian apikal, akan mengaktifkan substansi second mes- gorokan lainnya, akan ditransmisikan melalui nervus
senger transmiter di dalam sel, dan second messenger rni glossofaringeus jugake traktus solitarius, tetapi pada ke-
yang akan menyebabkan perubahan kimia untuk melepas- tinggian yang sedikit lebih posterior. Akhirnya, beberapa
kan sinyal pengecapan. sinyal pengecap dari dasar lidah dan bagian-bagian lain
di daerah faring, akan ditransmisikan ke traktus solitarius
Pembentukan fmpuls Saraf oleh Taste Bud.Pada melalui nervus vagus.
pemberian rangsangan kecap yang pertama kali, kecepat- Semua serabut pengecap bersinaps di batang otak ba-
an pelepasan impuls di serabut saraf dari taste bud akan gian posterior di dalam nukleus traktus solitarlzs. Nukleus
meningkat sampai puncaknya dalam waktu beberapa de- ini mengirimkan neuron susunan-kedua ke daerah kecil
tik, tetapi kemudian akan beradaptasi dalam waktu bebe- di nukleus medial posterior ventral talamus, yang terle-
rapa detik berikutnya, sampai mencapai kadar yang lebih tak sedikit ke medial dari ujung talamus daerah fasial di
rendah dan stabil selama rangsangan kecapnya tetap ada. sistem lemnikus medialis-kolumna dorsalis. Dari talamus,
Jadi, sinyal yang cepat dan kuat akan dihantarkan oleh neuron susunan-ketiga ditransmisikanke ujung bawah gi-
sarafpengecap, dan sinyal kontinu yang lebih lemah akan rus postsentralis pada korteks serebri parietalis, tempat
dihantarkan selama taste budtetap terpajan dengan rang- neuron ini melingkar ke dalamfisura sylvii, dan ke dalam
sangan kecap. daerah operkular-insular. Daerah ini terletak sedikit ke
lateral, ventral, dan rostral dari daerah untuk sinyal taktil
lidah di area somatik serebri I. Dari penjelasan mengenai
Transmisi Sinyal Pengecap jaras pengecap ini, dapat terlihat bahwa jaras ini sangat
ke Sistem Saraf Pusat paralel dengan jaras somatosensorik dari lidah.
Gambar 53-2 memperlihatkan jaras saraf untuk trans- Refleks Pengecopon Bergobung di dolom Bo-
misi sinyal pengecap dari lidah dan daerah faringeal ke long Otok. Dari traktus solitarius, sejumlah besar im-
sistem saraf pusat. Impuls pengecap dari dua pertiga an- puls pengecapan ditransmisikan ke dalam batang otak
terior lidah mula-mula akan diteruskanke saraf lingualis, itu sendiri langsung ke nukleus salivatorius inferior dan
kemudian melalui korda timpanl menuju nervus fasialis, superior. Kemudian area ini akan mentransmisikan sinyal
dan akhirnya ke traktus solitarius di batang otak. Sensasi ke glandula submandibularis, sublingualis, dan parotis
pengecap dari papila sirkumvalata di bagian belakang untuk membantu mengendalikan sekresi saliva selama
lidah dan dari daerah posterior rongga mulut dan teng- proses menelan dan pencernaan makanan.

Adoptosi Pengecopon. Setiap orang telah terbiasa


dengan fakta bahwa sensasi pengecapan dapat beradap-
Korteks Gustatorik tasi dengan cepat, seringkali hampir seluruhnya dalam
(operkulum insula- .,1 : waktu satu atau beberapa menit selama ada rangsangan
fronialis anterior) yang berkesinambungan. Namun, dari penelitian elektro-
\

tI\ \ fisiologi terhadap serabut saraf pengecap, terlihat bahwa


adaptasi taste bud sendiri biasanya hanya memberikan
_^M
:T#
peranan tidak lebih dari sekitar separuhnya. Oleh karena
: itu, adaptasi terakhir yang sangat luar biasa, yang terjadi
i\. :irr
pada sensasi pengecapan hampir seluruhnya terjadi pada
;. 'u\
sistem saraf pusat itu sendiri, walaupun mekanisme dan
daerahnya belum diketahui. Di setiap kecepatan, mekanis-
postero-medial menya berbeda dengan kebanyakan sistem sensorik lain-
talamus nya, yang hampir seluruhnya beradaptasi pada reseptor.
Ganglion
Korda
Lidah
' timpani
genikulatum

Pemilahan Pengecapan
Nukleus tra.ldus
dan Pengendalian Diet
Glossofaringeus solitarius
Pemilahan pengecapan secara sederhana berarti bahwa
Area
Gustatorik seekor hewan akan memilih jenis makanan tertentu yang
lebih disukainya daripada yang lain, dan hewan tersebut
Ganglion
secara otomatis menggunakannya untuk membantu me-
nodosum ngendalikan jenis makanan yang dimakannya. Selain itu,
pemilahan pengecapan seringkali berubah sesuai dengan
Faring kebutuhan tubuh akan substansi khusus tertenfu.
Percobaan berikut ini menggambarkan kemampuan
GAMBAR 53.2. Penjalaran sinyal pengecapan ke sistem saraf hewan untuk memilih makanan sesuai dengan kebutuhan
pusat. tubuhnya: Pertama-tama, hewan-hewan yang mengalami
BAB 53 Indera Kimia-Pengecapan dan Penghidu 697

adrenalektomi dan kekurangan gqrqm, secara. otomatis


akan memilih air minum yang mempunyai kandungan
riatrium klorida yang tinggi dibandingkan air murni, dan
keadaan ini seringkali cukup memenuhi kebutuhan tu-
buh dan mencegah kematian akibat kekurangan garam.
Kedua, hewan yang disuntik dengan insulin dalam jumlah
besar akan mengalami kekurangan gula darah, dan hewan
tersebut secara otomatis akan memilih makanan yang
paling manis dari berbagai sampel. Ketiga, hewan yang
mengalami paratiroidektomi dan kekurangan kalsium, se-
cara otomatis akan memilih air minum dengan kandungan
kalsium klorida yang tinggi.
Fenomena serupa juga ditemukan di kehidupan se-
hari-hari. Sebagai contoh, "kandungan garam" di daerah
gurun terbukti akan menarik hewan-hewan dari daerah
yang jauh. Manusia juga akan menolak setiap makanan
yang mempunyai sensasi afektif yang tidak enak. Hal
tersebut di berbagai keadaan dapat melindungi tubuh kita GAMBAR 53-3. Susunan membran olfaktorius dan bulbus olfak-
torius, dan hubungannya dengan traktus olfaktorius.
dari substansi yang memang tidak dikehendaki.
Fenomena pemilahan pengecapan hampir selalu ber-
asal dari beberapa mekanisme yang terdapat pada sistem sa-
rafpusat dan bukan dari mekanisme pada reseptor penge- Sel-Sel Olfoktorius. Sel-sel reseptor unruk sensasi peng-
capan itu sendiri, walaupun kenyataanya bahwa reseptor hidu adalah sel-sel olfaktorius (lihat Gambar 53-3), yang
memang seringkali menjadi peka terhadap nutrien yang pada dasarnya merupakan sel saraf bipolar yang berasal
dibutuhkan. Alasan yang penting untuk memercayai bah- dari sistem saraf pusat itu sendiri. Terdapat sekitar 100
wa pemilahan pengecapan merupakan fenomena sistem juta sel seperti ini pada epitel olfaktorius yang tersebar di
saraf pusat, adalah bahwa pada pengalaman terdahulu antara sel-sel sustentakular, seperti terlihat pada Gambar
dengan rasa yang tidak enak atau enak akan sangat berpe- 53-3. Ujung mukosa dari sel olfaktorius membentuk tom-
ranan penting dalam menentukan pemilahan pengecapan bol, yang dari tempat ini akan dikeluarkan 4 sampai 25
seseorang. Sebagai contoh, jika seseorang merasa "sakit" rambut olfaktorius (uga disebut silia olfaktorius), yang
segera sesudah makan jenis makanan tertentu, orang ter- berdiameter 0,3 mikrometer dan panjangnya sampai 200
sebut umunnya akan membentuk pemilahan pengecapan mikrometer, terproyeksi ke dalam mukus yang melapisi
yang negatif, atau aversi pengecqpan pada makanan ter- permukaan dalam rongga hidung. Silia olfaktorius yang
tentu di kemudian hari; efek serupa juga dapat ditemukan terproyeksi ini akan membentuk alas yang padat pada
pada hewan tingkat rendah. mukus, dan ini adalah silia yang akan bereaksi terhadap
bau di udara, dan kemudian akan merangsang sel-sel ol-
faktorius, seperti yang akan dibicarakan berikut. Pada
lndera Penghidu membran olfaktorius, di antara sel-sel olfaktorius tersebar
banyak glandula Bowman yang kecil, yang menyekresi
Penciuman adalah indera yang paling sedikit dimengerti. mukus ke permukaan membran olfaktorius.
Keadaan ini sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa
indera penghidu merupakan fenomena subjektif yang til
dak mudah dipelajari pada hewan-hewan tingkat rendah. Perangsangan Sel-Sel Olfaktori us
Kendala lain yang menambah kerumitan adalah pada
manusia indera penghidu tidak berkembang sempurna Mekosnime Eksitosi podq Sel-Sel Olfqkiorius.
dibandingkan sebagian besar hewan tingkat rendah. Bagian sel olfaktorius yang memberi respons terhadap
rangsangan kimia olfaktorius adalah silia olfaktorius.
Substansi yang berbau, yang tercium pada saat kontak
Membran Olfaktorius dengan permukaan membran olfaktorius, mula-mula
menyebar secara difus ke dalam mukus yang menutupi
Membran olfaktorius, yang gambaran histologinya diper- silia. Selanjutnya, akan berikatan dengan protein reseptor
lihatkan pada Gambar 53-3, terletak di bagian superior di di membran setiap silium.setiap protein reseptor sebenar-
setiap lubang hidung. Di sebelah medialnrmembran olfak- nya merupakan molekul panjang yang menyusupkan diri
torius terlipat ke bawah di sepanjang permukaan septum melalui membran, yang melipat ke arah dalam dan ke
superior; di sebelah lateral terlipat di atas turbinat supe- arah luar kira-kira sebanyak tujuh kali. Bau tersebut
rior dan bahkan di atas sebagian kecil dari permukaan atas berikatan dengan bagian protein reseptor yang melipat ke
turbinat medial. Di setiap lubang hidung, membran olfak- arah luar. Namun demikian, bagian dalam protein yang
torius mempunyai luas permukaan sekitar 2,4 sentimeter melipat akan saling berpasangan untuk membentuk yang
persegi. disebut protein-G, yang merupakan kombinasi dari tiga
698 UNIT X Sislem Saraf: B. Indera Khusus

subunit. Pada perangsangan protein reseptor, subunit alfa sampai 20 hingga 30 per detik, yang merupakan kecepat-
akan memecahkan diri dari protein-G dan segera meng- an yang tinggi untuk serabut saraf olfaktorius yang ber-
aktivasi adenilat siklase, yang melekat pada sisi dalam ukuran kecil.
membran siliar di dekat badan sel reseptor. Siklase yang Dalam kisaran yang lebih luas, kecepatan impuls ner-
teraktivasi kemudian mengubah banyak molekul adeno- vus olfaktorius akan berubah secara hampir sebanding
sin trifosfat intrasel menjadi adenosin monofosfat siklik dengan logaritma kekuatan rangsangan, yang memperli-
(cAMP). Akhimya, cAMP ini mengaktivasi protein mem- hatkan bahwa reseptor olfaktorius ini mengikuti prinsip-
bran lain di dekatnya, yaitu gerbang kanal ion natrium, prinsip transduksi yang mirip dengan yang terjadi pada
yang akan membuka "gerbangnya", dan memungkinkan reseptor sensorik lainnya.
sejumlah besar ion natrium mengalir melewati membran
ke reseptor di dalam sitoplasma sel. Ion natrium akan Adoptosi. Sekitar 50 persen reseptor olfaktorius akan
meningkatkan potensial listrik dengan arah positif di sisi beradaptasi pada detik pertama atau setelah terkena rang-
dalam membran sel, sehingga merangsang neuron olfak- sangan. Sesudah itu, reseptor yang beradaptasi akan sa-
torius dan menjalarkan potensial aksi ke dalam sistem ngat sedikit dan akan berlangsung dengan sangat lambat.
saraf pusat melalui neryus olfaktorius. Namun dari pengalaman, kita semua tahu bahwa sensasi
Makna yang penting dari mekanisme ini pada aktivasi bau dapat beradaptasi dengan jelas hampir. dalam waktu
saraf-saraf olfaktorius adalah bahwa mekanisme terse- safu menit atau segera sesudah memasuki udara yang
but sangat melipatgandakan efek perangsangan, bahkan berbau kuat. Karena adaptasi psikologis inijauh lebih be-
dari bau yang paling lernah sekalipr.tn. Untuk ringkasnya: sar daripada derajat adaptasi reseptor itu sendiri, hampir
(l) Aktivasi protein reseptor oleh substansi bau dapat dapat dipastikan bahwa sebagian besar adaptasi tambahan
mengaktivasi kompleks protein-G. (2) Hal ini kemudian terjadi dalam sistem saraf pusat. Hal ini tampaknya juga
mengaktivasi banyak molekul adenilat siklase di bagian terjadi untuk sensasi pengecapan.
dalam membran sel olfaktorius. (3) Selanjutnya, hal ini Diyakini bahwa mekanisme persarafan untuk adap-
akan menyebabkan pembentukan jumlah molekul cAMP tasi adalah sebagai berikut: Sejumlah besar serabut saraf
menjadi berkali lipat lebih banyak. (4) Akhimya, cAMP sentrifugal melintas dari daerah olfaktorius di otak ke be-
tetap membuka kanal ion natrium yang jumlahnya se- lakang sepanjang traktus olfaktorius, dan berakhir pada
makin banyak. Oleh karena itu, bau tertentu yang mempu- sel-sel inhibitor khusus pada bulbus olfaktorius, yaitu sel
nyai konsentrasi yang paling kecil, tetap dapat memulai granul. Diduga bahwa sesudah timbulnya rangsangan ol-
rangkaian efek yang akan membuka banyak sekali kanal faktorius, sistem saraf pusat dengan segera membentuk
natrium. Hal ini menimbulkan sensitivitas yang sangat penghambatan umpan balik yang kuat untuk menekan pe-
besar pada neuron-neuron olfaktorius, bahkan bilajumlah nyiaran sinyal penghidu yang melalui bulbus olfaktorius.
bau itu sedikit sekali.
Untuk merangsang sel-sel olfaktorius, selain mekanis-
me kimiawi dasar masih terdapat beberapa faktor fisik Mencari Sensasi Utama Penghidu
yang memengaruhi derajat perangsangan. Pertama, hanya Dahulu, sebagian besar ahli fisiologi percaya bahwa se-
substansi yang dapat menguap yang dapat tercium bau-
bagian besar sensasi penghidu berasal dari sejumlah ke-
nya, yaitu yang dapat terhirup ke dalam nostril-nostril. cil sensasi utama, dengan cara yang sama seperti pada
penglihatan dan pengecapan yang terdiri dari beberapa
Kedua, substansi yang merangsang tersebut paling sedikit
sensasi utama. Berdasarkan penelitian psikologis, telah
harus bersifat larut dalam air, sehingga bau tersebut dapat
diusahakan untuk mengklasifikasikan sensasi-sensasi ini
melewati mukus untuk mencapai silia olfaktorius. Ketiga,
menjadi sebagai berikut:
silia ini akan sangat membantu bagi bau yang paling se-
dikit larut dalam lemak, diduga karena konstituen lipid l. Camphoraceous
pada silium itu sendiri merupakan penghalang yang le- 2. Musky
mah terhadap bau yang tidak larut dalam lemak. 3. Harum bunga-bungaan (flora[)
4. PepperminQ
Polensiol Membrqn don Potensiol Aksi podo 5. Sangat samar (etherea[)
Sel-Sel Olfoktorius. Potensial membran di dalam sel- 6. Bau yang tajam (pungent)
sel olfaktorius yang terangsang, seperli yang diukur oleh
7. Busuk (Putrid)
mikroelektroda, r.ata-rata sekitar -55 milivolt. Pada nilai
potensial ini, sebagian besar sel secara terus-menerus akan Perlu diperhatikan bahwa daftar ini tidak benar-benar me-
menghasilkan potensial aksi pada kecepatan yang sangat wakili sensasi penghidu utama yang sesungguhnya. Pada
lambat, dengan variasi mulai dari satu kali setiap 20 detik tahun-tahun terakhir ini, beberapa petunjuk termasuk
sampai dua atau tiga kali per detik. . penelitian yang spesifik terhadap gen-gen yang menyandi
Kebanyakan bau menyebabkan depolarisasi pada protein-protein reseptor, menunjukkan sedikitnya 100
membran sel olfaktorius, dengan menurunkan potensial sensasi penghidu utama-perbedaan yang sangat men-
negatif di dalam sel dari nilai normal yakni -55 milivolt colok bila dibandingkan dengan hanya tiga sensasi wama
sampai -30 milivolt atau bahkan lebih rendah lagi-se- utama yang dideteksi melalui penglihatan dan hanya lima
hingga mengubah voltase pada arah yang positif. Ber- sensasi pengecapan utama yang dapat dideteksi oleh li-
samaan dengan hal ini, jumlah potensiai aksi meningkat dah. Hal-hal pendukung selanjutnya untuk berbagai sen-
BAB 53 lndera Kimia-Pengecapan dan Penghidu 699

sasi penghidu utama, adalah bahwa ada orang yang tidak


peka terhadap bqu dari satu zat tertentu; ketidakpekaan Hipotalamus Areaolfaktoriusmedia
seperti ini sudah teridentifikasi untuk lebih dari 50 zat Korteks
yang berbeda. Diperkirakan bahwa ketidakpekaan bau prefrontalis
untuk setiap zat mencerminkan kurangnya protein resep- Traktus
tor yang cocok pada sel-sel olfaktorius untuk zattertentu.

"Sifot Afektif Penghidu." Penghidu, walaupun lebih


banyak dari pengecapan, mempunyai kualitas afektif beru-
pa menyenangkan atau tidak menyenangkan. Karena itu:
lah, penghidu bahkan lebih penting daripada pengecapan
dalam memilah makanan. Selain itu, orang yang sebelum-
nya pernah memakan makanan yang dirasakannya tidak Korteks 'Nervus
enak seringkali akan merasa mual hanya dengan mencium
bau makanan yang sama untuk kedua kalinya. Namun se-
baliknya, bau parfum dengan kualitas yang sesuai dapat
temporalis
merusak emosi seseorang. Selain itu, pada beberapa he-
wan tingkat rendah, bau merupakan perangsang gairah GAMBAR 53-4. Hubungan persarafai,n pada sistem otfaktorius.
seksual yang utama.

Ambong Bolos Penghidu. Salah satu karakteristik


dasar dari penghidu adalah bahwa agen perangsang ada Penjoloron Sinyol-Sinyol Olfoktorius ke dolom
di udara dalam jumlah yang sedikit saja dapat menimbul- Bulbus Olfoklorius. Bulbus olfaktorius diperlihatkan
kan sensasi penghidu. Sebagai contoh, zat metilmerkap- pada Gambar 53-4. Serabut saraf yang kembali dari bul-
tan dapat tercium walaupun hanya ditemukan l/25 triliun bus disebut nervus kranialis I, atau traktus ofaktorius.
per gram di dalam setiap mililiter udara. Karena ambang Namun demikian, pada kenyataannya kedua traktus dan
batas yang sangat rendah ini,zattersebut akan bercampur bulbus merupakan pertumbuhan jaringan otak dari dasar
dengan gas alami, dan memberi bau pada gas sehingga otak ke arah anterior; pembesaran yang berbentuk bulat
dapat mendeteksi apabila sejumlah kecil gas bocor dari pada ujungnya, disebut bulbus olfaktorius, terletak pada
pipanya. lempeng kribriformis yang memisahkan rongga otak dari
bagian atas rongga hidung. Lamina kribriformis memiliki
Grodosi lnlensiios Penghidu. Walaupun ambang ba- banyak lubang kecil yang merupakan tempat masuknya
tas konsentrasi substansi yang mengeluarkan bau sangat saraf-saraf kecil dalam jumlah yang sesuai berjalan naik
kecil, sebagian besar bau (jika tidak paling banyak), ha- dari membran olfaktorius di rongga hidung memasuki
nya dengan konsentrasi sebesar l0 sampai 50 kali di atas bulbus olfaktorius di rongga kranial. Gambar 53-3 meng-
nilai ambang batas, dapat menghasilkan intensitas bau gambarkan hubungan yang erct antara sel-sel olfaktorius
yang maksimal. Ini berbeda dengan kebanyakan sistem di membran olfaktorius dengan bulbus olfaktorius, yang
sensorik tubuh yang lainnya, yang memerlukan kisaran memperlihatkan bahwa akson-akson pendek dari sel ol-
perbedaan intensitas yang sangat besar, misalnya, 500.000 faktorius akan berakhir di struktur globular yang multi-
berbanding 1 untuk mata dan 1 triliun berbanding 1 un- pel di dalam bulbus olfaktorius yang disebut glomeruli.
tuk telinga. Perbedaan ini mungkin dapat dijelaskan oleh Setiap bulbus memiliki beberapa ribu macam glomeruli,
fakta bahwa sistem penghidu lebih dihubungkan dengan masing-masing merupakan ujung dari sekitar 25.000 ak-
proses deteksi ada atau tidak adanya bau daripada deteksi son yang berasal dari sel-sel olfaktorius. Setiap glomeru-
kuantitatif i ntens itasnya. lus juga merupakan ujung untuk dendrit yang berasal dari
sekitar 25 sel-sel mitral yang besar dan sekitar 60 sel-sel
berumbai yang lebih kecil, dengan badan sel yang terle-
Penjalaran Sinyal-Sinyal Penghidu tak di bulbus olfaktorius pada bagian superior glomeruli.
ke dalam Sistem Saraf Pusat Dendrit ini menerima sinaps dari saraf sel olfaktorius, sel
mitral dan sel berumbai yang mengirimkan akson-akson
Bagian olfaktorius pada otak merupakan salah satu dari melalui traktus olfaktorius untuk menjalarkan sinyal-
struktur otak yang pertama berkembang pada hewan pri- sinyal olfaktorius ke tingkat yang lebih tinggi di sistem
mitif, dan sebagian besar bagian lain yang tersisa dari otak saraf pusat.
berkembang di sekitar permulaan olfaktgrius ini. Pada ke- Beberapa penelitian menunjukkan bahwa glomeruli
nyatannya, bagian otak yang merupakan asal mula dari yang berbeda akan memberi respons bau yang berbeda
olfaksi ini kemudian berkembang menjadi struktur dasar pula. Kemungkinan bahwa glomeruli tertentu merupakan
otak yang mengendalikan emosi dan aspek perilaku lain- petunjuk sebenamya untuk menganalisis berbagai sinyal
nya pada manusia; sistem ini kita sebut sistem limbik, bau yang dijalarkan ke dalam sistem sarafpusat.
dibahas pada Bab 58.
700 UNIT X Slstern Saraf: B. Indera Khusus

Jaras Olfaktorius yang Paling Tua, talamus, melewati dorsomedial nukleus talamik kemu-
yang Kurang Tua, dan yang Paling Baru dian ke kuadran lateroposterior korteks orbitofrontalis.
Masuk ke dalam Sistem Saraf Pusat Berdasarkan penelitian pada monyet, sistem yang lebih
Traktus olfaktorius memasuki otak pada sambungan an- baru ini kemungkinan membantu dalam menganalisis bau
terior antara mesensefalon dan serebrum; di sini, trak- secara sadar.
tus akan terbagi menjadi dua jaras, seperti yang tampak
dalam Gambar 53-4, satu berjalan di sebelah medial Ringkoson. Jadi, terdapat sistem olfaktorius paling tua
menuju area olfaktorius medial, dan yang lain berjalan di yang mencetuskan refleks olfaktorius dasar, sistem kurang
sebelah lateral menuju area olfaktorius lateral. Area ol- t u a y ang memberikan pengaturan otomatis tetapi sebagian

faktorius medial mewakili sistem olfaktorius yang paling berasal dari pengendalian yang telah dipelajari mengenai
tua, sedangkan area olfaktorius lateral merupakan input asupan makanan dan penolakan terhadap makanan yang
untuk (l) sistem olfaktorius yang tua dan (2) sistem yang tidak sehat dan beracun, dan sistem yang lebih baruyang
paling baru. sebanding dengan sebagian besar sistem sensorik kortikal
lainnya dan digunakan untuk persepsi dan analisis olfaksi
Sistem Olloktorius yong Poling Tuo-Areo Olfok- secara sadar.
torius Mediol. Area olfaktorius medial terdiri dari seke-
lompok nuklei yang terletak di bagian tengah basal otak Pengendolion Sentrifugol Terhodop Aktivitos di
tepat di anterior hipotalamus. Sebagian besar bentuk yang Bulbus Qlfoklorius Oleh Sistem Sorof Pusot. Ba-
mencolok ini adalah nuklei septum, yang merupakan nu- nyak serabut saraf yang berasal dari bagian olfaktorius
klei di garis tengah yang masuk ke dalam hipotalamus dan otak akan berjalan keluar dari otak ke traktus olfaktorius
bagian primitif lainnya dalam sistem limbik otak. Sistem menuju bulbus olfaktorius (yaitu secara "sentrifugal" dari
ini merupakan area di otak yang paling berkaitan dengan otak ke bagian perifer). Serabut-serabut ini akan berakhir
perilaku dasar (dibahas dalam Bab 58). pada sejumlah besar sel-sel granula kecil yang terletak
Makna penting area olfaktorius medial ini paling baik di antara sel-sel mitral dan sel-sel berumbai pada bulbus
dimengerti dengan memperhatikan apayang terjadi pada olfaktorius. Sel-sel granula mengirimkan sinyal ke sel-sel
binatang ketika area olfaktorius lateral pada kedua sisi mitral dan sel-sel berumbai. Dianggap bahwa hambatan
otaknya diangkat dan hanya sistem medial yang tersisa. umpan balik merupakan cara untuk membantu mempe;-
Jawabannya adalah bahwa area ini hampir tidak banyak tajam kemampuan seseorang untuk membedakan antara
memengaruhi respons primitif terhadap olfaksi, seperti bau yang satu dengan yang lain.
menjilat bibir, salivasi, dan respons makan lainnya yang
disebabkan oleh bau makanan, atau dorongan emosi pri-
mitif yang berkaitan dengan bau. Sebaliknya, pengang-
Kepustakaan
katan area lateral akan menghapus refleks-refleks olfakto- Bermudez-Rattoni F: Molecular mechanisms of taste-recogni-
rius yang telah terkondisi dan lebih kompleks. tion memory. Nat Rev Neurosci 5:209, 2004.
Dohlman HG: G proteins and pheromone signaling. Annu Rev
Sislem Olfoktorius yong Kurong Tuo-Areo Ol- Physiol 64:129, 2002.
foklorius lolerol. Area olfaktorius lateral terutama Gibson AD, Garbers DL: Guanylyl cyclases as afamily of puta-
terdiri dari korteks prepiriformis dan korteks piriformis tive odorant receptors. Annu Rev Neurosci 23:417,2000.
ditambah bagian kortikal nuklei amigdaloid. Dari daerah Herness MS, GilbertsonTA. Cellular mechanisms of taste trans-
ini, jaras sinyal berjalan ke hampir semua bagian sistem duction. Annu Rev Physiol 6l:873, 1999.
Levine AS, Kotz CM, Gosnell BA: Sugars andfats: the neurobi-
limbik, terutama ke bagian yang kurang primitif, seperti
ology ofpreference. J Nutr 133:8315, 2003.
hipokampus, yang tampaknya menjadi hal paling penting
Lledo PM, Gheusi G: Olfactory processing in a changing brain.
dalam proses belajar untuk menyukai atau tidak menyu-
Neuroreport I4: I655, 2003.
keri makanan tertentu yang bergantung pada pengalaman Lowe G: Electrical signaling in the olfactory bulb. Curr Opin
sefieorang terhadap makanan. Sebagai contoh, diyakini Neurobiol I 3 : 476, 2003.
bahwa area olfaktorius lateral ini dan hubungannya yang Margolskee RF: Molecular mechanisms of bitter and sweet taste
banyak dengan sistem perilaku limbik, menyebabkan transduction. J Biol Chem 277:1, 2002.
seseorang mengembangkan sikap antipatinya terhadap Matthews HR, Reisert J: Calcium, the two-faced messenger of
makanan yang menyebabkan mual dan muntah. olfactory transduction and adaptation. Curr Opin Neurobiol
l3:469,2003.
Gambaran penting area olfaktorius lateral adalah bah-
Menini A, Lagostena L, Boccaccio A: Olfaction: from odorant
wa sebagian besar jaras sinyal dari area ini langsung ma-
molecules to the olfactory cortex. News Physiol Sci I9: I01 ,
sukke bagian korteks serebri yang lebih tua, yang disebut 2004.
paleokorteks dalam bagian anteromedial lobus tempora- Mombaerts P: Genes and ligands for odorant, vomeronasal and
/ls. Ini adalah satu-satunya area dari seluruh korteks sere- taste receptors. Nat rev Neurosci 5:263, 2004.
bri, yang merupakan tempat sinyal sensorik berjalan lang- Mombaerts P: Odorant leceptor gene choice in olfactory sen-
sung ke korteks tanpa terlebih dahulu melewati talamus. sory neurots: the one receptor-one neuron hypothesis revi-
sited. Curr Opin Neurobiol I 4:3 I, 2004.
Joros yong lebih Boru. Sekarang telah ditemukan Montmayeur JP, Matsunami H: receptors for bitter and sweet
jaras olfaktorius yang lebih baru, yang berjalan melalui taste. Curr Opin Neurobiol I2:i66, 2002.
BAB 53 Indera Kimia-Pengecapan dan Penghidu 701

Reed RR: The contribution of signaling pathways to olfac- Sewards TV: Dual separate pathways for sensory and hedonic
tory organization and development. Curr Opin Neurobiol aspects oftaste. Brain Res Bull 62;271, 2004.
l3:482.2003. Smith DV Margolskee RF: Making sense of taste. Sci Am
Ronnett GV Moon C: G proteins and olfactory signal transduc- 284:32, 2001.
iion. Annu Rev Physiol 64:189, 2002.

Anda mungkin juga menyukai