Anda di halaman 1dari 3

Nursery room

Sudah menjadi hal yang lumrah apabila di tempat-tempat umum di Jakarta terdapat nursery
room. Paling mudah dapat dilihat di mal-mal besar di Ibukota. Pada umumnya nursery
room ini berdekatan dengan toilet umum dan toilet untuk penyandang cacat.

Sudah 8 bulan terakhir ini, saya akrab dengan ruangan ini. Semenjak memiliki bayi, saya jadi
selalu memperhatikan hal-hal terkait ruangan ini. Dimulai dari ketersediaan nursery
room sampai dengan memberikan penilaian atas kondisi nursery room tersebut. Sangat
menarik untuk mengupas hasil pengamatan saya atas beberapa nursery room yang saya
temui.

Yang pertama, terkait ketersediaan nursery room. Hampir di seluruh pusat belanja besar
memiliki nursery room. Tapi kemudian jumlahnya tidak banyak. Tidak di setiap lantai
ada nursery room dan tidak di setiap area toilet ada nursery room disebelahnya.

Keadaan ini berlanjut dengan jumlah ruangan dari setiap nursery roomtersebut. Ada yang
hanya 1 ruangan terdiri dari wastafel, baby tafel (dipan dengan alas empuk untuk meletakkan
bayi) dan tempat sampah. Hasil pengamatan saya rata-rata yang tersedia adalah ruangan
seperti ini. Terdapat juga ruangan yang juga menyediakan sofa dan dispenser air minum.

Di sebuah mal besar di bilangan Jakarta Selatan, nursery room-nya jauh lebih besar.
Merupakan ruang besar dengan 3 kamar kecil yang terdiri dari sebuah sofa dan meja. Kamar
ini diperuntukkan untuk menyusui bayi. Dan di luarnya terdapat baby tafel besar dan panjang
yang diperuntukkan untuk mengganti popok bayi. Ruangan dengan kapasitas seperti ini juga
terdapat di mal di daerah SCBD. Ruangan dilengkapi dengan stop kontak yang mudah
dijangkau. Stop kontak ini sangat membantu bagi ibu-ibu yang memerah asi melalui pompa
elektrik. Sejauh pengamatan saya, nursery room di mal ini merupakan salah satu yang
ternyaman.

Secara umum, sarana dan fasilitas nursery room di Jakarta masih jauh dari standard dan
sangat diskriminatif. Bisa diyakini bahwa pembangunan ruangan ini pun seadanya dan tanpa
penelitian untuk memastikan manfaat bagi para penggunanya lebih maksimal.

Sebagai contoh, apabila di sebuah mal besar hanya terdapat 1 ruangan nursery room saja,
berarti orang harus bergantian menggunakannya. Sementara dapat dipastikan bahwa setiap
harinya pengunjung mal yang membawa bayi pasti lebih dari satu orang. Sangat tidak masuk
akal apabila toilet umum bisa tersedia banyak, sedangkan ruangan untuk mengganti popok
dan menyusui hanya 1 untuk seluruh pengunjung mal yang memiliki bayi.

Luas ruangan pun harus diperhatikan. Kereta dorong/stroller merupakan kendaraan lumrah
untuk membawa bayi. Di banyak tempat saya melihat bahwa ruangannya terlalu sempit
sehingga stroller tidak bisa masuk. Kondisi ini sangat merepotkan sekali.

Kondisi ini diperparah dengan salah kaprah definisi nursery roomsebagai ruang untuk
menyusui dan ruang untuk mengganti popok bayi. Padahal ibu dan bayi memiliki kebutuhan
yang berbeda-beda. Oleh karena itu dibutuhkan ruangan yang tidak disatukan. Terdapat
kebutuhan seorang ibu untuk menyusui bayinya. Terdapat juga kebutuhan seorang ibu untuk
memerah asi. Kebutuhan bayi pun berbeda-beda, dimulai dari ganti popok sampai ganti baju.

Hasil pengamatan lain juga terdapat pada papan penanda di depan nursery room. Pada
umumnya tertulis penanda ‘hanya untuk wanita, laki-laki dewasa dilarang masuk’. Bahkan di
sebuah mal di bilangan Jakarta Barat, nursery room tersebut berada di dalam toilet untuk
perempuan. Buat saya, hal ini sangat diskriminatif dan tidak sensitive gender. Bagaimana
kalau yang pergi ke mal adalah seorang ayah dan anaknya? Dimana ia harus mengganti
popok anaknya?

Lebih dalam lagi, apabila dilihat dari teori gender, hal ini sangat bias. Menempelkan seluruh
kebutuhan anak dengan ibunya. Situasi ini semakin memperkuat stereotype bahwa anak
adalah tanggung jawab perempuan saja. Padahal pekerjaan mengganti popok merupakan
pekerjaan yang juga dapat dilakukan oleh kelompok laki-laki. Berbeda dengan menyusui dan
memerah asi.

Keadaan ini harus diperbaiki. Tidak hanya menambah banyak fasilitas nursery room tetapi
juga memisahkan antara ruang menyusui dan ruang mengganti popok bayi. Melengkapi
dengan prasarana seperti dispenser air minum dan sofa yang nyaman. Menyusui atau
memerah asi merupakan ‘pekerjaan’ yang menghabiskan energi. Oleh karena itu cairan
sangat dibutuhkan bagi ibu menyusui

https://www.kompasiana.com/nindita/54f3c1527455137e2b6c807c/salah-kaprah-definisi-nursery-
room-

Saya adalah seorang ibu yang memiliki anak yang baru saja berusia 1 tahun. Sejak melahirkan di salah
satu rumah sakit ibu dan anak, di sana saya belajar banyak hal mengenai bayi. Menyusui dan mengganti
diaper menjadi kegiatan sehari-hari saya dan suami. Pergi ke mana pun kami pasti selalu membawa
diaper cadangan, tisu basah, alas kain untuk alas saat ganti diaper, plastik sampah, tisu, minyak telon,
dan lain sebagainya perlengkapan bayi. Beda dengan jaman kuliah dulu yang cuma bawa buku dan pulpen
hahahaha.

Ketika anak saya berusia 4 bulan, saya dan suami mengajak anak saya untuk imunisasi di rumah sakit
Puri Bunda, Denpasar. Eh, tiba-tiba anak saya BAB (buang air besar). Saya bingung mau ganti di mana
ya. Kemudian saya coba saja pergi ke toilet dan berharap di sana ada ruang untuk mengganti diapernya.
Benar saja, di sana disediakan tempat untuk mengganti diaper, tepatnya di sebelah wastafel. Tapi
tempatnya agak terbuka, jadi sebelum toilet ada wastafel di tempat terbuka, di sebelahnya itu ada tempat
untuk mengganti diaper. Sedangkan ruang menyusui berbeda letaknya dengan toilet, dibuat seperti bilik
di dekat ruang praktik dokter.
Selain rumah sakit, saya juga sudah mengajak anak saya jalan-jalan ke mal, taman kota, pantai. Ini
memang emaknya yang doyan jalan-jalan, hihi.Yang menjadi masalah saat jalan-jalan adalah tempat
ganti diaper. Errrgh, susaaah banget cari tempat. Kalau bawa mobil sih bisa diusahakan, tapi kalau bawa
motor? Berabe lah sudah, pasti ada saja ide-ide darurat. Toilet umum pun bisa kami manfaatkan walaupun
sambil berdiri-berdiri dan saling sikut sama suami, hiks. Sebenarnya itu sangat-sangat tidak
menyenangkan karena kasihan anak saya yang masih bayi, belum bisa berdiri, harus dipegangin untuk
ganti diaper. Di pantai masih wajar tidak ada fasilitas ruang menyusui dan ganti diaper. Namun di taman
kota dan di mal, menurut saya wajib banget disediakan fasilitas tersebut.

Dan satu lagi, jika anda adalah orang tua, pasti mengerti. Saya pernah bertanya pada seorang teman,
teman saya itu seorang ibu juga, dia mempunyai anak laki-laki yang masih balita. “Kalo kamu jalan ke
mal, trus anakmu pengen pipis atau pup (BAB), kamu ajak dia ke toilet cowok atau cewek?”, dia
menjawab “Ya ke toilet cewek lah, sama aku, gila aja masak aku masuk ke toilet cowok”, walaupun
anaknya adalah anak laki-laki. Menurut saya pribadi, sangat tidak etis jika laki-laki walaupun masih
anak-anak atau balita, masuk ke toilet perempuan, apalagi toilet mal yang biasanya berjajar banyak toilet
dan wastafel dalam satu ruangan. Saya sendiri pun tidak nyaman jika ada ibu yan g mengajak anaknya
apalagi yang sudah tidak balita lagi ke toilet perempuan.

Di antara mal lain yang pernah saya kunjungi (tidak saya sebutkan), saya hanya menemukan fasilitas
yang saya butuhkan di Carrefour, Sunset Road – Bali. Di sana lengkap, ada ruang untuk penyandang
cacat dan ada ruang menyusui. Di dalam ruang menyusui itu ada sofa yang cukup untuk duduk berdua,
bisa dimanfaatkan untuk ibu yang ingin menyusui. Di sebelahnya ada tempat untuk mengganti diaper,
tentunya tempatnya empuk. Walaupun sudah bersih, saya tetap menggunakan alas tambahan yang saya
bawa sendiri. Ada wastafel juga seperti biasa dilengkapi dengan sabun dan pengering tangan.

Di sudut lain ada toilet duduk yang tertutup pintu, bersebelahan dengan urinoir atau tempat buang air
kecil berdiri yang letaknya agak rendah sehingga bisa digunakan oleh anak. Ruang ini sangat bermanfaat
untuk anak-anak yang belum berani ke toilet sendiri. Misalnya seorang ayah yang ingin mengantarkan
putrinya ke toilet, atau seorang ibu yang ingin mengantarkan putranya ke toilet.

Saya menulis ini bukan dalam rangka mempromosikan Carrefour ya hehehe, tapi ini mungkin bisa
dijadikan pedoman untuk tempat umum lain, hendaknya menyediakan fasilitas toilet untuk penyandang
cacat, ruang untuk ibu menyusui, ruang ganti diaper dan toilet untuk anak.

https://duwiarsana.com/nursery-room-apa/

Anda mungkin juga menyukai