Anda di halaman 1dari 24

MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM

MEMANFAATKAN KONTEN DI RUMAH BELAJAR PADA


JENJANG SMP

SITI MUTMAINAH

YAN SETIAWAN

PURWANTO
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ..........................................................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................................2
B. TUJUAN ........................................................................................................................................... 6

DESKRIPSI RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM ..............................7


A. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DALAM model FLIPPED CLASSROOM DENGAN
MEMANFAATKAN RUMAH BELAJAR ......................................................................................7
B. KAPAN MODEL FLIPPED CLASSROOM DIGUNAKAN? ...................................................... 8
C. KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI OLEH PENDIDIK ................................................. 9
D. SARANA DAN PRASARANA YANG DIPERLUKAN ................................................................ 10
E. TAHAPAN UMUM MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM .............................. 11

POLA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM ........................................ 14

RENCANA KERJA DAN KRITERIA KEBERHASILAN ......................................................................... 17


A. Rencana kerja ............................................................................................................................... 17
B. KRITERIA KEBERHASILAN ....................................................................................................... 19
REFERENSI ................................................................................................................................................. 21
LAMPIRAN..................................................................................................................................................22

PAGE 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam Kurikulum 2013, proses pembelajaran merupakan salah satu elemen dari
standar proses pendidikan dasar dan menengah yang mengalami perubahan guna
pencapaian keberhasilan pembelajaran dan pembentukan kompetensi Peserta didik.
Pemerintah dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Menengah
menjelaskan bahwa dalam mengimplementasikan proses pembelajaran di
kurikulum 2013 pada satuan pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi Peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis Peserta didik. Amanat ini menjadi rujukan bahwa guru harus merancang
pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif, kreatif, dan mandiri sesuai
kemampuannya.

Peserta didik kita kini merupakan generasi digital native, generasi yang lahir di
mana teknologi sudah berada di lingkungannya. Istilah digital native merupakan
predikat yang diberikan untuk semua kategori anak-anak yang telah dewasa
menggunakan teknologi seperti internet, komputer dan perangkat mobile. Generasi
digital native digambarkan sebagai multitaskers, mereka merasa nyaman terlibat
dalam beberapa tugas secara bersamaan. Karakteristik lain dari digital native adalah
tingginya rasa ingin tahu dalam memperoleh informasi dan pengetahuan, adaptif
dan mengharapkan respon instan dan manfaat dari teknologi yang mereka gunakan.
Karakteristik umum yang dimiliki peserta didik di era ini menuntut variasi strategi
pembelajaran yang dapat memfasilitasi mereka dengan seperangkat pengalaman
belajar yang dapat mengaktifkan serta bermakna.

Perancangan pembelajaran yang mengintegrasikan Teknologi Informasi dan


Komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran menjadi konsekuensi logis atas
dinamika yang terjadi. Aneka model pembelajaran yang sudah ada dapat menjadi
referensi bagi pendidik dalam merancang pembelajaran. Salah satu model yang
dapat digunakan oleh pendidik yaitu model pembelajaran flipped classroom.
(Bergmann & Sams, 2012) berpendapat bahwa pada dasarnya konsep Model Flipped
Classroom adalah membalik aktivitas pembelajaran, yakni aktivitas pembelajaran
yang biasanya diselesaikan di kelas sekarang dapat diselesaikan di rumah dan
aktivitas pembelajaran yang biasanya dikerjakan di rumah sekarang dapat
diselesaikan di kelas. Peserta didik membaca materi, menonton video pembelajaran

PAGE 2
sebelum mereka datang ke kelas dan mereka mulai berdiskusi, bertukar
pengetahuan, menyelesaikan masalah, dengan bantuan siswa lain maupun guru,
melatih siswa mengembangkan kefasihan prosedural jika diperlukan, inspirasi dan
membantu mereka dengan proyek-proyek yang menantang dengan memberikan
kontrol belajar yang lebih besar. Sejalan dengan pendapat Graham Brent (2013),
Flipped classroom merupakan strategi yang dapat diberikan oleh pendidik dengan
cara meminimalkan jumlah instruksi langsung dalam praktik mengajar mereka
sambil memaksimalkan interaksi satu sama lain. Strategi ini memanfaatkan
teknologi yang menyediakan tambahan yang mendukung materi pembelajaran bagi
Peserta didik yang dapat diakses secara online.

Model pembelajaran Flipped Classroom didukung dengan metode atau strategi


belajar flipped learning, di mana pendidik dapat menggunakan satu atau lebih
metode belajar di dalam kelas. Flipped learning merupakan suatu pendekatan
pedagogik yang mengubah penyampaian instruksi langsung dari kelompok kepada
individu yang membutuhkan, hasil diskusi kelompok disampaikan secara dinamis,
serta lingkungan belajar yang kreatif di mana pendidik membimbing peserta didik
dalam mengimplementasikan konsep dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Ada empat aspek yang harus dipenuhi oleh pendidik ketika menerapkan flipped
learning dalam kelas. Perhatikan gambar bagan berikut:

Flexible Learning Intentional Professional


environment Content Educator
Culture
(Lingkungan yang (Konten yang (Pendidik yang
(Budaya belajar) dibuat)
fleksibel) profesional)
mengutamakan konsep yang
merancang waktu dan ruang
memberikan kesempatan digunakan pada instruksi Membimbing semua siswa baik
belajar sesuai kebutuhan
pada peserta didik untuk langsung agar dapat secara individu maupun
siswa
melakukan aktivitas dipahami peserta didik kelompok dan memberikan
pembelajaran mandiri dengan caranya sendiri umpan balik

mengamati dan mengawasi


peserta didik untuk mengembangkan konten Melakukan penilaian formatif
membuat penilaian yang yang sesuai dengan selama pembelajaran di kelas
tepat kebutuhan peserta didik berlangsung, melalui
memecah konten/materi pengamatan untuk
dalam beberapa tahapan menginformasikan instruksi
agar mudah dipahami
berikutnya
oleh semua peserta didik
menyediakan beragam cara dengan cara yang menyediakan beragam
bagi peserta didik untuk berbeda konten agar mudah diakses
dan relevan untuk semua Berkolaborasi dan melakukan
mempelajari dan menguasai
peserta didik refleksi dengan pendidik
konten
lainnya

PAGE 3
Kelebihan model Flipped Classroom (Bergmann & Sams, 2012) yaitu: (a)
menjawab tantangan peserta didik masa kini; (b) membantu peserta didik yang
memiliki banyak kegiatan di luar sekolah; (c) membantu peserta didik yang mau
berusaha untuk memahami materi belajar; (d) membantu semua peserta didik
untuk menjadi yang terbaik; (e) memungkinkan peserta didik untuk mengendalikan
“pendidik”; (f) meningkatkan interaksi antara peserta didik dengan pendidik; (g)
memungkinkan pendidik memahami peserta didik lebih baik lagi; (h)
meningkatkan interaksi antar peserta didik; (i) memungkinkan fasilitasi terhadap
perbedaan karakteristik peserta didik; (j) mengubah manajemen kelas; (k)
mengubah cara pendidik berkomunikasi dengan orangtua; (l) mengedukasi
orangtua; (m) membuat kelas menjadi terbuka, dapat diakses oleh siapa saja; (n)
merupakan teknik yang baik untuk digunakan ketika pendidik tidak dapat hadir di
kelas.

Berdasarkan hasil penelitian (Damayanti, 2016) model pembelajaran matematika


berbasis Flipped classroom kelas XI SMKN 1 Gedangsari dapat memaksimalkan
waktu pembelajaran dengan memaksimalkan instruksi langsung dan interaksi satu-
satu melalui video pembelajaran yang diunggah secara online maupun offline.
Penerapan flipped classroom bisa meningkatkan pembelajaran kolaboratif di mana
peserta didik belajar dan membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi
kelompok dan mereka sudah memiliki petunjuk dari pendidik dalam kegiatan
belajar. Selain itu, bisa memberi manfaat sosial bagi Peserta didik yang pemalu
(yang memiliki interaksi interpersonal) dan membangun keberagaman
pemahaman/pendapat para Peserta didik (Halili, Razak, & Zainuddin, 2015). Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa model flipped classroom membuka
kesempatan bagi terlayaninya berbagai modalitas belajar peserta didik. Artinya,
penugasan dalam flipped classroom memungkinkan guru mereferensikan berbagai
jenis konten (teks, video, animasi, audio, simulasi, dll.) untuk kemudian dapat
dipilih peserta didik sesuai modalitas belajar yang dominan ada padanya.
Berdasarkan beberapa referensi tentang manfaat dan kelebihan model flipped
classroom, maka dapat diidentifikasi Keuntungan (manfaat) model pembelajaran
Flipped Classroom (Kelas Terbalik) dengan memanfaatkan Rumah Belajar, antara
lain:

 Peserta didik lebih terlatih untuk belajar mandiri dan memanfaatkan Sumber
Belajar.

PAGE 4
 Peserta didik memiliki kesempatan penuh untuk mengerjakan tugas mereka
dengan pendampingan pendidik, maupun keterlibatan orang tua dan atau
narasumber lainnya.
 Peserta didik memiliki termotivasi untuk berkolaborasi, berbagi ide dan
menggarap proyek bersama teman.
 Peserta didik mempunyai kesempatan untuk mendapatkan bimbingan dan
fasilitasi yang lebih banyak dari pendidik.
 pendidik dapat memastikan bahwa setiap Peserta didik telah memahami
konsep/ materi yang disampaikan sebelum pindah ke materi berikutnya.
 pendidik memiliki kesempatan untuk meninjau kembali rencana pembelajaran
yang telah diterapkan.
 Peserta didik dapat mempelajari kembali bahan bacaan/video/multimedia
pembelajaran setiap saat, terutama bagi Peserta didik yang absen (tidak masuk
sekolah).
 Terjalin komunikasi yang baik antara pendidik dan Peserta didik.
 pendidik dapat meningkatkan keterlibatan Peserta didik melalui variasi
interaksi peserta didik dengan konten atau materi pembelajaran, peserta didik
dengan peserta didik, dan peserta didik dengan pendidik.
 Efisien, karena Peserta didik diminta untuk mempelajari materi di rumah,
sehingga pada saat di kelas, Peserta didik dapat lebih memfokuskan kepada
kesulitannya dalam memahami materi ataupun kemampuannya dalam
menyelesaikan soal-soal berhubungan dengan materi tersebut.
Masalahnya adalah bagi guru di sekolah untuk dapat menerapkan model
pembelajaran kelas terbalik atau flipped classroom, mereka masih perlu
mendapatkan petunjuk dan bimbingan untuk memilih jenis model, cara
menyiapkan dan menerapkannya. Meskipun minat dan antusiasme mereka ingin
menerapkan model pembelajaran kelas terbalik atau flipped classroom tinggi,
namun mereka masih memerlukan adanya pedoman atau rancangan serta perlu
berkolaborasi dengan pengembang teknologi pembelajaran.
Berdasarkan rekomendasi hasil analisis kebutuhan model pembelajaran Flipped
Classroom yang memanfaatkan Rumah Belajar, perlu dikembangkan model
pembelajaran Flipped Classroom untuk jenjang SMP. Model pembelajaran yang
dirancang ini disesuaikan dengan karakteristik Peserta didik, pendidik, dan materi,
serta sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.

PAGE 5
B. TUJUAN
Rancangan model model pembelajaran Flipped Classroom yang memanfaatkan
Rumah Belajar dibuat dengan tujuan agar menjadi acuan bagi sekolah dan pendidik
dalam:
1. Mempersiapkan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta
didik dan sesuai model kelas terbalik atau flipped classroom;
2. Mengidentifikasi materi, indikator pencapaian kompetensi, dan kebutuhan
media yang sesuai ;
3. Mengimplementasikan model kelas terbalik atau flipped classroom dengan
mengacu pada empat komponen utama, yaitu: Metode, Media, Waktu, dan
Evaluasi.
4. Mengevaluasi pelaksanaan model kelas terbalik atau flipped classroom serta
melakukan berbagai penyempurnaan yang diperlukan.

C. SASARAN RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN


Rancangan model pembelajaran flipped classroom disusun agar pendidik dapat
menerapkan model flipped classroom sesuai dengan rancangan pembelajaran yang
tepat. Penerapan model flipped classroom membutuhkan sarana dan prasarana yang
tersedia di sekolah dan yang dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu, rancangan
model pembelajaran flipped classroom ini dapat dijadikan pedoman bagi guru,
sekolah, dan orang tua, sesuai tanggung jawab masing-masing.

Rancangan ini menjadi panduan atau pedoman bagi guru untuk merancang
pembelajaran sebelum menerapkan model flipped classroom di kelasnya. Bagi
Sekolah, rancangan ini dapat memberikan gambaran terkait sarana dan prasarana
yang perlu dikembangkan oleh sekolah dalam rangka pembelajaran yang inovatif.
Selain itu, manajemen sekolah juga dapat memprogramkan pengembangan
kompetensi para pendidik sesuai dengan kebutuhan untuk menerapkan model
flipped classroom. Orang tua dapat ikut berperan ketika sekolah atau pendidik akan
menerapkan model flipped classroom. Oleh karena itu, sekolah atau pendidik dapat
menginformasikan tentang model ini pada awal orientasi sekolah.

PAGE 6
DESKRIPSI RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED
CLASSROOM

A. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DALAM MODEL FLIPPED CLASSROOM


DENGAN MEMANFAATKAN RUMAH BELAJAR

Model pembelajaran kelas terbalik atau flipped classroom dengan memanfaatkan


Rumah Belajar dikembangkan dengan maksud memperkaya ragam model
pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru. Model ini dikembangkan dengan
mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut.

Pertama, Model kelas terbalik mengikuti prinsip belajar tuntas atau penguasaan
kompetensi yang tinggi. Dengan prinsip ini model pembelajaran kelas terbalik
mencoba mengajak siswa untuk berusaha mencapai kompetensi yang tinggi dan
dapat mencapai tingkat penguasaan materi yang memadai (passing grade yang
tinggi). Sebelum kelas berlangsung siswa telah dikondisikan agar belajar secara
mandiri atau secara kelompok, sehingga diharapkan ketika kelas dimulai siswa
sudah mencapai penguasaan materi yang cukup memadai misalnya 40-70% atau
bahkan lebih tinggi lagi. Dengan demikian jam belajar di kelas dapat dimanfaatkan
oleh siswa dan guru untuk mengoptimalkan pencapaian penguasaan kompetensi
yang setinggi-tinggi hingga 100% atau bahkan melebihi target. Guru dapat
menetapkan passing grade atau tingkat penguasaan materi yang tinggi dengan
model kelas terbalik ini.

Kedua, Model kelas terbalik mengikuti prinsip menyediakan lingkungan belajar


yang kaya dan kondusif untuk belajar. Dengan memanfaatkan konten yang ada di
Rumah Belajar siswa akan mendapatkan stimulus yang memadai untuk
mengembangkan berbagai bentuk respon belajar yang lebih kaya dan berkembang.
Rumah Belajar menyediakan konten pembelajaran yang beraneka yaitu modul,
video, animasi dan multimedia yang dapat dimanfaatkan secara fleksibel oleh siswa.
Sumber belajar tersebut disiapkan dan disediakan oleh guru untuk memperkaya
pembelajaran.

Ketiga, Model kelas terbalik mengikuti prinsip memenuhi minat dan kebutuhan
siswa. Dengan memberikan konten yang dapat dipelajari siswa sebelum
pembelajaran di kelas, rasa ingin tahu dan kebutuhan siswa ingin menguasai
pengetahuan dipenuhi dan dipuaskan. Selain itu penyediaan konten media yang
beragam akan memenuhi gaya belajar siswa yang berbeda-beda. Dengan demikian
model pembelajaran ini diharapkan dapat menumbuhkan bibit-bibit ilmuwan atau
setidaknya mendorong minat untuk menguasai pengetahuan.

PAGE 7
Keempat, Model kelas terbalik menerapkan prinsip belajar mandiri dan
mengutamakan independen study. Dengan pemberian tugas belajar sebelum kelas
berlangsung siswa didorong untuk lebih berinisiatif untuk melatih kemampuan
mengarahkan dan menentukan belajarnya sendiri. Kesempatan untuk berlatih
mengarahkan belajarnya sendiri dan memilih cara belajarnya sendiri akan
membimbing siswa untuk lebih percaya diri dan memiliki komitmen belajar yang
tinggi. Tingkat literasi siswa terutama media literasinya, akan berkembang dan
meningkat seiring dengan tingkat usianya.

Kelima, Model kelas terbalik menerapkan prinsip belajar kolaborasi atau


kolaboratif learning. Dengan pemberian tugas mempelajari konten di luar kelas,
siswa diminta untuk membiasakan diri bekerjasama dengan teman sejawat, dan
dengan orangtua dan bahkan dengan oranglain. Siswa akan berlatih memecahkan
kesulitan belajarnya dengan cara berkolaborasi dengan orang lain. Model ini juga
mengundang peran serta orangtua untuk mendukung proses pembelajaran putra-
putrinya.

Keenam, Model kelas terbalik menerapkan prinsip belajar menjadi lebih mudah
dan menyenangkan. Dengan menyediakan konten yang beragam seperti berbentuk
video, animasi atau simulasi yang bisa ditonton maka proses belajar akan terasa
lebih mudah diikuti oleh siswa. Selain itu dengan konten yang dikemas dalam
bentuk potongan-potongan kecil materi, dan bisa dilaksanakan dalam waktu yang
fleksibel di luar kelas, belajar akan lebih menyenangkan bagi anak-anak.

B. KAPAN MODEL FLIPPED CLASSROOM DIGUNAKAN?


Model flipped classroom dapat digunakan ketika pendidik akan memberikan
tugas praktikkum dan ketika pendidik tidak dapat hadir dalam kelas. Oleh karena
itu, pendidik harus menyiapkan materi dalam bentuk video tutorial atau media
lainnya dan diberikan pada peserta didik satu minggu sebelum pembelajaran di
kelas berlangsung. Menurut Anderson dkk dalam (Milman, 2012), pengetahuan
prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Pengetahuan prosedural yang kompleks juga dapat diajarkan menggunakan strategi
flipped classroom meskipun penopang dan potongan konten akan sangat penting
tidak hanya untuk memastikan bahwa video pendek, tetapi juga untuk memastikan
bahwa semua langkah prosedur diperkenalkan memadai sehingga Peserta didik
benar-benar memahami. Proses penerapan model flipped classroom dapat
digambarkan dengan skema umum berikut:

PAGE 8
Selain video tutorial, penyampaian materi yang akan dipelajari peserta didik di
rumah dapat memanfaatkan LMS (Learning Management System).

C. KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI OLEH PENDIDIK


Beberapa karakteristik umum yang idealnya dimiliki pendidik untuk dapat
menerapkan model flipped classroom adalah literasi TIK, khususnya terkait
komputer dan internet, termasuk pemanfaatan media sosial untuk pembelajaran.
Selain itu, kompetensi dalam menganalisis silabus dalam rangka menentukan
materi beserta indikator pencapaian kompetensi yang relevan untuk disajikan
dalam model flipped classroom mutlak diperlukan. Kemampuan tersebut menjadi
penting agar pendidik mencapai efektivitas pembelajaran. Model pembelajaran
flipped classroom dapat digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan materi

PAGE 9
dengan memanfaatkan teknologi. Penyampaian konten/materi bisa memanfaatkan
media chat (seperti WhatsApp) karena lebih banyak peserta didik yang mungkin
belum memiliki laptop, namun memiliki gawai sebagai sarana komunikasi dan
informasi. Konten yang diberikan melalui media atau teknologi harus disertai
dengan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) yang memuat petunjuk belajar serta
rangkaian aktivitas pembelajaran yang harus dilakukan peserta didik agar aktivitas
peserta didik lebih terarah.

D. SARANA DAN PRASARANA YANG DIPERLUKAN


Model pembelajaran flipped classroom akan dapat diterapkan secara optimal
apabila sarana dan prasarana yang dibutuhkan tersedia baik di sekolah maupun di
rumah. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian PENDAHULUAN, dimana
orangtua ikut berperan dalam penerapan model pembelajaran flipped classroom.
Orangtua perlu menyediakan sarana seperti laptop atau smartphone yang dapat
digunakan siswa untuk mengakses dan mempelajari materi di rumah. Sarana ini
memang belum tentu dapat dipenuhi oleh semua orang tua. Oleh karena itu, guru
dapat mengidentifikasi terlebih dahulu setiap siswa di kelas, antara lain
berdasarkan: kemampuan berpikir dan belajar, kepemilikan sarana, serta
kemampuan inter dan intra personal. Bagi siswa yang dapat berpikir dan belajar
cepat dapat diarahkan sebagai peer teaching dalam kelompoknya.Dengan demikian
guru dapat mengelompokkan siswa secara heterogen agar semua siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk belajar sesuai kemampuannya. Bagi siswa yang masih
belum mencapai standar kompetensi minimum, maka menjadi tugas guru untuk
memfasilitasinya.

Selain orang tua, tentunya sekolah juga memiliki peranan penting dalam
menyediakan sarana dan prasarana. Sekolah harus menyediakan perlengkapan
seperti: laptop yang dapat digunakan siswa di kelas, akses internet, LCD projector
untuk presentasi siswa di kelas, laboratorium, serta PSB (pusat sumber belajar)
sebagai sarana bagi siswa untuk mencari sumber belajar lain. Sekolah juga perlu
memberikan ruang dan waktu bagi siswa untuk menggunakan sarana tersebut
setelah jam pelajaran. Dengan demikian, bagi siswa yang tidak memiliki sarana di
rumah dapat memanfaatkan sarana di sekolah pada saat jam sekolah usai.

PAGE 10
E. TAHAPAN UMUM MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM
Tahapan umum model pembelajaran flipped classroom dengan memanfaatkan
Rumah Belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga):

Persiapan:
Analisis materi, indikator pencapaian kompetensi, dan kebutuhan media yang
sesuai untuk disajikan dalam model pembelajaran flipped classroom merupakan
langkah awal yang harus dilakukan pendidik sebagai desainer pembelajaran.
Sebelum tatap muka, pendidik mempersiapkan bahan belajar termasuk panduan
pembelajaran yang akan menjadi rujukan bagi peserta didik dalam melaksanakan
aktivitas. Peserta didik diminta untuk belajar mandiri di rumah atau di luar jam
pembelajaran mengenai materi untuk pertemuan berikutnya. Konten atau materi
yang dipelajari dapat diunduh atau diakses secara online melalui Rumah Belajar.
Untuk memandu peserta didik, pendidik harus mempersiapkan instruksi, baik lisan
ataupun tertulis tentang aktivitas yang harus dilakukan, misalnya menggunakan
Lembar Aktivitas.

Pelaksanaan:
Penerapan model flipped classroom dengan memanfaatkan Rumah Belajar
meliputi strategi pembelajaran yang terdiri dari 4 komponen utama: Metode, Media,
Waktu, dan Evaluasi. Model pembelajaran flipped classroom memungkinkan
diterapkannya beberapa metode pembelajaran dalam satu siklus implementasi
model. Pendidik dapat mengkombinasikan berbagai metode pembelajaran untuk
memastikan peserta didik terlibat aktif di setiap aktivitas pembelajaran.
Pengelolaan kelas yang menerapkan model pembelajaran flipped classroom akan
sangat bervariasi. Pada pembelajaran di kelas, peserta didik dibagi menjadi
beberapa kelompok heterogen. Peran pendidik pada saat kegiatan belajar
berlangsung adalah memfasilitasi berlangsungnya diskusi dengan metode
cooperatif learning. Di samping itu, pendidik juga akan menyiapkan beberapa
pertanyaan (soal) dari materi tersebut yang bisa disajikan dalam bentuk Lembar
Aktivitas Siswa. Pendidik dapat pula mengadopsi model flipped classroom untuk
memberikan pembelajaran atau konten instruksional sebagai pekerjaan rumah.
Sebelum belajar di kelas, peserta didik diwajibkan untuk mengakses konten (teks,
video, animasi, simulasi, dll.) yang terdapat di Rumah Belajar. Menurut Tucker
dalam Amy Roehl (2013) peserta didik memanfaatkan waktu di kelas untuk bekerja

PAGE 11
menyelesaikan masalah, pengembangan konsep, dan terlibat dalam pembelajaran
kolaboratif. Menurut Dean N. Shimamoto (2012) dalam jurnal internasional yang
berjudul Implementing a Flipped Classroom: An Instructional Module,
menyimpulkan bahwa flipped classroom berpeluang untuk menyebabkan
perubahan dalam cara penyampaian materi. Dengan memanfaatkan teknologi,
pendidik dapat memberikan alternatif model belajar berbasis tradisional dengan
menerapkan metode pembelajaran yang menggabungkan instruksi langsung dan
pembelajaran aktif yang melibatkan para peserta didik dalam proses pembelajaran.
Inti dari proses pembelajaran adalah mengkondisikan keterlibatan peserta didik
secara aktif dalam melaksanakan setiap aktivitas pembelajaran. Pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik memfasilitasi aktivitas yang mengarah pada kolaborasi,
pembelajaran berbasis proyek, integrasi teknologi, dan diskusi antara peserta didik
dan pendidik tentang pembelajaran (Barness, 2013). Masih menurut Barness,
pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat diciptakan melalui 5 aktivitas: 1)
pemberian proyek/ tugas yang berkelanjutan; 2) mengintegrasikan teknologi; 3)
melibatkan peserta didik dalam aktivitas kelas dan luar kelas sebagai pengganti PR;
4) menghilangkan peraturan dan konsekuensinya, fokus pada aktivitas peserta
didik, dan 5) melibatkan peserta didik dalam evaluasi. Hal tersebut bila dikaitkan
dalam model pembelajaran flipped classroom cukup relevan, ide dasar untuk
membuat siswa terhubung dan terikat dengan proses/ aktivitas pembelajaran
menjadi kunci utama, salah satunya dengan memberikan tugas/ proyek yang
berkesinambungan. Pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran juga relevan,
karena model flipped classroom yang akan dikembangkan ini difokuskan pada
pemanfaatan konten dan layanan Rumah Belajar. Konsep kelas terbalik pada flipped
classroom, di mana terjadi pertukaran aktivitas dari kelas tradisional pada
umumnya juga cukup sesuai. Artinya, model pembelajaran flipped classroom yang
akan dikembangkan harus tetap memastikan terjadinya pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Bahwa berbagai aktivitas pembelajaran yang diintegrasikan
dengan TIK merupakan sarana untuk memfasilitasi terjadinya pembelajaran aktif,
bermakna, yang berpusat pada peserta didik.

Evaluasi dan Tindak Lanjut:


Peran pendidik dalam model pebelajaran flipped classroom, sebagaimana pada
pembelajaran umumnya, memberikan kuis/tes sehingga Peserta didik sadar bahwa
kegiatan yang mereka lakukan bukan hanya permainan, tetapi merupakan proses
belajar, serta pendidik berlaku sebagai fasilitator dalam membantu Peserta didik
dalam pembelajaran serta menyelesaikan soal soal yang berhubungan dengan

PAGE 12
materi. Salah satu kelebihan model flipped classroom adanya kolaborasi orangtua
dan pendidik. Setelah belajar di kelas Peserta didik juga harus mengecek
pemahaman yang telah diperolehnya. Bentuk evaluasi yang bisa diterapkan sesuai
karakteristik Peserta didik, melibatkan Peserta didik dan orang tua. Evaluasi dapat
dilakukan pada mid semester atau akhir semester untuk melihat hasil belajar,
namun perlu juga didesain evaluasi proses selama penerapan flipped classroom,
yaitu menilai keterampilan-keterampilan abad 21 seperti: Creativity, Critical
Thinking, Communication, dan Collaboration. Idealnya aktivitas yang dirancang
dalam model pembelajaran flipped classroom dapat menstimulasi
teraktualisasikannya keterampilan abad 21 tersebut. Evaluasi yang dilakukan
nantinya tidak hanya untuk melihat hasil belajar atau nilai Peserta didik, tapi
melihat iklim belajar setelah proses implementasi model dilaksanakan.

PAGE 13
POLA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED
CLASSROOM

Model pembelajaran flipped classroom (Kelas Terbalik) berbasis Rumah Belajar


adalah suatu model pembelajaran yang dimulai dengan guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan dari situs Rumah Belajar
sebelum kelas sesungguhnya dimulai. Jadi topik yang akan diajarkan minggu depan
sudah disampaikan oleh guru minggu ini dan siswa dipersilakan untuk mempelajari
materi berupa bahan bacaan (modul), video, atau multimedia yang tersedia di
Rumah Belajar. Selain itu guru juga memberikan petunjuk belajar dan tugas yang
harus diselesaikan sebelum belajar di kelas sesuai jadwal. Prosedur pembelajaran
flipped classroom (Kelas Terbalik) berbasis Rumah Belajar, yaitu:

Awal Tahun Ajaran 1 Minggu sebelum


Persiapan
- Identifikasi materi di Rumah Belajar Pembelajaran
(Guru) - Menyiapkan LK, Latihan, Tugas - Memberikan bahan
- Menyiapkan bahan belajar untuk belajar, LK, Petunjuk
siswa praktik, kuis

Aktivitas siswa Aktivitas guru saat


pembelajaran
− Di rumah (1 minggu sebelum − Mendampingi siswa
Implementasi pembelajaran): mempelajari saat praktikkum
materi, menyiapkan bahan − Menjelaskan
praktikkum, membaca petunjuk latihan/tugas yang
praktikkum dikerjakan siswa
− Di sekolah (saat pembelajaran): − Memfasilitasi siswa/
diskusi, praktikkum, presentasi, kelompok siswa
mengerjakan latihan

Penilaian
Evaluasi − Sikap
− Pengetahuan
− Kinerja (praktik)

PAGE 14
Persiapan:
Dalam menerapkan model pembelajaran flipped classroom, pendidik harus
melakukan persiapan pada awal tahun pelajaran dan satu minggu sebelum
pembelajaran.

Persiapan awal tahun pelajaran:


a. Analisis materi, indikator pencapaian kompetensi, dan kebutuhan media.
b. Mengidentifikasi materi yang tersedia di Rumah Belajar.
c. Mempersiapkan bahan belajar dan panduan pembelajaran yang akan menjadi
rujukan bagi peserta didik dalam melaksanakan aktivitas.

Persiapan saat satu minggu sebelum pembelajaran:


a. Pendidik memberikan bahan belajar dan petunjuk belajar yang harus dipelajari
peserta didik di rumah.
b. Peserta didik belajar mandiri di rumah atau di luar jam pembelajaran mengenai
materi untuk pertemuan berikutnya. Konten atau materi yang dipelajari dapat
diunduh atau diakses secara online melalui Rumah Belajar.
c. Peserta didik membaca petunjuk tentang aktivitas yang harus dilakukan,
misalnya langkah-langkah praktikkum.

Pelaksanaan:
Penerapan model flipped classroom dengan memanfaatkan Rumah Belajar meliputi
strategi pembelajaran yang terdiri dari 4 komponen utama: Metode, Media, Waktu,
dan Evaluasi. Model pembelajaran flipped classroom memungkinkan diterapkannya
beberapa metode pembelajaran dalam satu siklus implementasi model. Pendidik
dapat mengkombinasikan berbagai metode pembelajaran untuk memastikan
peserta didik terlibat aktif di setiap aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran
flipped classroom mulai diimplementasikan pada saat satu minggu sebelum
pembelajaran di kelas dimulai.

Aktivitas belajar siswa di rumah:


- Mempelajari materi berbentuk multimedia atau video pembelajaran yang sudah
diberikan oleh guru satu minggu sebelum pembelajaran dilaksanakan. Materi
bisa diperoleh siswa melalui email atau akses ke Rumah Belajar.
- Mempelajari petunjuk praktikkum atau demonstrasi yang diberikan guru satu
minggu sebelum pembelajaran praktik atau simulasi di kelas. (Untuk tujuan
pembelajaran yang mengarah pada praktik atau demonstrasi)

PAGE 15
- Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang belum dipahami.
Pertanyaan dapat diajukan sebelum pembelajaran di kelas, melalui email atau
chat group.

Aktivitas belajar siswa di kelas:


- Melakukan diskusi untuk menjawab permasalahan yang diberikan guru.
- Melakukan demonstrasi atau simulasi atau praktikkum sesuai petunjuk guru.
- Mempresentasikan hasil diskusi atau hasil praktikkum serta menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan selama presentasi.
- Mengerjakan tugas/latihan.

Aktivitas guru di kelas:


- Mengamati jalannya diskusi setiap kelompok dan aktivitas setiap siswa dalam
kelompok tersebut.
- Memberikan ulasan atau umpan balik pada kelompok yang sudah melakukan
demonstrasi, simulasi, atau praktikkum.
- Memberikan arahan pada kelompok yang sedang presentasi.
- Membimbing siswa atau kelompok siswa yang masih belum memahami materi
yang sudah dipelajari.
- Memfasilitasi siswa atau kelompok siswa yang sudah menyelesaikan tugas.
- Memberikan evaluasi kepada semua siswa untuk mengetahui capaian tujuan
pembelajaran.

Evaluasi dan Tindak lanjut:


- Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui capaian tujuan pembelajaran.
Bentuk evaluasi antara lain: tes tertulis, lembar observasi saat
praktikkum/diskusi/presentasi.
- Tindak lanjut diberikan kepada siswa yang masih belum mencapai KKM
(bentuknya remedial) dan kepada siswa yang sudah melebihi KKM (bentuknya
proyek pengayaan).

PAGE 16
RENCANA KERJA DAN KRITERIA KEBERHASILAN

Model pembelajaran Flipped classroom dapat diimplementasikan secara


optimal dalam pembelajaran di kelas apabila sudah ada rencana kerja. Penyusunan
rencana kerja melibatkan guru, wakasek, dan kepala sekolah, sesuai tugas dan
fungsinya.

A. RENCANA KERJA
Agar mudah dalam melakukan implementasi model pembelajaran flipped
classroom di kelas, perlu disusun rencana kerja dengan format sebagai berikut:

NAMA GURU :
MATA PELAJARAN :
KELAS :

Uraian Kerja Tanggung Jawab Waktu

Apa yang akan Anda lakukan? Siapa yang akan Kapan?


melakukan?

Langkah 1:

Kelompok guru mata pelajaran Kelompok guru mata Sebelum awal tahun
melakukan identifikasi KD dan pelajaran pelajaran dimulai
indikator pencapaian kompetensi
berdasarkan silabus. (saat Raker)

Langkah 2:

Kelompok guru mata pelajaran Kelompok guru mata Sebelum awal tahun
menyiapkan LKPD (Lembar Kerja pelajaran pelajaran dimulai
Peserta Didik) dan petunjuk
praktikkum. (saat Raker)

Langkah 3 : Kelompok guru mata Sebelum awal tahun


pelajaran pelajaran dimulai
Kelompok guru mata pelajaran
melakukan identifikasi kebutuhan (saat Raker)
bahan belajar/media pembelajaran
yang dibutuhkan

PAGE 17
Langkah 4. Kelompok guru mata Sebelum awal tahun
pelajaran pelajaran dimulai
Kelompok Kerja Guru melakukan
identifikasi sarana dan prasarana yang (saat Raker)
dibutuhkan

Langkah 5.

Kelompok Kerja Guru Kelompok guru mata Sebelum awal tahun


mengidentifikasi aktivitas belajar yang pelajaran pelajaran dimulai
harus dikerjakan siswa di rumah dan di
sekolah sesuai dengan tujuan (saat Raker)
pembelajaran yang ingin dicapai

Nama Wakil Kepala Sekolah :


Sekolah :

Uraian Kerja Tanggung Jawab Waktu


Apa yang akan Anda lakukan? Siapa yang akan melakukan? Kapan?

Wakil Kepala Sekolah bidang Wakil Kepala Sekolah bidang Di awal tahun ajaran baru
sarana dan prasarana Sarana Prasarana
menyiapkan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan
oleh guru dan siswa

Wakil Kepala Sekolah bidang Wakil Kepala Sekolah bidang Setelah raker sekolah
Kurikulum melakukan Kurikulum
verifikasi hasil identifikasi KD
dan indikator pencapaian
kompetensi berdasarkan
silabus yang dilakukan oleh
kelompok kerja guru

Wakil Kepala Sekolah bidang Wakil Kepala Sekolah bidang Setelah raker sekolah
Kurikulum melakukan Kurikulum
verifikasi hasil identifikasi
kebutuhan bahan belajar/media
pembelajaran yang dilakukan
oleh kelompok kerja guru

PAGE 18
Nama Kepala Sekolah :
Sekolah :

Uraian Kerja Tanggung Jawab Waktu


Apa yang akan Anda lakukan? Siapa yang akan melakukan? Kapan?

Kepala Sekolah menyetujui Kepala Sekolah Di awal tahun ajaran baru


usulan pengadaan sarana dan
prasarana untuk penerapan
flipped classroom

Kepala Sekolah menyetujui Kepala Sekolah Di awal tahun ajaran baru


penerapan flipped classroom
untuk pelajaran dan kelas mana
saja.

B. KRITERIA KEBERHASILAN
Penerapan model pembelajaran flipped classroom akan berhasil apabila
semua pihak yang terlibat sudah menjalankan tugasnya, persyaratan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dapat terpenuhi. Berikut ini kriteria yang harus
dipenuhi untuk mengukur keberhasilan penerapan model pembelajaran flipped
classroom:

Aspek Indikator
Sekolah - Tersedia lab komputer atau laptop yang dapat
digunakan oleh siswa kapan saja.
- Tersedia akses internet yang dapat digunakan oleh siswa
kapan saja (sesuai aturan sekolah).
- Tersedia ruang belajar selain kelas yang dapat digunakan
oleh siswa kapan saja (perpustakaan, lab IPA,
kebun/taman, lapangan, lainnya).
Guru - Merancang waktu dan ruang belajar sesuai kebutuhan
siswa.
- Mengembangkan konten sesuai kebutuhan siswa dan
mudah diakses oleh semua siswa.
- Menyediakan beragam konten yang mudah dipahami
dan dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa.
- Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan
aktivitas belajar mandiri.

PAGE 19
Aspek Indikator
- Membimbing semua siswa baik secara individu maupun
kelompok dan memberikan umpan balik
- Mengamati dan mengawasi siswa untuk membuat
penilaian yang tepat.
- Melakukan penilaian formatif selama pembelajaran di
kelas berlangsung.
- Berkolaborasi dan melakukan refleksi dengan pendidik
lainnya.
Siswa - Menerima konten materi sebelum pembelajaran dimulai
(idealnya satu minggu).
- Memanfaatkan waktu dan ruang belajar yang telah
disediakan guru untuk mempelajari materi yang
diberikan.
- Memahami materi dan petunjuk belajar/praktikkum
yang diberikan guru dalam bentuk beragam media (teks,
video, animasi).
- Mempelajari materi secara mandiri atau kelompok.
- Mendapatkan bimbingan dari guru ketika mengalami
kesulitan dalam memahami materi.
- Melakukan praktikkum/demonstrasi/simulasi/presentasi
bersama teman kelompoknya.

PAGE 20
REFERENSI

Bergmann, J., & Sams, A. (2012). Flipped Your Classroom: Reach every student in
every class every day. ISTE & ASCD.

Barness, Mark. (2013). Five steps to create a progressive, student centered classroom.
Diakses Januari 24, 2018, from http://inservice.ascd.org/five-steps-to-create-
a-progressive-student-centered-classroom/

Damayanti, H. (2016). Model Pembelajaran Matematika Berbasis Flipped


Classroom di SMK. UMS. Retrieved Maret 27, 2017, from
http://eprints.ums.ac.id/42662/1/PUBLIKASI%20ILMIAH.pdf

Halili, S., Razak, A., & Zainuddin, Z. (2015). Enhaching Collaborative Learning in
Flipped Classroom. AJBAS. Retrieved Januari 24, 2018, from
https://pdfs.semanticscholar.org/31a0/f7aea7b1c6261c5530a2da4fa766f9918f5
3.pdf

Roehl, A., Reddy, S. L., & Shannon, G. J. (2013). The Flipped Classroom: An
Opportunity to Engage Millennial Students through Active Learning
Strategies. Family and consumer science. Retrieved Maret 27, 2017, from
https://www.learntechlib.org/p/154467/

PAGE 21
LAMPIRAN
1. Identifikasi tujuan pembelajaran dan konten/media belajar yang dibutuhkan.
Mata pelajaran :
Kelas/semester :
KD :
Indikator pencapaian belajar Sarana & Media yang Konten di Sumber
dibutuhkan Belajar

2. Merancang aktivitas belajar siswa di rumah (di luar jam pelajaran) dan di kelas
(saat jam pelajaran).
Mata pelajaran :
Kelas/semester :
KD :
Indikator pencapaian belajar Aktivitas belajar di Aktivitas belajar di
rumah kelas

3. Merancang evaluasi/penilaian dan tindak lanjut.


a. Penilaian sikap
Mata pelajaran :
Kelas/semester :
KD :
Indikator pencapaian belajar Indikator perilaku Dilakukan (ket)

b. Penilaian pengetahuan
Mata pelajaran :
Kelas/semester :
KD :
Indikator pencapaian belajar :
Instrumen/pertanyaan :

PAGE 22
c. Penilaian keterampilan
Mata pelajaran :
Kelas/semester :
KD :
Indikator pencapaian belajar :

Kegiatan
Persiapan Pelaksanaan Jumlah
No Nama Akhir
Praktikum Praktikum Skor
Praktikum

No Keterampilan yang dinilai Skor Rubrik


1. Persiapan praktikum 20 - Menyediakan alat dan bahan secara
lengkap sesuai dengan keperluan
percobaan
- Menyediakan LK
10 Ada 1 aspek yang terpenuhi
2. Pelaksanaan Praktikum 20 - Mengidentifikasi bagian-bagian pada
bunga dengan teliti
- Menentukan bagian-bagian pada
bunga dengan tepat
10 Ada 1 aspek yang tersedia
3. Kegiatan akhir praktikum 30 - Membersihkan meja praktikum
- Mengembalikan alat ke tempat semula
- Membuang sampah pada tempatnya
20 Ada 2 aspek yang terpenuhi
10 Ada 1 aspek yang terpenuhi

PAGE 23

Anda mungkin juga menyukai