Anda di halaman 1dari 8

Kemitraan Dalam Kesehatan

May 12
Bangsa indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang mempunyai
banyak permasalahan yang membutuh penyelesaian yang melibatkan semua
komponen masyarakat, salah satu penyebab yang menyebabkan lambatnya berbagai
permasalahan adalah masih sangat rendahnya pendidikan masyarakat terhadap
permasalahan yang terjadi disekitar mereka, sebagai suatu perbandingan permasalah
penyakit malaria sudah dilakukan pencegahan.
Masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap
individu,masyarakat,pemerintah dan swasta.Pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan memang merupakan sektor yang paling depan dalam bertanggung
jawab(leading sector) ,namun dalam mengimplementasikan kebijakan dan program
,intervensi harus bersama-sama dengan sektor lain ,baik pemerintah maupun
swasta.Dengan kata lainsektor kesehatan seyogyanya merupakan pemrakarsa dalam
menjalin kerjasama atau kemitraan (partnership) dengan sektor-sektor terkait.
(Notoadjmojo,2003)
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut
Notoatmodjo (2003), Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas
atau tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan Online mengemukana
bahwa Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan
manfaat).
Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :
a. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
b. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
c. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak
tersebut
d. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi
manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus
didasarkan pada hal-hal berikut :
a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,
b. Saling mempercayai dan saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Adapun prinsip-prinsip kemitraan adalah:
a. Persamaan atau equality,
b. Keterrbukaan atau transparancy dan
c. Saling menguntungkan atau mutual benefit.
Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri 3 tahap
yaitu tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan
sendiri, tahap kedua kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah dan
yang tahap ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas
sektor. lintas bidang dan lintas organisasi yang mencakup :
a. Unsur pemerintah,
b. Unsur swasta atau dunia usaha,
c. Unsur lsm dan organisasi masa
d. Unsur organisasi profesi.
Hal ini sejalan seperti di kemukakan oleh WHO (2000) untuk membangun kemitraan
kesehatan perlu diidentifikasi lima prinsip kemitraan yaitu
a. Policy-makers (pengambil kebijakan)
b. Health managers
c. Health professionals
d. Academic institutions
e. Communities institutions
Kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan dalam rangka
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan

 Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus


merupakan kewajiban bagi semua pihak.
 Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain,
seperti masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan,
ketenagakerjaan, pemerintahan, dll.
 Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri,
melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut,
khususnya kalangan swasta.
 Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak
swasta diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan
kualitas SDM dan meningkatkan produktivitas.
 Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada
konfrensi internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun
1997.
 Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling
memberikan manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien
apabila juga didasari dengan kesetaraan.

Tujuan Kemitraan dan Hasil yang Diharapkan


Tujuan umum :Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan
dan upaya pembangunan pada umumnya.
Tujuan khusus :

1. Meningkatkan saling pengertian;


2. Meningkatkan saling percaya;
3. Meningkatkan saling memerlukan;
4. Meningkatkan rasa kedekatan;
5. Membuka peluang untuk saling membantu;
6. Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan;
7. Meningkatkan rasa saling menghargai;
Hasil yang diharapkan :

 Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.

Perilaku Kemitraan :
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga
Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain,
khususnya swasta.
Prinsip, Landasan dan Langkah Dalam Pengembangan Kemitraan

 3 prinsip, yaitu : kesetaraan, dalam arti tidak ada atas bawah (hubungan vertikal),
tetapi sama tingkatnya (horizontal); keterbukaan dan saling menguntungkan.
 7 saling, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan
struktur); saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas
unit/organisasi); saling menghubungi secara proaktif (linkage); saling mendekati,
bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (empati, proximity);
saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes); saling
mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan saling menghargai kenyataan
masing-masing (reward).
 6 langkah : penjajagan/persiapan, penyamaan persepsi, pengaturan peran,
komunikasi intensif, melakukan kegiatan, dan melakukan pemantauan & penilaian.

Peran Dinas Kesehatan dalam Pengembangan Kemitraan di Bidang Kesehatan

Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi
setempat adalah :
1. Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi
Indonesia Sehat.
2. Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan
bersama, dll.
3. Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan
dapat berjalan lancar.
4. Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
5. Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
6. Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
7. Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan,
masalah dan potensi yang ada.
Indikator Keberhasilan
 Indikator input : Jumlah mitra yang menjadi anggota.
 Indikator proses :Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan
yang diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan,
keberlangsungan kemitraan yang dijalankan.
 Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang
dilakukan, efektivitas dan efisiensi upaya yang diselenggarakan.
Contoh Kemitraan Dalam Kesehatan
Paguyuban Penderita Tuberkulosis Kec. Sumberjambe
Salah satu pendekatan kemitraan yang berbasis komunitas dalam program
penanggulangan tuberkulosis telah dilaksanakan di Propinsi Jawa Timur yaitu dengan
adanya peran serta masyarakat melalui Paguyuban Penderita Tubekulosis
Kec. Sumberjamber.
Kecamatan Sumberjambe adalah salah satu kecamatan di Kab. Jember dan terletak di
sebelah utara Kota Jember dengan jarak tempuh + 35 km yang berada di dataran
tinggi di kaki Gunung Raung. Jumlah penduduknya sekitar 53.806 jiwa, dengan
sebagian bekerja sebagai petani maupun buruh perkebunan. Untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan, penduduk lebih banyak berobat ke Puskesmas
Sumberjambe. Penyakit menular yang sering ditemukan adalah diantaranya penyakit
Campak dan tuberkulosis (TB)
Untuk pelayanan pengobatan tuberkulosis, Puskesmas Sumberjambe secara khusus
mengumpulkan hari pemberian obat anti tuberkulosisi (OAT) pada hari yang sama
sehingga sesama penderita sering bertemu dan saling tukar menukar informasi
terutama tentang penyakit yang diderita dan pengalaman berobatnya. Adanya
pemahaman bahwa penyakit tuberkulosis yang dideritanya merupakan penyakit
menular sehingga dapat menularkan kepada orang lain dan dulunya dirinya sendiri
secara tidak sengaja tertulari. Selain itu adanya rasa senasib diantara sesama penderita
TB yang berobat secara teratur di Puskesmas Sumberjambe Kec. Sumberjambe Kab.
Jember.
Setelah dinyatakan sembuh, para mantan penderita ini merasa ikut bertanggung jawab
karena sebagai sumber penularan sehingga ikut membantu mencari penderita yang
dicurigai tertular TB dan ikut membantu sebagai pengawas minum obat.
Tujuan pembentukan paguyuban
Tujuan dari paguyuban penderita tubekulosis ini adalah membantu menurunan angka
kesakitan TB sehingga TB tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kec.
Sumber-jambe Kab. Jember. Adapun tujuan secara khusus yaitu :
a. Sebagai wadah komunikasi diantara mantan penderita maupun penderita TB
untuk tetap berobat sampai sembuh
b. Secara perorangan membantu penemuan suspek penderita TB
c. Secara perorangan membantu sebagai pengawas minum obat.
d. Sebagai langkah awal wadah pengembangan usaha untuk peningkatan
penghasilan dari penderita atau mantan penderita TB yang berasal dari tingkat
sosial ekonomi rendah.
Kegiatan dan peran dalam program penanggulangan tuberkulosis
Kegiatan utama dari paguyuban ini adalah:
1. Pertemuan rutin 3 bulanan
2. Penemuan suspek di masyarakat dan
3. Sebagai pengawas minum obat
Setelah melalui pertemuan telah diadakan pemilihan yang secara sepakat dipilih
Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan wakil sekretaris. Jumlah seluruhnya pengurus dan
anggota yang terdaftar sebanyak 80 orang dimana semuanya adalah penderita yang
masih berobat dan yang sudah sembuh setelah menjalani pengobatan tuberkuloisis.
Pengurus dan anggota paguyuban relatif berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.
Pada awalnya dana kegiatan pertemuan dibantu sepenuhnya oleh Puskesmas
Sumbejambe yang berasal dari dana PKS BBM. Bila selanjutnya tidak ada dana PKS
BBM ini, maka akan mempengaruhi pelaksanaan program dari paguyuban ini
terutama dalam membantu program penanggulangan tuberkulosis khususnya di Kec.
Sumbejambe. Dengan demikian perlu disarankan untuk mencari donator lain atau
dana operasional ke Dinas terkait sampai paguyuban ini bisa secara mandiri dapat
memenuhi kebutuhan dana operasionalnya. Sebagai upaya untuk mandiri tersebut,
masing-masing anggota dapat berkontribusi dana secara sukarela sesuai kesepakatan
Sebelum secara resmi terwadahi dalam paguyuban ini yaitu mulai tahun 2004, para
anggota sudah banyak membantu pelaksanaan program penang-gulangan
Tuberkuloisis. Peran aktifnya terutama dalam sosialisasi program, pengawasan
pengobatan dan penemuan suspek. Pada gambar 1 terlihat adanya peningkatan
penemuan yang berarti serta turunnya penderita yang drop out. Pada tahun 2005 ini
dilaporkan bahwa suatu ketika paguyuban ini pernah membawa 5 (lima) orang yang
dicurigai sebagai penderita TB ke Puskesmas Sumbejambe dan setelah dilakukan
pemeriksaan, ke lima orang tersebut penderita TB BTA positif.
Adanya paguyuban ini telah membantu UPK (Unit Pelaksana Teknis) Puskesmas
Sumberjambe dalam program penanggulangan Tuberkulosis, dimana pencapaian
program sangat baik. Penemuan penderita baru TB BTA (+) pada tahun 2004 telah
mencapai 80% dan angka kesembuhan pada tahun 2003 > 85%. Hasil ini jauh lebih
baik dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2003 dimana penemuan
penderita baru TB BTA positif hanya mencapai 28%.
Pencapaian yang telah baik ini, jika dipertahankan selama 5 tahun berturut-turut akan
memberikan dampak pada penurunan angka kesakitan TB di Kec. Sumberjambe pada
khususnya.
Model kemitraan berbasis masyarakat atau paguyuban penderita penyakit tuberkulosis
ini perlu dikembangkan ke daerah lainnya terutama daerah dengan resiko tinggi
penularan, dengan mempertimbangkan budaya, tingkat sosial yang ada
tentunya. Untuk melanggengkan keberadaan paguyuban ini perlu dijaga komitmen
yang tinggi dari para anggota yaitu kesepakatan melaksanakan kegiatan utama untuk
terus membantu penemuan penderita suspek TB dan sebagai pengawas minum obat.
Selanjutnya dibuat kesepakatan usaha peningkatan penghasilan pengurus dan anggota
melalui usaha kecil dan menengah (UKM) disamping mengajak pihak swasta atau
donator yang tidak terikat.
DAFTAR PUSTAKA :
Depkes RI, 2006, Kemitraan Dan Peran Serta, promosi kesehatan online, mailto:
webmaster@ promokes.qo.id.
Fahrudda, Ansarul,dkk, 2005, Paguyuban Penderita TB Paru Kec. Sumberjambe
Kab. Jember (Suatu Model Peningkatan Penemuan Penderita TB dan
Pengawas Minum Obat Berbasis Masyarakat), Laporan supervise PTO-East
Java, Surabaya.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta.
WHO, 2000, Chalenges And Opportunities For Partnership In Health
Development, Geneva

Anda mungkin juga menyukai