Anda di halaman 1dari 5

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-5 1

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN GARAM


TERHADAP LAJU KOROSI DENGAN METODE
POLARISASI DAN UJI KEKERASAN SERTA UJI
TEKUK PADA PLAT BODI MOBIL
Abdul Latif Murabbi,Sulistijono
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember,Sukolilo,Surabaya 60111
E-mail: ssulistijono@mat-eng.its.ac.id

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui laju sini yang dimaksud dengan lingkungan sekelilingnya dapat
korosi akibat pengaruh konsentrasi larutan garam dalam hal berupa lingkungan asam, udara, embun, air laut, air danau, air
ini NaCl 3%, 4% dan 5% untuk mensimulasikan lingkungan di sungai.
daerah pesisir pantai yang memiliki tingkat korosifitas Plat bodi mobil sering bersentuhan langsung dengan
lingkungan berbeda – beda dan mengetahui kekerasan serta lingkungan yang bersifat korosif dan menyebabkan
tegangan bending dari plat bodi mobil. pembentukan dan pengeringan lapisan tipis elektrolit.
Pada penelitian ini spesimen yang digunakan berupa tiga Terjadinya proses evaporasi dengan air laut inilah yang dapat
plat bodi mobil yang beredar di Indonesia yaitu plat mobil menyebabkan terjadinya korosi pada bodi mobil. Hal ini
Eropa / Plat M, plat mobil Jepang / Plat C dan plat mobil merupakan masalah serius bagi para produsen otomotif untuk
Indonesia / Plat T. uji polarisasi menggunakan alat lebih meningkatkan kualitas produksinya terhadap ketahanan
potensiostat versastat 4, dilakukan pula uji imersi sebagai korosi. Perbaikan secara struktur dalam mobil dan pemilihan
pembanding uji polarisasi sedangkan Untuk pengujian material yang tahan terhadap korosi akibat air laut diperlukan
kekerasan meggunakan alat micro hardness vickers dan untuk oleh produsen otomotif.
uji tekuk menggunakan alat uji bending. Penelitian tugas akhir ini dilakukan untuk mengukur laju
Hasil pengujian polarisasi didapatkan laju korosi terendah korosi yang terjadi kepada tiga plat bodi mobil dari merk yang
terdapat pada larutan NaCl 3% yaitu Plat M sebesar 3.0671 berbeda yakni spesimen T dari indonesia, spesimen M dari
mpy. Dan yang tertinggi terdapat pada larutan NaCl 5% plat Eropa kemudian spesimen C dari Jepang dan larutan garam
T sebesar 10.39 mpy, sedangkan pada pengujian imersi untuk mengetahui ketahanan korosi yang ditunjukkan dengan
didapatkan laju korosi terendah pada larutan NaCl 3% yaitu laju korosinya. Pada penelitian ini akan lebih difokuskan pada
plat M sebesar 0.9149 mpy lama pencelupan 240 jam dan pengaruh larutan NaCl 3%, 4% dan 5% sebagai asumsi daerah
yang tertinggi terdapat pada larutan NaCl 5% plat T 3.4161 pesisir pantai di Indonesia yang memiliki kondisi
mpy lama pencelupan 80 jam. Hasil pengujian microhardness lingkunganyang berbeda – beda terhadap ketahanan korosi
vickers didapatkan specimen T memiliki kekerasan terbesar pada plat bodi mobil. Selain itu juga dilakukan pengujian
yakni 156,6 HV (81,7 HRb) kemudian specimen C = 125,2 HV kekerasan dan bending untuk mengetahui sifat-sifat mekanik
(71,2 HRb) dan yang terkecil specimen M sebesar 120,2 HV diantara tiga plat bodi mobil tersebut.
(66,7 HRb), sedangkan pada pengujian bending didapatkan
tegangan bending terbesar specimen T = 613,750 N/mm2
II. EKSPERIMENTAL PENELITIAN
kemudian specimen M sebesar 321,116 N/mm2, specimen C
memiliki tegangan bending terkecil sebesar 239,257 N/mm2.
Kata kunci:laju korosi, NaCl , polarisai, imersi, plat bodi mobil 2.1 BahandanAlat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah material
bodi mobil dari berbagai Negara yaitu Plat bodi mobil dari
I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai spesimen T, Plat bodi mobil dari Eropa

K
sebagai spesimen M, dan Plat bodi mobil dari Jepang sebagai
emajuan industri di Indonesia sangat pesat,hal ini spesimen C. Larutan garam yang digunakan adalah NaCl 3% ,
membuat teknologi semakin maju. Namun tak bisa 4% dan 5% digunakan sebagai larutan pengkorosi dalam uji
dipungkiri bahwa tiap – tiap industri pasti punya laju korosi pada spesimen plat bodi mobil. Remover berfungsi
masalah yang tidak sedikit. Masalah yang hampir selalu ada untuk menghilangkan lapisan cat, dan pengotor lainnya. Alat
adalah korosi. Korosi menyerang disemua industri tanpa yang digunakan adalah OES (Optical Emission Spectroscopy)
pandang bulu. untuk uji komposisi bodi mobil pada awal penelitian, uji
Korosi tidak pernah berhenti. Chamberlain (1991) korosi menggunuakan potensiostat Versastat 4, microhardness
Vickers dan alat uji bending untuk uji kekerasan dan tekuk.
menyatakan bahwa korosi merupakan kerusakan material yang
disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya. Adapun
2.2 Preparasi Spesimen Uji Polarisasi
proses korosi yang terjadi disamping oleh reaksi kimia, juga Spesimen diukur dengan penggaris kemudian plat body
diakibatkan oleh proses elektrokimia yang melibatkan mobil dipotong dengan dimensi diameter 15mm dan tebal
perpindahan elektron – elektron, entah dari reduksi ion logam 0.8 mm untuk spesimen T, dan spesimen C. Dan 1 mm
maupun pengendapan logam dari lingkungan sekeliling. Di
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 2

untuk spesimen M, Ketebalan spesimen tidak berpengaruh


terhadap uji polarisasi potensiostat karena yang dikorosikan
adalah bagian permukaan spesimen yang terekspos ke
larutan elektrolit.Potongan material tersebut selanjutnya
disambung dengan kawat tembaga pada salah satu sisinya
(panjang +20 cm). Agar kawat tembaga tidak terekspos
lingkungan, maka kawat tembaga perlu dibungkus dengan
selang plastik. Setelah kawat tembaga tersambung dilakukan
moulding pada benda uji dengan resin epoksi, dengan sisi
yang tidak tersambung kawat tembaga terekspos pada Gambar 1 Metode Immersi
lingkungan. Setelah proses moulding selesai dilakukan,
permukaan benda uji yang terekspos dengan lingkungan Laju korosi dihitung dengan metode kehilangan berat (
dihaluskan dengan kertas gosok mulai grade 200,400 sampai weight loss ) dan laju korosi pada penelitian ini dinyatakan
dengan grade 800, sehingga didapatkan permukaan benda uji dengan satuan “mpy” (mills per year), menggunakan rumus
yang rata dan halus.
Laju Korosi = (K x W) / (D x A x T )
2.3Uji Polarisasi Dimana :
Parameter yang digunakan dalam uji polarisasi ini K = konstanta
terdapat pada Tabel 1 W = berat yang hilang, (g, mg)
D = density benda uji korosi, (g / cm3)
Tabel 1 Parameter Potensiostat A = luas permukaan, (cm2, mm2, in2)
Parameter Values T = waktu, (jam)
Initial Potensial - 0,5 V
Final Potensial 0,5 V III HASIL DAN PEMBAHASAN
Step High 1 mV
Step Time 0,1 s 3.1 Pengujian Komposisi
Scan Rate 10 Pada pengujian komposisi ini menggunakan Optical
WorkingElectrode Solid Emission Spectrometry (OES). Tujuan dari pengujian ini
Type Electrode adalah untuk mengetahui komposisi kimia dari bodi mobil
Working Electrode 1,766 cm2
Area Tabel 2Hasil Uji Identifikasi % Komposisi Berat
Reference Electrode SCE Unsur Kimia Spesimen
Type M (%) C (%) T (%)

Corrosion rate (laju korosi) dihitung menggunakan rumus


sebagai berikut : C 0.017 0,001 -
CR(mpy) = k Icorr EW / ρ Si 0,003 -
dengan Mn 0,158 0,115 0,410
k = Konstanta P 0,005 0,006 0,050
CR : Laju korosi (mili in/yr) S 0,001 0,001 0,003
Icorr : Densitas arus korosi (μA/cm2) Cu 0,039 0,008 0,005
EW : Berat equivalen material (gr) Ni 0,071 0,035 0.029
ρ : Densitas material (gr/cm3) Cr 0,033 0,030 0,020
Mo 0,007 0,007 0,007
2.4 Uji Imersi Ti - 0,027 -
Metode pengukuran laju korosi dengan weight loss Al 0,028 0,009 0,043
mengacu pada standart ASTM G4 sedangkan untuk proses B - - 0,001
cleansing¸ menggunakan standart ASTM G1. Tujuan dari Co 0,005 0,002 0,005
pengujian ini adalah untuk mengetahui pengaruh larutan
garam dan waktu perendaman terhadap laju korosi ketiga
Pada tabel 2 di atas terdapat berbagai macam unsur kimia
spesimen plat mobil yang sedang diteliti.
yang terdapat dalam masing-masing spesimen.Pada pengujian
Pengujian dilakukan dengan cara merendam spesimen uji
Optical Emission Spectrometry (OES) tersebut didapatkan
dalam wadah yang telah berisi larutan NaCl dengan
unsur-unsur yang memiliki sifat tahan korosi yaitu Cr
konsentrasi yang berbeda, yaitu NaCl 3%, 4% dan 5%
(Krom),Ni (Nickel)dan Cu (Tembaga) pada tiga spesimen
selama dalam waktu yang bervariasi yaitu, 80 jam, 120 jam,
tersebut.
160 jam, 200 jam dan 240 jam.
Terlihat spesimen M memiliki kandungan unsur Cr,Ni dan
Cu paling besar dibandingkan spesimen lain yakni 0,033% ;
. 0,071% ;0,039%.Sedangkan spesimen C dan T berturut-turut
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 3

memiliki kandungan sebesar 0,030% ; 0,035% ; 0,008% dan


0,020% ; 0,029% ; 0,005%. 0,2
Berdasarkan kandungan unsur , krom, nickel dan tembaga 0,15
pada material tersebut, maka dapat di perkirakan bahwa Plat M
spesimen T memiliki ketahanan korosi relatif rendah 0,1

I ( A)
kemudian spesimen C ketahanan korosinya lebih baik dan Plat C
0,05
spesimen M ketahanan korosinya paling baik karena memiliki
Plat T
kandungan unsur yang ketahanan korosinya paling besar. 0
-0,05 0 50 100 150
3.2 Hasil Uji Polarisasi Waktu (s)
Dari hasil uji polarisasi terhadap variasi larutan NaCl
didapatkan didapatkan hasil seperti dibawah ini
Gambar 3 Peningkatan kerapatan arus/I terhadap waktu
Tabel 3 ketiga spesimen pada konsentrasi 3%.
Konsentrasi Ecorr Icorr CR
Spesimen
(%) (Mv) (A) (mpy) Dalam grafik hubungan antara nilai kerapatan arus
3 -690,243 11,833 3,0671 berbanding waktu juga dapat dilihat bahwa tren kurva
Plat M kerapatan arus spesimenPlat T menanjak ke atas seiring
4 -883,179 23,134 5,9964 bertambahnya waktu. Grafik terlihat paling rendah pada kurva
5 -881,989 23,217 6,0179 kerapatan arus specimen plat M. Sementara kurva kerapatan
3 -825,777 26,993 6,9968 arus specimen Plat C berada pada tengah-tengah kurva
lainnya. Hal ini menandakan, specimen plat T menaikkan
Plat C 4 -806,791 28,116 7,2879 kerapatan arus dalam waktu paling sedikit dibandingkan
5 -899,236 29,894 7,7486 dengan spesimen lainnya. Semakin cepat arus mengalami
3 -838,063 34,051 8,8261 kenaikan, maka semakin besar pula tingkat laju korosinya.
Dapat disimpulkan, specimen Plat T laju korosinya meningkat
Plat T 4 -915,095 35,628 9,2349 sangat cepat dibandingkan dengan spesimen lain, kemudian
5 -1,017 40,086 10,39 diikuti oleh Spesimen Plat C, dan yang terendah adalah
Spesimen Plat M.
Berdasarkan Tabel 3 hasil pengujian polarisasi potensiostat
didapatkan bahwa besarnya laju korosi sebanding dengan 3.3 Hasil Uji Imersi
Icorr.Laju korosi terendah diketahui keseluruhan terdapat pada Pengujian Immersi (pencelupan) dilakukan sebagai
larutan NaCl 3% (garis titik – titik), dimana laju korosi pembanding hasil laju korosi dengan menggunakan metode
terendah terdapat pada spesimen M sebesar 3,0671 mpy potensiostat. Pada pengujian ini yang dicari adalah kehilangan
kemudian spesimen C 6,9968 mpy dan T sebesar 8,8261 mpy. berat (weight loss) dalam variabel waktu 80, 120, 160, 200 dan
Untuk laju korosi tertinggi secara keseluruhan terdapat pada 240 jam. Sama halnya dengan pengujian potensiostat, uji
larutan NaCl 5% (garis putus – putus) dimana laju korosi immersi ini juga dilakukan dengan 3 variasi konsentrasi
tertinggi terdapat pada spesimen T sebesar 10,39 mpy larutan NaCl yaitu 3 %, 4 % dan 5 %.
kemudian specimen C 7,7486 mpy dan M sebesar 6,0179 Dari hasil pengujian didapatkan hubungan antara
mpy. meningkatnya Konsentrasi larutan dan lamanya proses
Konsentrasi media korosif berpengaruh terhadap laju korosi pencelupan. Dalam variasi kosentrasi larutan, terdapat
bergantung dari jenis media tersebut dan jenis logam yang fenomena dimana semakin naiknya konsentrasi maka
berada dimedia tersebut. Dapat dilihat bahwa terjadi tren menyebabkan laju korosi semakin meningkat pula.
penurunan nilai laju korosi seiring dengan
menurunnyakonsentrasi larutan NaCl. Tampak bahwa semakin 3
pekat Konsentrasi larutan NaCl menyebabkan laju korosi
Laju Korosi (mpy)

2,5
semakin meningkat. 2
1,5 NaCl 3%
1
0,5 NaCl 4%
0 NaCl 5%
0 100 200 300
Waktu t/Jam

Gambar 4 Grafik Laju Korosi vs Waktu Pencelupan Plat M pada


Konsentrasi 3%, 4% dan 5%
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 4

Dari Gambar 4 grafik tersebut juga terjadi kecenderungan ketahanan korosinya terutama terhadap korosi atmosferik.
penurunan laju korosi seiring bertambahnya waktu Pertama, dalam deret galvanis, Cu merupakan logam yang
pencelupan. Hal ini disebabkan adanya passivasi yang terjadi potensial reduksinya (E°Cu2+|Cu = +0.34V) lebih tinggi daripada
pada speseimen yg diuji. Passivasi adalah peristiwa dimana Fe. Kedua, Cu jika teroksidasi akan bereaksi membentuk
baja yang terkorosi akan membentuk lapisan pelindung berupa CuO2.,CuO2 merupakan lapisan yang akan melindungi logam
oksida besi yang menyebabkan laju korosi menurun. dari serangan korosi berikutnya.

0,3 3.4Uji Kekerasan


Pengujian microhardness vickers ini dilakukan sebelum
Weight Loss (gr)

0,2 specimen mengalami pengujian


NaCl 3% polarisasipotensiostat.Sebelum melakukan pengujian ini
0,1 spesimen terlebih dulu di polishing sampai coating dari tiga
NaCl 4% plat mobil tersebut hilang dan harus dipastikan permukaannya
0 halus dan rata agar mendapatkan hasil yang akurat.Hasil
NaCl 5% pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.
0 100 200 300
Waktu t/Jam Tabel 4 Kekerasan Spesimen Plat Bodi mobil
Spesimen Plat M Plat C Plat T
Kekerasan 1 114 123 154
Gambar 5 Weight Loss vs Waktu Pencelupan Plat MPada Kekerasan 2 122 127 163
Konsentrasi 3%, 4% dan 5%
Kekerasan 3 121 125 156
Dari Gambar 5 tersebut dapat disimpulkan bahwa laju Kekerasan 4 119 131 159
korosi Plat M paling hebat terjadi pada konsentrasi 5% dengan Kekerasan 5 125 120 151
waktu pencelupan 80 jam, sementara itu semakin lama Rata - rata 120,2 HV 125,2 HV 156,6 HV
pencelupan laju korosinya semakin menurun walaupun
kehilangan beratnya semakin banyak, hal dapat kita ketahui bahwa angka kekerasan specimen T paling
Dalam hal kehilangan berat, terlihat tren yang pada tinggi yaitu 156,6 HV kemudian diikuti oleh specimen C
umumnya meningkat seiring dengan pertambahan waktu. Dari 125,2 HV dan kekerasan yang paling kecil yaitu specimen M
keseluruhan grafik laju korosi immersion dapat diketahui sebesar 120,2 HV.
bahwa laju korosi terhadap waktu pencelupan terus menerus Pada ketiga baja tersebut, spesimen T memiliki kekerasan
akan semakin menurun. Pada awal waktu 80 jam pencelupan, yang paling tinggi. Jika dilihat pada tabel tipe standart SAE
laju korosi masih cukup tinggi karena masih belum adanya J2340 (pada lampiran), spesimen T memiliki kekerasan rata-
lapisan korosi yang melapisi spesimen tersebut. Ketika waktu rata 156,6 HV jika dikonversikan ke kekerasan Rockwell B
pencelupan pada 120 jam, 160 jam, 200 jam dan 240 jam laju maka didapatkan angka 81,7 HRb, sedangkan specimen C
korosi semakin menurun dibanding pada awal waktu didapatkan angka 71,2 HRb dan specimen M didapatkan
pencelupan, dikarenakan seiring dengan berjalannya waktu angka kekerasan sebesar 66,7 HRb. Berdasarkan hal tersebut
pada pengujian ini, hasil korosi yang tidak dapat larut kemudian dibandingkan dengan karakteristik sifat mekanik
membentuk suatu selaput di permukaan spesimen yang dengan yang terstandart oleh SAE (Standardization of Automotive
efektif menghindarkan elektrolit dari kontak lebih lanjut Engineering), SAE J2340 maka specimen T secara Rockwell
dengan logam dan ini sangat mengurangi laju korosi. Hardness number dapat dikategorikan sebagai material HSLA
Dari keseluruhan pengujian immersi dapat diketahui SAE J2340 380X atau 380Y, sedangkan untuk specimen C
bahwa semakin pekat larutan NaCl maka semakin tinggi pula dapat dikategorikan sebagai material HSLA SAE J2340 300X
laju korosi yang terjadi pada masing – masing spesimen, pada atau 300Y dan specimen M secara Rockwell hardness number
pengujian immersi ini diketahui larutan NaCl 5% memiliki dapat dikategorikan sebagai material BAKE HARD SAE
rata – rata tertinggi dibanding dengan konsentrasi 3% dan 4%, J2340 280B.
dimana laju korosi tertinggi terdapat pada larutan NaCl 5% Sifat mekanik, terutama kekerasan dipengaruhi oleh tiga
spesimen plat T sebesar 3.4161 mpy pada waktu pencelupan faktor, yaitu komposisi unsur, proses pembuatan serta proses
selama 80 jam, kemudian spesimen plat C sebesar 3.0724 perlakuan panas. Dari segi uji unsur paduan dengan OES
mpy dan yang terendah spesimen plat M sebesar 2.6512 mpy Spektrometer, terdeteksi adanya unsur yang mampu terlarut
pada waktu pencelupan yang sama yaitu 80 jam. didalam ferrit seperti Si dan Mn. Kedua unsur tersebut pada
Pada pengujian komposisi menggunakan OES (Optical intinya membentuk larutan padat pada ferrit sehingga akan
Emission Spectrometer) unsur-unsur yang terkandung dalam menaikkan kekerasan dan kekuatan ferrit.Namun, pengaruh
ketiga plat yang telah diuji sudah memenuhi kriteria yang unsur paduan terhadap kekuatan dan kekerasan baja secara
dibutuhkan untuk digunakan sebagai plat bodi dengan keseluruhan hampir tidak berarti bila tidak terjadi perubahan
ketahanan korosi yang baik. Pada pengujian polarisasi dan struktur. Oleh karena itu faktor lain yang perlu
immersi dapat diketahui bahwa Spesimen plat M memiliki dipertimbangkan adalah proses pengerjaan dan perlakuan
ketahanan korosi yang paling baik, dimana pada specimen plat panas sehingga memperoleh struktur mikro yang diinginkan
M ini memiliki kandungan komposisi Cu terbesar, dapat (Wahid Suherman,1999).
diketahui Cu merupakan unsur paduan yang sangat baik
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 5

Pada HSLA, biasanya proses pembentukan yang berlaku DAFTAR PUSTAKA


adalah cold rolling. Proses cold rolling adalah proses [1] Ahmad Basyir Bin Sadan, Corrosion And Mechanical
deformasi dimana dilakukan untuk mereduksi ketebalan benda Properties Study of Car Steel Sheet ; 2010
kerja dimana dilakukan pada temperatur kamar, atau dibawah [2] Automotive Steel Design Manual. American Iron and
temperatur rekristalisasi. Berbeda dengan hot rolling, proses Steel Institute & Auto/Steel Partnership. Revision 6.1;
cold rolling tidak mengalami rekristalisasi pada struktur August 2002
butirnya hal ini dikarenakan temperatur rekristalisasinya tidak [3] Mavindra Ramadhana (2011), Sudi Eksperimen Laju
terlampaui sehingga yang terjadia adalah struktur yang pipih. Korosi Plat Body Automobiles Pada Larutan NaCl 5%
Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan sifat mekanik pada (Air Laut) Dengan Cyclic Methode SAE J2334, Tugas
baja, dimana tensile strength, yield strength dan kekerasannya Akhir Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas
akan meningkat namun ductility-nya akan menurun sebanding Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
dengan semakin tingginya derajat deformasi dingin yang [4] Prasetyo, Rulendro.2009. Pengaruh Variasi Konsentrasi
terbentuk. Selain itu juga perlu diketahui bahwa sebagian Larutan NaCl dengan konsentrasi 3,5%, 4% dan 5%
energi yang diberikan untuk mendeformasi logam itu Terhadap Laju Korosi Baja Karbon Sedang.Surakarta:
dikeluarkan lagi sebagai panas dan sebagian lagi tetap Universitas Muhammadiyah Surakarta.
tersimpan dalam struktur kristal sebagai energi dalam [5] Trethewey, K.R., dan Chamberlain, J. 1991. Korosi untuk
(tegangan dalam) yang dikaitkan dengan cacat kristal yang Mahasiswa dan Rekayasawan. Diterjemahkan oleh Alex
terjadi sebagai akibat dari deformasi. Jadi, secara sederhana tri Kantjono Widodo. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
bahwa setiap logam yang mengalami pengerjaan dingin itu Utama.
pasti akan menyimpan sejumlah tegangan dalam sebagai [6] Wahid Suherman, Ir, Ilmu Logam, Jurusan Teknik Mesin
akibat terjadinya sejumlah dislokasi. Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, hal 82-96.
3.5Uji Bending
Pengujian bending ini dilakukan sebelum uji polarisasi
potensiostat.Sebelum melakukan pengujian bending terlebih
dahulu specimen di preparasi sesuai standart dan kemudian
dihilangkan coatignya hingga terlihat halus.Hasil dari
pengujian bending ditampilkan pada Tabel 5. dapat kita
ketahui bahwa tegangan bending terbesar dimiliki oleh
specimen T yakni sebesar 613,750 N/mm2, kemudian
specimen M sebesar 321,116 N/mm2 dan yang terkecil yaitu
specimen C sebesar 239,257 N/mm2 . Semakin tinggi nilainya
maka semakin sedikit perubahan bentuk pada suatu benda jika
diberi gaya.

IV KESIMPULAN

1. Didapatkan bahwa semakin meningkatnya konsentrasi


larutan NaCl maka semakin tinggi pula laju korosi terjadi baik
pada pengujian polarisasi ataupun imersi. Hasil pengujian
polarisasi didapatkan laju korosi terendah terdapat pada
larutan NaCl 3% yaitu Plat M sebesar 3.0671 mpy, dan yang
tertinggi terdapat pada larutan NaCl 5% plat T sebesar 10.39
mpy, sedangkan pada pengujian imersi didapatkan laju korosi
terendah pada larutan NaCl 3% yaitu plat M sebesar 0.9149
mpy untuk lama pencelupan 240 jam dan yang tertinggi
terdapat pada larutan NaCl 5% plat T 3.4161 mpy untuk lama
pencelupan 80 jam
2. Dari hasil pengujian mekanik yakni microhardness
vickers dapat diketahui bahwa kekerasan terbesar dimiliki oleh
specimen T sebesar 156,6 HV (81,7 HRb), kemudian
specimen C sebesar 125,2 HV (71,2 HRb) dan yang paling
kecil dimiliki oleh specimen M sebesar 120,2 HV (66,7 HRb).
Sedangkan pada pengujian bending didapatkan tegangan
bending terbesar dimiliki oleh specimen T sebesar 613,750
N/mm2 , kemudian specimen M sebesar 316,507 N/mm2 dan
yang paling kecil dimiliki specimen C yakni sebesar 239,257
N/mm2.

Anda mungkin juga menyukai