Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dwi Luthfi Ainun Ilmi

NIM : 03031281621051
Shift : jum’at (08:00-11:00 WIB)
Kelompok :3

PENGARUH TEMPERATURE DRY BULB DAN TEMPERATURE WET


BULB PADA COOLING TOWER

Parameter temperatur yang digunakan untuk melihat kinerja cooling tower


yaitu, dry bulb temperature dan wet bulb temperature. Kedua jenis temperatur
tersebut termasuk temperatur ambient. Udara ambient bisa masuk ke dalam
cooling tower karena ada tarikan paksa dari fan. Proses terjadinya kesetimbangan
kalor dan massa antara udara dan air di dalam sistem cooling tower berada pada
packing. Kinerja cooling tower dipengaruhi oleh perpindahan panas dalam ruang
pengisi yang disebut packing. Perpindahan kalor terjadi akibat adanya perbedaan
temperatur, kalor akan bergerak dari fluida bertemperatur tinggi ke fluida lain
yang bertemperatur rendah. Perpindahan kalor yang terjadi di cooling tower ini
akan terus berlangsung hingga mencapai kesetimbangan temperature atau fluida
terdorong keluar dari packing.
Dry bulb temperature, yaitu suhu yang ditunjukkan oleh termometer bulb
biasa dengan bola dalam keadaan kering. Termometer menggunakan prinsip kerja
pemuaian zat cair dalam termometer. Saat mengukur suhu udara dengan
termometer biasa, maka terjadi perpindahan kalor dari udara ke bulb termometer.
Karena mendapatkan kalor maka zat cair yang digunakan yaitu air raksa yang ada
di dalam termometer mengalami pemuaian sehingga tinggi air raksa tersebut naik.
Kenaikan tinggi cairan pengisi thermomete dapat dilihat dalam satuan temperatur.
Temperatur udara sebagaimana umumnya diukur dengan menggunakan
termometer biasa yang sering dikenal sebagai dry bulb temperature, sedangkan
wet bulb temperature adalah temperatur yang diukur ketika bola pada termometer
diberi kasa basah, sehingga jika air menguap dari kasa dan bacaan suhu pada
termometer menjadi lebih rendah daripada temperatur bola kering. Penguapan
pada kelembaban tinggi akan berlangsung lamban, sehingga wet bulb temperature
identik dry bulb temperature. Pada kelembaban rendah sebagian air akan
menguap, jadi wet bulb temperature akan semakin jauh perbedaannya dengan dry
bulb temperature.
Cooling tower memanfaatkan air dan udara pada proses perpindahan panas
yang dibuang ke atmosfer. Sistem pendinginan mesin dalam industri bertujuan
menjaga kestabilan temperatur air yang digunakan sebagai pendingin proses agar
proses berjalan efisien. Berdasarkan jurnal Pratiwi, dkk (2014), dalam jurnal yang
berjudul Analisa Kinerja Cooling Tower Induced Draft Tipe LBC W 300 terhadap
Pengaruh Temperatur Lingkungan, kinerja desain cooling tower sangat
dipengaruhi oleh beberapa parameter yaitu, kapasitas air yang disirkulasikan, suhu
air yang akan didinginkan, kelembaban, dan target suhu air yang ingin dihasilkan,
yang juga berhubungan dengan range dan approach yang ingin dicapai.
temperatur lingkungan sekitar cooling tower juga akan berpengaruh terhadap
kinerja desain.
Pengaruh temperatur lingkungan terhadap perpindahan panas dan operasi
yang terjadi di dalam cooling tower berkaitan dengan jumlah daya yang
digunakan. Peningkatan kinerja cooling tower ketika terjadi peningkatan
kecepatan putaran fan dan menurunnya laju aliran massa air. Temperatur
lingkungan merupakan temperatur ambient (dry bulb dan wet bulb) akan
mempengaruhi perpindahan panas atau kinerja di dalam cooling tower. Kinerja
cooling tower dipengaruhi oleh proses perpindahan panas secara sensibel dan
laten di dalam fill (ruang pengisi). Pada kelembaban tinggi, jumlah air yang
dibutuhkan untuk mendinginkan kondesat lebih banyak. Kelembaban rendah akan
membutuhkan jumlah air yang lebih sedikit. Efisiensi merupakan kinerja atau
kemampuan cooling tower untuk menurunkan air sampai dengan wet bulb
temperature atau 1°C diatas wet bulb temperature.
Semua parameter sangat erat kaitannya dengan lama waktu kontak antara
udara dan air, tinggi, ukuran menara dan nilai ratio liquid gas yang ada di dalam
cooling tower. Sistem pendinginan mesin dalam industri dibuat dengan tujuan
untuk menjaga kestabilan temperatur agar proses berjalan efisien. Cooling tower
adalah contoh alat yang bekerja pada sistem pendinginan dengan menggunakan
media pendingin berupa udara yang banyak digunakan di dalam industri.
Cooling tower biasanya akan menggunakan pompa sentrifugal untuk
menggerakkan air vertikal ke atas melintasi menara. Range adalah perbedaan suhu
air masuk cooling tower dengan tingkat suhu air yang keluar cooling tower atau
selisih antara suhu air panas dan suhu air dingin, sedangkan approach adalah
perbedaan antara temperatur air tower dengan wet bulb temperature udara yang
masuk serta selisih antara suhu air dingin dan wet bulb temperature dari udara
atmosfer. Perpindahan panas di cooling tower disertai perubahan kalor laten.

Gambar 1. Range dan approach pada cooling tower


(Sumber: Chemical Engineering Site, 2018)

Semakin rendah approach semakin baik kinerja cooling tower. Range dan
approach harus dipantau, tetapi approach merupakan indikator yang lebih baik
untuk kinerja cooling tower. Kelembaban tinggi pada udara yang digunakan akan
menyebabkan proses penguapan akan berlangsung lamban dan wet bulb
temperatur yang identik dengan dry bulb temperature. Jika kelembaban rendah
sebagian air akan menguap, jadi wet bulb temperature akan semakin jauh
perbedaannya dengan dry bulb temperature. Kinerja cooling tower dievaluasi
untuk mengkaji tingkat approach dan range operasi terhadap nilai rancangan,
mengidentifikasi area terjadinya pemborosan energi, dan untuk mendapatkan
saran perbaikan. Hasil kajian ini digunakan untuk menentukan desain cooling
tower yang akan digunakan.
Cooling tower dapat diklasifikasikan atas tiga bagian yaitu wet cooling
tower, dry cooling tower, dan wet-dry cooling tower. Setiap cooling tower
memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Wet cooling tower mempunyai
sistem distribusi air panas yang disemprotkan secara merata ke packing. Udara
akan bergerak masuk dari luar menara melalui kisi-kisi, yang berbentuk miring
supaya air tidak keluar cooling tower. Jenis wet cooling tower berdasarkan alat
bantu terbagi atas natural draft cooling tower dan mechanical draft cooling tower.
Terjadi kontak antara air dan udara pada packing di dalam cooling tower.
menggunakan kipas fan untuk memberikan tekanan pada udara masuk ke cooling
tower. Cooling tower alami tidak ada bagian yang bergerak, udara mengalir ke
atas akibat adanya perbedaan massa jenis antara udara atmosfer dengan wet bulb
temperature di dalam cooling tower yang bersuhu lebih tinggi dari udara atmosfer
(Hensley, 2009).
Mechanical draft cooling tower, udara akan mengalir karena adanya fan
yang digerakkan secara mekanik. Semakin dekat approach terhadap wet bulb
temperature, menyebabkan semakin mahal cooling tower karena meningkatnya
ukuran. Ketika ukuran menara harus dipilih, maka approach menjadi sangat
penting, yang kemudian diikuti oleh debit air dan udara. Nilai rasio liquid dan gas
adalah parameter yang penting dalam pemilihan cooling tower, terutama dalam
pemilihan kapasitas fan. Rasio ini merupakan perbandingan antara debit air yang
hendak didinginkan terhadap debit udara yang diinduksikan oleh fan minimum.
Dry bulb temperature merupakan temperatur udara kering dengan
memperhitungkan kandungan uap air yang terdapat pada udara tersebut.
Temperatur udara basah erat hubungannya dengan relative humadity dengan
mengetahui wet bulb temperature dan dry bulb temperature suatu lingkungan atau
daerah, maka relative humadity dapat dicari dengan tabel atau dilihat melalui
diagram psikometrik. Penerapannya untuk cooling tower semakin kecil harga
relative humadity maka wet bulb temperaturenya akan semakin rendah dan hal ini
akan berpengaruh besar untuk menurunkan temperatur air masuk cooling tower
menjadi rendah pada temperatur air keluaran cooling tower.
Rasio kelembaban adalah berat atau masa air yang terkandung setiap
kilogram udara kering. Rasio kelembaban ditentukan dengan dasar 1 kg udara
kering, karena laju aliran udara kering konstan pada keseluruhan proses. Proses
evaporasi pada cooling tower terdapat proses perpindahan kalor, perpindahan
momentum dan perpindahan massa. Saat fluida panas dikontakkan dengan gas tak
jenuh, sebagian dari fluida tersebut akan menguap sebagai akibat dari tumbukan
dengan packing, pada cooling tower tanpa louver. Air yang hilang diganti dengan
cara menambahkan air ke basin cooling tower, air ini disebut make up water.
Cooling tower pada umumnya digunakan untuk menyediakan air
pendingin yang digunakan di dalam industri, kecuali pada industri dimana air
dapat diambil dari sungai atau danau yang nyaman dalam jumlah besar. Pada
industri yang berlokasi di pantai, dapat menggunakan air laut tetapi harus diolah
dengan menggunakan bahan konstruksi yang lebih besar, konstruksi ini
menggunakan prinsip yang sama yaitu prinsip penukaran panas (Coulson dan
Richardson, 2005)

DAFTAR PUSTAKA

Coulson, J. M, dan Richardson, J. H. 2005. Chemical Engineering Design Volume


6. Fourth Edition. Oxford: Butterworth Heinemann.
Hensley, J.C. 2009. Cooling Tower Fundamentals. Kansas: SPX Cooling
Technologies Inc.
Pratiwi, N. P, Nugroho, G, dan Hamidah, N.L. 2014. Analisa Kinerja Cooling
Tower Induced Draft Tipe LBC W-300 terhadap Pengaruh Temperatur
Lingkungan. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 7(7): 1-6.

Anda mungkin juga menyukai