Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 17 No.

2 [Agustus 2016] 149-154


Pengaruh Fermentasi Tempe Jagung [Anandika dkk.]

PENGARUH FERMENTASI TEMPE JAGUNG TERHADAP


KANDUNGAN PROTEIN DAN KAROTENOID

The Effects of Corn Tempeh Fermentation on Protein and Carotenoid Levels

Oke Anandika Lestari*, Eva Mayasari

Jurusan Budidaya - Fakultas Pertanian - Universitas Tanjungpura


Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124
*Penulis Korespondensi: email: oke.anandika@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan sebagai upaya pengayaan bahan baku tempe untuk mening-
katkan penggunaan bahan baku lokal, sehingga dilakukan pembuatan tempe dari jagung. Pe-
nelitian ini juga melihat pengaruh pengolahan jagung hingga menjadi tempe jagung terhadap
kandungan protein dan karotenoid tempe jagung yang dihasilkan. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan one-way Anova dengan 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa fermentasi tidak menurunkan kandungan protein tempe jagung, akan tetapi menu-
runkan kandungan karotenoid hingga 41.07%. Pemenuhan standar kadar protein pada tempe
jagung dapat tercapai dengan substitusi 20% jagung dan 80% kedelai

Kata kunci : Karatenoid, Protein, Tempe Jagung

ABSTRACT

The research purpose is to enrich tempeh basic ingredients in order to expand the use of local raw
materials by using corn. In this research the effect of fermentation process on protein and carotenoid levels
was measured. Data were analysed using one-way Anova with 4 replications. The results revealed that
fermentation process has not reduced the content of protein in corn tempeh, but carotenoid content up to
41.07%. The completion protein levels in corn tempeh can be achieved with the substitution of 20% corn
and 80% soybean

Keywords: Caratenoid, Corn Tempe, Protein

PENDAHULUAN but dapat dilakukan dengan melakukan


substitusi kedelai dengan bahan baku lain.
Tempe adalah salah satu makanan Penelitian ini akan melakukannya dengan
khas dari Indonesia dan sangat digemari menggunakan jagung sebagai bahan baku-
tidak hanya di Indonesia akan tetapi man- nya.
ca negara (Marshall dan Mejia, 2011; BSN, Berbeda dengan tempe, jagung meru-
2012). Makanan ini merupakan panganan pakan produk yang memiliki potensi besar
sumber protein yang berasal dari kedelai untuk dikembangkan di Indonesia (Winarso,
yang ternyata pemenuhan kebutuhan kede- 2012; Soehendi dan Syahri, 2013; Zubachti-
lai di Indonesia 60% dipenuhi melalui impor rodin et al., 2016). Produksi jagung di Kali-
(Anggasari, 2008; Aimon dan Satrianto, 2014; mantan Barat tertinggi dibandingkan den-
Kementerian Pertanian, 2015). Nilai impor gan wilayah Kalimantan Barat lainnya (BPS,
kedelai Indonesia dari tahun 2004 hingga 2015). Kandungan protein pada jagung me-
2012 80% berasal dari USA (Muslim, 2014). mang tidak lebih tinggi dari kedelai, yaitu
Pengurangan ketergantungan produk terse- 8.6%, sedangkan kedelai 40.4%. Kandungan

149
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 17 No. 2 [Agustus 2016] 149-154
Pengaruh Fermentasi Tempe Jagung [Anandika dkk.]

lain yang dapat ditonjolkan dari jagung ada- Prosedur pembuatan tempe jagung
lah pigmen warna kuning yang terkand- dilakukan berdasarkan modifikasi Lestari
ung didalamnya yang dikarenakan adanya dan Mayasari (2016). Jagung di cuci dengan
kandungan karotenoid sebanyak 150 μg/100 air mengalir, kemudian direbus hingga
g, sedangkan kedelai hanya mengandung terbelah bagian kulitnya selama 60 menit.
31 μg/100 g (FAO, 1953; Watanabe, 2015). Jagung hasil perebusan direndam selama
Jumlah karotenoid tersebut 22% merupakan 12 jam, kemudian dicuci, dipisahkan bagian
beta karoten, sedangkan sisanya merupakan kulitnya, dibelah menjadi dua bagian, dan
xantofil. Kedua komponen tersebut memiliki dikukus selama 45 menit. Jagung yang telah
peran yang sangat penting bagi kesehatan. dingin diberikan ragi sebanyak 0.15%, lalu
Menurut Eldahshan dan Singab (2013), beta dimasukkan dalam plastik klip yang telah
karoten memiliki peran sebagai antioksidan dilubangi. Pemeraman dilakukan selama 36
dan anti kangker, sedangkan xantofil ber- jam.
dasarkan penelitian menurut Moeller et al. Analisis proksimat yang dilakukan
(2000), memiliki potensi untuk menurunkan meliputi kadar protein, lemak, air, abu, dan
resiko kebutaan yang disebabkan oleh pen- karbohidrat. Protein dianalisis menggunakan
yakit katarak. metode Mikro-Kjeldahl (AOAC, 1995).
Berdasarkan semua kelebihan ja- Kadar lemak diukur menggunakan metode
gung, maka dilakukan substitusi kedelai Soxhlet (AOAC, 1995). Analisis kadar
dengan jagung yang dapat memperkaya air menggunakan metode oven (AOAC,
kandungan nutrisi yang terdapat dalam 1995). Analisis kadar abu dilakukan
tempe. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini dengan menggunakan pengabuan kering
akan dilakukan pengukuran pengaruh fer- (AOAC, 1995). Karbohidrat diukur sebagai
mentasi terhadap kandungan protein dan pengurangan dari seluruh komponen
karotenoid pada tempe yang dihasilkan. proksimat (by difference). Hasil analisis
digunakan sebagai dasar perhitungan
kalori tempe yang dihasilkan. Energi tempe
BAHAN DAN METODE dihitung berdasarkan hasil penjumlahan
total dari perkalian antara kandungan lemak,
protein, dan karbohidrat yang nilainya
Bahan secara berurutan adalah 9 kkal/g, 4 kkal/g,
Bahan utama yang digunakan adalah dan 4 kkal/g.
jagung pipil yang diperoleh dari petani di Analisis karotenoid dihitung meng-
Pontianak. Jagung pipil diperoleh dari pasar gunakan spektrofotometer (Kristianingrum,
Flamboyan kota Pontianak tanpa memilih 2010; Luterotti et al., 2013). Sampel diekstrak
jenis varietas tertentu, dan berdasarkan hasil dengan methanol, kemudian hasil ekstrak
analisis memiliki kadar air 11-12% (Kastanja, dilarutkan dalam dietil eter dan KOH jenuh.
2007; Ratna, 2013; Suarni et al., 2013). Pembacaan absorbansi dilakukan pada pan-
jang gelombang 450-453 nm dengan blangko
Alat eter. Total karotenoid diukur menggunakan
Alat yang digunakan meliputi tabung Persamaan (1).
destruksi, distilator, soxhlet, oven kering,
pendingin balik, tanur, buret, pipet volume, Absorbansi ´ 25´ 4
beaker glass, erlenmeyer, spektrofotometri Total Karatenoid (mg/g)=
259.2 ´ sampel (berat kering)´ 2
UV-VIS.
..........................................................................(1)
Metode
Penelitian yang dilakukan adalah per- Analisis data terhadap lima tingkat substi-
bedaan tingkat substitusi kedelai dengan ja- tusi kedelai:jagung, yaitu 20:80, 40:60, 60:40,
gung, yaitu 20:80, 40:60, 60:40, 80:20, 100:0. 80:20, dan 100:0, dilakukan menggunakan
Semua tingkatan substitusi dilakukan anali- one way ANOVA dan uji lanjut Least Sig-
sis kadar protein yang memiliki syarat pem- nificant Differences (LSD) pada taraf keper-
batas berdasarkan SNI Nomer 3144:2015, cayaan α 0.05.
yaitu kandungan tempe minimal 16%. Hasil
terbaik dan tempe kedelai dilakukan analisis
proksimat dan total karotenoid.

150
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 17 No. 2 [Agustus 2016] 149-154
Pengaruh Fermentasi Tempe Jagung [Anandika dkk.]

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Hasil tersebut didukung oleh hasil


penelitian Sher et al. (2011), bahwa pengo-
lahan tempe gandum memberikan pengaruh
Pengaruh Substitusi Jagung Terhadap positif pada protein karena dapat mening-
Kandungan Protein Tempe katkan daya cerna protein dari 28% menjadi
Tempe pada umumnya terbuat dari 62%. Meningkatnya daya cerna protein terse-
kedelai. Namun, pada kenyataannya, tempe but karena terjadi proses degradasi protein
juga dapat dibuat dari bahan baku jagung oleh enzim proteolitik dari mikroorganisme
pipil, hanya saja kandungan protein jagung yang ada dalam ragi sehingga protein menja-
pipil tidak setinggi kedelai. Hasil penelitian di lebih mudah dicerna oleh tubuh (Yagoub,
menunjukkan bahwa semakin tinggi peng- 2003; Mondal et al., 2016). Berdasarkan hasil
gunaan jagung akan menurunkan kandun- penelitian dapat dikatakan bahwa fermenta-
gan protein tempe yang dihasilkan seperti si pada tempe tidak menurunkan kandungan
yang terlihat pada Tabel 1. Tempe yang ter- protein yang dinyatakan sebagai kadar total
buat dari 100% jagung memiliki kandungan nitrogen (metode Mikro-Kjeldahl).
protein terendah, dibandingkan dengan tem- Penurunan kandungan protein pada
pe kedelai yang memiliki kandungan protein tempe jagung terjadi sebelum proses fer-
paling tinggi (Rodríguez et al., 2004; Nout mentasi (pra fermentasi), yaitu pada tahapan
dan Kiers, 2005; Bahar dan Witono, 2015). proses perebusan, perendaman, dan pen-
Substitusi jagung sebesar 20% mengandung gukusan. Penurunan protein tempe jagung
kadar protein yang dapat memenuhi kadar karena proses tersebut adalah dari bahan
protein dari SNI tempe, yaitu 16%. Berdasar- baku yaitu jagung pipil yang memiliki kadar
kan data tersebut, dilakukan pengukuran ka- protein 6.88 g/100 g turun setelah diolah
dar nutrisi lainnya yang meliputi proksimat menjadi 100% tempe jagung, menjadi 3.92
keseluruhan dan total karotenoid pada per- g/100 g, atau dapat dikatakan terjadi penu-
lakuan tempe dengan substitusi sebesar 20%. runan sebesar 43.02%. Berdasarkan hal terse-
but, maka untuk mempertahankan kandun-
Pengaruh Proses Fermentasi Terhadap gan protein pada proses pembuatan tempe
Kandungan Karotenoid dan Protein Tempe jagung harus meminimalisasi proses pema-
Jagung nasan pra fermentasi. Hal tersebut diduga
Pengaruh pembuatan tempe jagung karena adanya perebusan yang menyebab-
dalam proses pembuatan tempe dapat dili- kan terjadinya pembukaan ikatan protein
hat pada Tabel 2. Hasil penelitian menunjuk- yang memungkinkan terdapat bagian N yang
kan bahwa fermentasi menurunkan kandun- terikat dalam protein menjadi larut, sehingga
gan karotenoid dan protein, baik pada tempe terjadi penurunan kandungan protein ketika
jagung, maupun tempe kedelai. Penurunan diukur dengan metode Mikro-Kjeldahl.
kandungan karotenoid sebesar 41.07%, di- Kandungan karotenoid mengalami
mana pada proses pendahuluan pembuatan penurunan selama fermentasi dari 2.80 μg/g
tempe hingga pengukusan tidak mengalami menjadi 1.65 μg/g, atau menurun sebesar
penurunan kadar karotenoid yang berbeda 41.07%. Penyebab penurunan tersebut dika-
nyata pada taraf 0.05. Fermentasi tempe renakan proses fermentasi dilakukan setelah
dengan Rhizopus sp walaupun memberikan jagung dikupas kulitnya dengan kondisi aer-
kadar karotenoid yang rendah, akan tetapi ob obligat (sedikit oksigen), sesuai dengan
terjadi peningkatan formasi beta karoten kondisi optimal pertumbuhan jamur tempe
setelah 34 hingga 48 jam fermentasi (Denter (Rhizopus sp), sehingga jagung lebih mudah
et al., 1998; Nout dan Kiers, 2005). Berdasar- mengalami kontak dengan oksigen. Menurut
kan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa Boon et al. (2010), penurunan kandungan ka-
walaupun terjadi penurunan kandungan rotenoid pada makanan salah satunya ada-
karotenoid, tidak menutup kemungkinan lah karena terpapar dengan oksigen.
terjadi peningkatan formasi kandungan beta
karoten (Denter et al., 1998; Boon et al., 2010). Kandungan Nutrisi Tempe Jagung
Proses fermentasi tempe jagung Tempe jagung 100% memiliki kand-
tidak menurunkan kandungan protein, ka- ungan karotenoid yang tertinggi, akan tetapi
rena kandungan protein pada jagung kupas memiliki kandungan protein yang tidak me-
kukus tidak berbeda nyata dengan tempe menuhi standar minimal kadar protein tem-
jagung 100% seperti data yang tersaji pada pe, yaitu 3.92% (Tabel 3). Kehilangan protein

151
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 17 No. 2 [Agustus 2016] 149-154
Pengaruh Fermentasi Tempe Jagung [Anandika dkk.]

terjadi pada pengolahan pra fermentasi sebe- kandungan karotenoid pada tempe tidak
sar 41.07%. Oleh sebab itu diperlukan mini- berbeda nyata dengan tempe kedelai. Hasil
malisasi proses pemanasan pada pra fermen- tersebut menunjukkan bahwa substitusi
tasi untuk mengurangi kehilangan protein. 20% jagung hanya dapat memenuhi kadar
Kontribusi energi yang dapat diberikan pada protein sesuai SNI, tetapi belum menambah
tempe jagung 100% paling rendah, yaitu da- nilai gizi dalam segi kandungan karotenoid.
pat memenuhi 6.33% dari angka kecukupan Kontribusi energi yang dapat diberikan pada
energi (AKE) yang dianjurkan oleh Menteri tempe jagung 20% lebih rendah dibanding-
Kesehatan yaitu 2150 kkal/hari. kan tempe kedelai, yaitu dapat memenuhi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 8.03% dari angka kecukupan energi (AKE)
dengan substitusi 20% jagung dapat meng- yang dianjurkan oleh Menteri Kesehatan yai-
hasilkan tempe dengan kadar protein yang tu 2150 kkal/hari.
memenuhi SNI, yaitu 16.06%. Akan tetapi

Tabel 1. Kandungan protein tempe


Tempe perbandingan kedelai: jagung Protein (g/100 g)
0:100 3.92 a
20:80 6.58 b
40:60 9.58 c
60:40 12.25 d
80:20 16.06 e
100:0 19.30 f
Keterangan : huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata dengan uji LSD pada taraf α 0.05

Tabel 2. Kandungan protein dan karotenoid tempe dan bahan baku


Produk Karotenoid (μg/g) Protein (g/100 g)
Jagung pipil 2.73 c 6.88 b
Jagung kupas kulit kukus 2.80 c 4.07 a
Tempe jagung 100% 1.65 b 3.92 a
Tempe jagung 20% 0.74 a 16.06 c
Kedelai 0.66 a 27.89 e
Tempe kedelai 100% 0.59 a 19.30 d
Keterangan : nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata (p>0.05)

Tabel 3. Komposisi nutrisi tempe jagung dan tempe kedelai


Komponen Nutrisi Tempe Jagung 100% Tempe Jagung 20% Tempe Kedelai
Protein (%) 3.92 a 16.06 b 19.30 a
Lemak (%) 11.12 c 0.54 a 5.01 b
Air (%) 66.80 c 56.40 b 53.49 a
Abu (%) 0.55 a 1.11 c 0.95 b
Karbohidrat (%) 27.62 c 25.89 b 21.10 a
Karotenoid (µg/g) 1.65 b 0.74 a 0.59 a
Energi (kkal/100g) 136.24 172.66 206.69
Keterangan: nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
(p>0.05)

152
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 17 No. 2 [Agustus 2016] 149-154
Pengaruh Fermentasi Tempe Jagung [Anandika dkk.]

SIMPULAN Dilihat 30 Maret 2016. <http://


www.forumtempe.org/images/re-
Tempe jagung 100% dapat memper- sep/8625_SNI%203144-2015.pdf>
kaya nutrisi tempe dengan meningkatkan BSN. 2012. Tempe Persembahan Indonesia
kandungan karotenoid, akan tetapi memiliki Untuk Dunia. Pusido, Jakarta
kandungan protein yang tidak memenuhi Denter, J, Rehm, H, J, Bisping, B. 1998.
SNI. Tempe jagung 20% telah memenuhi Changes in the contents of fat-soluble
standar minimal kadar protein sesuai SNI, vitamins and pro vitamins during
akan tetapi tidak dapat memperkaya nu- tempe fermentation. Intl. J.Food Micro-
trisi tempe dengan kandungan karotenoid. biol. 45(2):129-134
Perlakuan seminimal mungkin pada proses Eldahshan, O, A, Singab, A, N, B. 2013. Ca-
pra fermentasi pada pengolahan tempe jag- rotenoids. Journal of Pharmacognosy and
ung perlu dilakukan untuk meminimalkan Phytochemistry. 2(1):225-234
kehilangan protein yang bukan dikarenakan FAO. 1953. Food composition tables for
proses fermentasi. international use. Dilihat 30 Maret
2016. <http://www.fao.org/docrep/
x5557e/x5557e00.htm>
UCAPAN TERIMA KASIH Kastanja, A, Y. 2007. Identifikasi kadar air
biji jagung dan tingkat kerusakan-
Ucapan terima kasih disampaikan nya pada tempat penyimpanan. Jurnal
pada Kemeterian Riset, Teknologi, dan Pen- Agroforestri. 2(1):27-32
didikan Tinggi yang telah mendanai peneli- Kementerian Pertanian. 2015. Outlook ko-
tian ini melalui program Penelitian Dosen moditas pertanian subsektor tanaman
Pemula. pangan kedelai. Dilihat 30 Maret 2016.
<http://epublikasi.setjen.pertanian.
go.id/epublikasi/outlook/2015/Tan-
DAFTAR PUSTAKA aman%20Pangan/Outlook%20Kede-
lai%202015/files/assets/common/
downloads/Outlook%20Kedelai%20
Aimon, H, Satrianto, A. 2014. Prospek konsumsi 2015.pdf>
dan impor kedelai di indonesia tahun Kristianingrum, S. 2010. Tinjauan berbagai
2015-2020. Jurnal Kajian Ekonomi. 3(5):1-13 metode analisis karoten dalam bahan
Anggasari, P. 2008. Analisis Faktor-Faktor pangan. Prosiding Seminar Nasional bi-
yang Mempengaruhi Volume Impor dang Kimia dan Pendidikan Kimia, Uni-
Kedelai Indonesia. Skripsi. IPB. Bogor versitas Negeri Yogyakarta, Yogya-
AOAC. 1995. Official Method of Analysis karta, pp. K233-K237
of Association of Official Agricultural Lestari, O, A, Mayasari, E. 2016. Potensi gizi
Chemistry. Association of Official Ag- tempe berbahan dasar jagung. Jurnal
riculture Chemistry, Washington Ilmiah Teknosains. 2(2):112-116
Bahar, A, Witono, Y. 2015. Process Optimi- Luterotti, S, Markovic, K, Franko, M, Bicanic,
zation of Tempeh Protein Isolate from D, Madzgalj, A, Kljak, K. 2013. Com-
Soybean (Glycine max Merr) and parison of spectrophotometric and
Cowpea (Vigna unguiculata) Mix- HPLC methods for determination of
ture. Intl. J. Advanced Science Engineer- carotenoids in foods. Food Chemistry.
ing Information Technology. 5(2):83-87 140(1):390-397
Boon, C, S, Mcclements, D, J, Weiss, J, Deck- Marshall, E, Mejia, D. 2011. Traditional Fer-
er, E, A. 2010. Factors influencing the mented Food and Beverages for Im-
chemical stability of carotenoids in proved Livelihoods. FAO, Rome
foods. Critical Reviews in Food Science Menteri Kesehatan. 2013. Peraturan menteri
and Nutrition. 50:515-532 kesehatan republik indonesia nomer
BPS Kalimantan Barat. 2016. Produksi padi 75 Tahun 2013 tentang angka kecuku-
dan jagung angka sementara tahun pan gizi yang dianjurkan bagi bang-
2015. Dilihat 30 Maret 2016. <https:// sa indonesia. Dilihat 30 Maret 2016.
kalbar.bps.go.id/website/brs_ind/ <http://gizi.depkes.go.id/down-
brsInd-20160301192229.pdf> load/Kebijakan%20Gizi/PMK%2075-
BSN. 2015. Tempe kedelai, SNI 3144:2015. 2013.pdf>

153
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 17 No. 2 [Agustus 2016] 149-154
Pengaruh Fermentasi Tempe Jagung [Anandika dkk.]

Moeller, S, M, Jacques, P, F, Blumberg, J, B. Sher, M, G, Nadeem, M, Syed, Q, Abass, S,


2000. The potential role of dietary can- Hassan, A. 2011. Study on protease
thophylls in cataract and age-related from barley tempeh and in vitro pro-
macular degeneration. Journal of the tein digestibility. Jordan Journal of Bio-
American College of Nutrition. 19(5):522- logical Sciences. 4(4):257-264
527 Soehendi, R, Syahri. 2013. Potensi pengem-
Mondal, S, Baksi, S, Koris, A, Vatai, G. 2016. bangan jagung di sumatera selatan.
Journey of enzymes in entomopatho- Jurnal Lahan Suboptimal. 2(1):81-92
genic fungi. Pasific Science Review Suarni, Firmansyah, I, U, Aqil, M. 2013. Ker-
A: Natural Science and Engineering. agaman mutu pati beberapa varietas
18(2):85-99 jagung. Penelitian Pertanian Tanaman
Muslim, A. 2014. Faktor-faktor yang mem- Pangan. 32(1):50-56
pengaruhi nilai impor kedelai indone- Watanabe T. 2015. Food composition tables
sia. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan. of japan and the nutrient table/data-
8(1):117-138 base. J. Nutr. Sci. Vitaminol. 61:25-27
Nout, M, J, R, Kiers, J, L. 2005. Tempe fer- Winarso, B. 2012. Prospek dan kendala
mentation, innovation and functional- pengembangan agribisnis jagung di
ity: update into the third millenium. J. propinsi nusa tenggara barat. Jurnal
Appl. Microbiol. 98(4):789–805 Penelitian Pertanian Terapan. 12(2):103-
Ratna. 2013. Pengaruh kadar air biji jagung 114
dan laju pengumpanan terhadap mutu Yagoub, A, A. 2003. A Biophisical Study on
tepung jagung menggunakan alat Total Proteins of The Traditionally
penggiling tipe disk mill. Jurnal Ilmiah Fermented Roselle (Hibiscus Sabdariffa
Pendidikan Biologi. 5(1):8-13 L.) seed “Furundu”. Tesis. University
Rodriguez, E, O, C, Millan Carrillo, J, Mora of Khartoum. Sudan
Escobedo, R, Valenzuela, O, G, C, Zubachtirodin, Pabbage, M, S, Subandi.
Moreno, C, R. 2004. Quality protein 2016. Wilayah produksi dan potensi
maize (Zea mays L.) tempeh flour pengembangan jagung. Dilihat 30
through solid state fermentation pro- Maret 2016. <http://balitsereal.lit-
cess. LWT Food Science and Technology. bang.pertanian.go.id/wp-content/up-
37(1):59-67 loads/2016/11/lima.pdf>

154

Anda mungkin juga menyukai