Anda di halaman 1dari 23

Laporan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) dan

Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

F.1. PROMOSI KESEHATAN

Penyuluhan Pengetahuan HIV/AIDS Kepada Masyarakat Desa Candinata Kecamatan

Kutasari Kabupaten Purbalingga

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh


Program Dokter Internship
Puskesmas Kutasari Purbalingga

Pendamping:
dr. Dewanto, M. Kes

Oleh:
dr. Putri Fitrania

PUSKESMAS KUTASARI PURBALINGGA


2014
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. Putri Fitrania

Judul Laporan promosi kesehatan : Pengetahuan HIV/AIDS

Laporan Penyuluhan Pengetahuan HIV/AIDS Kepada Masyarakat Desa Candinata


Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga telah disetujui guna melengkapi tugas Dokter
Internship dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) dan Usaha Kesehatan
Masyarakat (UKM) di bidang Promosi Kesehatan.

Kutasari, 2014

Mengetahui
Pendamping Dokter Internship

dr. Dewanto, M. Kes


NIP 19701101.200212.1.003
PRAKATA

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik laporan ini.
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu persyaratan dalam
menempuh Program Dokter Internship Puskesmas Kutasari Purbalingga.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang kepada:
dr. Tanti Yuliastuti, MM selaku Kepala Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga.
• dr. Dewanto, M.Kes. selaku pembimbing di Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga.
• Masyarakat Desa Candinata peserta penyuluhan Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga
• Semua rekan Dokter Internship dan Pegawai Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga
periode Mei – Agustus 2014 yang telah banyak membantu
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasu s ini dapat menjadi bahan
informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran, khususnya bidang
kesehatan masyarakat.
Wassalam.

Purbalingga,
Dokter Internship

dr. Putri Fitrania


BAB 1

PENDAHULUAN

• Latar Belakang dan masalah

Penularan HIV/AIDS di Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan. Menteri


Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi dalam acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional yang
dilaksanakan di Surabaya, menegaskan setiap tahun penularan HIV/AIDS bagi anak muda
terus meningkat.
Epidemi HIV/AIDS telah menyebar dengan cepat. Penyakit ini 20 tahun yang lalu
belum dikenal sama sekali, akan tetapi saat ini diperkirakan lebih dari 60 juta orang terinfeksi
dan lebih dari 21 juta orang meninggal karenanya. Rata-rata setiap harinya terdapat 14 ribu
orang terinfeksi, sebagian adalah usia remaja antara 15-24 tahun. AIDS telah menjadi
penyebab kematian terbesar keempat di seluruh dunia.
Perkiraan secara nasional oleh Kementerian Kesehatan tahun 2002 jumlah pengidap
HIV/AIDS di Indonesia adalah sekitar 90 – 130 ribu orang. Akan tetapi yang tercatat dan
dilaporkan hanya sekitar 6000 orang sejak 1987. Sampai sekarang di Indonesia telah
ditemukan banyak kasus terinfeksi HIV/AIDS yang jumlahnya cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Kasus terbanyak infeksi HIV/AIDS di Indonesia berturut-turut ditemukan di
DKI Jakarta, Papua, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Sumatera Utara, Kalimantan Barat,
Sulawesi Utara, Kepulauan Riau dan Riau. Sedangkan kelompok umur yang paling banyak
ditemukan kasus HIV/AIDS adalah kelompok umur dewasa muda yaitu usia 20 – 29 tahun,
disusul berturut-turut 30-39 tahun, 40-49 tahun dan 15-19 tahun. Menurut jenis
penularannya kasus HIV/AIDS terbanyak ditemukan pada pengguna jarum suntik
(Intravenous Drugs Users), disusul pasangan heteroseksual, homoseksual, penularan saat
persalinan, transfusi darah dan lain-lain. Saat ini Indonesia tidak lagi tergolong sebagai
Negara dengan prevalensi infeksi rendah, akan tetapi sudah terjadi peningkatan status
menjadi epidemi terkonsentrasi.
Data sampai Desember 2001 menunjukkan, ada 1.978 kasus HIV positif dan 671
kasus AIDS di Indonesia. Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat hingga 80.000-
120.0000 kasus pada tahun 2010. Ironisnya, sekitar 30% penderitanya adalah remaja, baik
yang ditularkan melalui penyalahgunaan nafza, maupun yang ditularkan dari ibu pengidap
HIV/AIDS yang sejak muda telah mengkonsumsi napza kepada bayi-bayi yang
dilahirkannya. Bahkan, yang lebih parah lagi hanya sebagian kecil saja dari mereka yang
tahu kalau dirinya terinfeksi.
Faktor- faktor yang menyebabkan peningkatan cepat epidemi di Indonesia antara lain
terbanyak adalah penggunaan narkoba dengan jarum suntik yang tidak steril, peningkatan
atau meluasnya industri seks yang melayani 7-10 juta konsumen setiap tahun serta
minimnya penggunaan kondom oleh pelanggan pekerja seks komersil. Apabila tidak segera
ditanggulangi maka, HIV/AIDS akan dengan cepat meniadakan kemajuan pembangunan
yang telah dicapai bangsa selama ini.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan pengetahuan
komprehensif tentang HIV/ AIDS pada penduduk usia 15-24 masih rendah, hanya 11,4
persen.
BAB 2

PERMASALAHAN

• Masih kurangnya pengetahuan masyarakat terutama remaja mengenai HIV/AIDS.


• Masih banyaknya angka kejadian HIV/AIDS dikarenakan pemahaman yang kurang
mengenai HIV/AIDS.

• Masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara penularan HIV/AIDS dan bahaya
yang ditimbulkannya.

TUJUAN

Setelah mendapatkan penyuluhan mengenai HIV-AIDS, masyarakat diharapkan dapat :


Mengetahui dan mengerti mengenai HIV-AIDS
• Mengetahui dan mengerti tentang gejala-gejala HIV-AIDS
• Mengetahui faktor-faktor resiko terkena HIV-AIDS
• Mengetahui pengobatan HIV-AIDS
• Mengetahui cara-cara pencegahan HIV-AIDS

BAB 3

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai


HIV/AIDS dilakukan melalui kegiatan penyuluhan yang menggunakan metode ceramah dimana
sasaran yang akan diberikan penyuluhan adalah Desa Candinata Kecamatan Kutasari
Purbalingga. Pada kegiatan tersebut juga dilakukan sesi tanya jawab.
Pada kegiatan penyuluhan tersebut akan dijelaskan mengenai pengertian, bahaya
HIV/AIDS, penyebab, gejala, penularan, kelompok yang beresiko terkena HIV/AIDS,
pencegahan dari HIV/AIDS dan usaha yang dilakukan jika terkena AIDS.
HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam tubuh manusia,
yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia dan AIDS (Acguired Immuno–Deviensi
Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan
penyakit dari luar.
Orang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan penular AIDS
selama hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat. AIDS juga dikatakan penyakit
yang berbahaya karena sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang bisa mencegah virus
AIDS. Selain itu orang terinfeksi virus AIDS akan merasakan tekanan mental dan penderitaan
batin karena sebagian besar orang di sekitarnya akan mengucilkan atau menjauhinya. Dan
penderitaan itu akan bertambah lagi akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya AIDS yang lain
adalah menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga serangan penyakit yang biasanya tidak
berbahaya pun akan menyebabkan sakit atau bahkan meninggal.
Sejak pertama seseorang terinfeksi virus HIV, maka virus tersebut akan hidup dalam
tubuhnya, tetapi orang tersebut tidak menunjukkan gejala penyakit namun terlihat betapa sehat,
aktif, produktif seperti biasa. Karena gejala-gejala AIDS tampak setelah + 3 bulan. Adapun
gejala-gejala AIDS itu sendiri adalah :
• Berat badan turun dengan drastis.
• Demam yang berkepanjangan(lebih dari 38º C)
• Pembesaran kelenjar (dileher), diketiak, dan lipatan paha)yang timbul tanpa sebab.

• Mencret atau diare yang berkepanjangan.

• Timbulnya bercak-bercak merah kebiruan pada kulit (Kanker kulit atau KAPOSI
SARKOM).

• Sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan.

• Sariawan yang tidak sembuh-sembuh.


Semua itu adalah gejala-gejala yang dapat kita lihat pada penderita AIDS, yang lama-
kelamaan akan berakhir dengan kematian.
Sebelumnya virus AIDS tidak mudah menular seperti virus influensa. Kita tidak usak
terlalu mengucilkan atau menjauhi penderita AIDS, karena AIDS tidak akan menular dengan
cara – cara seperti di bawah ini :
• Hidup serumah dengan penderita AIDS (asal tidak mengadakan hubungan seksual).
• Bersenggolan atau berjabat tangan dengan penderita.

• Bersentuhan dengan pakaian dan lain-lain barang bekas penderita AIDS.

• Makan dan minum.

• Gigitan nyamuk dan serangga lain.

• Sama-sama berenang di kolam renang

Hal-hal diatas bukan penyebab menularnya AIDS. Penularan AIDS dapat terjadi melalui
cara-cara sebagai berikut:
• Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap HIV
• Transfusi darah yang mengandung virus HIV

• Melalui alat suntik, akupuntur, tato, dan alat tindik yang sudah di pakai orang yang mengidap
virus AIDS

• Hubungan pranatal, yaitu pemindahan virus dari ibu hamil yang mengidap virus AIDS
kepada janin yang dikandungnya.
Kelompok yang mempunyai resiko tinggi tertular AIDS antara lain:
• Mereka yang sering melakukanhubungan seksual diluar nikah, seperti wanita dan pria tuna
susila dan pelanggannya.
• Mereka yang mempunyai bayak pasangan seksual misalnya : Homo seks ( melakukan
hubungan dengan sesama laki-laki ), Biseks ( melakukan hubungan seksual dengan sesama
wanita ), Waria dan mucikari.
• Penerima transfusi darah
• Bayi yang dilahirkan dari Ibu yang mengidap virus AIDS.
• Pecandu narkotika suntikan.
• Pasangan dari pengidap AIDS
Banyak hal yang dilakukan untuk mencegah agar tidak terkena maupun menularkan
penyakit HIV/AIDS tersebut, yaitu:
• Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan dengan satu orang
pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain.
• Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan seksual.
• Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus, hendaknya jangan hamil.
Karena akan memindahkan virus AIDS pada janinnya.

• Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.

• Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus dijamin
sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk mencegah
penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada
seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui seminar-
seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS,
ataupun melalui iklan diberbagai media massa baik media cetak maupun media
elektronik.penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat
mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa
menimbulkan virus AIDS.
Usaha-usaha yang dilakukan jika terinfeksi virus AIDS disebut juga penerapan strategi
pengobatan baru. Dalam pengobatan HIV / AIDS sangat penting mengetahui dinamika HIV,
serta perjalanan penyakit ( patogenesis ) sehingga dapat melakukan tindakan dan pengobatan
tepat waktu.

BAB 4

PELAKSANAAN

4.1. Kegiatan

Penyuluhan masyarakat

4.2 Sasaran

Masyarakat Desa Candinata Kecamatan Kutasari Purbalingga

4.3 Lokasi

Aula Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga


4.4 Waktu

Waktu pelaksanaan : Jumat, 27 Juni 2014

Pukul : 09.00 – 11.00 WIB

4.5 Peserta

Peserta 22 orang.

4.6 Materi

4.6.1 Definisi

HIV adalah singkatan dari Human Imunodeficiency Sindrom yang


selanjutnya dapat menyebabkan imunodefisiensi seperti AIDS dengan cara
menyerang sel lekosit CD4 sehingga dapat merusak kekebalan tubuh penderitanya.
Menurut Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), HIV merupakan singkatan dari
’human immunodeficiency virus’. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-
sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan
macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan
menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan
terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan
mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Jadi, HIV adalah suatu retrovirus
penyebab AIDS sebagai manifestasi akhir yang muncul dari adanya infeksi karena
virus ini dengan cara merusak system kekebalan tubuh penderitanya.
Menurut Robbins, Stanley L., dkk., dalam Buku Ajar Patologi, AIDS adalah
suatu penyakit retrovirus yang disebabkan oleh HIV dan ditandai dengan
imunosupresi berat yang menimbulkan infeksi oportunistik, neoplasma sekunder,
dan manifestasi neurologi. Sedangkan menurut Tuti Parwati dalam buku ajar Ilmu
Penyakit dalam, AIDS didefinisikan sebagai sindrom atau kumpulan gejala
penyakit dengan karakteristik defisiensi imun yang berat, dan merupakan
manifestasi stadium akhir dari infeksi HIV. Antibody HIV memang tidak identik
dengan AIDS karena AIDS harus menunjukkan gejala-gejala penyakit akibat
defisisensi imun seluler. Namun, kebanyakan penderita HIV akan mengalami
AIDS juga. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah AIDS adalah sindroma yang
yang ditandai dengan adanya imunodefisiensi akibat system pertahanan tubuh yang
dirusak oleh virus HIV dan sindroma tersebut dapat berupa neoplasma sekunder,
manifestasi neurologic, dan infeksi opotunistik pada tubuh penderita.
4.6.2 Klasifikasi
Pada tahun 1990, WHO mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi
AIDS dengan memperkenalkan system tahapan utuk pasen yang terinfeksi HIV
namun pada tahun 2005 sistem ini telah diperbaiki. Berikut penejelasannya :
• Stadium I : infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai HIV.

• Stadium II : termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluan


pernafasan atas yang berulang-ulang.

• Stadium II : termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih
dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberculosis.

• Stadium IV : termasuk toksoplasmosis otak; kandidiasis esophagus, trakea,


bronkus atau paru-paru; dan sarcoma Kaposi. Semua penyakit ini adalah
indikator AIDS.
4.6.3 Etiologi
Virus yang menjadi penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV (Human
Immuno-deficiency Virus). Saat ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan
HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh HIV-2
didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran klinis yang hampir
sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan masa sejak mulai infeksi
(masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit lebih pendek.
HIV dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinalis, semen, air mata,
sekresi vagina atau serviks, urine, ASI, dan air liur. Penularan terjadi paling efisien
melalui darah dan semen. HIV juga dapat ditularkan melalui air susu dan sekresi
vagina atau serviks. Tiga cara utama penularan adalah kontak dengan darah dan
kontak seksual dan kontak ibu-bayi. Setelah virus ditularkan akan terjadi
serangkaian proses yang kemudian menyebabkan infeksi.
Gambar 1 dan 2. Anatomi HIV
• Faktor Resiko

Menurut buku Saku Dasar Patologi Penyakit oleh Robbins, Stanley L., di
Amerika Serikat terdapat 5 kelompok resiko, antara lain :
• Pria homoseksual/biseksual. Sekitar 60% kasus AIDS yang dilaporkan (pada
pria homoseksual virus masuk melalui limfosit dalam semen melalui mukosa
rektum yang terluka).

• Pengguna obat intravena (tanpa pengalaman kontak homoseksual). Sekitar 23%


dari seluruh penderita, yang sisebabkan karena penggunaan jarum tercemar dan
paraphernalia.

• Penderita hemophilia. Terutama yang menerima konsentrat factor VIII yang


dikumpulkan dalam jumlah banyak sebelum tahun 1985: 1% kasus.

• Resipien darah/komponen darah (tidak termasuk penderita hemofilia); 2% di


seluruh penderita. Penularan cara ini telah dieliminasi di Amerika Serikat.
Namun, karena beberapa penderita yang serogatif ditemukan, maka resiko kecil
namun pasti kejadian ini masih tetap ada.

• Kelompok resiko yang lain. 6% penderita mendapatkannya melalui kontak


heteroseksual dari kelompok resiko tinggi lainnya. 8 % anak-anak yang
menderita AIDS mempunyai orang tua yang terinfeksi HIV dan mengalami
penularan transplasental atau perinatal.
• Epidemiologi

Dewasa ini dunia tengah mengalami suatu pandemic virus HIV. Pandemic
ini tidak hanya menimbulkan dampak negative di bidang medis, tetapi juga di
bidang social, ekonomi, dan politik. AIDS merupakan masalah global yang penting
dan merupakan masalah yang sangat kompleks karena melibatkan berbagai aspek
kehidupan. Menurut buku Ajar Ilmu Penyakit dalam dalam tulisan tentang AIDS
oleh tuti Purwati Merwati, epdemi HIV dibagi menjadi tiga yaitu :
• Silent epidemi atau epidemic HIV itu sendiri, yang secara diam-diam tanpa
disadari, dana tanpa diketahui terjadi di masyarakat. Dari penelitian
seroarkeologi, ternyata HIV telah ada pada darah beku di Afrika yang
tersimpan sejak tahun 1959.

• Munculnya kasus-kasus AIDS yang terjadi beberapa tahun kemudian. Hal ini
dikarenakan perlu beberapa tahun sebelum seseorang dengan infeksi HIV akan
berkembang cepat pada awal delapan puluhan. Perkembangannya akan terus
berlanjut dalam decade mendatang karena adanya penularan yang baru dan
gejala HIV yang asimtomatik

• Epidemic reaksi masyarakat terhadap masalah HIV dan kasus AIDS, sebagai
akibat adanya kedua epidemi sebelumnya. Hal ini mulai Nampak sekita
pertengahan tahun 80-an, berupa dampak social, ekonomi, psikologi, bahakan
politik.

4.6.6 Cara Penularan

• Penularan Seksual

Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak


antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum,
alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual
reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif
tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada risiko
hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena
HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif. Kekerasan seksual
secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya
tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang
memudahkan transmisi HIV.

• Penyakit menular seksual

• Kontaminasi Patogen Virus melalui Darah


Jalur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik,
penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi
dan menggunakan kembali jarum suntik (syringe) yang mengandung darah
yang terkontaminasi oleh organisme biologis penyebab penyakit (patogen),
tidak hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B
dan hepatitis C. Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum
yang digunakan orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. Post-
exposure prophylaxis dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi risiko
itu. Pekerja fasilitas kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-
lain) juga dikhawatirkan walaupun lebih jarang. Jalur penularan ini dapat juga
terjadi pada orang yang memberi dan menerima rajah dan tindik tubuh.
• Penularan Masa Perinatal
Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in utero)
selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat
persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat penularan dari ibu ke anak selama
kehamilan dan persalinan adalah sebesar 25%. Namun demikian, jika sang ibu
memiliki akses terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan cara
bedah caesar, tingkat penularannya hanya sebesar 1%. Sejumlah faktor dapat
memengaruhi risiko infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan
(semakin tinggi beban virus, semakin tinggi risikonya). Menyusui
meningkatkan risiko penularan sebesar 4%.
4.6.7 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang muncul sesuai dengan tahap-tahap perkembangan
virus HIV. Gejala ini sesuai dengan menurunnya tingkat CD4 di peredaran darah
perifer dan makin melemahnya tingkat imunitas tubuh. Penyakit yang ditimbulkan
akan lebih sulit diatasi jika sebelumnya penderita penderita telah menderita
penyakit tersebut dan diperparah dengan HIV. Misalnya, seseorang terserang sifilis
terlebih dahulu sebelum terinfeksi HIV, maka gejala yang ditimbulkan oleh
penyakit sifilis akan makin parah dan mempercepat terjadinya proses infeksi.
Manifestasi klinis dapat terbagi menjadi 2, yaitu gejala mayor dan gejala
minor, sebagai berikut:
• Gejala Mayor:
• Berat badan turun lebih dari 10% dalam waktu 1 bulan
• Diare kronis selama lebih dari 1 bulan
• Demam > 38°C dalam waktu lebih dari 1 bulan.
• HIV ensephalopati
• Gejala Minor:
• Batuk pneumonia atau tuberculosis
• Candidiasis oral sampai orofaring
• Dermatitis, herpes simpleks, herpes zoster
• Hemoglobin menurun
• Demensia, gangguan mental
• Penyakit kelamin
• Infeksi oportunistik

4.6.8 Pencegahan Penularan HIV/AIDS


Dengan mengetahui cara penularan HIV, maka akan lebih mudah melakukan

langkah-langkah pencegahannya. Secara mudah, pencegahan HIV dapat dilakukan

dengan rumusan ABCDE yaitu:

A= Abstinence, tidak melakukan hubungan seksual atau tidak melakukan hubungan

seksual sebelum menikah

B= Being faithful, setia pada satu pasangan, atau menghindari berganti-ganti pasangan

seksual

C=Condom, bagi yang beresiko dianjurkan selalu menggunakan kondom secara benar

selama berhubungan seksual

D= Drugs injection, jangan menggunakan obat (Narkoba) suntik dengan jarum tidak

steril atau digunakan secara bergantian

E= Education, pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang hal-hal yang berkaitan

dengan HIV/AIDS

Dengan semakin meningkatnya kasus HIV/AIDS diperlukan kesiapan para

tenaga kesehatan untuk memberikan bantuan dan pelayanan pada pasien-pasien

HIV/AIDS. Disisi lain, dengan kemajuan ilmu dan tehnologi di bidang kesehatan,

HIV/AIDS yang tadinya merupakan penyakit progresif yang mematikan bergeser

menjadi penyakit kronis yang bias dikelola. Meskipun belum ditemukan obat yang

bisa membunuh virus HIV secara tuntas, dengan ditemukannya obat antiretroviral,

para penderita HIV/AIDS bisa lebih meningkat usia harapan hidupnya. Hal ini

tentunya harus didukung oleh upaya perawatan yang adekuat agar tercapai kualitas

hidup yang optimal.

4.6.9 Prognosa
Prognosa penderita HIV/AIDS menurut Buku Saku Dasar Patologi
Penyakit oleh Satanley L. Robbins adalah jika tidak diobati, penderita AIDS akan
meninggal dalam waktu kira-kira 20 bulan; jika diobati dengan baik akan dapat
bertahan lebih lama. Sumber lain menyebutkan median survival penyakit AIDS
adalah antar 1-2 tahun untuk Negara maju dan 1 tahun untuk Negara berkembang.

• Metode dan teknik


Tatap muka, penyuluhan dan diskusi

• Media saluran komunikasi


Power Point, Pembagian Pamflet

BAB 5

KESIMPULAN

• Monitoring

Monitoring dilakukan dengan memberikan sesi tanya jawab dalam penyuluhan. Dari

masyarakat yang hadir, terdapat 4 orang penanya.

Pertanyaan pertama:

Apakah HIV dapat diobati? Pada Ibu hamil yang mengidap HIV apalah dapat menularkan

kepada janin yang dikandungnya? Langkah apa yang diambil pada ibu hamil guna

mencegah HIV?

Pertanyaan kedua:
Mengingat banyak issue yang ada di masyarakat, apakah benar binatang tokek dapat

mengobati HIV-AIDS? Usaha apa yang sudah dilakukan pelayanan kesehatan termasuk

Puskesmas untuk mengurangi tingkat kejadian HIV-AIDS?

Pertanyaan ketiga:

Apakah tes HIV dapat dilakukan di tingkat Puskesmas?

• Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan memberikan umpan balik pertanyaan secara lisan atau

kualitatif pada masyarakat.

• Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penyuluhan ini adalah HIV AIDS

merupakan penyakit yang sangat mematikan yang dapat menular dengan mudah melalui

darah dan sekret. Sehingga, HIV AIDS harus dicegah dengan mengeliminisis sumber

penularannya. Hal ini sangat penting diketahui masyarakat mengenai tanda, gejala,

pengobatan serta pencegahannya.

• Saran

Diharapkan dengan adanya penyuluhan ini, masyarakat dapat mencegah terjadinya

penularan HIV AIDS dan menjauhi segala hal yang dapat memicu terjadinya penularan

penyakit tersebut. Kedepannya agar kegiatan ini dapat terus dilaksanakan.


DAFTAR PUSTAKA

Boshoff, C. and Weiss, R. (2002). "AIDS-related malignancies". Nat. Rev. Cancer 2 (5): 373–
382. PubMed.
Dedi, Setiyadi Abang. 2011. Laporan kasus penyakit HIV/AIDS. Pontianak: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Yayasan Rumah Sakit Islam Pontianak.
Ditjen PP & PL Kemenkes RI. 2011. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Dilapor s/d Juni
2011. Online. (http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf. Diakses 12 Mei 2014)
Doengoes, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan
Ni Made S, EGC, Jakarta
Majalah Farmacia Edisi Desember 2006 , Vol 6 No. 5, Halaman: 30 (2787 hits) ARV :
Tumpuan Penderita HIV. Online (http://www.majalah-
farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=379 diakses 12 Mei 2014)
Mansjoer, Arif,dkk. Kapita Selecta Kedokteran FKUI. 2000. Jakarta: EGC
Rasmaliah. 2001. Epidemiologi HIV/AIDS dan Upaya Penanggulangannya. Fakultas Kesehatan
Masyarakat: Universitas Sumatra Utara
Sherwood. L. Fisiologi Manusia. edisi 2. Alih bahasa : Pendit. B.U. Jakarta : EGC. 2001.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan medical bedah Ed 8. Jakarta: EGC
UNAIDS (2006). "Overview of the global AIDS epidemic" (PDF). 2006 Report on the global
AIDS
epidemic.online(http://data.unaids.org/pub/GlobalReport/2006/2006_GR_CH02_en.pd
f. Diakses pada 12 Mei 2014)
WHO.2008. EPIDEMI HIV DAN AIDS DI DUNIA DAN INDONESIA.
online.(http://pmtct.bikinsitus.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=5
5 Diakses 12 Mei 2014)

Pelaksanaan Penyuluhan mengenai HIV-AIDS

NO TAHAPAN PENYULUHAN PESERTA


1 Pembukaan • Mengucapkan salam • Membalas salam
( 10 menit ) • Sambutan dari Kepala • Memperhatikan
Puskesmas Kutasari penjelasan
• Perkenalan para penyuluh
• Mengemukakan tujuan
penyuluhan
2 Materi • Menjelaskan tentang HIV- • Menyimak dan
( 20 menit ) AIDS melalui Power Point memperhatikan
• Membagikan brosur penjelasan yang
diberikan

3 Tanya • Menjawab pertanyaan yang • Mengajukan


Jawab diajukan peserta pertanyaan tentang
( 50 menit ) • Memberikan pertanyaan hal – hal yang
kepada peserta penyuluhan belum dimengerti
• Menjawab
pertanyaan yang
diajukan
4 Penutup • Memberikan kesimpulan dari • Memperhatikan
(3 menit ) yang sudah dijelaskan penjelasan
• Mengucapkan salam dan • Membalas salam
terima kasih

DOKUMENTASI ACARA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai