Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-6 1

Perencanaan Diaphragm Wall untuk Basement


Apartemen The East Tower Essence on
Darmawangsa
Nurfrida Nashira R., Indrasurya B. Mochtar, Musta’in Arif
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: indrasurya@ce.its.ac.id

untuk menjaga kestabilan tanah dan mencegah keruntuhan


tanah di samping basement tersebut. Diaphragm wall
Abstrak—Dalam perencanaan pembangunan sebuah merupakan salah satu jenis dinding penahan tanah yang telah
gedung apartemen, diperlukan lahan parkir yang cukup luas. digunakan sebagai elemen struktural utama suatu bangunan.
Namun, penggunaan lahan secara horizontal tidak
memungkinkan karena keterbatasan lahan. Oleh karena itu,
dibutuhkan solusi berupa pembangunan secara vertikal ke atas II. METODOLOGI
maupun ke bawah tanah berupa penggunaan basement untuk Metodologi Tugas Akhir ini yaitu perencanaan diaphragm
hal tersebut.Hal inilah yang juga menjadi permasalahan bagi wall basement apartement East Tower terdiri dari beberapa
pembangunan apartemen “The Essence on Dharmawangsa”. tahap antara lain pengumpulan data data gambar denah
Dalam perencanaan awal, akan dibangun 5 tower apartemen
basement dan struktur atas apartement East Tower, data tanah,
secara bertahap. Pada pembangunan tahap awal, yaitu The
South, dibangun apartemen setinggi 36 lantai dengan 2 lantai serta data perhitungan struktur gedung apartemen East Tower.
basement sedalam 10,7 meter. Namun, ternyata kebutuhan lahan Kemudian dilakukan analisa data tanah dengan beberapa
parkir tersebut masih kurang mencukupi bagi penghuni dan tabel korelasi yang tercantum pada Tugas Akhir Penulis [1]
pengunjung apartemen. Sehingga, untuk pembangunan tahap dan asumsi pembebanan yang terjadi antara lain beban mati
kedua yaitu The East, akan dibangun dengan jumlah lantai yang (berat struktur secara komplit dan tekanan tanah) serta beban
sama namun dilakukan penambahan lantai basement 3 lantai hidup dari kendaraan yang lewat di sekitar basement
sehingga kedalamannya menjadi 13,5 meter untuk diasumsikan 1 t/m2.
mengakomodasi kebutuhan lahan parkir untuk The East dan Preliminary desain Diaphragm Wall berdasarkan asumsi
The South. Tujuan utama dari pembuatan Tugas Akhir ini
pembebanan I, dapat diketahui asumsi awal dimensi dan
adalah untuk merencanakan pembangunan dinding diafragma
dari basement Apartement The East Essenece on Darmawangsa kedalaman Diaphragm Wall.
ini. Dari desain yang dilakukan, diperoleh ketebalan dinding 0,8 Lalu dilakukan empat tahap pembebanan dan kontrol
m dengan kedalaman 30 m. Adapun metode konstruksi yang bukaan untuk tiap kedalaman bukaan 4,5 m, 7,5 m, 10,5 m,
dipakai adalah Top-down Construction. Dimana pembangunan dan 13,5 m.
pelat lantai dimulai dari lantai dasar ke bawah hingga lanta Setelah didesain melalui empat tahapan bukaan, dilakukan
basement 3. Penggalian dilakukan secara bertahap dengan pelat kontrol akhir Diaphragm Wall yaitu kontrol lendutan, momen
lantai sebagai strut. yang terjadi, kontrol uplift pressure serta bearing capacity.
Membuat metode konstruksi untuk pembangunan dinding
Kata Kunci : basement, diaphragm wall, top down construction
penahan tanah basement ini. Kemudian menuangkan hasil
perencanaan ke dalam bentuk gambar menggunakan program
I. PENDAHULUAN autocad. Langkah akhir adalah membuat kesimpulan dan saran

P embangunan Apartemen “Essence on Darmawangsa”


terdiri dari beberapa tower. Pembangunan tower pertama
yaitu The South Tower menggunakan 1 lantai semi-basement
sebagai penutup dari Tugas Akhir.
Penjelasan lengkap tentang Metodologi dapat dilihat pada
buku Tugas Akhir penulis [1].
dan 2 lantai basement sebagai lahan parkir. Namun, hal ini
dirasa belum mencukupi kebutuhan lahan parkir bagi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengguna dan pengunjung apartemen. Oleh karena itu, pada
pembangunan tahap kedua yaitu The East Tower, penggunaan A. Data dan Analisa Parameter Tanah
lantai basement ditambah menjadi 1 lantai semi-basement dan Data Tanah
3 lantai basement. Terdapat 3 borehole yang tersedia yaitu BH-4, BH-5, dan
Untuk perencanaan basement tersebut, diperlukan BH-6. Gambar Plot NSPT dan versus kedalaman tanah serta
struktur yang bisa menahan gedung setinggi 36 lantai tersebut profil tanah terdapat pada [1].
dan menjadi dinding penahan tanah bagi basement sedalam Data tanah tersebut terangkum dalam Tabel 1 di bawah
13,9 meter. Sehingga perlu diperhatikan aspek geoteknik ini:
mengenai konstruksi dinding penahan tanah dan aspek
strukturnya. Konstruksi dinding penahan tanah ini digunakan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2

Tabel 1. Gambar 2. Koefisien tanah dengan harga maksimum dan minimum


Rangkuman Data Tanah dari Hasil SPT dibandingkan dengan defleksi
Asumsi Pembebanan Tanah Horizontal
NILAI SPT Untuk mencari pendekatan defleksi yang terjadi sehingga
KEDALAMAN JENIS TANAH
RATA-RATA mendekati kondisi asli, digunakan asumsi tekanan tanah
0-10 m Lempung berlanau 4 horizontal dengan rumus:
10-12 m
12-17 m
Lanau berlempung
Lanau berlempung
15
25
σ hi = σ 'vi .K oi + k s .x
17-39 m Pasir berkerikil >50 dimana:
39-55 m Lempung / Lanau 32 σ hi = Tegangan efektif arah horizontal pada tiap kedalaman
Analisa Parameter Tanah dapat dilihat pada [1]. Data (t/m2)
tersebut terangkum pada Tabel 3. σ vi = Tegangan efektif arah vertikal pada tiap kedalaman
B. Analisa Data Pembebanan (t/m2)
Beban yang bekerja pada Diaphragm Wall terdiri dari 2 K oi = Koefisien tanah lateral pada kondisi at rest
jenis yaitu: ks = Konstanta Spring yang nilainya berdasarkan pada
a. Beban luar : berupa beban yang bekerja pada jenis tanah (Modulus of soil reaction) (t/m3)
Diaphragm Wall yang berasal dari luar akibat proses x = Asumsi defleksi arah lateral (m), bernilai positif (+)
konstruksi yang diasumsikan berupa beban lalu-lintas dan alat- apabila dinding mendorong menuju arah tanah,
alat berat yang bekerja sebesar 1 t/m2. sebaliknya bernilai negative (-) apabila dinding
b. Beban dalam : berupa beban yang bekerja pada menjauhi tanah.
Diaphragm Wall yang berasal dari dalam tanah berupa
tegangan tanah aktif dan pasif serta tegangan air tanah. Untuk korelasi antara jenis tanah dan besarnya nilai
konstanta spring dapat dilihat pada [3]. Data tersebut
C. Perencanaan Dinding Diafragma
terangkum dalam Tabel 2.
Umum Tabel 2.
Pada perhitungan dinding diafragma, asumsi untuk Rangkuman Konstanta Spring untuk Tiap Lapisan Tanah
tekanan tanah arah horizontal baik pada kondisi aktif maupun
pasif umumnya yang digunakan adalah pada kondisi Kedalaman qc qc Konsistensi Kepadatan ks
maksimum. Padahal, pada kenyataan di lapangan, kondisi (m) (kg/cm2) (kPa) Tanah Tanah (t/m3)
maksimum pada tekanan arah horizontal tersebut belum tentu
terjadi, terutama pada kondisi pasif. Hal ini disebabkan oleh 0-10 5 500 Lunak (soft) 3600
adanya kaitan antara tekanan tanah arah horizontal dengan 10-12 20 2000 Kaku (stiff) > 4800
defleksi yang terjadi, seperti digambarkan oleh [2] pada Sangat Kaku
Gambar 2 berikut: 12-17 30 3000 > 4800
(very stiff)
Sangat padat
17-39 12800
(very dense)
39-55 >40 4000 Keras (hard) > 4800

Tegangan tanah arah horizontal memiliki nilai maksimum


dan nilai minimum yang diasumsikan merupakan tegangan
tanah pada saat kondisi aktif dan pasif. Besarnya tegangan
arah horizontal pada kondisi aktif dan kondisi pasif dapat
diketahui dengan rumus [4]:

Tabel 3.
Rangkuman Data Tanah

Kedalam- NSPT Perkiraan γsat γunsa Kondisi Cu qc Es


Jenis Tanah Rd ν Konsistensi
an (m) rata2 Harga ɸ (0) (t/m3) t Kepadatan (t/m2) (t/m2) (t/m2)
(t/m3)
0-10 Lempung berlanau 4 0 1,6 1,3 2,5 50 0,3 200 Lunak (soft)
10-12 Lanau berlempung 15 0 1,8 1,6 10 200 0,3 700 Kaku (stiff)
0,3 3000 Sangat Kaku
12-17 Lanau berlempung 25 0 2,0 1,8 16,7 300
(very stiff)
Sangat rapat 0,2 8000
17-39 Pasir berkerikil >50 41 2,25 2,0 90% -
(very dense)
39-55 Lempung / Lanau 32 40 2,0 1,8 >20 >400 0,35 700 Keras (hard)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3

Tegangan tanah arah horizontal pada kondisi aktif: Asumsi Defleksi Awal Kondisi D
σ h min i = σ 'vi .K ai − 2c K ai Defleksi (m)
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0006 0.0007
Tegangan tanah arah horizontal pada kondisi pasif: 0

σ h max i = σ 'vi .K pi − 2c K pi
5
Maka untuk mendapatkan asumsi defleksi dinding
diafragma yang mendekati defleksi dinding pada kondisi asli,
10
harus diperhitungkan besarnya tegangan horizontal di setiap
titik yang mempunyai batasan sebagai berikut:
a. σh < σh min, maka σh = σh min 15

b. σh > σh max, maka σh = σh max


Dengan asumsi defleksi yang telah ditentukan, maka 20

Kedalaman (m)
dapat diketahui pendekatan tegangan arah horizontal pada tiap
titik dinding diafragma yang mendekati kondisi aslinya.
25
Asumsi defleksi yang terjadi pada titik regangannya tidak
boleh melebihi 0,0015 m [5].
30

Tahap Perhitungan Dinding Diafragma


35

Langkah pengerjaan untuk mencari tegangan arah


horizontal tiap titik terbagi menjadi tahap sebelum konstruksi 40
dan tahap sesudah konstruksi, berikut ini adalah kondisi
sebelum konstruksi dimana dengan adanya sheet pile
45
menyebabkan tidak adanya tekanan air di bagian luar dari
dinding sebagai berikut:
a. Kondisi A : kondisi galian mencapai kedalaman 4.5 Gambar 3. Asumsi Defleksi Awal Kondisi D
m dan pada elevasi 0 m diberi penyangga berupa
pelat lantai. Asumsi Defleksi Akhir Kondisi D
b. Kondisi B : kondisi galian mencapai kedalaman 7.5
Defleksi (m)
m dan pada elevasi 0 m dan 4.5 m diberi penyangga 0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0006 0.0007 0.0008
0
berupa pelat lantai.
c. Kondisi C : kondisi galian mencapai kedalaman
10.5 m dan pada elevasi 0 m, 4.5 m, dan 7,5 m diberi 5

penyangga berupa pelat lantai.


d. Kondisi D : kondisi galian mencapai kedalaman 10

13.5 m dan pada elevasi 0 m, 4.5 m, 7,5 m,dan 10.5


m diberi penyangga berupa pelat lantai.
15
Langkah perhitungan detail dapat dilihat pada [1]. Hasil
akhir perhitungan pada kondisi D adalah sebagai berikut:
20
Kedalaman (m)

25

30

35

40

45

Gambar 4. Asumsi Defleksi Akhir Kondisi D


JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4

Tabel 4.
Hasil cek regangan dinding diafragma pada Kondisi D
(tebal dinding 0,8 m)

KEDALAMAN DEFLEKSI REGANGAN


REGANGAN KONTROL
(m) (m) IJIN
0 0 0.00008 0.0015 OK
0.5 0.00004 0.000079 0.0015 OK
1.5 0.000119 0.000076 0.0015 OK
2.5 0.000195 0.000072 0.0015 OK
3.5 0.000267 0.000071 0.0015 OK
4.5 0.000338 0.000064 0.0015 OK
5.5 0.000402 0.0000454 0.0015 OK
6.5 0.000447 0.0000454 0.0015 OK
7.5 0.000493 4.54E-05 0.0015 OK
8.5 0.000538 0.0000454 0.0015 OK
9.5 0.000584 0.0000454 0.0015 OK
10.5 0.000629 0.000031 0.0015 OK
11.5 0.00066 0.000012 0.0015 OK
12.5 0.000672 -1E-05 0.0015 OK
13.5 0.000662 -0.000036 0.0015 OK
14.5 0.000626 -5.7E-05 0.0015 OK
15.5 0.000569 -7.3E-05 0.0015 OK
16.5 0.000496 -0.000083 0.0015 OK
17.5 0.000413 -0.000079 0.0015 OK
18.5 0.000334 -0.000068 0.0015 OK
19.5 0.000266 -0.000055 0.0015 OK
20.5 0.000211 -0.000038 0.0015 OK
21.5 0.000173 -0.000024 0.0015 OK
22.5 0.000149 -0.000013 0.0015 OK
23.5 0.000136 -4E-06 0.0015 OK
24.5 0.000132 1E-06 0.0015 OK
25.5 0.000133 5E-06 0.0015 OK
26.5 0.000138 6E-06 0.0015 OK
27.5 0.000144 7E-06 0.0015 OK
28.5 0.000151 5E-06 0.0015 OK
29.5 0.000156 2E-06 0.0015 OK
30.5 0.000158 -2E-06 0.0015 OK
31.5 0.000156 -7E-06 0.0015 OK
32.5 0.000149 -0.000014 0.0015 OK
33.5 0.000135 -0.00002 0.0015 OK
34.5 0.000115 -0.000026 0.0015 OK
35.5 0.000089 -0.000031 0.0015 OK
Gambar 5. Momen yang bekerja pada Kondisi D
36.5 0.000058 -0.000031 0.0015 OK (dalam tm)
37.5 0.000027 -0.000022268 0.0015 OK
38.5 4.73E-06 -0.000009464 0.0015 OK
39 0 0 0.0015 OK

Perhitungan Daya Dukung Dinding Diafragma


Tabel 5. Hasil perhitungan gaya total dinding diafragma pada Kondisi D (tebal
dinding 0,8 m)
Perhitungan daya dukung dinding diafragma menggunakan
KEDALAMAN σ' h final aktif σ' h final pasif σ' h final Momen final rumusan berdasarkan [6] sebagai berikut:
(m) (t/m') (t/m') (t/m') (tm)
0 0.000 0.000 0.000 0.000
Qu = Qp + Qs
0.5 1.235 0.000 1.235 -1.289 Dimana :
1.5 1.805 0.000 1.805 -2.777
2.5 2.375 0.000 2.375 -2.888 Qu = Beban total
3.5 2.945 0.000 2.945 -1.324 Qp = Beban yang terjadi pada ujung pondasi
4.5 3.515 0.000 3.515 -5.350
5.5 4.085 0.000 4.085 -7.078 Qs = Beban yang terjadi akibat friksi dengan tanah
6.5 4.655 0.000 4.655 -6.169
7.5 5.225 0.000 5.225 -6.590
Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan Qu dinding
8.5 5.795 0.000 5.795 -3.617 dengan ketebalan 0,8 m dan kedalaman 30 m adalah 1167.672
9.5 6.365 0.000 6.365 3.170
10.5 7.030 0.380 6.650 -8.738
serta gaya yang bekerja sebesar 454 ton, maka didapatkan
11.5 7.790 1.140 6.650 -16.636 safety factor:
12.5 8.645 1.995 6.650 -19.915
13.5 9.595 2.945 6.650 -21.008 Qu
14.5 10.545 3.895 6.650 -18.863 = SF
15.5
16.5
11.495
12.445
4.845
5.795
6.650
6.650
-14.569
-7.583
P
17.5 2.960 2.131 0.828 2.797
1167.672
18.5
19.5
3.230
3.500
2.513
2.895
0.716
0.604
9.159
12.399
= 2.57
20.5 6.243 3.277 2.965 13.279 454
21.5 6.690 3.660 3.030 12.107
22.5 7.137 4.042 3.095 -5.517
23.5 7.584 4.424 3.160 9.941 Perhitungan Tulangan
24.5 8.031 4.806 3.225 7.482
25.5 8.478 5.188 3.290 5.138
26.5 8.925 5.570 3.355 3.096 Mutu beton (f’c) : 30 MPa
27.5 9.372 5.952 3.420 1.393
28.5 9.820 6.334 3.485 -0.024 Mutu baja (fy) : 400 MPa
29.5
30.5
10.267
10.714
6.717
7.099
3.550
3.615
-1.251
-2.383
β = 0.8
31.5 11.161 7.481 3.680 -3.477 0.85. fc'.β 600
32.5 11.608 7.863 3.745 -4.522 ρbal = ×
33.5
34.5
12.055
12.502
8.245
8.627
3.810
3.875
-5.401
-5.869
fy 600 + fy
35.5 12.949 9.009 3.940 -3.767
0.85.30.0.85 600
36.5 13.397 9.391 4.005 0.124 = × = 0.033
37.5
38.5
13.844
14.291
9.774
10.156
4.070
4.135
7.007
17.732 400 600 + 400
ρmax = 0,75 x ρbal = 0,75 x 0,033 = 0,02475
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5

Syarat : ρmin < ρperlu < ρmaks , maka dipakai ρmin


fc' 30
ρmin = = =0.0034 Asperlu = ρ . b. d = 0,0034 x 1000 x 768 = 2611,2 mm2
4 fy 4 × 400 Dipasang tulangan Ø24 mm – 130 (As = 2714,34 mm2)
ρsusut = 0.0018
fy 400 Kontrol Kekuatan
faktor suhu = m = = = 15.6863
0.85 × fc 0.85 × 300 ρ = As pakai = 2714,34 = 4,418x10-3 > ρmin ... ok
Perhitungan penulangan pelat arah X pada tumpuan b×d 800 × 768
sama dengan pada lapangan namun letak tulangan tariknya a= As × fy 2714,34 × 400
berbeda. Pada derah lapangan, letak tulangan tarik di bawah = = 53.222
0.85 × f ' c × b 0.85 × 30 × 800
sedangkan pada daerah tumpuan, letak tulangan tariknya
berada di atas. Tulangan direncanakan menggunakan Ø24 mm Mu = ØAs.fy  d − a  = 0.8 x 2714,34 x 400 (768-53.222/2)
(As = 452.389 mm2)  2
= 643.962.181,8 Nmm > MIx = 248.462.675,4 Nmm (ok)
Penulangan Arah X Tulangan tersebut mengalami leleh pada kondisi beban
643.962.181,8 Nmm.
Mu = 248.462.675,4 Nmm
Kontrol Uplift terhadap Struktur Basement
b = 800 mm
decking = 20mm Adanya beban uplift dan air tanah dapat membahayakan
dx = t – decking – 0.5 d tul. = 1000 – 20 – 0.5.24 = 968 mm basement akibat beban angkat keatas karena dapat
mempengaruhi kestabilan struktur basement terutama pada
Mu 248462675.4
Rn = = = 0.663 saat pembangunan pelat paling dasar sudah selesai. Untuk
φ .B.dx 2
0.5 × 800 × 968 2 itu perlu dilakukan analisa kesetimbangan beban antara
ρ = uplift dengan beban gedung dengan rumus:
1 2.Rn.m  = 1  2.0,663.15,86 

= 1,68x10-3
1 − 1 −  1− 1−
m  fy  15.86  400 

Qu
Fuplift – Wstruktur < , dengan SF=3
Syarat : ρmin < ρperlu < ρmaks , maka dipakai ρmin SF
Asperlu = ρ . b. d = 0.0034 x 1000 x 968 = 3291.2 mm2 Untuk perhitungan kontrol terhadap uplift muka air tanah
Dipasang tulangan Ø24 mm – 125 (As = 3619.114 mm2) yang diambil adalah muka air paling kritis yaitu pada elevasi 0
m sebagai berikut:
Kontrol Kekuatan Fu = γ w .hw . Apelat = 1 x 13,6 x 1409,911 = 19.174,79 ton
Sedangkan untuk berat struktur basement sendiri adalah:
As pakai
3619.114 Wstrukturtot = Wdinding + Wbored pile + Wpelat x 4 + Wpelat 13,6m
ρ= = = 3.739 × 10 −3 > ρmin ... ok = 11317.98
b × d 1000 × 968 Fuplift – Wstruktur = 19.174,79 – 11.317,982
Qu tot = 26.997,53 + 1.950 = 28.947,53
As × fy 3619.114 × 400 Fuplift – Wstruktur < Qu
a= = = 56.77
0.85 × f ' c × b 0.85 × 30 × 1000 SF
7.856,81 < 9.649,177 ... OK
Mu = ØAs.fy  d − a  = 0.8 x 3619.114 x 400 (968-56.77/2)
 2
Kontrol terhadap Bahaya Penurunan
= 1.088.183.616 Nmm > MIx = 248.462.675,4 Nmm (ok) Kontrol terhadap bahaya penurunan adalah kontrol
Tulangan tersebut mengalami leleh pada kondisi beban terhadap penurunan yang terjadi akibat berat struktur yang
1.088.183.616 Nmm membebani tanah sehingga tanah memampat. Kontrol dapat
dihitung dengan menghitung selisih antara berat struktur
Penulangan Arah Y basement dengan berat tanah yang dipindahkan.
W tanah yang dipindahkan = 57.524,37 ton
Mu = 248.462.675,4 Nmm Wstruktur = 11.317,982
W tanah yang dipindahkan > W struktur
b = 1000 mm 57.524,37 > 11.317,982 .... OK
decking = 20mm
dx = t – decking – 0.5 d tul. = 800 – 20 – 0.5 . 24 = 768 mm IV. KESIMPULAN/ RINGKASAN
Mu 248462675.4
Rn = = = 0.842 Menurut hasil perhitungan dan analisa geoteknik maupun
φ .B.dx 2
0.5 × 1000 × 768 2 struktur yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
  kesimpulan, antara lain:
ρ = 1 1 − 1 − 2.Rn.m  = 1 1 − 1 − 2.0,842.15,86  1. Beban yang terjadi pada dinding diafragma wall ini
m  fy  15.86  400 
 berupa beban merata kendaraan, tegangan horizontal
= 2,143x10-3
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6

tanah kondisi at rest dan dibatasi oleh tegangan


horizontal tanah minimum dan maksimum.
2. Dinding diafragma direncanakan dengan ketebalan 0,8
m dan kedalaman 30 m dari permukaan tanah.
3. Pondasi yang digunakan adalah bore pile dengan
diameter 1 m dengan kedalaman pemancangan 20 m
dari dasar lantai basement.
4. Berdasarkan kontrol yang dilakukan antara lain kontrol
uplift, kontrol seapage, kontrol settlement, dinding
diafragma tersebut telah memenuhi persyaratan.
5. Metode konstruksi yang digunakan adalah top down
construction dengan 4 tahap bukaan yaitu pada
kedalaman 4,5 m, 7,5 m, 10,5 m, dan 13,5 m dengan
penggunaan dewatering untuk menurunkan muka air
tanah pada konstruksi basement tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Nurfrida Nashira Ramadhanti, Perencanaan Dinding Diafragma untuk
Basement Apartemen The East Tower Essence on Darmawangsa , belum
dipublikasikan.
[2] P. Monaco & S. Marchetti, Evaluation of The Coefficient of Subgrade
Reaction for Design of Multipropped Diaphragm Walls from DMT
Moduli, Italy (2011)
[3] J.E.Bowles, Analytical and Computer Methods in Foundation
Engineering, USA (1989)
[4] Braja M. Das, Principles of Foundation Engineering, Stanford (2007)
[5] Naval Facilities Engineering Command, Foundation & Earth Strucutre
Design Manual 7, (1986)

Anda mungkin juga menyukai