Mind Mapping Hoax
Mind Mapping Hoax
Penanganan terhadap maraknya berita hoax, harus dimulai dari masyarakat sendiri, dengan cara
mengatahui dan memahami ilmu komunikasi dengan benar. Sehingga dapat menidentifikasi pesan
komunikasi mana yang perlu disebarluaskan dan pesan komunikasi mana yang tak perlu disebarluaskan
agar tidak terjadi kesalahan secara massif pada masyarakat.
Berita hoax muncul di masyarakat dan media social dengan berbagai jenis tujuan. Tujuannya bisa
bercanda, ingin menegatifkan sasaran tertentu bahkan dipakai dalam dunia politik seperti yang saat ini
terjadi di Indonesia.
When
Kata HOAX sendiri muncul pertama kali dari sebuah film yang berjudul THE HOAX. THE HOAX adalah
sebuah film drama Amerika 2006 yang disutradarai oleh Lasse Hallstrom yang diskenario oleh William
Wheeler. Film ini dibuat berdasarkan buku dengan judul yang sama oleh Clifford Irving dan berfokus
pada biografi Irving sendiri,serta Howard Hughes yang dianggap membantu Clifford Irving. Banyak
kejadian yang diuraikan Irving dalam bukunya yang diubah atau dihilangkan dari film.
Sejak pertengahan tahun 2014 secara berangsur-angsur meningkat, masyarakat dihebohkan dengan
munculnya banyak sekali informasi- informasi di media sosial yang bersifat hoax. Gelombang
mengemukanya fenomena berita-berita hoax, berita yang diada-adakan alias palsu di berbagai media,
terutama media sosial terjadi pada tahun 2016 lalu. Saking menonjolnya berita hoax, banyak yang
berspekulasi bahwa kita hidup dalam masyarakat di mana kejujuran bertindak dan kejernihan berpikir
telah hilang. Sebaliknya, saling tidak percaya dan curiga menjadi sesuatu yang wajar
Fenomena berita hoax tidak bisa dianggap sepele. Banyak peristiwa- peristiwa tragis dan dahsyat terjadi
di dalam sejarah manusia dipicu atau diperparah oleh produksi dan penyebaran berita hoax. Ambil
contoh pembantaian manusia terbesar dalam sejarah dunia modern, yakni pembantaian kaum Yahudi di
Eropa oleh rezim fasis nazi-Hitler di Jerman pada dekade 1930an dan awal 1940an. Kala itu, Hitler dan
nazi-nya menyebarkan berita bahwa penyebab kekalahan dan dekadensi bangsa Jerman adalah akibat
perbuatan orang-orang Yahudi yang rakus dan tidak bermoral. Hasil dari propaganda itu, jutaan orang
Yahudi dibantai yang disusul dengan Perang Dunia II
Berita Hoax saat ini menyebar begitu banyak karena kebebasan dalam bermedia social. Sehingga orang
mudah untuk mempublikasikan hal-hal yang bersifat minim informasi sekalipun.
Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat jg masih rendah sehingga komunikasi yang berdasarkan nalar
yang bisa menangkal Hoax sulit dihindari. Kemudian juga nilai budaya tidak di terapkan dalam bermedia
social saat ini sehingga orang tidak lagi peduli siapa orang yang akan menerima informasi itu.
Masyarakat harus mau belajar dan memahami komunikasi dan budaya, karena keduanya sangat penting
dan bermanfaat bagi masyarakat. Di mana, agar masyarakat mampu memahami informasi yang diterima
atau disebar luaskan ke orang lain atau ke publik. Etika komunikasi sebagaimana terpaparkan dalam
pembahasan di atas memberikan rambu-rambu dan juga petunjuk yang positif kepada seseorang dalam
melakukan komunikasi baik secara individu maupun komunikasi massa dan ke public
Dengan belajar dan memahami budaya di mana masyarakat berada, baik secara individu maupun
kelompok akan dapat memiliki rasa tepo seliro, unggah-ungguh, andap ashor, rasa tanggung jawab dan
lain-lain sesuai budaya ketimuran. Dimana pada dasarnya manusia menciptakan budaya, kebiasaan-
kebiasaan dan tradisi-tradisi agar untuk terus di hidupkan dan berkembang guna terwariskan turun
temurun kepada generasi berikutnya. Pewarisan budaya ini dimaksudkan sebagai bekal generasi
penerus dan penyeimbang baginya dalam melakukan komunikasi dan penggunaan media sosial agar
tetap memegang teguh nilai-nilai moral supaya tetap terjaganya ketentraman, kenyamanan dan
keharmonisan dalam masyarakat
Mungkin pertanyaan ulang akan terjadi, mengapa masyarakat harus belajar dan memahami perihal
komunkasi terutama etika komunikasi. Jawabannya jelas, karena yang pertama, media sosial
mempunyai kekuasaan dan efek yang dasyat pengaruhnya terhadap publik; Kedua, dengan mengetahui
ilmu komunikasi maka akan terjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab;
ketiga, untuk menghindari sedapat mungkin dampak negatif dari logika instrumental, di mana logika ini
cenderung mengabaikan nilai dan makna
Dengan belajar dan memahami budaya di mana masyarakat berada, baik secara individu maupun
kelompok akan dapat memiliki rasa tepo seliro, unggah-ungguh, andap ashor, rasa tanggung jawab dan
lain-lain sesuai budaya ketimuran. Dimana pada dasarnya manusia menciptakan budaya, kebiasaan-
kebiasaan dan tradisi-tradisi agar untuk terus di hidupkan dan berkembang guna terwariskan turun
temurun kepada generasi berikutnya. Pewarisan budaya ini dimaksudkan sebagai bekal generasi
penerus dan penyeimbang baginya dalam melakukan komunikasi dan penggunaan media sosial agar
tetap memegang teguh nilai-nilai moral supaya tetap terjaganya ketentraman, kenyamanan dan
keharmonisan dalam masyarakat
Dimana caranya bukan sekedar dengan mendukung kebijakan pemerintah untuk memblokir media yang
di duga menyebarkan berita hoax, melainkan juga dengan memberikan ulasan dan laporan yang
seakurat dan sedekat mungkin dengan fakta-fakta yang ada. Disiplin verifikasi menjadi mutlak agar kita
tidak keliru dalam mengambil kesimpulan. Selain itu juga penting untuk tidak percaya begitu saja suatu
berita, mesti di cek kebenaran dan kredibilitas di penyebar berita.
KEBENCIAN FITNAH
POLITIK HASUT
MENDISKREDITKAN BERITA BOHONG
SUATU Merusak kerukunan
Lebih memahami komunikasi
masyarakat
dan budaya
Menimbulkan keresahan
Lebih meneliti suatu berita
dan kecemasan
Memahami posisi, objek, dan Menghilangkan
ISI
lawan bicara kepercayaan
Peran aktif pemerintah BAHAYA
FAKTOR
Individu/kelompok
WHAT yg memiliki
kepentingan untuk
Menangkal tujuan tertentu
Hoax
WHO
Tingkat pendidikan
Nilai budaya kurang HOAX
diterapkan dalam
bermedia social
Pemahaman komunikasi WHY
rendah
Internet
Media social
WHERE
Masyarakat umum
WHEN