Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENCELUPAN 3
Pencelupan Kain T/C Menggunakan Zat Warna Dispersi-Direk
Dengan Variasi Metoda

Oleh

Nama : Hardiansyah (09.K40009)


Rita Yulianti (09.K40014)
Siti Yulianti Nurul Afifah (09.K40017)
Windy Gustiany (09.K40018)
Group : K-1
Dosen : Ida N., S.ST
Asisten : Anna S.
Wulan S.,S.ST

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL


BANDUNG
2012
BAB 1
PENDAHULUAN

I. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Melakukan pencelupan kain T/C dengan zat warna dispersi direk dengan
variasi metoda.
1.2 Tujuan
 Membandingkan hasil pencelupan meliputi ketuaan warna, kerataan dan tahan
luntur warna dari beberapa metoda yang digunakan pada proses pencelupan.
 Mencari metoda pencelupan yang paling baik dan efisien dari setiap metoda yang
digunakan.
 Mengetahui hal-hal yang berpengaruh pada pencelupan serat campuran poliester
kapas dengan zat warna dispersi-direk dengan berbagai variasi resep maupun
metoda

II. Teori Pendekatan


2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuh-tumbuhan yang
tergolong kedalam serat selulosa alam yang diambil dari buahnya.

Sifat-sifat serat kapas secara fisik yaitu warnanya agak krem, mulur serat kapas
antara 4 -13 % dan mousture regainnya adalah 7 - 8,5 %. Sedangkan sifat kimianya serat
kapas akan terhidrolisa oleh asam kuat dan oksidator akan menurunkan kekuatan serat. Alkali
pekat akan menggelembungkan serat kapas.

Serat kapas mempunyai bentuk panampang melintang yang sangat bervariasi dari
elips sampai bulat dan dibagi menjadi empat bagian yaitu kutikula, dinding primer, dinding
sekunder dan lumen. Tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal. Bentuk pandangan
membujurnya adalah pipih seperti pita yang terpuntir.

Analisa serat kapas menunjukkan bahwa struktur kimia penyusun serat kapas yang
terbesar adalah selulosa sekitar 90 %, sedangkan sisanya berupa lemak, lilin, minyak, asam-
asam organik, mineral dan pigmen alam. Selulosa merupakan suatu rantai polimer linier yang
tersusun dari kondesat molekul-molekul glukosa (C6H10O5) yang dihubungkan oleh jembatan
oksigen pada posisi atom karbon nomor satu dan empat. Struktur kimia selulosa dapat dilihat
pada gambar di bawah ini :
H OH CH2OH H OH CH2OH
OH O O OH
OH H H O H H
H H OH H H
H O OH H H O OH H
H O H H H
O
CH2OH H OH CH2OH H OH
n

Struktur Rantai Molekul Selulosa

Setiap satuan glukosa mengandung tiga gugus hidroksil (-OH). Gugus hidroksil
pada atom karbon nomor lima merupakan alkohol primer (-CH2OH), sedangkan pada posisi 2
dan 3 merupakan alkohol sekunder (HCOH). Kedua jenis alkohol tersebut mempunyai tingkat
kereaktifan yang berbeda. Gugus hidroksil primer lebih reaktif daripada gugus hidroksil
sekunder. Gugus hidroksil merupakan gugus fungsional yang sangat menentukan sifat kimia
serat kapas, sehingga dalam penulisan mekanisme reaksi, serat selulosa dinotasikan sebagai
sel-OH.

Struktur selulosa merupakan rantai dari anhidro glukosa yang panjang dan
membentuk cincin yang dihubungkan oleh atom-atom oksigen. Pada ujung rantai yang
mengandung aldehida yang mempunyai gugus pereduksi, sedangkan pada rantai bagian
tengah mempunyai hidroksil. Bila rantai tersebut dipecah menjadi dua atau lebih dengan suatu
proses kimia maka ujung-ujung rantai akan terhapus membentuk gugusan aldehida atau
karboksilat.

2.2 Serat Poliester


Serat poliester adalah suatu serat sintetik yang terdiri dari polimer-polimer linier.
Serat tersebut pada umumnya dikenal dengan nama dagang dacron, teteron, terylene. Poliester
dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol. Dacron dibuat dari asamnya dan reaksinya dapat
ditulis sebagai berikut :

n COOH + n HO(CH2)2OH HO [ COO(CH2)2O ]n + (2n –1 ) H2O


HOOC OC H

Asam tereftalat Etilena glikol Dacron Air

Serat poliester memiliki kekuatan tarik sekitar 4,5-7,5 gram/denier, sedangkan


mulurnya berkisar antara 25% sampai 75%. Pada kondisi standar yaitu RH 65  2% dan suhu
20C  1% moisture regain serat poliester hanya 0,4% sedangkan pada RH 100% moisture
regain mencapai 0,6-0,8%.
Serat poliester jika direndam dalam air mendidih akan mengkeret sampai 7%.
Beberapa zat organik seperti aseton, kloroform, trikloretilen pada titik didihnya akan
mengakibatkan serat poliester mengkeret.
Penampang melintang serat poliester berbentuk bulat dan di dalamnya terdapat
bintik-bintik, sedangkan penampang membujurnya berbentuk silinder dinding kulit yang
tebal.

2.3 Zat Warna Dispersi


Zat warna dispersi adalah zat warna organik yang terbuat secara sintetik.
Kelarutannnya dalam air kecil sekali dan larutan yang terjadi merupakan dispersi atau
partikel-partikel yang hanya melayang dalam air.
Zat warna dispersi mula-mula digunakan untuk mewarnai serat selulosa.
Kemudian dikembangkan lagi, sehingga dapat digunakan untuk mewarnai serat buatan
lainnya yang lebih hidrofob dari serat selulosa asetat, seperti serat poliester, poliamida, dan
poliakrilat.
Zat warna dispersi merupakan zat warna yang terdispersi dalam air dengan
bantuan zat pendispersi. Adapun sifat-sifat umum zat warna dispersi adalah sebagai berikut :
1. Zat warna dispersi mempunyai berat molekul yang relatif kecil (partikel 0,5-2).
2. Bersifat non-ionik terdapat gugus-gugus fungsional seperti –NH2, -NHR, dan-OH. Gugus-
gugus tersebut bersifat agak polar sehingga menyebabkan zat warna sedikit larut dalam air.
3. Kelarutan zat warna dispersi sangat kecil, yaitu 0,1 mg/l pada suhu 80C.
4. Tidak megalami perubahan kimia selama proses pencelupan berlangsung.
Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan serat
poliester ada 2 macam yaitu :
1. Ikatan Van der Walls
Zat warna dispersi dan serat merupakan senyawa hidrofob dan bersifat non polar.
Ikatan yang terjadi pada senyawa hidrofob dan bersifat non polar ini ikatan fisika, yang
berperan dalam terbentuknya ikatan fisika adalah ikatan van der walls, yang terjadi
berdasarkan interaksi antara kedua molekul yang berbeda. Ikatan yang besar terjadi pada
ikatan van der walls pada zat warna dispersi dan serat poliester adalah dispersi London.
2. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol yang melibatkan atom hidrogen dengan
atom lain yang bersifat elektronegatif. Kebanyakan zat warna dispersi tidak mengadakan
ikatan hidrogen dengan serat poliester karena zat warna dispersi dan serat poliester bersifat
nonpolar, hanya sebagian zat warna dispersi yang mengadakan ikatan hidrogen dengan serat
poliester yaitu zat warna dispersi yang mempunyai donor proton seperti –OH atau NH2.
2.4 Zat Warna Direk
Zat warna yang diigunakan dalam pencelupan adalah zat warna direk. Merupakan
zat warna yang dapat mencelup serat selulosa secara langsung atau disebut juga sebagai zat
warna substansif, karena dapat terserap baik oleh selulosa.

Dalam pencelupannya harus ditambahkan garam yang bertindak sebagai elektrolit


untuk memperbesar penyerapan bahan terhadap zat warna.

Pada umumnya merupakan senyawa azo yang mengandung gugusan sulfonat


sebagai gugusan pelarut dan dapat juga merupakan senyawa mono-azo, di-azo, tri-azo, atau
tritakis-azo.

Struktur Kimia Zat Warna Direk

OH

NaO3S N=N

Sifat-sifat zat warna direk diantaranya adalah zat warna direk memiliki ketahanan
cucinya kurang baik, ketahanan sinarnya sedang, kurang tahan terhadap oksidasi dan rusak
oleh reduksi.
Mekanisme pencelupan dengan zat warna direk, pencelupan pada umummnya
terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain kemudian
memasukan bahan tekstil kedalam larutan, sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam
serat. Selanjutnya dengan ditambahkannya zat pembantu misalnya garam kedalam larutan
celup,kemudian pencelupan diteruskan sampai diperoleh warna yang dikehendaki. Adapun
mekanisme pencelupan terdiri dari tiga tahap yaitu :
1. Difusi zat warna dalam larutan
Molekul zat warna dalam larutan yang selalu bergerak pada temperatur tinggi pergerakan
tersebut lebih cepat. Kemudian bahan tekstil dimasukan kedalam larutan celup.
2. Adsorpsi
Kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga yang cukup besar dapat mengatasi
gaya-gaya tolak dari permukaan serat, sehingga molekul zat warna dapat terserap
menempel pada permukaan serat.

3. Fiksasi
Penyerapan atau difusi zat warna dari permukaan serat ke pusat serat secara bersamaan
sehingga zat warna yang terserap dapat menyebar secara merata.
2.5 Mekanisme Pencelupan

Pencelupan Kapas dengan Zw Direk

Serat selulosa tidak mengandung gugus polar yang dapat mengadakan suatu ikatan
dengan zat warna direk, sehingga antara zat warna direk dengan selulosa merupakan ikatan
yang disebabkan oleh gaya fisika saja. Selain itu terjadi juga ikatan hidrogen antara gugus
hidroksil dalam molekul serat selulosa dengan gugusan amina pada zat warna direk, seperti
reaksi berikut :
R – N – H --------------- O – selulosa atau

H H
R – H ------------------- HO selulosa
N.R
Pencelupan Poliester dengan Zw Dispersi

Zat warna dispersi sebenarnya tidak dapat mewarnai serat poliester. Dengan
bantuan zat pengemban atau suhu yang tinggi, maka serat tersebut dapat diwarnai. Serat
poliester sendiri merupakan serat hidrofob yang sangat kompak susunan molekulnya. Oleh
karena itu cara-cara pencelupan yang konvensionil tidak dapat diterapkan pada pencelupan
serat tersebut. Dengan penggunaan zat pengemban, maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut :
1. Antara zat pengemban dan zat warna akan terbentuk gabungan-gabungan, sehingga
menambah kelarutan zat warna di dalam larutan. Penambahan kelarutan ini menyebabkan
penambahan konsentrasi, sehingga terjadi difusi zat warna.
2. Zat pengemban bersifat hidrofil dan mempunyai afinitas terhadap serat, sehingga
memperbesar penggelembungan serat. Akibatnya pori-pori terbuka, sehingga memungkinkan
molekul zat warna teradsorbsi (masuk).
3. Antara zat pengemban dengan zat warna tidak terjadi reaksi. Pada pengerjaan reduksi
dalam larutan reduktor yang alkalis, zat pengemban direduksi dan akan keluar.
Zat warna tetap tinggal di dalam serat dan pori-pori serat akan merapat kembali
sehingga zat warna akan tertahan dengan baik di dalam serat. Beberapa zat pengemban dapat
menyebabkan adanya noda-noda dan bila direduksi kurang sempurna, dapat menurunkan
kekuatan serat dan menurunkan tahan sinar. Fungsi zat pengemban dalam pencelupan serat
poliester dapat digantikan oleh penggunaan suhu yang tinggi di bawah tekanan. Dengan
adanya suhu yang tinggi dan dengan bantuan tekanan, maka serat menggelembung, sehingga
zat warna dapat masuk ke dalam serat. Pencelupan pada suhu tinggi terutama untuk benang
dengan warna tua. Hasilnya memuaskan dan dapat dikerjakan dalam waktu yang lebih
singkat. Untuk pencelupan kain, pada umumnya digunakan cara fiksasi dengan bantuan
panas. Cara ini dikenal juga sebagai cara thermosol. Energi panas digunakan untuk
melunakkan serat dan bersamaan dengan itu melelehkan zat warna, sehingga berdifusi ke
dalam serat. Setelah pencelupan berakhir, serat kembali ke bentuk semula dengan zat warna
yang terlarut di dalamnya. Cara termosol ini menurut teori zat padat larut dalam zat padat
lainnya atau ”Solid solution”. alam hal ini zat warna larut di dalam serat

BAB II
PERCOBAAN

I. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Mesin HT-HP Zat warna dispersi “Foron Rubine RD-GFL”
Tabung Rapid Zat warna direk “Direct Bleu 2B”
Mesin Stenter Kain poliester kapas
Mesin Padder Air
Timbangan Analitik CH3COOH 30%
Pipet volume 10 mL Zat Pendispersi
Gelas pila 500 mL Carrier
Gelas piala 100 mL Na2CO3
Pengaduk NaCl
Na2S2O4
NaOH
II. Resep

Pencelupan T/C dengan Zat Warna Dispers-Direk Metoda Carrier


Bahan 1 2 3 4
Pencelupan Serat Poliester
1 bath 1 1 bath 1 1 bath 2 1 bath 2
Metoda
stage stage stage stage
Zat warna Foron Rubine RD-
1 % owf
GFL
Zat pendispersi (ml/L) 2 ml/L
Carrier 1,5 ml/L
CH3COOH 30% pH 5
Vlot 1: 30
Suhu 130oC

Waktu 30 menit

Pencelupan Serat Kapas


Zat warna Direct blue 2B 1% owf
NaCl (g/L) 10 30 10 30
Na2CO3 (g/L) 3 g/L
Vlot 1: 30
Suhu 80oC
Waktu 30 menit

Cuci sabun
Sabun (ml/L) 1
Na2CO3 (g/L) 1
Vlot 1:30
Suhu (0C) 70
Waktu 10
Pencelupan T/C dengan Zat Warna Dispers-Direk Metoda HT-HP
Bahan 1 2 3 4
1 bath 1 bath 1 bath 1 bath
Metoda
2 stage 2 stage 2 stage 2 stage

Pencelupan Serat Poliester


Zat warna Foron Rubine
1% owf
RD-GFL %
Zat pendispersi (ml/L) 1
CH3COOH 30% pH 5
Suhu 1300C
Waktu 30
Vlot 1:30

Pencelupan Serat Kapas


Zw direct blue 2B (%) 1% owf
Na2CO3 (g/L) 1
NaCl (g/L) 0 30 0 30
Suhu (oC) 800C
Waktu (menit) 30
Vlot 1: 30

Cuci sabun
Sabun (ml/L) 1
Na2CO3 (g/L) 1

Vlot 1:30
Suhu (0C) 70
Waktu (menit) 10
Pencelupan T/C dengan Zat Warna Dispers-Direk Metoda Pad Thermosol
Bahan 1 2 3 4
Thermosol Thermosol Thermosol Thermosol
Metoda Pad steam Pad steam Exhaust Exhaust

Pencelupan Serat Poliester


Zat warna Foron Rubine
1% owf
RD-GFL (%)
Zat pendispersi (ml/L) 2
CH3COOH 30% pH 5
Zat anti migrasi (ml/l) 5
Urea (g/L) 2
Suhu 90
Waktu 1

Pencelupan Serat Kapas


Zw direct blue 2B % 1% owf
Na2CO3 (g/L) 1
NaCl (g/L) 60
Teepol (ml/L) 1
Vlot 1:30
Suhu (oC) 90
Waktu (Menit) 30
Cuci sabun

Sabun (g/L) 1
Na2CO3 (g/L) 1
Vlot 1:30
Suhu 70
Waktu 10
III. Fungsi Zat
 Zat warna dispersi berfungsi untuk mencelup pada serat polyester secara merata
dan permanen.
 Zat warna direk berfungsi untuk mencelup serat kapas secara merata dan
permanen.
 CH3COOH berfungsi untuk membuat suasana larutan proses menjadi sedikit
asam agar serat poliester tidak rusak.
 Zat pendispersi berfungsi untuk mendispersikan zat warna dispersi secara
monomolekuler.
 Carrier berfungsi menggelembungkan serat pada pencelupan dispersi dengan
suhu rendah.
 NaCl atau elektrolit berfungsi untuk mendorong penyerapan zat warna direk
karena membentuk ion positif sehingga zat warna mudah masuk pada serat
karena perbedaan muatan.
 Natrium karbonat berfungsi untuk memberikan suasana alkali pada pencelupan
serat kapas dengan zat warna direk.
 Na2S2O4 berfungsi untuk mereduksi zat warna dispersi yang tidak terfiksasi
atau hanya menempel pada permukaan kain.
 NaOH membantu kerja natrium hidrosulfit dalam mereduksi zat warna yang
tidak terfiksasi.
 Teepol berfungsi untuk menghilangkan sisa zat warna yang menenpel pada
permukaan kain.
IV. Skema Proses

Skema Proses Carrier 1 Bath 1 Stage

Zw Dispersi
Pendispersi
Zw Direk Teepol/Sabun
Carrier 100o Na2CO3
C
NaCl
60oC

30o
C

10 45 75 Menit
0 10 Meni
t
Skema Proses Carrier 1 Bath 2 Stage

Zw Direk
Zw
Dispersi Na2CO3
Pendisper 100o NaCl
si C Sabu
Asam 80o
C n
Carrier Na2C
O3

30o
C

5 40 70 75 85 95 12 0 10 Meni
5 t

Skema Proses HT/HP 1 Bath 2 Stage

Zw Dispersi
Asam (pH 5) Zw Direk
Na2CO3 NaCl
Pendispersi 130 Co

90oC

60oC

30 60 70 90 Menit
Metoda HT/HP 1 bath 2 Stage

Zw dispersi
pH asam
perdispersi
130oC
Zw direk
Na2CO3
NaCl 90oC
60oC

10 20 40 60 90 menit

Skema Proses Pencelupan zat warna direk Exhaust

Zw Direk
Teepol/Sabun
Na2CO3 80oC
Na2CO3

60oC
NaCl

30oC

10 20 50 0 10
5 Menit
Skema Proses Pencelupan zat warna direk pad-steam

Pre Drying Thermofiksasi


100oC/ 2’ 210oC/ 1 Steaming 105oC
15 ‘
100oC/ 1mnt

Padding
Rendam peras Larutan Zw Direk
WPU 50%

V. Diagram Alir
1. Pencelupan T/C dengan Zat Warna Dispers-Direk Metoda Carrier
Metoda 1 bath 1 stage
Persiapan alat dan bahan  Persiapan larutan celup dengan pH 5  pencelupan kain
T/C pada suhu 1000C, 30 menit Cuci sabun 700C, 30 menit pengeringan 
evaluasi.
Metode 1 bath 2 stage
Persiapan alat dan bahan  Persiapan larutan celup pH 5pencelupan kain poliester
1000C, 30 menit  pencelupan kapas 800C, 25 menit  cuci sabun 700C, 10 menit
pengeringan  evaluasi.

2. Pencelupan T/C dengan Zat Warna Dispers-Direk Metoda HT-HP


Metoda 1 bath 2 stage
Persiapan alat dan bahan  Persiapan larutan celup  pencelupan kain T/C 1300C, 30
menit pencelupan kain kapas 900C, 20 menit  Cuci sabun 700C, 10 menit 
pengeringan  evaluasi.
Metode 1 bath 2 stage
Persiapan alat dan bahan  Persiapan larutan celup pencelupan kain kapas 900C, 30
menit pencelupan poliester 1300C, 20 menit  cuci sabun 700C, 10 menit 
pengeringan  evaluasi.
3. Pencelupan T/C dengan Zat Warna Dispers-Direk Metoda Pad Thermosol
Thermosol-Exhaust
Persiapan alat dan bahan  Pembuatan larutan pH 5  Padding 300C, WPU 60%
drying 1000C  Thermofiksasi (2100C, 1 menit)  pembuatan larutan celup pH 5 
pencelupan 800C, 30 menit cuci sabun 700C, 10 menit  drying  evaluasi
Thermosol-Pad Steam
Persiapan alat dan bahan  pembuatan larutan celup ZW direk pH 5  Padding 300C,
WPU 70%  drying 1000C  Thermofiksasi (2100C, 1 menit)  pembuatan larutan
pad ZW Direk pH 5 padding 300C, WPU 70%  drying 1000C  thermofiksasi
(2100C, 1 menit)  cuci sabun 700C, 10 menit (sebelumnya ditambahkan alkali)
drying  evaluasi

4. Prosedur Kerja
 Mempersiapkan alat dan bahan.
 Menghitung kebutuhan zat sesuai resep pencelupan.
 Membuat larutan celup sesuai resep yang ditentukan.
 Melakukan pencelupan sesuai skema proses.
 Mengevaluasi hasil pencelupan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Spektrofotometri
Terlampir

3.2 Diskusi
Praktikum pencelupan yang dilakukan adalah praktikum pencelupan serat
polyester kapas dengan zat warna disperse direk dengan berbagai variasi metoda, zat
pembantu dan waktu fiksasi. Zat warna yang digunakan sebagai zat warna disperse adalah
Foron Rubine RD-GFL dan zat warna direk Direct Blue 2B. Warna yang dihasilkan contrast
karena terdiri dari campuran warna biru dan warna rubine (merah) menjadi warna ungu
kemerahan. Hasil pencelupan dianalisa berdasarkan ketuaan warna, beda warna dan kerataan
warna.
Ketuaan Warna,
Hasil pengukuran spektrofotometer dengan panjang gelombang maksimal (λ max)
menunjukkan kain hasil pencelupan yang memiliki ketuaan warna paling tinggi adalah kain
yang memiliki nilai K/S paling tinggi. Untuk mempermudah pembacaan data, maka dibuat
diagram batang. Dari diagram tersebut dapat dianalisa, kain yang paling tua adalah kain
dengan metoda HT/HP 1 bath 2 stage dengan mendahulukan pencelupan zat warna direk
untuk kemudian pencelupan zat warna disperse.
Ketuaan warna pada metoda carrier dengan 4 variasi menunjukkan metoda 1 bath
1 stage menghasilkan warna yang tertua walaupun penggunaan NaClnya minimal. Menurut
literature, NaCl digunakan untuk menambah penyerapan tetapi pada pencelupan ini, hasilnya
tidak sesuai literature. Hal itu kemungkinan disebabkan adanya kesalahan pada praktek
pencelupan atau penambahan NaCl yang terlalu banyak menyebabkan pendispersi rusak dan
tidak bekerja optimum sehingga zat warna disperse tidak terserap sempurna karena tidak
terdispersi dengan baik. Oleh karena itu, nilai K/S kain lebih besar. Selain itu, metoda 1 bath
2 stage menghasilkan warna yang lebih muda, karena waktu pencelupan yang terlalu lama
dengan pemakaian suhu panas sehingga memungkinkan zat warna direk sulit masuk ke dalam
serat karena serat kapas telah terisi sedikit oleh zat warna disperse karena adanya penodaan
dan waktu pencelupan yang terlalu lama sehingga zat warna mudah keluar masuk terutama
yang ada di permukaan tapi tahan lunturnya menjadi lebih baik. Namun dari literature,,
warnanya bisa lebih tua karena pencelupan tidak saling mengganggu antara zat warna direk
dengan zat warna disperse.
Ketuaan warna pada metoda HT/HP dengan 4 variasi menunjukkan metoda
HT/HP dengan metoda 1 bath 2 stage dengan NaCl 30 g/L lebih tua dibanding tanpa
penggunaan NaCl, sehingga dalam hal ini membuktikan NaCl sangat berperan pada
pencelupan zat warna direk. Pencelupan dengan metoda yang sama namun zat warna yang
masuk terlebih dahulu ke dalam serat berbeda, pencelupan dengan zat warna disperse diawal
akan lebih tua karena zat warna disperse mencelup tanpa gangguan dari elektrolit yang akan
merusak pendispersi, sedangkan untuk zat warna direk, sisa NaCl akan merusak pendispersi
apalagi penyerapan zat warna direk ke dalam serat tidak sebaik zat warna disperse.
Ketuaan warna
Ketuaan warna pada metoda Pad Thermosol untuk zat warna disperse dan exhaust
untuk zat warna direk lebih efektif daripada dengan metoda pad steam untuk zat warna direk.
Hal tersebut sangat mungkin terjadi karena sebenarnya zat warna direk pun tidak cocok
menggunakan metoda pencelupan dengan cara padding. Agitasi zat warna direk tidak ideal
sehingga akan menyebabkan pencelupan tidak merata. Medium yang paling cocok untuk
pencelupan zat warna direk hanya pada medium air. Pada pencelupan dengan pad steam zat
warna tidak terjamin masuk ke dalam serat dengan sempurna tetapi hanya terjadi ring dyeing
atau pecelupan cincin yang ada pada permukaan. Dari variasi yang dilakukan, metoda exhaust
menghasilkan kain yang memiliki ketuaan warna yang lebih baik terutama dengan NaCl yang
lebih banyak.
Dari ketiga metoda yang dilakukan, kondisi untuk mendapatkan ketuaan warna
yang lebih baik adalah pencelupan dengan metoda HT/HP 1 bath 2 stage dengan
mendahulukan pencelupan zat warna direk untuk kemudian pencelupan zat warna disperse.
Selain alasan yang telah dijelaskan sebelumnya, proses pencelupan yang lebih cocok untuk
kedua zat warna pun adalah dengan metoda HT/HP untuk zat warna disperse dan metoda
exshaust dengan penambahan NaCl. Hal itu karena pada metoda HT/HP pencelupan disperse
digunakan suhu tinggi sehingga zat warna mudah masuk ke dalam serat polyester begitu pula
dengan zat warna direk. Proses pencelupan zat warna disperse sebelumnya dengan suhu lebih
tinggi menyebabkan serat kapas ikut terbuka sehingga zat warna direk telah masuk ke dalam
serat sejak awal pencelupan.
Kerataan Warna
Kerataan warna pada kain hasil pencelupan berdasarkan pengujian dipengaruhi
oleh medium pencelupan yang bisa menyebabkan zat warna bermigrasi, terutama untuk zat
warna direk dan disperse yang keduanya hanya membentuk ikatan hydrogen yang dapat
berikatan jangka pendek sehingga zat warna masih dapat bermigrasi meskipun telah berada di
dalam serat, namun kondisi migrasi zat warna direk yang baik adalah pada medium air.
Kerataan warna kain yang paling baik adalah kain 1 dan 2 pada metoda HT/HP
dan kain 1, 2 dan 4 pada metoda carrier. Kerataan tersebut tidak hanya dilihat pada kerataan
yang berhubungan dengan migrasi zat warna tetapi juga behubungan dengan afinitas zat
warna karena pada pencelupan ini zat warna yang digunakan terdiri dari dua warna yang
berbeda. Agar warna seragam dan masuk ke dalam serat secara bersamaan dan kain hasil
terlihat rata dari warnanya maka zat warna yang digunakan harus memiliki afinitas yang
sama. Dalam praktikum, zat warna yang digunakan pada awalnya tidak memiliki rincian
tentang zat warna tersebut sehingga tidak bisa mengetahui nilai afinitas zat warna. Oleh
karena itu, kain hasil pencelupan terlihat kurang seragam warnanya karena pencampuran
warna biru dan merah/rubine yang tidak menyatu dengan baik. Kain yang dilakukan proses
pencelupan dengan cara padding termosol terlihat tidak rata karena pada zat warna direk
dilakukan pad steam dengan pengukusan (uap air) yang menyebabkan uap air tersebut
menodai kain.
Ketuaan warna diamati secara visual sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan
dan ketidakakuratan hasil pengamatan.
Beda warna kain hasil pencelupan didapat dari perhitungan hasil pengukuran pada
spektrofotometer, dilihat dari nilai kecerahan, arah warna dan corak warna. Dengan arah
warna yang berbeda tiap hasil pencelupan pada 3 metoda pencelupan dan 4 variasi yang
dilakukan menyebabkan adanya beda warna. Arah warna kain yang dilihat secara visual pada
metoda carrier seimbang antara warna rubine dan warna biru, pada metoda HT/HP lebih
kearah merah (reddish) dan pada pad thermosol lebih k arah biru (blueish)
Kain hasil pencelupan zat warna polyester tidak dilakukan proses cuci reduksi
karena pereduksi akan melunturkan zat warna direk kecuali apabila digunakan metoda 2 bath
2 stage.

3.3 Kesimpulan dan Saran


Untuk mendapatkan ketuaan warna dan kerataan yang optimum metoda yang
paling baik digunakan adalah metoda HT/HP.
DAFTAR PUSTAKA

1. Karyana, Dede. S.Teks, M.Si., dkk. Bahan Ajar Praktek Pencelupan 1. Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil. Bandung : 2005
2. Djufri, Rasyid. Ir., dkk. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan, dan Pencapan. Institut
Teknologi Tekstil. Bandung : 1976
3. Isminingsih, S.Teks, M.Sc.dkk. Pengantar Kimia Zat Warna. Institut Teknologi Tekstil.
Bandung : 1982
4. http://evgust.wordpress.com/2011/07/12/pencelupan-dengan-zat-warna-direk/
5. http://smk3ae.wordpress.com/2008/05/26/pencelupan-serat-poliester-dengan-zat-warna-
dispersi-2/pdf uii
6. Sunarto. Jilid 2 Teknologi Pencelupan dan Pencapan. Departemen Dinas Pendidikan. Jakarta:
2008.
Praktikum pencelupan yang dilakukan adalah praktikum pencelupan serat polyester kapas dengan zat
warna disperse direk dengan berbagai variasi metoda, zat pembantu dan waktu fiksasi. Hasil
pencelupan dianalisa berdasarkan ketuaan warna, beda warna dan kerataan warna.

Pencelupan Zat Warna Variasi Pencelupan Nilai K/S


Dispersi
Carrier Carrier 1 8,738
Carrier 2 12,449
Carrier 3 13,727
Carrier 4 12,377
HT/HP HT/HP 1 11,174
HT/HP 2 16,651
HT/HP 3 11,054
HT/HP 4 15,265
Thermosol Thermosol 1 11,742
Thermosol 2 13,569
Thermosol 3 14,270
Thermosol 4 15,981
Hubungan Variasi Pencelupan Dengan Nilai K/S

18
16
14
12
Nilai K/S

10 Nilai K/S
8
6
4
2
0

Thermosol 1

Thermosol 2

Thermosol 3

Thermosol 4
Carrier 1

Carrier 2

Carrier 3

Carrier 4

HT/HP 1

HT/HP 2

HT/HP 3

HT/HP 4
Carrier HT/HP Thermosol
Variasi Pencelupan

Keterangan :
 Carrier 1 : Metoda 1 bath 2 stage NaCl 10 g/L
 Carrier 2 : Metoda 1 bath 2 stage NaCl 30 g/L
 Carrier 3 : Metoda 1 bath 1 stage NaCl 10 g/L
 Carrier 4 : Metoda 1 bath 1 stage NaCl 30 g/L
 HT/HP 1 : Metoda 1 bath 2 stage NaCl 0 g/L
 HT/HP 2 : Metoda 1 bath 2 stage NaCl 30 g/L
 HT/HP 3 : Metoda 1 bath 2 stage NaCl 0 g/L
 HT/HP 4 : Metoda 1 bath 2 stage NaCl 30 g/L
 Thermosol 1 : Pad Thermosol 210oC, Pad Steam 105oC 15’
 Thermosol 2 : Pad Thermosol 210oC, Pad Steam 105oC 30’
 Thermosol 3 : Pad Thermosol 210oC, Exhaust 90oC NaCl 30 g/L
 Thermosol 4 : Pad Thermosol 210oC, Exhaust 90oC NaCl 60 g/L

Anda mungkin juga menyukai