Oleh
Ekwantoro
NIM 186070300111013
Ekwantoro*
Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Peminatan Gawat Darurat
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
ABSTRAK
Latar belakang : Kebutuhan pelayanan ambulance yang besar serta korban atau pasien
terkait kegawatdaruratan sangat banyak sehingga berdampak pada revolusi layanan pada
ambulance. Relovusi ini dapat berkaitan dengan sistem ambulance itu sendiri mulai dari
pendidikan dan keterampilan dari petugas ambulance. Standart pendidikan dan pelatihan
di lingkunp EMS memberikan suatu konsep yang baik bagi mereka yang akan bekerja
maupun yang sedang bekerja di EMS, mampu menjadikan kinerja dari EMS sendiri
menjadi lebih baik lagi.
Tujuan : dalam sietematik review ini bertujuan mengidentifiasi pendidikan dan pelatihan
bagi petugas yang bekerja di ambulance
Metode : Dalam sistematik review ini dimulai dengan mengidentifikasi literatur pada
artikel jurnal ilmiah dengan dua database electronic yaitu Pubmed dan Proquest. Yang
telah dipublikasikan dari tahun 2013 sampai dengan 2018.
Hasil : Hasil pencarian dari dua database didapatkan hasil untuk Pubmed sebanyak 122
artikel dan Proquest sebanyak 332. Kemuadian melalui proses berbagai tahap seleksi
maka hanya terdapat 8 artikel jurnal yang dilakukan peninjauan atau pendalaman
Diskusi : Sistem pendidikan bagi yang bekerja yang ambulance mempunyai kurikulum
yang tersendiri, banyak negara yang memisahkan sendiri antara petugas paramedic
dengan petugas Rumah Sakit (dokter dan perawat). Sertifikasi terkait pelayanan
ambulance merupakan hal yang terpenting bagi setiap petugas ambulance.
Kesimpulan : Standart kurikulim pendidikan dan pelatihan bagi petugas ambulance terus
di kembangkan mengingat makin banyaknya masyarakat menggunakan layanan ini
Awal adanya pelayanan ambulance berasal dari zaman meliter kuno, pada saat
itu bertujuan untuk mengakut tentara yang terluka ke tempat yang aman saat
cedera dilakukan perawatan dengan baik. Melihat dampak dari perawatan pasukan
yang mengalami cederai ini, mereka merasa bahwa penanganan yang capat,
transportasi yang aman serta pengobatan yang secara dini sangat diperlukan dan di
ambulance. Sejak tahun 1960 layanan ambulance berkembang dengan pesat (Al-
membutukan bantuan segera atau cepat terkait kesehatan di dilakukan di luar rumah
sakit (Pre Hospital care) sampai dengan pasien mendapatkan perawatan di rumah
sakit (Mehmood, Armaan Ahmed, Olive, & Hyder, 2018). WHO memberikan
sabagai bagian integral dan penting dari suatu fungsi sistem perawatan kesehatan
(Sanders, Lewis, Quick, & McKenna, 2012). Kebutuhan pelayanan EMS yang besar
Penaganan yang cepat dan tepat sangat di butuhkan, oleh karena itu harus di dukung
dengan sarana (alat) dan staf atau personil yang mempunyai keterampilan serta
Nomer 19 tahun 2016 menyebutkan bahwa tenaga yang bekerja di ambulance atau
Public Service Center (PSC) adalah mereka yang lulus dari pendidikan dokter,
perawat dan bidan. Hal ini sama seperti di negara Swedia, pemerintah setempat
sebut dengan paramedic. Namun ada juga bebepa negara kesulitan dalam hal
India bagian selatan didapatkan bahwa 50% kasus pre hospital yang di tangani oleh
ambulace tidak mendapatkan perawatan oleh personel yang berkualitas, dengan kata
lain bahwa tidak hanya fasilitas transportasi serta infrastruktur yang baik namun
penanagan kasus pre hospital (Mohit & S, 2014). Hal ini hampir sama dengan negara
Ghana terkait dengan petugas yang bekerja di ambulance, menurut John et al. (2014)
keterampilan atau skill terkait tentang keperawatan hal ini sangat berguna untuk
layanan pre hospital saat ini mulai berkembang. Hal ini berpeluang untuk
spesialis emergency saat ini di anggap perlu melihat masalah tersebut. Salah Salah
2012). Dengan melihat malasah terebut dapat di uraikan bagaimana pendidikan dan
1. Desain
2. Proses
Dalam artikel ini pencarian hal yang terkait dengan pertanyaan penelitian
menggunakan dua database electronic yaitu Pubmed dan Proquest. Dengan hasil
publikasi di mulai dari tahun 2013 sampai dengan 2018 atau lima tahun. Strategi
AND, dengan bahasa artikel yang di gunakan adalah bahasa indonesia dan
bahasa inggris serta artikel yang di gunakan bukan artikel dalam bentuk editor
atau sejenisnya.
3. Hasil
sebanyak 122 artikel dan Proquest sebanyak 332. Kemudian dilakukan skrining
sebanyak 16 artikel dan 11 artikel untuk Pubmed. Dari 27 artikel yang ada pada
Pubmed dan Proquest di temukan 8 artikel yang sama persis (dublikasi). Sehingga
tersisa 15 artikel yang mempunyai informasi terkait masalah yang sedang dibahas.
dan eksklusi.
Adapun kriteria inklusinya adalah kurikulum pendidikan dan pelatihan yang
diberikan pada petugas ambulance atau pre hospital. Sedangkan kriteria eksklusi
adalah pendidikan secara umum (pegawai rumah sakit) dan artikel yang
Setelah melalui proses seleksi tahap akhir, maka hanya terdapat 8 artikel
PRISMA yang di modifikasi. Adapun alur tersebut dapat dilihat melalui gambar 1.
Pubmed Proques
11 Artikel 16 Artikel
27 Artikel
8 Artikel yang
memenuhi kriteria
4. Appraisal (penilaian)
analisa menggunakan instrumen kritik jurnal Joannna Brigg Institution (JBI) check
list. Berdasarkan appraisal atau penilaian dilakukan tahap sintesis dan dilakukan
sytematic review. Dalam melakukan sintesis artikel ini di jabarkan dalam tabel 1.
Tabel 1 Ringkasan hasil penelitian tentang pendidikan dan keterampilan petugas yang bekerja di Ambulance
Pengarang Level
No Tujuan Metode Sample Intervensi Data analysis Hasil penelitian
(tahun) JBI
1 Sjölin, 4b Tujuan dari kualitatif 11 universitas Setiap universitas Dari 11 Bahwa pembelajaran
Lindström, penelitian ini adalah yang mengatur universitas mengenai praktek
Hult, untuk menyediakan bagaimana sistem yang profesional dalam
Ringsted, and menggambarkan kurikulum bagi pendidikan yang memberikan peyanan emergency
Kurland konten dalam yang bekerja di diterpakan serta kurikulum dapat di gambarkan
(2014). kurikulum kursus ambulance bagaimana sistem mempunyai sebagai medis,
untuk perawat pelatihannya. beragam keperawatan dan
ambulans. Disetiap pelatihan program pengetahuan. Sehingga
atau pembelajaran pembelajaran dengan ini pergguruan
mempunyai atau pelatihan. tinggi/universitas
kurikulum tersendiri Secara total mempunyai peranan
ada 49 penting dalam
kurikulum yang profeionalisme di
di analisa dan ambulance saat ini dan
di pisah masa depan
menjadi 16 sub
kategori dan 3
kategori utama
Kekurangan : Tidak dijelaskan berapa jam pelajaran yang harus didapatkan masing-masing mahasiswa serta sistem pembelajarannya juga tidak di
jelaskan
Kelebihan : Adanya kurikulum yang diberikan selama perkulihan di universitas
2 Miguel and 5c Bagaimana sistem - - - - Dalam penjelasannya
Nelson EMS di negara bahwa bagaimana
(2015) portugal orang-ornag yang
bekerja di EMS, mulai
dari pembelajaran atau
training yang harus di
lakukan, berapa jam
training tersebut harus di
capai supaya dapat
bekerja di EMS
Kekurangan : -
Kelebihan : Di jelaskan kurikulum pelatihan dan berapa jam yang harus di tempuh untuk dapat bekerja di EMS Portugal
3 Aditya et al. 4b Bagaiman kurikulum Kuntitatif Dari 40 peserta Responden Analisis Adanya peningkatan
(2016) NTS untuk pelatihan diberikan kurikulum menggunakan yang signifikan (25%, p <
paramedis paramedis, 28 selama 6 hari pair- t test 0,01)
difokuskan pada adalah dengan sistem Dengan survey komptensi
kepemimpinan laki-laki dan 12 kuliah, tanya jawab peningkatan kepemimpinan
adaptif, kerja sama adalah serta di putarkan paramedic yaitu (2,6 vs 4,6,
p <0,001, d = 1,8), public
tim, dan perempuan. video terkait
speaking (2,9 vs 4,6, p
keterampilan kepemimpanan
<0,001, d = 1,4), refleksi
komunikasi untuk paramedic diri
lingkungan Pre (2,7 vs 4,6, p <0,001, d =
hospital India. 1,6), dan kepercayaan
diri (3,0 vs 4,8, p <0,001,
d = 1,5)
Kekuarangan : Pada penelitian ini hanya menjelaskan terkait kurikulum kepemimpinan dalam EMS tanpa ada struktur kurikulum pendidikan EMS
Kelebihan : Menjelaskan bagaimana pendidikan kepempiman sangat penting dalam berkerja sama mengambil keputusan saat terjadinya emergency
dalam pelayanan EMS
Kelebihan : Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa bagaimana seharusnya pelatihan, berapa jam pelatihan yang harus di lampaui mahasiswa agar bisa
berkerja di emergency medical service
7 Evans, Debra 5c Mengetahui - - - - Dalam hal ini dunia
Kohl, Upland, komptensi dan skill pendidikan emergency
and Darby apa saja yang harus harus memberikan atau
(2014) di miliki oelh mengidentifikasi 13
seorang perawat keterampilan khusus
emergency terkait emergency
Kelebihan : Dalam atikel ini telah disebutkan beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh personnel emergency
Kekurangan : tidak di sebutkan perawat emergency yang di masksud apakah yang bekerja di ambulance atau di lingkungan IGD. Karena dalam artikel ini
di sebutkan perawat ambulance mempunyai kompetensi yang hampir sama dengan perawat IGD
8 Givati, 4b Bagaimana dampak Kualitatif 20 partisipan Wawancara di - Peran perguruan tinggi
Markham, reformasi pendidikan lakukan dengan dalam memfasilitasi
and Street paramedis terhadap tema : peran paramedic dalam
(2018) profesionalisme 1. Bagaimana perubahan dunia kerja di
paramedis kerangka ambulance
akademik
paramedis
2. Perluasan
pengetahuan dan
keterampilan
paramedis
3. Sistem perguruan
tinggi dan
profesionalisme
dalam praktek
paramedis
Kekurangan : -
Kelebihan : Adanya perubahan sistem kurikulum pendidikan yang berkaitan dengan paramedic
C. Diskusi
a. Sistem pendidikan
keadaan darurat medis di luar rumah sakit, paramedis bekerja sebagai bagian dari
mengacu pada personel ambulans (Brooks, Cooke, Spencer, & Archer, 2016). Di
ambulance atau pre hospital care. Seperti yang negara Indonesia dan Swedia,
dimana petugas ambulance atau yang bekerja di pre hospital meliputi perawat dan
beberapa negara lain menyebutkan bahwa petugas yang bekerja di area Pre
pendidikan tersendiri.
Emergncy Medical Service memiliki dua fase. Fase I meliputi satu semester dan
mencakup 2 tahun. Kemudian di lanjutkan pada tahap II yang terdiri dari semester
McKinnon (2009) dan Alanazi (2012) pada semester pertama, Paramedic Practice
dan tiga dilakukan pembelajaran tentang konsep sistem tubuh dan patofisiologinya
serta praktikum advanced life support. Selain itu pada semester tiga akhir mereka
profesi paramedis. Untuk tujuan ini adalah penting bahwa semua orang yang
praktisi yang aman dan kompeten harus menjadi yang utama pertimbangan untuk
mengatasi berbagai jenis pasien mulai bayi baru lahir sampai dengan orang
dewasa bahkan lansia. Kurikulum pendidikan harus mempunyai topik yang relevan
secara khusus dan berfokus pada suatu kelompok pasien tertentu seperti
50% pengalaman praktik dan 50% dengan tujuan untuk memastikan akuisisi
yang harus di miliki oleh tenaga atau personil yang bekerja di lingkungan
Emergency medical service (EMS) atau Ambulance, hal ini mengingat angka
kejadian kecelakaan lalu lintas yang semakin meningkat (Caffrey et al., 2014).
Berangkat dari hal tersebut pendidikan dan sertifikasi paramedis muncul dari
Amerika Serikat sekitar tahun 1998 dan akhirnya tahun 2009 telah di keluarkanya
Standart pendidikan nasional EMS untuk paramedis. Serta sejak tahun 2013
Amerika serikat yang bertugas dalam hal pendataan serta sertifikasi terkait praktisi
yang bekerja di EMS dan sertifikasi ini di akuai oleh 46 negara (NREMT, 2013).
Selain itu terdapat pula lembaga atau badan yang dapat mengeluarkan sertifikat
yang berhubungan denga praktisi yang bekerja di EMS, Board for Critical Care
dipegang oleh praktisi sendiri, sebagaimana adanya yang paling akrab dengan
pemanfaatan. Pelayanan yang cepat dan tepat berawal dari pengetahuan dan
keterampilan yang memadai. Karena tidak jarang pasien yang di tangani oleh
petugas EMS dalam kondisi mengancam jiwa. Seperti yang di ungkapkan oleh
level 2 mempunyai kewenangan yang hampir mirip, sehingga ini bisa menjadi
dasar untuk mendesain ulang. Menurut Brooks et al. (2016) bahwa sesuai dengan
pelatihan, dan Paramedis sendiri dilatih untuk 1.000–1.800 jam atau lebih. Selain
D. Kesimpulan
Sistem pendidikan dan keterampilan yang harus di penuhi meraka yang ingin
atau telah berkerja di EMS atau ambulance harus mempunyai standart yang telah di
tetapkan, selain itu perlunya pendidikan berkelanjutan serta retensi bagi staff yang
bekerja di EMS dengan itu staff atau personel yang bekerja di sana mampu mengiuti
staff atau personil yang bekerja di ambulance. Kredensial ini akan mencangkup
apakah seseorang yang bekerja di ambulance telah terdaftar dalam induk organisasi
Selain itu adanya level sertifikat atau lisensi memberikan suatu kewenangan
yang berbeda-beda sehingga pelayanan pasien dapat ditangani oleh mereka yang