Anda di halaman 1dari 20

SYSTEMATIC REVIEW

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PETUGAS YANG BEKERJA DI


AMBULANCE (EMERGENCY MEDICAL SERVICE)

Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Pre Hospital


Dosen : Ns.Septi Dewi Rachmawati., S.Kep., MN

Oleh
Ekwantoro
NIM 186070300111013

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN GAWAT DARURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
SYSTEMATIC REVIEW

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PETUGAS YANG BEKERJA DI AMBULANCE


(EMERGENCY MEDICAL SERVICE)

Ekwantoro*
Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Peminatan Gawat Darurat
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK

Latar belakang : Kebutuhan pelayanan ambulance yang besar serta korban atau pasien
terkait kegawatdaruratan sangat banyak sehingga berdampak pada revolusi layanan pada
ambulance. Relovusi ini dapat berkaitan dengan sistem ambulance itu sendiri mulai dari
pendidikan dan keterampilan dari petugas ambulance. Standart pendidikan dan pelatihan
di lingkunp EMS memberikan suatu konsep yang baik bagi mereka yang akan bekerja
maupun yang sedang bekerja di EMS, mampu menjadikan kinerja dari EMS sendiri
menjadi lebih baik lagi.
Tujuan : dalam sietematik review ini bertujuan mengidentifiasi pendidikan dan pelatihan
bagi petugas yang bekerja di ambulance
Metode : Dalam sistematik review ini dimulai dengan mengidentifikasi literatur pada
artikel jurnal ilmiah dengan dua database electronic yaitu Pubmed dan Proquest. Yang
telah dipublikasikan dari tahun 2013 sampai dengan 2018.
Hasil : Hasil pencarian dari dua database didapatkan hasil untuk Pubmed sebanyak 122
artikel dan Proquest sebanyak 332. Kemuadian melalui proses berbagai tahap seleksi
maka hanya terdapat 8 artikel jurnal yang dilakukan peninjauan atau pendalaman
Diskusi : Sistem pendidikan bagi yang bekerja yang ambulance mempunyai kurikulum
yang tersendiri, banyak negara yang memisahkan sendiri antara petugas paramedic
dengan petugas Rumah Sakit (dokter dan perawat). Sertifikasi terkait pelayanan
ambulance merupakan hal yang terpenting bagi setiap petugas ambulance.
Kesimpulan : Standart kurikulim pendidikan dan pelatihan bagi petugas ambulance terus
di kembangkan mengingat makin banyaknya masyarakat menggunakan layanan ini

Key Word : Student Paramedic, Paramedic, Paramedic School, Skill, Learning,


Ambulance, Prehospital, Emergency Medical Service.
A. Pendahuluan

Awal adanya pelayanan ambulance berasal dari zaman meliter kuno, pada saat

itu bertujuan untuk mengakut tentara yang terluka ke tempat yang aman saat

menghadapi medan pertempuran. Di tempat yang aman tersebut mereka yang

cedera dilakukan perawatan dengan baik. Melihat dampak dari perawatan pasukan

yang mengalami cederai ini, mereka merasa bahwa penanganan yang capat,

transportasi yang aman serta pengobatan yang secara dini sangat diperlukan dan di

butuhkan. Sehingga pada akhirnya mereka mebuat landasan layanan khusus

ambulance. Sejak tahun 1960 layanan ambulance berkembang dengan pesat (Al-

Shaqsi, 2010). Sehingga mereka mementuk Emergency Medical Service (EMS).

Emergency Medical Service (EMS) merupakan layanan untuk masyarakat yang

membutukan bantuan segera atau cepat terkait kesehatan di dilakukan di luar rumah

sakit (Pre Hospital care) sampai dengan pasien mendapatkan perawatan di rumah

sakit (Mehmood, Armaan Ahmed, Olive, & Hyder, 2018). WHO memberikan

tanggapan bahwa layanan prehospital atau emergancy medical service (EMS)

sabagai bagian integral dan penting dari suatu fungsi sistem perawatan kesehatan

(Sanders, Lewis, Quick, & McKenna, 2012). Kebutuhan pelayanan EMS yang besar

serta korban atau pasien terkait kegawatdaruratan sangat banyak sehingga

berdampak pada revolusi layanan pada ambulance (Sanders et al., 2012).

Penaganan yang cepat dan tepat sangat di butuhkan, oleh karena itu harus di dukung

dengan sarana (alat) dan staf atau personil yang mempunyai keterampilan serta

pendidikan yang memadai.

Di tiap-tiap negara mempunyai kurikulum dan pendidikan yang berbeda-beda,

misalkan saja di Indonesia dalam Peraturan Menteri Keshatan Republik Indonesia

Nomer 19 tahun 2016 menyebutkan bahwa tenaga yang bekerja di ambulance atau

Public Service Center (PSC) adalah mereka yang lulus dari pendidikan dokter,
perawat dan bidan. Hal ini sama seperti di negara Swedia, pemerintah setempat

menerapkan peraturan bahwa perawat merupakan bagian dari personel ambulance.

Sedangkan di negara Australia merupakan petugas khusus ambulance yang mereka

sebut dengan paramedic. Namun ada juga bebepa negara kesulitan dalam hal

penerapan EMS (Emergency Medical Service), seperti contoh dalam hal

keterampilan maupun kualitas pendidikan. Sebuah studi yang di lakukan di wilayah

India bagian selatan didapatkan bahwa 50% kasus pre hospital yang di tangani oleh

ambulace tidak mendapatkan perawatan oleh personel yang berkualitas, dengan kata

lain bahwa tidak hanya fasilitas transportasi serta infrastruktur yang baik namun

pendidikan dan keterampilan personel/staff ambulance sangat di butuhkan dalam

penanagan kasus pre hospital (Mohit & S, 2014). Hal ini hampir sama dengan negara

Ghana terkait dengan petugas yang bekerja di ambulance, menurut John et al. (2014)

pemerintah setempat menyadari bahwa merasa kekurangan tenaga kesehatan yang

bergerak (spesialis) emergency. Menurut Tomas and Veronica (2017) selama

menempuh pendidikan keperawatan mahasiswa sangat penting untuk mendapatkan

keterampilan atau skill terkait tentang keperawatan hal ini sangat berguna untuk

membangun rasa profesionalisme serta sebagai bekal mereka untuk bekerja

nantinya. Area pengetahun perawat ambulance, perawatan di ambulance serta

layanan pre hospital saat ini mulai berkembang. Hal ini berpeluang untuk

menciptakan kualitas layanan yang ada di prehospital. Program pendidikan perawat

spesialis emergency saat ini di anggap perlu melihat masalah tersebut. Salah Salah

satu strategi untuk mendapatakan hasil pendidikan perawat ambulance yang

kompten yaitu dengan mengeksplorasi dan menentukan kompetensi yang dibutuhkan

oleh perawat ambulans serta pengembangan kurikulum pendidikan (Sanders et al.,

2012). Dengan melihat malasah terebut dapat di uraikan bagaimana pendidikan dan

keterampilan personil yang berkerja di ambulace, dimana pertanyaan tersebut akan

di uraikan dalam sytematik review.


B. Metode

1. Desain

Penyusunan metode dalam hal ini adalah systematik review. Dengan

pertanyaan penelitian sesuai dengan kaidah PICO. Dengan pertanyaan penelitian,

bagaimana pendidikan dan pelatihan bagi personel yang bekerja di ambulance.

Pencarian lieratur tersebut melalui datatabes elektronik.

2. Proses

Dalam artikel ini pencarian hal yang terkait dengan pertanyaan penelitian

menggunakan dua database electronic yaitu Pubmed dan Proquest. Dengan hasil

publikasi di mulai dari tahun 2013 sampai dengan 2018 atau lima tahun. Strategi

pencarian dengan menggunakan kata kunci “Student Paramedic”, Paramedic,

“Paramedic School”, Skill, Learning, Ambulance, “Prehospital”, Emergency

Medical Service”. Pencarian tersebut menggunakan kata kunci kombinasi OR dan

AND, dengan bahasa artikel yang di gunakan adalah bahasa indonesia dan

bahasa inggris serta artikel yang di gunakan bukan artikel dalam bentuk editor

atau sejenisnya.

3. Hasil

Pada hasil pencarian dari 2 database didapatkan hasil untuk Pubmed

sebanyak 122 artikel dan Proquest sebanyak 332. Kemudian dilakukan skrining

atau pemilihan berdasarkan judul dan abstrak ditemukan untuk Proquest

sebanyak 16 artikel dan 11 artikel untuk Pubmed. Dari 27 artikel yang ada pada

Pubmed dan Proquest di temukan 8 artikel yang sama persis (dublikasi). Sehingga

tersisa 15 artikel yang mempunyai informasi terkait masalah yang sedang dibahas.

Kemudian artikel yang tersisatersebut di identifikasi berdasarakan kriteria inklusi

dan eksklusi.
Adapun kriteria inklusinya adalah kurikulum pendidikan dan pelatihan yang

diberikan pada petugas ambulance atau pre hospital. Sedangkan kriteria eksklusi

adalah pendidikan secara umum (pegawai rumah sakit) dan artikel yang

menggunakan bahasa selain bahasa inggris dan indonesia.

Setelah melalui proses seleksi tahap akhir, maka hanya terdapat 8 artikel

jurnal yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Semua tahapan atau alur tersebut dilakukan dengan menggunakan diagram

PRISMA yang di modifikasi. Adapun alur tersebut dapat dilihat melalui gambar 1.

Pubmed Proques

Mencari menggunakan kata kunci

122 Artikel 332 Artikel

Pemilihan berdasarkan judul dan artikel

11 Artikel 16 Artikel

27 Artikel

Artikel jurnal yang duplikasi sebanyak 8

15 Artikel yang masuk dan di


perikasa lebih lanjut

Pencocokan berdasarkan kriteria


inklusi dan ekklusi

8 Artikel yang
memenuhi kriteria

Gambar 1 Diagram alur PRISMA yang di modifikasi.

4. Appraisal (penilaian)

Hasil pencarian yang telah didapatkan sebanyak 8 artikel tersebut kemudian di

analisa menggunakan instrumen kritik jurnal Joannna Brigg Institution (JBI) check
list. Berdasarkan appraisal atau penilaian dilakukan tahap sintesis dan dilakukan

sytematic review. Dalam melakukan sintesis artikel ini di jabarkan dalam tabel 1.
Tabel 1 Ringkasan hasil penelitian tentang pendidikan dan keterampilan petugas yang bekerja di Ambulance
Pengarang Level
No Tujuan Metode Sample Intervensi Data analysis Hasil penelitian
(tahun) JBI
1 Sjölin, 4b Tujuan dari kualitatif 11 universitas Setiap universitas Dari 11 Bahwa pembelajaran
Lindström, penelitian ini adalah yang mengatur universitas mengenai praktek
Hult, untuk menyediakan bagaimana sistem yang profesional dalam
Ringsted, and menggambarkan kurikulum bagi pendidikan yang memberikan peyanan emergency
Kurland konten dalam yang bekerja di diterpakan serta kurikulum dapat di gambarkan
(2014). kurikulum kursus ambulance bagaimana sistem mempunyai sebagai medis,
untuk perawat pelatihannya. beragam keperawatan dan
ambulans. Disetiap pelatihan program pengetahuan. Sehingga
atau pembelajaran pembelajaran dengan ini pergguruan
mempunyai atau pelatihan. tinggi/universitas
kurikulum tersendiri Secara total mempunyai peranan
ada 49 penting dalam
kurikulum yang profeionalisme di
di analisa dan ambulance saat ini dan
di pisah masa depan
menjadi 16 sub
kategori dan 3
kategori utama
Kekurangan : Tidak dijelaskan berapa jam pelajaran yang harus didapatkan masing-masing mahasiswa serta sistem pembelajarannya juga tidak di
jelaskan
Kelebihan : Adanya kurikulum yang diberikan selama perkulihan di universitas
2 Miguel and 5c Bagaimana sistem - - - - Dalam penjelasannya
Nelson EMS di negara bahwa bagaimana
(2015) portugal orang-ornag yang
bekerja di EMS, mulai
dari pembelajaran atau
training yang harus di
lakukan, berapa jam
training tersebut harus di
capai supaya dapat
bekerja di EMS
Kekurangan : -
Kelebihan : Di jelaskan kurikulum pelatihan dan berapa jam yang harus di tempuh untuk dapat bekerja di EMS Portugal
3 Aditya et al. 4b Bagaiman kurikulum Kuntitatif Dari 40 peserta Responden Analisis Adanya peningkatan
(2016) NTS untuk pelatihan diberikan kurikulum menggunakan yang signifikan (25%, p <
paramedis paramedis, 28 selama 6 hari pair- t test 0,01)
difokuskan pada adalah dengan sistem Dengan survey komptensi
kepemimpinan laki-laki dan 12 kuliah, tanya jawab peningkatan kepemimpinan

adaptif, kerja sama adalah serta di putarkan paramedic yaitu (2,6 vs 4,6,
p <0,001, d = 1,8), public
tim, dan perempuan. video terkait
speaking (2,9 vs 4,6, p
keterampilan kepemimpanan
<0,001, d = 1,4), refleksi
komunikasi untuk paramedic diri
lingkungan Pre (2,7 vs 4,6, p <0,001, d =
hospital India. 1,6), dan kepercayaan
diri (3,0 vs 4,8, p <0,001,
d = 1,5)

Kekuarangan : Pada penelitian ini hanya menjelaskan terkait kurikulum kepemimpinan dalam EMS tanpa ada struktur kurikulum pendidikan EMS
Kelebihan : Menjelaskan bagaimana pendidikan kepempiman sangat penting dalam berkerja sama mengambil keputusan saat terjadinya emergency
dalam pelayanan EMS

4 Tomas and 4b Mengetahaui kualitatif Mahasiswa Sampel di lakukan - Layanan ambulance


Veronica bagaimana perepsi keperawatan wawancara terkait membutuhkan
(2017) siswa perawat semester akhir pembelajaran dan keterampilan dan skill hal
selama pendidikan dengan jumlah skill dipelayanan ini sama halnya dengan
keterampilan di 14 partisipan ambulance keterampilan perawat di
pelayanan ruang ICU dan UGD
ambulance
Kekurangan : -
Kelebihan : Lebih mengeksplore bagaimana skill/pendidikan yang harus di miliki oleh seorang yang bekerja ambulance

5 Mohit and S Mengetahui - - - - Sistem pendidikan EMS


(2014) gambaran keadaan yang diterapkan di India
EMS di india serta lebih banyak
memberikan mengadopsi sistem EMS
rekomendasi yang ada di Australia dan
bagaimana untuk UK, mulai dari pelatihan-
menoptimalkan pelatihan terkait EMS
pendidikan, skill
terkait EMS
Kekurangan : Lebih banyak mengutarakan hambatan selama bekerja di EMS
Kelebihan : Adanya rekomendasi standart pendidikan serta pelatihan yang harus di miliki oleh petugas kesehatan di India
6 Yu-Tung, 4b Melakukan survey Kuantitatif N = 20 Dalam penelitian ini SPSS versi 22 Hasil penelitian
Kuang-chau, kepada partisipan yang kuesioner di berikan menunjukan pada
and Brett Instruktur EMS dan bekerja di 3 bagian/aspek kuesioner item
(2018) direktur medis di Ambulance pertanyaan 1.Bahwa nilai cronbach
seluruh Taiwan 1. Data demografi mulai dari 0,99-0,84
untuk dan pendidikan jika di lihat dari faktor
mengidentifikasi serta kompetensi
kompetensi yang pengalaman Sedangkan jika di lihat
paling diinginkan 2. Kompetensi dan dari lain
untuk pelayanan kurikulum pengembangan
EMT. Sehingga pendidikan EMT profesionalisme nilai
menjadi dasar 3. Pendapat rata-rata 0,90-0,60.
pengembangan tentang Jika dilihat dari fakotr
standart dan keterampilan, kemampuan
kurikulum pendidikan dan komunikasi didapatkan
pendidikan EMS di pelatihan EMS hasil nilai alpha= 0,84
Taiwan saat ini serta 2.Nilai faktor
untuk masa profesionalisme
dapan di sebesar 0,94-0,68
lingkungan 3.Jika dilihat dari faktor
Taiwan keterampilan sebesar
0,74-0,62
Kekurangn : Dalam penyebaran kuesioner banyak yang tidak lengkap dalam hal pengisian kuesioner

Kelebihan : Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa bagaimana seharusnya pelatihan, berapa jam pelatihan yang harus di lampaui mahasiswa agar bisa
berkerja di emergency medical service
7 Evans, Debra 5c Mengetahui - - - - Dalam hal ini dunia
Kohl, Upland, komptensi dan skill pendidikan emergency
and Darby apa saja yang harus harus memberikan atau
(2014) di miliki oelh mengidentifikasi 13
seorang perawat keterampilan khusus
emergency terkait emergency
Kelebihan : Dalam atikel ini telah disebutkan beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh personnel emergency
Kekurangan : tidak di sebutkan perawat emergency yang di masksud apakah yang bekerja di ambulance atau di lingkungan IGD. Karena dalam artikel ini
di sebutkan perawat ambulance mempunyai kompetensi yang hampir sama dengan perawat IGD
8 Givati, 4b Bagaimana dampak Kualitatif 20 partisipan Wawancara di - Peran perguruan tinggi
Markham, reformasi pendidikan lakukan dengan dalam memfasilitasi
and Street paramedis terhadap tema : peran paramedic dalam
(2018) profesionalisme 1. Bagaimana perubahan dunia kerja di
paramedis kerangka ambulance
akademik
paramedis
2. Perluasan
pengetahuan dan
keterampilan
paramedis
3. Sistem perguruan
tinggi dan
profesionalisme
dalam praktek
paramedis
Kekurangan : -
Kelebihan : Adanya perubahan sistem kurikulum pendidikan yang berkaitan dengan paramedic
C. Diskusi

a. Sistem pendidikan

Seorang paramedis merupakan profesional kesehatan yang menanggapi

keadaan darurat medis di luar rumah sakit, paramedis bekerja sebagai bagian dari

layanan medis darurat (Emergency Medical Service), paling sering di ambulans.

Ruang lingkup praktek paramedis serta kurikulum pembelarannya bervariasi di

antara negara-negara, tetapi pada dasarnya sama yaitu penganganan dan

perawatan pasien gawat darurat. Dalam penggunaan umum, istilah 'paramedis'

mengacu pada personel ambulans (Brooks, Cooke, Spencer, & Archer, 2016). Di

beberapa negara, ada perbedaan seseorang yang bertugas atau bekerja di

ambulance atau pre hospital care. Seperti yang negara Indonesia dan Swedia,

dimana petugas ambulance atau yang bekerja di pre hospital meliputi perawat dan

dokter, sedangkan di negara-negara seperti United Kingdom, Australia dan

beberapa negara lain menyebutkan bahwa petugas yang bekerja di area Pre

hospital care atau ambulace adalah seorang paramedis yang mempunyai

pendidikan tersendiri.

Menurut Alanazi (2012) Program pendidikan untuk personil yang ada di

Emergncy Medical Service memiliki dua fase. Fase I meliputi satu semester dan

mencakup 2 tahun. Kemudian di lanjutkan pada tahap II yang terdiri dari semester

1–4 atau kurang lebih 2 tahun pendidikan. Kurikulum paramedis mengikuti

perkembangan di semester awal siswa diberikan pembelajaran tentang dasar

kegawat daruratan (Basic Emergency Care). Sedangkan menurut McAllister and

McKinnon (2009) dan Alanazi (2012) pada semester pertama, Paramedic Practice

1 mendapatkan keterampilan komunikasi efektif selain itu dasar-dasar primer dan

sekunder survey, resusitasi, pemeriksaan pasien dan riwayat penyakit, membuat

penilaian ancaman hidup, serta dokumentasi. Keterampilan dasar ini cenderung

dikirim lebih awal.


Alanazi (2012) menambahkan bahwa siswa paramedis pada semester dua

dan tiga dilakukan pembelajaran tentang konsep sistem tubuh dan patofisiologinya

serta praktikum advanced life support. Selain itu pada semester tiga akhir mereka

akan mendapatkan pembelajaran tentang psikologi dan penyakit gangguan

mental. Semester keempat berfokus pada membangun keterampilan, managemen

kepemimpinan, managemen klinis serta administrasi obat-obatan. Pada tahap II

dimana 60 prioritas masalah kesehatan mulai diidentifikasi dengan waktu sekitar 4

hingga 10 minggu dengan metode pembelajaran berupa ceramah, pratikum serta

diskusi di dalam kelas. Kemudian di akhir semester melakukan praktium selama

10 minggu di rumah sakit untuk pengalaman klinik seperti di ICU, Emergency

Room, PICU/NICU dan Kegawatdaruratan kebidanan. Selian mereka juga praktek

untuk menjadi seorang paramedis.

College of Paramedics benar-benar berkomitmen untuk pengembangan

profesi paramedis. Untuk tujuan ini adalah penting bahwa semua orang yang

terlibat dalam pengiriman program pendidikan dan pelatihan paramedis

sepenuhnya sadar akan kompleksitas profesi dan tanggung jawab dalam

memberikan pelayanan kesehatan. Menurut Newton (2014) pengembangan

praktisi yang aman dan kompeten harus menjadi yang utama pertimbangan untuk

penyedia pendidikan paramedis. Dengan demikian, paramedis harus mampu

mengatasi berbagai jenis pasien mulai bayi baru lahir sampai dengan orang

dewasa bahkan lansia. Kurikulum pendidikan harus mempunyai topik yang relevan

secara khusus dan berfokus pada suatu kelompok pasien tertentu seperti

kesehahan jiwa,, pediatri, kebidanan, trauma, demensia, perawatan paliatif dan

lain-lain Selain itu, siswa harus mampu mengkombinasikan atau mengitergrasikan

50% pengalaman praktik dan 50% dengan tujuan untuk memastikan akuisisi

kompetensi di semua bidang yang diidentifikasi. Selama program studi, siswa

harus memperoleh keterampilan dan atribut yang diperlukan untuk memungkinkan


mereka melakukan pembelajaran seumur hidup yang efektif, yang pada gilirannya

akan mendukung mereka terus menerus pengembangan profesional (CPD).

b. Pelatihan atau keterampilan (Skill)

Pada tahun 1969 Presidential Commission on Highway Traffic Safety di

Amerika Serikat merekomendasikan terkait standart pelatihan dan keterampilan

yang harus di miliki oleh tenaga atau personil yang bekerja di lingkungan

Emergency medical service (EMS) atau Ambulance, hal ini mengingat angka

kejadian kecelakaan lalu lintas yang semakin meningkat (Caffrey et al., 2014).

Berangkat dari hal tersebut pendidikan dan sertifikasi paramedis muncul dari

kurikulum nasional yang dikembangkan oleh suatu Lembaga Emergency medical

service yang bekerja sama dengan Universitas Pittsburgh. Namun Standart

Nasional Kurikulum paramedis ini direvisi oleh Departemen Perhubunngan

Amerika Serikat sekitar tahun 1998 dan akhirnya tahun 2009 telah di keluarkanya

Standart pendidikan nasional EMS untuk paramedis. Serta sejak tahun 2013

National Registry of Emergency Medical Technicians (NREMT) telah mencatat

sekitar 80.000 paramedis yang masuk atau terregistrasi. National Registry of

Emergency Medical Technicians merupakan lembaga independen yang berada di

Amerika serikat yang bertugas dalam hal pendataan serta sertifikasi terkait praktisi

yang bekerja di EMS dan sertifikasi ini di akuai oleh 46 negara (NREMT, 2013).

Selain itu terdapat pula lembaga atau badan yang dapat mengeluarkan sertifikat

yang berhubungan denga praktisi yang bekerja di EMS, Board for Critical Care

Transport Paramedic Certification (BCCTPC) merupakan organisasi independen

yang mempunyai program atau menawarkan tiga sertifikasi yang untuk

mendapatkannya harus melalui mekanisme pengujuan baik tertulis, praktek

maupun sertifikat paramedis penerbang (Gryniuk, 2001)


Kompetensi profesional sering digambarkan sebagai kemampuan untuk

menggunakan pengetahuan dan keterampilan konteks profesional tertentu

(Wihlborg, 2018). Namun Givati et al. (2018) menegaskan bahwa, untuk

profesionalisme harus dipertahankan, penguasaan pekerjaan dari pekerjaan harus

dipegang oleh praktisi sendiri, sebagaimana adanya yang paling akrab dengan

situasi yang berhubungan dengan pekerjaan yang kompleks yang memerlukan

pemanfaatan. Pelayanan yang cepat dan tepat berawal dari pengetahuan dan

keterampilan yang memadai. Karena tidak jarang pasien yang di tangani oleh

petugas EMS dalam kondisi mengancam jiwa. Seperti yang di ungkapkan oleh

Kilner (2017) layanan layanan ambulans harus mempunyai petugas yang

kompeten dan profesional, staf ambulance atau paramedis harus dilakukan

pelatihan-pelatihan yang menekanan kondisi pasien yang mengancam jiwa seperti

pelatihan kardiovasculer serta masalah-masalah pernafasan maupun resusitasi.

Menurut Yu-Tung et al. (2018) Kompetensi petugas yang bekerja di EMS

merupakan dasar penetapan level serta penentuan kurikulum pembelajaran.

Dalam penelitiannya bahwa EMT (Emergency Medical Technician) level 1 dan

level 2 mempunyai kewenangan yang hampir mirip, sehingga ini bisa menjadi

dasar untuk mendesain ulang. Menurut Brooks et al. (2016) bahwa sesuai dengan

peraturan National Registry of Emergency Medical Technicians tahun 2016 bahwa

program pelatihan EMT untuk sertifikasi di Amerika Serikat, EMR (Emergency

Medical Responder) setidaknya telah mendapatkan pelatihan minimal 40–80 jam

pelatihan di ruang kelas, untuk EMT (Emergency Medical Technician) telah

melakukan pelatihan paling sedikit 120–180 jam pelatihan di kelas. AEMTs

(Advanced Emergency Medical Technician) umumnya memiliki 200-500 jam

pelatihan, dan Paramedis sendiri dilatih untuk 1.000–1.800 jam atau lebih. Selain

itu, untuk mempertahankan sertifikasi yang peroleh dari NREMT (National

Registry of Emergency Medical Technicians), EMT (Emergency Medical

Technician) harus mendapatkan setidaknya 48 jam pendidikan tambahan atau


CEs (continuing education). Sedangkan dinegara Portugal kurikulum yang di

terapkan meliputi perkuliahan di kelas (teori) dan di praktikum (intership). Pada

perkuliahan di kelas setidaknya harus menempuh sekitar 1.232 jam pembelajaran

meliputi medical emergency sampai dengan pembelajaran transportasi

menggunakan hellicopter. Sedangkan untuk kegiatan intership atau praktek di

lahan sekitar 91 jam (Miguel & Nelson, 2015).

D. Kesimpulan

Sistem pendidikan dan keterampilan yang harus di penuhi meraka yang ingin

atau telah berkerja di EMS atau ambulance harus mempunyai standart yang telah di

tetapkan, selain itu perlunya pendidikan berkelanjutan serta retensi bagi staff yang

bekerja di EMS dengan itu staff atau personel yang bekerja di sana mampu mengiuti

trand atau perkembangan ilmu tentang kegawat daruratan.

Sertifikasi serta kredensial merupakan hal yang terpenting untuk mendapatkan

staff atau personil yang bekerja di ambulance. Kredensial ini akan mencangkup

apakah seseorang yang bekerja di ambulance telah terdaftar dalam induk organisasi

serta telah mendapatkan lisensi atau sertifikat terlait pelayanan di ambulance.

Selain itu adanya level sertifikat atau lisensi memberikan suatu kewenangan

yang berbeda-beda sehingga pelayanan pasien dapat ditangani oleh mereka yang

benar-benar mempunyai kewenangan klinis.


Daftar Pustaka

Aditya, Mantha, Coggins, Nathaniel L, Aditya, Mahadevan, Strehlow, Rebecca N,


Strehlow, Matthew C, & Mahadevan, S.V. (2016). Adaptive leadership curriculum
for Indian paramedic trainees. International Journal of Emergency medicine, 9. doi:
10.1186/s12245-016-0103-x
Al-Shaqsi. (2010). Models of International Emergency Medical Service (EMS) Systems.
Oman Medical Journal. doi: 10.5001/omj.2010.92
Alanazi, Abdullah Foraih. (2012). Curriculum design of emergency medical services
program at the College of Applied Medical Sciences, King Saud bin Abdulaziz
University for Health Sciences. Advances in medical education and practice, 3, 7-
18. doi: 10.2147/AMEP.S28590
Brooks, Ingrid Ann , Cooke, Matthew , Spencer, Caroline , & Archer, Frank (2016). A
review of key national reports to describe the development of paramedic education
in England (1966-2014). emergency Medical Services Journal, 33, 876–881.
Caffrey, Sean, Clark, John R, Bourn, Scott, Cole, Jim, Cole, John, Maria, Mandt, . . .
Swanson, Eric. (2014). Paramedic Specialization: A Strategy for Better Out-of-
Hospital Care. Air Medical Journal, 33(6), 265-273. doi: 10.1016/j.amj.2014.07.020
Evans, Loreen, Debra Kohl, Upland, & Darby. (2014). Educating an Emergency nurse.
Clinical Educator, Emergency Department, 40. doi: 10.1016/j.jen.2013.03.004
Givati, A., Markham, C., & Street, K. (2018). The bargaining of professionalism in
emergency care practice: NHS paramedics and higher education. Adv Health Sci
Educ Theory Pract, 23(2), 353-369. doi: 10.1007/s10459-017-9802-1
Gryniuk. (2001). National Flight Paramedics Association. The role of the certified flight
paramedic (CFP) as a critical care provider and the required education. .
Prehosp Emerg Care, 5, 290-292.
John, Martel, Rockefeller, Oteng, Nee-Kofi, Mould, Millman, Sue, Anne Bell, & Ahmed,
Zakariah. (2014). The Development Of Sustainable Emergency Care In Ghana:
Physician, Nursing And Prehospital Care Training Initiatives. The Journal of
Emergency Medicine, 47, 462-468. doi: org/10.1016/j.jemermed.2014.04.041
Kilner. (2017). Educating the ambulance technician, paramedic,and clinical supervisor:
using factor analysis to inform the curriculum. Emerg Med J, 21, 379-385. doi:
10.1136/emj.2016.009605
McAllister, & McKinnon. (2009). The importance of teaching and learning resilience in the
health disciplines : A critical review of the literature. Nurse Education Today, 29,
371-379.
Mehmood, Amber, Armaan Ahmed, Rowther, Olive, Kobusingye, & Hyder, Adnan A.
(2018). Assessment of pre-hospital emergency medical services in low-income
settings using a health systems approach. International Journal of Emergency
Medicine (Online), 11(1), 1-10. doi: http://dx.doi.org/10.1186/s12245-018-0207-6
Miguel, josé, Padilha, & Nelson, Coimbra. (2015). The Portuguese Emergency Medical
System. International Nursing, 41. doi: dx.doi.org/10.1016/j.jen.2015.02.007
Mohit, Sharma, & S, Brandler Ethan. (2014). Emergency Medical Services in India: The
Present and Future. Prehospital and Disaster Medicine, 29(3). doi:
http://dx.doi.org/10.1017/S1049023X14000296
Newton, Andy. (2014). Paramedic Curriculum Guidance (3rd ed.). UK: The College of
Paramedics
NREMT. (2013). National Registry of Emergency Medical Technicians. Total Nationally
Certified Paramedic Providers Map October 2013.
Sanders, Mick, Lewis, Quick, & McKenna, K. (2012). Mosby's paramedic textbook. St.
Louis, Mo: Jones and Bartlett Publishers, inc
Sjölin, Helena, Lindström, Veronica, Hult, Håkan, Ringsted, Charlotte, & Kurland, Lisa.
(2014). What an ambulance nurse needs to know: A content analysis of curricula in
the specialist nursing programme in prehospital emergency care. International
Emergency Nursing.
Tomas, Nilsson, & Veronica, Lindström. (2017). Nursing students’ perceptions of learning
nursing skills in the ambulance service. doi: 10.1016/j.nepr.2017.02.011
Wihlborg, Jonas. (2018). The ambulance nurse. Aspects on competence and education.
Sweden: Lund University, Faculty of Medicine.
Yu-Tung, chang, Kuang-chau, Tsai, & Brett, Williams. (2018). Development of new core
competencies for Taiwanese Emergency Medical Technicians. Advances in
Medical Education and Practice, 9, 148-158.

Anda mungkin juga menyukai