Bidadari Dalam Diri Laisa
Bidadari Dalam Diri Laisa
Laisa
D
indah. Mereka baik lagi cantik jelita. (Ar Rahman: 70). Bidadari-bidadari surga,
memiliki pendamping hidup yang cantik seperti bidadari. Dan keinginan anak
kecil untuk menjadi seorang bidadari. Akan tetapi terlepas dari semua itu, timbul
pertanyaan dalam diri kita. Benarkah bidadari itu cantik? Atau jangan-jangan
telah dijejali berbagai cerita tentang bidadari. Tidak mengherankan jika hal
Dalam dongeng ini dikisahkan seorang pemuda tampan yang tanpa sengaja
kecantikan mereka dan timbul keinginan untuk memiliki salah satu dari mereka.
Dengan sengaja, diambilnya salah satu selendang yang tergeletak di atas batu dan
disimpannya. Akibatnya seorang bidadari bernama Nawang Wulan tidak bisa
negeri. Sering kita mendengar istilah peri atau “fairy” yang secara umum
baik, dan memiliki kekuatan sihir, seperti mengubah bentuk benda, memindahkan
barang dalam sekejap, dan membereskan rumah dengan waktu yang sangat
singkat.
Dalam bahasa Inggris awalnya nama fairy berasal dari kata elvish
sejak sebelum tahun 1000 M yang berarti peri. Dalam cerita rakyat, makhluk
ghaib ini adalah ras yang sakti. Menurut akar kata Indo-Eropa, kemungkinan kata
elvish berasal dari albiz, yang walaupun asal-usulnya tidak diketahui, merupakan
kata turunan dari albho yang berarti putih (wikipedia berbahasa Indonesia: Peri).
saja dikisahkan sebagai seorang yang santun dan ramah. Akan tetapi juga,
Tinkerbell dalam cerita fiksi karya James M. Barrie (1904) maupun dalam cerita
fiksi Peter Pan and Wendy karya penulis yang sama (1911).
halnya dengan peri yang dipercaya oleh anak-anak di luar negeri. Di Indonesia
Hal ini sama halnya dengan peran malaikat dalam beberapa agama lain. Selain itu,
bidadari dalam agama Hindu juga ditugaskan untuk menguji kegigihan dan
begitu cukup satu kata untuk menggambarkan kecantikan fisik bidadari, yaitu
sempurna.
kepercayaan Hindu, dalam agama Islam bidadari atau bidadari surga digambarkan
sebagai gadis cantik yang dipersiapkan untuk laki-laki yang beriman di surga.
iin yang berarti putih dan bermata jeli. Hal tersebut dituliskan pada ayat 22 dan
23.
bentuk fisik seorang bidadari. Seorang bidadari bermata jeli berarti ia memiliki
sepasang mata yang indah. Sedangkan, bidadari juga diibaratkan sebagai sebuah
mutiara yang tersimpan dengan baik. Kita tentu mengetahui betapa berharganya
sebuah mutiara bagi manusia. Mutiara adalah perhiasan yang bahkan lebih mahal
khusus bagi laki-laki penghuni surga dan merupakan gadis yang masih perawan.
pada surat yang lain. Yaitu dalam surat Ar-Rahman ayat 56.
bagaikan emas untuk menyambut suami mereka setiap hari. Dan entah bagaimana
Allah mengaturnya, hanya suami bidadari itu yang dapat mendengar merdunya
melainkan untuk manusia hingga saat waktu yang telah ditentukan. Sehingga
selama waktu itu datang, seorang bidadari berada di surga dan dijaga kesuciannya
beauty dari seorang bidadari itu benar adanya. Akan tetapi kecantikannya tidak
empat golongan perempuan yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW.
Akan tetapi suatu fakta bahwa bidadari surga yang kelak menjadi
istri laki-laki beriman bukanlah istri-istri mereka yang berada di bumi. Karena
sebenarnya bidadari surga telah dipersiapkan oleh Allah dan tercatat dalam takdir
bidadari Surga karya Tere Liye? Di dalam novel ini, Laisa, tokoh utama
dilukiskan sebagai bidadari tanpa sayap. Ia bukan bidadari yang secara umum
dibayangkan oleh sebagian besar orang. Laisa tidak digambarkan sebagai seorang
perempuan yang memiliki paras cantik jelita. Sebaliknya, bidadari dalam novel ini
digambarkan hanya sebagai perempuan biasa yang bahkan bisa dibilang sebagai
sempurna dalam novel ini. Bahkan dengan sengaja menciptakan bidadari yang
jauh dari kesan biasa. Tetapi jika menilik ke dalam hatinya, mungkin lebih baik
daripada seribu wanita. Terlebih kepada adik-adiknya, dia selalu berkorban demi
kebahagian
Malam itu, Laisa untuk kesekian kalinya tiba tepat waktu.
mereka. Menggedor pintu rumah kepala kampung atas. Terbata-bata
bilang tentang sakit Yashinta.
Mungkin
Tubuhnya yang tanpa pelindung apapun menggigil. Tadi
bentuk hampir satu jam ia mendaki lembah untuk tiba di kampung
atas. Normalnya hanya setengah jam, tapi di tengah jalan
pengorbanan tadi, kakinya menghantam tunggul Batang kayu yang sudah
mati. Seperti ditusuk seratus sembilu saat berusaha
Laisa dijejakkan ke tanah. Tapi Laisa, terus mendaki lembah.
Memaksa kakinya melupakan rasa sakit. Yashinta
kepada
menunggu pertolongan di rumah.
adiknya tidak
begitu nampak pada awalnya. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, pengorbanan
bantuan ke tempat yang berjarak cukup jauh. Dimana orang-orang masih terlelap
dan terbuai oleh peraduan. Tepat tengah malam, Laisa berlari mendaki bukit
dalam guyuran hujan yang lebat. Bahkan tanpa memedulikan sakit di kakinya saat
terantuk kayu.
Dewasa ini jarang kita temui pengorbanan seorang kakak yang
begitu hebatnya. Bahkan mungkin jika boleh dibilang, sudah tidak ada. Yang
Sarifudin (18) dengan Muhammad Maulidin (21) yang terjadi pada akhir bulan
November tahun lalu? Kedua kakak-beradik itu bertengkar hanya karena masalah
uang. Konflik berawal ketika Maulidin menuduh Agil mencuri uang miliknya.
Akan tetapi Agil tidak menerima tuduhan sang kakak. Perkelahian pun akhirnya
pecah. Dan tidak pernah terduga sebelumnya jika perkelahian itu berujung pada
membunuh adiknya sendiri hanya karena uang. Mungkin saja ia melakukan hal
tersebut tanpa sengaja, hanya untuk membela diri. Tapi andaikata masing-masing
pihak bisa meredam emosi atau salah satu pihak mau mengalah, perkelahian
tersebut tentu dapat dihindari. Dan yang jelas tanpa menimbulkan korban jiwa.
Jika sang kakak dapat berpikiran positif atau si adik dapat sedikit mengerti
kakanya, hal tersebut pun tidak akan terjadi. Mungkin tidak diduga sebelumnya
bahwa yang akhirnya datang adalah sebuah penyesalan. Toh apapun yang terjadi
berbeda 180 derajat. Baginya bukan materi yang nomor satu, akan tetapi sebuah
kebahagiaan keluargalah yang terpenting. Dari kutipan di atas, betapa pun Laisa
ingin agar adik bungsunya dapat lekas sembuh. Walau harus menerjang hujan
Laisa mampu melindungi adik-adiknya dari bahaya yang bisa saja terjadi dalam
Bagi sebagian besar orang, apa yang dilakukan oleh Laisa adalah
tindakan bodoh yang semestinya tidak harus dilakukan. Apalagi oleh seorang
menerobos semak-semak untuk menghadapi seekor harmau lapar yang sudah siap
Bayangkan jika kita ditempatkan pada posisi Laisa. Apa yang akan
kalian lakukan saat itu juga? Berdiri mematung dan pasrah melihat adik kalian
mencari pertolongan, atau melakukan hal sama yang dilakukan Laisa? Mana yang
akan kalian pilih? Apalagi jika orang itu bukanlah adik kandung kalian sendiri?
orang. Ia memilih untuk tidak lari dan menghadapinya, walau sesaat kemudian
sesuatu dan tidak bisa mundur. Toh pada akhirnya harimau itu mundur dan
dalam waktu yang singkat. Hanya sedikit ilmu yang bisa dia tangkap dalam
jangka tiga tahun pendidikannya. Membaca dan menghitung. Baru itu yang bisa
didapatkan oleh anak kelas tiga SD. Akan tetapi pelajaran yang ia terima dari
Secara logika, jika seseorang disakiti orang lain, maka orang itu
akan membalasnya dengan hal yang sama. Atau setidaknya tidak ingin
berhubungan dengan orang tersebut selama beberapa waktu maupun dalam waktu
yang lama. Akan tetapi Laisa tidak berpikir hanya menggunakan logika, namun
kita refleksikan dengan Nabi Muhammad SAW. Dimana saat beliau dicemooh
oleh orang-orang yang tidak percaya akan kenabian beliau, Nabi Muhammad
mencemooh pengemis itu, akan tetapi beliau malah memberinya makan setiap
depannya sendiri. Tetapi apa yang terjadi setelah Nabi Muhammad SAW
meninggal dunia? Pengemis itu merasa kehilangan orang yang selama ini
memerhatikannya. Begitu tahu bahwa yang selama ini menyuapinya adalah orang
yang selama ini pula dicemoohnya, ia sangat menyesal dengan tindakannya itu.
betapa pun ia ingin kembali saat Nabi Muhammad belum meninggal dunia dan
Begitu pun yang terjadi pada Laisa. Bertahun setelah kejadian itu,
hidup mereka adalah sesuatu yang sangat berharga. Tanpa adanya Laisa yang
entah telah berapa kalinya datang tepat waktu, mungkin mereka berdua sudah
mereka hingga bertahun-tahun kemudian. Tidak hanya sekali, dua kali, atau tiga
dihitungnya.
bahkan Laisa pun membela adiknya di depan orang banyak. Dia tidak ingin
adiknya merasa malu di depan mereka. Seperti pada bab Kincir Air, dimana
pendapatnya untuk mengatasi masalah air di sawah. Tetapi dengan tegas Laisa
mendukung ide adiknya yang cerdas itu. dan berhasil meyakinkan warga untuk
mencoba membuat kincir air rancangan Dalimunte untuk mengairi sawah mereka.
kehidupan yang lebih baik di Lembah Lahambay, tempat dimana selama ini Laisa
tinggal. Laisa turut andil dalam kemajuan desa itu. Jika saja Laisa tidak
meyakinkan warga untuk mencoba penemuan Dalimunte yang saat itu masih kelas
lima SD, mungkin mereka masih kesulitan dalam mengairi ladang mereka.
Dalimunte sendiri sebenarnya masih ragu dengan apa yang ia
dari warga. Ia tidak pernah mengira semua itu. yang ia bayangkan sebelumnya
Tapi dengan tanggapan warga membuat nyalinya ciut. Hingga Laisa datang
sebagai penolong baginya. Jika saat itu Laisa tidak membelanya mungkin ide-
kepercayaan seorang kakak kepada adiknya. Selain itu juga ia pun telah bertekad
tidak akan membirkan adik-adiknya kecewa dan malu. Jika ada yang harus meresa
kecewa dan malu itu adalah ia, bukan adik-adiknya. Adik-adiknya berhak atas
masa depan yang lebih baik daripada dirinya. Itulah janjinya kepada babak
Yashinta mendaftar sekolah. Dia menerima dengan lapang dan sabar menghadapi
bahkan ia menegur Yashinta, adiknya untuk menahan emosi dan terus melanjutkan
tetapi apa yang ia perbuat kepada orang lainlah yang lebih penting baginya. Tidak
peduli dengan apa yang dilakukan orang kepadanya maupun cara pandang
mereka. Sebisa mungkin ia menahan emosi, kalau bisa pun membalas perilaku
Seperti halnya dengan fisiknya yang sering dicemooh orang lain, keputusan Laisa
Kampung dengan beberapa mahasiswa dari kota. Mereka berpikir bahwa Laisa
mudah percaya dengan perkataan orang lain. Akan tetapi begitulah sifat Laisa.
Apa yang menurutnya akan bermanfaat dan berdampak positif, akan ia lakukan
dengan sungguh-sungguh.
jika semua dilakukan dengan lebih bekerja keras maka keberhasilan pun menanti
di depan mata.
Apa yang diapatkan Laisa saat itu sepadan dengan kerja keras yang
selama ini ia lakukan. Dengan sabar dan tekun, Laisa mengurus perkebunan
diputuskannya adalah yang terbaik baginya dan keluarganya. Dengan tekad yang
bulat, ia ingin membuktikan kepada orang-orang apa yang mereka pikirkan itu
tidak benar.
berkembangnya proyek tenaga nuklir di kemudian hari. Pada masa kecilnya, tidak
ada seorang pun yang menyangka jika kelak Einstein kecil akan menjadi seorang
segala sesuatu benda bahkan kepada adiknya sendiri yang masih balita hingga
berumur tujuh tahun. Sifat-sifat seperti itulah yang seringkali orang lain
gemilang. Ia dinobatkan sebagai pemilik IQ tertingga hingga saat ini. Dan otaknya
Einstein yang pada awalnya tidak dipercayai oleh orang lain, Laisa dapat
lampu. Pernahkan kalian berpikir, jika saja saat itu Edison menyerah pada
kegagalannya, apa yang akan terjadi di dunia sekarang ini? Akankah pada malam
hari kita dapat mengerjakan tugas dengan menggunakan cahaya yang terang
benderang?
Thomas Alfa Edison bukanlah sosok yang mudah menyerah. Untuk
Bukan hanya sekali atau dua kali maupun tiga kali. Berpuluh-puluh kali bahkan
datang. Akan tetapi ia tidak menganggap kegagalan itu sebagai batu sandungan
kalian tahu apa yang dikatakan Edison mengenai kegagalannya itu yang
mencapai ratusan kali? Edison hanya berkata bahwa Ia telah menemukan ratusan
Apa yang dialami Thomas Alfa Edison hampir sama dengan apa
yang dialami oleh Laisa. Kegagalan panen saat penanaman pertama tidak
kesalahan yang telah ia lakukan. Ia terus bekerja keras untuk memdapatkan hasil
yang maksimal.
itu. Kerja keras. Dia menginginkan mereka sukses dengan hasil mereka sendiri. Ia
tetap berada pada jalur yang benar, membantu Mamak dalam membesarkan adik-
mengusahan yang terbaik bagi mereka. Dan selalu mengalah demi kebahagiaan
semua itu sendirian bagi seorang gadis desa yang masih terkurung dalam adat
daerah? Mungkin bagi sebagian besar gadis saat itu akan menjadikannya sebuah
aib. Tetapi sekali lagi, Laisa bukanlah gadis pada umumnya. Ia tetap merelakan
Laisa memang tipe orang yang keras kepala. Apapun yang tidak
berfikirnya cukup sederhana. Akan tetapi dengan cara yang seperti itulah orang
lain tidak pernah terpikir untuk berpikiran sepertinya. Itu pula salah satu
satupun laki-laki yang datang untuk meminangnya, ia tidak keberatan dengan itu.
Maupun ketika satu persatu adiknya mulai melangkahinya seperti yang ada pada
kutipan sebelumnya. Dia lebih memilih memikirkan tentang apakah ia masih bisa
melakukan banyak hal, yang baik tentunya, di tempat tinggalnya. Atau masih
Atau mungkin kita bandaingkan sendiri dengan diri kita. Apakah kita masih
yang tidak begitu dekat dengan kita. Dengan orang yang paling dekat seperti
orang tua, saudara, dan teman saja jarang kita jumpai. Kita masih sering
memikirkan hanya diri kita sendiri. Jika apapun yang kita butuhkan sudah
sering kita dengar. Jika kita berada dalam sebuah kapal yang hampir tenggelam
dan tinggal satu alat penyelamat yang tersisa. Sedangkan di kapal tinggal diri kita
dan seorang nenek tua. Saat sudah bersiap untuk menyelamatkan diri, tiba-tiba
nenek itu muncul dengan wajah pengharapan. Apa yang kira-kira akan kita
lakukan saat itu. Ataukah dengan ikhlas menyerahkan alat penyelamat itu kepada
sang nenek ataukah dengan acuh menyelamatkan diri sendiri? Jika kita
memutuskan untuk memilih pilihan yang pertama, maka sebaiknya kita harus
belajar banyak dari Laisa. Belajar mengenali arti mengalah dan ikhlas yang
selama ini entah tersembunyi dimana dalam diri kita. Belajar menghargai orang
lain, yang selama ini secara langsung maupun tidak langsung telah mengalah pada
kita saat diri kita mulai egois memikirkan diri sendiri. Belajar bersabar dengan
pandangan-pandangan orang lain yang mungkin selama ini menyakiti hati kita.
Kita harus berusaha tersenyumdan tenang menghadapi semua itu. seperti yang
Tuhan kepadanya. Baik itu yang ia inginkan maupun yang tidak ia inginkan.
Baginya semuanya adalah yang terbaik baginya. Hanya masalah waktu saja yang
membuatnya menjadi indah dan berharga dalam hidup. Ia tidak pernah mengeluh
semuanya pada Tuhan. Ia tahu apa yang telah diatur Tuhan akan jauh lebih indah
bibanding dengan apa yang manusia atur, apalagi jika menjalani penuh dengan
yang dapat menenangkan hatinya. Dan sekali lagi rasa menerima dan syukurlah
yang membuatnya seperti itu. Suatu sifat yang perlu kita contoh juga dari diri
kita ketahui kesabaran Laisa dalam menanti jodoh yang mungkin saja tidak akan
datang dalam hidupnya. Dalam novel ini, Laisa diceritakan sangat sulit
fisiknya. Pernah suatu kali ia hampir menemukan pasangan hidup. Seorang lelaki
yang telah beristri dan kesulitan mendapatkan anak. Walau hanya akan dijadikan
ingin kakak mereka diduakan dalam hidupnya. Akan tetapi demi sebuah kebaikan
ia rela melakukannya. Ia rela dijadikan istri kedua untuk laki-laki yang tidak
Akan tetapi saat semuanya telah siap, kabar itu datang dengan
begitu saja. Istri dari lelaki yang akan menjadi suami Laisa mengandung. Entah
apa yang direncanakan Tuhan untuk Laisa. Dia yang memberikan dua pilihan
yang berat bagi Laisa. Dan ketika telah diputuskan, tiba-tiba saja semuanya
menghilang begitu saja. Jika Tuhan ingin menguji kekuatan iman Laisa, maka hal
diuji.
Sebenarnya bisa saja saat itu jika Laisa egois ia akan tetap menikah
perasaan istri lelaki itu. Tetapi ia sangat memikirkan perasaan seorang wanita
yang kelak akan diduakan oleh calon suami Laisa. Maka dengan ikhlas pula
sendiri. Ia tahu jika mereka semua mengetahuinya, akan menimbulkan rasa sedih
yang mendalam.
Selalu tidak ingin merepotkan orang lain juga merupakan sifat yang
menempel dalam dirinya. Ia terbiasa hidup mandiri dan kerja keras. Maka ia tidak
ingin jika ada orang yang kerepotan karenanya. Melihat mereka bersedih saja
kalian itu adalah hal yang mudah? Tentu saja tidak. Bagaimana caranya
memeriksakan diri secara diam-diam tanpa diketahui orang lain? Jika memang
keluarganya cemas, bahkan saat ia berada dalam keadaan yang sulit. Ia berusaha
tegar dan terlihat sehat, agar semuanya tidak curiga. Bagaimana jika kita yng
berada dalam posisi Laisa? Apa kita akan seperti ia yang menyembunyikannya
agar orang lain tidak merasa sedih dengan penderitaan kita? Atau mungkin
Apapun itu, masih sedikit orang yang memiliki sifat seperti Laisa.
Sifat seorang bidadari. Begitulah Tere Liye menggambarkan sosok bidadari dalam
diri Laisa. Dengan kekurangan fisik, ia memiliki sifat-sifat yang tidak semua
mungkin orang intu adalah ibu. Dalam suatu cerita rohani yang berkembang di
dalam masyarakat, ibu adalah sosok bidadari dan malaikat bagi anak-anaknya
karya Tere Liye, seorang ibu juga memeiliki beberapa sifat-sifat yang berbudi
membawa-bawa kita setiap hari? Bukan hanya itu, ibu juga dengan tulus menjaga
kita dari segala hal yang akan membahayakan kita. Seperti yang dilakukan Laisa
mendidik kita agar menjadi orang yang sukses. Lagi-lagi seperti apa yang
adiknya agar menjadi orang sukses. Ia mendidik mereka agar menjadi orang yang
adiknya dengan tegas dan keras, tapi ia pun terkadang mendidik adik-adiknya
apa yang mereka putuskan untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan luar
negeri, walau mereka belum memiliki pengalaman. Ia yakin niat adiknya itu baik,
bidadari dalam dunia nyata tidak identik dengan perempuan yang memiliki paras
yang cantik dan jelita. Seperti halnya Laisa, ia bahkan memiliki keadaan fisik
yang jauh dari sempurna. Bertubuh pendek, hitam, rambut gimbal. Hal itu pun
diibaratkan sebagai ‘itik buruk rupa’, ia memiliki hati yang bersih dan putih.
Dengan segala yang ia lakukan kepada orang lain, ia mampu mencuri seluruh
yang cantik saja, akan tetapi juga orang yang memiliki hati yang cantik pula.
Bahkan seseorang dengan hati yang cantik merupakan sosok bidadari yang
Menjadikan orang lain merasa nyaman di dekatnya. Itulah sesosok bidadari yang
mengubah cara pandang kita mengenai sosok bidadari yang selama ini
Acuhan Referensi
2. http://www.foreiska.blogspot.com
3. http://www.wikipedia.com
4. http://seputarindonesia.com