Referat-Hifema PDF
Referat-Hifema PDF
HIFEMA
OLEH
( 08700053 )
PEMBIMBING
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kepada Allah SWT atas berkat rahmat-Nya kepada saya sehingga saya telah
berhasil mengerjakan referat yang berjudul HIFEMA .
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk menanmbah wawasan dan pengetahuan saya
dalam bidang ilmu penyakit mata , khususnya mengenai kasus perdarahan pada bilik mata depan
. Referensi penulisan referat ini adalah berbagai kepustakaan serta bimbingan dr . Moh .
Amarusmana , Sp. M RSUD Dr. M. Saleh probolinggo.
Saya sadar masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini sehingga masih jauh
dari sempurna, tetapi saya berusaha menampilkan yang terbaik guna membuat referat ini
sehingga bermanfaat bagi saya khususnya dan rekan-rekan sejawat di kalangan SMF ilmu
penyakit mata .Oleh karena itu kritik dan saran saya harapkan guna bekal untuk menyusun
referat berikutnya.
Tidak lupa saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam penulisan
referat ini ada kata ataupun kalimat yang tidak berkenan. Semoga referat ini bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun,
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 5
2.2 DEFINISI 7
2.3 EPIDEMIOLOGI 8
2.4 KLASIFIKASI 9
2.5 PATOFISIOLOGI 10
2.6 ETIOLOGI 12
2.8 DIAGNOSIS 13
2.9 PENATALAKSANAAN 16
2.10 PENCEGAHAN 20
2.11 KOMPLIKASI 20
2.12 PROGNOSIS 21
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau
benda yang tidak keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan
keras ataupun lambat. Bila mata terkena benda keras,maka akan terjadi :
Benda keras yang kecil dan lembut seperti mimis senapan mainan yang
tidak tajam membentur daerah mata dan bila mata dalam keadaan
terbuka akan mengenai kornea yang menimbulkan erosi yaitu lecetnya
sel epitel. Pasien akan merasa kesakitan yang sangat pedih pada mata,
penlihatan menurun dan bila lecet lebih dalam maka dalam
penyembuhannya akan terjadi jaringan parut yang mebekas keputihan di
kornea, sehingga penglihatan akan turun.
Lebih lanjut, benturan yang cukup kuat akan mengakibatkan pembuluh-
pembuluh darah dalam bola mata pecah dan timbul perdarahan dalam
bilik mata, yang biasa tampak dari luar disebut dengan hifema. Akan
terasa sakit pada bola mata yang sertai penglihatan yang menurun. Perlu
diketahui pula bahwa hifema bisa saja terjadi tidak seketika setelah
benturan, tetapi akan muncul pada hari-hari berikutnya sampai hari ke
5.
Pada keadaan lain bisa saja benda tersebut secara keras membentur
skera dan meskipun hifema tidak terjadi, bisa menyebabkan perdarahan
pada retina dengan segala akibatnya.
Penggumpalan pada perdarahan dibilik mata, bisa mengakibatkan hifema
sekunder yang juga disertai dengan rasa sakit pada bola mata dan bila
tekanan pada bola mata meninggi akan mengakibatkan rasa mual dan
muntah-muntah.
Akibat dari benturan-benturan keras tadi tidak berhenti disitu saja, bisa
juga terjadi pada bagian iris yang terlepas dari dasarnya dan bila
iridodiliasis ini cukup besar akan dapat mengakibatkan pandangan
monoklear yang ganda.
5
Sedangkan pada lensa bisa menyebabkan terjadinya katarak traumatika
lensa bisa lepas dari ikatannya dan terjadi luksasi sebagian ataupaun
luksasi penuh. Akibat lanjut dari benturan pada kornea adalah gangguan
pada sudut bilik mata yang lebih dalam , dan pada gilirannya nanti bila
terjadi pembentukan jaringan ikat bisa timbul peninggian tekanan bola
mata yang bersangkutan.
Bisa pula terjadi uveitis yang disertai dengan peninggian tekanan bola
mata yang memerlukan pengobatan yan g serius.
Pada bagian belakang bola mata, gangguan bisa terjadi adalah edema
pada makula yang menyebabkan penglihatan menurun, robekan pada
koroid yang mengakibatkan gangguan atau penurunan penglihatan.
1.2 TUJUAN
6
1.3 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah definisi
hifema, klasifikasi hifema, gejala hifema, faktor resiko hifema, diagnosis
hifema, penatalaksanaan serta prognosis hifema.
7
BAB II
PEMBAHASAN
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata
di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga
terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.
8
sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.
Terdapat rongga yang potensial antara retina dan khoroid sehingga
retina dapat terlepas dari khoroid yang disebut ablasi retina. Badan kaca
mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya
menempel pada papil saraf optik, makula dan pars plana. Bila terdapat
jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina,
maka retina akan robek dan akan terjadi ablasi retina. Lensa terletak di
belakang pupil yang dipegang di daerah akuatornya pada badan siliar
melalui zonula zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi
atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula
lutea. Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar
lakrimal yang terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita.
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola
mata. Sistem ekskresi dimulai pada punctum lakrimal, kanalikuli
lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, dan meatus inferior
9
Ini adalah potongan melintang dari anatomi mata. Dapat kita baca di sini
ternyata ada banyak sekali bagian-bagian dari bola mata itu, mulai dari;
kornea, iris,pupil, lensa, badan siliaris, cairan aquous humour, cairan
vitreous humour, retina, sclera dan nervus optikus.
Setiap bagian dari mata ini mempunyai fungsi dan kegunaan yang
berbeda-beda sesuai dengan tempatnya.
1. Sklera
Sklera dikenal juga sebagai putih mata, merupakan 5/6 dinding luar bola
mata dengan ketebalan sekitar 1 mm. Sklera mempunyai struktur
jaringan fibrosa yang kuat sehingga mampu mempertahankan bentuk
bola mata dan mempertahankan jaringan-jaringan halus pada mata.
Pada anak-anak, sklera akan terlihat berwarna biru sedangkan pada
orang dewasa akan terlihat seperti warna kuning.
2. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membrana mukosa (selaput lendir) yang melapisi
kelopak & melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata
sampai limbus. Konjungtiva ada 2, yaitu konjungtiva palpebra (melapisi
kelopak) dan konjungtiva bulbi (menutupi bagian depan bola mata).
Fungsi konjungtiva: memberikan perlindungan pada sklera dan memberi
pelumasan pada bola mata. Konjungtiva mengandung banyak sekali
pembuluh darah.
3. Kornea
Kornea adalah jaringan bening, avaskular, yang membentuk 1/6 bagian
depan bola mata, dan mempunyai diameter 11mm. Kornea merupakan
kelanjutan dari sklera.
4. Lensa
Lensa terletak di depan badan kaca dan di belakang iris. Merupakan
bangunan lunak, bening, dan bikonveks (cembung), yang dilapisi oleh
kapsul tipis yang homogen. Titik pusat permukan anterior dan posterior
disebut polus anterior & polus posterior, garis yg melewati kedua polus
disebut sumbu (aksis). Lensa dibungkus suatu kapsul, yang merupakan
10
membran bening yg menutup lensa dengan erat dan tebal pada
permukaan anterior. Fungsi dari kapsul ini adalah untuk mengubah
bentuk lensa dan melindungi dr badan kaca dan humor akuos. Lensa
berperan penting pd pembiasan cahaya.
5. Iris
Iris terdiri dari otot
polos yang tersusun
sirkuler dan radier. Otot
sirkuler bila kontraksi
akan mengecilkan pupil,
dirangsang oleh cahaya
sehingga melindungi
retina terhadap cahaya
yang sangat kuat. Otot radier dari tepi pupil, bila kontraksi
menyebabkan dilatasi pupil. Bila cahaya lemah, otot radier akan
kontraksi, shg pupil dilatasi utk memasukkan cahaya lebih banyak.
Fungsi iris: mengatur jml cahaya yang masuk ke mata dan dikendalikan
oleh saraf otonom.
6. Badan siliar
Badan siliar menghubungkan koroid dengan iris. Tersusun dalam lipatan-
lipatan yang berjalan radier ke dalam, menyusun prosesus siliaris yang
mengelilingi tepi lensa. Prosesus ini banyak mengandung pembuluh
darah dan saraf. Badan siliaris ini berfungsi untuk menghasilkan aquous
humour.
7. Koroid
Koroid adalah membran berwarna coklat, yang melapisi permukaan
dalam sklera. Koroid mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel
pigmen yang memberi warna gelap. Fungsi koroid: memberi nutrisi ke
retina dan badan kaca, dan mencegah refleksi internal cahaya.
11
8. Vitreous Humour dan Aquous Humour
Tekanan mata dipengaruhi tekanan vitreous humour pada posterior mata
dan aquous humour yang mengisi kamera anterior (bilik depan).
Normalnya volume vitreous humour
(badan kaca) adalah tetap.
9. Aquous humour
Cairan ini bertanggung
jawab mengatur tekanan intraokuler.
Perubahan kecepatan masuknya aquous
humour ke dalam mata dari prosesus
siliaris atau kecepatan keluarnya
humor akuos dari sudut filtrasi akan
mempengaruhi tekanan intraokuler.
10. Vitreous Humour (Badan Kaca)
Merupakan jaringan albuminosa setengah cair yang bening, yang mengisi
ruang antara lensa dan retina. Cairan ini mengisi 4/5 bagian belakang
bola mata dan mempertahankan bentuk bola mata serta
mempertahankan retina untuk mengadakan aposisi dg koroid. Badan
kaca tidak mengandung pembuluh darah dan hanya mendapat nutrisi
dari jaringan sekitarnya.
11. Retina
Retina merupakan lapisan paling dalam pada mata, merupakan lapisan
penerima cahaya. Retina terdiri dari membran lunak, rapuh, tipis. Tebal
dari 0,4 mm dekat masuknya saraf optikus smpai 0,1 mm pada orra
serata. Warna merah ungu karena adanya rodopsin. Retina mempunyai
bintik kuning (makula lutea). Elemen peka cahaya mengandung sel-sel
batang dan kerucut.
Sel batang untuk intensitas cahaya rendah, sedangkan sel kerucut
digunakan pada penglihatan cahaya terang untuk penglihatan warna.
Letak di pusat retina. Sistemnya adalah dengan mengubah rangsang
12
cahaya mjd impuls listrik yang berjalan sepanjang serabut saraf sensoris
menuju pusat penglihatan di otak.
Anatomi mata
13
c a b a n g muskularis ke berbagai otot orbita, arteri siliaris posterior
longus dan brevis, arteri
14
dengan sinus kavernosusmelalui fisura orbitalis superior dan dengan
pleksus venosus pterigoideus melaluifisura orbitalis inferior.
15
siliar (Ilyas, Sidarta. Hifema, dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi 3 , FKUI,
Jakarta, 2003 )
Perdarahan bilik depan bola mata akibat rudapaksa ini merupakan akibat
yang paling sering dijumpai karena persentuhan mata dengan benda tumpul.
Berat ringannya traumatik hifema ini selain tergantung pada tingginya
perdarahan juga tergantung pada ada tidaknya komplikasi yang menyertainya.
Darah yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata
telanjang. Walaupun darah yang terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap
dapat menurunkan penglihatan. Bila pasien duduk hifema akan terlihat
terkumpul dibawah bilik mata depan dan hifema dapat memenuhi seluruh
ruang bilik mata depan.
Hifema dapat terjadi akibat suatu trauma tembus ataupun tumpul pada
mata yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar, dan dapat juga
terjadi secara spontan.Perdarahannya bisa juga bersal dari pembuluh darah
kornea atau limbus dan badan siliar. Pada pengamatan akan tampak darah
dibalik kornea dan menutupi gambaran iris. Hifema dapat disertai dengan atau
tanpa perdarahan pada konjungtiva .
2.3 Epidemiologi
Angka kejadian dari hifema traumatic diperkirakan 12 kejadian per 100.000
populasi, dengan pria terkena tiga sampai lima kali lebih sering daripada
wanita. Lebih dari 70 persen dari hifema traumatic terdapat pada anak-anak
dengan angka kejadian tertinggi antara umur 10 sampai 20 tahun.
16
2.4 KLASIFIKASI
3. Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier,
sehingga pembuluh darah pecah.
17
3. Grade III : Darah mengisi hampir total COA (14%)
2.5 Patofisiologi :
18
Sebagian darah dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin. Bila
terdapat hemosiderin berlebihan di dalam bilik mata depan, dapat
terjadi penimbunan pigmen ini ke dalam lapis kornea. Penimbunan ini
menimbulkan kekeruhan kornea terutama di bagian sentral sehingga
terjadi perubahan warna kornea menjadi coklat yang disebut imbibisi
kornea.
Gambar hifema, nampak darah pada bilik mata depan, hanya memenuhi sebagian bilik
mata depan
19
Gambar hifema, nampak darah pada bilik mata depan, hanya memenuhi sebagian bilik
mata depan
Gambar hifema, menunjukkan darah hampir memenuhi seluruh seluruh bilik mata
20
2.6 ETIOLOGI
2.8 DIAGNOSIS
Anamnesis
21
atas, samping bawah, atau dari arah lain dan bagaimana kecepatannya waktu
mengenai mata dan bahan tersebut, apakah terbuat dari kayu, besi, atau bahan
lainnya. Jika kejadian kurang dari satu jam maka perlu ditanyakan ketajaman
penglihatan atau nyeri pada mata karena berhubungan dengan peningkatan
tekanan intra okuler akibat perdarahan sekunder. Apakah trauma tersebut
disertai dengan keluarnya darah, dan apakah pernah mendapatkan pertolongan
sebelumnya. Perlu juga ditanyakan riwayat kesehatan mata sebelum terjadi
trauma, apabila terjadi pengurangan penglihatan ditanyakan apakah
pengurangan penglihatan ituterjadi sebelum atau sesudah kecelakaan tersebut,
ambliopia, penyakit kornea atau glaukoma, riwayat pembukaan darah atau
penggunaan antikoagulan sistemik seperti aspirin atau warfarin.
Pemeriksaan mata
Ekmosis
laserasi kelopak mata
proptosis
enoftalmus
fraktur yang disertai dengan gangguan pada gerakan mata
kadang-kadang menemukan kelainan berupa defek epitel, edem kornea
dan imbibisi kornea bila hifema sudah terjadi lebih dari 5 hari.
Ditemukan darah di dalam bilik mata bila pasien duduk, hifema akan
terlihat terkumpul dibagian bawah bilik mata depan, perdarahan yang
mengisi setengah bilik mata depan dapat menyebabkan gangguan visus
22
dan kenaikan tekanan intraokuler, sehingga mata terasa sakit oleh
karena glaukoma. Jika hifema mengisi seluruh bilik mata depan, rasa
sakit bertambah dan penglihatan lebih menurun lagi.
Pada iris dapat ditemukan robekan atau iridodialysis dan iridoplegia.
Pada hifema karena trauma, jika ditemukan penurunan tajam
penglihatan segera maka harus dipikirkan kerusakan seperti luksasi
lensa, ablasi retina, udem macula.
1. Hyphaema tingkat 1: bila perdarahan kurang dari 1/3 bilik depan mata.
2. Hyphaema tingkat II: bila perdarahan antara 1/3 sampai 1/2 bilik depan
mata.
3. Hyphaema tingkat III bila perdarahan lebih dari ½ bilik depan mata
Hifema paling banyak memenuhi kurang dari 1/3 bilik mata depan. Saat
melakukan pemeriksaan, hal terpenting adalah hati-hati dalam memeriksa
kornea karena akan meningkatkan resiko bloodstaining pada lapisan endotel
kornea . Keadaan iris dan lensa juga dicatat, kadang-kadang pada iris dapat
terlihat iridodialisis atau robekan iris. Akibat trauma yang merupakan
penyebab hifema ini mungkin lensa tidak berada ditempatnya lagi atau telah
terjadi dislokasi lensa bahkan lensa.
Pada hifema sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata untuk
mengetahui apakah sudah terjadi peningkatan tekanan bola mata.Penilaian
fundus perlu dicoba tetapi biasanya sangat sulit sehingga perlu ditunggu sampai
23
hifema hilang. Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan untuk mengetahui akiba
trauma pada segmen posterior bola mata. Kadang-kadang pemeriksaan ini tidak
mungkin karena terdapat darah pada media penglihatan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.9 PENATALAKSANAAN
Walaupun perawatan penderita hifema ini masih banyak diperdebatkan,
namun pada dasarnya penatalaksanaan hifema ditujukan untuk :
24
yaitu (1) Perawatan dengan cara konservatif / tanpa operasi, dan (2)
Perawatan yang disertai dengan tindakan operasi.
Pasien dengan hifema yang tampak mengisi lebih dari 5% bilik mata
depan sebaiknya diistirahatkan . Penderita ditidurkan dalam keadaan
terlentang dengan posisi kepala di angkat (diberi alas bantal) kurang dari 600,
hal ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta
memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya. Ada persesuaian
pendapat dari banyak sarjana mengenai tirah baring sempurna ini sebagai
tindakan pertama yang harus dikerjakan bila mengenai kasus traumatic
hyphaema. Bahkan Darr dan Rakusin menunjukkan bahwa dengan tirah baring
sempurna absorbsi dari hyphaema dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya
komplikasi perdarahan sekunder. Hifema biasanya akan membaik dengan
istirahat , namun dapat terjadi kembali 5-6 hari pertama setelah cedera . Anak
anak biasanya harus dirawat di Rumah Sakit selama beberapa hari , sementara
orang dewasa dapat dirawat dirumah bila mereka dapat beristirahat dan tidak
terjadi komplikasi .
Bebat mata
Mengenai pemakaian bebat mata, gunakan bebat mata pada mata yang
terkena trauma saja, untuk mengurangi pergerakan bola mata yang sakit. Bila
mungkin kedua mata ditutup untuk memberika istirahat pada mata.
Selanjutnya dikatakan bahwa pemakaian bebat pada kedua mata akan
menyebabkan penderita gelisah, cemas dan merasa tidak enak, dengan akibat
penderita (matanya) tidak istirahat. Akhirnya Rakusin mengatakan dalam
pengamatannya tidak ditemukan adanya pengaruh yang menonjol dari
25
pemakaian bebat atau tidak terhadap absorbsi, timbulnya komplikasi maupun
prognosis dari tajamnya penglihatannya.
Pemakaian obat-obatan
Koagulansia
Midriatika Miotika
Obat-obat lain
26
bola mata naik. Analgetik diberikan untuk mengatasi nyeri seperti
asetaminofen dengan atau tanpa kodein.
Perawatan Operasi
Dalam kasus ini , ada perbedaan pendapat antara Darr dan Rakusin .
Darr menentukan cara pengobatan traumatic hyphaema, sedang Rakusin
menganjurkan tindakan operasi setelah hari kedua bila ditemukan hyphaema
dengan tinggi perdarahannya ¾ bilik depan bola mata. Tindakan operasi yang
dikerjakan adalah:
27
Tindakan pembedahan parasentese dilakukan bila terlihat tanda-tanda
imbibisi kornea, glaukoma, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila darah
setelah 5 hari tidak memperlihatka tanda-tanda berkurang.
2.10 Pencegahan
2.11 KOMPLIKASI
28
irido dialysis. Besarnya komplikasi juga sangat tergantung pada tingginya
hyphaema.
Perdarahan Sekunder
Komplikasi ini sering terjadi pada hari ketiga sampai keenam. Sedangkan
insidensinya sangat bervariasi, antara 10-40 persen. Perdarahan sekunder ini
timbul karena iritasi pada iris akibat traumanya, karena bekuan darah terlalu
cepat diserap, sehingga pembuluh darah tidak mendapat waktu cukup untuk
regenerasi kembali, dan menimbulkan perdarahan lagi
Glaukoma Sekunder
Hemosiderosis Kornea
Hemosiderosis ini akan timbul bila ada perdarahan/perdarahan sekunder
disertai kenaikan tekanan intraokuler. Gangguan visus karena hemosiderosis
tidak selalu permanen, tapi kadang-kadang dapat kembali jernih dalam waktu
yang lama (dua tahun). Insidensinya 1-10 persen.11
2.12 PROGNOSIS
29
dari setengah tingginya bilik mata depan, maka prognosis buruk yang akan
disertai dengan beberapa penyulit. Hifema yang penuh di dalam bilik mata
depan akan memberikan prognosis lebih buruk di bandingkan dengan hifema
sebagian.
Tingginya hifema
Ada/tidaknya komplikasi dari perdarahan/traumanya
Cara perawatan
Keadaan dari penderitanya sendiri
30
BAB III
KESIMPULAN
1. Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan,
yaitudaerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul
(gaya-gayakontusif) yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan
bercampur denganhumor aqueus (cairan mata) yang jernih.
2. Angka kejadian dari hifema traumatic diperkirakan 12 kejadian per 100.000
populasi,dengan pria terkena tiga sampai lima kali lebih sering daripada
wanita.
3. Klasifikasi hifema dapat dikelompokkan berdasarkan penyebab, waktu
terjadinya.Juga terdapat derajat (grade) berdasarkan tampilan klinis.
4. Hifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul, kesalahan prosedur operasi
mata,tumor mata (contohnya retinoblastoma), dan kelainan pembuluh darah
(contohnya juvenile xanthogranuloma).
5. Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada
pembuluhdarah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan
perdarahan dalam bilik mata depan
6. Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan epifora, penglihatan
pasienkabur dan akan sangat menurun.
7. Prinsip pengobatan : menghentikan pendarahan atau mencegah pendarahan
berulang,mengeluarkan darah dari bilik mata depan, mengendalikan tekanan
bola mata,mencegah imbibisi kornea, mengatasi uveitis, mendeteksi dini
penyulit yang mungkinterjadi setelah hifema.
8. Komplikasi dari hifema adalah uveitis, glaukoma sekunder, imhibisi, kebutaan
9. Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang tertimbun pada kamera
okulianterior
31
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Hifema, dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi 2, FKUI, Jakarta, 2003
2. Bag. SMF Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya , 2006 , Pedoman Diagnosis dan Terapi Ed III , Rumah Sakit Umum
Dokter Soetomo Surabaya
3. Bruce James , dkk . 2005 . Lecture Notes Oftalmologi . Ed 9 , Erlangga Medical
Series Surabaya
4. http://majiidsumardi.blogspot.com/2012/03/hifema.html
5. http://www.scribd.com/doc/39184834/refrat-mata-hifema
6. http://www.scribd.com/doc/85023456/Refrat-Hifema-Diana
7. http://asromedika.blogspot.com/2012/04/hifema.html
8. http://newandajm.wordpress.com/2009/09/03/14/
9. http://kampusdokter.blogspot.com/2012/12/hifema.html
10.
32