Anda di halaman 1dari 2

LAPORAN HASIL OBSERVASI DI PASAR TALOK

Pasar Talok merupakan salah satu pasar tradisional yang ada di Yogyakarta.
Pasar ini terletak di jalan Tri Dharma, Gendheng, Baciro, Gondokusuman,
Yogyakarta. Dahulu Pasar Talok adalah pasar tradisional yang membentang di
sepanjang rel kereta api di wilayah Baciro. Namun, sekitar tahun 2010-an
pemerintah Kota Yogyakarta melakukan penataan Pasar Talok dengan cara
melakukan relokasi para pedagang ke pasar dengan bangunan yang lebih nyaman,
aman dan bersih. Penamaan Pasar Talok itu sendiri tidak luput karena adanya
pohon talok yang tumbuh di depan pasar.
Pasar Talok memiliki bangunan yang tidak terlalu besar. Hanya terdapat satu
bangunan utama. Dimana bangunan utama tersebut digunakan oleh pedagang
untuk menjajakan dagangannya. Selain berjualan di bangunan utama, ada juga
para pedagang yang menjual dagangannya di luar bangunan pasar. Walaupun
tergolong pasar dengan luas bangunan yang relatif kecil, namun hal tersebut tidak
mengurangi keberagaman pedagang yang menjual dagangannya terutama kuliner
jajanan atau makanan. Salah satu penjual kuliner jajanan atau makanan di Pasar
Talok adalah Pak Sulianto yang berjualan batagor. Walaupun sudah tua, Pak
Sulianto masih semangat dan setia dalam menjajakan jajanan batagornya yang
menjadi favorit bagi sebagian orang.
Pak Sulianto sudah berjualan batagor sejak tahun 1987. Sejak dulu Pak
Sulianto berjualan batagor dengan menggunakan gerobak dorong. Alasan beliau
berjualan menggunakan gerobak dorong yaitu supaya dapat berpindah tempat
dengan mudah. Selain berjualan di Pasar Talok, Pak Sulianto juga berjualan
batagor di sekitaran SMK 6 Yogyakarta. Beliau mulai berjualan dari pukul 8 pagi
sampai pukul 4 sore.
Harga dari batagornya relatif murah. Pak Sulianto tidak mematok harga pasti
untuk batagornya. Dengan kata lain Pak Sulianto menjual batagornya sesuai
dengan keinginan pembeli. Jika ada pembeli yang ingin membeli batagor seharga
Rp. 2.000 maka beliau tetap melayaninya. Apalagi jika ada pembeli yang membeli
batagornya seharga Rp. 20.000 maka dengan senang hati beliau akan
melayaninya. Artinya pembeli disini diberi kebebasan dalam membeli batagornya
berapapun nominalnya selagi masih wajar.
Pendapatan Pak Sulianto tidak menentu. Kadang - kadang beliau mendapat
Rp. 500.000 sampai Rp. 600.000 per hari, itupun masih pendapatan kotor.
Sedangkan modal Pak Sulianto untuk berjualan batagor yaitu sebesar Rp.
350.000. Dalam pembuatan batagor Pak Sulianto membuatnya sendiri dirumah
dengan bantuan sang istri. Pak Sulianto menyiapkan batagornya pada pukul 4
pagi, dengan alasan supaya lebih efektif dan tidak terlalu tergesa - gesa.
Suka duka yang pernah di alami Pak Sulianto selama berjualan batagor di
Pasar Talok adalah sukanya sering bertemu orang banyak, letaknya yang sangat
strategis dan banyak pembeli yang datang. Selain itu beliau juga memuji fasilitas
yang ada di Pasar Talok yaitu mulai dari fasilitas parkir yang memadai, fasilitas
kamar mandi hingga komplek pasar yang nyaman dan bersih.
Kemudian dukanya yaitu, jika turun hujan batagor miliknya hanya laku
sedikit dikarenakan yang datang ke Pasar Talok tidak terlalu banyak saat turun
hujan. Selain itu beliau juga merasa sedih jika pendapatan yang didapatnya hanya
pas untuk membeli bahan - bahan batagor. Di lain sisi beliau tetap mensyukuri apa
yang telah di dapatnya baik saat lagi sepi pembeli maupun saat lagi ramai
pembeli.
Selama berjualan batagor Pak Sulianto berhasil mencukupi kebutuhan istri
dan empat orang anaknya. Sekarang ini, keempat anaknya sudah bekerja semua.
Beliau merasa bangga akan hal itu. Pak Sulianto memiliki harapan yang tidak
muluk - muluk yaitu hanya ingin di beri kesehatan serta di beri kemudahan dalam
mencari rezeki. Pak Sulianto tidak mempunyai keinginan untuk membuat toko
ataupun mencari pegawai. Beliau beralasan bahwa memiliki pegawai itu malah
membuat semakin rumit. Selain itu memiliki pegawai atau membuat toko juga
memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Pak Sulianto tidak pernah merasa lelah, walaupun pergi ke pasar dengan
berjalan kaki sambil mendorong gerobak batagornya. Kadang - kadang beliau
harus berpanas - panasan dan hujan - hujanan. Beliau tidak pernah menyerah dan
tetap menjalani pekerjaan yang telah ditekuninya sejak dulu. Inilah yang patut kita
contoh dari Pak Sulianto yaitu tetap semangat dan pantang menyerah dalam
menekuni suatu pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai