Anda di halaman 1dari 4

BAKSO TUSUK “SUPER LARIS” PAIJO

S
ore menjelang maghrib, jalan lebar yang di antara dua gedung kembar Perpustakaan ISI
Yogyakarta dan Galeri yang sepi sekaligus ramai dengan lalu lalang kendaraan warga
maupun mahasiswa ini memiliki pemandangan khusus dan rutin. Sebuah sepeda motor
Honda Astrea Grand membawa gerobak berwarna pink cenderung ke magenta, mencolok dari
lingkungan di sekitarnya, yang di parkirkan sebelah di pohon besar, utara parkiran Perpustakaan
ISI Yogyakarta. Dikala pedagang keliling dan makanan kecil lain pulang, mencukupi pencarian
rejeki hari ini, seorang pedagang bakso tusuk ini memulai gilirannya.

Terdapat tulisan yang cukup jelas digerobak, berbunyi Bakso Tusuk Paijo. Suatu indikasi
usaha membranding diri, yang jarang kita lihat pada usaha jajan keliling lain di sekitar Bantul
maupun Jogja. Pedagang membuka payung besar di tengah gerobak, meskipun sore hari
menjelang maghrib dan tak ada hujan, tanda penjual bakso tusuk itu mulai dan siap berjualan.
Penjual bakso tusuk tersebut yang kemudian saya ketahui bernama Tono ini menggunakan
semacam baju seragam, yang kurang lebih memiliki corak seperti gerobak. Pak Tono bukanlah
tukang bakso tusuk independen yang biasa kita lihat, melainkan bagian dari, Kru (klaimnya),
Bakso Tusuk Paijo.

1
Awal mula Pak Tono bisa menjadi kru dalam Bakso Tusuk Paijo ini adalah ketika Pak
Tono masih mengganggur dan kesulitan mencari pekerjaan. Seorang teman mengajak Pak Tono
untuk bekerja sebagai Bakso Tusuk Paijo. Pak Tono telah 2 tahun bergabung menjadi kru Bakso
Tusuk Paijo. Pak Tono tinggal tidak jauh dari ISI Yogyakarta, terletak di Dusun Geneng, Sewon,
Bantul.

Bakso tusuk Paijo sendiri baru berdiri selama 5 tahun menurut penjelasan Pak Tono.
Bakso Tusuk ini bermarkas daerah wijen. Setiap hari menjelang sore hari, sekitar jam 3, semua
pedagang Bakso Tusuk Paijo, yang sekarang kurang lebih berjumlah 37 orang, harus menuju ke
pusat bakso tusuk tersebut untuk mengambil gerobak, dan stok bakso tusuk untuk kemudian
dijual ke daerah penjualan masing-masing. Daerah penjualan ini bebas di pilih masing-masing
penjual, namun sang juragan menentukan apakah daerah penjualan terlalu dekat atau tidak.
Bakso tusuk ini tersebar di Bantul, Jogja, dan Sleman.

Dengan sistem pendapatan omset, pedagan mendapatkan presentase dari keseluruhan


pendapatan tiap harinya. Menurut penuturan Pak Tono , pedagang tiap harinya membawa 1600-
1800 butir bakso. Omset yang di tetapkan pada Bakso Tusuk Paijo ini adalah 15% dari total
pendapatan keseluruhan. Jika seorang pedagang mampu setengah saja dari dalam satu harinya,
maka pedangan tersebut akan mendapat pendapatan pendapatan perhari sekitar 50 – 65 ribu
rupiah, sekitar Rp 1.500.000,00- Rp 1.950.000,00 dengan jam berjualan sekitar pukul 4 sore
sampai dengan 10 malam.

2
5 Hari sebelum wawancara, saya meluangkan waktu setiap hari, pukul 21.00 melewati
tempat Pak Tono berjualan. Hasil dari pengamatan sederhana tersebut menunjukan bahwa
dengan berjualan di lokasi dekat pertigaan tersebut, Pak Tono setiap harinya mampu menjual 90
hingga 100 persen stok bakso yang dibawanya. Pak Tono menjelaskan lebih lanjut bahwa
penjualanya tetap konsisten seperti itu selama berjualan di dekat perpustakaan ISI Yogyakarta.
Itu berarti Pendapatan Pak Tono bisa mencapai, kurang lebih, 3 juta perbulan, di bayarkan
perminggu sesuai ketentuan manajemen Bakso Tusuk Paijo.

Berjualan bakso tusuk ini adalah pekerjaan Pak Tono satu satunya. Hanya dengan
berjualan produk milik orang lain, dan jam kerja sekitar 4-5 jam Pak Tono mampu menghidupi
keluarganya dengan berkecukupan. Di samping itu kru dari Bakso tusuk Paijo ini mendapat
liburan/tamsya bersama sekali setiap tahunnya.

3
Bakso Paijo melalui Pak Tono telah berhasil mengambil keuntungan maksimal dengan
berjualan di lokasi yang dan waktu yang tepat. Di dekat pertigaan di samping gedung kembar
yang sering dilalui warga maupun mahasiswa, dengan warna gerobak yang kontras dengan
lingkungan membuat gerobak bakso itu secara tidak langsung jadi point of interest. Orang
langsung tertari memncoba membeli untuk pertama kali, kemudian kedua dan ketiga, karena
mungkin rasa maupun ketiadaan saingan, dan ketiadaan obsi jajanan lain untuk konsumen
sekitar. Dengan premis produk yang sederhana yaitu gumpalan-gumpalan bakso yang di beri
saus dan kecap saja, bakso tusuk telah menjadi salah satu jajan pasar yang terpopuler di Jogja
dan menghidupi dengan berkecukupan Pak Tono sekeluarga.

Anda mungkin juga menyukai