Anda di halaman 1dari 6

CATATAN LAPANGAN

Reseacher : MUJIB RIDLWAN, M.Si

Judul : Signifikansi Jumlah Wisatawan Dengan Tingkat Penjualan Barang Di Pasar Indah

Pertanyaan : Adakah signifikansi antara jumlah wisatawan dengan tingkat penjualan di Pasar Indah

Informan : Eko (42), Asal Kediri, Pedagang Sayur.

Lokasi : Pasar Indah Tretes

Waktu : 20.30 – 21.15 wib

CATATAN
URAIAN
REFLEKSI PERTANYAAN

Sejak tahun 1987, Pak Eko sudah


mulai berdagang sayur bersama 1. Sebegaia researcher, saya
istrinya di pasar Indah. Sejak lima tidak mengalami kesulitan
tahun silam, penghasilan rata- untuk memperoleh
ratanya Rp 150.000 – 200.000 informasi.
perhari. 2. Pendekatan untuk masuk
Pria yang belum memiliki adalah pendekatan
momongan ini, mengaku kedaerahan. Langkah-
hasilnya memang tidak banyak langkah yang kami gunakan,
mengalami peningkatan dalam (a) menyapa, “lagi bersih-
kurun lima tahun terakhir— bersih motor ya pak.”
meski pun terjadi peningkatan (b) kok sepi pak
wisatawan yang masuk wilayah (c) bapak dari mana?
Tretes. Katanya dari Kediri. “Oh, ini Adakah signifikansi antara
Ia mengakui, Desa Pecalukan teman saya dari jumlah wisatawan dengan
sudah menjadi tempat wisata Tulungagung,” kata saya tingkat penjualan di Pasar Indah
sejak zaman belanda. “Itu cerita kepada pak Eko.
orang-orang terdahulu. Tapi 3. Mulailah kami masuk materi
pastinya, saya tidak tahu,” kata dan semuanwilya berjalan
Eko yang mengaku sudah dengan lancar. Bahkan
berumah tangga sejak 11 tahun nomor ponselnya juga
silam. diberikan jika sewaktu-
Tetapi Tretes (Desa Pecalukan) waktu data kurang.
itu tidak selalu ramai oleh
kehadiran tamu. Hanya hari-hari
tertentu saja, seperti hari Sabtu,
Minggu dan hari-hari libur
nasioal saja Desa Pecalukan lebih
ramai. Eko menyabutnya, kalau
hari-hari biasa hanya rata-rata
100 orang yang berkunjung,
kalau hari Sabtu, Minggu dan
hari-hari libur nasional bisa
mencapai 200-250 wisatawan.

Pertanyaan lanjutan:

Mengapa banyaknya wisatawan datang ke Tretes tidak memberikan pengaruh positif terhadap
penjualan barang dagangan di pasar Indah?

Informan : Mbah Arlina (70 tahun), Pedagang Pisang asal Desa Pecaluk

Ny Tholiah (45), Pedagang Pisang asal Desa Pacaluk

Ny Aisyah (60), Pedagang Ayam asal Desa Pecalukan

Kamil (25), Pedagang Buah asal Desa Pecalukan

Lokasi : Pasar Indah Pecalukan

Waktu : Minggu, 6 Oktober 2013, jam 10.00– 12.30 wib

CATATAN
URAIAN
REFLEKSI PERTANYAAN
Hasil hunting selanjutnya 1. Pedagang dalam pasar tidak
ditemukan, bahwa hanya berkutik dalam mengahadapi
sebagian pedagang yang fakta ini untuk membela
berpengaruh positif terhadap dirinya, meski pedagang di
kehadiran wisatawan. Dalam trotoar jelas-jelas menyalahi
soal pengaruh kehadiran aturan dan merugikan
wisatawan terhadap hasil mereka.
penjualan barang dagangan di 2. Dari pengakuan dua
pasar Indah bisa dikelompokkan pedagangan dari barang yang
menjadi 2 bagian. Kelompok sama dan tempat berbeda,
pertama, pedagang yang terdapat perbedaan
berjualan di pinggir jalan (di atas pendapatan yang mencolok.
trotoar). Kelompok kedua, Mbah Arlina (penjual pisang
pedagang yang menempati di dalam pasar) rata-rata Mengapa banyaknya wisatawan
bedak di dalam pasar. perhari hanya dapat Rp datang ke Tretes tidak
Kelompok pertama adalah 50.000 perhari. Sedangkan memberikan pengaruh positif
kelompok yang tidak Kamil (penjual pisang di terhadap penjualan barang
berpengaruh positif (bisa pinggir trotoar) mengaku dagangan sayuran di pasar
mengalami penurunan omset) mendapatkan penghasilan Indah?
oleh kehadiran banyaknya rata-rata Rp 2 juta perhari.
wisatawan di Tretes. Mereka
adalah pedagang di bedak-bedak
di dalam pasar.
Kelompok kedua adalah
kelompok yang berpengaruh
positif (omset mengalami
peningkatan) setelah hadirnya
banyak wisatawan di Tretes.
Mereka berjualan di pinggir jalan
(di atas trotoar) bagian depan
pasar Indah.
Kelompok pertama diwakili
oleh nara sumber kami, Mbah
Arlina, Ny Tholiah, Ny Aisyah
(ketiganya pedagang di dalam
pasar). Sedangkan kelompok
kedua diwakili oleh Kamil,
pedagang buah di pinggir trotoar.
Semua nara sumber dari
pedagang kelompok pertama
mengatakan, bahwa omset
mereka sejak ada pedagang
kelompok kedua (pedagang yang
berjualan di luar) mengalami
penyusutan.
“Sejak ada yang jualan di
luar itu. Barang dagangan saya
jarang laku. Kemarin hanya dapat
Rp 6.000. Hari Kamis Kliwon lalu,
hanya dapat 1.000,” kata Ny
Aisyah yang mengaku sudah
berjualan sejak 1971 di pasar
Indah.
Sedangkan Mbah Arlina
sampai pukul 12.00 wib, pisang
yang dijualnya baru laku satu
sisir, senilai Rp 15.000. “Ya, rata-
rata perhari paling hanya dapat
Rp 50.000,” sambil malu-malu
menyebut angkanya.
Kamil, penjual pisang yang
mengambil lokasi di atas trotoar
mengaku hasilnya setiap hari
rata-rata mencapai Rp 2 juta.

Pertanyaan lanjutan:

Bagaimana pemerintah menyikapi masalah pedagang pasar Indah?

Informan : Sunarko (45), staf Disperindag Kabupaten Pasuruan yang bertugas sebagai mantri
pasar asal Desa Pecalukan.

Lokasi : Pasar Indah Pecalukan

Waktu : Minggu, 6 Oktober 2013, jam 10.00– 12.30 wib


CATATAN
URAIAN
REFLEKSI PERTANYAAN

Sebagai staf Disperindag 1. Ada kesan terdapat sesuatu


Kabupaten Pasuruan yang yang DISEMBUNYIKAN dari
ditugaskan mengatur pasar Sunarko. Sunarko sempat
Indah Pecalukan, mengatakan, menyebut dirinya banyak
bahwa para pedagang di dalam terbantu oleh adanya
pasar itu hanyalah pura-pura pedagang yang berlokasi di
tidak lagu. atas trotoar, karena bisa
Tetapi, pernyatannya itu memberikan retribusi lebih
tiba-tiba dibantahnya sendiri. besar dibanding pedagang
Menurutnya, dirinya mengakui dalam pasar.
bahwa sejak ada pedagang yang
memanfaatkan trotoar sebagai 2. Bisa saja karena retribusi
tempat dagangan menimbulkan yang diberikan oleh
masalah baru di pasar, yaitu ada pedagang di atas trotoar Bagaimana pemerintah
ketimpangan hasil antara yang lebih besar dibanding menyikapi masalah pedagang
berdagang di dalam pasar pedagang dalam pasar, pasar Indah?
dengan pedagang yang membuat sikap MEMIHAK.
mengambil tempat di trotoar PEMILIK KUASA memihak
pasar Indah. kepada yang menguntungkan
“Pedagang yang menempati dan tidak memihak kepada
trotoar memang salah secara yang tidak menguntungkan
aturan, tetapi itu hasil (pedagang dalam pasar).
kesepakatan secara lisan
bersama pedagang yang tinggal
di dalam pasar,” kata Sunarko.
Dalam pengakuannya,
Kesepakatan secara lisan itu
dilakukan sebelum dirinya
menjadi pengendali pasar Indah.
Isi kesepakatannya, pedagang di
atas trotoar depan pasar Indah
hanya boleh berjualan pada hari
Jum’at, Sabtu, dan Minggu.
Tetapi kesepakatan lisan itu
terkadang masih dilanggar oleh
pedagang yang menempat
trotoar.
“Saya ingin sampaikan
keluhan pedagang pasar di
dalam pasar kepada
Disperindag,” katanya.
Karena tidak laku jual, para
pedagang dalam pasar enggan
membayar retribusi sesuai yang
ditentukan Peraturan Daerah
(Perda). Perda No 10 tahun 2012
menyebutkan, pedagang di
pasar tradisional dikenai retribusi
atas sewa bedak sejumlah Rp
200/meter persegi setiap bulan.
Sunarko menjelaskan, setiap
bulannya ia diwajibkan setor dari
hasil retribusi kepada Pemkab
Pasuruan sejumlah Rp 2.8 juta.
“Jumlah itu belum termasuk
memberikan uang tip kepada
pemungut sampat. Biasanya
setiap bulan pemungut sampah
kami beri Rp 150 ribu.

Anda mungkin juga menyukai